Anda di halaman 1dari 42

KONSEP DASAR INOVASI PENDIDIKAN

A. Pengertian Diskoveri (Discovery), invensi (Invention), dan Inovasi (Innovation). Discovery, Invention, dan Innovation, dapat diartikan dalam bahasa Indonesia sebagai penemuan, maksudnya ketiga kata tersebut mengandung arti deitemukannya sesuatu yang baru, baik sebenarnya barangnya itu sendiri sudah ada lama kemudian baru diketahui atau memang benar-benar baru dalam arti sebelumnya tidak ada. Diskoveri (discovery) adalah suatu penemuan sesuatu yang

sebenarnya benda atau hal yang ditemukan itu sudah ada, tetapi belum diketahui oleh orang-orang. Misanya penemuan benua Amerika. Invensi (invention) adalah suatu penemuan sesuatu yang benar-benar baru artinya hasil kreasi manusia benda atau hal yang ditemukan itu sebelumnya belum ada, kemudian diadakan dengan hasil kreasi baru. Misalnya penemuan teori belajar dan teori pendidikan. Inovasi (innovation) adalah suatu ide, barang kejadian, metode, yang dirasakan atau diamati sebagai suatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat). Baik itu hasil invensi maupun diskoveri. Inovasi diadakan untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk memecahkan suatu masalah tertentu. Zaltman dan Duncan memeperjelas penegrtian inovasi dengan membandingkannya dengan perubahan social. Semua inovasi adalah

termasuk perubahan social, tetapi perubahan social belum tentu inovasi. Inovasi adlah perubahan social yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu, dan diamati sebagai sesuatu yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat). Jadi inovasi adlah bagian (subset) dari perubahan social.

B. Karakteristik Inovasi Rogers mengemukakan karakteristik inovasi yang dapat

mempengaruhi cepat atau lambatnya penerimaan inovasi sebagai berikut (Everett M. Rogers, 1983 hal. 14-16) : a. Keuntungan Relatif, yaitu sejauh mana inovasi dianggap menguntungkan bagi pengalaman lalu, dan kebutuhan dari penerima. b. Kompatibel (compatibility) ialah tingkat kesesuaian inovasi dengan nilai (values), pengalaman lalu, dan kebutuhan dari penerima. c. Kompleksitas (complexty) ialah tingkat kesukaran untuk memahami dan menggunakan inovasi bagi penerima. d. Trialabilitas (trialability) ialah dapat dicoba atau tidaknya suatu inovasi oleh penerima. e. Dapat diamati (obsevability) ialah mudah tidaknya diamati suatu inovasi yang hasilnya mudah diamati akan cepat diterima oleh masyarakat.

Zaltman, Duncan, dan Holbek mengemukakan bahwa cepat lambatnya diterimanya inovasi dipengaruhi oleh atribut itu sendiri. Suatu inovasi dapat merupakan kombinasi dari berbagai macam atribut (Zaltman, 1973, hal 32 50). Untuk memperjelas kaitan antara inovasi dengan proses penerima (adopsi), berikut atribut inovasi yang dikemukakan Zaltman : a. Pembiayaan b. Balik modal c. Efisiensi d. Resiko dan ketidakpastian e. Mudah di komunikasikan f. Kompatibilitas g. Kompleksitas h. Status ilmiah i. Kadar keaslian j. Dapat dilihat kemanfaatanya k.Dapat dilihat batas sebelumnya l. Keterlibatan m. Hubungan interpersonal n. Kepentingan umum/pribadi o. Penyuluh inovasi

C. Pengertian Inovasi Pendidikan Inovasi pendidikan adlah suatu ide, barang, metode, yang dirasakan atau diamati sebagai hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat) baik berupa hasil invensi atau diskoveri yang di gunakan untuk mencapai tujuan pendidikan atau untuk memecahkan masalah pendidikan. Pendidikan adalah suatu sistem, maka inovasi pendidikan mencakup hal-hal yang berhubungan dengan komponen sistem, baik dalam arti sekolah, perguruan tinggi atau lembaga pendidikan yang lain.

Berukut ini contoh-contoh inovai pendidikan dalam setiap komponen pendidikan atau komponen social sesuai dengan pola yang dikemukakan B. Miles, dengan perubahan isi di sesuaikan dengan perkembangan pendidikan dewasa ini. a. Pembinaan personalia, pendidikan yang merupakan bagian dari sistem social tentu menentukan personal (orang) sebagai komponen sistem. Inovasi yang sesuai dengan komponen personal, misalnya : peningkatan mutu guru, sistem kenaikan pangkat, peraturan tata tertib siswa, dsb. b. Prosedur, sistem pendidikan tentu mempunyai prosedur untuk mencapai tujuan. Inovasi pendidikan yang relevan dengan komponen ini. Misalnya : penggunaan kurikulum baru, cara membuat persiapan mengajar, pengajaran individual, dsb. c. Strategi, yang dimaksud strategi dalam hal ini ialah tahaptahap kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan inovasi pendidikan. Adapun macam dan pola strategi yang digunakan sukar untuk diklasifikasikan, tetapi secara

kronologis biasanya menggunakan pola urutan sebagai berikut: Desain Kesadaran dan perhatian Evaluasi Percobaan

DIFUSI INOVASI

A. Pengertian difusi dan Diseminasi Difusi ialah proses komunikasi inovasi antar warga masyarakat (anggota sistem social), dengan menggunakan saluran tertentu dan dalam waktu tertentu. Komunikasi dalam definisi ini di tekankan dalam arti terjadinya saling tukar informasi (hubungan timbal balik), antar beberapa individu baik secara memusat (konvergen) maupun memencar (divergen) yang berlangsung secara spontan. Dengan adanya komunikasi ini akan terjadi kesamaan pendapat anatar warga masyarakat tentang inovasi. Diseminasi ialah proses penyebaran inivasi yang direncanakan, di arahkan dan dikelolah. Misalnya dalam penyebaran inovasi penggunaan pendekatan keterampilan proses dalam proses belajar mengajar.

B. Elemen Difusi Inovasi Rogers mengemukakan ada 4 elemen poko difusi inovasi yaitu : 1. Inovasi Inovasi aialah suatu ide, barang, kejadian, metode, yang diamati sebagai suatu yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang baik itu beruapa hasil invensi atau diskoveri yang diadakan untuk mencapai tujuan tertentu.

