Anda di halaman 1dari 18

S

E
SELF-EFFICACY DALAM KONTEKS KESIAPAN KERJA
M MAHASISWA ETNIS BUGIS UNIVERSITAS
HASANUDDIN
I
DITINJAU DARI PENGHAYATAN KEBUGISAN
N
A
R

H
Ummi Kalsum Ode
A
S Q111 12 286
I
L
PENDAHULUAN

1.2. RUMUSAN PERSOALAN


 Bagaimana tingkat self-efficacy dalam konteks persiapan kerja mahasiswa
tingkat IV etnis Bugis?
 Bagaimana penghayatan Kebugisan mahasiswa tingkat IV etnis Bugis yang
memiliki self-efficacy tinggi dalam konteks kesiapan kerja?
 Bagaimana penghayatan Kebugisan mahasiswa tingkat IV etnis Bugis yang
memiliki self-efficacy rendah konteks kesiapan kerja?

1.3. TUJUAN PENELITIAN


 Mengetahui tingkat self-efficacy dalam konteks Kesiapan kerja mahasiswa
tingkat IV etnis Bugis.
 Mengetahui penghayatan Kebugisan mahasiswa tingkat IV etnis Bugis yang
memiliki self-efficacy tinggi dalam kontek kesiapan kerja.
 Mengetahui penghayatan Kebugisan Mahasiswa tingkat IV etnis Bugis yang
memiliki self-efficacy rendah dalam kesiapan kerja.
MATERI DAN METODE
3.1.
MATERI
 Terdapat dua variabel dalam penelitian ini, yaitu:
Variabel X1  self-efficacy dalam konteks kesiapan kerja
Definisi operasionalnya : keyakinan yang dimiliki mahasiswa akan kemampuan
yang dimilikinya untuk mengorganisasikan serangkaian tindakan untuk
mengatasi hambatan-hambatan dalam persiapan kerja yang diukur melalui
skala berdasarkan dimensi self-efficacy oleh Bandura, yaitu magnitude,
generality, dan strength.
Variabel X2  Penghayatan Kebugisan
Definisi operasional : Proses pemasukan nilai dan makna budaya pada diri
individu yang akan membentuk pola pikirnya dalam melihat makna realitas
pengalaman.
3.2.
METODE 3.2.2. Subjek Penelitian
3.2.1. Pendekatan Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa tingkat IV
Metode yang digunakan dalam Universitas Hasanuddin yang memiliki latar belakang
penelitian ini adalah metode etnis Bugis.
penelitian kualitatif deskriptif.
Teknik pengambilan sampel  Stratified sampling
HASIL PENELITIAN DAN
4.1. SETTING PEMBAHASAN
PENELITIAN
Gambaran umum sampel dalam pengumpulan data kuantitatif berdasarkan
data demografi:

