Anda di halaman 1dari 3

1. Pengetian atresia ani?

Gema, Hesty, Vivi


 Atresia ani, yang kini dikenal sebagai malformasi anorektal (MAR) adalah suatu
kelainan kongenital/kelainan bawaan yang menunjukkan keadaan tanpa anus atau
dengan anus yang tidak sempurna. Sumber: Wood, R. J., & Levitt, M. A. (2018).
Anorectal malformations. Clinics in colon and rectal surgery, 31(02), 061-070.
 Atresia ani atau disebut juga anus imperforata adalah salah satu jenis cacat atau
kelainan yang terjadi sejak lahir. Kondisi ini menunjukkan perkembangan janin
mengalami gangguan sehingga bentuk rektum (bagian akhir usus besar) sampai
lubang anus umumnya tidak terbentuk dengan sempurna. Sumber: Nationwide
Children’s. Anorectal Malformations (Imperforate Anus): Diagnosis and
Treatment.
 Atresia ani adalah kelainan lahir yang menyebabkan anus tidak terbentuk dengan
sempurna. Akibatnya, penderita atresia ani tidak dapat mengeluarkan tinja secara
normal. Kondisi ini biasanya disebabkan oleh gangguan perkembangan saluran
cerna janin pada usia kehamilan 5–7 minggu. Sumber: Rosen, N. Medscape
(2019). Pediatric Imperforate Anus (Anorectal Malformation).

2. Penyebab dan faktor resiko atresia ani? Atika, Fira, Nadhea

3. Tanda gejala atresia ani? Karina, Vivi, Hesty


Sumber: Nationwide Children’s. Anorectal Malformations (Imperforate Anus): Diagnosis
and Treatment.
Kelainan atresia ani ditandai dengan bentuk rektum mencapai lubang anus pada bayi
yang tidak bisa berkembang dengan sempurna. Masalah kesehatan ini pun memiliki
beberapa bentuk, antara lain:
 Lubang anus yang menyempit atau tertutup sepenuhnya.
 Rektum yang tidak terhubung dengan organ usus besar.
 Terbentuknya fistula atau saluran yang menjadi penghubung antara bagian rektum
dan kandung kemih, uretra, vagina, maupun pangkal penis. 
Jika janin berkembang secara normal, perkembangan organ anus, saluran kemih, dan
organ kelamin pada janin umumnya akan mulai terjadi pada kehamilan trimester pertama
atau mencapai usia 7 hingga 8 minggu. Nah, apabila perkembangan organ tersebut
mengalami gangguan, makan disebut dengan atresia ani. Bayi yang mengidap atresia ani
biasanya menunjukkan gejala berikut:
 Lubang anus tidak berada pada tempat yang seharusnya atau justru lahir dengan
kondisi tidak memiliki lubang anus. 
 Posisi lubang anus terlalu dekat dengan vagina jika atresia ani terjadi pada bayi
perempuan.
 Mekonium atau feses pertama yang seharusnya keluar pada bayi setelah
dilahirkan justru tidak keluar antara 24 hingga 48 jam setelah bayi lahir.
 Perut bayi terlihat membesar.
 Feses keluar dari lubang vagina, skrotum, pangkal penis, atau bagian uretra. 
Tanda-tanda atresia ani segera terlihat setelah lahir, antara lain:
 Tidak adanya lubang anus.
 Lubang anus berada di lokasi yang kurang tepat, misalnya terlalu dekat dengan
vagina.
 Tidak buang air besar dalam 24-48 jam kehidupan.
 Feses melewati tempat yang salah, seperti uretra, vagina, skrotum, atau pangkal
penis.
 Perut membengkak.
 Terdapat saluran abnormal antara rektum bayi dengan saluran reproduksi maupun
saluran kemih.

4. Penatalaksanaan medis atresia ani? Gema, Fira, Atika


5. Pemeriksaan penunjang? Karina, Nadhea, Vivi

6. Tindakan keperawatan untuk bayi dan keluarga dan EBN? Hesty, Gema, Fira

Sumber: Setiawati, A. (2018). Analisis tindakan keperawatan positioning pada anak


dengan Atresia Ani Post Op PSARP Posterior Sagittal Anorectoplasty di Ruang Rawat
Bedah Anak BCh RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo= Positioning at nursing practice to
the patient with Atresia Ani Post Operation PSARP Posterior Sagittal Anorectoplasty at
Pediatric Surgery Care Room BCh RSUPN dr Cipto Mangunkusumo.
Salah satu penatalaksanaan medis pada pasien atresia ani adalah PSARP (Posterior
Sagittal Anorectoplasty.) Perawat memiliki peranan penting dalam perawatan pasien post
operasi PSARP. Pemberian asuhan keperawatan pada anak dengan atresia ani post operasi
PSARP bisa dilakukan dengan memberikan intervensi keperawatan positioning. Posisi
side lying prone merupakan salah satu tindakan perawatan perianal untuk mengatasi
komplikasi dan risiko infeksi. Posisi ini telah di praktekkan pada tiga orang pasien post
operasi PSARP di ruang BCh RSUPN DR. Cipto Mangunkusumo, dan menunjukkan
hasil yang cukup baik dalam proses penyembuhan luka Anoplasty. Merekomendasikan
dilakukannya pelatihan perawat mengenai pengaturan posisi pada pasien post operasi
PSARP.
7. Proses penerimaan orangtua terhadap kondisi bayi dengan atresia ani dan peran perawat?
Karina, Nadhea, Atika

Anda mungkin juga menyukai