Anda di halaman 1dari 100

Volume 3, No.

5 Mei 2012 ISSN: 2303-2979

JURNAL
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
Diterbitkan dua kali dalam setahun pada bulan Mei dan Nopember menurut artikel hasil penelitian
dan kajian analitis kritis bidang Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Ketua Penyunting:
Wahyu

Penyunting Pelaksana:
Sarbaini, Harpani Matnuh, Fatimah, Acep Supriadi, Zainul Akhyar, Rabiatul Adawiah
Dian Agus Ruchliyadi, Mariatul Kiptiah

Penelaah (Mitra Bestari)


Dasim Budimansyah (Universitas pendidikan Indonesia Bandung); Eddy Lion (Universitas Negeri
Palangkaraya); Sapriya (Universitas Pendidikan Indonesia Bandung); M. Hadin Muhjad
(Universitas Lambung Mangkurat); Hardoko (Universitas Mulawarman)

Pembantu Tata Laksana:


Muhammad Elmy
Suroto
Muhamad Algiferi
Rezky Fadillah

Alamat Penyunting :
Gedung FKIP Unlam Jln. Brigjen H. Hasan Basri Telp. (0511-3302634) Banjarmasin
Email: jurpkn@yahoo.com, sarbainiunlambjm2@gmail.com. Hp. 081351151914

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan diterbitkan oleh


Kerjasama Laboratorium Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) FKIP Unlam dan
Asosiasi Sarjana dan Dosen PPKn Kalimantan Selatan

Ketua Program Studi PPKn: Fatimah,


Sekretaris: Dian Agus Ruchliadi.

Terbit pertama kali bulan Mei tahun 2011

Penyunting menerima sumbangan naskah yang belum pernah diterbitkan dalam media cetak lain.
Syarat-syarat, format dan aturan tata tulis artikel dapat dibaca pada Petunjuk Bagi Penulis
di sampul belakang dalam jurnal ini. Naskah yang masuk ditelaah oleh penyunting dan Mitra Bestari untuk
dinilai kelayakannya. Penyunting berhak melakukan penyuntingan tanpa mengubah maksud isinya

i
UCAPAN TERIMA KASIH

Kami Mengucapkan terima kasih kepada Penelaah (Mitra Bestari) yang telah banyak
membantu pada penerbitan ini, yaitu:
Dasim Budimansyah (Universitas pendidikan Indonesia Bandung)
Eddy Lion (Universitas Negeri Palangkaraya)
Sapriya (Universitas Pendidikan Indonesia Bandung)
M. Hadin Muhjad (Universitas Lambung Mangkurat)
Hardoko (Universitas Mulawarman)

ii
DAFTAR ISI

Peran DPD dalam Penyerapan Aspirasi Masyarakat di Daerah


Harpani Matnuh, Program Studi PPKn FKIP Universitas Lambung Mangkurat 289-294

Analisis Keberadaan Peradilan Tata Usaha Negara dalam Negara Hukum Indonesia
Suryaningsi, Program Studi PPKnFKIP Universitas Mulawarman 295-305

Socio-Economic Conditions and Cultural Communities Around the Area


PT. Mahakarya Perdana Gemilang in the District Kutai Kartanegara
of Province East Kalimantan
Warman, Program Studi PPKn FKIP Universitas Mulawarman 306-313

Kinerja Guru PKn dalam Penanaman Nilai-nilai Karakter pada Siswa


di SMK Bina Banua Banjarmasin
Faridah, Zainul Akhyar, dan Mariatul Kiftiah, Program Studi PPKn FKIP
Universitas Lambung Mangkurat 314-319

Kepatuhan Siswa Kelas X dalam Melaksanakan Peraturan Sekolah


di SMK Muhammadiyah 3 Banjarmasin
Normasari, Sarbaini, dan Rabiatul Adawiyah, Program Studi PPKn FKIP
Universitas Lambung Mangkurat 320-327

Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture and Picture dalam Pembelajaran PKn


Pokok Bahasan Pancasila sebagai Ideologi Terbuka Guna Meningkatkan
Hasil Belajar di Kelas XII IPS SMA PGRI 7 Banjarmasin
Nurdiansyah, Sarbaini, dan Mariatul Kiftiah, Program Studi PPKn FKIP
Universitas Lambung Mangkurat 328-334

Internalisasi Pendidikan Karakter dengan Sarana Kelompok Studi Islam


di SMA Negeri 5 Banjarmasin
Alya Abyakamali, Wahyu, dan Harpani Matnuh, Program Studi PPKn FKIP
Universitas Lambung Mangkurat 335-344

Pembentukan Karakter Iman dan Taqwa Siswa melalui Kegiatan Ekstrakurikuler


Ikatan Remaja Muslim di SMA Negeri 6 Banjarmasin
Chairunnisa, Wahyu, dan Dian Agus Rucliyadi, Program Studi PPKn FKIP
Universitas Lambung Mangkurat 345-353

iii
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

Hubungan Kompetensi Kepribadian Guru PKn dengan Sikap Demokratis


Peserta Didik di SMK Negeri I Banjarmasin
Eka Aprilliyanti, Wahyu, dan Rabiatul Adawiyah, Program Studi PPKn FKIP
Universitas Lambung Mangkurat 354-364

Meningkatkan Aktifitas dan Hasil Belajar Materi Proklamasi dan Konstitusi Pertama
dalam Pembelajaran PKn melalui Model Example Non Example
di Kelas VII-B SMP Negeri 2 Tanjung
Eka Sastia Emilia, Wahyu, dan Mariatul Kiftiah, Program Studi PPKn FKIP
Universitas Lambung Mangkurat 356-373

Penerapan Sistem Poin dalam Pembentukan Karakter Berbasis Disiplin pada Siswa
SMA Negeri 3 Banjarbaru
Elliyana Sari, Wahyu, dan Harpani Matnuh, Program Studi PPKn FKIP
Universitas Lambung Mangkurat 374-382

iv
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

PERAN DPD DALAM PENYERAPAN


ASPIRASI MASYARAKAT DI DAERAH

Harpani Matnuh
Program Studi PPKn FKIP Universitas Lambung Mangkurat

ABSTRACT

The proses of formulation of the Regional Representatives Council in the 1945 amandement is a
banttle between the various ideas and interests. The concept is a half-hearted compromise
between bicameralism and unicameralisme. Restrikcted the outheority of this Council is teh result
of a compromise of Ideas aabout stron g becameralism and approve the DPD with unicameralism.
The limitation need more creativity by building offices in the local area to capture the aspirations
and information et the regional level, to process, communicate, and sistematisation, and set it up
as on ingredient and the formulation of policies that will be distributed and championed by DPD
at the center.

Keywords: Regionnal Representatives Council, creativity

A. PENDAHULUAN Proses lahirnya DPD sebagai pengganti Utusan


Perubahan UUD 1945, menjadikan terjadinya Daerah dan Utusan Golongan dalam perubahan UUD
perubahan besar dalam sistem ketatanegaraan menuju 1945 mencapai kata sepakat pada perubahan kelima,
terciptanya sistem demokratisasi pemerintahan dan hal ini menunjukkan bahwa kelahiran DPD merupakan
pelimpahan kewenangan pemerintah pusat ke daerah pergulatan antara berbagai ide dan kepentingan atau
dalam bentuk otonomi daerah dan cheek and bal- hanya sebuah kompromi setengah hati. Demikian juga
ance dalam sistem pemerintahan. Sistem pengaturan halnya dengan kewenangan yang diberikan kepada
ketatanegaraan disusun secara normatif telah DPD sebagai lembaga perwakilan daerah dalam
mengalami terjadinya pergeseran dan konstraksi pada menyerap dan mewujudkan aspirasi masyarakat, dilihat
teteran implementasinya. Salah satu perubahan adalah dari aspek hak dan kewenangan yang diberikan oleh
lahirnya Dewan Perwakilan Daerah (DPD) sebagai konstitusi masih lemah seperti tergambar sebagai
lembaga tersendiri yang memberikan ruang kepada berikut:
daerah untuk ikut serta menentukan kebijakan nasional
yang menyangkut masalah daerah.
Keberadaan DPD sebagai lembaga yang
independen sangat memungkinkan dapat memper-
juangkan kepentingan rakyat secara sungguh-sungguh
dibandingkan dengan kedudukan DPR yang merupa-
kan wakil rakyat yang berasal dari Partai Politik dan
sudah barang tentu lebih terikat pada kebijakan partai.

289
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

KEWENANGAN DPD

Gagasan untuk dapat mencapai tujuan Terbentuknya DPD pada saat terjadinya
dibentuknya DPD serta dalam rangka meningkatkan perubahan UUD 1945, tidak bisa terlepas dari ber-
kedudukan, fungsi dan wewenang DPD sebagai wakil bagai peristiwa dan tuntutan rakyat atas kekece-
rakyat daerah di tingkat pusat baik sebagai penyam- waannya pada pemerintahan Orde Baru yang
bung aspirasi rakyat maupun sebagai lembaga cenderung menjalankan kekuasaan dengan sistem
penyeimbang DPR yang sama-sama dipilih secara sentralisasi telah menimbulkan kesenjangan dan
langsung oleh rakyat dalam Pemilu legislatif, perlu ketidakadilan antara pemerintah pusat dan pemerintah
dukungan publik dengan argumentasi yang kuat melalui darah sehingga menimbulkan konflik vertikal dan
berbagai media publik seperti; dengar pendapat, menuntut untuk memisahkan diri dari Negara Kesatuan
diskusi publik dan implementasi dalam kehidupan Republik Indonesia.
berbangsa dan bernegera. Isu ini selanjutnya bergeser pada wacana
pembentukan negara federal dan berakhir dengan
B. PEMBAHASAN adanya pemberian otonomi daerah yang luas, nyata
1. Konstruksi Pembentukan DPD dan bertanggung jawab melalui perubahan UUD 1945
Tujuan terbentuknya DPD dalam perubahan UUD dan UU No.22 Tahun 1999. Masalah ini secara for-
1945, dapat dimaknai sebagai perpaduan dari dua mal juga diakui dalam Ketetapan MPR No.V/MPR/
gagasan yaitu; demokratisasi dan upaya mengakomo- 200 tentang Pemantapan Persatuan dan Kesatuan.
dasi kepentingan daerah demi terjadanya integrasi Salah satu masalah yang diidentifikasi pada angka 8
nasional. pada Ketetapan itu adalah: Berlangsungnya
Sri Sumantri Martosoewingjo dan Mochamad pemerintahan yang telah mengabaikan proses demo-
Isnaeni Ramdhan yang menyatakan bahwa krasi menyebabkan rakyat tidak dapat menyalurkan
pembentukan DPD tidak terlepas dari dua hal, yaitu: aspirasi politiknya sehingga terjadi gejolak politik yang
pertama, adanya tuntutan demokratisasi pengisian bermuara pada gerakan reformasi yang menuntut
anggota lembaga agar selalu mengikutsertakan rakyat kebebasan, kesetaraan dan keadilan.
pemilih. Keberadaan Utusan Daerah dan Utusan Pada bagian lain terbentuknya DPD, merupakan
Golongan dalam komposisi MPR digantikan dengan integrasi nasional untuk memberikan ruang kepada
keberadaan DPD. Kedua, Karena adanya tuntutan daerah ikut serta menentukan kebijakan nasional yang
penyelenggaraan otonomi daerah yang jika tidak menyangkut masalah daerah melalui Utusan Daerah
dikendalikan dengan baik akan berujung pada tuntutan yang disempurnakan menjadi lembaga tersendiri.
separitisme. DPD dibentuk sebagai representasi Dengan demikian keberadaan DPD merupakan bagian
kepentingan rakyat di daerah dari upaya institusional representasi teritorial
keterwakilan daaerah.

290
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

Salah seorang Anggota Panitia Ad Hoc I BP Ketentuan tentang kekuasaan legislatif dalam
MPR,I Dewa Gede Palguna, menyatakan bahwa: perubahan UUD 1945 dapat dirumuskan:
Pembentukan DPD dengan sejumlah wewenang
Kekuasaan legislatif dilakukan oleh MPR yang
yang diberikan kepadanya, adalah sebagai upaya tterdiri atas DPR dan DPD.
konstitusional untuk memberi saluran sekaligus b. Anggota DPD mewakili rakyat dalam konteks
peran kepada daerah-daerah untuk turut serta dalam kedaerahan dengan orientasi kepentingan daerah.
pengambilan keputusan politik terhadap masalah- Anggota DPD dipilih langsung oleh rakyat melalui
masalah yang berkaitan dengan daerah. Asumsinya
sistem distrik murni, yaitu dengan cara memilih
adalah, jika daerah-daerah telah merasa diperha-
tikan dan diperankan dalam pengambilan keputusan tokoh yang dikenal di daerah yang bersangkutan
politik penting dalam menyangkut kepentingannya, berdasarkan perhitungan the winner takes all.
maka alasan untuk memisahkan diri itu akan Sedangkan anggota DPR dipilih langsung oleh
kehilangan argumentasi rasional. rakyat melalui sistem proporsional yang memang
berguna dalam memperkuat kelembagaan seperti
2. Bikameral dengan Problem Kewenangan. partai politik yang bersifat nasional.
Pada awal timbulnya konsep terbentunya DPD c. Pada prinsipnya baik DPR maupun DPD dan
sebagai anggota MPR bersama DPR yang dipilih anggotanya mempunyai fungsi, tugas, dan hak yang
langsung oleh rakyat dalam Pemilu legislatif, para sama. Tetapi khusus untuk tugas penentuan
kalangan akademisi dan politisi akan mengarahkan pengangkatan dan pemberhentian pejabat publik,
pikirannya akan terbentuknya struktur parlemen terdiri sebaiknya diberikan kepada DPR saja.
atas dua kamar yang memiliki kedudukan dan
d. Khusus mengenai tugas meminta pertanggung-
kewenangan yang sama dan seimbang, seperti halnya
jawaban terhadap pemerintah (impeachment),
bikameralisme di Amerika Serikat. Secara teoritis dan
tugas penuntutannya hanya diberikan kepada DPR.
yuridis pembentukan sistem bikameral dalam sistem
Sedangkan DPD akan ikut menentukan vonisnya
pemerintahan di Indonesia dapat dilaksanakan. Arend
dalam persidangan MPR.
Lijphart menyatakan.
e. Khusus untuk menjamin perlindungan terhadap hak
The pure majoritarian model calls for the con- dan kekayaan masyarakat dari pembebanan yang
centration of legislative power in single chamber
is characterized by a bicameral legislature in which
dilakukan oleh negara, tugas utama sebaiknya
power is divided equally between two differently diberikan kepada DPD, karena DPD lah yang
constuted chambers. mewakili rakyat di daerah-daearah yang dianggap
akan paling menderita akibat beban yang
Lijphart, mengemukakan bahwa berdasarkan memberatkan dibuat pemerintah. Meskipun tugas
pada model demokrasi di Indonesia adalah consen- pengawasan dapat dilakukan oleh DPR dan DPD
sus model. Oleh karena itu secara teoritis selayaknya di semua bidang, namun dapat ditentukan bahwa
Indonesia menganut sistem parlemen bikameral, yang diawasi oleh DPD hanyalah pelaksanaan
bahkan strong bicameralism. Jika Indonesia adalah UUD dan UU sejauh yang berkenaan dengan
negara pure consensus model democracy. urusan-urusan yang berkaitaan langsung dengan
Jimly Asshiddiqie, dalam makalahnya yang kepentingan daerah dan rakyat di daerah.
disampaikan dalam Seminar tentang Bikameralisme f. DPD dan DPR memiliki fungsi legislatif yang meliputi
tanggal 12 Juni 2001 di Medan, mengemukakan kegiatan mengkaji, merancang, membahas dan
konsep DPD sebagai berikut: mengesahkan undang-undang. Hal yang dapat
a. Adanya gagasan pembentukan DPD nantinya dibedakan adalah bidang yang diatur dalam undang-
parlemen Indonesia terdiri dari dua kamar yaitu undang itu. Namun hal ini masih memungkinkan
DPR dan DPD. Jika kamarnya dua, maka munculnya perebutan pembahasan antara DPR dan
rumahnya tetap satu. MPR masih bisa dipertahan- DPD. Hal tersebut kemudian berkembang
kan namanya, tetapi kedudukannya tidak lagi pendapat agar tidak ada pembagian bidang, asalkan
sebagai lembaga tertinggi seperti selama ini. Sekretaris Jenderal DPR dan DPD menjadi satu