2. Komunikasi dengan saluaran tertentu Merypakan alat untuk menyampaikan informasi dari seseorang ke orang lain. Komunikasi kedua pihak yang berkomunikasi akan mempengaruhi pemilihan atau penggunaan saluran yang tepat untu mengefektifkan proses komunikasi. 3. Waktu Waktu adalah elemen yang penting dalam proses difusi karena waktu merupakan aspek utama dalam proses komunikasi. 4. Sistem Sosial Sistem social ialah hubungan (interaksi) antar individu atau unit dengan bekerja sama untuk memecahkan masalah guna mencapai tujuan tertentu.

C. STRUKTUR SOSIAL DAN DIFUSI Struktur dalam hal ini diartikan sebagai pedoman peraturan unit dalam suatu sistem. Dengan adanya struktur ini maka dapat menimbulkan ketertiban dan kstabilan tingkah laku individu dalam sistem social. Struktur social bukan hanya berlaku dalam organisasi formal tetapi juga dalam struktur informasi, yaitu hubungan antar sesame warga masyarakat atau antar anggota sistem social secar informal, dengan cirri utama adanya kejelasan siapa berhubungan dengan siapa dan dalam situasi bagaimana.

Norma sistem social dan difusi Norama yang berlaku pada suatu sistem social merupakan pedoman tingkah laku anggota sistem social yang ditaati. Pemuka pendapat dan agen pembaharu Pemuka pendapat ialah orang yang mampu mempengaruhi orang lain agar mengubah sikap dan tingkah lakunya secara informal, kearah suatau perubahan yang dikehendaki. Pemuka pendapat merupakan pimpinan informal yang tidak tentu memiliki status formal sebagai pemimpin dalam masyarakat. Pemuka pendapat mendapat kepercayaan dari warga masyarakat karena memiliki kemampuan teknik untuk memimpin, tingkah lakunya diterima oleh masyarakat dan sesuai dengan norma yang berlaku dalam masyarakat. Agen pembaharuan adlah seseorang professional yang bertugas untuk mempengaruhi klien (sasaran inovasi), untuk mengambil keputusan mengikuti inovasi sesuai dengan tujuan yang akan dicapai oleh lembaga atau organisasi tempat agen pembaharuan itu bekerja. ROGERS mengemukakan bahawa kesalahan yang biasa dilakukan oleh agen pembaharuan aialah mereka hanya dapat mengantisipasi bentuk dan fungsi dari suatu inovasi tetapi tidak dapat mengantisipasi arti inovasi bagi sasaran penerima inovasi. a) Bentuk ialah wujud perubahan yang Nampak (dapat diamati) sebagai perwujudan dari substansi inovasi. b) Fungsi ialah sumbangan atau manfaat dari inovasi bagi kehidupan.

c) Arti atau makna suatu inovasi bersifat subyektif dan biasanya juga merupakan persepsi yang tidak disadari oleh penerima inovasi. Karena arti inovasi bersifat subyaktif maka proses difusinya juga tidak semudah atau secepat bentuk dan fungsi inovasi.

Tipe Keputusan Inovasi Inovasi dapat diterima atau ditolak oleh seseorang (individu) sebagai anggota sistem social atau oleh keseluruhan anggota sistem social yang menentukan untuk menerima inovasi berdasarkan keputusan bersama atau berdasarkan paksaan (kekuasaan). Dengan dasar kenyataan tersebut maka dapat dibedakan adanya beberapa tipe keputusan inovasi. a. Keputusan inovasi opsional, yaitu pemilihan menerima atau menolak inovasi, berdasarkan keputusan yang ditentukan oleh individu (seseorang) secara mandiri tanpa tergantung atau terpengaruh dorongan anggota sistem social yang lain. b. Keputusan inovasi kolektif, yaitu pemilihan untuk merima atau menolak inovasi berdasarkan keputusan yang dibuat secara bersamasama berdasarkankesepakatan antar anggota sistem social. c. Keputusan inovasi otoritas, yaitu pemilihan untuk menerima atau menolak inovasi, berdasarkan keputusan yang dibuat seseorang atau sekelompok orang yang mempunyai kedudukan, status, wewenang, atau kemampuan yang lebih tinggi dari pada anggota lain dalam suatu sistem social.

d. Keputusan inovasi kontigen yaitu pemilihan menerima atau menolak suatu inovasi, baru dapat dilakukan setelah ada keputusan inovasi yang mendahuluinya. Biasanya yang paling sepat diterimanya inovasi dengan menggunakan tipe keputusan otoritas tetapi masih juga tergantung pada bagaimana

pelaksanaannya. Sering terjadi juga kebohongan dalam pelaksanaan keputusan otoritas. Dapat juga terjadi bahwa keputusan opsional lebih cepat dari keputusan kolektif jika ternyata untuk membuat kesepakatan dalam musyawarah antar anggota sistem social mengalami kesukaran. Cepat lambatnya difusi inovasi tergantung pada berbagai factor komunikasi jika kita menggunakan bahasa yang mudah dipahami.

Konsekuensi Inovasi Sistem social berpengaruh terhadap konsekuensi inovasi karena perubahan itu terjadi dalam sistem social. Konsekuensi inovasi ialah perubahan yang terjadi dalam sistem social sebagai hasil dari penerimaan atau penolakan dari suatu inovasi. Dinjau dari inovasi yang diperoleh atau yang tampak dalam sistem social, konsekuensi inovasi dapat diklasifikasikan menjadi 3 macam yaitu : a. Konsekuensi yang bermanfaat dengan yang tidak bermanfaat, hal ini tergantung dari hasil inovasi di dalam sistem social itu fungsional atau tidak fungsional.

b. Konsekuensi langsung dengan tidak langsung, tergantung dari perubahan yang terjadi pada individu atau sistem social berupa respon yang segera atau yang pertama terjadi pada inovasi atau respon yang kedua yang terjadi setelah adanya konsekuensi langsung. c. Konsekuensi yang diharapkan dengan yang tidak diharapkan, tergantung dari bagaimana perubahan itu diketahui dan direncanakan oleh anggota sistem social atau tidak. Untuk menentukan suatu konsekuensi inovasi bermanfaat atau tidak idak berbermanfaat juga sukar karena biasanya dapat terjadi suatu inovasi bermanfaat bagi sistem social tetapi tidak bermanfaat bagi anggota sistem social tertentu atau sebaliknya.

