0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
7 tayangan3 halaman
Atresia ani adalah kelainan bawaan dimana anus tidak terbentuk dengan sempurna sehingga bayi tidak dapat buang air besar secara normal. Gejalanya meliputi tidak adanya lubang anus, feses keluar dari tempat yang salah, dan perut membengkak. Penatalaksanaannya meliputi operasi PSARP untuk menghubungkan rektum dengan anus serta perawatan posisi untuk mencegah infeksi. Peran perawat penting dalam memberikan edukasi dan
Atresia ani adalah kelainan bawaan dimana anus tidak terbentuk dengan sempurna sehingga bayi tidak dapat buang air besar secara normal. Gejalanya meliputi tidak adanya lubang anus, feses keluar dari tempat yang salah, dan perut membengkak. Penatalaksanaannya meliputi operasi PSARP untuk menghubungkan rektum dengan anus serta perawatan posisi untuk mencegah infeksi. Peran perawat penting dalam memberikan edukasi dan
Atresia ani adalah kelainan bawaan dimana anus tidak terbentuk dengan sempurna sehingga bayi tidak dapat buang air besar secara normal. Gejalanya meliputi tidak adanya lubang anus, feses keluar dari tempat yang salah, dan perut membengkak. Penatalaksanaannya meliputi operasi PSARP untuk menghubungkan rektum dengan anus serta perawatan posisi untuk mencegah infeksi. Peran perawat penting dalam memberikan edukasi dan
Atresia ani, yang kini dikenal sebagai malformasi anorektal (MAR) adalah suatu kelainan kongenital/kelainan bawaan yang menunjukkan keadaan tanpa anus atau dengan anus yang tidak sempurna. Sumber: Wood, R. J., & Levitt, M. A. (2018). Anorectal malformations. Clinics in colon and rectal surgery, 31(02), 061-070. Atresia ani atau disebut juga anus imperforata adalah salah satu jenis cacat atau kelainan yang terjadi sejak lahir. Kondisi ini menunjukkan perkembangan janin mengalami gangguan sehingga bentuk rektum (bagian akhir usus besar) sampai lubang anus umumnya tidak terbentuk dengan sempurna. Sumber: Nationwide Children’s. Anorectal Malformations (Imperforate Anus): Diagnosis and Treatment. Atresia ani adalah kelainan lahir yang menyebabkan anus tidak terbentuk dengan sempurna. Akibatnya, penderita atresia ani tidak dapat mengeluarkan tinja secara normal. Kondisi ini biasanya disebabkan oleh gangguan perkembangan saluran cerna janin pada usia kehamilan 5–7 minggu. Sumber: Rosen, N. Medscape (2019). Pediatric Imperforate Anus (Anorectal Malformation).
2. Penyebab dan faktor resiko atresia ani? Atika, Fira, Nadhea
3. Tanda gejala atresia ani? Karina, Vivi, Hesty
Sumber: Nationwide Children’s. Anorectal Malformations (Imperforate Anus): Diagnosis and Treatment. Kelainan atresia ani ditandai dengan bentuk rektum mencapai lubang anus pada bayi yang tidak bisa berkembang dengan sempurna. Masalah kesehatan ini pun memiliki beberapa bentuk, antara lain: Lubang anus yang menyempit atau tertutup sepenuhnya. Rektum yang tidak terhubung dengan organ usus besar. Terbentuknya fistula atau saluran yang menjadi penghubung antara bagian rektum dan kandung kemih, uretra, vagina, maupun pangkal penis. Jika janin berkembang secara normal, perkembangan organ anus, saluran kemih, dan organ kelamin pada janin umumnya akan mulai terjadi pada kehamilan trimester pertama atau mencapai usia 7 hingga 8 minggu. Nah, apabila perkembangan organ tersebut mengalami gangguan, makan disebut dengan atresia ani. Bayi yang mengidap atresia ani biasanya menunjukkan gejala berikut: Lubang anus tidak berada pada tempat yang seharusnya atau justru lahir dengan kondisi tidak memiliki lubang anus. Posisi lubang anus terlalu dekat dengan vagina jika atresia ani terjadi pada bayi perempuan. Mekonium atau feses pertama yang seharusnya keluar pada bayi setelah dilahirkan justru tidak keluar antara 24 hingga 48 jam setelah bayi lahir. Perut bayi terlihat membesar. Feses keluar dari lubang vagina, skrotum, pangkal penis, atau bagian uretra. Tanda-tanda atresia ani segera terlihat setelah lahir, antara lain: Tidak adanya lubang anus. Lubang anus berada di lokasi yang kurang tepat, misalnya terlalu dekat dengan vagina. Tidak buang air besar dalam 24-48 jam kehidupan. Feses melewati tempat yang salah, seperti uretra, vagina, skrotum, atau pangkal penis. Perut membengkak. Terdapat saluran abnormal antara rektum bayi dengan saluran reproduksi maupun saluran kemih.
6. Tindakan keperawatan untuk bayi dan keluarga dan EBN? Hesty, Gema, Fira
Sumber: Setiawati, A. (2018). Analisis tindakan keperawatan positioning pada anak
dengan Atresia Ani Post Op PSARP Posterior Sagittal Anorectoplasty di Ruang Rawat Bedah Anak BCh RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo= Positioning at nursing practice to the patient with Atresia Ani Post Operation PSARP Posterior Sagittal Anorectoplasty at Pediatric Surgery Care Room BCh RSUPN dr Cipto Mangunkusumo. Salah satu penatalaksanaan medis pada pasien atresia ani adalah PSARP (Posterior Sagittal Anorectoplasty.) Perawat memiliki peranan penting dalam perawatan pasien post operasi PSARP. Pemberian asuhan keperawatan pada anak dengan atresia ani post operasi PSARP bisa dilakukan dengan memberikan intervensi keperawatan positioning. Posisi side lying prone merupakan salah satu tindakan perawatan perianal untuk mengatasi komplikasi dan risiko infeksi. Posisi ini telah di praktekkan pada tiga orang pasien post operasi PSARP di ruang BCh RSUPN DR. Cipto Mangunkusumo, dan menunjukkan hasil yang cukup baik dalam proses penyembuhan luka Anoplasty. Merekomendasikan dilakukannya pelatihan perawat mengenai pengaturan posisi pada pasien post operasi PSARP. 7. Proses penerimaan orangtua terhadap kondisi bayi dengan atresia ani dan peran perawat? Karina, Nadhea, Atika