291
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

yang terdiri dari anggota DPD dan DPR ditambah f. Sidang yang berkaitan dengan pemberhentian
para ahli dari luar. Presiden dan atau Wakil Presiden, dilakukan menurut
g. Jika Presiden berinisiatif mengajukan RUU, maka tata cara peradilan, DPR sebagai penuntut, DPD
Badan Legislasi yang menentukan apakah selaku pemutus.
pembahasannya dilakukan oleh DPR atau DPD, Jika Proses perumusan DPD memang dipenuhi oleh
inisiatif datang dari DPR atau DPD, maka lembaga terjadinya tarik-menarik antara berbagai gagasan.
yang membahasnya. Hal ini harus diikuti dengan Rumusan-rumusan yang tercapai dapat dikatakan
mekanisme Checks and balances di antara kedua sebagai kompromi setengah hati antara bikameralisme
kamar serta Presiden, yaitu mengatur adanya hak dan unikameralisme.
veto di antara mereka. Perumusan kewenangan DPD yang merupakan
h. Jika suatu RUU telah disetujui dan disahkan oleh hasil kompromi dari beberapa pendapat tertuang dalam
satu kamar, dalam waktu 30 hari mendapat Pasal 22D ayat (1), (2), dan (3) UUD 1945. DPD
penolakan dari kamar lainnya, maka RUU itu harus memiliki tiga fungsi tetapi terbatas bersifat konsultatif
dibahas lagi oleh kamar yang membahasnya untuk dan subordinat terhadap fungsi yang sama yang
mendapat persetujuan suara lebih banyak, yaitu dilakukan oleh DPR. Semua fungsi yang dimiliki DPD
ditentukan harus di attas 2/3 X 2/3 jumlah anggota berakhir dan bermuara pada DPR. Fungsi-fungsi DPD
(overwite). dapat diuraikan:
i. Jika suatu RUU sudah disetujui oleh dua lembaga,
a. Fungsi Legislasi, terdiri dari:
tetapi diveto oleh Presiden, maka putusan penyele-
saiannya harus diambil dalam sidang MPR yang 1) Mengajukan rancangan UU kepada DPR yang
terdiri dari DPR dan DPD dengan dukungan 2/3 X berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan
2/3. Khusus mengenai penetapan dan perubahan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran
UUD, dapat ditentukan harus diputuskan dalam serta penggabungan daerah, pengelolaan
sidang MPR atas usul DPR atau DPD. sumberdaya alam dan sumberdaya ekonomi
lainnya, serta serta yang terkait dengan
Ahli hukum lain yang mengemukakan konsep DPD
perimbangan keuangan pusat dan daerah.
adalah seorang Guru Besar Hukum Tata Negara Uni-
versitas Pajajaran Bandung, Bagir Manan antara lain: 2) Ikut membahas pada tingkat I atas rancangan
UU yang berkaitan dengan otonomi daerah,
a. DPR dan DPD baik secara sendiri-sendiri maupun
hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan
bersama-sama berhak: (1) mengajukan rancangan
pemekaran serta penggabungan daerah,
undang-undang (2) meminta keterangan (inter-
pengelolaan sumberdaya alam dan sumberdaya
plasi),
ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan
b. RUU yang sudah disetujui DPR tetapi ditolak DPD perimbangan keuangan pusat dan daerah.
dapat disahkan sebagai UU, apabila disetujui
3) Memberikan pertimbangan kepada DPR atas
sekurang-kurangnya 2/3 anggota DPR, kecuali RUU
RUU yang berkaitan dengan APBN, pajak,
yang berkaitan dengan kepentingan daerah.
pendidikan dan agama.
c. RUU disetujui DPD tetapi ditolak DPR harus
dianggap ditolak dan tidak dapat dimajukan dalam b. Fungsi Pengawasan
masa sidang yang bersangkutan Fungsi pengawasan DPD terhadap pelaksanaan
d. DPD memberikan persetujuan atas calon-calon yang UU mengenai otonomi daerah, hubungan pusat dan
akan diangkat dalam jabatan negara atau daerah, pembentukan dan pemekaran serta pengga-
pemerintahan menurut ketentuan undang-undang. bungan daerah, pengelolaan sumberdaya alam dan
e. DPD dan DPR dapat melaksanakan sidang bersama sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan APBN,
mengenai hal-hal tertentu yang ditetapkan UU atau pajak, pendidikan dan agama, berdasarkan laporan yang
kesepakatan bersama dan rapat dapat dipimpin diterima dari BPK, aspirasi dan pengaduan masyarakat,
bersama oleh pimpinan DPR dan DPD. keterangan tertulis pemerintah, dan temuan monitoring
di lapangan. Hasil pengawasan tersebut disampaikan

292
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

kepada DPR sebagai bahan pertimbangan untuk mengolah, mengkomunikasikan, dan mensistemasisasi,
ditindaklanjuti. serta menyiapkannya sebagai bahan dan rumusan
kebijakan yang akan disalurkan dan diperjuangkan oleh
c. Fungsi Nominasi anggota DPD di pusat. Hanya dengan perangkat tersebut
Fungsi nominasi dalam rangka memberikan anggota DPD dapat menjalankan fungsi menyalurkan
pertimbangan kepada DPR dalam pemilihan anggota aspirasi daerah secara maksimal tanpa meninggalkan tugas
BPK yang dilakukan oleh DPR. menyerap aspirasi daerah itu sendiri.
3. Penyerapan Aspirasi Daerah C. KESIMPULAN
Sekalipun wewenang yang diberikan kepada DPD Keberadaan DPD dengan segala fungsi dan
terbatas bersifat konsultatif, namun setidaknya kehadiran wewenang yang diberikan sebagaimana dalam Pasal 22D
DPD dalam rangka memberikan saluran kepada daerah ayat (1), (2) dan (3) UUD 1945, merupakan hasil
dalam proses pengambilan keputusan nasional yang terkait kompromi dari berbagai kepentingan dan harapan, mulai
dengan kepentingan daerah sesuai dengan hakekat dari yang mnginginkan strong bicameralism hingga yang
keberadaannya sebagai wakil daerah, tugas utama DPD tidak menghendaki adanya DPD.
adalah menyerap dan mengartikulasikan aspirasi daerah.
DPD memiliki tiga fungsi yaitu fungsi legislasi, fungsi
Oleh karena itu harus terdapat hubungan yang jelas dan
pengawasan dan fungsi nominasi. Namun ketiga fungsi
erat antara anggota DPD dengan daerah yang diwakilinya.
tersebut hanya terbatas pada sifat konsultatif dan
Penyerapan aspirasi harus dilakukan sesuai dengan subordinat terhadap fungsi yang sama dengan yang
ruang lingkup wewenang yang dimiliki, tanpa harus dilakukan oleh DPR. Sedangkan kewenangan DPD dapat
bergantung pada sejauh mana daya jangkau yang dibedakan atas dua bagian yaitu:
diberikan. Berdasarkan ruang lingkup tersebut dapat
1. Dapat mengajukan, ikut membahas dan dapat
ditentukan dengan pihak mana saja hubungan harus dijalin
melakukan pengawasan terhadap RUU yang berkaitan
agar penyerapan aspirasi dapat dilakukan sesuai dengan
dengan; otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah,
fungsi legislasi, fungsi pengawasan dan fungsi nominasi.
Pembentukan, pemekaran, dan pengembangan
Oleh karena itu hubungan aspiratif yang harus dijalin daerah, serta pengelolaan sumberdaya manusia dan
oleh anggota DPD meliputi antara lain dengan: ekonomi lainnya
a. Daerah sebagai satu kesatuan geografis dan lingkungan 2. Ikut membahas dan dapat melakukan pengawasan
b. Masyarakat di daerah, terutama yang menjadi satu terhadap RUU perimbangan keuangan Pusat dan
kesatuan hukum beserta alam dan lingkungan Daerah.
c. Warga negara di daerah 3. Memberi pertimbangan dan dapat melakukan
d. Pemerintah daerah kabupaten/kota pengawasan terhadap RAPBN, Pajak, Pendidikan
e. Pemerintah Provinsi dan Agama.
f. Organisasi kemasyarakatan 4. .Memberi pertimbangan dalam hal pengajuan calon
anggota BPK
g. Organisasi keagamaan
Untuk memperkuat peran DPD, maka harus
Aspirasi yang diserap tentu harus disalurkan dan
ditingkat kualitas dan kuantitas serta setiap anggota DDPD
diperjuangkan oleh anggota DPD dalam proses
harus dapat menjalin hubungan aspiratif dengan berbagai
pembuatan kebijakan nasional. Dengan demikian anggota
elemen organisasi kemasyarakatan dan tokoh-tokoh
DPD harus selalu aktif bergerak (mobile) hadir di dua
daerah. Apalagi berdasarkan latar belakang pembentuk
tempat, yaitu di daerah yang diwakilinya dan di pusat.
DPD tidak hanya dimaksudkan untuk mewakili
Anggota DPD tidak hanya diperlukan domisili di masyarakat di daerahnya, tetapi juga untuk kepentingan
daerah provinsi terkait, tetapi harus punya organ dan alam dan lingkungan dalam arti konkrit seperti gunug,
perangkat yang dapat menggerakan proses penyerapan sungai, lautan, dan lain-lainnya.
aspirasi. Kantor DPD di daerah dijadikan sebagai pusat
penyerapan aspirasi dan informasi di tingkat daerah,

293
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

DAFTAR PUSTAKA M.Ali Safaat, 2010, Jurnal Arena Hukum, Fakultas


Hukum Brawijaya, Malang.
Lijphart, Arend, 1999, Pattern of Democracy; MPR, 2001, Buku Keempat Jilid I A, Risalah Rapat
Goverment Forms and Performance in Komisi A Ke-1 s/d Ke-3, Sekjen MPR RI,
Thirty Six Countries, Yale University Press, Jakarta.
New Haven and London: MPR, 2000, Ketetapan MPR No.V/MPR/2000,
Manan, Bagir, 2003, Teori dan Politik Konstitusi, Tentang Pemantapan Persatuan dan
FH UII University Press, Yogyakarta. Kesatuan, Sekjen MPR RI, Jakarta.
Badan Pekerja MPR RI,2002, Kompilasi Sri Soemantri, 2003, Susunan dan Kedudukan DPD,
Kesimpulan Hasil Uji Sahih Rancangaan dalam Janedjri M.Gaffar, DPD dalam Sistem
Perubahan Keempat UUD 1945, Sekretariat Ketatanegaraan RI, Kerjasama Sekjen MPR
Panitia Ad Hoc I BP MPR, Jakarta. dengan UNDP, Jakarta.
Jimly Asshidiqie, 2001, Menuju Struktur Parlemen UU No. 32 Tahun 2004, tentang Pemerintahan
Dua Kamar, Seminar Nasional, Forum Rektor, Daerah, Cipta Pustaka, Jakarta
Medan

294
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

ANALISIS KEBERADAAN PERADILAN TATA USAHA NEGARA


DALAM NEGARA HUKUM INDONESIA

Suryaningsi
Program Studi PPKn FKIP Universitas Mulawarman

ABSTRACT

The existence of the State Administrative Court in the State of Law of Indonesia, is motivated by
the understanding which revealed that Indonesia as a state which based on the law (rechtstaat)
has some characteristics, such as the administration of justice.
Administration is a State Administrative Court based on the 1945 Constitution of Indonesia after
the amendment. The legislation that governs the State Administrative Court was originally stipulated
in Law No. 5 of 1986 as amended by Law No. 9 of 2004. The existence of the State Administrative
Court was established by a variety of considerations, which give legal protection to the people
from the abuse of authority or arbitrary acts of government officials and to implement the provisions
of the 1945 Constitution and Law No. 14 of 1970 on the Basic Provisions of Judicial Power.
However, because of the provisions in the legislation that governs the State Administrative Court
does not always correspond to the reality (das solen not always match with das sein). Then, it is
needed a reexamination of the existence of the State Administrative Court in Indonesia as a State
of Law.
To find out the existence of the State Administrative Court and the factors underlying their existence,
writing methods used are normative juridical, in which the author examines and judicially
determined by looking at the norms of positive law, especially regarding to the State Administrative
Court. Then all data were analyzed by descriptive qualitative. Based on the analysis of the author
revealed that the existence of the State Administrative Court in the State of Indonesia is to provide
the legal protection to seeking justice and also to control the actions of agencies or officials of the
State Administration, although its authority is limited. While the factors that affected to the existence
of the State Administrative Court in the state of law of Indonesia is legislation, implementers and
community or people who are seeking justice.
Responding to the fact of the existence of the State Administrative Court, the State Administrative
Court should give legal protection to people who are seeking justice by revising the State
Administrative Court authority by adding more protection for the people who are seeking justice,
especially to lodge cassation.

Keyword: the State Administrative Court, State of Law, justice

A. PENDAHULUAN memiliki ciri-ciri menghendaki terwujudnya peme-


Setiap era atau masa memiliki ciri-ciri tersendiri rintahan yang bersih (clean government); kepe-
sesuai dengan situasi dan kondisi masing-masing merintahan yang bersih (clean governance);
zamannya. Sekarang adalah era reformasi yang pemerintahan yang baik (good government);

295
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

kepemerintahan yang baik (good governance); 3344). Undang-undang ini kemudian diubah dengan
keterbukaan, demokratisasi, dan supremasi hukum. Undang-Undang No.9 Tahun 2004 tentang perubahan
Sebagai langkah awal untuk mewujudkan keinginan atas Undang-Undang No.5 Tahun 1986 tentang
tersebut dilakukanlah amandemen terhadap konstitusi Peradilan Tata Usaha Negara (LNRI Tahun 2004
yaitu UUD 1945. Di dalam UUD 1945 pasca Nomor 35, TLNRI Nomor 4380). Jika dilihat dari
amandemen disebutkan secatra tegas bahwa Negara latar belakang pembentukannya maka eksistensi atau
Indonesia adalah negara hukum Artinya bahwa seluruh keberadaan peradilan tata usaha negara ini dibentuk
tatanan dan aktifitas negara ini harus didasarkan pada dengan berbagai macam alasan.
ketentuan hukum yang berlaku. 1. Memberikan perlindungan hukum kepada rakyat
Dari beberapa pasal yang ada di dalam UUD dari penyalahgunaan wewenang (detournement de
1945 pasca amandemen dapat diketahui bahwa pouvoir) atau tindak sewenang-wenang (willekeur
konsep negara hukum yang dianut oleh UUD 1945 atau abus de pouvoir). Aparatur pemerintah
pasca amandemen adalah sama dengan konsep begara (badan atau pejabat tata usaha negara);
hukum yang dianut oleh UUD 1945 sebelum amande- 2. Melaksanakan ketentuan UUD 1945, dan
men, yaitu sama-sama memiliki ciri-ciri Rechtsstaat. Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang
Menurut pendapat Friederich Julius Stahl seperti yang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan
dikutip oleh Meriam Budiardjo bahwa rechtsstaat Kehakiman (LNRI Tahun 1970, Nomor 74,
memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a. adanya perlindungan TLNRI Nomor 2951) yang dalam pasal 10 ayat
hak-hak manusia; b. adanya pemisahan atau pemba- (1) disebutkan bahwa: Kekuasaan kehakiman
gian kekuasaan; c. adanya pemerintahan yang berdasar dilakukan dalam lingkungan: Peradilan Umum;
peraturan-peraturan; dan d. adanya peradilan Peradilan Agama; Peradilan Militer; Peradilan Tata
administrasi. Usaha Negara.
Ciri-ciri yang demikian ini terdapat di dalam UUD 3. Seperti yang dikemukakan oleh sejarahwan Inggris
1945 pasca amandemen. Misalnya tentang keberadaan Lord Acton bahwa power tend to coruupt but
Peradilan administrasi. Peradilan administrasi yang absolute power corrupt absolutely, artinya
dimaksud di sini adalah sama dengan Peradilan Tata bahwa kekuasaan itu cenderung disalahgunakan
Usaha Negara. Di dalam pasal 24 UUD 1945 pasca oleh pemiliknya, dan kekuasaan mutlak pasti
amandemen disebutkan bahwa: disalahgunakan oleh pemiliknya. Untuk inilah
1. Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang diperlukan Peradilan Tata Usaha Negara sebagai
merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna alat kontrol terhadap penggunaan kekuasaan
menegakkan hukum dan keadilan; pejabat pemerintah (badan atau pejabat tata usaha
2. Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah negara). Di dalam pertimbangan (konsideran)
Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada Undang-undang nomor 5 tahun 1986 disebutkan
di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, bahwa:
lingkungan peradilan, lingkungan peradilan militer, a. Bahwa negara Republik Indonesia sebagai
lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara dan oleh negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan
sebuah Mahkamah Konstitusi; UUD 1945 bertujuan mewujudkan negara dan
3. Badan-badan lain yang fungsinya berkaitan dengan bangsa yang sejahtera, aman tenteram, serta
kekuasaan kehakiman diatur dalam undang- tertib yang menjamin persamaan kedudukan
undang. warga masyarakat dalam hukum dan yang
Keberadaan peradilan administrasi atau Peradilan menjamin terpeliharanya hubungan yang serasi
Tata Usaha Negara merupakan salah satu ciri dari seimbang serta selaras antara aparatur di bidang
Rechtsstaat. Di Indonesia Peradilan Tata Usaha tata usaha Negara dengan para warga
Negara didirikan atas dasar Undang-undang No.5 masyarakat;
Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara b. Bahwa dalam mewujudkan tata kehidupan
(LNRI Tahun 1986 Nomor 77, dan TLNRI Nomor tersebut, dengan jalan mengisi kemerdekaan