10

STRATEGI INOVASI PENDIDIKAN

A. STRATEGI REDUKATIF

EMPIRIS-RASIONAL

DAN

NORMATIF-

1. Strategi Empiris Rasional Asumsi dasar strategi ini adalah bahwa manusia mampu menggunakan akal dan akan bertindak dengan cara-cara yang rasional. Oleh karena itu, tugas inovasi yang utama adalah mendemonstrasikan pembaharuan tertentu melalui metode terlebih yang sahih/valid akan lebih memungkinkan pengadaptasiannya terhadap reserver. Asumsi yang mendukung startegi empiris ialah bahwa riset itu netral dan objektif. Cara (model) riset ilmu social ini di ambil dari ilmu-ilmu murni. Mode ini menetapak peneliti seorang observatory.

2. Strategi Normatif-Redukatif Dalam hal ini yang menjadi pisat kepentingan adalah persoalan mengenai bagaimana kita memahami permasalahannya.masalah pembaharuan bukan perkara mengiri sikap, skill, nilai-nilai dan hubungan pembaharuan sikap justru sama perlunya dengan perubahan produk-produk. Menerima sistem klien berarti mengurangi manipulasi dari luar pembaharuan dibatasi sehingga kekuatan yang bersifat mengaktifkan di dalam sistem sapat diubah.

11

Bennis, Bennen, dan Chin berkomentar tentang hal ini : strategi ini didasarkan atas asumsi bahwa motivasi manusia berbeda dengan strategi-strategi yang mendasari strategi empiris rasional, rasionalitas dan intelegansi manusian tidak di kesampingkan. Pola-pola perbuatan dari pihak individu terhadap norma-norma ini. Norma social budaya du dukung oleh sikap dan sistem nilai dari tiap-tiap individu, pemandangan normative yang menyokong komitmen-komitmen mereka.

B. STRATEGI

KEBIJAKAN

ADMINISTRATIVE

DAN

GABUNGAN POLITIK 1. Strategi kebijakan Administratif Kewajiban impotion kekuasaan ialah mengubah kondisi yang di dalamnya orang lainjalan membatasi alternative-alternatif atau dengan jalan menghasilkan konsekuensi-konsekuensi dari tindakan mereka. Sistem pendidikan telah biasa menggunakan strategi kebijakan administrative dalam berbagai cara pemerintah telah meluluskan aktivitas-aktiviitas tertentu atau menjamin aktivitas-aktivitas lainnya, interaksi social dikontrol oleh aturan-aturan sekolah, kekausaan ekonomi digunakn untuk tujuan-tujuan tertentu.

12

2. Strategi Gabungan Politik Administratif Dalam pendidikan, startegi yang bersifat memaksa telah digunakan untuk beberapa tujuan penggunaan prosedur-prosedur pemilikan, baik untuk para beberapa guru maupun para siswa yang dapat dipandang sebagai satu strategi administrative. Sistem ganjaran (pemberian pujian atau hadiah) dan hukuman bagi para guru juga bagi siswa merupakan variasi dari strategi semacam itu.

C. PENGERTIAN KEPUTUSAN INOVASI, MODEL DAN TAHAP KEPUTUSAN INOVASI 1. Pengertian Proses Keputusan Inovasi Proses keputusan inovasi ialah proses yang dilalui (dialami) oleh individu (unit pengambilan keputusan yang lain), mulai dari pertama kali tahu adanya inovasi, kemudian dilanjutkan dengan keputusan sikap terhadap inovasi, penetapan keputusan menerima atau menolah inovasi,dan konfirmasi terhadap keputusan inovasi yang tealh diambilnya. 2. Model Proses Keputusan Inovasi Menurut Rogers, prose keputusan inovasi terdiri dari 5 tahap, yaitu: a. Tahap Pengetahuan (Knowledge) b. Tahap Bujukan (persuasi) c. Tahap keputusan (decision)

13

d. Tahap Implementasi (implemenntasion) e. Tahap Konfirmasi (Confirmation) 3. Tahap Proses keputusan Inovasi Berikut 5 tahap prose keputusan inovasi yaitu : 1. Tahap pengetahuan Tahap pengetahuan mempunyai prinsi-prinsip umum tentang orang yang lebih awal mengetahui tentang inovasi 2. Tahap bujukan Dalam penerapan inovasi ada pula yang disebut preventive innovation (inovasi preventif) 3. Tahap keputusan Perlu di perhatikan bahwa kenyataannya pada setiap tahap dalam proses keputusan inovasi dapat terjadi penolakan inovasi. Ada dua macam penolakan inovasi yaitu : a. Penolakan aktif b. Penolakan pasif 4. Tahap Implementasi 5. Tahap konfirmasi

14

HAMBATAN DIFUSI INOVASI PENDIDIKAN

A. FAKTOR FAKTOR DIFUSI INOVASI BERKAITAN DENGAN PRANATA SOSIAL 1. Hambatan Geogerafi Hamabatan geogerafi yang mencakup jarak jauh, Transportasi yang lambat, daerah yang terisolasi, keadaan iklim yang menguntungkan, hamper semuanya dinyatakan dalam kategori yang serius. 2. Hambatan Sejarah Hambatan sejarah mencakup masalah-masalah seperti peraturan colonial, tradisi yang bertentangan dengan inovasi dan perjuangan untuk memperoleh kemerdekaan. 3. Hambatan Ekonomi Hambatan ekonomi mencakup tersedianya bantuan dana dari pemerintah dan pengaruh inflasi. Tidak mencukupinya bantuan finansil dari pemerintah merupakan hambatan yang serius. Hal ini terbukti bahwa dari kegiatan inovasi dari barbagai bidang menggunakan dana dari bantuan luar negeri. 4. Hambatan Prosedur Hamabatan prosedur mencakup berbagai factor yang berkaitan dengan teknis administrasi pelaksanaan inovasi. Yang termasuk dalam hambatan prosedur adalah kurang cakapnya tenaga yang mealksanakan program inovasi, kurang cukup adanya kerjasama

