KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya. Penyusun dapat
menyelesaikan tugas mata kuliah Epidemiologi Prilaku yang berjudul ” TEORI DISFUSI
INOVASI ”
Dalam Penyusunan tugas ini, penulis telah mendapat bimbingan, arahan dan bantuan
dari berbagai pihak secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Ibu Drg. Zahroh Shaluhiyah,MPH,PhD
2. Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu dalam
penyusunan tugas ini.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penyusun harapkan demi kesempurnaan
makalah ini
Semarang, Oktober 2011
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
TEORI DISFUSI INOVASI :
A. PENGERTIAN
B. ELEMEN-ELEMEN
C. TAHAPAN PERISTIWA YANG MENCIPTAKAN PROSES DIFUSI
D. TAHAPAN DARI PROSES ADOPSI INOVASI
E. TAHAPAN ADOPTER
F. PENERAPAN DAN KETERKAITAN TEORI
G. APLIKASI TEORI DISFUSI INOVASI
DAFTAR PUSTAKA
TEORI DISFUSI INOVASI
Manusia pada umumnya adalah bersifat aktif yang dilakukuan secara sadar untuk
mengembangkan dirinya kearah yang lebih baik. Segala bentuk perubahan pada diri manusia
baik secara individu maupun kelompok dapat diamati dari perubahan – perubahan
perilakunya. Proses perkembangan manusia sebagian di tentukan oleh kehendak sendiri dan
sebagian di tentukan oleh alam atau lingkungan sekitarnya.
A. PENGERTIAN
Teori Difusi Inovasi pada dasarnya menjelaskan proses bagaimana suatu inovasi
disampaikan (dikomunikasikan) melalui saluran-saluran tertentu sepanjang waktu kepada
sekelompok anggota dari sistem sosial.
Rogers (1961) dalam Mulyana S. (2009) mendefinisikan Inovasi sebagai, suatu bentuk
komunikasi yang bersifat khusus berkaitan dengan penyebaran pesan-pesan yang berupa
gagasan baru.Selanjutnya, definisidifusi menyangkut “which is the spread of a new idea from
its source of invention or creation to its ultimate users or adopters.”
Parker (1974), mendefinisikan difusi sebagai suatu proses yang berperan memberi nilai
tambah pada fungsi produksi atau proses ekonomi. Difusi merupakan suatu tahapan dalam
proses perubahan teknik (technical change). Menurutnya difusi merupakan suatu tahapan
dimana keuntungan dari suatu inovasi berlaku umum. Dari inovator, inovasi diteruskan
melalui pengguna lain hingga akhirnya menjadi hal yang biasa dan diterima sebagai bagian
dari kegiatan produktif.
Rogers dan Shoemaker (1971) dalam Mulyana S (2009) menjelaskan bahwa proses
difusi merupakan bagian dari proses perubahan sosial. Perubahan sosial adalah proses dimana
perubahan terjadi dalam struktur dan fungsi sistem sosial.
Difusi adalah proses dimana ide/gagasan baru dikomunikasikan kepada anggota sistem
sosial,
Konsekuensi adalah suatu perubahan dalam sistem sosial sebagai hasil dari adopsi atau
penolakan inovasi.
TerusMengadopsi
WAKTU
Buku info Kesehatan Remaja dan Buku Kesehatan Remaja di kembangkan sebagai
tujuan memberikan pengetahuan, informasi serta meningkatkan kualitas kesehatan remaja.
Buku ini berisi tentang Promosi Kesehatan khususnya tentang informasi tumbuh kembang
remaja, reproduksi sehat remaja, Gizi Remaja, Catatan Riwayat kesehatan remaja, Skrening
kesehatan pada Remaja serta catatan kesehatan remaja. Buku ini di ibaratkan sebagai diare/
catatan pribadi remaja.
Buku Info Kesehatan Remaja dan Buku Kesehatan Remaja , dikembangkan pada
tahun 2008, dan mulai di sosialisasikan pada tahun 2009. Dimana uji coba di laksanakan di
tiga ( 3 ) Kabupaten yaitu Bondowoso, Tulung Agung, Probolinggo ( 3 Kabupaten Binaan
UNICEF ) .Sasaran pengggunaan buku ini adalah semua anak dan Remaja baik di tingkat
pendidikan Formal ( SMP, SMA, SMK,MTs, MA ), Pendidikan non formal ( Pondok
pesantren, Kelompok Remaja masjid, remaja gereja dll ) serta disosialisasikan ke anak
jalanan. Penggunaan buku ini serentak di gunakan di Jawa Timur sejak tahun 2010
,khususnya di Kabupaten Bondowoso.