296
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

melalui pembangunan nasional secara bertahap, Peraturan Presiden (Perpres), Peraturan daerah
diusahakan untuk membina, menyempurnakan, (Perda) dan lain-lainnya.
dan menertibkan aparatur di bidang tata usaha Sebagai bentuk dari hukum, makalah rumusan di
negara agar mampu menjadi alat yang efisien, dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986 jo
efektif, bersih, serta berwibawa dan yang dalam Undang-undang Nomor 9 Tahun 2004 adalah
melaksanakan tugasnya selalu berdasarkan merupakan kumpulan dari hal-hal yang harus dilakukan
hukum dan dilandasi semangat dan sikap (das sollen) yang dalam kenyataannya (das sein)
pengabdian untuk masyarakat; belum tentu sesuai dengan yang seharusnya.
c. Bahwa meskipun pembangunan nasional hendak Seperti yang dikatakan oleh Satjipto Rahardjo
menciptakan suatu kondisi sehingga setiap bahwa:
warga masyarakat dapat menikmati suasana
Peraturan hukum itu tidak boleh disamakan
serta iklim ketertiban dan kepastian hukum yang
dengan dunia kenyataan, melainkan ia memberikan
berintikan keadilan, dalam pelaksanaannya ada kualifikasi terhadap dunia tersebut, khususnya
kemungkinan timbul benturan kepentingan, terhadap kehidupan sosial. Rumusan-rumusan yang
perselisihan atau sengketa antara badan atau tercantum dalam peraturan hukum itu seolah-olah
pejabat tata usaha negara dengan warga sesuatu yang sedang tidur dan pada waktunya ia
masyarakat yang dapat merugikan atau akan bangun manakala ada sesuatu yang
menghambat jalannya pembangunan nasional; menggerakkannya. Bolehlah ia diibaratkan pula
dengan pistol dan picunya. Begitu picu itu ditarik
d. Bahwa untuk menyelesaikan sengketa tersebut maka meletuslah senjata itu.
diperlukan adanya peradilan tata usaha negara
yang mampu menegakkan keadilan, kebenaran, Intinya adalah bahwa Undang-undang nomor 5
ketertiban dan kepastian hukum, sehingga dapat tahun 1986 jo Undang-undang Nomor 9 Tahun 2004
memberikan pengayoman kepada masyarakat, belum tentu dapat dilaksanakan sesuai dengan
khususnya dalam hubungan antara badan atau ketentuan bunyi pasal-pasal yang ada di dalamnya.
pejabat tata usaha negara dengan masyarakat;
B. PEMBAHASAN
e. Bahwa sehubungan dengan pertimbangan
tersebut dan sesuai pula dengan undangundang 1. Analisa Keberadaan Peradilan Tata Usaha
nomor 14 tahun 1970 tentang ketentuan- Negara dalam Negara Hukum Indonesia
ketentuan pokok Kekuasaan Kehakiman, perlu Jika dicermati perjalanan panjang dari sejarah
dibentuk undang-undang tentang Peradilan Tata negara hukum Indonesia, maka sesungguhnya upaya
Usaha Negara. untuk menegakkan hukum di bidang sengketa tata
Dari konsideran ini tampak jelas latar belakang usaha negara ini sudah lama adanya, baik dimulai sejak
atau alasan pembentukan peradilan tata usaha negara zaman penjajahan maupun kemerdekaan dan hingga
di Indonesia. Keberadaan peradilan tata usaha negara sekarang. Untuk memperoleh gambaran tentang
di Indonesia diatur di dalam Undang-undang Nomor sejarah perjalanan peradilan tata usaha negara di In-
5 tahun 1986, tentang Peradilan Tata Usaha Negara. donesia, berikut ini disampaikan perkembangan
Undang-Undang Nomor 5 tahun 1986 ini kemudian keberadaannya sebagai berikut:
diubah dengan Undang-undang Nomor 9 tahun 2004 a. Pada Masa Penjajahan Belanda
tentang perubahan atas Undang-undang Nomor 5 Dari sejarah dapat diketahui bahwa Indonesia
tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara pernah dijajah oleh Belanda selama lebih kurang 350
(LNRI Tahun 2004 Nomor 35, dan TLNR Nomor tahun. Pada waktu itu Indonesia disebut dengan nama
4380). Undang-undang adalah merupakan salah satu Hindia Belanda. Sistem ketatanegaraan pemerintah
bentuk hukum. Selain itu masih ada lagi bentuk hukum Hindia Belanda pada waktu itu diatur atau didasarkan
yang lainnya, misalnya Peraturan pemerintah Pengganti pada Wet op de Staatsinrichting van Nederland Indie
Undang-undang (Perpu), Peraturan pemerintah (PP), atau yang lazim disingkat IS (Indische Staatregeling),
yang berlaku pada tanggal 1 Januari 1926 (S.1925

297
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

No.415 jo no.577). Indische Staatregeling (IS) ini tentang Peradilan Tata Usaha Pemerintah. Disebutkan
diberlakukan sebagai pengganti Regeringsreglement dalam pasal 66, bahwa:Jika dengan undang-undang
(RR) yang berlaku mulai tahun 1919 (S.1919, No.621 atau berdasar atas undang-undang tidak ditetapkan
jo no.816). Disebutkan pada pasal 138 IS bahwa badan-badan Kehakiman lain untuk memeriksa dan
untuk perkara-perkara yang menurut sifatnya atau memutus perkara-perkara dalam soal Tata Usaha
berdasarkan undang-undang masuk dalam wewenang pemerintahan, maka Pengadilan Tinggi dalam tingkatan
pertimbangan kekuasaan administrasi, tetap ada dalam pertama dan Mahkamah Agung dalam tingkatan kedua
wewenangnya. Hal ini menunjukkan bahwa pada memeriksa dan memutus perkara-perkara itu.
waktu itu sebenarnya sudah ada peradilan administrasi Sedangkan pada pasal 67, disebutkan bahwa: Badan-
atau peradilan tata usaha negara. badan Kehakiman dalam peradilan Tata Usaha
Pemerintahan yang dimaksud dalam pasal 66, berada
b. Pada Masa Penjajahan Jepang dalam pengawasan Mahkamah. Agung serupa dengan
Dalam sejarah disebutkan bahwa pada tanggal 8 yang termuat dalam pasal 55". Dari kedua ketentuan
Maret 1942 tentang Jepang menduduki Kalijati (In- pasal ini dapat diketahui bahwa untuk sengketa-
donesia), dan Belanda Menyerah kalah tanpa syarat sengketa tata usaha negara pada saat itu ditangani
kepada Jepang. Setelah Belanda meninggalkan Indo- (diperiksa dan diputus) oleh Pengadilan Tinggi sebagai
nesia dan digantikan oleh Jepang, maka sistem peradilan tingkat pertama, dan oleh Mahkamah Agung
ketatanegaraan pemerintah Hindia Belanda diatur oleh sebagai peradilan tingkat kedua. Kecuali jika oleh
peraturan Jepang. Peraturan-peraturan yang telah ada undang-undang ditunjuk badan-badan kehakiman
pada waktu pemerintahan Hindia Belanda sebelumnya lainnya untuk menangani masalah itu atas dasar kewe-
dinyatakan tetap berlaku selama tidak bertentangan nangan yang diberikan kepadanya. Semua badan
dengan kepentingan pemerintah Jepang. Atas dasar kehakiman dalam peradilan tata usaha pemerintahan
ini maka keberadaan Peradilan Administrasi yang berada di bawah kontrol atau pengawasan Mahkamah
pernah ada sebelumnya menjadi tetap berlaku. Agung. Menurut sejarah ternyata Undang-undang
Nomor 19 Tahun 1948 ini tidak sempat dilaksanakan
c. Pada Masa Kemerdekaan
karena ada agresi atau pendudukan Belanda yang
1) UUD 1945 periode pertama (Tanggal 18 Agustus kedua.
194527 Desember 1949)
Indonesia memproklamirkan kemerdekaan pada 2) Konstitusi RIS (tanggal 27 Desember 1949 17
tanggal 17 Agustus 1945. Mulai saat itu secara dejure Agustus 1950
(secara hukum) dan secara defacto (secara nyata) Di dalam pasal 161 disebutkan bahwa:
Indonesia berdiri sebagai negara yang merdeka yang Pemutusan tentang sengketa yang mengenai hukum
berhak menentukan dirinya sendiri. Sistem ketatanega- tata usaha diserahkan kepada Pengadilan, yang
raan dalam pemerintahan Indonesia diatur di dalam mengadili perkara perdata ataupun kepada alat
UUD 1945. Di dalam pasal 24 dan pasal 25, perlengakap lain, tetapi jika demikian seboleh-
disebutkan sebagai berikut: Pasal 24 (1) Kekuasaan bolehnya dengan jaminan yang serua tentang keadilan
kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan kebenarannya. Kemudian pasal 161 menentukan
dan lain-lain badan kehakiman menurut undang- bahwa:Dengan undang-undang federal dapat diatur
undang; (2) Susunan dan kekuasaan badan-badan cara memutus sengketa, yang mengenai hukum tata
kehakiman itu diatur dengan undang-undang; Pasal 25: usaha dan yang bersangkutan dengan peraturan-
Syarat-syarat untuk menjadi dan untuk diperhentikan peraturan yang diadakan dengan atau atas kuasa
sebagai hakim ditetapkan dengan undang-undang. Konstitusi ini atau yang diadakan dengan undang-
Untuk melaksanakan perintah pasal 24 dan pasal 25 undang federal, sedangkan peraturan-peraturan itu
UUD 1945 (pada masa itu), maka pada tahun 1948 tidak langsung mengenai semata-maa alat-alat
dikeluarkanlah Undang-Undang Nomor 19 Tahun perlengkapan dan penghuni satu daerah bagian saja,
1948 tentang Susunan dan Kekuasaan Badan-badan termasuk badan-badan hukum publik ang dibentuk
Kehakiman dan Kejaksaan. Di dalam Bab III disebut atau diakui dengan atau atas kuasa undang-undang

298
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

daerah bagian itu. Sayang Konstitusi RIS 1949 ini a) Undang-undang Nomor 19 Tahun 1964 (LNRI
tidak berlaku lama tetapi hanya sesaat saja (lebih kurang Tahun 1964, Nomor107, TLNRI Nomor 1699),
hanya 8 bulan), sehingga ketentuan yang dimaksud tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan
pada 46 pasal 161 dan pasal 162 belum sempat Kehakiman. Pasal 7 ayat (1), menentukan bahwa:
dilaksanakan. Negara Indonesia kemudian kembali ke Kekuasaan kehakiman yang berkepribadian
bentuk kesatuan di bawah UUDS 1950. Pancasila dan yang menjalankan fungsi hukum
sebagai pengayoman, dilaksanakan oleh
3) UUDS 1950 (Tanggal 17 Agustus 1950 5 Juli Pengadilan dalam lingkungan:
1959)
(1)Peradilan umum;
Pasal 108 menentukan bahwa: Pemutusan
tentang sengketa yang mengenai hukum tata usaha (2)Peradilan Agama;
diserahkan kepada pengadilan yang mengadili perkara (3)Peradilan Militer; dan
perdata ataupun kepada alat-alat perlengkapan lain, (4)Peradilan Tata Usaha Negara.
tetapi jika demikian seboleh-bolehnya dengan jaminan Disebutkan di dalam penjelasannya bahwa:
yang serupa tentang keadilan dan kebenaran. Dari Undang-undang ini membedakan antara Peradilan
ketentuan pasal ini bahwa penyelesaian sengketa tata Umum, Peradilan khusus dan Peradilan Tata Usaha
usaha pada masa itu menjadi kompetensi peradilan Negara. Peradilan umum antara lain meliputi
umum dan atau alat perlengkapan Negara lain yang Pengadilan Ekonomi, Pengadilan Subversi,
diberi wewenang untuk itu. Mengingat karena pasal Pengadilan Korupsi. Peradilan Khusus terdiri dari
108 UUDS 1950 ini membuka peluang timbulnya dua Pengadilan Agama dan Pengadilan Militer.
macam lembaga yang berwenang untuk menyelesaikan
sengketa tata usaha, maka Wirjono Prodjodikoro b) Undang-undang Nomor 14 tahun 1970 (LNRI
mengemukakan agar pembentuk undang-undang Tahun 1970 Nomor 14, TLNRI Nomor 2951)
memilih salah-satu dari 4 hal ini, yaitu: tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan
a) menentukan bahwa segala perkara tata usaha Kehakiman. Undang-undang ini sebagai pengganti
pemerintahan secara peraturan umum diserahkan Undang-Undang Nomor 19 tahun 1964. Di dalam
kepada pengadilan perdata; Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 ini
kebebasan kekuasaan kehakiman sesuai dengan
b) menentukan bagi satu macam soal sengketa ketentuan pasal 24 UUD 1945. Di dalam ketentuan
tertentu, bahwa pemutusannya diserahkan kepada pasal 10 disebutkan bahwa:
Pengadilan Perdata;
(1)Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh
c) menentukan bahwa segala perkara tata usaha Pengadilan dalam lingkungan:
pemerintah secara peraturan umum diserahkan
kepada suatu badan Pemutus, bukan Pengadilan (a) Peradilan umum;
Perdata yang dibentuk secara istimewa; (b)Peradilan Agama;
d) menentukan bagi suatu macam soal sengketa (c) Peradilan Militer;
tertentu, bahwa pemutusannya diserahkan kepada (d)Peradilan Tata Usaha Negara
suatu badan pemutus, bukan Pengadilan Perdata (2)Mahkamah Agung adalah Pengadilan Negara
yang dibentuk secara istimewa. Tertinggi;
4) UUD 1945 periode kedua (Tanggal 5 Juli 1959 (3)Terhadap putusan-putusan yang diberikan
hingga sebelum diamandemen) tingkat terakhir oleh Pengadilan-pengadilan lain
daripada Mahkamah Agung, kasasi dapat
Isi UUD 1945 periode pertama dan kedua ini
diminta kepada Mahkamah Agung.
pada dasarnya adalah sama, sehingga tidak perlu lagi
dikemukakan isi pasal 24 dan 25. Hal yang penting (4)Mahkamah Agung melakukan pengawasan
justru mengemukakan undang-undang organiknya, tertinggi atas perbuatan Pengadilan yang lain,
yaitu undang-undang pelaksanaannya, yakni: menurut ketentuan yang ditetapkan dengan
undang-undang.