15

atau koordinasi antara bagian yang penting dalam pelaksanaan mitivasi. 5. Hambatan Personal Hamabtan personal mencakup hal-hal : krang adanya pemerian penguatan (hadiah). Bagi penerima dan pemakai inovasi, orangorang yang memegang peranan yang penting dimasyarakat tidak terbuka untuk menerima dan melaksanakan inovasi, sikap kaku dan pengetahuan yang sempit dari para personal yang sebenarnya memiliki peranan penting dalam proyek, serta terjadinya pertentangan pribadi. 6. Hambatan Sosial-Budaya Hambatan social budaya yang dianggap paling seris ialah adanya pertentangan ideology tentang perubahan (inovasi). Hal lain berkaitan dengan social budaya yang menghambat inovasi adalah kurangnya suasana adanya saling tukar pikiran secara terbuka, perbedaan nilai budaya (cultural value), serta kurang harmonisnya hubungan antara team proyek inovasi. 7. Hamabatan Politik Adapun yang termasuk hambatan polotik adalah kurangnya hubungan yang baik dengan pimpinan polotik, adanya pergantian pemerintah akan menyukarkan pembinaan secara kontinu

pelaksanaan program yang sudah direncanakan, pendidikan yang menangani proyek inovasi tidak mengetahui realitas politik,

16

adanya keberadaan terhadap proyek inovasi dengan berdasarkan kepentingan golongan, kurang adanya pengertian dan kurang adanya perhatian dari pimpinan polotik.

B. ENAM FATOR UTAMA HAMBATAN INOVASI a. Estimasi tidak tepat terhadap inovasi Di antara ke enam factor, factor kurang tepatnya perencanaan proses inovasi merupakan factor yang paling penting dan kompleks sebagai hambatan pelaksanaan program inovasi. Hambatan yang disebabkan oleh kurang tepatnya perencanaan atau estimasi (under estimating) dalam inovasi.

b. Konflik dan motivasi

Hambatan ini muncul karena adanya maslah-masalah pribadi seperti pertentangan anggota team pelaksana, kurang motivasi untuk bekerja dan berbagai macam sikap pribadi yang dapat mengganggu kelancaran proses inovasi. c. Inovasi tidak berkembang Hal-hal yang berkaitan dengan macetnya proses inovasi anatara lain tidak mengetahui adanya sumber alam, jarak yang terlalu jauh, iklim yang tidak menunjang, kurang sarana komunikasi, kurang perhatian dari pemerintah, sistem pendidikan yang tidak sesuai dengan kebutuhan.

17

d. Keuangan finansiil Dalam analisa data ini maslah financial dibedakan dengan factor yang menghalangi berkembangnya inovasi secara keseluruhan (factor yang ke-3), walaupun keduanya merupakan factor yang serius menghambat jalanya proses inovasi. Adapun item yang termasuk dalam factor financial adalah: tidak memadainya bantuan financial dari daerah, tidak memadainya bantuan financial dari luar daerah, kondisi ekonomi daerah secara keseluruhan, prioritas ekonomi secara nasional lebih banyak pada bidang lain daripada bidang pendidikan, adanya penunudaan dalam penyampaian dana, terjadi inflasi e. Penolakan dari Kelompok penentu Factor ke-lima ini berbeda dengan factor yang lain dan memang merupakan penolakan dari kelompok inovasi penetu atau kelompok elit dalam suatu sistem social. Penolakan inovasi ini berbeda dengan keberatan inovasi karena kurang dana atau maslah personalia dan sebgainya. Jadi penolakan ini memang ada kecendrungan muncul dari kelompok penentu. f. Kurang adanya hubungan social Item yang termasuk dalam kelompok ini adalah : ada masalah dalam hubungan social antar anggota team yang satu dengan yang lain, adanya ketidakharmonisan dan terjadi hubungan yang kurang baik antar anggota team proyek inovasi, sangat kurang adanya suasana yang memungkinkan terjadinya pertukaran pikiran yang terbuka.

18

BERBAGAI KONSEKUENSI INOVASI, PERKEMBANGAN IPTEKS DAN IMTAQ SERTA FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL YANG MENGHARUSKAN ADANYA INOVASI PENDIDIKAN A. Berbagai Konsekuensi Inovasi 1. Konsekuensi diharapkan dan tidak diharapkan. Konsekuensi yang diharapkan adalah suaru inovasi mempunyai pengaruh fungsional dengan keinginan individu atau sistem social. Sedangkan konsekuensi yang tidak diharapkan adalah suatu dampak yang timbul padahal tersebut tidak dikehendaki. 2. Konsekuensi langsung dan tidak langsung Konsekuensi langsung adalah perubahan-perubahan dalam sistem social yang terjadi sebagai respon segera setelah penyebaran suatu inovasi. Sedangkan, konsekuensi tidak langsung adalah perubahanperubahan dalam sistem social yang terjadi sebagai hasil konsekuensi langsung suatu inovasi. 3. Konsekuensi diantisipasi dan tidak diantisipasi Konsekuensi yang dapat diantisipasi dan tidak dapat diantisipasi tergantung kepada sejauh mana perubahan yang diakibatkan inovasi dirasakan para anggota organisasi sesuai tindaknya dengan perubahan yang diharapkan. Konsekuensi yang tidak dapat diantisipasi ketika inovasi yang terjadi baru disadari diketahui para anggota organisasi ketika inovasi tersebut sudah menyebar.

