Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.

Atresia ani merupakan suatu kelainan malformasi congenital dimana tidak


lengkapnya perkembangan embrionik pada bagian anus atau tertutupnya anus
secara abnormal atau dengan kata lain tidak ada lubang secara tetap pada daerah
anus. Kelainan ini terjadi pada sitem saluran pencernaan secara fungsional pasien
atresia ani dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu tanpa anus tetapi dengan
dekompresi adekuat traktus gastrointestinal melalui saluran vistula eksterna dan
tanpa anus tanpa vistula fraktus yang tidak adekuat untuk jalan keluar tinja.
Keadaan ini bila tidak ditangani dengan segera dan baik maka akan dapat
menimbulkan kematian.

B. Tujuan.
1. Tujuan Umum :
Setelah mempelajari atresia ani diharapkan mahasiswa yang akan menjadi
perawat professional akan mampu trampil dalam menagani kasus ini.
2. Tujuan khusus :
a Memahami secara baik tentang pengertian atresia ani penyebab
penrjalanan penyakit dan penanganan
b. Mampu menerapkan asuhan keperawatan secara ilmiah dalam
menangani pasien atresia ani melalui proses keperawatan yang
meliputi pengkajian, perumusan masalah, diagnosa keperawatan,
intervensi dan implementasi serta evaluasi.

C. Metode Penulisan
Studi Pustaka.

1
D. Sistematika Penulisan
Secara singkat dan terperinci penulis menguraikan tiga bab yaitu :
BAB I : Pendahuluan.
Menguraikan latar belakang, tujuan penulisan, metode serta sistematika
penulisan.
BAB II : Tinjauan Teori.
Pada bab ini diuraikan tentang tinjauan teori atresia ani serta asuhan
keperawatan.
BAB III : Penutup.
Pada bab ini penulis membuat kesimpulan dan saran demi
penyempurnaan penulisan ini.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI ATRESIA ANI

A. KONSEP DASAR TEORI.


1. Pengertian.
Atresia ani adalah malformasi congenital dimana rectum tidak mempunyai lubang
keluar ( Walley 1996 ). Ada juga yang menyebutkan atresia ani adalah tidak
lengkapnya perkembangan embrionik pada distal anus atau tertutupnya anus
secara abnormal ( Suryadi 2001 ). Sumber lain menyebautkan atrsia ani adalah
kondisi dimana rectal terjadi gangguan pemisahan kloaka selama pertumbuhan
dalam kandungan.
Kesimpulan atresia ani adalah kelainan congenital anus dimana anus tidak
mempunyai lubang untuk menmgeluarkan feses karena terjadi gangguan
pemisahan kloaka yang terjadi saat kehamilan.
2. Etiologi
Etiologi secarapasti atresia ani belum diketahui, namun ada sumber mengatakan
kelainan bawaan anus disebabkan oleh gangguan pertumbuhan , fusi, dan
pembentukan anus dari tonjolan embriogenik. Pada kelainan bawaan anus
umumnya tidak ada kelainan rectum, sfingter, dan otot dasar opanggul. Namun
demikian pada agenesis anus, sfingter internal mungkin tidak memadai.
Menurut penelitian beberapa ahli masih jarang terjadi bahwa gen autosoma resesif
yang menyebabkan atresia ani.Orang tua yang mempunyai gen karier penyakit ini
mempunyai peluang sekitar 25 % untuk diturunkan pada anaknya saat kehamilan.
30 % anak yang mempunyai sindrom genetic, kelinan kromosom atau kel;ainan
congenitallain juga beresiko untuk menderita atresia ani.Sedangkan kelainan
bawaan rectum terjadi karena gangguan pemisahan kloaka menjadi rectum dan
sinus urogenital sehingga biasanya disertai dengan gangguan perkembangan
septum urorktal yang memisahkannya.
3. Faktor predisposisi