Demografi Jumlah Presentase

Jenis Kelamin Laki-Laki 63 44%

Perempuan 79 56%

Total 142 100%

Usia 19 tahun 1 0.5%

20 tahun 49 34%

21 tahun 69 49%

22 tahun 18 13%

23 tahun 4 3%

25 tahun 1 0.5%

Total 142 100%


Gambaran umum subjek dalam pengumpulan data kualitatif:
1. Subjek H
Subjek H adalah mahasiswi berusia 22 tahun lahir dan besar di Jeneponto. Ayah
berasal dari Kabupaten Takalar dan ibu dari kabupaten Barru. Semenjak lahir hingga
SMA, subjek H tinggal di Jenponto bersama kedua orang tua. Selama tinggal di
Jeneponto, subjek H menggunakan bahasa Indonesia untuk berkomunikasi dalam
kehidupan sehari-hari. Subjek H bersekolah di salah satu SD dan SMA negeri di
Jeneponto. SMP yang subjek pilih merupakan pilihan orang tua yaitu SMP yang
memiliki latar belakang agama karena orang tua memiliki prinsip bahwa pada
tahapan SMP anak harus masuk sekolah agama agar anak memiliki dasar agama.
Saat ini, subjek H merupakan mahasiswi fakultas MIPA yang sedang mengerjakan
tugas akhir dan juga kuliah di fakultas Psikologi UNM semester V.
2. Subjek A
Subjek A adalah mahasiswi berusia 20 tahun lahir dan besar di Watampone.
Orang tua yang berasal dari kabupaten Bone. Semenjak lahir hingga SMA, subjek A
tinggal di Bone bersama kedua orang tua dan saudara. Selama tinggal di Bone,
subjek A menggunakan Bahasa Indonesia untuk berkomunikasi dalam kehidupan
sehari-hari. Subjek A bersekolah di salah SD, SMP dan SMA negeri di Bone. Dari TK
hingga SMP subjek tinggal di rumah saudara perempuaan dari ibu. Saat ini subjek A
merupakan mahasiswi fakultas Kehutanan semester VII dan sedang mengerjakan
tugas akhir.
Gambaran umum subjek dalam pengumpulan data kualitatif:
3. Subjek M
Subjek M adalah mahasiswa berusia 22 tahun lahir di Bulukumba. Orang tua
berasal dari kabupaten Bulukumba. Subjek M adalah anak ketiga dari empat
bersaudara. Beberapa bulan setelah lahir, subjek dan keluarga pindah ke Malaysia.
Ketika kelas 4 SD, subjek kembali ke Bulukumbu. Subjek M menggunakan Bahasa
Indonesia untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Subjek tinggal di
Bulukumba hingga lulus di bangku SMA. Saat ini subjek M merupakan mahasiswa
fakultas Teknik semester VII dan sedang mengerjakan tugas akhir.
4. Subjek S
Subjek S adalah mahasiswi berusia 20 tahun lahir di Bandung. Ayah berasal dari
kabupaten Bone dan ibu berasal dari kabupaten Sinjai. Setelah berusia lima bulan,
subjek dan keluarga kembali ke Makassar. ketika berusia empat tahun, subjek tinggal
di rumah neneknya selama satu tahun. Subjek S menggunakan Bahasa Indonesia
untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Orang tua subjek S
menyekolahkan subjek di salah satu SD swasta agar dapat belajar agama, sedangkan
SMP dan SMA bersekolah di sekolah negeri di Makassar. Saat ini subjek A merupakan
mahasiswi fakultas Kedokteran semester VII dan masih disibukkan dengan aktivitas
kuliah.
Gambaran umum subjek dalam pengumpulan data kualitatif:
5. Subjek P
Subjek P adalah mahasiswi berusia 21 tahun yang lahir di Cacaleppeng. Orang
tua berasal dari kabupaten Soppeng. Subjek P adalah anak kelima dari tujuh
bersaudara. Semenjak lahir hingga SMA, subjek P tinggal di Soppeng bersama kedua
orang tua. Selama tinggal di Soppeng, subjek P menggunakan bahasa Bugis untuk
berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Subjek P bersekolah di salah SD dan
SMA negeri di Soppeng. Saat SMP, subjek P memilih bersekolah di pesantren yang
masih berada di Kabupaten Soppeng. Saat ini subjek P merupakan mahasiswi
fakultas farmasi semester VII dan sedang mengerjakan tugas akhir.
6. Subjek F
Subjek F adalah mahasiswa berusia 20 tahun yang lahir di Surabaya. Orang tua
berasal dari kabupaten Bulukumba. Setelah berusia empat tahun, subjek dan
keluarga pindah ke Bone. Subjek tinggal di Bone selama satu tahun. Pada usia lima
tahun, subjek pindah ke Makassar. Subjek berada di Makassar sampai kelas 4 SD.
Setelah itu pindah ke Sinjai selama satu tahun. Kemudian kembali tinggal di Bone
sampai lulus SD. Ketika SMP, subjek bersekolah di pesantren IMMIM Makassar. Hingga
sekarang subjek tinggal di Makassar. Subjek F menggunakan Bahasa Indonesia untuk
berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Saat ini subjek F merupakan mahasiswa
Fakultas Kedokteran semester VII dan masih disibukkan dengan aktivitas kuliah.
4.2. HASIL
PENELITIAN
Deskripsi Data
Kuantitatif
Gambaran sebaran data distribusi frekuensi self-efficacy dalam Konteks
Kesiapan Kerja Mahasiswa Tingkat IV Etnis Bugis Universitas Hasanuddin:
Deskripsi Data
Kuantitatif
Tingkat self-efficay dalam konteks kesiapan kerja pada mahasiswa etnis
Bugis dapat diuraikan sebagai berikut:
Deskripsi Data
Kuantitatif
Tingkat self-efficay dalam konteks kesiapan kerja pada mahasiswa etnis
Bugis berdasarkan jenis kelamin dapat diuraikan sebagai berikut:
Deskripsi Data
Kualitatif

Lingkungan
Keluarga

Lingkungan
Nilai budaya Individu
Sekolah

Lingkungan
Masyarakat
Deskripsi Data
Kualitatif
Interaksi keluarga dari subjek yang memiliki tingkat self-efficacy tinggi:
Deskripsi Data
Kualitatif
Interaksi keluarga dari subjek yang memiliki tingkat self-efficacy rendah:
Deskripsi Data
Kualitatif

Iklim lingkungan sekolah dari subjek yang memiliki tingkat


self-efficacy tinggi dan subjek yang memiliki tingkat self-
efficacy rendah cenderung sama.
Gambar 4.7 Model Konseptual Pengaruh Budaya terhadap Self-efficacy
 Orientasi nilai budaya yang terdapat di lingkungan subjek yang memiliki latar
belakang Budaya Bugis yaitu Budaya kolektivis.

Interaksi dalam keluarga Veritical Interaksi dalam keluarga


Horizontal
dari subjek yang memiliki dari subjek yang memiliki
collectivism collectivism
self-efficacy rendah self-efficacy rendah
SARAN

 Untuk orang tua disarankan agar dapat menciptakan lingkungan yang merangsang
pengalaman rasa ingin tahu anak sehingga mencoba hal-hal baru dan memberikan
kesempatan anak untuk mengembangkan diri. Orang tua perlu memberikan
dukungan sosial kepada anak, tidak hanya berupa dukungan informatif dan
instrumental, tetapi juga memberikan dukungan emosional dan dukungan
penghargaan yang akan membuat anak lebih mandiri dalam melakukan sesuatu dan
lebih terbuka untuk mengembangkan potensi yang ada pada dirinya. Hal tersebut
akan membantu dalam pengembangan self-efficacy anak.

 Untuk peneliti selanjutnya disarankan agar dapat menggunakan metode


penelitian yang lebih beragam dan menggunakan metode analisis yang
mendetail dalam menggali lebih jauh pengaruh budaya terhadap self-
efficacy individu.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai