Anda di halaman 1dari 65

KAPITA SELEKTA

PERTEMUAN I
ADMINISTRASI PUBLIK

2.2 Administrasi Publik


Administrasi publik adalah kerjasama yang dilakukan oleh sekelompok orang atau lembaga dalam
melaksanakan tugas-tugas pemerintah untuk mencapai tujuan pemerintah secara efektif dan efisien
guna memenuhi kebutuhan publik.

2.2.1 Tujuan
Tujuan administrasi publik adalah memenuhi kepentingan publik (public interest) sehingga
apa yang dikerjakan dalam administrasi publik sangat banyak dan sangat bervariatif. Tujuan
administrasi publik baik menurut Henry (1989) maupun Garcia dan Khator (1994) ialah untuk
memajukan pemahaman tentang pemerintah dan hubungannya dengan rakyat yang pada gilirannya
akan memajukan kebijakan publik yang lebih responsif terhadap tuntutan sosial dan untuk menetapkan
praktek manajemen yang efisien, efektif dan lebih manusiawi (Akib, 2012)

2.2.2 Prinsip
Prinsip-prinsip administrasi meliputi antara lain (1) Hirarki; (2) Kesatuan komando; (3)
Spesialisasi secara fungsional; (4) Rentang kendali; dan (5) Desain organisasi rasional.

1. Prinsip Hirarki
Prinsip hirarki melukiskan mengenai penataan yang tepat terhadap keterampilan pegawai,
pemberian penghargaan terhadap pegawai dan penempatan kewenangan dalam organisasi.
Pegawai Negeri Sipil, Tenaga Kontrak, dan Tenaga Honorer dalam lingkungan organisasi
pemerintah memiliki keterampilan yang beragam. Dalam pendekatan klasik dikemukakan
bahwa penempatan personil organisasi hendaknya memperhatikan aspek keterampilan
pegawai tersebut.
2. Prinsip Kesatuan Komando
Prinsip kesatuan komando merupakan penekanan terhadap pentingnya mengefektifkan
komunikasi dan mereduksi distorsi instruksi yang disampaikan atasan kepada bawahannya.
Sehingga sebaiknya pada setiap level organisasi hanya ada satu pejabat yang menyampaikan
perintah kepada bawahan. Sebab jika seorang pegawai melayani lebih dari satu atasan maka
pegawai tersebut akan kebingungan sehingga tidak efesien dalam melaksanakan tugas-tugas
yang diembannya.
3. Prinsip Spesialisasi Fungsional

1
Pekerjaan utama pemerintah adalah menyediakan pelayanan publik dan barang publik yang
berkualitas bagi masyarakat. Pekerjaan besar ini tentunya memiliki tingkat kompleksitas yang
cukup besar. Oleh karenanya, perlu dilakukan pembagian kerja dalam organisasi pemerintah
berdasarkan jenis kerja yang spesifik. Dalam konteks organisasi pemerintah yang melakukan
pembagian kerja tersebut adalah Badan Perencanaan Nasional atau Badan Perencanaan
Daerah. Kedua lembaga pada level pemerintahan yang berbeda tersebut diharapkan dapat
menelaah dan menderivasi pekerjaan utama pemerintah menjadi jenis-jenis kerja yang
spesifik.
4. Prinsip Rentang Kendali
Hampir senada dengan prinsip kesatuan komando, prinsip rentang kendali menekankan bahwa
sebaiknya seorang atasan memiliki jumlah bawahan yang tidak terlalu banyak sehingga
kontrol terhadap bawahan dapat berjalan efektif.
5. Prinsip Desain Organisasi Rasional
Prinsip desain organisasi rasional merupakan cara yang ditempuh dalam menyusun organisasi,
yakni berdasarkan pada pertimbangan rasional seperti tujuan, klien yang dilayani, tempat,
proses dan tujuan pelayanan. Organisasi yang didesain berdasarkan tujuan misalnya
Pengadilan untuk melaksanakan sidang-sidang terkait dengan perkara kriminal. Sedangkan
organisasi yang didesain berdasarkan klien yang dilayani misalnya Klinik Pemulihan
Ketergantungan Narkoba pada rumah sakit milik pemerintah yang secara khusus ditujukan
untuk melayani pasien ketergantungan narkoba.

2.2.3 Fungsi / Manfaat


Fungsi Administrasi Negara Menurut Gerald Caiden :
1. Fungsi Tradisional
Fungsi tradisional adalah fungsi utama adminstrasi negara sejak zaman administrasi
negara kuno sampai administrasi negara modern. Fungsi tradisional meliputi :
a. Hubungan Luar Negeri
Dahulu hubungan luar negeri merupakan masalah yang sederhana yang dijalankan secara
langsung antara negara melalui duta besar yang melakukan diplomasi personal, kemudian
hubungan politik, dagang. Namun sekarang hubungan internasional tidak terbatas negara saja
tetapi juga badan-badan internasional seperti perusahaan multinasional, LSM ataupun secara
personal.
b. Ketertiban Dalam Negeri
Masalah keamanan pada masa lalu hanya menjadi tanggung jawab
lingkungan masyarakat setempat. Namun semakin modern dan kompleks
masyarakat semakin banyak permasalahan yang dihadapi dan semakin
banyak bentuk gangguan keamanan masyarakat. Karena itu dibutuhkan

2
lembaga publik yang menjalankan fungsi sebagai penjaga ketertiban
masyarakat yaitu lembaga kepolisian untuk menjamin ketertiban internal
masyarakat dan negara.
c. Pertahanan Keamanan
Menjaga keamanan dari serangan pihak luar (ancaman eksternal),
kemudian menjaga kesatuan negara dari ancaman gerakan separatis. Fungsi ini dijalankan oleh
salah satu lembaga publik yaitu TNI.
d. Pekerjaan Umum
Penyediaan sarana dan prasarana publik yang tidak bias diselenggarakan secara individual
atau pihak swasta tidak mau menyediakannya, fungsi ini meliputi pembangunan sarana-sarana
umum yang dibutuhkan rakyat banyak seperti pembangunan jalan raya, jaringan rel kereta api,
satelit komunikasi, jembatan, bandara, monumen dan bangunan publik lainnya.
e. Perpajakan
Pajak merupakan sumber pendapatan negara yang dipungut dari rakyat. Manfaat pajak
sangatlah besar bagi negara maupun masyarakat. Negara adalah satu-satunya lembaga yang
mempunyai otoritas untuk memaksa orang membayar pajak, dan merupakan lembaga yang
berwenang mengalokasikan pendapatan negara dari pajak untuk kepentingan umum.
f. Kesejahteraan Umum
Fungsi kesejahteraan umum adalah usaha pelayanan negara pada orang - orang yang tidak
mampu mengurus hidupnya sendiri Karen sesuatu hal diluar kehendaknya atau negara
berkewajiban menyelenggarakan pelayanan publik bagi orang-orang yang tidak mampu
mengurus hidupnya sendiri karena sesuatu hal diluar kehendaknya, dan negara juga wajib
melindungi kelompok masyarakat marginal atau minoritas.
2. Fungsi Pembangunan Bangsa
Usaha menumbuhkan rasa cinta bangsa merupakan masalah yang
penting bagi negara terutama yang masyarakatnya berlatar belakang
heterogen. Dahulu negara yang luas wilayahnya sempit, suku bangsanya
relatif homogen dan budayanya juga homogen. Namun sekarang wilayah
suatu negara luas, gabungan beberapa suku bangsa/ras multikultur. Pada
intinya fungsi pembangunan bangsa adalah menjaga persatuan bangsa dan keutuhan wilayah.
Ada beberapa cara yang umum digunakan untuk
menumbuhkan semangat cinta bangsa, yaitu :
a. Simbol Nasional
Rasa cinta bangsa bisa ditumbuhkan melalui penciptaan symbol simbol nasional seperti
bendera, lagu kebangsaan, simbol negara, seragam, baju nasional. Nasionalisme memang
tidak sekedar memiliki simbol-simbol tertentu. Tetapi negara juga mencoba membuat rakyat
mengidentifikasi dirinya dengan simbol-simbol negaranya.

3
b. Persatuan Nasional
Norma-norma administrasi negara harus menekankan kesatuan nasional dan nilai-nilai
universal dan non-diskriminatif serta mengutamakan kepentingan umum. Citra diri aparat
yang baik akan dapat meningkatkan peranan mereka dalam menggalang persatuan dan
kesatuan bangsa.
c. Sosialisasi Nasional
Dengan sosialisasi nasional, kesadaran nasional ditumbuhkan sejak dini melalui sistem
pendidikan nasional baik pendidikan formal maupun informal.
d. Pembangunan Nasional
Rasa cinta bangsa dapat ditumbuhkan melalui program-program pembangunan. Program
pembangunan yang membawa perubahan sosial masyarakat yang adil dan merata merupakan
bukti pemerintah menjalankan program non-diskriminatif.
3. Fungsi Manajemen Ekonomi
Walaupun bidang ekonomi lebih merupakan wilayah aktivitas swasta
yang bersifat privat dan individual. Namun masalah ekonomi tidak bisa
diserahkan sepenuhnya ke pihak swasta. Ada beberapa fungsi administrasi
negara dalam bidang ekonomi manajemen antara lain :
a. Peran Langsung
Melalui perusahaan negara memberikan pelayanan barang dan jasa
publik secara langsung kepada masyarakat misalnya melalui BUMN seperti listrik, air,
telepon, pos, transportasi umum, dll.
b. Regulasi
Berperan dalam bentuk regulasi ekonomi, misalnya :
1) Mata uang, tarif
2) Industri primer dan pertanian: redistribusi tanah, proteksi, subsidi, pinjaman, dsb
3) Industri ekstraktif/tambah
4) Regulasi ekonomi : UMR, perlindungan buruh, dsb.
c. Perencanaan Ekonomi dan Pembangunan

4. Fungsi Kesejahteraan Sosial


Campur tangan pemerintah dalam kesejahteraan sosial berbeda antara negara satu dengan
negara lainnya. Negara kapitalis liberal cenderung menyerahkan masalah kesejahteraan sosial
pada lembaga non pemerintah (swasta). Namun kenyataannya problem kesejahteraan social
tidak bisa diserahkan begitu saja pada lembaga swasta. Pelayanan yang diberikan swasta tidak
bisa mengatasi problem kesejahteraan yang semakin. Karena itu negara harus campur tangan
dalam pelayanan kesejahteraan social masyarakat. Ada beberapa macam peran Negara dalam
pelayanan kesejahteraan sosial :

4
a. Pelayanan Kesehatan Nasional
Kesehatan merupakan kebutuhan mendasar setiap manusia, karena itu negara
berkewajiban menyediakan pelayanan medis bagi semua orang yang memerlukannya tanpa
melihat kemampuan ekonominya.
b. Pelayanan Kesejahteraan Sosial
Pelayanan kesejahteraan diberikan pada mereka meskipun tidak sakit namun tidak dapat
menyokong kehidupannya, seperti orang jompo, cacat, yatim piatu, pengangguran dan
sebagainya.
c. Jaminan Sosial
Tujuan adanya jaminan sosial adalah untuk memberikan bantuan pada saat darurat atau
untuk mengsubsidi biaya pelayanan kesehatan dan kesejahteraaan nasional.
d. Pendidikan Nasional
Pemerintah berkewajiban mencerdaskan rakyatnya. Untuk itu
pemerintah memberi fasilitas bagi setiap penduduk untuk mendapatkan pendidikan mulai dari
TK sampai SMA bahkan kalau bisa sampai perguruan tinggi.
e. Perumahan Umum
Perumahan atau tempat tinggal juga menjadi kebutuhan dasar manusia. Untuk itu
pemerintah berkewajiban membantu masyarakat yang tidak mampu membeli rumah dengan
memberikan subsidi bagi pembangunan perumahan umum.
5. Fungsi Kontrol Lingkungan
Manusia saat ini menikmati standar hidup yang lebih tinggi disbanding masa-masa
sebelumnya. Keberhasilan dalam meningkatkan kualitas hidup terjadi karena manusia berhasil
mengolah alam dan memperpanjang usia hidupnya melalui penemuan-penemuan di bidang
kesehatan. Namun kemajuan ini menuntut biaya sosial tersendiri, terutama berupa kerusakan
lingkungan akibat eksploitasi alam yang berlebihan. Hal tersebut dapat berdampak pada
masyarakat banyak, maka negara dituntut untuk menggunakan otoritasnya guna mencegah hal
tersebut. Ada beberapa fungsi kontrol lingkungan antara lain :
a. Riset dan Pengembangan
Penguasaan dalam riset dan tekhnologi mutakhir dapat memperkuat
posisi birokrasi, karena itulah riset dan pengembangan menjadi fokus
utama banyak negara.
b. Konservasi
Eksploitasi alam telah menimbulkan kerusakan alam. Untuk mencegah
kerusakan lingkungan yang makin parah perlu dibuat peraturan yang
melarang pembantaian flora dan fauna yang terancam punah, reklamasi
bahan-bahan sisa, meremajakan sumber daya yang tidak bisa punah
dengan menghijaukan flora kembali.

5
c. Tata Kota
Kepadatan penduduk di kota besar mendorong perlunya dilakukan
perencanaan dan penataan kota secara serius. Tata kota yang baik
diharapkan dapat menjadikan kota sebagai tempat yang nyaman dan
sekaligus dapat mengurangi problem kepadatan penduduk, lingkungan kumuh, kriminalitas
dan sebagainya.
d. Kontrol Lingkungan
Problem lingkungan seperti polusi dan air, sampah dan limbah industri
merupakan problem yang berdampak pada kelangsungan hidup
masyarakat, karena itu perlu ditangani oleh negara dengan sungguhsungguh melalui peraturan
dan pengendalian dampak lingkungan.
6. Fungsi Hak Asasi Manusia
Negara yang modern dan berlandaskan tatanan yang demokratis
dituntut untuk memberikan pelayanan dan perlindungan publik yang adil
pada semua individu. fungsi itu dikenal sebagai fungsi perlindungan hak
asasi manusia antara lain :
a. Perlindungan HAM
Hak asasi manusia yang harus dilindungi antara lain kebebasan pribadi,
bebas dari perbudakan, privasi, kebebasan beragama, kebebasan
mengeluarkan pikiran dan pendapat, kebebahan berpartisipasi dalam
pemerintahan. Semua hak-hak ini harusnya dijamin oleh negara tanpa
kecuali.
b. Privasi
Privasi merupakan hak individu untuk melindungi kehidupan pribadi dan keluarganya dari
segala gangguan yang mengancam dirinya dan
keluarganya. Negara diharapkan menghargai dan melindungi privasi ini.
c. Pengendalian Penduduk
Hak asasi paling mendasar adalah hak untuk hidup dan memperoleh
keturunan. Namun karena tingkat kematian yang menurun, sedang
tingkat kesuburan dan harapan hidup cenderung tinggi maka terjadi
ledakan jumlah penduduk, terutama di negara-negara berkembang.

2.2.4 Ruang Lingkup


Ruang lingkup administrasi publik adalah :
1. kebijakan publik,
2. birokrasi publik,
3. managemenPublik,

6
4. Kepemimpinan,
5. pelayanan Publik,
6. Administrasi kepegawaian,
7. Kinerja,
8. Etika administrasi publik.

2.2.5 Contoh Lembaga Administrasi Publik di Indonesia


Ada banyak lembaga administrasi publik di Indonesia, diantaranya adalah:
1. BUMN
Badan Usaha Milik Negara atau disingkat BUMN memiliki tugas pokok dan fungsi untuk
melaksanakan pembinaan terhadap Perusahaan Negara/Badan Usaha Milik Negara di
Indonesia yang berdiri sejak tahun 1973. Kementrian BUMN membantu Presiden dalam
menyelenggrakanpemerintahan Negara dalam membina entitas yang dikendalikan BUMN
secara langusng maupun tidak langsung (BUMN, 2020).

2. LAN
Lembaga Administrasi Negara merupakan Lembaga Pemerintah Nonkementrian yang
didirikan dengan Peraturan Pemerintah No.30 Tahun 1957 tanggal 6 Agustus 1957 yang
tugas dan fungsinya diatur dalam Surat Keputusan Perdana Menteri No. 238/P.M/1957.
Lembaga ini ditugaskan untuk membuat rencana lengkap dan konkret tentang
pembentukan suatu institute bagi pendidikan tenaga administrasi pemerintahan demi
hadirnya aoaratur pemerintah yang cakap dan terampil dalam system administrasi negara
(LAN, 2020).

2.3 Administrasi Private


2.3.1 Pengertian
Administrasi private adalah suatu kegiatan administrasi yang merujuk pada organisasi
pribadi/swasta. Administrasi private juga bisa diartikan sebagai aktivitas bisnis atau komersial
non politik yang melibatkan proses manajemen seperti planning, production, marketing,
financing, controlling, coordinatoring, dan lain-lain. Administrasi private berhubungan erat
dengan teori manajemen yang berfokus pada keuntungan pribadi dan memaksimalkan
kekayaan pemegang saham (HigherStudy.org, 2020).
Kumar (2016) juga menjelaskan bahwa administrasi private ini tidak memiliki tujuan
politik. Ia juga memaparkan bahwa administrasi private hanya berfokus pada profit, pekerjaan
ini tidak akan dilakukan apabila tidak membawa suatu keuntungan.
Di Indonesia, administrasi private juga sering disebut administrasi bisnis.
Administrasi bisnis adalah sebuah proses pengelolaan dari setiap sudut pandang bisnis yang

7
berbeda sehingga bisnis dapat berjalan, berkembang, tumbuh dan berhasil. Dalam sebuah
bisnis, biasanya tediri dari sebuah tim atau departemen administrator yang menjalankan tugas
mereka yaitu memantau dan mengelola setiap aspek bisnis untuk memastikan bahwa bisnis
terseut berpeluang tinggi untuk berhasil (CBSE Academic, 2018).

2.3.2 Proses Administrasi Private


Menurut CBSE Academic (2018), proses administrasi tidak dapat dipisahkan dan
saling tumpang tindih dari setiap unsur, kinerja dari salah satu unsur akan mempengaruhi
unsur lainnya. Proses administrasi dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 2.1 Proses Administrasi Private

1. Planning
Planning atau perencanaan dilakukan untuk menentukan arah atau tindakan yang
paling tepat untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
Perencanaan merupakan pemikiran yang sistematis tentang cara dan sarana untuk
mencapai tujuan tertentu. Perencanaan dilakukan untuk memastikan pemanfaatan
sumber daya manusia dan non manusia secara tepat, agar terhindar dari
ketidakpastian ataupun digunakan memperkecil risiko.
2. Organizing
Organizing atau mengorganisasikan adalah suatu proses mengatur dan
menyatukan sumber daya manusia dan non manusia seperti keuangan dan
mengembangkannya secara produktif guna mencapai tujuan organisasi.

3. Staffing

8
Proses staffing dilakukan untuk menempatkan orang yang tepat pada posisi yang
benar. Fungsi utama dari staffing adalah untuk mengatur struktur organisasi dan
menjaganya agar tetap awet.
4. Directing
Proses ini dilakukan untuk mengatur dan mengarahkan jalannya admministrasi
bisnis agar bekerja secara efisien dan bisa mencapai tujuan utama organisasi.
5. Controlling
Tujuan dari adanya proses controlling adalah untuk memastikan bahwa segala
sesuatu terjadi sesuai dengan standar.