3
Atresia ani dapat terjadi disertai dengan beberapa kelainan congenital saat lahir
seperti :
a. Sindrom vaktrel ( sindrom dimana terjadi abnormalitas pada fertebral, anal,
jantung, trkhea, esophagus, ginjal dan kelenjar limfe ).
b. Kelainan sstem pencernaan
c. Kelainan system perkemihan
d. Kelainan tulang belakang.
4. Klasifikasi
Secara fungsional, pasien atresia ani dapatr dibagi menjadi dua kelompok besar
yaitu :
a Yang tanpa anus tetapi dengan dekompresi adekuat traktus
gastrointestinalis dicapai melalui saluran vistula eksterna.
Kelompok ini terutama melibatkan bayi perempuan dengan vistula rekto
vagina atau rektofourchette yang relative besar, dimana vistula ini sering
dengan bantuan dilatasi maka bias didapatkan dekompresi usus yang adekuat
sementara waktu.
b. Yang tanpa anus dan tanpa vistula traktus yang tidak adekuat untuk jalan
keluar tinja.
Pad kelompok ini tidak ada mekanisme apapun untuk menghasilkan
dekompresi spontan kolon, memerlukan beberapa bentuk intervensi bedah
segera. Pasien bias diklasifikasikan lebih lanjut menjadi tiga sub kelompok
anomali yaitu :
 Anomali rendah . Rektum mempunyai jalur desenden normal melalui
otot puborektalis , terdapat sfingter internal dan eksternal yang
berkembang baik dengan fungsi normal dan tidak terdapat hubungan
dengan saluran genitourinarius .
 Anamali intermediet . rectum berada pada adau berada pada atau
berada dibawa tingkat otot puborektalis, lesung anal dan sfingter
eksternal berada pada posisi yang normal.
 Anomali tinggi. Ujung rectum diatas otot pubo rektalis dan sfingter
interna tidak ada. Hal ini biasanya berhubungan dengan vistula

4
genitourinarius – retrouretral ( pria atau retro vagina ( perempuan ).
Jarak antara ujung buntu rectum sampai kulit perineum lebih dari satu
senti meter.
5. Patofisiologi
Terjadinya anus imperforate karena kelainan congenital dimana saat proses
perkembangan embrionik tidak lengkap pada proses perkembangan anus dan
rectum. Dalam perkembangan selanjutnya ujung ekor dari belakang berkembang
menjadi kloaka yang juga akan berkembang menjadi genta urinary dan struktur
anorektal. Atresi anal ini terjadi karena tidak sempurnanya migrasi dan
perkembangan struktur kolon antara 7 – 10 minggu selama perkembangan
janin.Kegagalan migrasi tersebut juga karena gagalnya agenesis sacral dan
abnormalitas pada daerah uretra dan vagina atau juga pada proses opstruksi.Anus
imperforate dapat terjadi karena tidak adanya pembukaan usus besar yang keluar
anus sehinggga menybabkan feses tidak dikeluarkan.

5
Faktor congenital
Faktor lain tdk
duiketahui

Anus imperforata

Stenosis Membranm Ujung rectum Lubang anus terpisah


rectum lebih menetap yg buntuh dgn ujung rectum yg
rendah / pd buntuh
anus
Hampir desrtai
vistula

Bayi laki - laki Bayi perempuan

Vistula rekto urinaria Vistula di rektovaginal

Berakhir dikandung kemih/ uretra Bab keluar dari vagina

Tindakan pembedahan :
- Eksisi membrane anal
- Kolostomi sementara setelah tiga
bulan dikoreksi.