299
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

c) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 (LNRI Hal sesuai juga dengan ketentuan pasal 1
Tahun 1986 Nomor 77, TLNRI Nomor 3344) angka 6 seperti disebutkan di muka. Ketentuan ini
tentang Peradilan Tata Usaha Negara. Undang- menyebabkan tidak dikenalnya gugat balik
undang ini sengaja dibentuk dengan maksud untuk (Rekonpensi) dalam hukum acara peradilan tata
memberikan perlindungan hukum kepada warga usaha negara. Masalahnya adalah siapakah yang
masyarakat dari kemungkinan terjadinya penyalah- dimaksud dengan orang atau badan hukum perdata.
gunaan wewenang atau tindakan sewenang-wenang Maksud orang di sini adalah setiap orang baik WNI
pemerintah. Oleh karena itu yang menjadi tergugat maupun WNA asalkan memenuhi persyaratan
dalam hal ini adalah pemerintah yaitu badan atau sebagai subyek hukum. Hal ini sesuai dengan
pejabat tata usaha negara. Pasal 1 angka 6 penjelasan ketentuan Pasal 4 menyebutkan bahwa:
menentukan bahwa: Tergugat adalah Badan atau Yang dimaksud rakyat pencari keadilan ialah setiap
Pejabat Tata Usaha Negara yang mengeluarkan orang warga negara Indonesia atau bukan, dan
keputusan berdasarkan wewenang yang ada badan hukum perdata yang mencari keadilan pada
padanya atau yang dilimpahkan kepadanya, yang Peradilan Tata Usaha Negara. Maksud Badan
digugat oleh orang atau badan hukum perdata. Dari Hukum Perdata adalah setiap badan usaha yang
ketentuan pasal 1 angka 6 ini jelas bahwa Tergugat bergerak di bidang keperdataan yang memiliki status
adalah Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara, sebagai badan hukum, seperti Perseroan Terbatas,
sedangkan penggugatnya adalah orang atau badan Yayasan, dan Koperasi.
hukum perdata. Undang-undang nomor 5 Tahun
(2)Harus memenuhi syarat obyektif
1986 menentukan bahwa tidak semua sengketa
dapat digugat di Peradilan Tata Usaha Negara, Syarat obyektif, yaitu syarat yang menyangkut
melainkan hanya sengketa tata usaha Negara yang obyek yang disengketakan. Tadi sudah dikemuka-
memenuhi syarat saja yang bisa digugat di Peradilan kan ketentuan Pasal 1 angka 4. Dari ketentuan Pasal
Tata Usaha Negara. Syarat yang dimaksud terdiri 1 angka 4 tersebut dapat diketahui bahwa yang
dari dua hal, yaitu: dapat dijadikan obyek perkara di Peradilan Tata
Usaha Negara hanyalah Keputusan Tata Usaha
(1)Harus memenuhi syarat subyektif.
Negara saja. Maksud Keputusan Tata Usaha
Syarat Subyektif, yaitu syarat tentang para Negara di sini adalah seperti yang terumus dalam
pihak yang berperkara, artinya siapa dengan siapa ketentuan Pasal 1 angka 3 yang menyebutkan
dan bagaimana posisi masing-masing (siapa jadi bahwa: Keputusan Tata Usaha Negara adalah
apa). Untuk ini dapat dilihat beberapa ketentuan suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh
yang ada di dalam Pasal 1 angka 4 dan Pasal 1 Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang berisi
angka 3. Pasal 1 angka 4 menentukan bahwa: tindakan hukum Tata Usaha Negara yang
Sengketa tata usaha negara adalah sengketa yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
timbul dalam bidang Tata Usaha Negara antara berlaku, yang bersifat konkret, individual, dan fi-
orang atau badan hukum perdata dengan Badan nal, yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang
atau Pejabat Tata Usaha Negara, baik di pusat atau badan hukum perdata.
maupun di daerah, sebagai akibat dikeluarkannya
Ketentuan ini dapat dirinci sebagai berikut:
Keputusan Tata Usaha Negara, termasuk sengketa
bahwa yang dimaksud Keputusan Tata Usaha
kepegawaian berdasarkan peraturan perundang-
Negara adalah keputusan yang memenuhi unsur-
undangan yang berlaku. Dari ketentuan ini nampak
unsur sebagai berikut:
jelas bahwa para pihak yang dapat berperkara di
Peradilan Tata Usaha Negara hanyalah antara (a) penetapan tertulis;
Orang atau badan Hukum Perdata dengan Badan (b)dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata
atau Pejabat Tata Usaha Negara, dengan posisi Usaha Negara;
bahwa Orang atau Badan Hukum Perdata sebagai (c) termasuk dalam lingkup hukum tata usaha
Penggugat dan Badan atau Pejabat Tata Usaha negara;
Negara sebagai Tergugat.

300
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

(d)bersifat konkret, individual, dan final; Dalam kaitan ini Sedarmayanti mengemukakan 8
(e) menimbulkan akibat hukum (bagi orang atau indikasi dari Good Government, yaitu:
badan hukum perdata). (a)Participation, artinya bahwa setiap warga-
Maksud tertulis di sini tidak perlu selalu harus negara harus memiliki suara dalam
memenuhi persyaratan formalitas tertentu seperti pembuatan keputusan, baik secara langsung
layaknya Surat Keputusan (SK) pengangkatan maupun melalui intermediasi institusi yang
seseorang menjadi Pegawai Negeri, melainkan mewakili kepentingannya;
sembarang tulisan biasa dikategorikan sebagai (b)Rule of law. Negara hukum, artinya bahwa
penepatan tertulis asalkan: seluruh aktifitas negara harus selalu didasar-
(a) jelas siapa yang membuat; kan pada aturan hukum yang berlaku, demi
(b)jelas ditujukan kepada siapa; terwujudnya keadilan;
(c) jelas apa isinya; dan (c) Transparency (keterbukaan). Hal ini
dibangun atas dasar kebebasan arus infor-
(d)menimbulkan akibat hukum, sehingga oleh masi. Informasi harus dapat dipahami dan
karenanya maka nota dinas, surat sakti, dapat dipantau oleh warga masyarakat;
memo, katebelece pejabat sudah bisa di-
kategorikan sebagai penetapan tertulis, (d)Responsiveness. Artinya bahwa lembaga
asalkan memenuhi persyaratan tersebut. Ini dan proses harus mencoba untuk melayani
adalah merupakan perluasan pengertian setiap stakeholders. Tanggap dan cepat
tertulis yang dimaksudkan. merespon kebutuhan masyarakat khususnya
Stakeholders;
Bahkan masih diperluas lagi sampai pada
sikap diam Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara. (e) Consus orientation. Good Governance
Pasal 3 (1) menentukan bahwa:Apabila Badan menjadi perantara kepentingan yang
atau Pejabat Tata Usaha Negara tidak mengeluar- berbeda untuk memperoleh pilihan yang
kan keputusan, sedangkan hal itu menjadi kewaji- terbaik bagi kepentingan yang lebih luas, baik
bannya, maka hal tersebut disamakan dengan dalam hal kebijakan maupun prosedur;
Keputusan Tata Usaha Negara. Ayat (2) (f) Effectiveness and effiency. Proses dan
menentukan bahwa: Jika suatu Badan atau Pejabat lembaga menghasilkan sesuatu dengan apa
Tata Usaha Negara tidak mengeluarkan keputusan yang telah digariskan dengan menggunakan
yang dimohon, sedangkan jangka waktu sebagai- sumber yang tersedia sebaik mungkin;
mana ditentukan dalam peraturan perundang- (g)Accountability. Para pembuat keputusan
undangan dimaksud telah lewat, maka Badan atau dalam pemerintahan, sektor swasta dan
Pejabat Tata Usaha Negara tersebut dianggap telah masyarakat (civil sosiety) bertanggung
menolak mengeluarkan keputusan yang dimaksud. jawab kepada publik dan lembaga
Ayat (3) menentukan bahwa: Dalam hal peraturan stakeholeders. Akuntabilitas ini tergantung
perundang-undangan yang bersangkutan tidak pada organisasi dan sifat keputusan yang
menentukan jangka waktu sebagaimana dimaksud dibuat, apakah keputusan tersebut untuk
dalam ayat (2), maka setelah lewat jangka waktu kepentingan internal atau eksternal
empat bulan sejak diterimanya permohonan, Badan organisasi;
atau Pejabat Tata Usaha Negara yang bersangkutan (h)Strategic vision.Para pemimpin dan publik
dianggap telah mengeluarkan keputusan harus mempunyai prespektif Good Gover-
penolakan. nance dan pengembangan manusia yang luas
Ketentuan pasal 3 ini memberikan isyarat agar serta jauh ke depan sejalan dengan apa yang
Badan atau Pejabat tata Usaha Negara selalu diperlukan untuk pembangunan semacam ini
memperhatikan kebutuhan masyarakatnya. Hal ini Untuk dapat digugat di Peradilan Tata Usaha
sesuai dengan semangat untuk menciptakan Negara, suatu perkara itu harus memenuhi dua
kepemerintahan yang baik (Good Governance).
301
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

persyaratan (syarat subyek dan obyek) tersebut. (a) dalam waktu perang, keadaan bahaya,
Selain itu masih ada beberapa hal yang harus diper- keadaan bencana alam, atau keadaan luar
hatikan yaitu yang menyangkut pembatasannya. biasa yang membahayakan, berdasarkan
Artinya bahwa walaupun sudah ada dua persya- peraturan perundang-undangan yang berlaku;
ratan akan tetapi masih ada batasan kewenangan (b)dalam keadaan mendesak untuk kepentingan
Peradilan Tata Usaha Negara. Batasan tersebut umum berdasarkan peraturan perundang-
dimuat di dalam Pasal 2, Pasal 48 dan Pasal 49. undangan yang berlaku.
Pasal 2 menentukan bahwa:Tindak termasuk Selain itu masih ada lagi suatu sengketa Tata
dalam pengertian Keputusan Tata Usaha Negara Usaha Negara yang baru boleh diajukan ke
menurut Undang-Undang ini: Peradilan Tata Usaha Negara apabila upaya ad-
(a) Keputusan Tata Usaha Negara yang ministratif yang tersedia sudah selesai dijalankan.
merupakan perbuatan hukum perdata; Hal ini diatur di dalam ketentuan pasal 48, yang
(b)Keputusan Tata Usaha Negara yang menentukan bahwa:
merupakan pengaturan yang bersifat umum; (a) Dalam hal suatu Badan atau Pejabat Tata
(c) Keputusan Tata Usaha Negara yang masih Usaha Negara diberi wewenang oleh atau
memerlukan persetujuan; berdasarkan peraturan perundang-undangan
(d)Keputusan Tata Usaha Negara yang untuk menyelesaikan secara admnistratif
dikeluarkan berdasar ketentuan Kitab sengketa Tata Usaha Negara tertentu, maka
Undang-Undang Hukum Pidana atau Kitab sengketa tata Usaha Negara tersebut harus
Undang-undang Hukum Acara Pidana atau diselesaikan melalui upaya admnistratif yang
peraturan perundang-undangan lain yang tersedia;
bersifat hukum pidana; (b)Pengadilan baru berwenang memeriksa,
(e) Keputusan Tata Usaha Negara yang memutus, dan menyelesaikan sengketa Tata
dikeluarkan atas dasar hasil pemeriksaan Usaha Negara sebagaimana dimaksud dalam
badan peradilan berdasarkan ketentuan ayat (1) jika seluruh upaya administratif yang
peraturan perundang-undangan yang berlaku; bersangkutan telah digunakan.
(f) Keputusan Tata Usaha Negara mengenai d) Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 (LNRI
tata usaha Angkatan Bersenjata republik In- Tahun 2004 Nomor 35, TLNRI Nomor 4380)
donesia; tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor
(g) Keputusan Panitia Pemilihan, Baik di pusat 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha
maupun di daerah, mengenai hasil pemilihan Negara. Sesuai dengan judulnya, undang-unang ini
umum. pada intinya sama dengan Undang-Undang Nomor
Jadi untuk Keputusan Tata Usaha Negara 5 Tahun 1986, hanya ada beberapa perubahan.
seperti yang disebutkan pada pasal 2 di atas sama Perubahan yang menyangkut kompetensi
sekali tidak dapat dijadikan obyek sengketa di absolutnya disebutkan pada pasal-pasalnya sebagai
Peradilan Tata Usaha Negara. Selain itu masih ada berikut:Tidak termasuk dalam pengertian
lagi beberapa keputusan ata usaha negara yang Keputusan Tata Usaha Negara menurut Undang-
sama sekali tidak dapat digugat di Peradilan Tata Undang ini:
Usaha Negara, yaitu seperti yang disebutkan di (1)Keputusan Tata Usaha Negara yang merupakan
dalam pasal 49 nya yang menyebutkan bahwa: perbuatan hukum perdata;
Pengadilan tidak berwenang memeriksa, memutus, (2)Keputusan Tata Usaha Negara yang merupakan
dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara pengaturan yang bersifat umum;
tertentu dalam hal keputusan yang disengketakan
(3)Keputusan Tata Usaha Negara yang masih
itu dikeluarkan:
memerlukan persetujuan;

302
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

(4)Keputusan Tata Usaha Negara yang dikeluar- dimaksud dalam Pasal 10 yang diatur dengan
kan berdasar ketentuan Kitab Undang-Undang undang-undang. Penjelasan pasal 15 ayat (1)
Hukum Pidana atau Kitab Undang-undang menyebutkan bahwa: Yang dimaksud dengan
Hukum Acara Pidana atau peraturanperundang- pengadilan khusus dalam ketentuan ini antara lain
undangan lain yang bersifat hukum pidana; adalah pengadilan anak, pengadilan niaga,
(5)Keputusan Tata Usaha Negara yang pengadilan hak asasi manusia, pengadilan tindak
dikeluarkan atas dasar hasil pemeriksaan badan pidana korupsi, pengadilan hubungan industrial yang
peradilan berdasarkan ketentuan peraturan berada di lingkungan peradilan umum, dan
perundang-undangan yang berlaku; pengadilan pajak di lingkungan peradilan tata usaha
(6)Keputusan Tata Usaha Negara mengenai tata negara. Inilah antara lain kaitan Undang-undang
usaha Tentara Nasional Indonesia; Nomor 4 tahun 2004 dengan Undang-undang
Nomor 9 Tahun 2004.
(7)Keputusan Komisi Pemilihan Umum baik di
pusat maupun di daerah, mengenai hasil f) Undang-undang Nomor 5 tahun 2004 tentang
pemilihan umum. Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun
1985 tentang Mahkamah Agung RI (LNRI Tahun
e) Undang-undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang 2004 Nomor 9, TLNRI Nomor 4359). Di dalam
Kekuasaan Kehakiman (LNRI 2004, Nomor 8). undang-undang ini ada satu ketentuan yang sangat
Di dalam pasal 10 ayat (1), disebutkan bahwa: menarik, yaitu Pasal 45 yang menyebutkan bahwa:
Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah
Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada (1)Mahkamah Agung dalam tingkat kasasi
di bawahnya, dan oleh sebuah Mahkamah mengadili perkara yang memenuhi syarat untuk
Konstitusi. Ayat (2) menyatakan bahwa: Badan diajukan kasasi, kecuali perkara yang oleh
peradilan yang berada di bawah Mahkamah Agung Undang-Undang ini dibatasi pengajuannya;
meliputi badan peradilan dalam lingkungan peradilan (2)Perkara yang dikecualikan sebagaimana
umum, peradilan agama, peradilan militer, dan dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
peradilan tata usaha negara. Ketentuan pasal ini (a) Putusan tentang praperadilan;
memberikan dasar hukum tentang keberadaan (b)Perkara pidana yang diancam dengan pidana
Peradilan Tata Usaha Negara di dalam negara penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau
hukum Indonesia, termasuk juga memperkuat atau diancam denda;
menegaskan tentang keberadaan Pengadilan Pajak (c) Perkara tata usaha negara yang obyek
sebagai pengadilan khusus di lingkungan Peradilan gugatannya berupa keputusan pejabat
Tata Usaha Negara. Undang-undang Nomor 9 daerah yang jangkauan keputusannya ber-
Tahun 2004 Pasal 9A menyebutkan bahwa:Di laku di wilayah daerah yang bersangkutan.
lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara dapat
diadakan pengkhususan yang diatur dengan undang- Ketentuan ini membatasi hak seseorang untuk
undang. Yang dimaksud pengkhususan disini mengajukan upaya hukum yang namanya kasasi,
adalah spesialisasi di lingkungan peradilan tata usaha karena tidak semua perkara dapat dimintakan
negara. Disebutkan di dalam penjelasan pasal 9A kasasi. Ketentuan ini adalah salah satu produk
bahwa:Yang dimaksud dengan pengkhususan hukum era reformasi, yaitu suatu era supremasi
adalah deferensiasi atau spesialisasi di lingkungan hukum, era demokrasi, era keterbukaan, dan era
peradilan tata usaha negara misalnya pengadilan pemberdayaan masyarakat.
pajak. Ketentuan pasal 9A Undang-undang Nomor 2. Analisa Faktor-Faktor yang dapat
9 tahun 2004 yang demikian ini dipertegas lagi di Mempengaruhi Keberadaan Peradilan Tata
dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004. Usaha Negara
Disebutkan di dalam pasal 15 ayat (1) bahwa:
Berbicara tentang faktor-faktor yang dapat
Pengadilan khusus hanya dapat dibentuk dalam
mempengaruhi keberadaan Peradilan Tata Usaha
salah satu lingkungan peradilan sebagaimana
Negara adalah merupakan suatu hal yang menarik.
303
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