Pengembangan inovasi Penggunaan Buku Info Kesehatan Remaja dan Buku
Kesehatan Remaja ( Buku KEREM ) banyak tantangan dan kendala yang di hadapi, sejak
mulai di kembangkan sampai saat ini masih juga banyak kendala terutama pada pengguna
buku remaja di Pendidikan Non Formal ( Pondok Pesantren ).Dimana buku Kesehatan
Remaja maupun Buku Info di anggap tabu karena memberikan informasi tentang tumbuh
kembang serta pendidikan seks pada remaja.
Adapun Aplikasi buku Kesehatan Remaja ini di hubungkan dengan Teori Disfusi dan
Inovasi yaitu :
1. ANTECEDENT
Ciri Penerima :
Remaja di kabupaten Bondowoso berkultur religious keagamaan di dalam kehidupan sehari-
hari terutama di daerah pedesaan banyak mengikuti pembelajaran di Pondok pesanten.
Sedangkan ada remaja baik di desa maupun kota juga pembelajaran di Pendidikan formal.
Banyaknya usia pernikahan dini di kalangan remaja di sebabkan karena factor budaya serta
pengetahuan yang kurang dari para orang tua serta remaja sendiri terhadap Reproduksi sehat.
Data usia perinikahan dini ( menikah kurang dari 20 tahun ) .
Remaja di kabupaten Bondowoso khususnya sebagian besar berkeinginan memperoleh
informasi kesehatan ,khususnya tentang kesehatan remaja.
Ciri Sistem Sosial :
Remaja di kabupaten latar budaya adalah suku Madura hampir 80 % sedangkan 20 % suku
jawa,etnis arab dan Tionghoa. ( Sumber : BPS Kab Bondowoso 2010 ).
Masyarakat Bondowoso sebagian besar masih masyarakat tradisional dan sub modern dimana
rasa kebersamaan serta penganut tokoh agama sangat kuat.
2. PROSES
Pengetahuan : tentang Kesehatan Reproduksi remaja dengan pengembangan Buku Info
Remaja dan Buku Kesehatan Remaja. Disosialisasikan pada kalangan remaja di kabupaten
Bondowoso sejak tahun 2009 dan serentak di laksanakan pengunaanya tahun 2010.
Persuasi :
1. Pendekatan melalui Pendidik Sebaya (PE ) remaja yang di kembangkan tahun 2007 di
kabupaten Bondowoso bersama Petugas Penanggung jawab Pelayanan Kesehatan Remaja di
Puskesmas .
2. Bidang Kesga ( Dinkes ) melakukan pendekatan serta advokasi dan kerja sama dengan
lintas sector ( DIKNAS, KBPP, BAPEMAS, BAPPEDA,DEPAG , DINSOS ) .
3. Pendekatan pada remaja langsung di Pendidikan Formal maupun non formal ( pondok
pesanten ) melalui Kelompok Saresahan Remaja serta Siaran Radio interaktif tentang
Kesehatan Reproduksi Remaja.
Keputusan :
1. Adopsi : setelah adanya sosialisasi serta pendekatan remaja yang dilakukan PE ( peer
educator ) serta petugas kesehatan , di kalangan remaja khususnya dipendidikan Formal dan
sebagian remaja di pendidikan non formal, Remaja mau menggunakan buku info dan buku
kesehatan remaja sebagai sumber informasi tentang kesehatan remaja. Serta terus
memanfaatkan buku tersebut. Adapun sebagian kecil remaja di tingkat pendidikan non formal
maupun formal tidak terus menggunakan dengan alasan malas atau buku tidak gratis. Tetapi
tahun 2010 pengadaan buku tersebut dianggarkan melalui APBD II maupun APBD I,
sehingga remaja gratis memperoleh buku tersebut.
2. Menolak : Keputusan menolak di dasarkan karena merasa tabu dan terlalu vulgar terhadap
keterangan informasi. Khusunya di tingkat pendidikan non formal ( PONPES ). Dengan
berjalannya waktu sudah banyak PONPES mau menggunakan buku tersebut tetapi ada juga
yang tetap menganggap tabu dan tidak boleh di gunakan.
Implementasi : Para remaja khususnya di tingkat pendidikan formal serta sebagian kecil
remaja di ponpes mau mempelajari serta menggunaka buku tersebut.
Komfimasi : Para remaja sudah mulai mencari infomasi tentang buku kesehatan remaja serta
mulai tersa manfaatnya
Roger, Evertt M, (2003) Diffusion innovations( 5 th ed ).New York : Free Press Available on
: http://wsmulyana.wordpress.com/2009/010250 teori difusi inovasi
http://www.scipd.com/doc/56138197/teori-disfusi-inovasi