Anda di halaman 1dari 10

TUGAS KULIAH

RINGKASAN BUKU
INOVASI PENDIDIKAN (Ibrahim, M.Sc)

Dosen : Dr. Aan Hendrayana

Oleh :
Ilma Nurfadilah (7778180002)

Program Studi Magister Pendidikan Matematika


PASCASARJANA
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2018
BAB 1 PERUBAHAN SOSIAL

Perubahan sosial adalah perubahan tingkah laku dan sikap yang terjadi pada individu,
kelompok individu maupun organisasi. Perubahan itu terjadi dapat disebabkan karena
terjadinya interaksi Antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, kelompok
dengan kelompok, organisasi dengan kelompok, atau antara organisasi dengan organisasi.

Ada enam tipe perubahan sosial yaitu (1) perubahan sosial yang terjadi pada individu
yaitu perubahan sikap dan atau tingkah laku yang berlangsung dalam waktu yang singkat
(jangka pendek), (2) perubahan sosial yang terjadi pada individu yaitu perubahan pola
kehidupan yang berlangsung dalam waktu yang lama (jangka panjang), (3) tingkat kelompok
dan dalam waktu yang singkat, (4) perubahan dalam kelompok yang terjadi dalam jangka
waktu yang lama, (5) perubahan sosial yang terjadi secara makro tetapi dalam waktu yang
singkat, (6) perubahan sosial yang terjadi secara makro dan dalam waktu yang lama.

Sistem pengelolaan perubahan sosial memiliki tiga sub system yaitu organisasi,
komunikasi dan target perubahan. Subsistem organisasi merupakan masukan utama ke dalam
system. Subsistem komunikasi membantu melaksanakan program perubahan sosial yang
telah ditentukan dalam subsistem organisasi. Subsistem target perubahan merupakan output
dari system.

Salah satu faktor yang ikut menentukan efektifitas pelaksanaan program perubahan
sosial adalah ketepatan penggunaan strategi. Ada empat macam strategi perubahan sosial
yaitu: strategi fasilitatif (facilitative strategies), strategi pendidikan (reeducative strategies),
strategi bujukan (persuasive strategies), dan strategi paksaan (power strategies). Biasanya
penggunaan strategi perubahan sosial tidak hanya satu macam strategi, tetapi kombinasi dari
berbagai macam strategi hanya ada satu yang diutamakan, disesuaikan dengan kondisi dan
situasi masyarakat yang menjadi sasaran perubahan, agar perubahan sosial dapat berlangsung
secara efektif.
BAB 2 INOVASI PENDIDIKAN

“Discovery”, “Invention”, dan “Innovation”, dalam bahasa Indonesia dapat diartikan


penemuan, maksudnya ketiga kata tersebut mengandung arti ditemukannya sesuatu yang
baru. Diskoveri (discovery) adalah suatu penemuan sesuatu yang sebenarnya benda atau hal
yang ditemukan itu sudah ada, tetapi belum diketahui orang. Invensi (invention) adalah suatu
penemuan sesuatu yang benar-benar baru artinya hasil kreasi manusia Benda atau hal yang
ditemukan itu benar-benar sebelumnya belum ada, kemudian diadakan dengan hasil kreasi
baru. Inovasi (innovation) ialah suatu ide, barang, kejadian, metode, yang dirasakan atau
diamati sebagai suatu halyang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat), baik
itu berupa hasil invensi maupun diskoveri. Inovasi diadakan untuk mencapai tujuan tertentu
atau untuk memecahkan suatu masalah tertentu.

Modernisasi adalah proses perubahan sosial, dari masyarakat tradisional (yang belum
modern) ke masyarakat yang lebih maju (masyarakat industri yang sudah modern). Inovasi
dan modernisasi keduanya merupakan perubahan sosial, perbedaannya hanya pada penekanan
ciri dari perubahan itu. Inovasi menekankan pada ciri adanya sesuatu yang diamati sebagai
sesuatu yang baru bagi individu atau masyarakat, sedangkan modernisasi menekankan pada
adanya proses perubahan dari tradisional ke modern, atau dari yang belum maju ke yang
sudah maju. Jadi dapat disimpulkan bahwa diterimanya suatu inovasi sebagai tanda adanya
modernisasi.

