TINJAUAN PUSTAKA
ukuran, atau dimensi tingkat sel, organ, maupun individu. Yang bisa diukur
dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur
tulang, dan keseimbangan metabolis (retensi kalsium dan nitrogen dalam tubuh).
intraseluler, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau
keseluruhan, sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat. (Kemenkes
RI, 2012).
dan fungsi tubuh yang lebih kompleks. Perkembangan menyangkut adanya proses
9
10
kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta
kompleks dari perubahan morfologi, biokimia, dan fisiologis yang terjadi sejak
a. Faktor herediter
suku, ras, dan jenis kelamin (Marlow, 1998 dalam Supartini, 2004).
setelah lahir cenderung lebih besar dan tinggi dari pada anak
perempuan, hal ini akan nampak saat anak sudah mengalami masa pra
pendek dari pada orang Eropa atau suku asmat dan Irian berkulit
hitam.
11
b. Faktor lingkungan
1) Lingkungan pre-natal
gizi yang baik, gangguan endokrin pada ibu (diabetes mellitus), ibu
otak janin.
2) Lingkungan pos-natal
a) Nutrisi
darah.
12
maupun kualitatif
kebutuhan nutrisi
b) Budaya lingkungan
keluarga.
g) Status kesehatan
h) Faktor hormonal
sebaliknya.
2) Keluarga
3) Umur
4) Jenis kelamin
5) Genetik
6) Kelainan kromosom
Turner‟s.
1) Faktor Prenatal
a) Gizi
b) Mekanis
c) Toksin/zat kimia
palatoskisis.
d) Endokrin
e) Radiasi
f) Infeksi
g) Kelainan imunologi
h) Anoksia embrio
i) Psikologi ibu
c. Faktor persalinan
d. Faktor pascasalin
1) Gizi
adekuat.
4) Psikologis
perkembangannya.
5) Endokrin
6) Sosio-ekonomi
7) Lingkungan pengasuhan
8) Stimulasi
kegiatan anak.
19
9) Obat-obatan
Berikut ini adalah ciri-ciri tumbuh kembang, antara lain sebagai berikut:
1. Tumbuh kembang adalah proses yang kontinu sejak dari konsepsi sampai
mulai diamati.
2. Dalam periode tertentu, terdapat masa percepatan atau perlambatan serta laju
pertumbuhan cepat, yaitu pada masa janin, bayi, dan pubertas. Pertumbuan
organ-organ manusia mengikuti empat pola, yaitu pola umum, limfoid, neural,
dan reproduksi.
Contohnya, tidak ada latihan yang dapat menyebabkan anak dapat berjalan
sampai sistem saraf siap untuk itu, tetapi tidak adanya kesempatan praktik
5. Aktivitas seluruh tubuh diganti respons tubuh yang khas. Misalnya, bayi akan
yang menarik. Namun, anak lebih besar reaksinya hanya tertawa atau meraih
benda tersebut.
Meliputi :
e) Sandang.
Kasih sayang dari orangtuanya (Ayah-ibu) akan menciptakan ikatan yang erat
(boding) dan kepercayaan dasar (basic trust). Hubungan yang erat dan selaras
antara ibu/pengganti ibu dengan anak merupakan syarat yang mutlak untuk
21
psikososial.
Stimulasi mental merupakan cikal bakal dalam proses belajar (pendidikan dan
dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS) dapat di lakukan secara mudah
untuk mengetahui pola pertumbuhan anak. Bila grafik berat badan anak lebih dari
itu apabila grafik berat badan di bawah garis normal kemungkinan anak
Lingkar kepala juga menjadi salah satu paramenter yang penting dalam
Lingkar kepala yang lebih dari normal dapat di jumpai pada anak yang menderita
Apabila lingkar kepala kurang dari normal dapat diduga anak menderita retardasi
22
Dian, 2017).
perkembangan fisik yaitu short stature atau perawakan pendek merupakan suatu
pada kurva pertumbuhan yang berlaku pada populasi tersebut. Penyebabnya dapat
karena variasi normal, gangguan gizi, kelainan kromosom, penyakit sistemik atau
gangguan yang dapat diderita oleh anak antara lain adalah maturitas visual yang
kebutaan akibat katarak, neuritis optik, glaukoma, dan lain sebagainya. (Adriana
Dian, 2017).
