Anda di halaman 1dari 29

Analisis Kualitatif (Spradley

& Miles Huberman)


DR.MARSEL
Data di kumpulkan dari latar yang alami
(natural setting) sebagai sumber data
langsung. Pemaknaan terhadap data
tersebut hanya dapat dilakukan apabila
ada diperoleh kedalaman atas fakta yang
diperoleh.
Dalam pendidikan, penelitian kualitatif sering disebut
sebagai penelitian naturalistik, karena peneliti sering
menempatkan dimana situasi atau kejadian-kejadian
yang dikehendaki dalam situasi alami (Bogdan &
Biklen, 1998). Dan data diambil oleh orang yang
terlibat dalam perilaku alamiah: berbicara,
mengunjungi, mencari, makan, dan lain-lainnya
(Guba, 1978; Wolf, 1979a dalam Bogdan & Biklen,
1998).
Dalam penelitian kualitatif, peneliti wajib hadir di
lapangan, karena peneliti adalah instrumen penelitian
utama (key instrument) untuk mengumpulkan data
yang berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih
informan sebagai sumber data, analisis data,
menafsirkan data, membuat kesimpulan dari hasil
temuan di lapangan (Margono,S. 2003). Penelitian
kualitatif menuntut perencanaan yang matang untuk
menentukan tempat, partisipan dan memulai
pengumpulan data (Sukmadinata, 2010).
Mantja (2008) menyatakan bahwa metode
kualitatif membawa kita untuk mengetahui
orang secara personal dan melihat mereka
sebagaimana mereka berkembang atau hidup
sesuai dengan pemahaman mereka tentang
dunia mereka sendiri. Putra (2011)
menyebutnya sebagai pandangan atau perspektif
dan penghayatan si pemilik realitas (emik).
Putra (2011) merangkum beberapa sikap
peneliti ketika berada di lapangan antara lain
adalah: bersikap terbuka, sangat hati-hati,
sabar, menjadi pendengar yang efektip, jangan
mudah percaya dan terburu-buru membuta
kesimpulan, adaptif, ramah dan sopan serta
mudah tersenyum, sensitif, toleran dan sikap
empati.
Dalam penelitian kualitatif, instrumen utama adalah
peneliti sendiri. Ketika melakukan penelitian,
peneliti sendiri berfungsi sebagai instrumen terus
menerus melakukan pengamatan/observasi, dan
atau wawancara/berbincang dengan berbagai
sumber dalam berbagai konteks dan tempat dengan
waktu yang relatif lama dan teliti, sehingga
ditemukan pola perilaku menetap.
Mantja (2008) mengatakan bahwa
peneliti yang memasuki lapangan
berhubungan dengan situasi dan orang
yang diselidikinya, dalam situasi yang
wajar atau natural setting; sebagaimana
adanya, tanpa dipengaruhi dengan
sengaja.
Peneliti mengutamakan data langsung (first hand)
dan mengutamakan rincian data kontekstual,
dengan memandang subjek penelitian adalah sama
dengan peneliti serta mengutamakan perspektif
emic artinya mementingkan pandangan responden
yakni bagaimana ia memandang dan menafsirkan
dunia dari segi pendiriannya (Mantja, 2008).
Untuk menghindari permasalahan yang dapat terjadi di lapangan, maka
Spradley (1997), menganjurkan seorang peneliti memperhatikan beberapa
prinsif etika sebagai berikut: (1) memperhatikan, menghargai dan
menjunjung tinggi hak-hak, dan kepentingan informan, (2)
mengkomunikasikan maksud penelitian kepada informan (3) tidak
melanggar kebebasan dan tetap menjaga privasi informan (4) tidak
mengeksploitasi informan (5) mengkomunikasikan hasil laporan kepada
informan atau pihak-pihak yang terkait secara langsung dalam penelitian,
jika diperlukan, (6) memperhatikan dan menghargai pandangan informan,
(7) nama lokasi (situs) penelitian dan nama informan tidak disamarkan
karena melihat sisi positifnya, dengan seijin informan, sewaktu di
wawancarai dipertimbangkan secara hati-hati segi positif dan negatif
informan oleh peneliti (8) penelitian dilakukan secara cermat sehingga tidak
mengganggu aktivitas subjek sehari-hari.
Sumber data dalam penelitian ini dapat
dibedakan menjadi 2 yaitu manusia/orang
dan bukan manusia/orang. Bentuk sumber
data orang berupa informan kunci (key
informan), sedangkan yang bukan manusia
berasal dari dokumen yang relevan dengan
fokus penelitian seperti gambar, foto,
catatan rapat, tulisan-tulisan.
• Kriteria penentuan informan kunci adalah subjek
yang cukup lama dan intensif menyatu dengan
medan aktivitas sasaran penelitian, masih aktif
dalam keterlibatannya dengan lingkungan dimana
subjek penelitian dilakukan, subjek memiliki
waktu dan kesempatan untuk dimintakan
informasi demi informasi, subjek relatif
memberikan informasi yang sebenarnya dan
subjek juga tergolong asing bagi peneliti
• Sehubungan dengan hal tersebut dan sesuai
dengan tujuan penelitian, maka pemilihan
informan dilakukan dengan cara bertujuan
(purposif), yaitu teknik sampling dimana
digunakan untuk mengarahkan pengumpulan data
sesuai dengan kebutuhan melalui penseleksian
dan pemilihan informan yang benar-benar
memahami dan menguasai informasi serta
permasalahan secara mendalam dan dapat
dipercaya menjadi sumber informasi data yang
baik.
• Sampling pada penelitian kualitatif mengarahkan
pada generalistik teoritik, dan bukan rumusan