Karakteristik inovasi yang dapat mempengaruhi cepat atau lambatnya penerimaan


inovasi adalah sebagai berikut :

1. Keuntungan relatif, yaitu sejauh mana inovasi dianggap menguntungkan bagi


penerimanya.
2. Kompatibel (Compatibility), ialah tingkat kesesuaian inovasi dengan nilai
(values),pengalaman lalu,dan kebutuhan dari penerima
3. Kompleksitas (Complexity), ialah tingkat kesukaran untuk memahami dan
menggunakan inovasi bagi penerima.
4. Trialabilitas (Trialability), ialah dapat dicoba atau tidaknya suatu inovasi oleh
penerima.
5. Dapat diamati (Observability), ialah mudah tidaknya diamati suatu hasil inovasi.

Inovasi pendidikan adalah inovasi dalam bidang pendidikan atau inovasi untuk
memecahkan masalah pendidikan.
BAB 3 DIFUSI INOVASI

Difusi ialah proses komunikasi inovasi antar warga masyarakat (anggota sistem
sosial), dengan menggunakan saluran tertentu dan dalam waktu tertentu. Diseminasi adalah
proses penyebaran inovasi yang direncanaka, diarahkan, dan dikelola. Jadi kalau difusi terjadi
secara sepontan, maka diseminasi dengan perencanaan.

Ada 4 elemen pokok difusi inovasi, yaitu (1) Inovasi, ialah suatu ide, barang,
kejadian, metode, yang diamati sebagai suatu yang baru bagi seseorang atau sekelompok
orang, baik itu berupa hasil invensi atau diskoveri, yang diadakan untuk mencapai tujuan
tertentu. (2) Komunikasi dengan saluran tertentu, kegiatan komunikasi dalam proses difusi
mencakup hal-hal sebagai berikut : (1) suatu inovasi (2) individu atau kelompok yang telah
mengetahui dan berpengalaman dengan inovasi (3) individu atau kelompok yang lain yang
belum mengenal inovasi (4) saluran komunikasi yang menggabungkan antara kedua pihak
tersebut. (3) Waktu, adalah elemen yang penting dalam proses difusi, karena waktu
merupakan aspek utama dalam proses komunikasi. Peranan dimensi waktu dalam proses
difusi terdapat pada tiga hal, yaitu proses keputusan inovasi, kepekaan seseorang terhadap
inovasi, dan kecepatan penerimaan inovasi. (4) Sistem sosial, ialah hubungan (interaksi) antar
individu atau unit dengan bekerja sama untuk memecahkan masalah guna mencapai tujuan
tertentu.

Beberapa tipe keputusan inovasi, (1) Keputusan inovasi opsional, ialah pemilihan
menerima atau menolak inovasi, berdasarkan keputusan yang ditentukan oleh individu
(seseorang) secara mandiri tanpa tergantung atau terpengaruh dorongan anggota system
social yang lain. (2) Keputusan inovasi kolektif, ialah pemilihan untuk menerima atau
menolak inovasi berdasarkan keputusan yang dibuat secara bersama-sama berdasarkan
kesepakatan antar anggota system sosial. (3) Keputusan inovasi otoritas, ialah pemilihan
untuk menerima atau menolak inovasi berdasarkan keputusan yang dibuat oleh seseorang
atau sekelompok orang yang mempunyai kedudukan, status, wewenang, atau kemampuan
yang lebih tinggi daripada anggota yang lain dalam suatu sistem sosial. (4) Keputusan inovasi
kontingen, ialah pemilihan menerima atau menolak suatu inovasi, baru dapat dilakukan hanya
setelah ada keputusan inovasi yang mendahuluinya.