6
6. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis yang terjadi pada atresia ani adalah kegagalan lewatnya
mikonium setelah bayi lahir, tidak ada atau stenosis kanal rectal, adanya
membrane anal dan vistula eksternalpada perineum.( Suriadi 2001 ).Gejala lain
yang nampak diketahui adalah jika bayi tidak dapat buang air besar sampai 24 jam
setelah lahir, gangguan intestinal, pembesaran abdomen, pembuluh darah dikulit
abdomen akan terlihat menonjol ( Adele, 1996 ). Bayi muntah – muntah pada usia
24 – 48 jam setelah lahir juga merupakan salah satu menifestasi klinis atresia ani.
Cairan muntahan akan dapat berwarna hijau karena cairan empedu atau juga
berwarna hitam kehijauan karena cairan mikonium.
7. Pemeriksaan penunjang
Untuk mdemperkuat diagnosis sering diperlukan pemeriksaan penunjang :
a Pemeriksaan radiologis : Dilakukan untuk mengtahui ada tidaknya
obstruksi intestinal.
b Sinar X terhadap abdomen . Dilakukan untuk menentukan kejelasan
keseluruhan bowel dan untuk mengetahui jarak pemanjangan kantung rectum
dari sfingternya.
c. Ultrasound : Untuk melihat fungsi organ internal terutama dalam sistyem
pencernaan dan mencari adanya factor refersible seperti obstruksi oleh karena
massa tumor.
d. CT Scan : Untuk menentukan lesi.
e. Pyelografi intra vena : Untuk menilai pelviokalises dan uretra.
f. Pemeriksaan fisik rectum : Kepateanan rectal dapat dilakukan colok dubur
dengfan menggunakan selang atau jari.
g. Routgen abdomen dan pelvis : Juga bias digunakan untuk mengkonfirmasi
adanya vistula yang berhubungan dengan traktus urinarius.
8. Penatalaksanaan
Medis :
 Mal formasi anorektal diekplorasi melalui tindakan bedah yang
disebut diseksi posterosagital atau pelastik anorektal posterosagital.
 Colostomi sementara

7
B. ASUHAN KEPERAWATAN.
1. Pengkajian
Pengkajian yang cermat dan teliti untuk mengetahui masalah pasien dengan tepat,
sebab merupakan awal dari proses keperawatan. Dan keberhasilan proses
keperawatan tergantung dari pengkajian.Konsep teori yang digunakan penulis
adalah model konseptual keperawatan dari Gordon . Menurut Gordon data dapat
dikelompokan menjadi seblas konsep yang meliputi :
a Persepsi kesehatan – pola manejemen kesehatan : mengkaji
klemampuan pasien dan keluarga melanjutkan perawatan di rumah
b Poloa nutisi – metabolic : Anoreksia, penurunan BB dan malnutrisi umum
terjadi pada pasien dengan atresia ani post kolostomi. Keinginan pasien
untuk makan mungkin terganggu oleh mual dan muntah dampak dari
anasthesi
c. Pols Eliminasi : Dengan pengeluaran melalui saluran kencing, usus,
kulitdan paru maka tubuh dibersihkan dari bahan – bahan yang melebihi
kebutuhan dari produk buangan. Oleh karena pada atresia ani tidak
terdapat lubang pada anus, sehingga pasien akan mengalami kesulitan
dalam defekasi ( Wahaley & Wong , 1996 ).
d. Pola aktifitas dan latihan : Pola aktifitas dan latihan dipertahankan untuk
menghindari kelemahan otot .
e. Pola persepsi kognitif : menjelaskan tentang penglihatan, pendengaran,
penciuman, daya ingatan masa lalu dan ketanggapan dalam menjawab
pertanyaan.
f. Pola tidur dan istirahat : Pada pasien mungkin pola tidur dan istirahat
terganggu karena nyeri pada luka insisi.
g. Konsep diri dan persepsi diri : Menmjelaskan konsep diri dan persepsi
diri misalnya bodi image , bodi comfort. Terjadi perilaku distraksi,
gelisah, penolakan karena dampak luka jahitan operasi ( Dongoes
1993 ) .
h. Peran dan pola hubungan : Bertujuan untuk mengetahui peran dan
hubungan sebelum dan sesudah sakit. Perubahan pola biasa dalam

