Anda di halaman 1dari 23

PARADIGMA DAN PENDEKATAN

PENELITIAN ILMU SOSIAL


Ami Saptiyono- Genap 2019/2020
Macam-macam Paradigma Penelitian Ilmu Sosial:

Paradigma Ilmiah Paradigma Alamiah


(Scientific Paradigm) (Naturalistic Paradigm)
Paradigma Postmodern.

Positivist
dan Fenomenologi,
Postpositivist Konstruktivis,
Interpretif,
dan Kritis.
Kedudukan Paradigma dalam Kegiatan
Penelitian
Paradigma adalah basis kepercayaan utama dari sistem
berpikir, yaitu basis ontologi, epistemologi, dan
aksiologi.
Paradigma dalam pandangan filosofis memuat
pandangan awal yang membedakan, memperjelas, dan
mempertajam orientasi berpikir seseorang.
Dalam kaitan dengan penelitian akan membawa
konsekuensi praktis perilaku, cara berpikir, interpretasi
dan kebijakan dalam pemilihan terhadap masalah
penelitian
Inquiry aim. Bagi positifisme dan postpositifisme
melihat tujuan penelitian untuk mengadakan
penjelasan, prediksi dan kontrol, terutama untuk
melihat sejauhmana hukum alam berlaku dalam
kehidupan sosial.
Sedangkan konstruktifis melihat tujuan penelitian
untuk mengadakan pemahaman dan rekonstruksi social
action.
Kritis melihat tujuan penelitian lebih menitikberatkan
pada perlu adanya kritik untuk melakukan transformasi
dan pemberdayaan manusia
Theory. Bagi positifisme dan postpositifisme
kedudukan teori adalah dogma karena selalu
bersandar pada logika deduktif, aksioma, dan hukum.
bagi kritik selalu berusaha memberikan kritik
terhadap kemapanan guna membantu masyarakat
meenemukan kondisi yang lebih baik.
Bagi konstruktifis menempatkan teori sebagai
langkah dalam menyusun deskripsi dan pemahaman
terhadap kelompok masayarakat yang ditelitinya
Nature of knowledge. Untuk mengetahui sifat ilmu
pengetahuan, positifis dan pospositifis menempatkan
hipotesis sebagai fakta hukum.
Bagi konstruksifis ilmu pengetahuan adalah
rekonstruksi pemikiran individu yang kemudian
dikembangkan menjadi konsensus masyarakat.
Kelompok kritik melihat sifat pengetahuan sebagai
akbiat dari struktur dan pemahaman sejarah
Role of Common Sense. Bagi positifis dan
postpositifis melihat aturan kebenaran berasal dari
akal sehat dan jumlah-jumlahnya hanya beberapa.
Kelompok konstruktifis melihat aturan kebenaran
berasal dari kehidupan keseharian yang haru dapat
digunakan juga oleh masyarakat secara maksimal.
Sedangkan bagi kritik melihat bahwa aturan
kebenaran bukan dari kesadaran palsu yang biasa
dibuat dengan kekuasaan karena hal itu berada di luar
kondisi objektif
Hegemoni. Positifis dan pospositifis menganggap
kekuasaan untuk mengadakan penelitian dalam
benuk kontrol, publikasi, penyimpanan data,
promosi, dan jabatan peneliti terpusat pada strategi
formal legal.
Sedangakan bagi konstruktifis dan kritik
menganggap kekuasaan untuk menyelenggarakan
penelitian sangat ditentukan oleh pengakuan dan
masukan
Ilmuwan sosial memiliki perbedaan cara
pandang dalam meneliti manusia
sebagai obyek ilmu sosial.

Perbedaan cara pandang tersebut


berkaitan dengan dimensi paradigma
penelitian itu sendiri
Paradigma adalah suatu cara pandang untuk
memahami kompleksitas
dunia nyata yang bersifat umum
Perspektif adalah suatu kerangka konseptual,
perangkat asumsi, nilai atau gagasan yang
mempengaruhi persepsi kita dan pada gilirannya
mempengaruhi cara kita bertindak dalam suatu
situasi
Perspektif dalam bidang keilmuan sering juga disebut
paradigma
Sehubungan dengan pandangan yang berbeda tentang
manusia,terdapat pendekatan atau perspektif utama yang
sejajar, yaitu:

PENDEKATAN OBJEKTIF. Bahwa objek, perilaku dan


peristiwa yang eksis di suatu dunia yang dapat diamati oleh
panca indera, dapat diukur dan diramalkan.

PENDEKATAN SUBJEKTIF. Cenderung memandang


manusia yang merekaamati adalah aktif, dinamis, serta
mampu melakukan perubahan lingkungan di sekeliling
mereka. Artinya manusia aktif memilih dan mengubah
aturanyang menyangkut kehidupannya.
Dimensi Paradigma Penelitian
• Dimensi ONTOLOGI. Asumsi tentang obyek atau realitas sosial
yang diteliti.

• Dimensi EPISTEMOLOGI. Asumsi tentang hubungan antara


peneliti dan yang diteliti dalam memperoleh pengetahuan
mengenai obyek yang diteliti.

• Dimensi AKSIOLOGI. Asumsi tentang pertimbangan nilai, etika,


dan moral peneliti dalam suatu penelitian.