2.4 Perbedaan Administrasi Publik dan Administrasi Private


Tabel 2.1 Perbedaan Administrasi Publik dan Administrasi Private

Administrasi Publik Administrasi Private


Pengertian Administrasi publik berkaitan dengan Administrasi swasta berkaitan
kebijakan publik, urusan negara, dengan manajemen dan kegiatan
pengaturan fungsi dan layanan secara organisasi biasanya dalam entitas
general bisnis
Ruang lingkup Beroperasi pada pemerintahan Beroperasi pada non-pemerintahan
Kepentingan Berkaitan dengan proses politik Berkonsentrasi pada kegiatan
komersial dan bisnis
Waktu Secara continu/berkala Secara periodic
Orientasi Berorientasi pada kesejahteraan dan Berorientasi pada profit/keuntungan
bekerja dengan motif layanan
Objektif Memberikan layanan terbaik untuk Kekayaan maksimal untuk pemegang
umum saham
Dasar Berdasarkan hokum atau regulasi Berdasarkan manajemen dalam
kepemerintahan organisasi
Imbalan Gaji Laba dan gaji
Penghasilan/ Melalui pajak, biaya jasa, hukuman, Keuntungan operasi
pendapatan dan iuran yang dibayar warga
Sumber : DifferenceBetween.net

9
TM 2

Birokrasi, Organisasi, dan Manajemen Bidang Kesehatan

2.1 BIROKRASI
Birokrasi merupakan suatu sistem pengorganisasian negara dengan tugas yang sangat
kompleks dan hal ini jelas memerlukan pengendalian operasi manajemen pemerintahan yang
baik.
Secara gradual di Indonesia dilakukan reformasi birokrasi dalam dimensi
kelembagaan, sumberdaya aparatur dan ketatalaksanaan, baik oleh pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah. Apalagi dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 menetapkan bahwa:
"Pembangunan aparatur negara dilakukan melalui reformasi birokrasi untuk meningkatkan
profesionalisme aparatur negara dan untuk mewujudkan tata pemerintahan yang baik, di pusat
maupun di daerah". Dalam rangka reformasi birokrasi tersebut, pemerintah pusat meregulasi
perundang-undangan yang dikenal pilar reformasi birokrasi yaitu: 1) UU Pelayanan Publik; 2)
UU Administrasi Pemerintahan; 3) UU Etika Penyelengara Negara; 4) UU Kepegawaian
Negara; 5) UU Kementerian Negara; 6) UU Tata Hubungan Kewenangan antara Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah; 7) UU Badan Layanan Umum/Nirlaba; 8) UU Sistem
Pengawasan Nasional; 9) UU Akuntabilitas Penyelenggara Negara.

2.1.1 Konsep Birokrasi


Max Weber menciptakan model tipe ideal birokrasi yang menjelaskan bahwa suatu
birokrasi atau administrasi mempunyai suatu bentuk yang pasti dimana semua fungsi
dijalankan dalam cara-cara yang rasional. Tipe ideal itu menurutnya bisa dipergunakan untuk
membandingkan birokrasi antara organisasi yang satu dengan organisasi yang lain. Menurut
Max Weber bahwa tipe ideal birokrasi yang rasional tersebut dilakukan dalam cara-cara
sebagai berikut:
Pertama, individu pejabat secara personal bebas, akan tetapi dibatasi oleh jabatannya
manakala ia menjalankan tugas-tugas atau kepentingan individual dalam jabatannya. Pejabat
tidak bebas menggunakan jabatannya untuk keperluan dan kepentingan pribadinya termasuk
keluarganya.

10
Kedua, jabatan-jabatan itu disusun dalam tingkatan hierarki dari atas ke bawah dan ke
samping. Konsekuensinya ada jabatan atasan dan bawahan, dan ada pula yang menyandang
kekuasaan lebih besar dan ada yang lebih kecil.
Ketiga, tugas dan fungsi masing-masing jabatan dalam hiearki itu secara spesifik
berbeda satu sama lainnya.
Keempat, setiap pejabat mempunyai kontrak jabatan yang harus dijalankan. Uraian
tugas (job description) masing-masing pejabat merupakan domain yang menjadi wewenang
dan tanggung jawab yang harus dijalankan sesuai dengan kontrak.
Kelima, setiap pejabat diseleksi atas dasar kualifikasi profesionalitasnya, idealnya hal
tersebut dilakukan melalui ujian yang kompetitif.
Keenam, setiap pejabat mempunyai gaji termasuk hak untuk menerima pensiun sesuai
dengan tingkatan hierarki jabatan yang disandangnya. Setiap pejabat bisa memutuskan untuk
keluar dari pekerjaannya dan jabatannya sesuai dengan keinginannya dan kontraknya bisa
diakhiri dalam keadaan tertentu.
Ketujuh, terdapat struktur pengembangan karier yang jelas dengan promosi
berdasarkan senioritas dan merit sesuai dengan pertimbangan yang obyektif.
Kedelapan, setiap pejabat sama sekali tidak dibenarkan menjalankan jabatannya dan
resources instansinya untuk kepentingan pribadi dan keluarganya.
Kesembilan, setiap pejabat berada di bawah pengendalian dan pengawasan suatu
sistem yang dijalankan secara disiplin. 2

2.2 ORGANISASI
Pengertian organisasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu organisasi arti statis
dan organisasi dalam arti dinamis.
1. Organisasi Dalam Arti Statis
Organisasi dalam arti statis berarti melihat organisasi sebagai sesuatu yang
tidak bergerak atau diam. Melihat organisasi sebagai sesuatu yang tidak bergerak
berarti melihat organisasi itu seperti yang tergambar dalam bagan (organogram) yang
beraneka ragam.
Ada berbagai macam pandangan tentang organisasi dalam arti statis, antara
lain sebagai berikut :
1) Organisasi dipandang sebagai wadah atau sebagai alat yang berarti :
a. Organisasi sebagai alat pencapaian tujuan yang ditetapkan sebelumnya,

11
b. Organisasi merupakan wadah daripada sekelompok orang (group of people)
yang mengadakan kerjasama untuk mencapai tujuan bersama.
c. Organisasi sebagai wadah atau tempat di mana administrasi dan manajemen
dijalankan yang memungkinkan administrasi dan menajemen itu bergerak
sehingga memberi bentuk pada administrasi dan manajemen
2) Organisasi dipandang sebagai jaringan dari hubungan kerja yang bersifat formal
3) Organisasi dipandang sebagai saluran hirarki kedudukan atau jabatan yang ada.
2. Organisasi Dalam Arti Dinamis
Organisasi dalam arti dinamis berarti memandang organisasi sebagai suatu organ
yang hidup, suatu organisme yang dinamis. Terdapat berbagai macam pandangan
tentang organisasi dalam arti dinamis, sebagai berikut :
a. Organisasi dalam arti dinamis berarti organisasi itu selalu bergerak mengadakan
pembagian tugas atau pekerjaan sesuai dengan system yang telah ditentukan.
b. Organisasi dalam arti dinamis berarti memandang organisasi itu dari segi isinya,
yaitu sekelompok orang yang melakukan kerja sama untuk mencapai tujuan
bersama. Jadi organisasi dalam arti dinamis menyoroti unsur manusia yang ada di
dalamnya. Manusia merupakan unsur terpenting dari seluruh unsur organisasi
karena hanya manusialah yang memiliki sifat kedinamisan..
Dari uraian di atas kita dapat mengatakan bahwa organisasi dalam arti dinamis
merupakan proses kerjasama antara orang-orang yang tergabung 1 dalam suatu wadah
tentu untuk mencapai tujuan bersama. Proses adalah langkah-langkah yang harus
dilalui. Langkah-langkah yang harus dilalui dalam usaha mencapai tujuan bersama
dimulai dari proses perencanaan (planning), proses pengorganisasian (organizing),
pemberian motivasi (motivating), proses pengawasan (controlling) dan proses
pengambilan keputusan (decision making). Proses tersebut sering disebut sebagai
fungsi manajemen sehingga organisasi dalam arti dinamis disebut pula organisasi
sebagai fungsi, yaitu organisasi yang member kemungkinan manajemen untuk
bergerak.

2.3 MANAJEMEN DI BIDANG KESEHATAN


Secara klasik, manajemen adalah ilmu atau seni tentang penggunaan sumber daya
secara efisien, efektif, dan rasional untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan
sebelumnya

12
Menurut Notoatmodjo (2003) dalam buku Manajemen Kesehatan dan Rumah Sakit,
manajemen kesehatan adalah suatu kegiatan atau suatu seni untuk mengatur para petugas
kesehatan dan nonpetugas kesehatan guna meningkatkan kesehatan masyarakat melalui
program kesehatan (Herlambang & Murwani, 2012).
Sesuai dengan tujuan sistem kesahatan, yakni peningkatan derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya, maka manajemen kesehatan tidak dapat disamakan dengan manajemen
niaga yang lebih berorientasi pada upaya mencari keuntungan berupa uang untuk pemilik
perusahaan (profit oriented) melainkan manajemen kesehatan berorientasi memberikan
manfaat pelayanan secara optimal pada masyarakat (benefit oriented) oleh karena organisasi
kesehatan lebih mementingkan pencapaian kesejahteraan umum (Herlambang & Murwani,
2012)..

2.3.1 Fungsi
Fungsi-fungsi dalam manajemen kesehatan sama dengan fungsi-fungsi dalam manajemen
perusahaan, yaitu (Herlambang & Murwani, 2012) :
1. Fungsi Perencanaan (Planning)
Perencanaan merupakan fungsi terpenting dalam manajemen. Perencanaan
kesehatan adalah sebuah proses untuk merumuskan masalah-masalah kesehatan yang
berkembang di masyarakat, menentukan kebutuhan dan sumber daya yang tersedia,
menetapkan tujuan program yang paling pokok, dan menyusun langkah-langkah praktis
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan tersebut.
Dengan perencanaan dapat mengetahui : tujuan yang ingin dicapai; jenis dan
struktur organisasi yang dibutuhkan; jenis dan jumlah staf yang diinginkan dan uraian
tugasnya; sejauh mana efektivitas kepemimpinan dan pengarahan yang diperlukan;
bentuk dan standar pengawasan yang akan dilakukan.
Terdapat lima langkah yang perlu dilakukan pada proses penyusunan sebuah
perencanaan dalam manajemen kesehatan, yaitu: (a) analisa situasi; (b) mengidentifikasi
masalah dan prioritasnya; (c) menentukan tujuan program; (d) mengkaji hambatan dan
kelemahan program; (e) menyusun rencana kerja operasional.
2. Fungsi Pengorganisasian (Organizing)
Dengan adanya pengorganisasian, maka seluruh sumber daya yang dimiliki oleh
organisasi akan diatur penggunaannya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan
organisasi yang telah ditetapkan.

13
Dengan pengorganisasian, seorang pemimpin akan mengetahui: pembagian tugas
secara jelas, tugas pokok dan prosedur kerja staf, hubungan organisatoris dalam struktur
organisasi, pendelegasian wewenang, dan pemanfaatan staf dan fasilitas fisik yang
dimiliki organisasi.
Ada enam langkah penting dalam membuat pengorganisasian, yaitu: (a) tujuan
organisasi harus sudah dipahami oleh staf; (b) membagi habis pekerjaan dalam bentuk
kegiatan-kegiatan pokok untuk mencapai tujuan; (c) menggolongkan kegiatan pokok ke
dalam suatu kegiatan yang praktis; (d) menetapkan kewajiban yang harus dilakukan oleh
staf dan menyediakan fasilitas pendukung yang diperlukan untuk melaksanakan tugasnya;
(e) penugasan personal yang terampil.
3. Fungsi Pelaksanaan dan Pembimbingan (Actuating)
Pada fungsi ini lebih mengarahkan dan menggerakkan semua sumber daya untuk
mencapai tujuan yang telah disepakati. Beberapa hal yang dapat menggerakkan dan
mengarahkan sumber daya manusia dalam organisasi yaitu : peran kepemimpinan
(leadership), motivasi staf, kerja sama antar staf, dan komunikasi yang lancer antar staf.
Adapun tujuan fungsi pelaksanaan dan pembimbingan adalah: (1) menciptakan
kerjasama yang lebih efisien; (2) mengembangkan kemampuan dan keterampilan staf; (3)
menumbuhkan rasa menyukai dan memiliki pekerjaan; (4) mengusahakan suasana
lingkungan kerja yang meningkatkan motivasi prestasi kerja staf; (5) membuat organisasi
berkembang secara dinamis.
4. Fungsi Pengawasan (Controlling)
Melalui fungsi pengawasan, standar keberhasilan program yang telah dibuat
dalam bentuk target, prosedur kerja, dan sebagainya harus selalu dibandingkan dengan
hasil yang telah dicapai atau yang mampu dikerjakan oleh staf.
Jenis standar pengawasan ada dua, yaitu : (1) standar norma, standar yang dibuat
berdasarkan pengalaman staf melaksanakan program yang sejenis atau yang pernah
dilaksanakan dalam situasi yang sama di masa lalu; (2) standar kriteria, standar yang
diterapkan untuk kegiatan-kegiatan pelayanan oleh petugas yang sudah mendapatkan
pelatihan.
Pemimpin bisa mendapatkan data pada saat melakukan pengawasan dengan tiga
cara: pengamatan langsung, laporan lisan dari staf atau pengaduan masyarakat, dan
laporan tertulis dari staf.
5. Fungsi Evaluasi (Evaluation)

14
Tujuannya yaitu untuk memperbaiki efisiensi dan efektivitas pelaksanaan
program dengan memperbaiki fungsi manajemen. Evaluasi ada beberapa macam, yaitu:
(a) evaluasi terhadap input, dilaksanakan sebelum program dilaksanakan;(b) evaluasi
terhadap proses, dilaksanakan pada saat kegiatan berlangsung; (c) evaluasi terhadap
output, dilaksanakan setelah pekerjaan selesai.
Fungsi-fungsi manajemen diatas dapat dilihat pada Gambar 2.1. Meskipun
keempat fungsi manajemen tersebut terpisah satu sama lain, teteapi sebagai sebuah
proses, keempatnya merupakan suatu rangkaian kegiatan yang berhubungan satu sama
lain. Jika tujuan organisasi belum tercapai, pimpinan organisasi harus menganalisis
kelemahan pelaksanaan salah satu atau beberapa fungsi manajemen tersebut (Muninjaya,
2012).

2.3.2 Ruang Lingkup


Seperti halnya manajemen perusahaan, di bidang kesehatan juga dikenal berbagai jenis
manajemen sesuai dengan ruang lingkup kegiatan dan sumber daya yang dikelolanya. Ruang
lingkup manajemen kesehatan secara garis besar mengerjakan kegiatan yang berkaitan
dengan (Herlambang & Murwani, 2012).:
1.  Manajemen sumber daya manusia (personalia)
2.  Manajemen keuangan (mengurusi cashflow keuangan)
3.  Manajemen logistik (mengurusi logistik-obat dan peralatan)
4.  Manajemen pelayanan kesehatan dan sistem informasi manajemen
(melayani pelayanan kesehatan masyarakat)
Untuk masing-masing bidang tersebut dikembangkan manajemen yang lebih spesifik
sesuai dengan ruang lingkup dan tugas pokok institusi kesehatan. Penerapan manajemen pada
unit pelaksana teknis seperti  puskesmas dan RS merupakan upaya untuk memanfaatkan dan
mengatur sumber daya yang dimiliki oleh masing-masing unit pelayanan kesehatan tersebut,
dan diarahkan untuk  mencapai tujuan organisasi (unit kerja dan sebagainya) secara efektif,
efisien, produktif, dan bermutu (Muninjaya, 2012).

2.3.3 Subsistem Manajemen Kesehatan


subsistem manajemen kesehatan adalah tatanan yang menghimpun berbagai upaya
administrasi kesehatan yang didukung oleh pengelolaan data dan informasi, pengembangan
dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta pengaturan hukum kesehatan secara

15
terpadu dan saling mendukung, guna menjamin tercapainya derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya (Herlambang & Murwani, 2012).
Subsistem manajemen kesehatan terdiri dari empat unsur utama (Herlambang &
Murwani, 2012) :
1. Administrasi kesehatan, adalah kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan
pengendalian serta pengawasan dan pertanggungjawaban penyelenggara
pembangunan kesehatan.
2. Informasi kesehatan, adalah hasil pengumpulan dan pengolahan data yang
merupakan masukan bagi pengambilan keputusan di bidang kesehatan.
3. Ilmu pengetahuan dan teknologi, adalah hasil penelitian dan pengembangan yang
merupakan masukan bagi pengambilan keputusan di bidang kesehatan.
4. Hukum kesehatan, adalah peraturan perundang-undangan kesehatan yang dipakai
sebagai acuan bagi penyelenggara pembangunan kesehatan.

2.3.4 Pembiayaan Program Kesehatan

Sesuai dengan UU No. 22 dan 25 tahun 1999 (diubah menjadi UU No.32 dan 33 tahun
2004) tentang pemerintah daerah dan perimbangan keuangan pusat dan daerah, dana
pembangunan kesehatan berasal dari tiga sumber yaitu (Muninjaya, 2012) :
1. Pemerintah (APBN), yang disalurkan ke daerah dalam bentuk DAU ( Dana
Alokasi Umum) dan DAK (Dana Alokasi Khusus). Dengan diberlakukannya
otonomi daerah, porsi dana sector kesehatan yang bersumber dari APBN menurun.

2. APBD yang bersumber dari PAD (Pendapatan Asli Daerah), baik yang bersumber
dari pajak maupun penghasilan badan usaha milik Pemda.

3. Bantuan luar negeri, dapat dalam bentuk hibah (grant) atau pinjaman (loan) untuk
investasi atau pengembangan pelayanan kesehatan.

Pertemuan 3
Fungsi manajemen POSDCoRBE

1.1.1 Penjabaran fungsi POSDCoRBE


Luther Gulick dan L.Urwick menjelaskan 7 (tujuh) kegiatan tugas utama dari fungsi
manajer
1. Perencanaan (planning)

16
Fungsi perencanaan adalah fungsi terpenting dalam manajamen karena fungsi ini akan
menentukan fungsi-fungsi manajemen lainnya. Fungsi perencanaan merupakan landasan dasar
dari fungsi manajemen secara keseluruham. Tanpa ada fungsi perencanaan, tidak mungkin
fungsi manajemen lainnya akan dapat dilaksanakan dengan baik. Hal pertama yang dilakukan
oleh seorang manajer adalah memutuskan apa yang ingin dicapai (tujuan) dalam
pekerjaannya. Ia harus menetapkan tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang untuk
organisasi, serta memutuskan alat apa yang akan digunakan untuk mencapai tujuan tersebut
(Muninjaya, 2004). Perencanaan juga mencakup apa yang dimaksudkan oleh Gulick sebagai
fungsi budgeting karena budget merupakan rencana pengeluaran sejumlah uang untuk
melaksanakan suatu tujuan (Ramli and Hardini, 2014)

2. Pengorganisasian (organizing)
Pengorganisasian adalah salah satu fungsi manajemen yang juga mempunyai peranan
penting seperti hal nya fungsi perencanaan. Melalui fungsi pengorganisasian, seluruh sumber
daya yang dimiliki oleh organisasi akan diatur penggunaannya secara efektif dan efisien untuk
mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Pengorganisasian adalah langkah untuk menetapkan, menggolongkan-golongkan dan
mengatur berbagai macam kegiatan, menetapkan tugas-tugas pokok dan wewenang dan
pendelegasian wewenang oleh pimpinan kepada staf dalam rangka mencapai tujuan
organisasi. pengorganisasian merupakan alat untuk memadukan (sinkronisasi) dan mengatur
semua kegiatan yang ada kaitannya dengan personil, finansial, material dan tata cara untuk
mencapai tujuan organisasi yang telah disepakati bersama (Muninjaya, 2004).

