NIM : 1620600008
Prodi : Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI)
Program : PASCASARJANA
MATKUL : KOMUNIKASI SOSIAL DAN PEMBANGUNAN
1. Tentang Rogers
Everett M. Rogers (6 Maret 1931 - 21 Oktober 2004) adalah seorang sarjana komunikasi,
sosiolog, penulis, dan guru. Dia terkenal karena berasal difusi teori inovasi dan memperkenalkan
adopter awal istilah.Rogers lahir pada Pertanian Pinehurst keluarganya di Carroll, Iowa, pada
tahun 1931. Ayahnya mencintai inovasi pertanian elektromekanis, tapi yang sangat enggan untuk
baru, meskipun itu menghasilkan 25% lebih tanaman dan tahan terhadap kekeringan. Selama
kekeringan Iowa tahun 1936, sedangkan benih jagung hibrida berdiri tegak di pertanian tetangga,
tanaman di pertanian Rogers 'layu. Ayah Rogers akhirnya yakin. Rogers tidak punya rencana
untuk menghadiri universitas sampai guru sekolah melaju dia dan beberapa teman sekelas untuk
Ames untuk mengunjungi Iowa State University. Rogers memutuskan untuk mengejar gelar di
bidang pertanian di sana. Dia kemudian bertugas di Perang Korea selama dua tahun. Dia kembali
ke Iowa State University untuk mendapatkan gelar Ph.D. dalam sosiologi dan statistik pada
tahun 1957.
Munculnya Teori Difusi Inovasi dimulai pada awal abad ke-20, tepatnya tahun 1903,
ketika seorang sosiolog Perancis, Gabriel Tarde, memperkenalkan Kurva Difusi berbentuk S (S-
shaped Diffusion Curve). Kurva ini pada dasarnya menggambarkan bagaimana suatu inovasi
diadopsi seseorang atau sekolompok orang dilihat dari dimensi waktu. Pada kurva ini ada dua
sumbu dimana sumbu yang satu menggambarkan tingkat adopsi dan sumbu yang lainnya
Pada tahun 1962 Everett Rogers menulis sebuah buku yang berjudul Diffusion of
Innovations yang selanjutnya buku ini menjadi landasan pemahaman tentang inovasi, mengapa
orang mengadopsi inovasi, faktor-faktor sosial apa yang mendukung adopsi inovasi, dan
Menurut Rogers, definisi difusi sebagai proses di mana suatu inovasi dikomunikasikan
melalui saluran tertentu dalam jangka waktu tertentu di anatar para anggota suatu sistem sosial
Among The Members Of a Social System). Difusi adalah suatu jenis khusus komunikasi yang
didefinisikan sebagai proses di mana para pelakunya menciptakan informasi dan saling
pertukaran informasi tersebut untuk mencapai pengertian bersama. Di dalam isi pesan itu
terdapat ketermasaan (Newness) yang memberikan kepada difusi ciri khusus yang menyangkut
alternatif tersebut. Derajat ketidakpastian oleh seseorang akan dapat dikurangi dengan jalan
memperoleh informasi.
Rogers menyatakan bahwa inovasi adalah an idea, practice, or object perceived as new
by the individual. (suatu gagasan, praktek, atau benda yang dianggap/dirasa baru oleh individu).
Dengan definisi ini maka kata perceived menjadi kata yang penting karena pada mungkin suatu
ide, praktek atau benda akan dianggap sebagai inovasi bagi sebagian orang tetapi bagi sebagian
lainnya tidak, tergantung apa yang dirasakan oleh individu terhadap ide, praktek atau benda
tersebut.
Sesuai dengan pemikiran Rogers, dalam proses difusi inovasi terdapat 4 (empat) elemen
pokok, yaitu:
a) Inovasi; gagasan, tindakan, atau barang yang dianggap baru oleh seseorang. Dalam
hal ini, kebaruan inovasi diukur secara subjektif menurut pandangan individu yang
menerimanya. Jika suatu ide dianggap baru oleh seseorang maka ia adalah inovasi
untuk orang itu. Konsep baru dalam ide yang inovatif tidak harus baru sama sekali.