19

B. Perkembangan Ipteks dan Imtaq a. IPTEKS Ilmu pengetahuan (IP) pada umumnya berkembang pesat termasuk ilmu pendidikan. Perubahan (Inovasi) pendidikan telah banyak kita temui, misalnya aspek strategi penyelenggara pendidikan (pengajaran) telah berubah dari yang berpusat pada guru (Teacher Centre) ke pengajaran yang berpusat pada siswa (student centre). Perubahan ini berdampak besar pada perilaku guru. Seorang guru tidak lagi hanya mengajar siswanya tetapi ia sekaligus harus berusaha membelajarkan siswanya (to learn how to learn). Perubahan seperti ini berdapak pula pada perubahan teknologi (TEK) pendidikannya. Guru tidak lagi memberikan ikan (pengajaran dalam bentuk siap diterima), sekarang guru harus berusaha memberikan pancing sehingga siswa dapat berusaha sendiri mencari ikan dengan mengandalkan ilmu dan alat pemancing yang diberikan oleh gurunya. Seni (S) mengajarkan pun harus pula mengikuti perkembangan siswa hal ini misalnya menyangkut bagaimana supaya siswa senang belajar, bagaimana agar belajar bagi mereka itu sesuatu yang indah mengesankan (bukan membosankan). Perilaku (behavior) siswa masa kini jauh berbeda dengan siswa masa dulu pengaruh IPTEK secara umum diera globalisasi saat ini memungkinkan sekali adanya perubahan sehingga para pendidik perlu pula menyesuaikan pengajaran yang sesuai perubahan tersebut. Menggunakan

20

strategi mengajar yang berpariasi misalnya akan menghasilkan seni mengajar yang berpariasi pula, sehingga mengajar tidak menoton dan membosankan. Keutamaan IPTEK tercantum dalam Al-Quran surah:

Al Mujadalah: 11 Wahai orang-orang kelapangan yang di beriman! dalam Apabila dikatakan maka

kepadamu,Berilah

majelis-majelis,

lapangkanlah, niscaya Allah akan Memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan Mengangkan derajat orang-orang beriman diantara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha Teliti apa yang kamu kerjakan.

Az Zumar: 9 (Apakah kamu orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang

yang beribadah pada waktu malam dengan sujud dan berdiri, karena takut akan adzab akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah, apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui? Sebenarnya hanya orang-orang yang berakal sehat yang dapat menerima pelajaran.

Al Baqarah: 269 Dia Memberikan hikmah102 kepada siapa saja yang Dia Kehendaki.

Barangsiapa diberi hikmah, sesungguhnya dia telah diberi kebaikan yang

21

banyak. Dan tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang berakal sehat.(102 Hikmah adalah kemampua untukmemahamisyariatsyariatagama). b. IMTAQ Imam (IM) para siswa di era modern ini banyak terpengaruh sehingga keyakinan terhadap rukun-imannya memerlukan pendidikan keagamaan yang inovatif. Cukup banyak siswa (mungkin juga orang lain) yang tidak tahu rukun imannya jika tahu hanya sekedar hafal jenis dan jumlah rukun imannya, tetapi kadar keyakinan terhadap masing-masing, rukun iman tersebut boleh dikatakan tipis atau kurang sekali. Hal itu antara lain disebabkan : 1) Kurang mantapnya pengajaran agama di sekolah karena jam pelajaran yang singkat. 2) Pengaruh IPTEKS (modernisasi) yang tidak bernuansa ajaran keagamaan (Islam). 3) Usaha kritenisasi (sekuler) yang di laksanakan secra terselubung (halus tidak terasa langsung) atau usaha terang-terangan secara langsung. Untuk menghadapi tantangan ini para pendidik keagamaan harus mengadakan inovasi di bidang pengajaran keagamaan tersebut. Takwa (TAQ) terhadap Tuhan YME, juga mengalami

permasalahan kualitas takwa semakin menurun yang dapat di tandai dengan berbagai gejala seperti kurangnya perhatian terhadap amanat makruf dan

22

seringnya terjadi perbuatan-perbuatan yang nahi mungkar Malah ada di anatara siswa yang merasa bangga bila berbuat sesuatu yang mungkar seperti terlibat penyakit masyarakat (nakotika, zina, dll). Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa factor negative dari IMTAQ mengharuskan para pendidik terkait (formal non formal) selain waspada dengan berusaha mengadakan inovasi pendidikan keagamaan. Sebaliknya dengan IMTAQ yang semakin berkualitas kita senantiasa di tuntut untuk meningkatkan kualitas inovasi pendidikan baik pendidikan umum maupun keagamaan.

C. Perubahan Dan Perkembangan Intern Dan Ekstern a. Perubahan dan perkembangan di dalam (intern) pendidikan 1) Peraturan perundangan Factor perubahan dan perkembangan di bidang pendidikan itu sendiri menuntut kita harus mengadakan inovasi perubahan dalam peraturan perundangan pendidikan dari UU No. 12 Th 1954 tentang pokok-pokok pendidikan di sekolah dan UU No. 22 Th 1961 tentang pendidikan tinggi menjadi UU No. 2 Th 1989 tentang U/SPN menharuskan semua komponen pendidikan memerukan inovasi yang kontinu (terus menerus

berkesinambungan) merupakan keharusan bila pendidikan tidak mau ketinggalan. Dengan adanya Undang-Undang baru sebagai inovasi terhadap Undang-Undang sebelumnya, penyelenggaraan pendidikan perlu pula di

23

inovasikan sebagai contoh (sesuai Undang-Undang baru tersebut) kita, harus membaharui komponen-komponen pendidikan secara sistematik

(menggunakan pendekatan system). Bila dulu pembaharuan dapat di laksanakan pada suatu komponen. Maka sekarang harus di lakukan terhadap semua komponen SPN tersebut. Jika tidak di lakukan seperti itu, pembaharuan suatu komponen dapat berdampak rusaknya komponen yang lain. 2) Kurikulum Inovasi dari segi kurikulum telah dilaksanakan oleh pemerintah mulai dari kurikulum Th. 1968 menjadi kurikulum th. 1975. Kurikulum ini diperbaharui lagi dengan kurikulum th 1984 dan sekarang dipengaruhi menjadi kurikulum kurikulum th 1994 dalam usianya yang lebih kurang 6 tahun ini, kurikulum 1994 makin perlu direvisi lagi. Hal ini antara tergantung pada kebijaksanaan pemerintah baru di era reformasi ini. Kurikulum muatan local berceritakan kebutuhan lingkungan dan perkembangan daerah (interprement) perlu di rencanakan dan di laksanakan dengan sebaik-baiknya sehingga output pendidikan tidak hanya mencari lapangan kerja tetapi dapat menciptakan lapangan kerja relevan dengan kebutuhan lingkungan dan derah yang bersangkutan di dukung oleh pengetahuan di lembaga pendidikan asalnya. 3) Ketenangan pendidikan Tuntutan terhadap ketenangan pendidikan memerlukan inovasi pula. Ketenangan guru dan non guru semakin memerlukan pembaharuan baik