3. Pengadaan staf (staffing)


Dalam pengorganisasian, manajer membuat posisi-posisi dan memutuskan tugas serta
tanggung jawab yang melekat pada setiap posisi tersebut. Dalam pengadaan staf, manajer
berusaha mendapatkan orang yang tepat untuk setiap pekerjaan. Pada setiap perusahaan
biasanya orang-orang dicari setelah posisi-posisi tersebut ditentukan. Namun demikian, baik
pengorganisasian maupun pengadaan staf kebanyakan merupakan suatu pekerjaan yang
berkaitan.
Pengadaan staf dalam kenyataannya tidak dapat dilakukan sekaligus atau secara
keseluruhan, karena pengadaan staf dilaksanakan sehubungan dengan adanya anggota staf
yang berhenti, pensiun, mendapatkan kecelakaan ataupun meninggal dunia. Sering pula
perubahan di dalam organisasi menyebabkan adanya posisi-posisi baru dan posisi ini tentu

17
saja harus diisi oleh orang yang tepat. Staffing adalah pengelompokan Sumber Daya Manusia
(SDM), staffing meliputi perencanaan SDM, pencarian, pemilihan, pengangkatan,
penempatan, pengembangan dan penilaian terhadap karyawan. Staffing berarti menentukan
juga keperluan-keperluan sumber daya manusia, pengerahan, latihan dan pengembangan
tenaga kerja (Ramli and Hardini, 2014).

4. Pengarahan (directing)
kegiatan pengarahan (directing) dimana setiap orang dalam organisasi diajak atau dibujuk
untuk memberikan kontribusinya melalui kerjasama dalam mencapai tujuan organisasi.
Pengarahan meliputi pemberian petunjuk/memberi gambaran tentang kegiatan-kegiatan yang
akan dilakukan sehingga para manajer harus memotivasi staf dan personil organisasi agar
secara sukarela mau melakukan kegiatan sebagai manifestasi rencana yang dibuat (Wijaya
and Rifa’i, 2016).
Pada hakekatnya pengarahan ini mengandung kegiatan pemberian motivasi (motivating).
Kegiatan ini sebenarnya terdapat pada kegiatan directing sebagai sebuah fasilitas atau sarana
melakukan pengarahan terhadap para personil dalam organisasi (Wijaya and Rifa’i, 2016).

5. Pengkoordinasian (coordinating)
Koordinasi adalah salah satu fungsi manajemen. Dalam organisasi keberadaan
pengorganisasian sangat penting bagi terintegrasinya seluruh kegiatan organisasi untuk
mencapai tujuan. Stoner and Freeman (1996) mengemukakan bahwa proses pengorganisasian
dibagi menjadi 5 (lima) tahapan yaitu : perincian pekerjaan, pembagian pekerjaan, pemisahan
pekerjaan, koordinasi pekerjaan, monitoring dan reorganisasi. Dengan demikian koordinasi
merupakan bagian integral dari proses pengorganisasian. koordinasi mengimplikasikan bahwa
elemen-elemen sebuah organisasi saling berhubungan dan mereka menunjukkan keterkaitan
sedemikian rupa hingga semua orang melaksanakan tindakan tepat pada waktunya yang tepat
dalam rangka mencapai tujuan.
. Menurut Siagian (2004) koordinasi memiliki beberapa fungsi, yaitu :
a. Pencegahan konflik dan kontradiksi
b. Pencegahan persaingan yang tidak sehat
c. Pencegahan pemborosan
d. Pencegahan kekosongan ruang dan waktu

18
Untuk melakukan koordinasi yang efektif diperlukan adanya komunikasi. Proses
komunikasi akan menentukan efektif tidaknya koordinasi dalam organisasi. Untuk itu melalui
komunikasi yang efektif akan tercipta koordinasi pelaksanaan tugas yang memuaskan.
Dijelaskan oleh Handayaningrat (1984) mengenai pentingnya koordinasi yaitu:
a. Koordinasi yang baik akan mempunyai efek adanya efesiensi terhadap organisasi itu.
Koordinasi dapat menghindarkan terjadinya pemborosan uang, tenaga dan alat-alat.
b. Koordinasi mempunyai efek terhadap moral organisasi terutama yang berhubungan
dengan peranan kepemimpinan (leadership). Koordinasi yang baik akan muncul dari
kepemimpinan yang baik.
c. Koordinasi mempunyai efek terhadap perkembangan personal dalam organisasi. Para
personil organisasi perlu dikemdalikan agar pekerjaannya tidak simpang siur dan
bertabrakan satu sama lain yang akan mengganggu pencapaian tujuan bersama.

6. Pelaporan (reporting)
Fungsi pelaporan (reporting) menurut Gulick merupakan alat dari pengawasan (kontrol)
yang perlu dijadikan suatu fungsi tersendiri yang di dalamnya telah menyangkut pekerjaan
pengawasan. Laporan dibuat agar atasan dan bawahan mengetahui apa yang telah terjadi, dan
apa yang perlu diperbaiki ataupun ditambah. Dengan pelaporan dimaksudkan sebagai fungsi
yang berkaitan dengan pemberian informasi kepada manajer, sehingga manajer/pimpinan
dapat mengetahui informasi terkini kinerja dalam organisasinya. Pentingnya pelaporan
(reporting) terlihat dalam kaitannya dengan konsep system informasi manajemen yang
merupakan hal penting dalam pengambilan keputusan oleh manajer (Ramli and Hardini,
2014).

7. Penganggaran (budgeting)
Menurut Allen (1958) penganggaran yaitu penyusunan anggaran untuk mengaplikasikan
sumber-sumber yang ada atas dasar efisiensi dan efektifitas, anggaran belanja ini dinyatakan
dalam bentuk uang. Kemudian dalam tahap penganggaran, Pasolong (2008) mengkaji tentang
penyusunan anggaran belanja, yaitu bagaimana uang itu digunakan, untuk keperluan apa,
berapa banyaknya, termasuk kepada pos mana, kemudian dari mana sumber keuangan
diperoleh.

8. Evaluasi (evaluation)

19
Menurut Arikunto (2004) evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi
tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan
alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan. Fungsi utama evaluasi dalam hal ini adalah
menyediakan informasi-informasi yang berguna bagi pihak decision maker untuk menentukan
kebijakan yang akan diambil berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan.
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui penyimpangan yang terjadi, kemudian diperbaiki
sehingga tujuan dapat tercapai sesuai harapan. Hal ini dapat menjelaskan bahwa dari
serangkaian kegiatan yang telah disusun dan direncanakan yang kemudian berakhir pada
tahap pengawasan, dimana pada tahap ini kita melihat hasil dari kegiatan yang dilaksanakan
berhasil atau tidaknya, kemudian nantinya akan menjadi koreksi dan catatan penting bagi
pelaksanaan kegiatan selanjutnya yang lebih baik lagi untuk mencapai tujuan yang
sesungguhnya (Muninjaya, 2004). Evaluasi pada umumnya memiliki tahapan-tahapannya
sendiri. Berikut penjelasan salah satu tahapan evaluasi yang umumnya digunakan (Umar,
2004) :
a. Menentukan apa yang akan dievaluasi
b. Merancang (desain) kegiatan evaluasi
c. Pengumpulan data
d. Pengolahan dan analisis data
e. Pelaporan hasil evaluasi
f. Tindak lanjut evaluasi

2.2 Proses manajemen POAC


2.2.1 Definisi proses manajemen POAC
George R. Terry menyebut manajemen merupakan sebuah proses yang khas yang terdiri
dari tindakan-tindakan Planning (perencanaan), Organizing (pengorganisasian), Actuating
(pelaksanaan) dan Controlling (pengawasan) yang dilakukan untuk menentukan serta
mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia
serta sumber-sumber lain (Terry, 1960). Proses POAC sendiri dalam suatu organisasi
dilakukan untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi suatu organisasi dalam pencapaian
tujuannya.

2.2.2 Bagian-bagian dalam proses manajemen POAC


Bagian-bagian dalam manajemen POAC diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Planning (perencanaan)

20
a. Pengertian planning (perencanaan)
Perencanaan merupakan tahap awal dalam proses manajemen untuk mengidentifikasi
tujuan organisasi, menguraikan tugas yang harus dilakukan yang didasarkan pada metode,
rencana atau strategi serta waktu tugas tersebut harus dilakukan (Shafter et al., 2016).
Perencanaan dapat dianggap sebagai suatu kumpulan keputusan, dari proses berpikir dalam
penentuan hal-hal yang akan dilakukan di masa depan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan (Sumadi, 2020).
.

b. Manfaat planning (perencanaan)


Menurut Wiludjeng (2007) perencanaan berfungsi diantaranya sebagai berikut:
1) Perencanaan dipakai sebagai alat pengawasan dan pengendalian kegiatan.
2) Adanya perencanaan yang disusun (tentunya sebelum suatu kegiatan dilakukan) dengan
cermat dapat dipilih dan ditetapkan kegiatan-kegiatan mana yang diperlukan dan mana
yang tidak.
3) Dengan adanya perencanaan, segala kegiatan dapat dilakukan secara tertib dan teratur
sesuai dengan tahap-tahap yang semestinya.

c. Hal-hal yang dilakukan dalam planning yaitu (Ismail, 2009):


1) Menjelaskan, menetapkan, dan memastikan tujuan yang akan dicapai.
2) Meramalkan peristiwa atau keadaan pada waktu yang akan datang.
3) Memperkirakan kondisi-kondisi pekerjaan yang akan dilakukan.
4) Memilih tugas-tugas yang sesuai untuk mencapai tujuan.
5) Membuat rencana secara menyeluruh dengan menekankan kreativitas agar diperoleh
sesuatu yang baru dan lebih baik.
6) Membuat kebijaksanaan, prosedur, standar dan metode-metode untuk pelaksanaan kerja.
7) Memikirkan peristiwa yang kemungkinan akan terjadi.

2. Organizing (pengorganisasian)
a. Pengertian organizing
. Pengorganisasian merupakan suatu aktivitas manajemen dan sebagai tindak lanjut dari
perencanaan yang telah dibuat secara keseluruhan dalam pengelompokan orang dan
menetapkan tugas, kewenangan, dan tanggung jawab masing-masing dengan bertujuan untuk
menciptakan kegiatan yang bermanfaat dan efektif sehingga tercipta organisasi yang dapat

21
digerakkan secara utuh dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan (Sari et al.,
2020). Pengorganisasian menciptakan mekanisme untuk mewujudkan rencana. Melalui
pengorganisasian, seluruh sumber daya yang dimiliki oleh suatu organisasi dapat dikelola dan
diarahkan secara efektif dan efisien sehingga beberapa tujuan organisasi dapat tercapai
dengan baik (Marolah et al., 2018).

b. Manfaat organizing (Pengorganisasian) (Alam, 2007):


1) Memungkinkan pembagian tugas sesuai dengan keadaan.
2) Mengakibatkan adanya spesialisasi dalam melaksanakan tugas.
3) Anggota organisasi mengetahui tugas-tugas yang akan dikerjakan dalam rangka mencapai
tujuan.

c. Hal-hal yang dilakukan dalam organizing yaitu (Ismail, 2009):


1) Membagi pekerjaan ke dalam tugas-tugas operasional
2) Mengelompokkan tugas-tugas ke dalam posisi-posisi secara operasional
3) Menggabungkan jabatan-jabatan yang operasional ke dalam unit-unit yang saling
berkaitan
4) Memilih dan menempatkan orang untuk pekerjaan yang sesuai
5) Menjelaskan persyaratan dari setiap jabatan
6) Menyesuaikan wewenang dan tanggung jawab bagi setiap anggota
7) Menyediakan berbagai fasilitas untuk pegawai

3. Actuating (aktuasi/pelaksanaan)
a. Pengertian actuating
Aktuasi adalah mengatur semua anggota kelompok untuk ingin mencapai tujuan dengan
sukarela dan sesuai dengan perencanaan dan upaya pengorganisasian (Terry, 1960). Aktuasi
merupakan implementasi rencana dengan membuat urutan rencana menjadi tindakan serta
menggerakkan anggota-anggota kelompok hingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk
mencapai tujuan yang telah direncanakan dalam dunia organisasi (Sari et al., 2020). Aktuasi
dapat digambarkan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh seorang pemimpin dalam
mengawali dan melanjutkan perencanaan dan pengorganisasian sehingga tujuan organisasi
dapat tercapai (Latif et al., 2018). Selain itu, dalam aktuasi dilakukan penentuan kebutuhan

22
anggota dalam bentuk promosi, pemberian penghargaan, pencatatan dan pelaporan (Wijayanti
et al., 2018).
b. Tujuan actuating (Aktuasi) (Brantas, 2009):
1) Menciptakan kerja sama yang lebih efisien.
2) Mengembangkan kemampuan dan keterampilan staf.
3) Menumbuhkan rasa memiliki dan menyukai pekerjaan.
4) Mengusahakan suasana lingkungan kerja yang meningkatkan motivasi dan prestasi kerja
anggota.
5) Membuat organisasi berkembang secara dinamis.

c. Hal-hal yang dilakukan dalam actuating meliputi (Ismail, 2009):


1) Melakukan kegiatan berpartisipasi dengan senang hati terhadap semua keputusan,
tindakan atau perbuatan.
2) Mengarahkan anggota agar bekerja sebaik mungkin.
3) Memotivasi anggota.
4) Berkomunikasi secara efektif.
5) Meningkatkan anggota agar memahami potensinya secara penuh.
6) Memberi imbalan atau penghargaan terhadap pekerjaan yang telah dilakukan dengan
baik.
7) Mencukupi keperluan anggota sesuai dengan pekerjaanya.

4. Controlling (pengawasan)
a. Pengertian controlling
Pengawasan merupakan proses mengatur berbagai faktor dalam organisasi agar sesuai
dengan ketentuan dalam rencana. Untuk memastikan bahwa semua urusan berjalan seperti
perencanaan, pemimpin harus memantau kinerja organisasi (Schraeder et al., 2014). Dalam
pengawasan dapat menentukan apakah rencana awal perlu direvisi, melihat hasil dari kinerja
yang telah dilakukan. Jika dirasa butuh ada perubahan, maka seorang pemimpin akan kembali
pada proses planning (Lloyd and Aho). Di mana ia akan merencanakan sesuatu yang baru,
berdasarkan hasil dari controlling. Pengawasan sangat penting dan sangat menentukan
pelaksanaan proses manajemen karena itu harus dilakukan dengan yang terbaik (Shafter et al.,
2016).

b. Manfaat controlling (pengawasan) (Dunn, 1999):


23
1) Mengetahui proses dan hasil terhadap penyelenggaraan program.
2) Alat manajemen untuk proses belajar dari pengalaman.
3) Untuk membuat perencanaan dan melaksanakan rencana dengan lebih baik di masa
mendatang.
4) Dapat diketahui berbagai hal yang berkaitan dengan tingkat pencapaian tujuan
(keberhasilan), ketidakberhasilan, hambatan, tantangan, dan ancaman tertentu dalam
mengelola program.
5) Sebagai alat untuk mengukur kemajuan dan pencapaian program.

c. Hal-hal yang dilakukan dalam controlling meliputi (Ismail, 2009):


1) Membandingkan hasil-hasil pekerjaan dengan rencana secara keseluruhan.
2) Menilai hasil pekerjaan sesuai dengan standar hasil kerja.
3) Memindahkan data secara terperinci agar dapat terlihat perbandingan dan penyimpangan-
penyimpangannya.
4) Membuat saran tindakan-tindakan perbaikan jika dirasa perlu oleh anggota.

2.2.3 Penerapan proses manajemen POAC dalam bidang kesehatan


Contoh Penerapan Proses POAC pada Kegiatan Kelas Ibu Hamil di wilayah kerja
Puskesmas (Puspita Sari et al., 2014):
1. Planning (perencanaan)
Kegiatan kelas ibu hamil dimulai dari pembuatan perencanaan yang dipimpin oleh bidan
koordinator puskesmas dimana hal ini dimaksudkan agar hasil pelaksanaan kegiatan dapat
berjalan maksimal dan bermutu sesuai dengan yang diharapkan. Dalam perencanaan kegiatan
ini dilakukan seperti menyusun anggaran, rencana kerja, target peserta yang mengikuti
kegiatan, serta pemilihan lokasi kegiatan untuk melaksanakan kegiatan kelas ibu hamil di
setiap wilayah.
2. Organizing (pengorganisasian)
Kegiatan kelas ibu hamil merupakan kerja tim bukan perorangan. Keberhasilan kegiatan
adalah keberhasilan tim, karena adanya kerja sama tim yang kompak, terkoordinasi,
sinkronisasi dan harmonis. Dalam kegiatan kelas ibu hamil ini dilakukan penjelasan dan
pembagian tugas terhadap sumber daya manusia yang tersedia meliputi fasilitator yang akan
dilakukan oleh bidan desa yang telah terlatih serta dukungan dari pihak desa dalam
pengumpulan peserta dan promosi kegiatan yang dilakukan oleh kader.

24
3. Actuating (pelaksanaan)
Dalam proses actuating di kegiatan ini diperlihatkan oleh para peserta yang datang ke
tempat kegiatan pelaksanaan kelas ibu hamil yang sebelumnya telah diundang oleh pihak
kader. Bidan desa yang menjadi fasilitator memulai kegiatan kelas ibu hamil dengan
membagikan pre test terlebih dahulu untuk mengukur pengetahuan para peserta kegiatan dan
diakhir kegiatan akan diberikan post test. Disini peserta diajak untuk lebih aktif dalam
mengikuti kegiatan. Bidan desa dibantu oleh kader mengondisikan situasi agar kegiatan
berjalan lancar.
4. Controlling (pengawasan)
Pengawasan dimulai sejak perencanaan dibuat. Pengawasan terhadap pelaksanaan apakah
telah sesuai dengan yang direncanakan atau sesuai dengan prosedur standar operasional.
Dalam proses pengawasan kegiatan dilihat dari penanggung jawab di tingkat desa yaitu bidan
desa dan ditingkat Puskesmas yaitu bidan koordinator. Bentuk laporan yang dilaporkan yaitu,
materi yang diberikan, laporan hasil pre dan post test serta pendokumentasian kegiatan.
Pengawasan kegiatan dilakukan oleh bidan koordinator sebagai penanggung jawab dengan
datang di acara kegiatan.

PERTEMUAN 4
RUANG LINGKUP MANAJEMEN

2.1 Ruang Lingkup Manajemen


Ruang lingkup manajemen merupakan bagian dari manajemen untuk mengkaji lebih
dalam mengenai manajemen. Dengan itu pembahasan ini lebih terfokus kepada bagian-bagian
dari manajemen. Ruang lingkup manajemen yang akan dibahas yaitu manajemen sumber daya
manusia (MSDM), manajemen keuangan, manajemen logistik, manajemen mutu, manajemen
pemasaran, manajemen strategik, dan manajemen program.

2.2 Manajemen Sumber Daya Manusia


2.2 1 Definisi Manajemen Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam suatu
instansi. SDM harus dikelola dengan baik untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi
organisasi. Dalam perusahaan atau instansi dikenal dengan manajemen sumber daya manusia
(MSDM). SDM merupakan keseluruhan penentuan dan pelaksanaan dari berbagai aktivitas,

25
policy, dan program yang bertujuan untuk mendapatkan tenaga kerja, pengembangan, dan
pemeliharaan dalam usaha untuk meningkatkan dukungan terhadap peningkatan efektivitas
organisasi dengan cara yang etis dan sosial dapat dipertanggungjawabkan (Hariandja, 2005)..