generalisasi populasi, oleh karena itu sampling
dalam pendekatannya lebih bersifat sampel
bertujuan (purposive sampling) dimana peneliti
cenderung memilih informan yang dianggap tahu
dan dapat dipercaya sebagai sumber data yang
mantap dan mengetahui masalahnya secara
mendalam (Sutopo, dalam Mantja, 2008).
• Teknik purposif memberikan keleluasaan bagi peneliti
untuk menentukan kapan penggalian informasi
dihentikan dan diteruskan. Pengambilan sampel
didasarkan pada kedalaman informasi yang didapatkan
sesuai dengan fokus penelitian ini. Informan kunci
yang ditentukan sebagai sumber data sebagaimana di
sampaikan, adalah informan yang dianggap tahu dan
dapat dipercaya.
• Dalam penelitian kualitatif, Bogdan & Biklen (1998)
mengemukakan beberapa istilah yaitu internal sampling,
time sampling dan snow ball sampling. Internal
sampling adalah dimana peneliti berupaya memfokuskan
gagasan umum tentang apa yang akan diteliti, dengan
siapa akan diwawancara, kapan melakukan observasi
dan dokumen apa yang dibutuhkan. Internal sampling
melihat kualitas data dengan melakukan keragaman tipe
informasi yang diekplorasi, melalui wawancara,
observasi dan studi dokumen dengan lintas sumber data.
• Time sampling merupakan keputusan peneliti menentukan
kapan akan mengunjungi tempat dan subjek tertentu untuk
mendapatkan data yang dianggap paling tepat. Sedangkan
untuk mendapatkan jumlah dan kualitas data, maka
snowball sampling- lah yang akan digunakan, dimana
peneliti menemui informan kunci, yang kemudian
menunjuk informan lain yang menurut pengetahuannya
banyak memiliki informasi dan pengetahuan. Demikian
seterusnya sampai data yang diperoleh menjadi banyak,
lengkap dan mendalam (Mantja, 2008)
• Dengan beberapa teknik sampling di atas, maka pengumpulan data
kualitatif berhenti manakala data mengalami kejenuhan. Bogdan &
Biklen (1998) menyebutnya: “the point of data collection when
the information you get become redundant”. Hal ini dapat di
pahami dari keadaan dimana peneliti telah mendapatkan gambaran
akurat tentang fenomena di dalam fokus penelitian.
• Selanjutnya dari kasus ini, hasil dan temuan yang telah jenuh dan
mencapai gambaran akurat sesuai fokus penelitian, dibandingkan
dan dipadukan serta dianalisis untuk mengkonstruk sebuah
kerangka konseptual yang dikembangkan dalam abstraksi temuan
dari lapangan.
• Kegiatan analisis dilakukan dengan cara menelaah data, menata,
membagi, menjadi satuan-satuan yang dapat dikelola,
mensintesis, mencari pola, menemukan apa yang bermakna, dan
apa yang diteliti dan dilaporkan secara sistematis (Bogdan &
Biklen, 1998).
• Maleong (2012), menyebutkan kegiatan analisis data meliputi:
dimulai dengan menelaah seluruh data tersedia dari berbagai
sumber, selanjutnya adalah reduksi data dengan jalan melakukan
abstraksi, menyusunnya manjadi satuan data, dikategorisasikan
(sambil melakukan pengkodingan), tahap akhir adalah
mengadakan pemeriksaan keabsahan data, setelahnya maka tahap
penafsiran data dalam mengolah hasil sementara menjadi teori
substantif dengan berbagai metode tertentu.
• Bogdan & Biklen (1998) bahwa analisis data di lapangan
dilakukan dengan: (1) mengambil keputusan untuk
mempersempit kajian, (2) memutuskan bentuk kajian yang
ingin diselesaikan, (3) mengembangkan pertanyaan analisis,
(4) merencanakan sesi pengumpulan data selanjutnya
berdasarkan temuan observasi sebelumnya, (5) menulis
sebanyak-banyaknya “komentar pengamat” tentang ide-ide
yang muncul, (6) menulis memo kepada diri sendiri tentang
apa yang dipelajari, (7) ujicobakan ide dan tema kepada
subjek, (8) mulai mengeksplorasi literatur, (9) gunakan
metafora, analogi dan konsep, (10) gunakan perlengkapan
visual.
• Menurut Milles & Huberman (1992)
analisis data terdiri dari 3 alur kegiatan
yang terjadi secara bersamaan yaitu:
reduksi data, penyajian data, penarikan
kesimpulan/verifikasi.
• Reduksi data adalah merupakan suatu bentuk analisis yang
menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang
tidak perlu, dan mengorgnisasikan data sedemikian rupa
sehingga diperoleh kesimpulan akhir dan diverifikasi. Reduksi
data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian
pada penyederhanaan, pengabstrakan dan tranformasi data
kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan.
Kegiatan ini berlangsung terus menerus, bahkan sebelum data
benar-benar terkumpul sudah mengantisipasi akan adanya
reduksi data sudah tampak sewaktu memutuskan kerangka
konseptual, wilayah penelitian, permasalahan penelitian dan
penentuan metode pengumpulan data.
• Selama pengumpulan data berlangsung,
sudah terjadi tahapan reduksi selanjutnya
(membuat ringkasan, mengkode,
menelusuri tema, membuat gugus-gugus,
menulis memo). Proses ini berlanjut sampai
pasca pengumpulan data di lapangan,
bahkan pada akhir pembuatan laporan,
sehingga tersusun dengan lengkap.
Proses ini digambarkan melalui Gambar 2.4 berikut ini :