Salah satu penyebabnya adalah klainan tonus otot atau penyakit neuromuskuler.
motorik sebagai akibat spastisitas, athetosis, ataksia, atau hipotonia. Serta dapat
motorik yang selalu didasari adanya penyakit tersebut. Faktor lingkungan serta
down syndrom adalah individu yang tidak dapat dikenal dari fenotifnya dan
pada sistem lainnya. Hal ini akan melibatkan aspek kognitif, motorik, psikologis,
emosi dan lingkungan sekitar anak. Kurangnya stimulasi akan dapat menyebabkan
24
gangguan bicara dan berbahasa bahkan dampaknya akan menetap. (Kemenkes RI,
2012).
gangguan yang terkait dengan psikiatri. Kecemasan adalah salah satu ganguan
yang muncul pada anak dan memerlukan suatu intervensi khusus apabila
dapat di alami anak adalah fobia sekolah, kecemasan berpisah, fobia sosial, dan
meliputi autisme, serta gangguan prilaku dan interaksi sosial. (Andriana Dian,
2017).
yang gejalanya muncul sebelum anak usia 3 tahun. Pervasif berarti meliputi
seluruh aspek perkembangan sehingga gangguan tersebut sangat luas dan berat
menemukan secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan
25
penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan anak prasekola oleh tenaga
Tabel 2.1
Jadwal Deteksi Tumbuh Kembang Anak
Ada tiga jenis deteksi dini tumbuh kembang yang dapat dikerjakan oleh
Gambar 2.1
Pengukuran TB anak dengan posisi berdiri & berbaring
Gambar 2.2
Penimbangan BB anak dengan timbangan
bayi dan timbangan dacin
lingkaran kepala anak dalam batas normal atau di luar batas normal. (Kemenkes
RI, 2012).
27
Gambar 2.3
Pengukuran dan grafik LKA menurut umur anak
Jadwal skrining pemeriksaan KPSP rutin adalah pada umur 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21,
24, 30, 36, 43, 48, 60, 66, dan 72 bulan. Jika anak belum mencapai umur skrining
tersebut, minta ibu datang kembali pada umur skrining yan terdekat untuk
perkembangannya (S).
5) Untuk jawaban „Tidak”, perlu dirinci jumlah jawaban „Tidak‟ menurut jenis
keterlambatan (gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa, sosialisasi dan
kemandirian).
Intervensi:
a) Beri pujian kepada ibu karena telah mengasuh anaknya dengan baik.
posyandu secara teratur sebulan 1 kali dan setiap ada kegiatan BKB.
berumur < 24 bulan dan setiap 6 bulan pada anak umur sampai 72 bulan.
e) Jika hasil KPSP ulang jawaan „Ya‟ tetap 7 atau 8 maka kemungkinan ada
penyimpangan (P).
berikut:
perkembangan (gerak kasar, gerak halus, bicara & bahasa, sosialisasi dan
Jadwal TDD adalah setiap 3 bulan pada bayi umur kurang dari 12 bulan
dan setiap 6 bulan pada anak umur 12 bulan keatas. Tes ini dilaksanakan oleh
tenaga kesehatan, guru TK, tenaga PAUD dan petugas terlatih. Alat yang
diperlukan adalah instrumen TDD menurut umur anak, gambar binatang (ayam,
anjing, kucing) dan manusia, mainan (boneka, kubus, sendok, cangkir, bola).
1) Tanyakan tanggal bulan dan tahun anak lahir, hitung umur anak dalam bulan.
b) Bacakan pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu bersatu dan
berurutan.
30
d) Jawaban TIDAK jika menurut orang tua atau pengasuh anak tidak dapat
pengasuh.
c) Jawaban YA jika ank dapat melakukan perintah orang tua atau pengasuh.
d) Jawaban TIDAK jika anak tidak dapat atau tidak mau melakukan perintah
Interpretasi:
a) Bila ada satu atau lebih jawaban TIDAK, kemungkinan anak mengalami
gangguan pendengaran.
b) Catat dalam buku KIA atau kartu kohort bayi/balita atau status/catatan medik
Intervensi:
Tujuan tes daya lihat adalah untuk mendeteksi secara dini kelainan daya
lihat agar segera dapat dilakukan tindakan lanjutan sehingga kesempatan untuk
31
memperoleh ketajaman daya lihat menjadi lebih besar. Jadwal tes daya lihat
dilakukan setiap 6 bulan pada anak usia prasekolah umur 36 sampai 72 bulan. Tes
ini dilakukan oleh tenaga kesehatan, guru TK, dan petugas terlatih. Alat atau
sarana yang diperlukan yaitu dua buah kursi, poster E atau snellen chart.
(Kemenkes, 2012).
kartu E yang ada ditangannya mengahadap atas, bawah, kanan, kiri, sesuai
petunjuk pada poster E atau snellen chart. lakukan hal ini dengan benar
6) Selanjutnya anak diminta menutup mata dengan kertas atau buku, dengan alat
penunjuk, tunjuk huruf E pada poster E atau snellen chart, satu persatu, mulai
baris pertama sampai baris keempat atau baris E terecil yang masih dapat
dilihat. Puji anak setiap kali dapat mencocokkan kartu E yang ada di
tangannya dengan yang ada di poster E atau snellen chart. Ulangi pemeriksaan
tersebut pada mata yang belum diperiksa dengan cara yang sama.