8
tanggungjawab atau perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan
peran ( dongoes 1193 )
i. Pola reproduksi dan social : Pola ini bertujuan menjelaskan fungsi social
sebagai alat reproduksi ( Dongoes 1993 )
j. Pola oertahanan diri , stress dan toleransi : adanya factor stress lama,
efek hospitalisasi, masalah keuangan( Dongoes 1993 ).
k. Pola keyakinan dan nilai : untuk menerangkan sikap, keyakinan klien
dalam melaksanakan agama yang dianut dan kosekwensinya dalam
keseharian. Dengan ini diharapkan perawat dalam memberikan motifasi
dan pendekatan terhadap klien dalam upaya pelaksanaan ibadah
( Mediana 1998 ).
l. Pemeriksaan fisik : hasil pemeriksaan fisik yang didapatkan pada pasien
atresia ani adalah anus tampak merah, usus melebar, kadang – kadang
tampak ileus obstruksi, thermometer yang dimasukan melalui anus
tertahan oleh jaringan , pada auskultasi terdengar hiperperistaltik, tanpa
mekonium dalam 24 jam setelah bayi lahir, tinja dalam urin dan vagina (
Wahaley & wong , 1996 ).
2. Diagnosa keperawatan
2.1. Inkontinen bopwel ( tidak efektif fungsi eksroterik ) berhubungan dengan
tidak lengkapnya pembentukan anus.
Tujuan diharapkan yaitu : terjadi peningkatan fungsi usus.
Dengan criteria hasil : Pasien akan menunjukan konsistensi tinja lembek,
terbentuknya tinja, tidak ada nyeri saat defekasi, tidak terjadi perdarahan.
Intervensi :
2.1.1. Dilatasikan anal sesuai program
2.1.2. Pertahankan puasa dan berikan therapy IV sampai fungsi usus
normal.
2.2. Gangguan integritas kulit b. d kolostomi
Tujuan : Tidak terjadi kerussakan integritas kulit.
Dengan criteria hasil : Penyembuhan luka tepat waktu, tidak terjadi kerusakan
di daerah sekitar anoplastik.

9
Intervensi :
2.2.1. Kaji area stoma
2.2.2. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakian lembut dan longgar
pada area stoma.
2.2.3. Sebelum terpasang kolostomi bag ukur dulu sesuai dengan stoma
2.2.4. Yakinkan lubang bagian belakang kantong berperekat lebih besar
sekitar seper delapan dari ukuran stoma.
2.2.5. Selidiki apakah ada keluhan gatal sekitar stoma
2.3. Resiko infeksi b. d prosedur pembedahan
Tujuan : Tidak terjadinya infeksi.
Dengan criteria hasil : Tidak ada tanda – tanda infeksi, TTV normal ,leoukosit
normal
Intervensi :
2.3.1. Pertahankan teknik septi dan aseptic secara ketat pada prosedur
medik atau perawatan
2.3.2. Amati lokasi infasif terhadap tanda – tanda infeksi
2.3.3. Pantau suhu tubuh, jumlah seldarah putih
2.3.4. Pantau dan batasi pengunjung, beri isolasi jika
memungkinkan
2.3.5. Beri antibiatik sesuai advis dokter
2.4. Bersihan jalan napas tidak efektif b. d penumpukan secret berlebihan
Tujuan : Mempertahankan efektif jalan napas, mengeluarkan secret tanpa
bantuan.
Dengan criteria hasil : Bunyi nafas bersih, menunjukan perilaku perbaikan
jalan napas misalnya : batuk efektif dan mengeluarkan secret.
Intervensi :
2.4.1. Kaji fungsi pernapasan : Bunyi nafas, kecepatan, irama dan
kedalaman serta penggunaan otot tambahan.
2.4.2. Catat kemampuan untuk mengeluarkan dahak atau batuk efektif,
catat karakter, jumlah sputum, adanya haemoptoe.

10
2.4.3. Berikan posisi semi fowler dan bantu pasien untuk batuk efektif
dan latihan napas dalam
2.4.4.Bersihkan secret dari mulut dan trachea, pengisapan sesuai
keperluan.
2.4.5.Pertahankan masukan cairan sedikitnya 2500 ml / hari kecuali
kontra indikasi.
2.4.6.Kolaborasi pemberian mukolitik dan broncodilator.
2.5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b. d anoreksia
Tujuan : Kebutuhan nutrisi tubuh tercukupi.
Dengan criteria hasil : menunjukan peningkatan BB, nilai laboratorium
normal, bebas tanda malnutrisi.
Intervensi :
2.5.1.Pantau masukan/ pengeluaran makanan / cairan.
2.5.2.Pantau makanan kesukaan anak
2.5.3.Beri makan sedikit tetapi sering
2.5.4.Pantau BB secara periodic
2.5.5.Libatkan orangtua misalnya membawa makanan dari rumah,
membujuk anak untuk makan
2.5.6.Beri perawatan mulut sebelum makan
2.5.7.Berikan istirahat yang adekuat
2.5.8.Pemberian nutrisi secara parenteral, untuk mempertahankan
kebutuhan kalori sesuai program diit.
2.6. Kecemasan keluarga b. d proses pembedahan dan kondisi bayi.
Tujuan : Memberi support emosional pada keluarga.
Dengan criteria hasil : Keluarga akan mengekspresikan perasaan dan
pemahaman terhadap kebutuhan intervensi perawatan dan pengobatan.
Intervensi :
2.6.1.Ajarkan untuk mengekspresikan perasaan
2.6.2.Berikan informasi tentang kondisi, pembedahan dan perawatan di
rumah.
2.6.3.Ajarakan keluarga untuk berpartisipasi dalam perawatan pasien

11
2.6.4.Berikan pujian pada keluarga saat memberikan perawatan pada
pasien
2.6.5.Jelaskan kebutuhan therapy IV , NGT, pengukuran TTV dan
pengkajian.
2.7. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d trauma saraf jaringan
Tujuan : Pasien akan melaporkan nyeri hilang atau terkontrol, pasien akan
tampak rileks .
Dengan criteria hasil : ekspresi wajah pasien rileks, TTV normal.
Intervensi :
2.7.1.Tanyakan pada pasien tentang nyeri
2.7.2.Catat kemungkinan penyebab nyeri
2.7.3.Anjurkan pemakaian obat dengan benar untuk mengontrol nyeri
2.7.4.Ajarkan dan ajurkan teknik relaksasi
2.8. Rasiko tinggi terhadap konstipasi b.d ketidak adekuatan masukan diit
Tujuan : Pola eliminasi sesuai kebutuhan .
Dengan criteria hasil : Bab satu kali perhari,tidak ada rasa nyeri saat defekasi
Intervensi :
2.8.1.Auskultasi bising usus
2.8.2.Observasi pola diit dan intake cairan
2.9. Gangguan citra diri b. d adanya kolostomi
Tujuan : Pasien mau menerima kondisi dirinya sekarang
Dengan criteria hasil : Pasien mengatakan menerima peruabahan kedalam
konsep diri tanpa harga diri rendah, menunjukan penerimaan dengan merawat
stoma tersebut, menyatakan perasaannya tentang stoma.
Intervensi :
2.9.1.Kaji persepsi pasien tentang stoma
2.9.2.Motifasi pasien untuk mengungkapkan perasaannya
2.9.3.Kaji ulang tentang alasan pembedahan
2.9.4.Observasi perilaku pasien
2.9.5.Berikan kesempatan pada pasien untuk merawat stomanya.