Konsekuensi inovasi ada tiga macam, (1) Konsekuensi yang bermanfaat dengan yang
tidak bermanfaat (2) Konsekuensi langsung dengan tidak langsung (3) Konsekuensi yang
diharapkan dengan yang tidak diharapkan.
BAB 4 PROSES KEPUTUSAN INOVASI

Proses keputusan inovasi ialah proses yang dilalui (dialami) oleh individu (unit
pengambil keputusan yang lain), mulai dari pertama kali tahu adanya inovasi, kemudian
dilanjutkan dengan keputusan sikap terhadap inovasi, penetapan keputusan menerima atau
menolak inovasi, implementasi inovasi, dan konfirmasi terhadap keputusan inovasi yang
telah diambilnya. Ciri pokok keputusan inovasi dan merupakan perbedaannya dengan tipe
keputusan yang lain ialah dimulai dengan adanya ketidak tentuan (uncertainty) tentang
sesuatu (inovasi).

Proses keputusan inovasi terdiri dari 5 tahap, yaitu: (1) Tahap Pengetahuan
(Knowledge). (2) Tahap Bujukan (Persuasion). (3) Tahap Keputusan (Decision). (4) Tahap
Implementasi (Implementation). (5) Tahap Konfirmasi (Confirmation). Keaktifan seseorang
untuk memenuhi kebutuhan ingin tahu tentang inovasi, dapat berlangsung sejak tahap
pengetahuan sampai tahap konfirmasi.

Ada dua macam penolakan inovasi yaitu:

1. Penolakan aktif artinya penolakan inovasi setelah melalui proses mempertimbangkan


untuk menerima inovasi atau mungkin sudah mencoba lebih dahulu, tetapi keputusan
akhir menolak inovasi.
2. Penolakan pasif artinya penolakan inovasi dengan tanpa pertimbangan sama sekali.

Tiga cara mengurangi disonansi, antara lain (1) apabila seseorang menyadari akan
sesuatu kebutuhan dan berusaha mencari sesuatu untuk memenuhi kebutuhan (2) apabila
seseorang tahu tentang inovasi dan telah bersikap menyenangi inovasi tersebut, tetapi belum
menetapkan keputusan untuk menerima inovasi (3) setelah seseorang menetapkan menerima
dan menerapkan inovasi, kemudian diajak untuk menolaknya, maka disonansi ini dapat
dikurangi dengan cara tidak melanjutkan penerimaan dan penerapan inovasi.
BAB 5 AGEN PEMBAHARU

Agen pembaharu (change agent) ialah orang yang bertugas mempengaruhi klien agar
mau menerima inovasi sesuai dengan tujuan yang diinginkan oleh pengusaha pembaharuan
(change agency). Tugas utama agen pembaharuan ialah melancarkan jalannya arus inovasi
dari pengusaha pembaharuan ke klien. Proses komunikasi iniakan efektif jika inovasiyang
disampaikan kepada klien harus dipilih yang sesuai dengan kebutuhannya atau sesuai dengan
masalah yang sedang dihadapinya.

Fungsi utama agen pembaharu ialah sebagai penghubung antara pengusaha


pembaharuan (change agency), dengan klien (client), dengan tujuan agar inovasi dapat
diterima (diterapkan) oleh klien sesuai dengan keinginan pengusaha pembaharuan. Kunci
keberhasilan diterimanya inovasi oleh klien terutama terletak pada komunikasi antara agen
pembaharu dengan klien.

Ada tujuh langkah kegiatan agen pembaharu, yaitu (1) Membangkitkan kebutuhan
untuk berubah. (2) Memantapkan hubungan pertukaran informasi. (3) Mendiagnosa masalah
yang dihadapi. (4) Membangkitkan kemauan klien untuk berubah. (5) Mewujudkan kemauan
dalam perbuatan. (6) Menjaga kestabilan penerimaan inovasi dan mencegah tidak
berkelanjutannya inovasi. (7) Mengakhiri hubungan ketergantungan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan agen pembaharu antara lain: (1)


Usaha agen pembaharu. (2) Orientasi pada klien. (3) Sesuai dengan kebutuhan klien. (4)
Emphati. (5) Homophily. (6) Kontak agen pembaharu dengan klien yang berstatus lebih
rendah. (7) Pembantu para-profesional. (8) Kepercayaan klien terhadap agen pembaharu. (9)
Profesional Semu. (10) Pemuka pendapat. (11) Kemampuan klien untuk menilai inovasi.

