MK Family Setting
KELUARGA MENURUT
PANDANGAN ISLAM
RIZKI YULIANI
Q 111 12 274
mentaati suami dan memelihara dirinya ketika suami tidak ada. Selanjutnya, islam
mengajarkan agar anak-anak menghormati dan berbakti
penggalan ayat dalam Surah An-Nisa (4): 36 yang artinya .... Dan berbuat baiklah kepada
kedua orang tua, ..... Selanjutnya, pada Surah Al-Baqarah (2): 233 yang artinya: Dan ibuibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, bagi yang ingin menyusui
secara sempurna. Dan kewajiban ayah menanggung nafkah dan pakaian mereka dengan cara
yang patut. Seseorang tidak dibebani lebih dari kesanggupannya. Janganlah seorang ibu
menderita karena anaknya dan jangan pula seorang ayah (menderita) karena anaknya. Ahli
waris pun (berkewajiban) seperti itu pula. Apabila keduanya ingin menyapih dengan
persetujuan dan permusyawaratan antara keduanya, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan
jika kamu ingin menyusukan anakmu kepada orang lain, maka tidak ada dosa atas bagimu
memberikan pembayaran dengan cara yang patut ..... Melalui surah ini dapat dilihat bahwa
Ibu berkewajiban untuk merawat anaknya dan ayah berkewajiban untuk menafkahi anaknya.
Tetapi keduanya melakukan hal tersebut sesuai kemampuannya. Ajaran islam juga
memperbolehkan pengasuhan orang lain atas anak, jika orang tua tidak sanggup untuk
mengasuh anak dengan baik. Selain itu, orang tua dilarang keras membunuh anaknya karena
anak memiliki hak untuk menjalani kehidupannya, seperti yang terdapat dalam Surah AlAnam (6): 151 dan Surah Al-Isra (17): 31.
Pada Surah At-Tahrim (66): 6 Allah memerintahkan manusia untuk memelhara diri
dan keluarga dari hal-hal yang buruk (neraka). Hal ini menunjukkan bahwa ajaran islam
memandnag keluarga sbagai sesuatu yang penting untuk dijaga, karena di dalam keluarga
setiap individu belajar, berproses, dan mengembangkan diri dan keluarganya. Islam
mengajarkan individu untuk saling menghargai dalam kebaikan dan saling menjaga dari
keburukan-keburukan.
Adapun keluarga bahagia menurut pandangan islam digambarkan oleh Jaapar dan
Azhari (2011) sebagai berikut:
tentang kesehatan manusia. Karena dengan memelihara kesehatan, baik fisik maupun mental,
maka manusia dapat melaksanakan kehidupannya dengan lebih baik (Jaapar & Azhari, 2011).
Selanjutnya, penyatupaduan dua cabang utama dalam islam (iman dan amal) akan
menghasilkan perasaan damai dan bahagia dalam diri setiap komponen keluarga. Perasaan
damai dan bahagia ini terdiri dari tiga unsur, yakni al-sakinah, al-mawaddah, dan al-rahmah.
Al-sakinah berarti ketenangan, ketenteraman, dan kedamaian jiwa yang dipahami dengan
suasana damai yang melingkupi rumah tangga. Al-sakinah disebutkan sebanyak enam kali di
dalam Al-Quran serta dijelaskan sakinah itu telah didatangkan oleh Allah SWT ke dalam
hati para Nabi dan orang-orang yang beriman. Suasana tenang tersebut akan menciptakan
rasa saling mengasihi dan menyayangi (al-mawaddah). Al-mawaddah diartikan sebagai
perasaan cinta dan kasih sayang antara suami istri yang menciptakan keikhlasan dan rasa
saling menghormati, yang kemudian akan melahirkan kebahagiaan dalam rumah tangga.
Melalui ini, suami-istri (orang tua) dan anak akan mencerminkan sikap saling melindungi dan
tolong-menolong. Sikap ini akan menguatkan hubungan silaturrahim antara keluarga dan
masyarakat. Selanjutnya, al-rahmah diartikan sebagai perasaan belas kasihan, saling
menerima, lemah-lembut yang akan diikuti oleh ketinggian budi pekerti dan akhlak mulia.
Tanpa hal itu, sebuah keluarga akan tercerai-berai dan membawa pada kehancuran. Alrahmah merupakan kasih sayang murni yang tumbuh dari jiwa yang paling dalam (Jaapar dan
Azhari, 2011).
Secara umum, Jaapar dan Azhari (2011) mengatakan bahwa keluarga bahagia adalah
sebuah keluarga yang dapat merasa senang terhadap satu sama lain. Elemen kebahagiaan
dalam islam adalah penselarasan antara iman dan amal serta cabang-cabang lain seperti
akidah, ilmu, niat, akhlak, sosial, amanah, dan kesehatan yang pada akhirnya menciptakan
situasi yang al-sakinah, al-mawaddah, dan al-rahmah.
Selanjutnya, islam juga telah menentukan tentang pembagian harta warisan di dalam
keluarga. Adapaun tentang pembagian tersebut terdapat pada beberapa surah di Al-Quran,
salah satunya adalah Surah An-Nisa (4) yakni pada ayat 11, 12, dan 176. Di dalam Al-Quran
telah diatur tentang pembagian harta warisan jika yang meninggal adalah Suami (Ayah), Istri
(Ibu), dan anak. Di setiap pembagian, bagian anak laki-laki lebih besar dibandingkan anak
perempuan. Hal ini karena laki-laki merupakan tulang punggung keluarga, pihak yang
bertanggung jawab paling besar terhadap keluarganya, pihak yang akan membimbing dan
bertanggung jawab atas anggota keluarganya.
Sumber:
Departemen Agama RI. (2005). Mushaf Al-Quran Terjemah. Depok: Al-Huda.
Jaapar, N. Z. & Azhari, R. (2011). Model Keluarga Bahagia Menurut Islam. Journal of Fiqh,
(8), 25-44.