Betapa tidak, karena memang keberadaan suatu dilakukan oleh lembaga penerap hukum atau petugas
institusi atau lembaga seperti Peradilan Tata Usaha hukum. Betapapun baiknya suatu peraturan
Negara ini tidak bisa lepas dari pengaruh beberapa perundang-undangan belum tentu baik pula dalam
hal yang berkaitan dengannya. Lebih-lebih lagi penerapannya, karena menyangkut faktor manusia
Peradilan Tata Usaha Negara adalah merupakan salah pelaksananya. Oleh karena itu penerapan suatu
satu pelaksana kekuasaan kehakiman di negara Indo- peraturan perundang-undangan juga dapat dipengaruhi
nesia. Peradilan Tata Usaha Negara adalah merupakan oleh faktor manusia sebagai penerap atau pelaksana
suatu badan peradilan yang notabene merupakan hukumnya. Demikian puila halnya dengan Undang-
lembaga hukum. Sebagai lembaga hukum keberadaan Undang Nomor 5 tahun 1986 jo Undang-Undang
Peradilan Tata Usaha Negara dapat dipengaruhi oleh Nomor 9 tahun 2004 yang mengatur tentang Peradilan
beberapa hal: Tata Usaha Negara.
Pertama, peraturan perundang-undangan. Ketiga, masyarakat (rakyat pencari keadilan),
Seperti yang telah diuraikan di muka maka keberadaan Selain faktor peraturan perundang-undangan dan faktor
Peradilan Tata Usaha Negara Dalam Negara Hukum pelaksananya, ada faktor lain yang dapat mem-
Indonesia, harus didasarkan pada peraturan pengaruhi keberadaan Peradilan Tata Usaha Negara
perundang-undangan, mulai dari UUD 1945 (sebelum dalam Negara Hukum Indonesia. Faktor ini adalah
dan sesudah amandemen), dan beberapa undang- faktor masyarakat atau rakyat pencari keadilan sendiri.
undang organik atau undang-undang pelaksananya Faktor ini juga dapat mempengaruhi keberadaan
seperti Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986, Peradilan Tata Usaha Negara. Jika disimak informasi
Undang-undang Nomor 9 Tahun 2004 dan beberapa atau pemberitaan yang ada selama ini, baik melalui
peraturan perundang-undangan lainnya. Mengingat media koran, majalah, media elektronik dan lain-
karena keberadaan Peradilan Tata Usaha Negara itu lainnya, dapat diketahui adanya upaya yang dilakukan
didasarkan pada beberapa peraturan perundang- oleh pencari keadilan untuk memenangkan perkara-
undangan, maka jelas peraturan perundang-undangan nya. Hal ini sebenarnya adalah merupakan hal yang
tersebut adalah merupakan salahsatu faktor yang dapat wajar, karena setiap orang yang berperkara pada
mempengaruhi keberadaan Peradilan Tata Usaha umumnya ingin menang. Akan tetapi akan menjadi tidak
Negara dalam negara hukum Indonesia. Dengan kata wajar bahkan mungkin bertentangan dengan hukum
lain dapat dikatakan bahwa keberadaan Peradilan Tata jika untuk menang tersebut dilakukan dengan cara-
Usaha Negara ditentukan oleh beberapa peraturan cara yang bertentangan dengan hukum misalnya
perundang-undangan. Justru peraturan perundang- dengan cara suap. Selain itu faktor pendidkkan dan
undangan tersebut yang melahirkan Peradilan Tata pemahaman masyarakat terhadap hukum juga dapat
Usaha Negara. Apa, mengapa dan bagaimananya mempengaruhi keberadaan Peradilan Tata Usaha
Peradilan Tata Usaha Negara diatur di dalam peraturan Negara. Misalnya masih ada yang belum mengerti
perundangundangan yang berlaku. Peraturan tentang perkara-perkara apa saja yang dapat digugat
perundang-undangan inilah yang harus dijadikan dasar di Peradilan Tata Usaha Negara, dan bagaimana cara
hukum keberadaan Peradilan Tata Usaha Negara. menggugatnya. Kondisi seperti ini dapat mempengaruhi
Kedua, Petugas atau pelaksana Peraturan keberadaan Peradilan Tata Usaha Negara.
perundang-undangan pada hakekatnya adalah
kumpulan dari norma tentang apa yang seharusnya C. KESIMPULAN
dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan serta 1. Keberadaan Peradilan Tata Usaha Negara dalam
ancaman sanksi bagi si pelanggarnya. Peraturan negara hukum Indonesia sebenarnya telah lama
perundang-undangan tidak lebih dari kumpulan apa- adanya, bahkan sudah dimulai sejak zaman penja-
apa yang seharusnya dilakukan (das sollen) yang jahan Belanda dan Jepang. Keberadaan ini
kadang-kadang belum atau tidak cocok dengan dimaksudkan untuk memberikan perlindungan
kenyataan (das sein) nya. Sebagai kumpulan norma, hukum kepada pencari keadilan, selain itu juga
maka peraturan perundang-undangan perlu penerapan mengontrol tindakan Badan atau Pejabat Tata
agar bisa berlaku di dalam masyarakat. Penerapan ini Usaha Negara. Di samping itu berwenangan dalam

304
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

pembatasan-pembatasannya yang tidak semua M.Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, 1985., Pengantar
sengketa tata usaha negara dapat digugat di Hukum Tata Negara Indonesia, Pusat Studi
Peradilan Tata Usaha Negara, hanya sengketa tata HTN UI, Sinar bakti, Jakarta.
usaha negara yang memnuhi syarat tertentu saja Moh.Kusnardi dan Bintan R.Saragih, 1978, Susunan
yang bisa digugat di Peradilan Tata Usaha Negara Pembagian Kekuasaan Menurut Sistem
serta tidak semua sengketa dapat dimintakan Undang-Undang dasar 1945, Gramedia,
kasasi, seperti yang telah ditentukan dalam Pasal Jakarta.
45A Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004;
2. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberada- Paulus Effendi Lotulung, 1986., Beberapa Sistem
an Peradilan Tata Usaha Negara dalam negara Kontrol Segi Hukum Terhadap Pemerintah,
hukum Indonesia adalah: peraturan perundang- Bhuana Pancakarsa, Jakarta.
undangan, pelaksana dan masyarakat atau rakyat Philipus M.Hadjon, 1987., Perlindungan Hukum
pencari keadilan. Terhadap Rakyat, Bina Ilmu, Surabaya.
Sjachran Basah, 1985., Eksistensi Dan Tolok Ukur
Badan Peradilan Administrasi Di Indonesia
DAFTAR PUSTAKA Alumni, Bandung.
Sudargo Gautama, 1975, Pengertian tentang
Arief Sidharta, Nopember 2004., Kajian Negara Hukum, Alumni Bandung.
Kefilsafatan tentang Negara Hukum, Jurnal Satjipto Rahardjo, 2006., Ilmu Hukum, Cet. VI.,
Hukum Jentera, Edisi ke 3-Tahun II,, jakarta Citra Aditya Bakti, Bandung.
PSHK.
Sedarmayanti,2003, Peraturan perundang-undangan:
Jimly Asshiddiqie, 2011., Hukum Tata Negara dan Good Governance (Kepemerintahan yang
Pilar-Pilar Demokrasi, Sinar Garafika, baik) Dalam rangka Otonomi daerah, Upaya
Jakarta. Membangun Organisasi Efektif dan Efisien
Miriam Budiardjo, 1977., Dasar-Dasar Ilmu Politik, melalui Restrukturisasi dan Pemberdayaan,
Gramedia, Jakarta, Mandar Maju, Bandung.
M.Tahir Azhary, 2003., Negara Hukum: Suatu Studi
tentang Prinsip-Prinsipnya dilihat darisegi
Hukum Islam, Implementasinya pada
Periode Negara Madinah dan Masa kini,
Kencana, Jakarta.

305
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

SOCIO-ECONOMIC CONDITIONS AND CULTURAL COMMUNITIES


AROUND THE AREA PT. MAHAKARYA PERDANA GEMILANG
IN THE DISTRICT KUTAI KARTANEGARA
OF PROVINCE EAST KALIMANTAN

Warman
Program Studi PPKnFKIP Universitas Mulawarman

ABSTRACT

Plans for utilization of timber in plantations covering 30,454 ha by PT. Mahakarya Perdana
Gemilang in Kutai regency of East Kalimantan province besides a positive impact also negatively
impact the socio-economic and cultural conditions of the surrounding community. The survey
results revealed that the average household income per capita per year is good enough or are not
classified as poor. Besides As with farmers, civil servants and employees of the company, they also
have side jobs such as working as a builder, selling groceries and fishing. Land area in controlled
an average of 2 hectares per household obtained from parental inheritance, opening the forest
itself, and some who do not own land, because they even have a family as head of the family, but
they still ride in the elderly. The type and non-formal economic activity in general is quite varied,
such as shops, kiosks groceries, cooperatives, coffee shops, and lodging. Economic infrastructure
is sufficient.
Applicable customs are tribal Kutai and Dayak tribes. The role of traditional leaders is dominant
in resolving issues related to customary law. The things that a ban has been arranged with the
council, for example, prohibited liquor, intimate relationships before marriage. Social conflicts
are rare, and the source of the cause of young people is a problem and can be solved by way of
deliberation / familiarity. The process of assimilation has occurred between them. Social institutions
and functioning properly include RT, Institute of Traditional, village councils, and religious
institutions. Peoples perception of the business plan on the utilization of timber plantations by
PT. Mahakarya Perdana Gemilang very positive. People consider that the presence of PT.
Mahakarya Perdana Gemilang will benefit them.

Keywords: Socioeconomic; Social Culture.

A. PENDAHULUAN Hutan produksi di Indonesia merupakan karunia


Lahirnya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 Tuhan Yang Maha Esa yang perlu dimanfaatkan secara
tentang Pemerintahan Daerah telah memberikan arif, dengan memperhatikan kelestarian fungsi dan
kewenangan kepada daerah untuk mengelola sumber keseimbangan lingkungan hidup untuk kemakmuran
daya nasional yang tersedia di wilayahnya dan rakyat di masa kini dan di masa mendatang.
bertanggung jawab memelihara kelestarian lingkungan PT. Mahakarya Perdana Gemilang adalah sebuah
sesuai dengan peraturan perundang-undangan (Pasal perusahaan swasta nasional yang berkedudukan di
10 ayat 1 Undang-Undang Otonomi Daerah 1999). Jakarta dan bergerak di bidang pertanian, perkebunan,

306
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

kehutanan dan industri pengolahan hasil-hasilnya Komponen sosial ekonomi yang diteliti meliputi:
berminat mengusahakan hutan tanaman di wilayah (1) ekonomi rumah tangga, yang mencakup tingkat
Propinsi Kalimantan Timur. Dengan didorong komit- pendapatan dan pola nafkah ganda, (2) ekonomi
men, kemampuan manajerial dan investasi PT. sumberdaya alam, meliputi: pola pemilikan dan
Mahakarya Perdana Gemilang mengajukan permo- penguasaan lahan, pola penggunaan lahan, dan nilai
honan areal kerja IUPHHK-HTI yang terletak di lahan, (3) perekonomian lokal dan regional, meliputi:
Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan penyerapan tenaga kerja, jenis dan jumlah aktivitas
Timur termasuk dalam Kelompok Hutan Sungai ekonomi non formal, fasilitas umum dan fasilitas sosial,
Belayan, seluas 30.454 Ha. Berdasarkan Peta serta aksesbilitas wilayah. Sedangkan komponen sosial
Lampiran SK. Menhutbun No. 79/Kpts-11/2001 budaya meliputi: (1) adat isti adat dan nilai budaya,
tanggal 15 Maret 2001 (Peta Kawasan Hutan dan (2) proses/interaksi sosial, (3) pranata social/kelemba-
Perairan Provinsi Kalimantan Timur), lokasi areal gaan masyarakat, (4) persepsi dan sikap masyarakat
tersebut merupakan Kawasan Budidaya Kehutanan terhadap rencana kegiatan.
dengan fungsi hutan Hutan Produksi Tetap (HP) seluas Selain data sekunder, data primer diperoleh
29.023 Ha dan Hutan Produksi Terbatas (HPT) melalui survai sampel/wawancara dengan responden
seluas 1.431 Ha. sebanyak 10% dari jumlah kepala keluarga yang
Tujuan dari kegiatan UPHHK-HTI PT. ditetapkan berdasarkan strata yang ada pada masing-
Mahakarya Perdana Gemilang adalah untuk masing desa yang diprakirakan akan mendapatkan
menghasilkan kayu dalam kuantitas dan kualitas yang dampak negatif maupun dampak positif dari proyek.
memadai secara terus menerus, sebagai bahan baku Data yang terkumpul dianalisis dengan metode
industri, dan diharapkan bermanfaat untuk pengem- deskriptif kualitatif. Sedangkan data sosial ekonomi
bangan masyarakat (community development) di untuk tingkat pendapatan ditabulasikan dan dianalisis
sekitar proyek melalui program Pengembangan dengan rumus sebagai berikut:
Masyarakat Desa Hutan (PMDH), serta terbukanya
kesempatan atau lapangan kerja baru. Tetapi rencana 1. Tingkat Pendapatan
kegiatan tersebut selain berdampak positif, diper- a. Tingkat pendapatan sebagai salah satu indikator
kirakan juga akan menimbulkan dampak negative ekonomi rumah-tangga dianalisis dari sisi
terhadap komponen lingkungan hidup di sekitarnya, penerimaan:
yakni: komponen fisik-kimia, biologi, social ekonomi,
budaya, dan kesehatan masyarakat. I = TR...1)
Berdasarkan UU Nomor 23 Tahun 1997 telah Keterangan:
ditetapkan bahwa dampak negatif dari suatu proyek I = Pendapatan (Income)
yang direncanakan harus diminimasi sekecil mungkin, TR = Total penerimaan (Total Revenue)
agar kegiatan pembangunan tersebut dapat dilaksa-
nakan secara berkesinambungan dan kualitas b. Tingkat pendapatan sebagai salah satu indikator
lingkungan hidup di sekitar proyek yang direncanakan ekonomi rumah-tangga dianalisis dari sisi
tidak menurun. pengeluaran:
I = c i + s...2)
B. METODE PENELITIAN
Data yang dikumpulkan adalah data primer dan Keterangan:
data sekunder. Data primer diperoleh dari informan, I = Pendapatan (income)
yaitu kepala desa, tokoh agama, ketua RT, pemuka c = Konsumsi (consumption)
adat, dan aparat pemerintah yang terkait. Sedangkan i = Investasi (investment)
data sekunder diperoleh dari pihak pemrakarsa dan
s = Tabungan (saving)
instansi-instansi lain yang terkait seperti Dinas
Kehutanan, Bappeda, Badan Pusat Statistik, Kantor
Kecamatan dan Kantor Kepala Desa di wilayah studi.

307
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

2. Rata-rata Pendapatan/Pendapatan perkapita pemrakarsa, guna meminimasi dampak negatif yang


(Y) diakibatkan kegiatan proyek.

C. HASIL PENELITIAN DAN


PEMBAHASAN
Keterangan: 1. Kondisi Sosial Ekonomi
Y = Total pendapatan a. Ekonomi rumah tangga
A = Jumlah tanggungan keluarga Pendapatan per kapita penduduk merupakan
indikator penting tingkat kesejahteraan suatu
Untuk meminimasi dampak negatif tersebut perlu masyarakat. Untuk itu, dalam rangka mendapatkan
dilakukan studi dengan tujuan: (1) mendapatkan data data lapangan yang mendekati kebenaran, maka
aktual tentang kondisi sosial ekonomi dan budaya dilakukan pendekatan pengeluaran yang justru lebih
masyarakat, (2) memperoleh gambaran tentang akurat. Karena pada kenyataan di lapangan banyak
dinamika sosial ekonomi masyarakat dan (3) untuk responden yang tidak dapat mengungkapkan dengan
mencoba menangkap aspirasi yang berkembang di benar tingkat pendapatannya.
masyarakat berkaitan dengan rencana kegiatan guna
Rata-rata pendapatan per kapita masyarakat di
mengelola kemungkinan timbulnya dampak. Dari hasil
wilayah studi disajikan pada Tabel 1.
penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat
bagi pemerintah daerah setempat dan pihak
Tabel 1. Rata-rata Pendapatan Penduduk Per-Rumah Tangga/ Bulan
di Wilayah Studi (Berdasarkan Jawaban Responden 2012)

Sumber: Data Primer, 2012

Pada level ekonomi rumah tangga berdasarkan data level ekonomi rumah tangga, secara umum penduduk
hasil survei sampel dapat diketahui bahwa tingkat di wilayah studi pada tahun 2012 tidak tergolong miskin.
pendapatan rumah tangga di wilayah studi berkisar antara Pada level ekonomi rumah tangga berdasarkan data
Rp. 1.000.000,00 sampai Rp. 7.500.000,00 per rumah hasil survei sampel dapat diketahui bahwa tingkat
tangga per bulan, dengan rata-rata tingkat pendapatan pendapatan rumah tangga di wilayah studi berkisar antara
per bulan/rumah-tangga dilihat dari sisi pengeluaran Rp. 1.000.000,00 sampai Rp. 7.500.000,00 per rumah
adalah Rp. 2.286.566.6 atau Rp. 7.225.849.99/ kapita/ tangga per bulan, dengan rata-rata tingkat pendapatan
tahun, dengan jumlah jiwa rata-rata 4 orang per rumah per bulan/rumah-tangga dilihat dari sisi pengeluaran
tangga. Dengan asumsi bahwa harga beras di wilayah adalah Rp. 2.286.566.6 atau Rp. 7.225.849.99/ kapita/
studi sebesar Rp. 10.000,- per kg, maka pendapatan tahun, dengan jumlah jiwa rata-rata 4 orang per rumah
tersebut setara dengan 722,58 kg beras per kapita per tangga. Dengan asumsi bahwa harga beras di wilayah
tahun. Berdasarkan kriteria Sayogyo (1977), studi sebesar Rp. 10.000,- per kg, maka pendapatan
pendapatan ini berada di atas garis kemiskinan, karena tersebut setara dengan 722,58 kg beras per kapita per
masih di atas 320 kg per kapita per tahun. Artinya, untuk tahun. Berdasarkan kriteria Sayogyo (1977),
pendapatan ini berada di atas garis kemiskinan, karena

308
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

masih di atas 320 kg per kapita per tahun. Artinya, untuk Data mengenai nilai lahan di wilayah studi sifatnya
level ekonomi rumah tangga, secara umum penduduk sangat kualitatif, karena data kuantitatif (nilai moneter)
di wilayah studi pada tahun 2012 tidak tergolong miskin. sulit didapat, mengingat tanah di wilayah studi sampai
Mengenai pola nafkah ganda, penduduk Desa saat ini (saat dilakukan survei) belum pernah dijual-
Klekat pada umumnya selain mengandalkan pada belikan (belum ada pasarnya). Namun secara sosial,
sumber pendapatan dari hasil pertanian, PNS dan tanah di wilayah studi sangat bernilai bagi masyarakat,
karyawan perusahaan, mereka juga memiliki sumber mengingat sebagian besar penduduk di wilayah studi
pendapatan lain seperti bekerja sebagai tukang bermatapencaharian sebagai peladang berpindah yang
bangunan, jualan sembako dan bekerja sampingan memerlukan banyak tanah, sehingga hidup mereka
sebagai nelayan. Demikian juga penduduk di desa sangat tergantung pada tanah.
lainnya (Long Beleh Haloq, Long Beleh Modang,
c. Perekonomian lokal dan regional
penduduk Desa Muai, dan penduduk Desa Gunung Sari)
juga memiliki sumber pendapatan lain seperti bekerja Parameter perekonomian lokal dan regional
sebagai tukang bangunan, jualan sembako dan bekerja meliputi penyerapan tenaga kerja, jenis dan jumlah
sampingan sebagai nelayan. aktivitas ekonomi non formal, fasilitas umum dan fasilitas
sosial serta aksesbilitas wilayah.
b. Ekonomi sumberdaya alam
d. Penyerapan Tenaga Kerja
Pola kepemilikan lahan masyarakat didasarkan atas
pengakuan kerabat dan anggota masyarakat Desa yang Dampak kehadiran suatu perusahaan, diharapkan
ada dan belum atas dasar bukti sertifikat atau surat- salah satunya dapat mengurangi pengangguran dengan
surat tanah yang sah. Namun demikian, hampir menarik tenaga kerja masyarakat lokal di daearh
dipastikan bahwa batas-batas lahan masyarakat adalah tersebut. Dari informasi yang terkumpul tergambar
akurat dan umumnya Kepala Adat serta Kepala Desa jumlah tenaga kerja yang akan terserap di PT.
mengetahui keberadaan lahan masyarakat ini. Hal ini MAHAKARYA PERDANA GEMILANG, yaitu
terjadi karena waktu pembukaan dan pengerjaan lahan, berjumlah 360 orang dengan kualifikasi Sarjana dan
anggota kerabat dan masyarakat umumnya dilibatkan Diploma (D3) berjumlah 166 orang (46%) dan untuk
secara bergotong-royong. Kepemilikan lahan ini sifatnya kualifikasi SMA, SMP,SD, dan Tidak punya Ijazah
banyak yang sudah turun temurun yang diwariskan dari sebanyak 194 orang (54%).
nenek moyang mereka. Pembukaan lahan baru hanya Untuk memenuhi jumlah tenaga kerja yang
dilakukan apabila lahan warisan tidak mencukupi lagi diinginkan maka dilakukan penerimaan dengan prioritas
untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Umumnya tenaga kerja lokal, terutama non skill. Hal ini menun-
pembukaan lahan baru adalah atas pengetahuan dari jukkan keberadaan PT. MAHAKARYA PERDANA
Kepala Adat atau Kepala Desa. GEMILANG telah memberikan dampak positif pada
Sumberdaya alam yang sangat penting dan bernilai masalah tenaga kerja daerah, yang dengan sendirinya
bagi penduduk adalah lahan, karena sebagian besar untuk tahap operasional akan lebih banyak lagi tenaga
penduduk menggantungkan hidupnya dari lahan, yaitu kerja yang terserap dan ini akan membantu perkem-
sebagai lahan pertanian dan perkebunan. Lahan-lahan bangan ekonomi daerah.
tersebut umumnya belum/tidak memiliki surat (sertifikat). e. Jenis dan jumlah aktivitas ekonomi non formal
Lahan untuk berladang maupun untuk tempat tinggal
Jenis dan jumlah aktivitas ekonomi non formal yang
(rumah dan pekarangan) umumnya mereka kuasai
terdapat di wilayah studi sampai saat ini (saat survei
melalui/dengan cara membuka hutan. Dalam batas-batas
dilakukan) pada umumnya sudah cukup bervariasi,
wilayah Desa, lahan umumnya dikuasai oleh penduduk
seperti Toko, Kios sembako, Koperasi, Warung kopi,
Desa setempat. Namun ladang mereka ada juga yang
dan Penginapan.
jaraknya relatif jauh dari Desa, mengingat mereka
umumnya melakukan perladangan dengan sistem Mengenai jenis dan jumlah aktivitas ekonomi non
berpindah-pindah (rotasi), sehingga memerlukan lahan formal di wilayah studi disajikan pada Tabel 2 berikut:
yang cukup luas, dan jauh dari Desa.

309
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

Tabel 2. Jenis dan Jumlah Aktivitas Ekonomi Non Formal Di Wilayah Studi.

Sumber: Kecamatan Kembang Janggut Dalam Angka, 2011


Kecamatan Tabang Dalam Angka, 2011
Informasi Perangkat Desa Masing-masing di Wilayah Studi, 2012

f. Fasilitas umum dan fasilitas sosial kematian, kesenian adat, dan yang berhubungan dengan
Mengenai fasilitas umum dan fasilitas sosial di masalah lahan .
wilayah studi sudah cukup memadai, oleh karena itu Mengenai hukum adat masih tetap dipertahankan
dengan tersedianya sarana dan prasarana tersebut dan bagi mereka yang melanggar akan dikenakan
menjadi salah satu faktor pendukung tingginya mobilitas denda adat sesuai dengan tingkat pelanggaran yang
sosial. Berdasarkan hasil survey sampel tergambar dilakukan oleh masyarakat setempat maupun masya-
bahwa prasarana perekonomian yang ada di wilayah rakat Desa tetangga. Tata nilai atau kebiasaan-
studi pada umumnya selain menggunakan mobil dan kebiasaan yang berlaku, sebelumnya telah diatur dalam
sepeda motor sebagai sarana transportasi darat, keputusan Dewan adat.
mereka juga menggunakan perahu motor sebagai Pengobatan tradisional (Belian) sudah jarang
sarana transportasi sungai. Hal ini seiring dengan dilakukan karena dianggap bertentangan dengan nilai-
adanya fasilitas jalan darat yang cukup bagus sehingga nilai ajaran agama yang mereka anut. Mengenai hal-
memungkinkan penduduk untuk menggunakan sarana hal yang merupakan larangan telah diatur bersama oleh
transportasi tersebut. dewan adat, dilarang keras minuman keras, pergaulan
intim sebelum menikah.
g. Aksesbilitas Wilayah
Perubahan sosial terutama berkenaan dengan
Jalur transportasi yang dimanfaatkan oleh gaya hidup masyarakat terlihat cukup deras disebab-
masyarakat di Desa-Desa wilayah studi selain menggu- kan arus informasi dan transportasi yang masuk ke
nakan sarana transportasi air, juga menggunakan daerah ini. Perubahan-perubahan tersebut termasuk
sarana transportasi darat baik yang menghubungkan pola perilaku dan gaya hidup, seperti cara berpakaian
antara Desa yang satu dengan Desa lainnya. Untuk para kaum muda, cara-cara bermusyawarah,
mencapai Ibu Kota Kabupaten pada setiap Desa perubahan pola pikir warga masyarakat. Kontrol social
dapat ditempuh dengan menggunakan transportasi air atas perilaku masyarakat dalam hal hubungan social
dan darat dengan jarak waktu tempuh dari Desa-Desa budaya dan kekeluargaan/kekerabatan dirasakan
wilayah studi ke Kota Kabupaten relatif tergolong masih sangat kuat melalui nilai-nilai/norma hukum adat.
cepat karena dapat dilakukan setiap saat.
Di samping itu terdapat pula hal-hal yang dianggap
2. Kondisi Sosial Budaya tabu untuk dilakukan masyarakat seperti menebang
a. Adat-istiadat dan budaya pohon benggeris, bengkirai, yang sebenarnya juga
mempunyai nilai ekologis dan ekonomis.
Adat istiadat yang berlaku di Desa sekitar wilayah
studi adalah adat suku Kutai dan Dayak. Dalam hal b. Proses/interaksi sosial
kehidupan bermasyarakat peran tokoh adat cukup Salah satu indikator proses atau interaksi sosial
dominan dalam menyelesaikan masalah yang yang ditelaah dalam penelitian ini adalah kerjasama
berkenaan dengan hukum adat, dimana masyarakat antar warga masyarakat. Berdasarkan survesi sampel
setempat masih cukup menjunjung tinggi nilai adat yang diketahui bahwa pada umumnya masyarakat cukup
diterapkan terutama dalam hal kegiatan: perkawinan, terbuka untuk bekerjasama dengan berbagai pihak

310
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

meskipun terdapat perbedaan suku ataupun agama. responden, sementara faktor persamaan suku dan
Hal itu menunjukkan keadaan iklim sosial yang cukup pekerjaan kurang menentukan dalam proses asimilasi
baik. di daerah penelitian pada umumnya.
Proses interaksi/kerjasama di daerah penelitian
c. Kelembagaan sosial
tergambar dari bentuk-bentuk gotong-royong yang
hidup dan berkembang di masyarakat. Dari hasil survei Pranata sosial ini meliputi kelembagaan bi dang
sampel diketahui bahwa kegiatan gotong-royong ekonomi, pendidikan, agama, sosial kemasyarakatan,
penduduk desa masih baik, terutama kegiatan gotong lembaga Desa, dan lembaga adat.
royong yang menyangkut kepentingan umum, Secara administratif lembaga formal yang ber-
kepentingan kelompok maupun kepentingan pribadi. peran di pedesaan adalah RT (Rukun Tetangga) dan
Kerjasama untuk kepentingan umum adalah gotong- Kepala Desa. Lembaga lain yang berperan di Desa
royong untuk memelihara kebersihan, ketertiban dan adalah Badan Perwkilan Desa (BPK) yang mempunyai
keamanan desa. Adapun kerjasama yang menyangkut fungsi strategis untuk menangkap dan mengungkapkan
kepentingan kelompok ataupun pribadi, misalnya aspirasi, sebagai bentuk demokratisasi di perdesaan.
terjadi dalam mencari nafkah dan kegiatan keagamaan. Lembaga ini selain berperan sebagai badan peren-
Kerjasama juga terjadi antara warga setempat dengan canaan di Desa juga berusaha menggalang dan
pihak lain/pihak luar, misalnya perusahaan yang meningkatkan kegiatan gotong-royong masyarakat di
beroperasi di daerah ini. Kerjasama dilakukan tanpa Desa.
melihat perbedaan etnis maupun agama. Motivasi yang Sedangkan kelembagaan pemuda yang ada dan
mendasari kerjasama itu di samping alasan ekonomi berfungsi adalah Karang Taruna dan perkumpulan olah
adalah motivasi keagamaan dan motivasi ke daerahan. raga yang merupakan wadah kaum muda untuk
Indikator lainnya dari proses/interaksi sosial yang berkreatif dan berorganisasi. Adapun lembaga-
dikaji adalah konflik sosial. Mengenai potensi konflik lembaga social religius lainnya seperti kelompok
dalam kehidupan masyarakat di wilayah studi memang pengajian bagi yang beragama Islam dan kebaktian
ditemukan pilihan reponden yang menyatakan kadang- bagi yang beragama Katholik telah berkembang cukup
kadang muncul konflik. Namun konflik tersebut dapat baik.
diselesaikan dengan musyawarah/kekeluargaan.
d. Persepsi dan sikap masyarakat terhadap
Adapun sumber konflik yang muncul adalah masalah
rencana kegiatan PT. MAHAKARYA PERDANA
lahan, salah paham, kecemburuan social, nilai budaya
GEMILANG
luar, minuman keras, dan hubungan muda-mudi.
Sebagian besar responden (67.37%) telah
Proses sosial antara warga masyarakat dengan
mengetahui keberadaan PT. Mahakarya Perdana
pihak perusahaan selama ini (pada saat dilakukan
Gemilang. Mereka mengaku mengetahuinya dari pihak
survei) berlangsung kurang kondusif. Faktor penyebab-
perusahaan melalui sosialisasi. Sedangkan sebagian
nya menurut masyarakat antara lain adalah masalah
lainnya (32.63%) menyatakan belum tahu tentang
lahan, pencemaran limbah, polusi udara, dan pe-
keberadaan PT. Mahakarya Perdana Gemilang.
langgaran terhadap kesepakatan bersama. Solusinya,
Meskipun mereka menyatakan belum mengetahui
pada saat survei dilakukan masih belum ada titik temu.
tentang keberadaan PT. Mahakarya Perdana
Proses sosial yang lebih jauh dalam kehidupan Gemilang, namun ketika ditanya tentang sikapnya
bermasyarakat ditandai dengan adanya asimilasi. Di terhadap rencana kegiatan tersebut pada umumnya
lokasi wilayah studi juga telah terjadi asimilasi antara (86.32%) menyatakan setuju, 12.63% responden
lain melalui perkawinan antar suku yang telah lama tidak ada pendapat dan ragu-ragu, dan hanya
menetap di daerah itu. Mengenai latar belakang yang 1.05% responden yang menyatakan tidak setuju.
mendasari terjadinya proses asimilisi pada umumnya
Harapan responden akan hadirnya perusahaan
adalah bahwa faktor agama, prilaku dan saling
tergambar bahwa perusahaan akan menguntungkan
mencintai sangat dominan yang mewarnai pendapat
dalam hal membantu pemerintah dan kontribusi

311
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

pembangunan daerah, kemudian disusul dapat mem- selain menggunakan mobil dan sepeda motor
buka peluang kerja, kesempatan berusaha dan sebagai sarana transportasi darat, mereka juga
meningkatkan pendapatan masyarakat. Selain itu menggunakan perahu motor sebagai sarana trans-
berharap agar perusahaan memberikan bantuan di portasi sungai. Untuk mencapai Ibu Kota
bidang: pendidikan, kesehatan, ekonomi dan pertanian, Kabupaten pada setiap Desa dapat ditempuh
ketenagakerjaan, dan kesejahteraan sosial. Adapun dengan menggunakan transportasi air dan darat
tanggapan beberapa responden yang menyatakan tidak dengan jarak waktu tempuh dari Desa-Desa
setuju pada umumnya mereka menganggap kehadiran wilayah studi ke Kota Kabupaten relatif tergolong
perusahaan akan menimbulkan kerusakan hutan, cepat karena dapat dilakukan setiap saat.
bencana banjir, dan kemungkinan akan meningkatkan d. Adat istiadat yang berlaku di Desa wilayah studi
potensi konflik. adalah adat suku Kutai dan Dayak. Dalam hal
Hasil survei sampel tersebut tidak jauh berbeda kehidupan bermasyarakat peran tokoh adat cukup
dengan hasil diskusi bersama Kepala Desa, Perangkat dominan dalam menyelesaikan masalah yang
Desa, Badan Perwakilan Desa serta masyarakat, yang berkenaan dengan hukum adat, dimana masyarakat
menggambarkan bahwa pada umumnya masyarakat setempat masih cukup menjunjung tinggi nilai adat
mendukung dan mengharapkan agar rencana kegiatan yang diterapkan terutama dalam hal kegiatan:
pengelolaan hutan kayu oleh PT. Mahakarya Perdana perkawinan, kematian, kesenian adat, dan yang
Gemilang di wilayah Desa mereka tetap dilanjutkan. berhubungan dengan masalah lahan.
e. Walaupun penduduk di lokasi penelitian sebagian
D. KESIMPULAN DAN SARAN berasal dari berbagai daerah dan suku bangsa dan
1. Kesimpulan agama yang berbeda, namun jarang terjadi
a. Rata-rata kondisi ekonomi rumah tangga perselisihan antar warga yang mengarah kepada
masyarakat cukup baik (tidak tergolong miskin). unsur sara. Proses asimilasi telah terjadi diantara
Pada umumnya penduduk selain mengandalkan mereka, antara lain melalui pernikahan antar suku.
pada sumber pendapatan dari pekerjaan pokok, f. Lembaga-lembaga sosial yang ada di lokasi
mereka juga memiliki sumber pendapatan lain yang penelitian disamping Desa antara lain adalah Rukun
cukup bervariasi, seperti bekerja sebagai tukang Tetangga (RT), Lembaga Adat, Badan Perwakilan
bangunan, jualan sembako dan bekerja sampingan Desa, Pertahanan Sipil (Hansip), Karang Taruna,
sebagai nelayan. Koperasi Unit Desa, Perkumpulan olah raga, PKK,
b. Rata-rata kepala keluarga memiliki lahan seluas Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), dan lembaga
antara 2 Ha sampai 8 Ha, status lahan pada keagamaan.
umumnya tidak disertai surat bukti apapun. Nilai g. Persepsi masyarakat terhadap rencana kegiatan PT.
lahan di wilayah studi bersifat kualitatif, karena Mahakarya Perdana Gemilang adalah sangat positif.
belum pernah dijual-belikan. Namun secara sosial, Masyarakat menilai bahwa kehadiran perusahaan
tanah di wilayah studi sangat bernilai bagi masya- tersebut akan memberikan manfaat bagi mereka.
rakat, karena sebagian besar penduduknya Mereka berharap agar kegiatan pengelolaan hutan
bermatapencaharian sebagai petani dan berkebun, kayu oleh PT. Mahakarya Perdana Gemilang segera
sehingga hidup mereka sangat tergantung pada terealisasi. Beberapa harapan dari masyarakat yang
tanah. Pola pemanfaatan sumberdaya alam adalah muncul antara lain agar perusahaan memberikan
untuk mendirikan rumah, sebagai sarana transportasi bantuan di bidang: pendidikan, kesehatan, ekonomi
dan sumber mencari nafkah. dan pertanian, ketenagakerjaan, dan kesejahteraan
c. Kegiatan perekonomian lokal yang terdapat di sosial.
sekitar wilayah studi pada umumnya sudah cukup
2. Saran-saran
bervariasi, seperti seperti Toko, Kios sembako,
Koperasi, Warung kopi, dan Penginapan. Pra- a. Rencana kegiatan IUPHHK-HTI oleh PT.
sarana perekonomian yang ada pada umumnya Mahakarya Perdana Gemilang di Kabupaten Kutai

312
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

Kertanegara, selain berdampak positip juga akan DAFTAR PUSTAKA


menimbulkan dampak negatip terhadap lingkungan
hidup sekitarnya termasuk kondisi sosial ekonomi Anonim. 1999. Undang-Undang Otonomi Daerah.
dan budaya masyarakat. Untuk itu dalam Sinar Grafika. Jakarta.
penanganan dampak akan lebih tepat bila dilakukan
terhadap sumber-sumber penyebab timbulnya dam- Anonim. 2000. Pedoman Teknis Penyusunan
pak, seperti pada saat kegiatan sosialisasi publik, Dokumen Kerangka Acuan AMDAL Hak
rekruitman tenaga kerja, dan tingkah laku Pengusahaan Hutan Tanaman. Komdal
karyawan/buruh pendatang. Pusat Departemen Kehutanan dan Perkebunan,
b. Kegiatan ijin koridor lahan untuk PT. Mahakarya Jakarta.
Perdana Gemilang seluas 30.454 Ha diperkirakan Anonim. 2012. PeraturanMenteri Negara
akan menimbulkan dampak negative, yakni semakin Lingkungan Hidup Republik Indonesia
berkurangnya luasan lahan dan berkurangnya Nomor 16 Tahun 2012 Tentang Pedoman
keragaman sumber matapencaharian masyarakat. Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup.
Agar taraf hidup masyarakat sekitar tetap terjaga Anonim. 1996. Keputusan Kepala Badan
dan bahkan meningkat, maka perlu dilakukan Pengendalian Dampak Lingkungan No.
bimbingan teknis budidaya berbagai jenis tanaman, Kep-229/11/1996 Tentang Pedoman Teknis
perikanan, peternakan dan industri rumah tangga Kajian Aspek Sosial Dalam Penyusunan
sesuai dengan kondisi masyarakat setempat. AMDAL.
c. Dalam proses penerimaan karyawan/buruh,
Poedjawijatna, 1987. Manusia dengan Alamnya.
hendaknya lebih memprioritaskan pada masyarakat
Bina Aksara, Jakarta.
setempat selama memenuhi spesifikasi keahlian yang
dipersyaratkan, sehingga diharapkan tidak menim- Sajogyo 1982. Bunga Rampai Perekonomiaan
bulkan keresahan di dalam masyarakat. Desa. Yayasan Agro-ekonomi, IPB, Bogor.
d. Perlu adanya pembinaan terhadap karyawan/buruh Sajogyo 1977. Garis Kemiskinan dan Kebutuhan
terutama pendatang, agar mereka dapat menye- Minimum Pangan. LPSP-IPB, Bogor.
suaikan diri dengan adat budaya masyarakat
Sajogyo 1989. Sosiologi Pedesaan. Penerbit UGM,
setempat sehingga tidak terjadi pelanggaran
Yogyakarta.
terhadap aturan/norma yang berlaku di masyarakat
sehingga tidak menimbulkan keresahan masyarakat. Soemarwoto, O. 1989. Analisis Mengenai Dampak
e. Pengusaha perlu menumbuhkan peran serta masya- Lingkungan. UGM-Press, Yogyakarta.
rakat pada kegiatan perdagangan, jasa angkutan, Tjitrajaya, I & A.P. Vayda. 1990. Mangkaji
dan memberikan bantuan sosial, serta menindak Hubungan Timbal Balik antara Prilaku
tegas terhadap karyawan/buruh yang melakukan Manusia dan Lingkungan. LIPI, Jakarta.
pelanggaran terhadap norma yang berlaku di
Wirosuhardjo, K. 1991. Dasar-Dasar Demografi.
masyarakat.
Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi UI,
Jakarta.

313
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

KINERJA GURU PKn DALAM PENANAMAN NILAI-NILAI


KARAKTER PADA SISWA DI SMK BINA BANUA BANJARMASIN

Faridah, Zainul Akhyar dan Mariatul Kiptiah


Program Studi PPKn FKIP Universitas Lambung Mangkurat

ABSTRACT

Faridah, 2012. Civics Teacher Performance in Cultivation Character Values to Students in SMK
Bina Banua Banjarmasin. Scripsi, Program Study of Citizenship and Pancasila Education,
Department of Social Sciences, Faculty of Teacher and Education Science, University of
Lambung Mangkurat. Counselor (I) Zainul Akhyar, (II) Mariatul Kiptiah.
This study reviews the performance of Civics Teachers Planting Character values in students at
SMK Bina Banua Banjarmasin. Teacher performance assessed include lesson planning in planting
character values, the lesson in planting character values, and assessment of learning outcomes in
the planting of character values.
The selected research method is a method of qualitative data collection techniques through
observation, interview and documentation. Source data is taken from interviews and documentation
according the research object and analyzed by data reduction, data presentation and conclusion.
Data obtained were tested validity extension method of observation, increasing persistence,
triangulation and use of reference materials.
The results showed that the performance of the investment grade Civics teacher character, is a
Civics lesson planning by teachers in the cultivation of character values in students is to develop
a syllabus and lesson plans that character, the lesson by the teacher Civics in the planting of
character values in students through (initial activities, core activities, and the final activity), as
well as learning outcomes assessment system by the teacher in the planting Civics character
values in students is through a written test about whether objective, subjective, and the attitude
scale.
Based on the results of this study suggested that the Head of School at SMK Bina Banua Banjarmasin
should direct more of their students in activities that refers to the potential of the students as an
extracurricular be developed further as the religious values in which students are required to
prayers and religious activities such as mawlid habsy, educating children to always discipline,
keep the environment as well as the success that students can deepen their knowledge about the
religion that the formation of harmony and concord among their students and for Civics Teachers
should guide students need more knowledge and instill the values of character, because teachers
are role models for their students. Its human to be faithful and devoted to God the almighty one,
noble, healthy, knowledgeable, skilled, creative, independent, and become citizens of a democratic
and accountable.

Keywords: Performance, Teacher Civics, Character Values

314
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

A. PENDAHULUAN penanaman nilai-nilai karakter pada siswa di sekolah.


Kehidupan bangsa Indonesia ternyata belum Guru PKn dituntut bukan hanya sebagai pemberi materi
seperti yang dicita-citakan sebagaimana yang tersirat saja, tetapi juga bertanggung jawab terhadap pembina-
dalam UUD 1945. Berbagai peristiwa sosial, budaya, an moral dan perilaku pelajar yang sesuai dengan nilai,
dan politik yang terjadi akhir-akhir ini cukup moral, dan norma yang berlaku dimasyarakat sehingga
memprihatinkan, bahkan menyisakan luka mendalam akan terbentuk menjadi warga negara indonesia yang
di berbagai aspek kehidupan bermasyarakat, ber- baik dan bertanggung.
bangsa, dan bernegara. Tindakan kekerasan dan ber-
bagai pelanggaran HAM, perilaku tidak bermoral dan B. KAJIAN PUSTAKA
runtuhnya semangat budi pekerti luhur, anarkisme dan 1. Guru Pkn dan Kinerja Guru
ketidaksabaran, ketidakdisiplinan, ketidakjujuran serta a. Guru Pkn
rentannya kemandirian dan jati diri bangsa, terus
Menurut undang-undang RI No. 20 Tahun 2003
menghiasi media massa baik elektronik maupun cetak.
tentang Sistem Pendidikan Nasional (2003:24) bahwa:
Semangat kebangsaan kita yang telah lama berkem-
pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas
bang kini akhirnya turun (Kemdiknas, 2011:1).
merencanakan dan melaksanakan proses pembela-
Guru dituntut memiliki kinerja yang mampu jaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan penelitian
memberikan dan merealisasikan harapan dan keinginan dan pengabdian kepada masyarakat terutama bagi
semua pihak terutama masyarakat umum yang telah pendidik di perguruan tinggi. Guru PKn yang dimaksud
mempercayai sekolah dan guru dalam membina anak dalam penelitian ini adalah guru yang berwenang dan
didik. Dalam meraih mutu pendidikan yang baik sangat ditugasi mengajar bidang studi PKn.
dipengaruhi oleh kinerja guru dalam melaksanakan
tugasnya sehingga kinerja guru menjadi tuntutan penting b. Kinerja Guru
untuk mencapai keberhasilan pendidikan. Secara Kinerja guru adalah perilaku atau respons yang
umum mutu pendidikan yang baik menjadi tolok ukur memberi hasil yang mengacu kepada apa yang mereka
bagi keberhasilan kinerja yang ditunjukkan guru. kerjakan ketika dia menghadapi suatu tugas. Kinerja
Berdasarkan pengamatan peneliti, SMK Bina seseorang Guru akan nampak pada situasi dan kondisi
Banua sudah membuat peraturan-peraturan yang harus kerja sehari-hari. Kinerja dapat dilihat dalam aspek
ditaati di sekolah, namun di dalam sekolah tersebut kegiatan dalam menjalankan tugas dan cara/kualitas
masih banyak siswa yang melanggar aturan dan tata dalam melaksanakan kegiatan/tugas tersebut (Yamin
tertib itu, seperti cara berpakaian yang tidak sopan, dan Maisah, 2010:87).
suka datang terlambat, keluar sekolah tanpa alasan
(tanpa keterangan), ribut pada saat pelajaran ber- 2. Perencanaan Pembelajaran Penanaman
langsung, kurangnya tutur kata yang sopan terhadap Nilai-nilai Karakter
orang yang lebih tua, melawan guru dan sebagainya. Menurut George R. Terry dan Leslie W. Rue
Perbuatan seperti ini bisa menjadi begitu bertentangan (2009:9) menyatakan bahwa planning atau perenca-
dengan apa yang sepatutnya diamalkan dan dipelajari naan adalah menentukan tujuan-tujuan yang hendak
oleh seorang pelajar. Oleh karena itu, peneliti tertarik dicapai selama suatu masa yang akan datang dan apa
untuk menggali lebih dalam lagi mengenai kinerja Guru yang harus diperbuat agar dapat mencapai tujuan-
PKn dalam penanaman nilai-nilai karakter pada siswa tujuan itu. Hamzah B. Uno (2008:2) juga menyatakan
agar peserta didik menjadi anak yang beriman, jujur, perencanaan adalah suatu cara yang memuaskan untuk
disiplin, santun terhadap orang yang lebih tua, membuat kegiatan dapat berjalan dengan baik, disertai
bertanggung jawab terhadap tugasnya sebagai siswa, dengan berbagai langkah yang antisipatif guna mem-
berbudi luhur, dan bermanfaat bagi sesama. perkecil kesenjangan yang terjadi sehingga kegiatan
Kajian kinerja guru PKn, didasarkan pada suatu tersebut mencapai tujuan yang telah ditetapkan
pertimbangan bahwa guru PKn merupakan guru yang (Hendriansyah, 2012:1).
dominan terbesarnya bertanggung jawab terhadap