Sistem difusi sentralisasi dengan ciri pokok ide inovasi muncul dari para ahli yang
akemudian disebarkan dengan bentuk paket yang seragam, klien hanya menerima atau
menolak inovasi (klien pasif). Sistem difusi desentralisasi munculnya ide inovasi dari siapa
saja dan juga proses penyebarannya diatur oleh calon penerima sendiri. Kelebihannya yaitu
inovasi sesuai dengan kebutuhan klien, biaya operasional murah dan memupuk percaya pada
kemampuan sendiri. Kelemahannya tidak tepat digunakan jika inovasi memerlukan tenaga
ahli (sukar diperoleh), kurang adanya koordinasi antara pelaksana difusi dan tidak dapat
dipakai untuk penyebaran inovasi.
BAB 6 HAMBATAN DIFUSI INOVASI

Beberapa faktor penghambat difusi inovasi ditinjau dari aplikasi bidang ilmu dalam
sistem sosial atau adanya pranata social adalah (1) hambatan geografi (2) hambatan sejarah
(3) hambatan ekonomi (4) hambatan prosedur (5) hambatan personal (6) hambatan sosial-
budaya (7) hambatan politik.

Ada 6 faktor utama hambatan difusi inovasi, yaitu:

1. Estimasi tidak tepat terhadap inovasi. Disebabkan karena tidak tepat pertimbangan
tentang implementasi inovasi, kurang adanya hubungan antar anggota team pelaksana
inovasi, kurang adanya kesamaan pendapat tentang tujuan yang akan dicapai atau kurang
adanya kerjasama yang baik.
2. Konflik dan motivasi. Disebabkan karena adanya masalah-masalah pribadi seperti
pertentangan antar anggota team pelaksana, kurang motivasi untuk bekerja dan berbagai
macam sikap pribadi yang dapat mengganggu kelancaran proses inovasi.
3. Inovasi tidak berkembang. Disebakan karena sangat rendahnya penghasilan perkapita,
kurang adanya pertukaran dengan orang asing, tidak mengetahui adanya sumber alam, jarak
yang terlalu jauh, iklim yang tidak menunjang, kurang sarana komunikasi, kurang perhatian
dari pemerintah, system pendidikan yang tidak sesuai dengan kebutuhan.
4. Masalah finansiil. Disebakan karena tidak memadainya bantuan finansiil dari daerah,
tidak memadainya bantuan finansiil dari luar daerah, kondisi ekonomi daerah secara
keseluruhan, prioritas ekonomi secara nasional lebih banyak pada bidang lain daripada
pendidikan, ada penundaan dalam penyampaian dana, terjadi inflasi.
5. Penolakan dari kelompok penentu. Disebabkan karena kelompok elite yang memiliki
wewenang dalam masyarakat tradisional menentang inovasi atau perluasan suasana
pendidikan, terdapat pertentangan antar ideologi mengenai inovasi, proyek inovasi
dilaksanakan sangat lambat, dll.
6. Kurang adanya hubungan sosial. Disebabkan karena ada masalah dalam hubungan
sosial antara anggota team yang satu dengan yang lain, ada ketidak harmonisan, dll.

BAB 7 INOVASI DALAM ORGANISASI


Organisasi adalah suatu sistem yang stabil, yang merupakan perwujudan kerjasama
Antara individu-individu, untuk mencapai tujuan bersama dengan mengadakan jenjang dan
pembagian tugas tertentu. Kestabilan organisasi akan tercapai jika (1) memiliki tujuan yang
dirumuskan dengan jelas (2) memiliki pembagian tugas yang jelas (3) memiliki kejelasan
struktur otoritas (kewenangan) (4) memiliki aturan dasar (umum) dan aturan khusus (5) pola
hubungan informal.

Ada beberapa variabel yang mempengaruhi kepekaan organisasi terhadap inovasi


yaitu:

1. Ukuran organisasi mempunyai hubungan positif dengan kepekaan organisasi


terhadap inovasi.
2. Karakteristik stuktur organisasi dengan dimensi-dimensi: sentralisasi,
kompleksitas, formalitas dan keterbukaan
3. Karakteristik perorangan (pimpinan).
4. Karakteristik eksternal organisasi yaitu karakteristik yang dimiliki oleh sistem
organisasi.

Langkah-langkah pengambilan keputusan yaitu ada berbagai tantangan, tersedia


berbagai alternatif untuk mengambil tindakan, menyusun rangking konsekuensi dari setiap
alternatif, dan memilih salah satu alternatif yang paling tepat. Keputusan inovasi ialah
keputusan untuk menentukan, menerima, atau menolak inovasi. Keputusan inovasi dimulai
dengan serba tak tentu (tak jelas), karena hal yang dihadapi adalah sesuatu yang baru.

Proses inovasi adalah serangkaian aktivitas yang dilakukan oleh individu atau
organisasi, mulai sadar atau tahu adanya inovasi sampai menerapkan (implementasi) inovasi.

BAB 8 MODEL INOVASI PENDIDIKAN


Faktor yang mempengaruhi proses inovasi pendidikan yaitu kegiatan belajar
mengajar, faktor internal dan eksternal, dan sistem pendidikan (pengelolaan dan
pengawasan). Perencanaan yaitu suatu persiapan dan pengambilan keputusan untuk berbuat
secara sistematik yang merupakan serangkaian keaktifan berkelanjutan dan saling
melengkapi untuk mencapai suatu tujuan.
Berdasarkan berbagai model perencanaan pendidikan maka terdapat juga berbagai
model inovasi pendidikan. Model penelitian pengembangan dan difusi, model pengembangan
organisasi dan model konfigurasi. Cara untuk mengadakan perubahan atau inovasi
pendidikan pada suatu sekolah yaitu:
1. Tujuan diadakannya inovasi perlu dimengerti dan diterima oleh guru, siswa, serta
orang tua dan juga masyarakat.
2. Motivasi positif harus digunakan untuk memberikan rangsangan agar mau
menerima inovasi.
3. Harus diusahakan agar individu ikut berpartisifasi dalam mengambil keputusan
inovasi.
4. Perlu direncanakan tentang evaluasi keberhasilan program inovasi.

Petujuk penerapan inovasi di sekolah:

1. Buatlah rumusan yang jelas tentang inovasi yang akan diterapkan


2. Gunakan metode atau cara yang memberi kesempatan anggota sistem sekolah
untuk berpartisifasi secara aktif dalam usaha merubah pribadinya atau sekolah
3. Gunakan berbagai macam alternatif untuk mempermudah penerapan inovasi
4. Gunakan tambahan data untuk mempermudah fasilitas terjadinya penerapan
inovasi
5. Gunakan kemanfaatan dari pengalaman sekolah atau lembaga lain
6. Mau menerima tanggung jawab pribadi
7. Usahakan adanya pengorganisasian kegiatan yang memungkinkan terjadinya
kepemimpinan yang efektif
8. Usahakan mencari jawaban atas berbagai macam pertanyaan dasar tentang inovasi
di sekolah
9. Proses penerapan inovasi pendidikan akan lancar dan dapat mencapai tujuan
dengan efektif jika program inovasi dipersiapkan dan direncanakan dengan
matang
DAFTAR PUSTAKA

Ibrahim. (1988). Inovasi Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat
Jenderal Pendidikan TInggi.

Anda mungkin juga menyukai