yang banyak dan tersebar luas, maka saluran komunikasi yang lebih tepat, cepat dan
efisien, adalah media massa. Tetapi jika komunikasi dimaksudkan untuk mengubah
sikap atau perilaku penerima secara personal, maka saluran komunikasi yang paling
c) Jangka waktu; proses keputusan inovasi, dari mulai seseorang mengetahui sampai
itu sangat berkaitan dengan dimensi waktu. Paling tidak dimensi waktu terlihat
dalam.
d) Sistem sosial; kumpulan unit yang berbeda secara fungsional dan terikat dalam
- Tahap Munculnya Pengetahuan (Knowledge), yaitu ketika seorang individu (atau unit
- Tahap Persuasi (Persuasion), yaitu ketika seorang individu (atau unit pengambil
pengambil keputusan lainnya terlibat dalam aktivitas yang mengarah pada pemilihan
b. Karakteristik adaptor
menerima inovasi). Salah satu pengelompokan yang bisa dijadikan rujuakan adalah
pengelompokan berdasarkan kurva adopsi, yang telah duji oleh Rogers (1961).
Innovators: Sekitar 2,5% individu yang pertama kali mengadopsi inovasi. Cirinya:
Early Adopters (Perintis/Pelopor): 13,5% yang menjadi para perintis dalam penerimaan
inovasi. Cirinya: para teladan (pemuka pendapat), orang yang dihormati, akses di dalam
tinggi.
Early Majority (Pengikut Dini): 34% yang menjadi pera pengikut awal. Cirinya: penuh
Late Majority (Pengikut Akhir): 34% yang menjadi pengikut akhir dalam penerimaan
inovasi. Cirinya: skeptis, menerima karena pertimbangan ekonomi atau tekanan social,
terlalu hati-hati.
Laggards (Kelompok Kolot/Tradisional): 16% terakhir adalah kaum kolot/tradisional.
terbatas.
Tujuan utama dari difusi inovasi adalah diadopsinya suatu inovasi (ilmu pengetahuan, teknologi,
bidang pengembangan masyarakat) oleh anggota system social tertentu. System social tertentu
ini dapat berupa individu, kelompok informal, organisasi bahkan masyarakat.
ESENSI TEORI
INOVASI di definisikan sebagai suatu ide, praktek atau objek yang dianggap sebagai
sesuatu yang baru oleh seseorang, Rogers mengemukakan bahwa inovasi adalah An idea,
practice or object perceived as new by the individual
DIFUSI didefinisikansebagaisuatu proses dimana suatu inovasi dikomunikasikan melalui
saluran tertentu selama jangka waktu tertentu terhadap anggota suatu system. Jadi difusi ini
merupakan suatu tipe komunikasi khusus di mana pesannya adalah ide baru.
Saya sebagai pegawai di IAIN Samarinda yang sudah berjalan selama tiga tahun ini
melihat sebuah ketertarikan dari kebijakan pimpinan tertinggi IAIN samarinda di mana kebijakan
ini dianggap berani karena selama saya bekerja di IAIN samarinda dengan gaji yang disesuaikan
dengan kemampuan Institut. Melihat bahwa selama beberapa tahun belakang saya dan teman
teman pegawai lainnya hanya mengandalkan gaji pada saat libur lebaran dan selain itu untuk
tunjangan kami hanya dapat sebagai sedekah dari beberapa dosen yang berbaik hati melihat
kinerja dan kredibilitas kami sebagai pegawai IAIN Samarinda. Kalimat tunjangan hari raya
adalah sebuah hal yang selalu dinantikan oleh sebagaian karyawan di mana pun mereka bekerja.
Tapi kami hanyalah seorang pegawai yang tak dapat memaksakan keinginan itu hingga suatu
ketika pada saat agenda buka puasa bersama di tahun 2017 ini pimpinan tertinggi IAIN
Samarinda berani mengumumkan sebuah kebijakan yang dinilai berani yaitu pemberian THR
sesuai dengan Gaji selama sebulan pada saat libur lebaran hari raya Idul Fitri Tahun 2017.
Kebijakan ini dinilai sangat positif dan bermanfaat bagi kinerja teman teman pegawai
IAIN Samarinda karena mereka bisa merasakan dan menikmati hasil jerih payah selama setahun.
Menurut saya juga kebijakan ini akhirnya menimbulkan semangat kerja kepegawai IAIN
Samarinda baik dari out sourschingx, security, maupun dosen non PNS maupun PNS
dilingkungan IAIN Samarinda.