2.2.2 Tujuan Manajemen Sumber Daya Manusia


Menurut William B. Werther dan Keith Davis dalam Hariandja (2005), “The purpose of
human resource management is to improve the productive contribution of people to the
organization in an etically and socially responsible way”. Secara lebih operasional, tujuannya
untuk meningkatkan produktivitas pegawai, mengurangi tingkat absensi, mengurangi tingkat
perputaran kerja, dan meningkatkan loyalitas para pegawai pada organisasi. Tujuan MSDM
yaitu untuk meningkatkan dukungan sumber daya manusia dalam usaha meningkatkan
efektivitas organisasi dalam rangka mencapai tujuan.

2.2.3 Ruang Lingkup Manajemen Sumber Daya Manusia


a. Analisis/Perencanaan
Perencanaan sumber daya manusia meliputi:
1) Skill inventory; suatu data rinci setiap karyawan, termasuk pendidikan, pelatihan,
pengalaman, lama bekerja, posisi kerja sekarang dan gaji, serta gambaran
demografik seperti umur, gender, ras, dan status pernikahan.
2) Job analysis; uraian dari tugas dan tanggung jawab dari jenis pekerjaan tertentu,
serta karakteristik pribadi (pengetahuan dan ketrampilan) yang dibutuhkan untuk
menduduki jabatan tersebut dan berprestasi optimal.
3) Replacement chart; diagram yang menggambarkan seluruh jabatan di organisasi,
meliputi anggota yang sedang menjabat dan anggota yang berpotensi untuk
menggantikan. Data ini bersifat rahasia, dan pada dasarnya bersifat peramalan
sederhana tentang kebutuhan manajemen sumber daya manusia dan ketersediaan
SDM yang ada ada di rumah sakit.
4) Expert forecast; Peramalan yang dibuat para ahli dengan beberapa teknik tertentu.
b. Rekrutmen dan Seleksi
Sumber tenaga baru dapat berasal dari iklan yang dibuat, calon datang melamar sendiri,
badan penyalur tenaga kerja serta rekomendasi dari instansi. Selain itu tenaga baru juga bisa
diperoleh dari organisasi profesi, sekolah kejuruan kesehatan dan lainnya. Proses yang dapat
dilakukan dalam menyeleksi pegawai baru meliputi wawancara, tes tertulis tentang
pengetahuan yang sesuai kerjanya maupun pengetahuan lain secara umum, mempelajari

26
curriculum vitae, menghubungi pimpinan kerja sebelumnya, tes langsung kemampuan yang
dipunyai, serta tes psikologi (Aditama, 2015).
Setelah melalui proses seleksi, maka sebaiknya dilakukan proses orientasi. Kepada
karyawan baru diperkenalkan tentang tempat kerjanya, apa visi misinya, organisasi, orang-
orang yang ada, serta lingkungan pekerjaan yang akan dihadapi. Pada dasarnya dapat
dilakukan 2 jenis orientasi, yaitu orientasi pada unit kerja dan orientasi di seluruh
lingkungan kerja.
c. Penilaian Kerja
Penilaian kerja adalah suatu proses sistematis untuk mengevaluasi kelebihan dan
kekurangan setiap karyawan, serta menemukan jalan untuk memperbaiki prestasi mereka.
Manfaat penilaian kerja yaitu untuk membuat keputusan pemberian penghargaan (bonus,
kenaikan gaji, dan bentuk penghargaan lainnya), untuk membuat keputusan pengembangan
karir seseorang (promosi, demosi dan pemindahan kerja), untuk memberi umpan balik
kepada karyawan tentang penampilan mereka pada kurun waktu tertentu, dan untuk
mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan.
Tujuan penilaian kerja yaitu mengidentifikasi mereka yang perlu pelatihan dan
pengamatan lebih lanjut, menilai kemungkinan promosi atau degradasi jabatan/pekerjaan,
kemungkinan menempatkan pegawai agar sesuai minat dan kemampuannya, dan
kemungkinan peninjauan kembali gaji serta fasilitas lain yang diberikan, apakah perlu
dinaikkan atau disesuaikan.

d. Pengembangan Staf
Pada dasarnya tugas manajer adalah menyediakan pelatihan, teknologi yang memadai
dan dukungan bagi karyawan. Pimpinan bertanggung jawab menyediakan teknologi
memadai dan pelatihan bagi karyawan.  Helleriegel dan Slocum menjelaskan pengembangan
staf secara umum dapat dilakukan melalui pelatihan dan development. Pelatihan bertujuan
memelihara dan meningkatkan kemampuan kerja yang saat ini dilakukan, sementara
development lebih bertujuan kepada keterampilan yang dibutuhkan karyawan di masa
datang dalam pengembangan karir selanjutnya. 
Secara umum kegiatan pengembangan staf dapat dilakukan dengan dua cara
utama, yaitu pengalaman pekerjaan serta pendidikan tambahan. Pengalaman pekerjaan dapat
dilakukan bimbingan oleh pimpinan, rotasi kerja, rapat-rapat evaluasi serta upaya
pemecahan masalah. Kegiatan pendidikan tambahan dapat dilakukan dengan melakukan on

27
the job training, ceramah-ceramah di rumah sakit, mengikuti kursus dan seminar-seminar,
serta mengikuti pendidikan formal di kampus pendidikan.
e. Hubungan Pimpinan dan Karyawan
Hubungan antara pemimpin dan karyawan bukanlah hubungan satu arah, tetapi harus
adanya antar hubungan. Pemimpin harus dapat mempengaruhi kelompok, apabila tidak,
berarti tidak dapat menjalankan tugasnya sebagai pemimpin dengan baik. Hal yang harus
dilakukan oleh manajer kepada karyawan yaitu mengadakan rapat secara teratur untuk
memeriksa kembali kemajuan pekerjaan, masalah staf, dan ide staff. Memberikan umpan
balik secara tetap atas hasil kerja yang baik dan penuh tanggung jawab serta memberikan
hadiah kepada karyawan yang secara konsisten dapat mencapai prestasi kerja yang tinggi
dan sering mengunjungi tempat kerja staff. Melibatkan staf dalam pengambilan keputusan
yang berpengaruh terhadap tujuan pekerjaannya.
f. Penghentian Kerja
Seseorang dapat berhenti bekerja karena pensiun sesuai umurnya, faktor kesehatan,
pindah kerja ke tempat lain, atau karena memang dikeluarkan. Karyawan juga berhak untuk
berhenti sebelum saat pensiunnya, baik dengan alasan kesehatan atau alasan lainnya. 
Berhenti bekerja adalah hak setiap karyawan. Beberapa faktor yang menyebabkan orang
berhenti bekerja yaitu kondisi ekonomi secara umum, kondisi lapangan kerja,
kecenderungan pribadi untuk sering berpindah kerja, dan faktor demografik.

2.2.4 Manajemen Sumber Daya Manusia di bidang Kesehatan


Menurut Griffith J.R. dalam (Aditama, 2015), Kegiatan manajemen sumber daya
manusia di rumah sakit meliputi perencanaan, maintenance, kompensasi dan mengatasi
masalah hukum berhubungan dengan tenaga kerja. Kegiatan dalam perencanaan meliputi
mengantisipasi jumlah dan jenis pekerjaan yang dibutuhkan, jadwal waktu untuk rekrutmen,
retraining dan pemutusan hubungan kerja bila dibutuhkan, gaji dan kompensasi yang akan
diberikan dikaitkan dengan kondisi sosial ekonomi yang ada serta berbagai kemungkinan
perubahan dalam kebijakan kesehatan. Tugas dalam maintenance meliputi rekrutmen dan
seleksi, pelayanan kepada karyawan, keselamatan dan kesehatan kerja serta tugas
administratif. Kegiatan di bidang kompensasi meliputi administrasi penilai gaji dan imbalan
lainnya, termasuk persiapan untuk pensiun. Dalam hal masalah hukum, pihak manajemen
sumber daya manusia harus menguasai peraturan perundangan yang ada, membina hubungan
dengan serikat karyawan serta melakukan negosiasi dan penandatanganan kontrak kerja
karyawan.

28
2.3 Manajemen Keuangan
2.3.1 Definisi Manajemen Keuangan
Manajemen keuangan merupakan proses merencanakan, mengatur, mengarahkan dan
mengendalikan keuangan seperti pengadaan dan pemanfaatan dana organisasi untuk mencapai
tujuan organisasinya. Menurut Sutrisno, manajemen keuangan adalah semua aktivitas
perusahaan yang berhubungan dengan usaha untuk mendapatkan dana perusahaan dengan
biaya yang murah serta usaha untuk menggunakan dan mengalokasikan dana tersebut secara
efisien. Menurut Joseph dan Massie, manajemen keuangan yaitu kegiatan operasional bisnis
yang bertanggung jawab untuk memperoleh dan memanfaatkan dana secara efektif untuk
operasi bisnis yang efisien. Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa
manajemen keuangan merupakan proses mengelola dana secara efektif dalam suatu bisnis.

2.3.2 Tujuan Manajemen Keuangan


Manajemen Keuangan pada umumnya berkaitan dengan pengadaan, pengalokasian,
pemanfaatan dan pengendalian sumber daya keuangan. Berikut tujuan manajemen keuangan:
a. Memastikan pasokan dana secara teratur dan memadai bagi perusahaan.
b. Memastikan pengembalian yang memadai kepada pemegang saham yang akan
tergantung pada kapasitas pendapatan, harga pasar saham dan ekspektasi pemegang
saham.
c. Memastikan pemanfaatkan dana yang optimal. Dana yang diperoleh harus dimanfaatkan
secara baik dengan biaya yang paling minimum.
d. Memastikan keamanan investasi, dana yang diinvestasikan harus dipertimbangkan
dengan baik sehingga tingkat pengembaliannya sesuai dengan harapan. Contoh pada
investasi pada usaha yang aman dan berkembang sehingga mendapatkan tingkat
pengembalian investasi yang memadai.
e. Merencanakan struktur modal yang baik, struktur modal modal harus memiliki
komposisi yang sehat sehingga terjaga keseimbangan antara hutang dan modal itu
sendiri.

2.3.3 Ruang Lingkup Manajemen Keuangan


Ruang lingkup manajemen keuangan meliputi:
a. Keputusan Investasi (Investment Decision)
Merupakan mencakup investasi pada aset yang tetap, yang biasanya disebut
dengan capital budgetting dan Investasi pada aset yang lancar yang biasanya disebut
dengan working capital (modal kerja).

29
b. Keputusan Pendanaan (Finance Decision)
Merupakan keputusan yang berkaitan dengan peningkatan keuangan, yang bisa dari
berbagai sumber. Dimana keputusan keuangan ini termasuk jenis sumber keuangan,
periode pembiayaan, biaya pendanaan serta imbal dengan hasilnya.
c. Keputusan Dividen (Dividen Decision)
Manajer keuangan harus mengambil keputusan berkaitan dengan distribusi laba yang
bersih.

2.3.4 Fungsi Manajemen Keuangan


Berikut merupakan fungsi manajemen keuangan:
a. Estimasi Kebutuhan Modal
Seorang manajer keuangan harus membuat estimasi sehubungan dengan kebutuhan
modal perusahaan, Estimasi tersebut tergantung pada perkiraan biaya dan laba yang
diharapkan, serta program dan kebijakan perusahaan.
b. Penentuan Komposisi Modal
Setelah melakukan estimasi, struktur pemodalan harus diputuskan. Ini melibatkan
analisis ekuitas hutang jangka pendek dan jangka panjang dan tergantung pada proporsi
modal yang dimiliki perusahaan dan dana tambahan yang harus dikumpulkan dari pihak
lainnya.
c. Memilih sumber dana
Tujuannya untuk mendapatkan dana tambahan, perusahaan dapat memilih beberapa
sumber yang diantaranya untuk menerbitkan saham, melakukan peminjaman dari bank
atau lembaga keuangan lainnya. Faktor pemilihan sumber dana tersebut, tergantung
pada manajemen perusahaan untuk menilai kelebihan dan kelemahan setiap sumber
dana yang di pilih tadi dan juga perioda pembiayaannya.
d. Menginvestasikan dana
Manajer keuangan harus bisa memutuskan untuk mengalokasikan dana ke usaha yang
menguntungkan sehingga dapat menjaga keamanan investasi dan mendapatkan laba
sesuai yang diharapkan.
e. Menentukan Laba bersih
Manajer Keuangan harus menentukan keputusan laba bersih perusahaan.
f. Pengelolaan uang tunai
Manajer Keuangan harus membuat keputusan berkaitan dengan pengelolaan uang tunai
yang diperlukan. Seperti untuk membayar gaji dan upah, membayar tagihan listrik dan

30
air, pembayaran ke kreditur, pemeliharaan persediaan yang cukup, dan bisa juga
pembelian bahan baku.

g. Mengendalikan dan mengawasi Keuangan Perusahaan


Manajer Keuangan bukan hanya merencanakan dan memanfaatkan dana, namun juga
harus mengendalikan dan mengawasi keuangan perusahaan. Pada umumnya,
pengendalian keuangan ini menggunakan beberapa cara yang diantaranya adalah teknik
analisis rasio, peramalan keuangan, mengendalian biaya yang di keluarkan dan di laba
yang terima.

2.3.5 Manajemen Keuangan di Bidang Kesehatan


Organ pelayanan kesehatan diantara nya terdiri dari para pimpinan (manager), manager
lini bawah, sarana manajemem (dana l, mayerial, permesinan, peralatan laboratorium, tenaga
patamedis, tenaga administrasi, tenaga pendukung, tenaga riset, dan pengembangan), unsur
pemerintah dan pendukung yang lain. Fungsi manajemen pelayanan kesehatan tidak
melepaskan fungsi manajemen secara umum yang meliputi perencanaan, pengorganisasian,
penempatan dan pembinaan staf yang sesuai, sistem penganggaran, sistem pelaksaan,
pengendalian, monitoring dan evaluasi. Tujuan dan manfaat manajemen keuangan pada
pelayanan kesehatan yaitu menetapkan struktur keuangan organisasi pelayanan kesehatan,
mengalokasikan dana sebaik mungkin, dan engendalikan keuangan pelayanan kesehatan
dengan mengadakan sistem dan prosedur.

2.4 Manajemen Logistik


2.4.1 Definisi Manajemen Logistik
Logistik merupakan suatu ilmu dan atau seni serta proses yang berkaitan dengan
perencanaan dan penentuan kebutuhan pengadaan, penyimpanan, penyaluran, pemeliharaan,
dan penghapusan material atau alat (Aditama, 2015). Secara umum, logistik adalah bagian
dari suatu instansi yang memiliki tugas menyediakan barang yang dibutuhkan untuk kegiatan
operasional instansi tersebut dalam jumlah, kualitas, dan pada waktu yang tepat dengan harga
serendah mungkin. Pengelolaan logistik dalam pelaksanaan pembangunan merupakan salah
satu unsur penunjang utama sistem administrasi. Perencanaan pengadaan barang logistik
harus dilaksanakan dengan tepat sehingga jika dibutuhkan barang tersebut akan siap tersedia,
namun tidak tertumpuk terlalu banyak.

2.4.2 Fungsi Manajemen Logistik

31
Fungsi manajemen logistik merupakan suatu proses yang terdiri dari :
a. Fungsi perencanaan dan penentuan kebutuhan. Fungsi perencanaan mencakup aktivitas
dalam menetapkan sasaran, pedoman, dan pengukuran penyelenggaraan bidang logistik.
Penentuan kebutuhan merupakan perincian dari fungsi perencanaan, apabila perlu
semua faktor yang mempengaruhi penentuan kebutuhan harus diperhitungkan.
b. Fungsi penganggaran, merupakan usaha untuk merumuskan perincian penentuan
kebutuhan dalam suatu skala standar, yaitu skala mata uang serta jumlah biaya dengan
memperhatikan pengarahan dan pembatasan yang berlaku tehadapnya.
c. Fungsi pengadaan, merupakan usaha dan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan
operasional yang telah digariskan dalam fungsi perencanaan, penetuan kepada instansi-
instansi pelaksana.
d. Fungsi penyimpanan dan penyaluran, merupakan penerimaan, penyimpanan dan
penyaluran perlengkapan yang telah diadakan melalui fungsi-fungsi terdahulu untuk
kemudian disalurkan kepada instansi-instansi pelaksana.
e. Fungsi pemeliharaan, usaha atau proses kegiatan untuk mempertahankan kondisi teknis,
daya guna, dan daya hasil barang invetaris.
f. Fungsi penghapusan, kegiatan dan usaha pembebasan barang dari pertanggungjawaban
yang berlaku. Dengan kata lain, usaha untuk menghapus kekayaan (asset) karena
kerusakan yang tidak dapat diperbaiki lagi, dinyatakan sudah tua dari segi ekonomis
maupun teknis, kelebihan, hilang, dan karena hal-hal lain menurut peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
g. Fungsi pengendalian, usaha untuk mengawasi dan mengamankan keseluruhan pengella
logistik. Dalam fungsi ini diantaranya terdapat kegiatan pengendalian inventarisasi dan
expediting yang merupakan unsur-unsur utamanya.

2.4.3 Manajemen Logistik di Bidang Kesehatan


Rumah sakit merupakan suatu satuan usaha yang melakukan kegiatan produksi.
Kegiatan produksi rumah sakit adalah produksi jasa tersebut, sehingga yang dimaksudkan
dengan kegiatan logistik di sini hanya menyangkut manajemen persediaan bahan barang serta
peralatan yang dibutuhkan dalam rangka produksi jasa tersebut dan bukannya manajemen
pendistribusian barang jadi. Organisasi kesehatan bertujuan untuk melayani populasi ketika
pasien membutuhkan bantuan dengan masalah kesehatan, yang dalam istilah logistik adalah
untuk memenuhi permintaan pelanggan (Wiger, 2018).

32
Manajemen logistik di rumah sakit merupakan suatu proses pengolahan terhadap
pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, pemantauan persediaan bahan yang diperlukan
oleh produksi jasa rumah sakit (Aditama, 2015). Manajemen logistik khususnya di
lingkungan rumah sakit perlu dilaksanakan secara efisien dan efektif. Segala macam barang,
bahan, maupun peralatan harus bisa disediakan tepat pada waktu yang dibutuhkan, dalam
jumlah cukup (tidak kurang atau lebih), dan dengan mutu yang memadai.
Menurut bidang pemanfaatannya, barang dan bahan yang harus disediakan di rumah
sakit dapat dikelompokkan menjadi: persediaan farmasi, persediaan makanan, persediaan
logistik umum, dan persediaan teknik. Dalam manajemen logistik di rumah sakit perlu
diadakan inventory control yang bertujuan menciptakan keseimbangan antara persediaan dan
permintaan.
Kegiatan logistik di RSUP Persahabatan Jakarta dilakukan oleh beberapa unit kerja,
yaitu bagian Sekretariat dengan subbagian rumah tangga dan perlengkapan yang menangani
logistik umum, Instalasi Farmasi yang menangani logistik gizi. Dalam SK Menteri Kesehatan
RI No.552/Menkes/SK/VI/94 disebutkan bahwa subbagian rumah tangga dan perlengkapan
mempunyai tugas melakukan kegiatan perlengkapan, pergudangan non-medis, serta tata usaha
pengadaan barang dan jasa. Sementara itu, instalasi farmasi memiliki tugas sebagai fasilitas
untuk penyimpanan dan penyaluran obat, alat kedokteran, alat perawatan, dan alat kesehatan.