7) Tulis baris “E” terkecil yang masih dapat dilihat, pada kertas yang telah
Berikut dibawah ini adalah contoh tes daya lihat dan poster E.
Gambar 2.4
Contoh tes daya lihat dan poster E
Interpretasi:
Hasil pemeriksaan TDL yaitu bila kedua mata anak tidak dapat melihat
baris ketiga poster E, artinya anak tidak dapat mencocokkan arah kartu E yang
dipegangnya dengan yang ada pada poster E pada baris ketiga yang ditunjuk oleh
Intervensi :
penglihatan maka minta anak datang lagi untuk pemeriksaan ulang, bila pada
peameriksaan berikutnya anak tidak dapat melihat sampai baris yang sama maka
rujuk kerumah sakit dengan menuliskan mata yang mengalami gangguan (kanan,
Deteksi dini masalah mental emosional pada anak pra sekolah, tujuannya
anak pra sekolah. Jadwal deteksi dini masalah mental emosional rutin dilakukan
setiap 6 bulan pada anak umur 36 bulan sampai 72 bulan. Jadwal ini sesuai
Tabel 2.2
Kuisioner Masalah Mental Emosional (KMME)
Interpretasi:
Intervensi:
b) Lakukan evaluasi setelah 3 bulan, bila tidak ada perubahan rujuk ke rumah
kembang anak. Rujukan harus disertai informasi mengenai jumlah dan masalah
Tujuannya adalah untuk mendeteksi secara dini adanya autis pada anak
umur 18-36 bulan. Jadwal deteksi dini autis pada anak pra sekolah dilakukan atas
indikasi atau bila ada keluhan dari ibu/pengasuh atau ada kecurigaan tenaga
kesehatan, kader kesehatan, BKB, petugas PADU, pengelola TPA dan guru TK.
Keluhan tersebut dapat juga dapat berupa salah satu atau lebih keadaan dibawah:
1) Keterlambatan berbicara
2) Ada 5 Perintah bagi anak, untuk melaksanakan tugas seperti yang tertulis di
Tabel 2.3
Checklist for Autisme in Toddlers (CHAT)
Interpretasi:
1) Resiko tinggi menderita autis: bila jawaban “Tidak” pada pertanyaan A5, A7,
2) Resiko rendah menderita autis: bila jawaban “Tidak” pada pertanyaan A7 dan
B4.
Intervensi:
Jadwal deteksi dini GPPH pada anak prasekolah dilakukan atas indikasi atau bila
ada keluhan dari ibu atau pengasuh atau ada kecurigaan tenaga kesehatan, kader,
BKB, petugas PAUD, Pengelola TPA, dan guru TK, keluhannya dapat berupa
anak tidak bisa duduk tenang, anak selalu bergerak tanpa tujuan dan tidak
ditanyakan kepada orang tua atau pengasuh anak atau guru TK dan pertanyaan
Tabel 2.4
Kuisoner gangguan pemusatan perhatian dan
hiperaktivitas (GPPH)
Interpretasi:
Beri nilai masing-masing jawaban sesuai dengan “bobot nilai” berikut ini
Jika nilai total 13 atau lebih anak kemungkinan dengan GPPH. (Kemenkes
RI, 2012).
Intervensi:
1) Anak dengan kemungkinan GPPH perlu dirujuk ke rumah sakit yang memiliki
lanjut.
2) Bila nilai total kurang dari 13 tetapi ada ragu-ragu, jadwalkan pemeriksaan
dengan anak (orang tua, pengasuh, nenek, guru, dan sebagainya). (Kemenkes
RI, 2012).
39
Prasekolah.
a. Stimulasi yang perlu untuk dilanjutkan, antara lain: dorong agar anak
main bola, lari, lompat dengan 1 kaki, lompat jauh, jalan di atas papan
a. Stimulasi yang perlu untuk dilanjutkan, antara lain: Ajak anak bermain
d. Membuat menggambar.
e. Belajar menggunting.
h. Belajar berkebun.
a. Stimulasi yang perlu untuk dilanjutkan, antara lain: buat anak mau
dorong anak sering melihat buku buat agar ia melihat anda membaca
buku, bantu anak dalam memilih acara TV. Dampingi anak menonton
40
TV dan jelaskan kejadian yang baik dan buruk. Ingat bahwa berita di
b. Belajar mengingat-ingat.
d. Mengenal angka.
e. Membaca majalah.
f. Mengenal musim.
h. Mengunjungi perpustakaan.
i. Melengkapi kalimat.
tugas rutin pada anak dalam kegiatan dirumah, ajak anak membantu di
dapur dan makan bersama anggota keluarga. Buat agar anak mau
sesering mungkin.