12
2.9.6.Hindari menyinggung perasaan pasien atau pertahankan hubungan
positip

2.10. Kurangnya pengetahuan keluarga b. d kebutuhan perawatan di rumah.


Tujuan : Pasien dan keluraga memahami perawatan di rumah
Dengan criteria hasil : Keluarga menunjukan kemampuan untuk
memberikan perawatan bayi di rumah.
Intervensi :
2.10.1 Ajarkan perawatan klostomi dan partisipasi dalam perawatan
sampai mereka dapat melakukan perawatan.
2.10.2 Ajarkan untuk mengenal tanda – tanda dan gejala yang perlu
dilaporkan perawat
2.10.3 Ajarkan bagaimana memberikan pengamanan pada bayi yang
melakukan dilatasi pada anak secara tepat
2.10.4 Ajarkan cara perawatan luka yang tepat
2.10.5 Latih pasien untuk kebiasaan defekasi
2.10.6 Ajarkan pasien dan keluarga untuk memodifikasi diit ( misalnya
serat ).
3. Implementasi keperawatan
Seperti tahap lainnya dalam proses keperawatan fase pelaksanaan terdiri dari
validasi rencana keperawatan, dokumentasi rencana keperawatan dan melakukan
tindakan keperawatan.
 Validasi rencana keperawatan.
Suatu untuk memberuikan kebenaran tujuan validasi data adalah
menekan serendah mungkin terjadi kesalah pahaman , salah
persepsi. Kareana adanya potensi manusia berbuat salah dalam
proses penilaian.
 Dokumentasi rencana keperawatan
Agar rencana perawatan dapar berarti bagi semua pihak, maka
harus mempunyai landasan kuat, dan bermanfaat secara
optimal.perawat hendaknya mengadakan pertermuan dengan tim

13
kesehatan lain untuk membahas data, masalah, tujuan serta rencana
tindakan.

 Tindakan keperawatan
Meskipun perawat sudah mengembangkan suatu rencana
keperawatan yang maksimal, kadang timbul situasi yang
bertentangan dengan tindakan yang direncanakan maka
kemampuan perawat diuji untuk memodifikasi alat maupun situasi.
4. Evaluasi.
Evaluasi adalah suatu kegiatan yang terus menerus dengan melibatkan klien,
perawat dan anggota tim kesehatan lainnya. Dalam hal ini diperlukan pengetahuan
kesehatan dan strategi evaluasi.tujuan dari evaluasi adalah menilai apakah tujuan
dari rencana keparawatan tercapi atau tidak.

14
BAB III
PENUTUP

A .Kesimpulan
Atresia ani adalah malformasi congenital dimana rectum tidak mempunyai lubang untuk
mengeluarkan feses karena terjadi gangguan pemisahan kloaka yang terjadi saat kehamilan.
Penyebab kelainan ini secara pasti belum diketahui namun ada sumber mengatakan kelinan ini
dapat sebabkan oleh gangguan pertumbuhan , fusi,dan pembentukan anus dari tonjolan
embriogenik, orangtua yang mempunyai gen karier penyakit ini mempunyai peluang sekitar 25 %
diturunkan pada anak saat kehamilan.
Klasifikasi penyakit ini terbagi dalam dua kelompok yaitu :
 Tanpa anus tetapi dengan dekompresi adekuat traktusgastrointestinal dicapai melalui
saluran vistula eksterna.
 Tanpa anus dan tanpa vistula traktus yang tidak adekuat untuk jalan keluar tinja.
Gejala yang timbul akibat penyakit ini : jika bayi tidak dapat buang air besar sampai 24
jam setelah lahir, gangguan intestinal, pembesaran abdomen, pembulu darah di kulit
abdomen akan terlihat menonjol.
Pelanatalaksanaannya adalah : melalui tindakan bedah yang disebut diseksi posterosagital
atau plastic anorektal posterosagital dan kolostomi sementara.
B.Saran
Perawat harus meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam memberi asuhan
keperawatan pada anak dengan atresia ani untuk mengurangi angka kematian akibat attresia ani.

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak , Buku 2 .


A. Aziz Alimul Hidayat – Salemba Medika.
2. Perawatan Anak Sakit – Edisi 2
Ngastiyah – Buku Kedokteran EGC.

16
17
18

Anda mungkin juga menyukai