2.5 Manajemen Mutu


2.5.1 Definisi Manajemen Mutu
Manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian,
dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efesien
(Griffin, 2004). Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan,
sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan
sesuai dengan jadwal.
Mutu (quality) merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan denga produk, jasa,
manusia, proses, dan lingkungan yang memenui atau melebihi harapan. Definisi ini
didasarkan atas elemen sebagai berikut (Siswanto, 2005):
a. Mutu meliputi usaha untuk memenuhi atau melebihi harapan pelanggan.
b. Mutu mencakup produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan.
c. Mutu merupakan kondisi yang selalu berubah (misalnya apa yang dianggap merupakan
mutu saat ini mungkin dianggap kurang bermutu pada masa yang akan datang).

33
Manajemen mutu adalah pendekatan manajemen sistematik yang berorientasi pada
organisasi, pelanggan, dan pasar melalui kombinasi antara pencarian fakta praktis dan
penyelesaian masalah, guna menciptakan peningkatan secara signifikan dalam kualitas,
produktivitas, dan kinerja lain dari perusahaan (Gaspersz, 2008). Manajemen mutu
merupakan gabungan dari semua fungsi manajemen yang dibangun berdasarkan konsep
kualitas dan berorientasi pada kepuasan pelanggan.

2.5.2 Prinsip-Prinsip Manajemen Mutu


Manajemen mutu adalah aspek dari seluruh fungsi manajemen yang menetapkan dan
melaksanakan kebijakan mutu. Pencapaian mutu yang diinginkan memerlukan kesepakatan
dan partisipasi seluruh anggota organisasi, sedangkan tanggung jawab manajemen mutu ada
pada pimpinan puncak. Untuk melaksanakan manajemen mutu dengan baik dan menuju
keberhasilan, diperlukan prinsip-prinsip dasar yang kuat. Prinsip dasar manajemen mutu
terdiri sebagai berikut (ISO 9001, 2008):
a. Fokus Pada Pelanggan (Customer Focus)
Organisasi bergantung pada pelanggan mereka, karena itu manajemen organisasi harus
memahami kebutuhan pelanggan sekarang & yang akan datang. Organisasi harus
memenuhi kebutuhan pelanggan dan giat berusaha melebihi ekspektasi pelanggan.
b. Kepemimpinan (Leadership)
Pemimpin organisasi harus menetapkan kesatuan tujuan dan arah dari organisasi.
Mereka harus menciptakan dan memelihara lingkungan internal agar orang- orang dapat
menjadi terlibat secara penuh dalam pencapaian tujuan- tujuan organisasi.
c. Keterlibatan Orang (Involvement of people)
Orang/ karyawan pada semua tingkatan merupakan faktor yang sangat penting dari
suatu organisasi dan keterlibatan mereka secara penuh akan memungkinkan
kemampuan mereka digunakan untuk manfaat organisasi.
d. Pendekatan Proses (Process Orientation).
Suatu hasil yang diinginkan akan tercapai secara efisien, apabila aktivitas dan sumber-
sumber daya yang berkaitan dikelola sebagai suatu proses.
e. Pendekatan Sistem Terhadap Manajemen (System Approach to Management).
Pengidentifikasian, pemahaman dan pengelolaan, dari proses- proses yang saling
berkaitan sebagai suatu sistem, akan memberikan kontribusi pada efektifitas dan
efisiensi organisasi dalam mencapai tujuan- tujuannya.
f. Peningkatan Terus Menerus (Continual Improvement)

34
Peningkatan terus- menerus dari kinerja organisasi secara keseluruhan harus menjadi
tujuan tetap dari organisasi. Peningkatan terus- menerus didefinisikan sebagai suatu
proses sebagai suatu proses yang berfokus pada upaya terus- menerus meningkatkan
efektifitas dan atau efisiensi organisasi untuk memenuhi kebijakan dan tujuan dari
organisasi itu. Peningkatan terus- menerus mambutuhkan langkah- langkah konsolodasi
progresif, menanggapi perkembangan kebutuhan dan ekspektasi pelanggan, dan akan
menjamin suatu evolusi dinamik dari sistem manajemen mutu.
g. Pendekatan Fakta Dalam Pembuatan Keputusan (Factual Approach to Decision
Making).
Keputusan yang berdasarkan pada analisis data dan informasi untuk menghilangkan
akar penyebab masalah, sehingga masalah- masalah kualitas dapat terselesaikan secara
efektif dan efisien.
h. Hubungan Pemasok Yang Saling Menguntungkan (Mutually Beneficial Supplier
Relationship).
Suatu organisasi dan pemasok adalah saling tergantung, dan suatu hubungan yang
saling menguntungkan akan meningkatkan kemampuan bersama dalam menciptakan
nilai tambah.

2.5.3 Manfaat Manajemen Mutu


Menurut (Manfaati, 2013), manfaat dari manajemen mutu yaitu:
a. Dokumentasi mutu yang lebih baik.
Sistem manajemen mutu memberikan pedoman dalam mengelola sistem dokumentasi
agar dokumen-dokumen yang dibuat oleh suatu perusahaan bersifat efektif dan efisien.
Setiap organisasi menentukan tingkat dokumentasi yang dibutuhkan dan media yang
digunakan. Hal tersebut tergantung pada faktor-faktor seperti; jenis dan ukuran
organisasi, kompleksitas dan interaksi proses-proses, kompleksitas produk, persyaratan
pelanggan, persyaratan peraturan perundang-undangan yang berlaku, demonstrasi
kemampuan personel, dan faktor-faktor lainnya yang dibutuhkan untuk
mendemonstrasikan pemenuhan dari persyaratan-persyaratan sistem manajemen mutu.
b. Pengendalian mutu secara sistematik.
Menurut pengertian ISO, mutu (quality) adalah kadar/tingkat yang dimiliki oleh
sekumpulan karakteristik yang melekat (yang menjadi sifat) pada suatu produk atau
pelayanan dalam memenuhi persyaratan. Kadar/tingkat tersebut berdasarkan sifatnya
dapat dibagi menjadi buruk (poor), baik (good) atau baik sekali (excellent). Sedangkan

35
yang dimaksud dengan persyaratan (requirement) adalah kebutuhan atau harapan
(pelanggan) yang ditetapkan, yang secara umum wajib dipenuhi. Dalam ISO 9001
pengendalian mutu harus dimulai dari masing-masing proses yang terdapat dalam
perusahaan. Setiap proses adalah input bagi proses sesudahnya dan sekaligus
merupakan output dari proses sebelumnya. Karena proses-proses tersebut saling
berinteraksi satu sama lain dalam satu sistem, maka pengendalian mutu yang baik pada
setiap proses tentunya secara keseluruhan akan menghasilkan suatu pengendalian mutu
secara sistematik.
c. Koordinasi yang lebih baik.
Adanya kesamaan persepsi untuk menghasilkan output yang memenuhi persyaratan dan
kebutuhan akan adanya satu sistem yang mendukung pencapaian hal tersebut,
mendorong terjadinya kegiatan koordinasi antar proses dalam sistem tersebut. ISO 9001
merancang suatu sistem manajemen mutu yang mengarahkan proses-proses dalam suatu
perusahaan agar melakukan koordinasi yang lebih baik.
d. Deteksi awal ketidaksesuaian.
Ketidaksesuaian (non conformity) adalah ketidakmampuan untuk memenuhi
persyaratan, sedangkan cacat (defect) adalah ketidaksesuaian yang berhubungan dengan
kegunaan yang ditetapkan atau dimaksudkan. Dengan adanya sistem pengendalian mutu
yang baik dan didukung oleh koordinasi antar proses, maka setiap ketidaksesuaian akan
dapat dideteksi lebih dini. Karena setiap proses selalu melakukan pemeriksaan terhadap
output dari proses lain (sebelumnya), maka diharapkan setiap ketidaksesuaian yang
terjadi dapat segera dikenali, diperbaiki dan dicegah agar tidak berulang kembali.
e. Konsistensi mutu yang lebih baik.
Semua unsur yang membentuk sistem manajemen mutu akan melakukan upaya terus
menerus untuk memperbaiki kinerja dengan berdasar kepada pedoman dan prosedur
yang telah didokumentasikan, maka akan dihasilkan konsistensi pengendalian mutu
yang lebih baik.
f. Kepercayaan pelanggan bertambah.
Suatu perusahaan yang menerapkan sistem manajemen mutu ISO 9001 dengan baik,
akan memberikan rasa aman terhadap pelanggan produk/pelayanannya, dan pada
akhirnya meningkatkan kepercayaan (reliability). Kepercayaan tersebut timbul karena
pelanggan melihat bahwa kegiatan pemenuhan persyaratan-persyaratannya dikelola
secara baik dan memadai. Rasa aman dan kepercayaan ini kemudian akan berkembang

36
menjadi hubungan bisnis yang saling menguntungkan satu sama lain dan berlangsung,
contohnya : jaminan garansi
g. Disiplin dalam pencatatan mutu bertambah.
ISO 9001 mensyaratkan adanya pengelolaan sistem pencatatan mutu yang baik. Setiap
catatan harus jelas, mudah dibaca, dapat diidentifikasi dan diperoleh kembali dengan
mudah. Dengan adanya persyaratan tersebut maka perusahaan yang menerapkan ISO
9001 akan membuat suatu prosedur pencatatan mutu termasuk pengendaliannya, yang
menciptakan kedisiplinan dalam pencatatan mutu.
h. Lebih banyak kesempatan untuk peningkatan.
Penerapan ISO 9001 akan memberikan peluang-peluang bagi peningkatan kinerja
perusahaan yang diperoleh dari sistem dokumentasi yang baik, pengendalian mutu
secara sistematik, koordinasi antar proses dalam sistem dan disiplin dalam pencatatan.
Sehingga setiap ketidaksesuaian dapat dideteksi lebih awal untuk diperbaiki dan
dicegah agar tidak berulang kembali. Sedangkan potensi-potensi munculnya
ketidaksesuaian yang belum terjadi akan dapat dikenali, kemudian dicegah agar tidak
terjadi.

2.5.4 Sasaran dan Sifat Manajemen Mutu


Metode Pembuatan Sasaran Mutu dalam ISO 9001 mempunyai prinsip SMART
(Konsultan ISO, 2013), yaitu sebagai berikut :
a. Specific : target yang ditentukan haruslah spesifik/jelas
b. Measurable : Terukur
c. Achievable: Target yang ditentukan haruslah yang masuk akal bisa dicapai,
d. Relevant: Sasaran mutu yang ditetapkan harus relevan/sesuai dengan proses/fungsi
terkait.
e. Time Bound : mempunyai batas waktu yang jelas
Sifat Mutu yaitu sebagai berikut:
a. Mutu bersifat relatif
b. Tuntutan terhadap mutu selalu berubah (dinamis) dan makin tinggi
c. Mutu merupakan konsep sikap dan penilaian
d. Mutu sangat ditentukan oleh persepsi, interpretasi dan pengalaman
e. Mutu mencakup:
1) Mutu Input (Mutu Petugas; Mutu bahan; alat; fasilitas; mutu informasi)

37
2) Mutu Proses (mutu kerja; proses pelayanan, proses pemberian informasi, proses
emphati)
3) Mutu Produk (bahan yang dikonsumsi konsumen)

2.5.5 Manajemen Mutu dalam Pelayanan Kesehatan


Mutu pelayanan kesehatan adalah hasil akhir (outcome) dari interaksi ketergantungan
antara berbagai aspek, komponen atau unsur organisasi pelayanan kesehatan sebagai suatu
sistem. Menurut Kemenkes RI mutu pelayanan kesehatan, pelayanan kesehatan yang dapat
memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan yang sesuai dengan tingkat kepuasan
rata-rata penduduk serta penyelenggaraannya sesuai dengan standar dan kode etik profesi
yang telah ditetapkan (Muninjaya, 2011).
Menurut Donabedian dalam Astuti (2008), ada tiga pendekatan evaluasi (penilaian)
mutu yaitu dari aspek:
a. Struktur meliputi sarana fisik perlengkapan dan peralatan, sumber daya manusia dan
sumber daya lainnya di fasilitas kesehatan.
b. Proses adalah semua kegiatan yang dilaksanakan secara profesional oleh tenaga
kesehatan dan interaksinya dengan pasien.
c. Outcomes adalah hasil akhir kegiatan dan tindakan tenaga kesehatan profesional
terhadap pasien
Menurut Roberts dan Prevost (1987) dalam Azwar (1996) membagi dimensi mutu
pelayanan kesehatan ke dalam tiga bagian, yaitu:
a. Bagi pemakai jasa pelayanan kesehatan, mutu pelayanan kesehatan lebih terkait pada
dimensi ketanggapan petugas memenuhi kebutuhan pasien, kelancaran komunikasi
petugas dengan pasien, keprihatinan serta keramah- tamahan petugas dalam melayani
pasien, dan atau kesembuhan penyakit yang sedang diderita oleh pasien.
b. Bagi penyelenggara pelayanan kesehatan, mutu pelayanan kesehatan lebih terkait pada
dimensi kesesuaian pelayanan yang diselenggarakan dengan perkembangan ilmu dan
teknologi mutakhir dan atau otonomi profesi dalam menyelenggarakan pelayanan
kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien.
c. Bagi penyandang dana pelayanan kesehatan, mutu pelayanan kesehatan lebih terkait
pada dimensi efisiensi pemakaian sumber dana, kewajaran pembiayaan kesehatan, dan
atau kemampuan pelayanan keehatan mengurangi kerugian penyandang dana pelayanan
kesehatan.
Adapun beberapa dimensi mutu pelayanan kesehatan yaitu sebagai berikut:

38
a. Kompetensi Teknis: jika cara pemberi pelayanan mengikuti standar tidak terpenuhi
merupakan medical negligence/mal praktek,
b. Keterjangkauan: Pelayanan kesehatan tidak terhalang oleh keadaan geografis, sosial
ekonomi, organisasi atau bahasa,
c. Efektivitas: mampu mengatasi keluhan yang ada serta mencegah meluasnya penyakit,
d. Efisiensi: mampu menggunakan sumberdaya secara optimal,
e. Kesinambungan: pasien dilayani sesuai kebutuhan termasuk rujukan tanpa mengulang
prosedur & terapi yang tidak perlu,
f. Keamanan: pelayanan kesehatan aman bagi pasien dan pemberi pelayanan (infeksi,
cedera, efek samping),
g. Kenyamanan: mampu mempengaruhi kepuasan pasien sehingga mau berobat kembali
ke tempat tersebut,
h. Informasi: mampu menjelaskan apa, siapa, kapan, dimana dan bagaimana pelayanan
tersebut dilaksanakan,
i. Ketepatan: pelayanan kesehatan dilaksanakan pada waktu yang tepat, dengan cara yang
tepat, oleh orang yg tepat, menggunakan sarana & prasarana yang tepat serta sumber
daya yang tepat,
j. Hubungan Antar Manusia: mampu menimbulkan kepercayaan/kredibilitas dengan cara
saling menghargai dan saling menghormati.

2.6 Manajemen Pemasaran


2.6.1 Definisi Manajemen Pemasaran
Pemasaran di definisikan secara partial sebagai penjualan (personal selling), periklanan
(advertising), dan promosi (making produts available in stores). Pemasaran seharusnya
dipandang secara utuh sebagai filosofi, sikap mental, orientasi bisnis jasa ditambah sebagai
satu set kegiatan memproduksi, penetapan harga, promosi, dan pendistribusian produk/jasa.
Pemasaran dipandang sebagai salah satu fungsi dan kegiatan yang dikerjakan oleh seseorang
yang bergerak berhubungan dengan masyarakat (humas) dari organisasi kesehatan
(Supriyanto and Ernawaty, 2010).

2.6.2 Tujuan Manajemen Pemasaran


a. Membuat penjualan atau pemanfaatan layanan kesehatan yang sebesar-besarnya.
b. Mandapatkan keuntungan (value exchange) dan memuaskan kedua pihak yang
bertransaksi melalui kegiatan pertukaran.

39
2.6.3 Ruang Lingkup Manajemen Pemasaran di Rumah Sakit
Ruang lingkup manajeman pemasaran menurut (Supriyanto and Ernawaty, 2010) yaitu:
a. Pemasaran Internal
Pada dasarbna karyawan adalah pelanggan pertama dari rumah sakit. Rumah sakit harus
memuaskan karyawan, memperhatikan kebutuhan, keinginan serta harapan, dan
mengenai kesejahteraan karyawan. Semuanya merupakan hak yang harus dipenuhi oleh
rumah sakit. Karena itu kewajiban rumah sakit harus memperhatikan kesejahteraan
karyawan seperti gaji, tunjangan hari tua, pengembangan karir, asuransi kesehatan, dan
lain-lain. Selain itu, pihak karyawan harus tetap harus memasarkan rumah sakit,
termasuk sumber daya rumah sakit dan brand image.
b. Pemasaran Interaktif
Kemampuan karyawan untuk berinteraksi dengan pasien mengharuskan setiap
karyawan memiliki keterampilan dan profesional dalam melayani psien. Untuk
memuaskan dan memenuhi kebutuhan dan harapan pasien, karyawan harus selalu
terlihat menarik (tangible), murah senyum, mau mendengarkan keluhan (empati), siap
bila diperlukan (responsiveness), saling menegur sapa, hormat (respect), sabar, jujur,
dan bisa dipercaya (reliability).
c. Pemasaran Eksternal
Pemasaran eksternal menjadi tugas manajer dan organisasi pemasaran rumah sakit,
dalam memahami kebutuhan dan harapan pasar, upaya menciptakan produk/jasa
pelayanan, serta mengupayakan terjadi tukar-menukar yang saling menguntungkan
kedua pihak.

2.7 Manajemen Strategi


2.7.1 Definisi Manajamen Strategi
Manajemen strategi adalah seni dan ilmu penyusunan, penerapan, dan pengevaluasian
keputusan-keputusan lintas fungsional yang dapat memungkinkan suatu perusahaan mencapai
sasarannya. Manajemen strategi merupakan proses penetapan tujuan organisasi,
pengembangan kebijakan dan perencanaan untuk mencapai sasaran tersebut, serta
mengalokasikan sumber daya untuk menerapkan kebijakan dan merencanakan pencapaian
tujuan organisasi.

2.7.2 Tujuan Manajemen Strategi

40
Tujuan manajemen strategi adalah:
a. Melaksanakan dan mengevaluasi strategi yang akan di pilih secara efektif dan efisien
b. Mengevaluasi kinerja, meninjau dan mengkaji ulang situasi serta melakukan berbagai
penyesuaian dan koreksi jika terdapat penyimpangan di dalam pelaksaan strategi
c. Senantiasa memperbarui strategi yang dirumuskan agar sesuai dengan perkembangan
lingkungan eksternal
d. Senantiasa meninjau kembali kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman bisnis yang
ada
e. Senantiasa melakukan inovasi atas produk agar selalu sesuai dengan selera konsumen

2.7.3 Ruang Lingkup Manajemen Strategi


Ruang lingkup manajemen strategi yaitu:
a. Manajemen strategi diwujudkan dalam bentuk perencanaan berskala besar yang
mencakup seluruh komponen di lingkungan sebuah organisasi yang dituangkan dalam
bentuk rencana strategis yang dijabarkan menjadi perencanaan operasional, yang
kemudian di realisasi kan menjadi program kerja dan proyek tahunan.
b. Rencana strategi berorientasi pada jangkauan masa depan.
c. Rencana strategi dijabarkan menjadi rencana operasional yang antara lain berisi
program-program operasional termasuk proyek-proyek, dengan sasaran jangka sedang
masing-masing juga sebagai keputusan manajemen puncak.
d. Penetapan renstra dan rencana operasi harus melibatkan manajemen puncak karena
sifatnya sangat mendasar dalam pelaksanaan seluruh misi organisasi, untuk
mewujudkan, mempertahankan dan mengembangkan eksistensi jangka sedang termasuk
panjangnya.
e. Pengimplementasian strategi dalam program-program termasuk proyek-proyek untuk
mencapai sasarannya masing-masing dilakukan melalui fungsi-fungsi manajemen
lainnya yang mencakup pengorganisasian, pelaksanaan, penganggaran dan kontrol.

2.7.4 Manajemen Strategi di Bidang Kesehatan


Konsep manajemen strategis digunakan pada sektor kesehatan di negara maju sejak
tahun 1970-an. Masa sebelum itu, berbagai lembaga pelayanan kesehatan tidak berminat
untuk menggunakan manajemen strategis. Hal itu karena lembaga-lembaga tersebut umumnya
masih independen, merupakan lembaga nonprofit, dan penganggaran pelayanan kesehatan
diberikan berdasarkan ongkos pelaksanaan plus keuntungan. Strategi dapat dihasilkan oleh
berbagai bagian dari rumah sakit maupun rumah sakit secara keseluruhan. Misalnya, strategi

41
yang ditetapkan oleh unit rawat jalan, bangsal VIP atau strategi oleh instalasi farmasi. Proses
penyusunan strategi tersebut dilakukan sesuai dengan masalah dan kebutuhan berbagai unit
pelayanan di rumah sakit. Pada tahun 1995, RSD di Indonesia yang berjumlah hampir 325
buah hampir semuanya tidak mempunyai konsep mengenai penulisan rencana strategi sebagai
pedoman untuk pengembangan kegiatan rumah sakit. Pelatihan yang dilaksanakan oleh Pusat
Manajemen Pelayanan Kesehatan FK-UGM bekerja sama dengan Ditjen PUOD Departemen
Dalam Negeri telah membawa perubahan ke arah pengembangan rencana strategi. Akan
tetapi, hasil atau dampak pelatihan nasional itu masih kecil (Sufandi, Trisnantoro dan Utarini,
2000). Berdasarkan data tersebut, rumah sakit di Indonesia, khususnya RS pemerintah belum
mempunyai motivasi untuk menggunakan manajemen strategis dalam sistem manajemennya.
Manfaat manajemen strategis di rumah sakit mungkin belum diperhatikan oleh seluruh
sumber daya manusia di dalamnya. Hal ini terkait dengan keadaan kekurangan komitmen
yang terjadi di rumah sakit daerah di Indonesia. Sebuah kelaziman bahwa rumah sakit daerah
tidak mampu memberi penghidupan layak dan suasana kerja yang menyenangkan untuk
sumber daya manusianya. Ketika pendapatan di lembaga lain lebih tinggi dibandingkan
dengan pendapatan dari rumah sakitnya sendiri, terjadilah kehilangan komitmen mereka.
Fenomena tersebut terlihat pada kegiatan penyusunan rencana strategi di rumah sakit daerah
pada penghujung dekade 1990-an. Berdasarkan kegiatan tersebut ternyata kelompok sumber
daya manusia yang paling bersemangat adalah para manajer, sementara para klinisi cenderung
tidak bersemangat. Hal ini disebabkan para manajer rumah sakit menyadari berbagai kondisi
yang dapat mengurangi atau meningkatkan perkembangan rumah sakit. Sedangkan para
klinisi cenderung tidak melihat perkembangan rumah sakit daerah sebagai hal yang penting.
Ketidaksepakatan dalam rumah sakit akhirnya mengakibatkan konsep berpikir strategis untuk
masa mendatang menjadi tidak dipergunakan. Akibatnya, rumah sakit kehilangan kontrol atas
perkembangannya.

2.8 Manajemen Program


2.8.1 Definisi Manajemen Program
Manajemen program merupakan susunan rencana kegiatan yang sudah dirancang dan
telah disepakati bersama untuk dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu. Manajemen
program harus dibuat secara terarah, karena akan menjadi pegangan organisasi dalam
mencapai sebuah tujuan. Selain itu manajemen rogram sendiri juga dapat menjadi sebuah
tolak ukur dalam pencapaian target saat akan melakukan pekerjaan, dan hasilnya akan di
evaluasi pada masa akhir kepengurusan.

42
2.8.2 Tujuan Manajemen Program
a. Membantu dalam mencapai visi dan misi
Jika manajemen program dilaksanakan secara baik maka organisasi akan menjadi
efektif dalam menjalankan kegiatannya sehingga dapat membantu dalam mencapai
tujuan organisasi tersebut. Memang kepengurusan dalam organisasi memiliki jangka
waktu tertentu, sering bergonta-ganti kepengurusan dan tujuannya tidak dapat tercapai
dalam waktu yang dekat, tetapi dengan manajemen program yang dilaksanakan dengan
baik maka akan mendekatkan organisasi tersebut kepada tujuan utamanya.
b. Membantu menjawab kebutuhan organisasi
Manajemen program yang terencana dan tepat akan memberikan solusi bagi semua
persoalan yang akan dihadapi oleh organisasi, baik itu persoalan yang datangnya dari
dalam maupun dari luar organisasi. Sehingga organisasi dapat membuat strategi yang
tepat untuk memecahkan persoalan sehingga targetnya dapat tercapai.
c. Membantu organisasi bekerja secara sistematis dan terstruktur
Dengan manajemen program yang baik maka dapat membantu setiap anggota pada
organisasi bekerja secara sistematis dan terstruktur, sehingga kinerja organisasi dapat
meningkat.

2.8.3 Jenis Manajemen Program


a. Berdasarkan dari waktu perencanaan
1) Untuk satu periode kepengurusan, berdasarkan jangka waktu ini maka rapat kerja
umumnya hanya di lakukan satu kali saja, lalu melakukan evaluasi maupun
koordinasi terhadap program-program kerja yang sudah dijalankan.
2) Untuk satu waktu tertentu, dalam kurun waktu ini biasanya rapat kerja dilakukan
beberapa kali selama satu periode kepengurusan, jangka waktu tersebut bisa
triwulan, caturwulan dan lain-lain.
b. Berdasarkan sifat program pada organisasi
1) Sifatnya kontinyu/terus menerus.
2) Sifatnya secara mendadak.
3) Sifatnya yang disesuaikan dengan kondisi yang akan datang.
c. Berdasarkan target
1) Dibuat berdasarkan jangka waktu yang panjang.
2) Dibuat berdasarkan jangka waktu yang pendek.

2.8.4 Manajemen Program di Bidang Kesehatan


43
Penerapan manajemen program guna meningkatan mutu (manajemen mutu) di
pelayanan kesehatan seperti di Rumah Sakit.
a. Upaya peningkatan mutu layanan
Pengukuran mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit sudah diawali dengan penilaian
akreditasi rumah sakit yang mengukur dan memecahkan masalah pada tingkat input dan
proses. Rumah sakit dipacu untuk dapat menilai diri (self assessment) dan memberikan
pelayanan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
b. Manajemen risiko klinis
Rumah sakit menyusun pengorganisasian dalam membentuk komite patient safety untuk
mengembangkan program manajemen resiko dan keselamatan pasien. Keselamatan pasien
adalah hak setiap pasien yang mempercayakan asuhan mereka kepada lembaga pelayanan
kesehatan dimana asuhan yang aman tersebut adalah suatu keharusan. Keselamatan pasien
rumah sakit merupakan suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih
aman. Hal ini termasuk: asesmen resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan
dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan
tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko. Sistem ini
mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil
Rincian program kegiatan Upaya Peningkatan Mutu dan Keselamatan di Rumah Sakit,
sebagai berikut :
1) Penetapan program prioritas kegiatan yang akan dievaluasi, terdiri dari: Indikator Area
Klinis, Indikator Area Manajerial, Indikator International Library dan Indikator Sasaran
Keselamatan Pasien.
2) Diklat PMKP
3) Standarisasi proses asuhan klinis
4) Pengukuran mutu
5) Menerapkan manajemen risiko klinis (pelaksanaan keselamatan pasien)
6) Melaporkan dan analisis data insiden keselamatan pasien
7) Mengupayakan terlaksananya Root Cause Analysis (RCA) dan Failure Mode Effect
Analysis (FMEA)
8) Koordinasi kegiatan dengan peningkatan mutu

PERTEMUAN 5

44
KEPEMIMPINAN

2.1 Pengertian Kepemimpinan


Kepemimpinan secara harfiah berasal dari kata pimpin. Kata pimpin mengandung
pengertian mengarahkan, membina atau mengatur, menuntun dan juga menunjukkan
ataupun mempengaruhi. Pemimpin mempunyai tanggung jawab baik secara fisik maupun
spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari yang dipimpin. Pengertian
kepemimpinan menurut beberapa tokoh:
1. Proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas hubungan tugas anggota kelompok
(Stoner, 1982).
2. Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktivitas seseorang atau
sekelompok orang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam suatu situasi
tertentu (Paul Hersay, Ken Balnchard, 1982).
3. Kepemimpinan adalah suatu proses mempengaruhi atau memberi contoh dari
pimpinan kepada pengikutnya dalam upaya mencapau tujuan organisasi (Rivai,2008)
4. Kepemimpinan adalah aktivitas untuk mempengaruhi orang-orang supaya diarahkan
mencapai tujuan organisasi. Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam
menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan,
mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya (George R. Terry
2009).
5. Kepemimpinan adalah suatu proses mempengaruhi yang dilakukan oleh seseorang
dalam mengelola anggota kelompoknya untuk mencapai tujuan organisasi. Martinis
(Yamin dan Maisah,2010: 74)
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah suatu kemampuan
untuk mempengaruhi, mengarahkan, dan memotivasi orang lain guna mencapai tujuan
organisasi atau kelompok. Dalam kepemimpinan, diperlukan sikap wibawa, rasa peka
terhadap orang yang dipimpin, dan intelektual. Sedangkan pemimpin adalah seseorang
yang memiliki kecakapan khusus, dengan atau tanpa pengakuan resmi dapat
mempengaruhi kelompok yang dipimpinnya, untuk melakukan usaha bersama mengarah
pada pencapaian sasaran-sasaran tertentu.

2.2 Unsur- unsur Kepemimpinan

45
Kepemimpinan terdiri atas unsur-unsur sebagai berikut menurut Wahjosumdjo
(1987):
2.2.1 Adanya Kepemimpinan
Pemimpin itu sendiri adalah unsur utama kepemimpinan yang akan menjadi
pendorong dan atau mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang lain, sehingga
tercipta hubungan kerja yang serasi dan menguntungkan untuk melakukan aktivitas-
aktivitas tertentu untuk mencapai tujuan tertentu.
2.2.2 Adanya Pengikut
Unsur kedua kepemimpinan adalah adanya pengikut, yakni seorang atau
sekelompok orang yang mendapat dorongan atau pengaruh sehingga bersedia dan
dapat melakukan berbagai aktivitas tertentu untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
2.2.3 Adanya Sifat dan Ataupun Perilaku Tertentu
Unsur selanjutnya kepemimpinan adalah adanya sifat ataupun perilaku tertentu
yang dimiliki oleh seorang pimpinan yang dapat dimanfaatkan untuk mendorong dan
ataupun mempengaruhi seorang atau sekelompok orang.
2.2.4 Adanya Situasi dan Kondisi Tertentu
Unsur terakhir adalah adanya situasi dan kondisi tertentu yang memungkinkan
terlaksananya kepemimpinan. Situasi dan kondisi yang dimaksud dibedakan atas dua
macam. Pertama situasi dan kondisi internal organisasi, kedua situasi dan kondisi
eksternal organisasi yakni lingkungan secara keseluruhan.

2.3 Fungsi Kepemimpinan


Fungsi kepemimpinan berhubungan langsung dengan situasi sosial dalam
kehidupan kelompok/ organisasi masing-masing yang mengisyaratkan bahwa setiap
pemimpin berada didalam dan bukan di luar situasi itu. Fungsi kepemimpinan merupakan
gejala sosial, karena harus diwujudkan dalam situasi sosial suatu kelompok/ organisasi.
Secara operasional dapat dibedakan dalam lima fungsi pokok kepemimpinan yaitu:
2.3.1Fungsi Instruktif
Fungsi ini bersifat komunikasi satu arah. Pemimpin sebagai komunikator
merupakan pihak yang menentukan apa, bagaimana, bilamana, dan dimana perintah itu
dikerjakan agar keputusan dapat dilaksanakan secara efektif. Kepemimpinan yang efektif
memerlukan kemampuan untuk menggerakkan dan memotivasi orang lain agar mau
melaksanakan perintah.

46
2.3.2Fungsi Konsultatif
Fungsi ini bersifat komunikasi dua arah. Pada tahap pertama dalam usaha
menetapkan keputusan, pemimpin kerapkali memerlukan bahan pertimbangan, yang
mengharuskannya berkonsultasi dengan orang-orang yang dipimpinnya yang dinilai
mempunyai berbagai bahan informasi yang diperlukan dalam menetapkan keputusan.
Tahap berikutnya konsultasi dari pemimpin pada orang-orang yang dipimpin dapat
dilakukan setelah keputusan ditetapkan dan sedang dalam pelaksanaan. Konsultasi itu
dimaksudkan untuk memperoleh masukan berupa feed back untuk memperbaiki dan
menyempurnakan keputusan-keputusan yang telah ditetapkan dan dilaksanakan. Dengan
menjalankan gaya konsultatif dapat diharapkan keputusan-keputusan pimpinan, akan
mendapatkan dukungan dan lebih mudah menginstruksikannya, sehingga kepemimpinan
berlangsung efektif.
2.3.3 Fungsi Partisipasi
Fungsi ini pemimpin dalam menjalankan berusaha mengaktifkan orang-orang yang
dipimpinnya, baik dalam keikutsertaan mengambil keputusan maupun dalam
melaksanakannya. Partisipasi tidak berarti bebas berbuat semaunya, tetapi dilakukan
secara terkendali dan terarah berupa kerja sama dengan tidak mencampuri atau
mengambil tugas pokok orang lain. Keikutsertaan pemimpin harus tetap dalam gaya
sebagai pemimpin dan bukan pelaksana. Gaya partisipatif (participating), pemimpin
bersikap terbuka dan memberikan peluang bagi terselenggarakannya komunikasi dua
arah serta menaruh perhatian terhadap usaha dan produktivitas karyawannya. Pemimpin
memotivasi dan mendukung kreativitas karyawan serta melatih karyawan dalam
pengambilan keputusan. Peranan pemimpin pada gaya partisipatif adalah memberikan
kemudahan dan mengkomunikasikan berbagai hal yang perlu mendapat perhatian
karyawan
2.3.4 Fungsi Delegasi
Delegating adalah sebuah gaya dimana seorang pemimpin mendelegasikan
seluruh wewenang dan tanggung jawabnya kepada bawahan. Gaya delegasi akan
berjalan dengan baik apabila bawahan sepenuhnya telah paham dan efisien dalam
pekerjaan, sehingga pemimpin dapat melepas bawahan menjalankan tugas atau
pekerjaan itu atas kemampuan dan inisiatifnya sendiri. Gaya ini dilaksanakan dengan
memberikan pelimpahan wewenang membuat atau menetapkan keputusan, baik
melalui persetujuan maupun tanpa persetujuan dari pemimpin. Gaya delegasi pada
dasarnya berarti kepercayaan. Orang-orang penerima delegasi itu harus diyakini

47
merupakan pembantu pemimpin yang memiliki kesamaan prinsip, persepsi dan
aspirasi.
2.4 Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan (leadership style) adalah berbagai pola tingkah laku yang
disukai oleh pemimpin dalam proses mengarahkan dan mempengaruhi pekerja. Adapun
tipe kepemimpinan yang digunakan ialah
2.4.1 Karismatis
Dari kamus besar bahasa Indonesia dikemukakan bahwa "karismatik" berarti bersifat
karisma. Sedang perkataan karisma diartikan sebagai "keadaan atau bakat yang
dihubungkan dengan kemampuan yang luar biasa dalam kepemimpinan seseorang untuk
membangkitkan pemujaan dan rasa kagum dari masyarakat terhadap dirinya atau atribut
kepemimpinan didasarkan atas kualitas kepribadian individu" Model kepemimpinan tipe
ini bersandar pada karakteristik kualitas kepribadian yang istimewa sehingga mampu
menciptakan kepengikutan pada pemimpin sebagai panutan, yang memiliki daya Tarik
yang sangat memukau, dengan memperoleh pengikut yang banyak (sangat besar)
jumlahnya. Kepemimpinin karismatik dapat diartikan sebagai kepemimpinan yang
memiliki kekuasaan yang kuat dan tetap serta dipercayai oleh pengikut-pengikutnya.
Sejalan dengan pengertian itu dikatakan oleh Fred Luthans (1995:335) bahwa charismatic
leadhership is throw back to the old conception of leader as being those who by the force
of their personal abilities are capable of having profound and extraordinary effects on
followers. Berdasarkan uraian diatas kepemimpinan karismatik dapat diartikan sebagai
kemampuan mempengaruhi orang lain dengan mendayagunakan keistimewaan atau
kelebihan dalam sifat atau aspek kepribadian pemimpin, sehingga menimbulkan rasa
hormat, rasa segan dan kepatuhan yang tinggi pada para pengikutnya (Fred
Luthans,1995:335)
2.4.2. Otokratis
Otokrat berasal dari perkataan autos = sendiri, dan kratos = kekuasaan, kekuatan.
Jadi otokrat berarti: penguasa absolut. Pemimpin dengan tipe otokratis mendasarkan diri
pada kekuasaan dan paksaan yang mutlak harus dipatuhi. Pemimpinnya selalu mau
berperan sebagai pemain tunggal. Setiap perintah dan kebijakan ditetapkan tanpa
berkonsultasi dengan bawahannya. Anak buah tidak pernah diberi informasi mendetail
mengenai rencana dan tindakan yang harus dilakukan. Semua pujian dan kritik terhadap
segenap anak buahnya diberikan atas pertimbangan pribadi pemimpin sendiri. selanjutnya
pemimpin selalu berdiri jauh dari anggota kelompoknya jadi ada sikap menyisihkan diri

48
dari eksklusivisme. Pemimpin otokratis itu senantiasa ingin berkuasa absolute, tunggal,
dan merajai keadaan. Sikap dan prinsip-prinsipnya sangat konservatif dan ketat kaku.
2.4.3. Laisser Faire
Pada tipe kepemimpinan ini, pemimpin praktis tidak memimpin dia membiarkan
kelompoknya dan setiap orang berbuat semau sendiri. Pemimpin tidak berpartisipasi
sedikit pun dalam kegiatan kelompoknya. Semua pekerjaan dan tanggung jawab harus
dilakukan oleh bawahan sendiri. Pemimpin dengan tipe ini bisa disebut pemimpin symbol
dan tidak memiliki keterampilan teknis dikarenakan kedudukannya sebagai pemimpin
diperoleh melalui penyogokan, suapan, atau berkat sistem nepotisme. Pemimpin dengan
tipe ini tidak mempunyai kewibawaan dan tidak bisa mengontrol anak buahnya, tidak
mampu melaksanakan koordinasi kerja dan tidak berdaya sama sekali menciptakan
suasana kerja yang kooperatif.
2.4.4. Demokratis
Kepemimpinan demokratis adalah kepemimpinan yang selalu memperhitungkan
aspirasi dan kepentingan rakyat, serta selalu mengusahakan agar bawahannya selalu ikut
berperan dalam mengambil keputusan. Di samping itu, dalam mengambil sebuah
keputusan, pemimpin selalu bermusyawarah dan berkonsultasi dengan orang-orang
bawahannya. Tipe demokratis jauh berbeda dengan tipe-tipe yang telah kita bicarakan.
Pemimpin yang bertipe demokratis selalu berada ditengah-tengah para bawahan sehingga
ia terlibat dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan organisasi. Dalam prakteknya
kepemimpinan ini diwarnai oleh usaha mewujudkan hubungan manusiawi (human
relationship/hablum- minannas) yang efektif, dengan prinsip saling memperlakaukan
sebagai subyek. Pemimpin memandang anggota organisasinya sebagai individu yang
harus dihormati, dihargai dan diakui hak dan kewajibannya. Dengan kata lain setiap
individu diterima eksistensinya dengan kepribadian masing-masing, sebagaimana diri
pemimpin sendiri. Oleh karena itu dalam tipe kepemimpinan ini setiap kemauan,
kehendak, kemampuan, buah pikiran, gagasan, pendapat, minat dan perhatian dan lain-
lain, yang berbeda-beda antar individu, selalu dihargai dan disalurkan untuk kepentingan
bersama. Kepemimpinan demokratis bersifat aktif, dinamis dan terarah. Aktif dalam
organisasi. Terarah pada tujuan bersama yang jelas, melalui pelaksanaaan kegiatan-
kegiatan yang relevan secara efektif dan efisien.
2.4.5. Kepemimpinan Pseudo-Demokratis
Tipe ini juga dikenal dengan demokratis semu atau manipulatif demokratis.
Pemimpin memperlihatkan kesan demokratis dalam kepemimpinannya namun sebenarnya

49
bersifat otokratis. Pemimpin memberi hak dan kuasa kepada para anggotanya untuk
menetapkan dan memutuskan sesuatu, tetapi sesungguhnya ia bekerja dengan perhitungan,
ia mengatur siasat yang pada akhirnya dapat mendesak bawahannya supaya kemauannya
juga yang terwujud
.
2.5 Model-model Kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan proses di mana seorang individu mempengaruhi
sekelompok individu untuk mencapai suatu tujuan. Berikut merupakan model
kepemimpinan yang dapat Anda terapkan sebagai seorang pimpinan
2.6.1 Kepemimpinan Transformational
Burns (1978) dalam Wijaya (2005) menjelaskan bahwa kepemimpinan
transformational dibangun dari dua kata yaitu kepemimpinan (leadership) dan
transformasional. Istilah tranformasional berasal dari kata to transform, yang bermakna
mentransformasikan atau mengubah sesuatu sesuatu menjadi lebih baru dan berbeda,
misalnya mentransformasikan visi menjadi realita, atau mengubah sesuatu yang
potensial menjadi aktual. Kepemimpinan transformasional dapat dilihat secara mikro
maupun makro. Secara mikro kepemimpinan transformasional merupakan proses
mempengaruhi antar individu, sementara secara makro merupakan proses memobilisasi
kekuatan untuk mengubah sistem sosial dan mereformasi kelembagaan. Kepemimpinan
transformasional mencakup tiga komponen penting Bass (1985) yaitu :
1) Kharisma adalah suatu proses yang padanya kekuatan pemimpin yang besar untuk
memotivasi bawahan dalam melaksanakan tugas. Bawahan mempercayai pemimpin
karena pemimpin dianggap mempunyai pandangan, nilai dan tujuan yang
dianggapnya benar. Oleh sebab itu pemimpin yang mempunyai karisma lebih besar
dapat lebih mudah mempengaruhi dan mengarahkan bawahan agar bertindak sesuai
dengan apa yang diinginkan oleh pemimpin. Selanjutnya dikatakan kepemimpinan
karismatik dapat memotivasi bawahan untuk mengeluarkan upaya kerja ekstra
karena mereka menyukai pemimpinnya
2) Stimulasi intelektual adalah sebuah proses yang padanya seorang pemimpin
meningkatkan kesadaran para pengikutnya terhadap suatu masalah dan mendorong
mereka untuk memandang masalah-masalah tersebut dari perspektif yang baru.
Pemimpin merangsang kreativitas bawahan dan mendorong untuk menemukan
pendekatan-pendekatan baru terhadap masalah-masalah lama. Jadi, melalui
stimulasi intelektual, bawahan didorong untuk berpikir mengenai relevansi cara,

50
sistem nilai, kepercayaan, harapan dan didorong melakukan inovasi dalam
menyelesaikan persoalan melakukan inovasi dalam menyelesaikan persoalan dan
berkreasi untuk mengembangkan kemampuan diri serta disorong untuk menetapkan
tujuan atau sasaran yang menantang. Perhatian yang diindiviualisasi di antaranya
memberi dukungan, membesarkan hati, dan memberikan pengalaman-pengalaman
baru tentang pengembangan kepada para pengikut. Pengaruh personal dan hubungan
satu persatu antara atasan-bawahan merupakan hal terpenting yang utama.
3) Perhatian secara individual tersebut dapat sebagai identifikasi awal terhadap para
bawahan terutama bawahan yang mempunyai potensi untuk menjadi seorang
pemimpin.
4) Inspirasional, Perilaku pemimpin inspirational dapat merangsang antusiame
bawahan terhadap tugas-tugas kelompok dan dapat mengatakan hal-hal yang dapat
menumbuhkan kepercayaan bawahan terhadap kemampuan untuk menyelesaikan
tugas dan mencapai tujuan kelompok.
2.6.2 Kepemimpinan Situasional
Robbins (2007) menyatakan bahwa pada dasarnya pendekatan kepemimpinan
situasional memberi penekanan lebih pada pengikut dan tingkat kematangan mereka. Para
pemimpin harus bisa menilai dengan tepat atau menilai secara intuitif tingkat kematangan
pengikut mereka dan menggunakan gaya kepemimpinan yang sesuai dengan tingkat
kematangan tersebut. Kesiapan di sini didefinisikan sebagai kemampuan dan kesediaan
seorang pengikut untuk mengambil tanggung jawab perilaku mereka.
2.6.3 Kepemimpinan visioner
Kepemimpinan visioner adalah kemampuan pemimpin dalam mencipta,
merumuskan, mengkomunikasikan /mensosialisasikan /mentransformasikan dan
mengimplementasikan pemikiran-pemikiran ideal yang berasal dari dirinya atau sebagai
hasil interaksi sosial di antara anggota organisasi dan stakeholders yang diyakini sebagai
cita-cita organisasi di masa depan yang harus diraih atau diwujudkan melalui komitmen
semua personil. Visi adalah idealisasi pemikiran tentang masa depan organisasi yang
merupakan kekuatan kunci bagi perubahan organisasi yang menciptakan budaya dan
perilaku organisasi yang maju dan antisipatif terhadap persaingan global sebagai
tantangan zaman.

PERTEMUAN 6

51
MANAJEMEN STRATEGI DAN OPERASIONAL

2.1 Manajemen Strategi


2.1.1 Definisi Manajemen Strategi
manajemen strategis adalah serangkaian proses pengambilan keputusan dan
tindakan yang didasarkan pada pertimbangan lingkungan internal dan eksternal
organisasi untuk mencapai tujuan organsiasi dalam jangka waktu yang panjang.
Dengan kata lain manajemen strategis merupakan serangkaian aktivitas dalam
mengambil keputusan yang bersifat mendalam dan menyeluruh untuk mencapai tujuan
organisasi dalam jangka waktu yang panjang.
2.1.3 Manfaat Manajemen Strategi
Dengan menggunakan manajemen strategis sebagai suatu kerangka kerja
(frame work) untuk menyelesaikan setiap masalah strategis di dalam organisasi
terutama berkaitan dengan persaingan , maka peran manajer diajak untuk berpikir
lebih kreatif atau berpikir secara strategis (Ritonga, 2020).
Menurut Taufiqurohman (2016) dalam (Novianto, 2019) manfaat manajemen
strategi bagi organisasi adalah sebagai berikut:
1. Arah jangka panjang yang jelas;
2. Organisasi dapat beradaptasi terhadap perubahan lingkungan yang cepat;
3. Organisasi menajdi lebih efektif;
4. Mencegah munculnya masalah di masa datang;
5. Mengurangi aktivitas yang tumpang tindih;
6. Mengubah mindset pegawai dan karyawan; dan
7. Meningkatkan kerja.
2.1.5 Peran Manajemen Strategi
Meraih segala cita-cita atau tujuan yang diinginkan oleh suatu organisasi atau
perusahaan maka penerapan manajemen strategis justru sangat dibutuhkan guna apa
yang diinginkan bersama dapat dicapai dengan sebaik mungkin. Peran manajemen
strategis ketika diimplementasikan dalam suatu organisasi maka setiap unit atau
bagian yang ada dalam organisasi tersebut dapat melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya sebaik mungkin. Apalagi melihat perkembangan zaman sekarang ini,
dimana setiap organisasi perusahaan telah melakukan ekspansi pasar guna
mendapatkan keuntungan yang banyak. Semuanya itu perlu langkah strategis dan

52
taktik yang tepat sehingga proses atau langkah yang diambil oleh pimpinan dapat
dijalankan seefektif dan seefisien mungkin. Persaingan yang memunculkan daya saing
erat kaitannya dengan pemahaman mekanisme pasar (standar dan benchmarking),
kecepatan dan ketepatan penyampaian produk (barang dan jasa) yang mampu
menciptakan nilai tambah. Oleh karena itu, peningkatan daya saing organisasi bersifat
unik, tetapi pada intinya dipengaruhi oleh aspek kreativitas, kapasitas, teknologi yang
digunakan dan jangkauan pemasaran yang dicapai. Hal tersebut diwujudkan dari
tampilan produk, produktivitas yang tinggi dan layanan yang baik (Ritonga, 2020).
Esensi manajemen strategis dalam pengembangan daya saing organisasi, baik
bersifat nirlaba maupun berorientasi laba dapat dijabarkan atas hal pokok berikut
(Ritonga, 2020):
1. Pertumbuhan dan Keberlanjutan
Hal ini dicirikan oleh adanya kegiatan lebih besar dari organisasi yang
nantinya berdampak pada peningkatan kesejahteraan SDM. Pencapaian kondisi
tersebut didapatkan dari kerja sama antar individu yang mampu mewujudkan sinergi
perkembangan organisasi sesuai.
Siklus organisasi (pengenalan, pertumbuhan, kedewasaan dan pembaharuan
dengan kondisi penurunan, tetap dan naik kembali) ditinjau dari faktor internal
maupun eksternal yang dipengaruhi oleh perubahan-perubahan, baik fundamental,
inkremental dan radikal dari nilai-nilai keinginan konsumen, serta persaingan yang
ketat dalam kondisi yang mengandung ketidakpastian dan penuh risiko.
2. Berpikir Strategis
Hal ini dicirikan oleh pemahaman tentang pentingnya faktor bahwa waktu
(lalu, kini dan esok), proses kontinu (siklus) dan iteratif (sekuens pembelajaran)
dalam mengidentifikasi kegiatan yang menjanjikan ke depan yang berbasis pada
pemetaan kemampuan (superior-tas) yang dimiliki (sumber daya seperti SDA, SDM
dan SDB) dengan secara komprehensif memperhatikan faktor-faktor makro seperti
politik, ekonomi, teknologi dan sosial budaya, di samping upaya pembelajaran
organisasi dalam menuju daya saing secara parsial ataupun utuh.

3. Manajemen strategis
Manajemen strategis dalam implementasinya ditentukan oleh tahapan
identifikasi lingkungan (internal dan eksternal), perumusan dan evalausi strategi,
implementasi strategi, pemantauan dan evaluasi strategi. Hal tersebut disusun dari

53
sistem lingkungan yang terdiri dari analisis lingkungan internal (kekuatan dan
kelemahan: sumber daya, kapabilitas dan kompetensi inti) dan eksternal (peluang
dan ancaman) yang dikenal sebagai SWOT ataupun pendekatan (policy, strategis
dan fungsi) untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi, baik secara luas
maupun bersifat spesifik, seperti:
a. Masuknya pendatang baru (skala ekonomi, diferensiasi produk, persyaratan
modal, biaya peralihan pemasok, akses ke saluran distribusi, kebijakan
pemerintah dan lainnya).
b. Ancaman produk pengganti (biaya/harga).
c. Kekuatan tawar menawar pembeli (kuantitas, mutu dan ketersedian).
d. Kekuatan tawar menawar pemasok (dominasi, integrasi dan keunikan).
2.1.6 Unsur-Unsur Manajemen Strategi
Menurut Toft (2000) dalam (Suaedi, 2019), strategi terdiri dari unsur-unsur
berikut:
1. Pertama adalah visi organisasi (bagaimana seharusnya organisasi di masa depan ?
Apa yang hendak dicapai organisasi ? Apa yang menajdi tujuan/goals)
2. Kedua adalah misi (lingkup organisasi secara umum, pasar atau target organisasi
(market), barang, produk, jasa, atau hal lain yang dihasilkan oleh organisasi)
3. Ketiga adalah keunggulan komparatif (analisis terhadap kompetitor atau organisasi
serupa lainnya, mengukur sumber daya strategis, serta mengidentifikasi kekuatan
dan kelemahan yang dimiliki organisasi).
4. Keempat adalah tujuan dan sasaran (capaian yang hendak dicapai oleh oragnisasi
atau keinginan organisasi di masa depan).
5. Kelima adalah faktor-faktor kritis dari kesuksesan organisasi.
6. Keenam adalah penyebaran nilai-nilai (nilai budaya dari organisasi dan ideologi
dari organisasi).
7. Ketujuh adalah orientasi aksi.
2.1.7 Proses Manajemen Strategi
Proses manajemen strategis terdiri dari 3 tahap (Yunus, 2016):
1. Formulasi strategi, antara lain adalah mengembangkan visi dan misi,
mengidentifikasi peluang dan ancaman eksternal perusahaan; menentukan
kekuatan dan kelemahan internal; menetapkan tujuan jangka panjang;
merumuskan alternatif strategi; dan memilih strategi tertentu yang akan
dilaksanakan.

54
2. Implementasi strategi, diantaranya mengembangkan budaya yang mengandung
strategi, menciptakan struktur organisasi yang efektif dan mengarahkan usaha
pemasaran, menyiapkan anggaran, mengembangkan dan memberdayakan sistem
informasi, dan menghubungkan kinerja karyawan dengan kinerja organisasi.
Suksenya implementasi strategi terletak pada kemampuan manajer untuk
memotivasi karyawan.
3. Evaluasi strategi adalah tahap final dalam manajemen strategis. Evaluasi strategi
adalah alat untuk mendapatkan informasi kapan strategi tidak dapat berjalan.
Semua strategi dapat dimodifikasi di masa datang karena faktor internal dan
eksternal secara konstan berubah. Tiga aktivitas dasar evaluasi strategi adalah
meninjau ulang faktor eksternal dan internal yang menjadi dasar strategi saat ini;
mengukur kinerja; mengambil tindakan.
Berdasarkan buku karangan Riva’i (2004) dalam (Yunus, 2016) terdapat
suatu bagan yang menunjukkan proses manajemen strategis seperti pada gambar
dibawah ini. Menurut bagan tersebut, dapat disimpulkan bahwa proses manajemen
strategi secara umum dapat dibagi menjadi tiga langkah pokok, yakni:
a. Perumusan strategi (Formulating strategy)
b. Penerapan strategi (Implementing strategy)
c. Evaluasi (Evaluating)

Gambar 2. Proses Manajemen Strategi (Riva’i, 2004)

55
2.2 Manajemen Operational
2.2.1 Definisi Manajemen Operasional
Manajemen operasional adalah sebuah proses yang menyatukan dan mengubah bentuk
berbagai sumber daya yang digunakan dalam subsistem operasi sebuah organisasi agar
memiliki nilai tambah secara terkendali dalam setiap kebijakan organisasi. Serangkaian
kegiatan pengelolaan yang saling terkait, yang mencakup tata laksana proses untuk
memproduksi dan mendistribusikan barang dan jasa disebut sebagai manajemen operasional.
2.2.2 Ruang Lingkup Manajemen Operasional
Manajemen operasional terkait dengan perubahan dari input menjadi output dengan
penggunanaan sumber daya untuk menyediakan keperluan yang diinginkan pelanggan ketika
menyatu dengan tujuan organisasi berupa efektifitas, efisiensi, dan
Berikut adalah kegiatan yang melingkupi fungsi manajemen operasional dan
produksi :

Gambar 3. Ruang Lingkup Manajemen Operasional

a. Location of Facilities
Location of facilities atau lokasi fasilitas dalam operasi adalah keputusan yang bersifat
jangka panjang, yang termasuk komitmen jangka panjang tentang faktor geografis yang
mempengaruhi organisasi. Hal ini merupakan pengambilan keputusan strategi yang penting
dalam organisasi. Hal tersebut merujuk pada pertanyaan seperti “ Dimana operasi utama harus
mendasar ?”
Penyeleksian lokasi adalah keputusan utama sebagai investasi besar dalam
pembangunan gedung dan mesin. Lokasi yang tidak layak secara pasti menghabiskan
investasi dalam pembangunan gedung dan peralatan mesin. Oleh karena itu, lokasi

56
penempatan harus berdasar pada rencana pengembangan perusahaan dan kebijakan,
penggolongan rencana untuk produk, perubahan sumber dari bahan mentah dan faktor
lainnya. Maksud dari pembelajaran lokasi adalah untuk menemukan lokasi optimal yang
menghasilkan keuntungan terbaik untuk organisasi.
b. Plant Layout and Material Handling
Plant layout atau tata ruang bangunan merujuk pada penyusunan fasilitas fisik. Hal
tersebut meliputi penyusunan departemen, pusat pekerjaan, dan peralatan dalam proses
konversi. Keseluruhan tujuan dari tata ruang banguna adalah untuk mendesain sebuah
susunan fisik yang memenuhi kebutuhan kualitas output dan kuantitas secara ekonomis.
Menurut James More “Tata ruang bangunan adalah sebuah rencana penyusunan
optimum asilitas yang termasuk personil, peralatan operasi, ruang penyimpanan,
pengangkutan bahan dan peralatan, dan layanan pendukung lainnya beserta dengan desain
struktur terbaik dalam mencakup fasilitas.
Material handling atau pengangkutan bahan berkenaan dengan “ pemidahan bahan
dari ruang penyimpanan ke mesin dan dari mesin dilanjutkan ke proses produksi lanjutan.”
Pengangkutan bahan juga dinyatakan sebagai seni dan ilmu pengetahuan pemindahan,
pengepakan, dan penyimpanan produk dalam segala bentuk. Hal ini merupakan sebuah
aktivitas khusus dalam sebuah pabrik dengan biaya produksi 50% sampai 70%. Biaya ini
dapat dikurangi dengan pembagian yang tepat, operasi dan pemeliharaan perangkat
pengangkutan bahan. Dengan adanya perangkat-perangkat pengangkutan bahan
meningkatkan output, memperbaiki kualitas, mempercepat pengiriman dan menurunkan biaya
produksi. Oleh karena itu, pengangkutan bahan merupakan perhatian utama dalam mendesain
bangunan baru dan beberapa bangunan yang sudah ada sebelumnya.
c. Product Design
Product design atau desain produk berkaitan dengan konversi dari sebuah ide menjadi
kenyataan. Setiap organisasi bisnis harus mendesain, mengembangkan, dan mengenalkan
produk baru sebagai strategi pertahanan dan pertumbuhan. Pengembangan produk baru dan
meluncurkannya di pasaran adalah tantangan terbesar yang dihadapi sebuah organisasi.
Keseluruhan proses di dalamnya membutuhkan identifikasi untuk menghasilkan sebuah
produk yang mencakup tiga fungsi desain yaitu pemasaran, pengembangan produk, dan
proses produksi. Pengembangan produk diartikan sebagai sebuah kebutuhan pelanggan
yang diberikan oleh pasar menjadi lebih spesifik dan desain yang lebih bervariasi. Proses
produksi memiliki tanggung jawab dalam pemilihan bentuk proses dari sebuah produk.

57
Desain dan pengembangan produk menciptakan hubungan antara pemasaran, kebutuhan
pelanggan, harapan, danaktivitas yang diperlukan dalam produksi.
d. Process Design
Process design adalah sebuah bentuk pengambilan keputusan yang besar dalam
keseluruhan proses konversi bahan mentah ke barang jadi. Keputusan ini meliputi pemilihan
proses, pemilihan teknologi, analisis alur proses dan tata letak dari fasilitas. Oleh karena itu,
keputusan penting dalam proses desain adalah untuk menganalisis alur kerja dari konversi
bahan mentah menuju barang jadi dan menentukan stasiun kerja yang tercakup dalam alur
kerja.
e. Production Planning and Control
Production planning and control atau perncanaan dan pengendalian produksi dapat
dinyatakan sebagai proses dari perencanaan produksi untuk kemajuan, pengaturan rute yang
sesungguhnya dari setiap item, menetapkan waktu permulaan dan penyelesaian dari setiap
item.
Prinsip dari perencanaan dan pengendalian produksi terletak pada pernyataan “
Rencanakan dahulu pekerjaanmu, lalu bekerjalah sesuai rencanamu “. Fungsi utama dari
perencanaan dan pengendalian produksi meliputi perencanaan, pengarahan, penjadwalan,
pelaksanaan, penidak lanjutan.
f. Quality Control
Quality Control atau pengendalian kualitas dapat dinyatakan sebagai ebuah system
yang berguna untuk mempertahankan kualitas yang diinginkan dalam barang atau jasa.
Pengendalian secara sistematik dari berbagai faktor yang mempengaruhi kualitas produk.
Pengendalian kualitas bermaksud mencegah kerusakan sumber daya , mengandalkan system
timbale balik yang efektif dan perbaikan prosedur pelaksanaan.
g. Materials Management
Materials Management atau pengelolaan bahan adalah salah satu aspek dari fungsi
manajemen yang mengutamakan pada kemahiran, pengendalian, dan penggunaan bahan
kebutuhan dan alur barang dan jasa yang berhubungan dengan proses produksi yang memiliki
tujuan yang telah ditentukan dalam padangan.
Tujuan utama pengelolaan bahan adalah :
1. Untuk meminimalisir biaya bahan
2. Untuk membeli, menerima, mengangkut, dan menyimpan bahan secara efisien dan
mengurangi biaya tambahan.

58
2.2.4 Peran Manajemen Operasional
Peran dari manajemen operasi adalah untuk mengubah bentuk input dalam perusahaan
menjadi barang dan jasa. Input meliputi sumber daya manusia (pekerja dan manajer), fasilitas
dan pemrosesan ( bangunan dan peralatan ), material, teknologi, dan informasi. Output berupa
barang dan jasa yang diproduksi perusahaan.Dalam sebuah pabrik, suatu transformasi adalah
perubahan fisik dari bahan mentah menjadi sebuah produk, misalnya transformasi kulit dan
karet menjadi sepatu, kain menjadi baju, dan plastik menjadi mainan.Sedangkan dalam
sebuah rumah sakit, transformasi berarti pengadaan dokter, prosedur kesehatan, dan
pengobatan untuk menyembuhkan orang yang sakit.
Manajemen operasional mengutamakan aktivitas planning, organizing, dan
controlling, yang berpengaruh pada keseluruhan perilaku manusia.
 Planning atau perencanaan adalah aktivitas yang menetapkan rangkaian kegiatan dan
menjadi panduan untuk pengambilan keputusan yang akan datang. Manajer operasional
menyatakan tujuan untuk subsistem operasi dari sebuah organisasi, kebijakan, dan
prosedur untuk mencapai tujuan. Tahap ini termasuk menjelaskan peranan dan focus dari
operasi dari keseluruhan strategi organisasi, perencanaan produk, desain fasilitas, dan
penggunaan proses konversi.
 Organising adalah aktivitas yang menetapkan sebuah struktur tugas dan kewenangan.
Manajer operasi menetapkan struktur peran dan alur informasi dalam subsistem operasi.
Mereka menentukan kegiatan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan dan
menetapkan kewenangan serta tanggung jawabnya.
 Controlling atau pengendalian adalah aktivitas yang memastikan bahwa pelaksanaan
yang berjalan sesuai dengan perencanaan, memastikan bahwa perencanaan untuk
subsistem operasi telah diselesaikan. Manajer operasional harus melakukan pengendalia
dengan mengukur output yang dihasilkan dan menyesuaikannya dengan rencana
manajemen operasional. Pengendalian biaya, kualitas, dan jadwal adalah fungsi yang
penting.

2.2.5 Unsur-Unsur Manajemen Operasional


1. Perancangan Sistem Produksi
Desain sistem produksi mencakup pemilihan jenis produk, jenis sitem pengolahan
produksi, kebijakan inventaris untuk produk yang telah selesai. Desain produksi mempunyai 2
tipe, yaitu :

59
a. Custom products : Produk yang khusus dibuat sesuai dengan kebutuhan individual
konsumen.
b. Standarized products : Produk yang dibuat berdasarkan suatu model, baik berkelanjutan
atau dengan jumlah yang besar untuk mencukupi jumlah permintaan dalam jangka
waktu yang lama.
2. Fasilitas Produksi dan Jasa
Salah satu unsur penting adalah perancangan fasilitas adalah spesialiasi fasilitas produksi
sehingga mencapai tujuan dengan baik. Karena peralatan dan sistem pendukung maupun
prosedur yang digunakan terfokus pada tugas tertentu untuk kumpulan konsumen dan harga
produksi dapat diminimalkan. Intinya adalah secara umum pabrik dan fasilitas pelayanan
lebih baik menerapkan diri/spesialisasi, sehingga tidak akan rentan terhadap pesaing yang
lebih kecil atau lebih khusus , yang dapat menyediakan pelanggan dengan set yang lebih baik
dari biaya yang lebih rendah , produk atau jasa pengirimanlebih cepat , pengiriman tepat
waktu , produk yang tinggi dan kualitas layanan , dan fleksibilitas.
3. Pengembangan Produk atau Pelayanan
Setelah didesain produk akan melalui berbagai tahapan pengembangan, dalam tahapan ini
terdapat aktivitas marketing, operasional, dan teknik. Desain produk memegang peran yang
besar dalam kualitas produk, harga produksi, jumlah suplier.
4. Pemilihan Teknologi dan Proses Pengembangan
Sebuah bagian penting dari strategi operasi adalah penentuan bagaimana produk akan
diproduksi. Proses ini melibatkan penentuan dan perencanaan setiap detail dari proses
produksi dan fasilitas. Menggabungkan peralatan teknologi seperti robot, gudang otomatis,
dengan peralatan konvensional dan merancang skema produksi secara keseluruhan adalah
tantangan yang dihadapi oleh manajer operasinalpada zaman ini.
5. Alokasi Sumber Daya
Unit produksi menghadapi masalah terus menerus tentang bagaimana mengalokasikan
sumber daya yang seperti modal, mesin , peralatan , bahan , tenaga kerja , jasa. Alokasi pada
waktu yang tepat ke tempat yang tepat produksi menunjukkan efisiensi produksi perencanan.
Penggunaan sumber daya yang optimal akan memungkinkan produksi ekonomis .
Meminimalkan limbah , pemanfaatan sumber daya yang optimal , dan produk kualitas terbaik
menuntut strategi operasional yang baik.
6. Perencanaan Fasilitas
Hal ini sangat penting untuk mencapai daya saing antar perusahaan . Keputusan tersebut
juga mempengaruhi ekspansi masa depan perusahaan . Bersamaan dengan evaluasi

60
alternatif, manajer operasinal akan mempertimbangkan ketersediaan bahan baku hingga
akses ke pasaran.

2.2.6 Tahapan Manajemen Operasional


Sistem manajemen operasional mengandung lima unsur dasar  yaitu input, proses
transformasi, output, sistem kontrol, dan umpan balik. Elemen-elemen ini harus
dibawa bersama-sama dan terkoordinasi dalam suatu sistem untuk menghasilkanproduk atau
jasa-alasan bisnis untuk eksis.
1. Input
Input dalam sistem manajemen operasi mencakup semua sumber daya fisik dan tidak
berwujud yang datang menjadi bisnis.
2. Proses Transformasi
Setelah kita mengidentifikasi input dari bisnis, kita dapat melihat proses yang
digunakan untuk mengubah mereka menjadi produk jadi. Proses transformasi adalah
praktek-termasuk aktif konsep, prosedur, dan teknologi yang diimplementasikan untuk
menghasilkan output.
3. Output
Keluaran atau output adalah hasil dari proses transformasi dari apa yang dihasilkan
dalam bisnis.
4. Sistem Kontrol
Sistem control menyediakan sarana untuk memantau dan mengoreksi masalah atau
penyimpangan yang terjadi dalam system operasi. Kontrol digabungkan ke dalam tiga
tahap input, transformasi, dan output.
5. Feedback (Umpan Balik)
Umpanbalik adalahkomunikasi yandiperlukan yangmenghubungkan sistem kontrol
untuk input, transformasi dan output.
Pengelolaan manajemen operasional umumnya berada pada divisi operasi, kualitas/proses
bisnis atau pada bagian yang sejenis (namanya tidak persis sama di setiap jenis organisasi).
Namun yang jelas secara kategori, kita bisa membagi dua peranan proses pekerjaan yang
memegang kunci berhasilnya pengelolaan manajemen operasional. Kategori yang pertama
yaitu proses operasional dan yang kedua proses administratif. Di dalam kategori proses
operasional biasanya terdapat kegiatan merancang, memproduksi dan menyerahkan
barang/jasa untuk pelanggan. Dari sisi fungsi operasional, kegiatan-kegiatan ini biasa disebut
pengembangan produk, manufaktur dan logistik & distribusi. Sementara itu dalam kategori

61
proses administratif umumnya meliputi kegiatan yang tidak memproduksi output namun tetap
diperlukan untuk berjalannya proses operasional. Secara fungsional kegiatan dalam kategori
proses administratif lazim disebut perencanaan strategis, anggaran belanja dan pengukuran
kinerja.
Dari sisi pengelolaannya, umumnya jabatan penanggung jawab yang memegang peranan
biasa disebut sebagai  manajer operasi, kualitas manajer, proses bisnis manajer atau rangkaian
persediaan manajer (bisa berbeda-beda di setiap organisasi). Tugas utama mereka adalah
memonitor setiap tahapan yang dilalui oleh suatu proses dalam rangka penyediaan
barang/jasa. Lebih rinci lagi bisa dikatakan mereka adalah pihak berkompeten yang
menentukan input (peralatan, tenaga kerja, bahan baku, energi, informasi, cara & teknik)
untuk ditransformasi menjadi output (barang/jasa) untuk memenuhi permintaan pasar. Dengan
demikian peranan mereka sangat signifikan dalam tiap organisasi.
Signifikansi peranan mereka tertuang dalam tanggung jawab penting yang mereka pikul
dan biasanya meliputi aspek manajemen sumber manusia , manajemen aset dan manajemen
biaya. Aspek manajemen sumber manusia menekankan pada koordinasi dan integrasi sumber
daya manusia (baik itu fungsi langsung maupun penunjang). Aspek manajemen aset
memperhatikan dengan cermat pemanfaatan maksimal dari gedung, fasilitas, peralatan dan
persediaan bahan baku. Sementara itu aspek manajemen biaya meliputi pengendalian biaya
mulai dari pengadaan input, proses transformasi, sampai kepada penyerahan output kepada
pelanggan. Secara garis besar fokus dari pengelolaan manajemen operasional menekankan
pada manajemen kualitas, perencanaan kapasitas, manajemen input (sumber daya) dan proses
pengadaan dan penjadwalan.

Gambar 4. Model Transformasi Manajemen Operasional

Sekarang mari kita lihat model transformasi dalam manajemen operasional dari gambar
diatas . Secara sederhana kita dapat melihat input masuk ke dalam proses transformasi untuk

62
menghasilkan output dan yang turut memegang peran penting dalam lingkungan seperti
perusahaan (penyedia input)dan pelanggan (penerima output). Juga ada garis yang ditarik dari
output menuju input yang menggambarkan suatu umpan balik untuk mengakomodasi
persoalan kualitas, performa dan biaya.Secara lebih rinci, di dalam input atau bisa disebut
sebagai sumber daya yang akan ditransformasi. Unsur-unsur yang berperan antara lain adalah
bahan baku, informasi dan pelanggan. Selanjutnya input akan masuk ke dalam proses
transformasi, di mana yang akan berperan di dalamnya selain proses itu sendiri adalah sumber
daya dalam proses transformasi. Yang relevan di sini antara lain adalah staf yang ikut ambil
bagian dalam proses, fasilitas (tanah, bangunan, mesin, peralatan). Sementara dalam output
yang dihasilkan dari proses transformasi biasanya ada output yang bermanfaat dan output
limbah (waste). Yang juga menarik adalah umpan balik yang bisa berasal dari dua sumber
yaitu internal dan eksternal. Sumber internal bisa berupa pengujian, evaluasi dan perbaikan
berkelanjutan sedangkan sumber eksternal berasal dari masukan ataupun keluhan dari
perusahaan sebagai maupun pelanggan.

Gambar 5. Model Transformasi Manajemen Operasional

2.3. Perbedaan Manajemen strategis dan Operasional


Dalam sebuah organisasi peran dari manajemen strategi dan operasional sangat penting
dalam rangka mencapai tujuan organisasi tersebut. Menurut George Steiner dalam bukunya
yang berjudul ''Strategic Planning'' peran strategi dalam sebuah organisasi mengacu pada
keputusan dasar organisasi tentang visi dan misi, menjawab pertanyaan tentang tujuan dan
bagaimana mencapai visi misi tersebut, serta tindakan seperti apa yang harus dilakukan agar
tujuan organisasi dapat tercapai.
Menurut Hery (2018) peran manajemen strategi dalam sebuah organisasi meliputi hampir
semua fungsi dasar manajemen yaitu merencanakan, mengorganisir, melaksanakan dan

63
mengendalikan strategi. Dalam manajemen strategi keputusan dan tindakan dibuat oleh
pimpinan organisasi tertinggi dan wajib dilaksanakan oleh seluruh perangkat organisasi dalam
rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Serangkaian keputusan dan tindakan tersebut
dibuat setelah memperhatikan situasi eksternal dan kondisi internal organisasi. Menurut
J.David Hunger dan Thomas L. Wheelen pada tahun (2003) Keputusan dan tindakan yang
akan dilakukan dalam manajemen strategi ditujukan untuk kinerja jangka panjang bisa 1
tahun, 2 tahun, 3 tahun dan seterusnya.
Manajemen strategis didefinisikan sebagai sebuah seni karena menunjukkan adanya
proses yang memerlukan keahlian atau teknik tertentu dalam merumuskan, melaksanakan dan
mengevaluasi keputusan-keputusan organisasi untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Dalam manajemen strategis hasil analisis, keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh
organisasi adalah dalam rangka mencapai atau mempertahankan keunggulan kompetitif, di
mana ada sebuah nilai unik (differentiator) yang dapat dilakukan oleh organisasi, sehingga
sulit untuk ditiru atau dicari subtitusinya.
Manfaat manajemen strategi yang dapat dirasakan bagi organisasi antara lain, adanya
arah jangka panjang yang jelas, dapat beradaptasi terhadap perubahan lingkungan yang cepat,
dapat mencegah munculnya masalah di masa datang, mengurangi aktivitas yang tumpang
tindih, mengbah mindset para karyawan, serta dapat meningkatan kinerja organisasi. Selain
itu esensi yang ingin didapatkan ketika organisasi menerapkan manajemen strategi adalah
perubahan dan keberlanjutan serta cara berpikir strategis dari para anggotanya. Beberapa
faktor yang dapat mempengaruhi implementasi manajemen strategis dalam sebuah organisasi
antara lain, masuknya pendatan baru, ancaman produk pengganti, kekuatan tawar-menawar
pembeli, dan kekuatan tawar-menawar pemasok.
Dalam manajemen Operasional sistem operasi merupakan bagian penting dari organisasi yang
berkaitan dengan perubahan bentuk dari berbagai input menjadi output yang dibutuhkan dan
diharuskan memiliki kualitas sesuai dengan kebutuhan.
Peran dari manajemen operasi adalah untuk mengubah bentuk input dalam perusahaan
menjadi barang dan jasa. Input meliputi sumber daya manusia (pekerja dan manajer), fasilitas
dan pemrosesan ( bangunan dan peralatan ), material, teknologi, dan informasi. Setelah
menghasilkan output perlu adanya sistem kontrol dan feedback (umpan balik) yang
menghubungkan sistem kontrol untuk input, transformasi dan output.
Manajemen operasional merupakan fungsi pusat utama dari setiap perusahaan baik
perusahaan besar atau kecil. Pada manajemen strategi yang menjadi fokus utama adalah
merumuskan, melaksanakan dan mengevaluasi tindakan dan keputusan, sedangkan dalam

64
manajemen operasional terdapat fungsi organisasi yang merencanakan, mengorganisir,
mengkoordinasi, dan mengontrol sumber daya yang dibutuhkan untuk produksi sebuah
perusahaan barang dan jasa, terutama pengaturan sumber daya manusia, peralatan, teknologi,
informasi, dan sumber lainnya. Dalam perencanaannya sistem operasional difokuskan pada
pencapaian tujuan jangka pendek organisasi.
Dibandingkan dengan manajemen strategi, ruang lingkup yang ada pada manajemen
operasional cukup luas meliputi lokasi fasilitas sebagai keputusan penting dalam rangka
pembangunan dan pengembangan perusahaan, ruang bangunan yang merujuk pada
penyusunan fasilitas, disain produk yang berkaitan dengan konversi sebuah ide menjadi
kenyataan, proses konversi bahan mentah ke barang jadi, perencanaan dan pengendalian
produksi, dan pengendalian kualitas.
Tujuan manajemen operasional dikategorikan menjadi dua bagian yaitu terkait layanan
pelanggan dan penggunaan sumber. Output yang dihasilkan oleh perusahaan diharapkan
mampu memberikan kepuasaan kepada pelanggan baik dari segi biaya dan waktu. Selain itu,
penggunaan sumber daya untuk kepuasan pelanggan tersebut harus secara efektif digunakan
agar tidak terjadi kegagalan sistem operasi dalam organisasi atau perusahaan.
Peran dari manajemen operasi adalah untuk mengubah bentuk input dalam perusahaan
menjadi barang dan jasa. Setelah menghasilkan output perlu adanya sitem kontrol dan
feedback (umpan balik) yang menghubungkan sistem kontrol untuk input, transformasi dan
output. Manajemen operasional mengutamakan aktivitas planning, organizing, dan
controlling, yang berpengaruh pada keseluruhan perilaku manusia. Unsur-unsur yang terdapat
dalam manajemen operasional mencakup pemilihan jenis produk, sistem pengolahan produksi
hingga kebijakan inventaris produk yang telah selesai.

65

Anda mungkin juga menyukai