• Dimensi RETORIK. Asumsi tentang bahasa yang dipergunakan


dalam penelitian.

• Dimensi METODOLOGI. Asumsi tentang metodologi penelitian


yang dipergunakan peneliti dalam menemukan kebenaran suatu
ilmu pengetahuan
Dalam tradisi penelitian ilmu sosial dikenal
dengan dua pendekatan, yaitu
penelitian Kuantitatif dan
penelitian Kualitatif.

Akar mula munculnya dua pendekatan ini


adalah adanya perbedaan dalam memandang
dimensi
ONTOLOGI atau
OBYEK ILMU SOSIAL, yaitu
MANUSIA
Kerangka perbedaan cara pandang dalam dimensi ontologi

Kuantitatif MANUSIA Kualitatif

BENDA IDE

Kongkrit Abstrak

Empirisnya adalah bahwa manusia Empirisnya adalah meskipun


berbeda tapi mereka punya manusia punya perbedaan tapi tetap
persamaan ada yang identik

Dengan demikian gejala yang ada Dengan demikian gejala yang ada
dapat dikuantitatifkan hanya dilihat dari kualitasnya

Jadi gejala tersebut dilihat dari Karena gejalanya abstrak maka cara
kuantitasnya di mana memandang memandang empirisnya secara
empiris sebatas empiris sensual sensual, etik, logic, dan
atau secara kongkrit transendental
Perbedaan dalam Prosedur Penelitian

KUANTITATIF KUALITATIF

Peneliti memulainya dengan Ketika makna telah ditangkap


menguji hipotesis dan ditemukan maka peneliti
akan terlibat lebih dalam dengan
data

Konsep ada dalam bentuk Konsep ada dalam bentuk tema,


variabel-variabel yang motif, generaliasasi, atau
berbeda taksonomi
Pengukuran sistematis Pengukuran diciptakan dalam
diciptakan sebelum cara yang khusus dan seringkali
pengumpulan data dan spesifik terhadap individu atau
dibakukan penelitinya
Data ada dalam bentuk Data ada dalam bentuk
bilangan angka kata-kata yang berasal
berdasarkan dari dokumen, observasi
pengukuran yang tepat atau transkrip

Teori pada umumnya Teori dapat bersifat kausal


bersifat kausal atau atau non kausal dan
deduktif induktif

Prosedur penelitian Prosedur penelitian


bersifat baku dan bersifat partikular dan
diasumsikan replikatif jarang dilakukan replikatif
Analisis dilakukan Analisis dilakukan dengan
melalui penggunaan menggali tema-tema atau
statistik, tabel, atau generalisasi yang berasal
bagan, dan dari bukti dan
mendiskusikan mengorganisasikan data
bagaimana kesemuanya guna menyajikan suatu
berhubungan dengan gambaran yang
hipotesis bersesuaian dan
konsistem
Ciri yang dapat digunakan untuk menentukan
pendekatan penelitian yang akan digunakan
adalah:

1. bila kita dihadapkan gejala untuk


mengetahui penyebab, faktor pengaruh,
hubungan sebab akibat, di mana konsep
yang digunakan sengaja diukur atau
memiliki variasi nilai maka arahkan
penelitian secara kuantitatif.
2. bila kita dihadapkan pada gejala yang
masih mempertanyakan ”kenapa” dan
”bagaimana”, di mana konsep bersifat
abstrak, masih remang-remang, dan
multi dimensi, maka arahkan penelitian
secara kualitatif
Kriteria Penilaian Kualitas Penelitian
Positifis dan Postpositifis. Kriteria kualitas penelitian
berlandaskan pada : internal validity, external validity,
reliability, objectivity.
Keempat kriteria ini mengandung pengertian bahwa nilai
kualitas penelitiannya mengandung:
- isomophism of fiindings (kaitan antara ketepatan
instrumen dengan temuan di lapangan),
- generalization,
- stability/consistency of measurement,
- dan distance-neutral observer, probabilistic,
intersubjectivity
Kritik. Kriteria kualitas penelitian berlandaskan pada :
historical situatedness of the inquiry, conscientization,
unity of theory and praxis.
Keempat kriteria ini mengandung pengertian bahwa nilai
kualitas penelitian adalah :
(a) pertanggung jawaban terhadap status sosial, politik,
ekonomi, budaya, etnik, jenis kelamin, dan situasi
sosial,
(b) pada tingkatan tertentu untuk mengadakan penjelasan
bagi ketidaktahuan dan salah pengertian,
(c) pada tingkatan tertentu menjadi pendorong tindakan
untuk mengadakan transformasi dalam struktur
kehidupan
Konstruktifisme. Kriteria kualitas penelitian berlandaskan pada
trusworthtiness dan authenticity.
Kriteria ini mengandung pengertian bahwa nilai kualitas
peneltian didasarkan pada :
- credibility (paraleling internal validity),
- transferability (parareling external validity),
- confirmability (objektivittas),
- ontological authenticity (memperluas konstruksi pemikiran
personal),
- educative authenticity (pendidikan memiliki misi perbaikan
bagi yang lain),
- catalitic authenticity (rangsangan untuk bertindak),
- tactical authenticity (aksi pemberdayaan)
Ami Saptiyono- Genap 2019/2020

Anda mungkin juga menyukai