24

kuantitas, kualitas dan jenisnya. Tenaga non guru seperti tenaga kepustakaan, laboran, tenaga BP, para medis perlu diadakan dan atau ditambah pada setiap lembaga pendidikan baik jumlah jenis dan kualitas pendidikan ketenagaan perlu pula di baharui. Saat ini saja kualifikasi pendidikan tenaga guru sedah ditingkatkan untuk menjadi guru di SD minimal berdiploma D.2. PGSD. Hal ini tentu berakibat pada jenjang pendidikan selanjtnya dimana syarat minimal menjadi guru di SLTP adalah D.3, di SLTA harus sajana (S1)dan untuk menjadi deosen di PT minimal S.2 (master). Untuk menghadapi masyarakat masa depan barangkali semua guru di sekolah dasar harus berkualifikasi sarjana (S.1) dan kecenderungan kearah itu sudah mulai terlihat yang di tandai telah banyaknya guru SD yang sedang mengikuti perkulihan di jenjang S.1 dan telah banyak pula yang telah meneylesaikan pendidikan Strata 1. Pada jenjang pendidikan menengah telah banyak pula para gurunya yang memeperoleh gelar master (S.2), sementara di PT telah banyak pula yang berpredikat S.3 (doctor). Demikianlah beberapa contoh keharusan perubahan (inovasi) yang pada umumnya baru menyangkut komponen instrumental (instrumental input), komponen lain dari system pendidikan secara makro yaitu peserta didik (raw input), proses pendidik (trought input), lingkungan pendidikan (Environmental input) serta hasilnya (output) perlu mendapatkan penanganan yang inovatif pula. b. Perubahan dan perkembangan di luar (eksternal) bidang pendidikan

25

Perubahandan perkembangan di luar bidang pendidikan (meskipun sesungguhnya juga hasil pendidikan), telah banyak yang kita temukan perubahan dan perkembangan tersebut semuanya menuntut dan pembaharuan (inovasi) pendidikan. 1. Perubahan dan Perkembangan Social Salah satu perubahan social kemasyarakatan kita dewasa ini adalah meningkatnya aspirasi pendidikan bagi warganya. Aspirasi pendidikan formal bagi warga usia sekolah terlihat semakin meningkat. Hal ini terlihat dengan semakin banyaknya warga masyarakat usia sekolah berada di sekolah yang sesuai dengan usianya masing-masing. Kecenderungan ini terlihat pula pada perguruan tinggi, sejumlah mahasiswa semakin banyak biaya pendidikan semakin tinggi. Status social!! Seseorang, keluarga atau masyarakat ditandai dengan pendidikanya. Semakin tinggi pendidikan seseorang, keluarga atau masyarakat, semakin tinggi tingkat harkat atau martabatnya. Malah indicator keberhasilan atau kemajuan seseorang, keluarga atau masyarakat adalah pendidikan ini. Untuk menampung aspirasi ini, maka pendidikan harus di perbaharui, bila yang terjadi sebaliknya pendidikan tidak diperbaharui maka besar kemungkinan aspirasi masyarakat akan menurun atau berkurang. 2. Perubahan dan Perkembangan Ekonomi Sektor ekonomi mengalami perubahan dan perkembangan. Perubahan tersebut menuntut kemampuan dan keterampilan yang semkain professional dari para pelakunya. Pelaku-pelaku ekonomi yang tidak / kurang

26

professional akan tersingkir dengan sendirinya. Untuk itu pendidikan harus selalu di sesuaikan (dengan melakukan inovasi) dengan tuntutan

perkembangan sector ekonomi yang ada kini dan yang akan datang. 3. Perubahan dan Perkembangan Budaya Budaya kita berkembang pesat, apa yang hari ini dipandang inovatif (baru), esoksudah di anggap kuno (ketinggalan zaman). Untuk itu fungsi pendidikan terhadap budaya haruslah inovatif. Di antara fungsi inovatif itu ialah bahwa pendidikan harus berusaha mengembangkan budaya kita(Indonesia) di samping menstransfer, menseleksi dan menjaga kelestarian budaya asli kita. 4. Perubahan dan Perkembangan MPA Temuan demi temuan dibidang Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam (MIPA), apakah sub bidang Biologi, Kimia dan Fisika telah membawa peruhan dan perkembangan MIPA tersebut. Selanjutnya perubahan dan perkembangan ini akan mempengaruhi perkembangan bidangbidang lainnya yang relevan. Bidang pendidikan terutama pendidikan MIPA harus di baharui sesuai dengan tuntutan perkembangan MIPA tersebut. Pengajaran Matematika dan IPA di sekolah atau perguruan tinggu menyesuaikan diri dengan perkemabnagn yang terjadi di bidang MIPA tersebut.

27

5. Perubahan dan Perkembangan Lingkungan Hidup Lingkungan hidup mengalami perubahan dan perkembangan pula. Lingkungan hidup yang semakin luas dan transparan, memungkinkan wawasan lingkungan yang semakin terbuka. Lingkungan hidup di daerah pedesaan telah maju mungkin saja tidak jauh bedanya dengan desa perkotaan. Hal ini tentu sejalan dengan perkembangan IPTEK yang telah mendewasa. Oleh sebab itu inovasi pendidikan tidak hanya milik pendidikan perkotaan.

28

PROSES PENGEMBANGAN INOVASI PENDIDIKAN DAN KERANGKA KERJA INOVASI PENDIDIKAN

A. Kebutuhan dan Masalah sebagai pencetus inovasi Kebutuhan atau need biasanya mucul mengiringi keinginan manusia untuk mengatasi maslah dalam kehidupannya. Sementara itu maslah adlah merupakan kegiatan dari kehidupan manusia. B. Proses Pengembangan Inovasi Proses pengembangan inovasi biasanya berlangsung dari mulai tahap perkenalan maslah atau kebutuahan diteruskan dengan penelitian dan pengembangan, kemudian setelah itu dikuti dengan komersialisasi, difusi dan adopsi dan diakhiri dengan konsekuensi. 1. Peneliti Sebagai Wahana Penemuan Inovasi Proses ditemukannya atau diciptakannya ide baru biasanya disebut dengan penemuan atau invention. Penemuan biasanya terjadi setelah melalui proses penelitian yang cermat dan dilakukan dengan sengaja dan bersifat modern dan canggih. Namun sebaliknya juga ada penemuan inovasi pendidikan yang ditemukan secara tidak sengaja namun bersifat relative sederhana.

29

Penegmbang dan pemanfaatan iptek diindonsia selalu menonjolkan tiga cirri yaitu : a. Nasionalistik b. Humanistik c. Populis Pemenuhan aspirasi dalam pengemabangan dan penerapan inovasi dan tekonologi pendidikan bergantung kepada berbagai hal, antara lain : a. Kesiapan Komunitas Pakar IPTEK dan Pendidik b. Kesiapan Sistem Pendidikan c. Kesiapan Kultural Masyarakat

Perencanaan ulang dapat dilakukan dengan berbagai upaya yang dilakukan oleh pihak-pihak terkait dengan pendidikan serta komponan didalam sekolah sebgai institusi pendidikan formal. Perancangan ulang tersebut setidaknya hatus mencakup : a. Perluasan Area Cakupan Penelitian b. Penyususnan kerangka Acuan (Frame of reference) c. Perluasan Time Frame 2. Penegembangan Pengembangan inovasi berupa teknologi canggih yang baru biasanya melewati 4 tahap, yaitu : Penciptaan inovasi suatu periode waktu yang penuh

ketidakpastian dan coba-coba

30

Imitasi,

dimana

banyak

perusahaan

baru

masuk

dan

mengembangkan berbagai variasi inovasi yang berorientasi pasar Kompetensi teknologi, dimana bagaian R & D berusaha menyempurnakan inovasi Standarisasi, suatu produk ideal telah ditemukan

3. Komersialisasi Komersialisasi merupakan serangkaian upaya dari pengembangan dan pemasaran sebuah produk atau proses dan penerapan proses dalam kegaitan produksi 4. Difusi dan Adopsi Difusi adlah proses dimana suatau inovasi dikomunikasikan melalui suatau saluran pada waktu dan ditujukan kepada anggota suatu sistem social. Sedangkan hasil dari proses difusi biasanya diharapkan terjadi adopsi, yaitu keputusan oleh individu atau masyarakat untuk menerima informasi.

5. Konsekuensi Akibat atau konsekuensi diklasifikasikan sebagai berikut : 1. 2. 3. Yang diinginkan dan yang tidak dinginkan Konsekuensi langsung dan tidak langsung Konsekuensi yang di duga dan yang tidak diduga

31

KERANGKA KERJA INOVASI 1. Ciri-ciri Inovasi Factor kunci untuk menganalisis maslah inovasi terhadap dalam mempelajari cirri-ciri inivasi itu sendiri : disini dikemukakan pengkategorian analisis maslah yang dikutip oleh ceri dalam buku : innovation in education A Systematic View, sebagai berikut : Tujuan dan Fungsi Administrasi dan Organisasi Peran dan hubungan-hubungannya Kurikulum 2. Analisis Tiga Dimensi 1. Proses inovasi a. Identifikasi masalah b. Pemakaian/pelaksanaan c. Pengembangan d. Penyebaran e. Penerangan 2. Strategi inovasi Strategi empiris-rasional Strategi Normative-redukatif Strategi kebijakan administrative

32

3.

Tingkatan dari pengambilan keputusan Dimensi yang terakhir dari analisa kerangka kerja dalam inovasi adalah tingkatan dalam pengambilan keputusan. Ciri-ciri mengungkapakan sebagai berikut : a. Politikus b. Manejer c. Guru d. Pelajaran/ orang tua e. Peneliti f. Saran-saran dari pemerintah

4. Tindakan Inovatif Maksud analisa yang dijelaskan diatas adalah untuk menambah pengetahuan kita tentang perubahan proses dalam pendidikan terhadap kelengkapan suatu proses yang memiliki beberapa pengertian yang tercakup didalamnya.

33

RASIONALISASI MUNCULNYA KEBIJAKAN PENDIDIKAN DI INDONESIA Rasionalisasi latar belakang munculnya kebijaksanaan pendidikan di Indonesia dari Tahun 1966 sampai sekarang. A. Diberlakukannya Kurikulum 1968 Kurikulum pada orde lama (sebelum 1966) masih dalam mencari bentuk yang khas nasional. Semenjak sampai dengan ditetapkanya UU No. 12 th 1954 tentang pendidikan sekolah. Pendidikan kita masih berada pada tahap penyempurnaan kurikulum masa penjajahan (Belanda dan Jepang). Sejarah pendidikan mencatat bahwa praorde lama (tahun 1950 sampai 1965) materi pelajran yang utama adalah tujuan bahan pokok (indaktrinasi). Pada masa orde baru yaitu mulai tahun 1966 (setelah terjadi tragedy nasional pada tahun 1965) materi tujuh bahan pokok ditiadakan dan materi pendidikan moral pancasila (PMP) menjadi materi pokok dalam kurikulum pada semua jenis dan jenjang pendidikan ditambah dengan P4. Kurikulum secara keseluruhan terus dibahani sehingga lahirlah kurikulum 1968. Kurikulum pertama dalam sistem pendidikan di Negara RI ini. B. Diberlakukannya kurikulum 1975 Kurikulum ini merupakan peneyempurnaan (pembaharuan kurikulum 1968) kurikulum ini berorientasi pada hasil (product oriented) dengan pendekatan prosedur pengembangan sistim intruksional (PPSI). Kegiatan belajar mengajar (KBM) dibaca untuk tercapainya tujuan pendidikan /

34

pengajaran yang ditetapkan. Kegiatan tersebut kadang-kadang mengabaikan kaedah-kaedah proses pendidikan (penyelenggara KBM) yang semestinya. C. Diberlakukannya kurikulum 1984 Kurikulum ini merupakan dua orientasi yaitu product oriented dengan proses mented yang ditopang oleh pendekatan baru yaitu pendekatan study active learning yang di Indonesia diterjemahkan sebagai cara belajar siswa aktif (CBSA) D. Diperkenalkanya dan dibukanya SMP terbuka Disamping peneyempuranaan kurikulum, telah dirintis pula suatu sistem pengolahan yang dikenal dengan sekolah terbuka (open school). Tahap rintisan yaitu 1990 sampai 1981 hanya dilaksanakan dilima daerah di Indonesia, tetapi sekarang sudah semakin meneybar keseluruh pelosok dipropinsi-propinsi di tanah air. SMP terbuka adalah sekolah menengah umum tingkat pertama yang kegiatan belajarnya sebagian besar diselenggarakan di luar gedung sekolah dengan cara peneyampaian pelajran melalui berbagai media dan interaksi. E. Diperkenalkanya dan dibukanya universitas terbuka Universitas terbuka merupakan salah satu bentuk open school, ada sekolah dipadang sebagai lembaga tempat belajar Cuma saja tingkatnya adalah tingkat perguruan tinggi. UT sejalan dengan ditemukanya suatu sistim baru dalam dunia pendidikan yaitu belajar jarak jauh (BJJ) dengan modular sistim sebagi cara pencapaian pengajaran yang baru pula.

35

F. Diberlakukannya UU No.2 th 1989 tentang USPN Undang-undang ini di buat dan diveralkuakan untuk menyempurnakan landasan legalistic atau hokum untuk menyelenggarakan pendidikan produk sebelumnya. Undang-undang pendidikan yang pertama di tanah air adalah UU No. 2 th 1950 tentang pendidikan dengan pengajaran disekolah. Undangundang ini diberlakukan sewaktu Negara kita berbentuk RIS (Repiblik Indonesia Serikat), dimana belum semua wilayah melaksanakanya. G. Kurikulum 1994 Kurikulum ini merupakan peneyempurnaan dari kurikulum

sebelumnya (kurikulum 1984). Kurikulum sebelumnya terlalu sarat dengan muatan nasional. Kurikulum 1994 dilengkapi dengan muatan local yaitu muatan unsure-unsur lingkungan yang akan memelihara jalinan yang terintegral antara sekolah dan lingkungannya. H. Sekolah / kelas Unggul Manusia terdiri kelompok normal (biasa kelompok di bawah dan diatas normal) peneglompokan ini dapat dilihat dari berbagai sudut pandang melihat dari sudut pandang peserta didik, ada peserta didik yang tergolong normal sekolah mereka dapat diterima belajar. Disekolah-sekolah biasa, bagi peserta didik dibawah normal diperlukan pendidikan khusus yang disebut selama ini dengan pendidikan luar biasa (PLB). Untuk peneyelnggaraan PLB ini diatur dengan PP tersendiri (PP No.72 th 1991). Pendidik untuk peserta yang berada diatas normal belum mendapat perhatian khusus. Peserta didik

36

yang tergolong kelompok ini seperti anak jenius dasar (IQ tinggi) seyogyanya mendapat perhatian yang sama seperti anak dibawah normal, dan yang ada sekarang baru pada tingkat MTA yang kita kenal dengan kelas Unggul.

37

PERKEMBANGAN DASAR DAN SEJARAH KURIKULUM DI INDONESIA I. Pengertian Kurikulum 1. Penegrtian Kurikulum Secara Estimologi 2. Pengertian Kurikulum Secara tradisional 3. Penegrtian Pengertian Secara Modern J. Sejarah Perkembangan Kurikulum Sejak Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya tanggal 17 agustus 1945, telah beberapa kali dilakukan pembaharuan kurikulum pendidikan dasar dan menengah. Setidak-tidaknya, menurut jasin (1987) telah diadakan delapan (8) kali perubahan kurikulum. K. Konsep Dasar Kurikulum a. b. c. d. e. Kurikulum 1968 Kurikulum 1975 Kurikulum 1984 Kurikulum 1994 Kurikulum 2004

L. Dimensi-Dimensi Kurikulum Dimensi kurikulum sekolah dasar 1965-1974 adalah sebagai berikut : 1. Tujuan pendidikan nasional 2. Orientasi pelajaran 3. Kualifikasi lulusan 4. Orientasi/isi kurikulum

38

5. Desain kurikulum 6. Pendekatan metodologis 7. Penilaian 8. Bimbingan Faktor perbandingan antara kurikulum 1975 dab kurikulum 1984 yaitu : 1. Pendekatan 2. Sistematika 3. Struktur program 4. Jurusan 5. Sistem penyampain 6. Ketuntasan belajar 7. Program perbaikan dan pengayaan 8. Sistem kredit 9. Sistem BP 10. Sistem penilaian 11. Sistem Administrasi dan Supervisi Faktor perbandingan antara Kurikulum 1994 dengan kurikulum 2004 antara lain : 1. Aspek Filosofis 2. Aspek Tujuan 3. Aspek Materi Pembelajaran 4. Aspek proses pembelajran 5. Aspek cara peni

39

ANALISIS TERHADAP INOVASI DALAM SISTEM PRASEKOLAH DI INDONESIA Analisa atau analisis adalah kajian yang dilaksanakan terhadap sebuah bahasa guna meneliti struktur bahasa tersebut secara mendalam. Sedangkan pada kegiatan laboraturium, kata analisa atau analisis dapat juga berarti kegiatan yang dilakukan di laboraturium untuk memeriksa kandungan suatu zat dalam cuplikan. 1. SD Pamong Proyek pamong ini merupakan pendidikan bersama antara pemerintah Indonesia innotench, lembaga yang didirikan oleh badan kerja sama mentri pendidikan se Asia Tenggara 2. SD Kecil SD kecil realisasi dari undang-undang wajib belajar dan pemerataan pendidikan bagi anak-anak usia 7-12 tahun, terutama bagi daerah-daerah terpencil pemerintah, telah melaksanakan SD kecil dan sistem guru kunjung. 3. SMP Terbuka SMP Terbuka (SMPT) adalah sekolah menengah umumu tingkay pertama yang kegiatan belajarnya, sebgaian besar diselenggarakan diluar digedung sekolah dengan cara penyampaian pelajaran melalui berbagai media dan interaksi.

40

4. Proyek Printis Sekolah Pembangunan (PPSP) Pada mulanya sekolah ini dimaksudkan untuk mencoba bentuk sistem persekolahan yang komperatif dengan nama sekolah pembangunan. Selain keputusan materi pendidikan dan

kebudayaan Nomor 0172 dan 1974

5. Universitas terbuka Universitas terbuka (UT) merupakan bagian lembaga pendidikan yang menerapkan sistem belajar jarak jauh tujuan utamanya adalah meningkatkan partisipasi perguruan tingkat tinggi dari 5 % menjadi 8.2 %.

41

42

Anda mungkin juga menyukai