Gambar 2.4: Komponen-komponen Analisis Data Model Interaktif


(Miles & Huberman, 1992)
• Langkah berikutnya adalah mengembangkan
sistem pengkodean. Semua data yang telah
dituangkan dalam bentuk transkrip (catatan
lapangan) dibuat ringkasan kontak berdasarkan
fokus penelitian. Tiap topik liputan dibuat kode
yang menggambarkan topik tersebut, untuk
mengorganisasi tiap satuan data, yaitu potongan-
potongan kalimat yang diambil dari transkrip
sesuai dengan urutan paragraf menggunakan
komputer.
Miles & Huberman (1992)  Cara naratif
dikritik sebagai tidak praktis, untuk itulah
maka disarankan dalam bentuk matriks,
grafik, jaringan, dan bagan. Merancang
deretan kolom sebuah matrik untuk data
kualitatif dan memutuskan jenis dan bentuk
data yang harus dimasukan ke dalam kotak-
kotak matriks merupakan kegiatan analisis.
• Pada saat peneliti memberi makna arti atau memakai
data yang diperoleh baik melalui wawancara, observasi,
maupun studi dokumentasi, berarti peneliti telah
menarik kesimpulan. Kesimpulan ini bersifat
sementara, sebab pada awalnya masih belum jelas serta
berpeluang mengubah sesuai kondisi yang berubah di
lapangan. Kemudian setelah mantap, disempurnakan
dengan verifikasi, melalui teknik pengecekan
keabsahan temuan penelitian untuk kemudian
dirumuskan sebagai temuan penelitian
Analisis Selama di lapangan Analisis setelah pengumpulan data

Pengumpulan data Reduksi Data Penyajian Data Kesimpulan

Menyajikan data dalam


bentuk:
Membuat::
 Teks Naratif
 Grafik
 Matriks
 Matriks  Bagan konteks
Mengumpulkan data melalui Menyusun
Teknik: wawancara,  Jejaring kerja  
Ringkasan
observasi dan dokumentasi  Bagan
Kasus
Sementara

 Membuat Kode
 Mengelompok-
PROPOSISI
kan/mensortir
Membuat Kasus Individu I
Membuat Field Note Ringkasan Kasus Individu II
Kontak Kasus Individu III
 

Gambar 2.5 Bagan Langkah-Langkah Analisa Data Khusus Individu


(Sumber: Diadaptasi dari Milles & Huberman, 1992; Arifin,
1996, 1998; Bogdan & Biklen, 1998; & Kusmintardjo, 2003)
• Lofland & Lofland (1984) menyebutkan tahap-tahap penelitian
kualitatif terdiri dari (1) mulai dari tempat peneliti berada, (2) menilai
latar penelitian, (3) masuk lapangan, (4) berada di lapangan, (5)
mencatat dengan hati-hati, (6) memikirkan satuan, (7) mengajukan
pertanyaan, (8) menarik kesimpulan sementara, (9) mengembangkan
analisis, (10) menulis laporan, (11) mencari akibat atau rekomendasi
hasil penelitian.
• Moleong (2012) mengutip pendapat Kirk & Miller (1986) yang
menyatakan ada empat tahapan penelitian yaitu: (1) intervensi, (2)
temuan, (3) penafsiran, (4) eksplanasi. Lebih lanjut dia mengutip
Bogdan (1972) yang menyajikan tiga tahapan penelitian yaitu: (1) pra-
lapangan, (2) kegiatan lapangan, (3) dan analisis intensif.

Anda mungkin juga menyukai