315
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

3. Pelaksanaan Pembelajaran Penanaman 5. Pendidikan Karakter


Nilai-nilai Karakter 1. Pengertian Pendidikan Karakter
Kemdiknas (2010:51) menyatakan bahwa Karakter, sebagaimana didefinisikan oleh Philips
pendidikan karakter dalam kegiatan pembelajaran (Somantri, 2011:82), adalah kumpulan tata nilai yang
dimulai dari tahapan kegiatan pendahuluan, inti, dan menuju suatu sistem, yang melandasi pemikiran, sikap,
penutup, dipilih dan dilaksanakan agar peserta didik dan perilaku yang ditampilkan.
mempraktikkan nilai-nilai karakter yang ditargetkan.
Selain itu, perilaku guru sepanjang proses pembe- 2. Penanaman Nilai-nilai Karakter
lajaran harus merupakan model pelaksanaan nilai-nilai a. Nilai-nilai Karakter
bagi peserta didik. 1) Bertakwa (religious)
a. Pendahuluan 2) Jujur (honest)
Berdasarkan Standar Proses, pada kegiatan 3) Toleransi (tolerate)
pendahuluan, guru: 4) Berdisiplin (dicipline)
1) menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik 5) Kerja keras (Hard work)
untuk mengikuti proses pembelajaran; 6) Kreatif (Creative)
2) mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengait- 7) Mandiri (independent)
kan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang 8) Demokratis
akan dipelajari;
9) Rasa Ingin Tahu (curiosty)
3) menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi
dasar yang akan dicapai; dan 10) Semangat Kebangsaan
4) menyampaikan cakupan materi dan penjelasan 11) Cinta Tanah Air
uraian kegiatan sesuai silabus. 12) Menghargai (Respect)
13) Bersahabat (Friendly)
b. Kegiatan Inti
14) Cinta damai (Peace Ful)
Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran
15) Gemar Membaca
untuk mencapai kompetensi dasar. Kegiatan pembe-
lajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menye- 16) Peduli Lingkungan
nangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk 17) Peduli Sosial
berpartisifasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup 18) Bertanggung jawab
bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai
dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik, serta b. Cara Penanaman Nilai-nilai Karakter di Sekolah
psikologis peserta didik (Rusman, 2011:7). 1) Melalui keteladanan
2) Melalui pembiasaan
4. Sistem Penilaian Hasil Pembelajaran
Penanaman Nilai-nilai Karakter 3) Melalui upaya yang sistematis.
Teknik dan instrumen penilaian yang dipilih dan C. METODE PENELITIAN
dilaksanakan tidak hanya mengukur pencapaian
1. Alasan Menggunakan Metode Kualitatif
akademik/kognitif siswa, tetapi juga mengukur
perkembangan kepribadian siswa. Bahkan perlu Penelitian mengenai kinerja guru PKn dalam
diupayakan bahwa teknik penilaian yang diaplikasikan penanaman nilai-nilai karakter pada siswa di SMK Bina
mengembangkan kepribadian siswa sekaligus. Banua Banjarmasin ini dilaksanakan menggunakan
metode kualitatif untuk mengungkapkan gejala secara
holistic kontekstual melalui pengumpulan data dengan
memanfaatkan diri sebagai peneliti. Pendekatan
kualitatif adalah suatu penelitian yang bertolak dari data,

316
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

memanfaatkan teori yang ada sebagai bahan penjelasan a. Reduksi Data (Merangkum)
dan berfikir dengan suatu teori (Wahyu, 2009:65). b. Penyajian Data
2. Tempat Penelitian c. Menarik Kesimpulan
Penelitian dilaksanakan di SMK Bina Banua 7. Pengujian Keabsahan Data
Banjarmasin. Dipilih karena sekolah SMK Bina Bina Data yang absah, maka perlu dilakukan pengujian
Banua adalah salah satu sekolah swasta yang ada di keabsahan data yang dilakukan dengan cara:
Banjarmasin yang beralamat di Jalan Pramuka Tembus
Terminal KM 6 No 17 Kelurahan Pemurus Luar a. Perpanjangan pengamatan, dimana peneliti kembali
Kecamatan Banjarmasin Timur. ke lapangan melakukan pengamatan, wawancara
lagi dengan sumber data yang pernah ditemui atau
3. Sumber Data yang baru.
a. Data primer b. Meningkatkan Ketekunan berarti melakukan
1) Guru pengajar PKn dan selaku kepala sekolah pengamatan secara lebih cermat dan berke-
SMK Bina Banua Banjarmasin yaitu busriannor sinambungan.
2) Data diperoleh dari guru pengajar PKn yaitu c. Triangulasi merupakan pengecekan data dari ber-
M.Irpan bagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai
b. Data sekunder, Data sekunder antara lain data waktu.
tentang sekolah, keadaan guru, jumlah guru, dan a. Triangulasi sumber
pegawai/karyawan, keadaan jumlah siswa, sarana b. Triangulasi teknik
dan prasarana sekolah. Data ini diperoleh melalui c. Trianggulasi waktu
wakil kepala sekolah dan sumber data yang ada di
sekolah (TU). D. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Perencanaan Pembelajaran Guru PKn dalam
4. Instrumen Penelitian
Penanaman Nilai-nilai Karakter di SMK
Peneliti bertindak sebagai instrument sekaligus Bina Banua Banjarmasin.
pengumpul data untuk mendukung lancarnya proses
Menurut George R. Terry dan Leslie W. Rue
penelitian. Selain itu juga peneliti menggunakan instru-
(2009:9) planning atau perencanaan adalah
ment pengumpul data berupa pertanyaan-pertanyaan
menentukan tujuan-tujuan yang hendak dicapai selama
(lembar observasi/pedoman wawancara) yang berhu-
suatu masa yang akan datang dan apa yang harus
bungan dengan masalah yang diteliti.
diperbuat agar dapat mencapai tujuan-tujuan itu.
5. Teknik Pengumpulan Data Hamzah B. Uno (2008:2) juga menyatakan
perencanaan adalah suatu cara yang memuaskan untuk
Untuk penelitian ini digunakan tiga teknik
membuat kegiatan dapat berjalan dengan baik, disertai
pengumpulan data yaitu:
dengan berbagai langkah yang antisipatif guna mem-
a. Observasi perkecil kesenjangan yang terjadi sehingga kegiatan
b. Wawancara mendalam tersebut mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
c. Dokumentasi Penyusunan dan pengembangan silabus oleh guru
PKn di SMK Bina Banua Banjarmasin dilakukan
6. Teknik Analisis Data
secara bersama-sama dalam musyawarah guru mata
Menurut Miles dan Huberman (Wahyu, pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (MGMP).
2006:60) mengemukakan bahwa aktivitas dalam Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
analisis kualitatif dilakukan secara interaktif dan ber- (RPP), guru PKn di SMK Bina Banua Banjarmasin
langsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga sudah melaksanakan sesuai dengan acuan konsep
datanya sudah jenuh, aktivitas dalam analisis data yaitu: kurikulum yang berjalan yaitu KTSP.

317
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

2. Pelaksanaan Pengajaran Guru PKn dalam b. Ditemukan sejumlah tantangan yang dihadapi guru
Penanaman Nilai-nilai Karakter di SMK dalam penanaman nilai-nilai karakter, baik yang
Bina Banua Banjarmasin. bersifat internal maupun eksternal.
Guru melalui metode ceramah diskusi dengan c. Sistem penilaian pengajaran yang dilakukan guru
media lainnya telah menyampaikan pada siswa fungsi PKn, sudah mengikuti penilaian yang diisyaratkan
dan tujuan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dalam KTSP.
dalam kaitannya dengan pendidikan karakter. Hal ini
terlihat dari respon siswa yang menyatakan bahwa 2. Saran
melalui diskusi, siswa dilatih untuk dapat berpikir a. Kepala sekolah di SMK Bina Banua Banjarmasin
kreatif, disiplin, jujur, berani mengungkapkan pendapat hendaknya lebih mengarahkan siswanya dalam
dan mencari sumber lain. kegiatan-kegiatan yang mengacu pada potensi yang
Pelaksanaan pembelajaran pada mata pelajaran dimiliki oleh siswa seperti ekstrakurikuler lebih
PKn di SMK Bina Banua Banjarmasin, guru telah dikembangkan lagi serta kegiatan keagamaan
berusaha menggunakan media pembelajaran untuk seperti habsy, agar siswa bisa mendalami pengeta-
menciptakan lingkungan belajar yang tenang dan huan tentang agama sehingga terbentuknya
menyenangkan. Guru telah menggunakan media keselarasan dan kerukunan antar siswanya.
pembelajaran untuk menunjang pemahaman siswa b. Guru PKn sebaiknya harus lebih membimbing siswa
terhadap materi pelajaran. Namun kadang-kadang serta menanamkan pengetahuan tentang nilai-nilai
guru tidak selalu menggunakan media dalam pem- karakter, karena guru adalah teladan bagi anak
belajaran, jadi penggunaan media pembelajaran hanya didiknya. Hal itu agar menjadi manusia yang beriman
disesuaikan dengan materi dan waktu yang telah dan bertaqwa kepada Tuhan yang maha esa,
tersedia. berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga Negara yang demo-
3. Sistem Penilaian Hasil Pengajaran oleh Guru kratis serta bertanggung jawab.
PKn dalam Penanaman Nilai-nilai Karakter
di SMK Bina Banua Banjarmasin.
Di SMK Bina Banua Banjarmasin telah diterap-
kan sistem belajar tuntas yaitu seorang siswa dianggap DAFTAR PUSTAKA
tuntas jika siswa tersebut mampu menyelesaikan,
menguasai kompetensi atau mencapai tujuan pembe- Arifin, Febri, 2009. Pengaruh Sikap Mahasiswa
lajaran yaitu mampu memperoleh nilai 70, sedangkan Atas Profesi Guru PKn dan Pemahaman
untuk siswa yang belum mencapai nilai tersebut maka Tentang Kompetensi Guru Terhadap Prestasi
siswa tersebut dikatakan belum tuntas belajarnya. Belajar PPL Mahasiswa Jurusan FKIP UMS
Untuk keperluan tersebut, sekolah dalam hal ini guru Tahun Akademik 2007-2008. Skripsi Strata
memberikan perlakuan khusus terhadap siswa yang 1 UMS. Tidak diterbitkan.
masih mendapat kesulitan belajar melalui program re- Aris, Wahyu, 2011. Integrasi Kurikulum Berbasis
medial. Karakter dalam Pelaksanaan Pembelajaran.
(Online), (http://www.nu.or.id. Diakses 20
F. KESIMPULAN DAN SARAN
februari 2012).
1. Kesimpulan
Dahlan Hendriansyah, 2012. Pengertian Perenca-
a. Kinerja guru PKn dalam penanaman nilai-nilai
naan Pembelajaran.(Online), (http://
karakter di SMK Bina Banua Banjarmasin, dalam
hendriansdiamond.blogspot.com, Diakses juli
perencanaan pembelajaran yang dilakukan guru
2012).
PKn menggunakan RPP (rencana pelaksanaan
pembelajaran) serta silabus yang sudah tertuang Hamalik, Oemar, 2003. Pendidikan Guru Berdasar-
dalam kurikulum. kan Pendekatan Kompetensi. Jakarta: PT.
Bumi Aksara.

318
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

Haryanto, 2011. Penanaman Nilai-nilai Karakter Rusman, 2011. Model-Model Pembelajaran


Melalui Mata Pelajaran Pendidikan kewar- Mengembangkan Profesionalisme Guru.
ganegaraan pada Siswa. Skripsi (Online), Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
(Http://www.unnes.ac.id, diakses 11 februari Sanjaya, Wina, 2009. Perencanaan dan Desain
2012). Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana.
Jauhari, dkk, 2011. Implementasi Pendidikan Somantri, Endang. 2011. Pendidikan Karakter: Nilai
Karakter dalam Pembelajaran. Jakarta: PT. Inti Bagi Upaya Pembinaan Kepribadian
Prestasi Pustakaraya. Bangsa. Bandung: Widya Aksara Press.
Kementrian Pendidikan Nasional, 2010. Pedoman Sriyono, dkk. 1992. Teknik Belajar Mengajar dalam
Pembinaan Akhlak Mulia Siswa Melalui CBSA. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Pengembangan Budaya Sekolah, Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK). Jakarta: Sutikno, Sobry. 2009. Belajar dan Pembelajaran.
Kemendiknas Republik Indonesia Bandung: Prospect.
Kementrian Pendidikan Nasional, 2010. Panduan Undang-undang RI Nomor 14 Tahun 2005 Tentang
Pendidikan Karakter dan Sekolah Menengah Guru dan Dosen. PT. Sinar Grafika
Pertama. Jakarta: Kemendiknas Republik In- Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
donesia. Pendidikan Nasional.
Kementrian Pendidikan Nasional, 2011. Pendidikan Wahyu, dkk, 2011. Pedoman penulisan karya
Karakter dalam Pembelajaran PKn. Jakarta: ilmiah. Banjarmasin: Pustaka Banua.
Kemendiknas Republik Indonesia
Wahyu, 2009. Metode Penelitian Kualitatif (2).
Muin, Fathul. 2011. Pendidikan Karakter Banjarmasin: Universitas Lambung Mangkurat.
Konstuksi Teoretik & Praktik. Jogjakarta: AR-
Wahyu, Aris, 2011. Implementasi Pendidikan
Ruzz Media.
Karakter. (Online), (http:// ariswahyu.
Mulyasa, 2008. Standar Kompetensi dan Sertifikasi blogspot.com, Diakses juli 2012)
Guru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Yamin Martinus dan Maisah, 2010. Standarisasi
Mulyasa, 2009. Implementasi Kurikulum Tingkat Kinerja Guru. Jakarta: Gaung Persada (GP
Satuan Pendidikan (KTSP) Kemandirian Press).
Guru dan Kepala Sekolah. Jakarta: Bumi
Aksara.
Nurla Aunillah, Isna 2011. Panduan Menerapkan
Pendidikan Karakter di Sekolah. Jakarta: PT.
Laksana.

319
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

KEPATUHAN SISWA KELAS X DALAM MELAKSANAKAN


PERATURAN SEKOLAH DI SMK MUHAMMADIYAH 3
BANJARMASIN

Normasari, Sarbaini dan Rabiatul Adawiyah


Program Studi PPKn FKIP Universitas Lambung Mangkurat

ABSTRACK

Normasari, 2013. Obedience of Class X Students in Implementing Regulation School at SMK


Muhammadiyah 3 Banjarmasin. Scripsi, Program Study of Citizenship and Pancasila
Education, Department of Social Sciences Education, Faculty of Teacher and Education
Science, University of Lambung Mangkurat Banjarmasin.Counselor (I) Sarbaini, Advisor
(II) Rabiatul Adawiyah.
Each school would have a rule each including at SMK Muhammadiyah 3 Banjarmasin, Regulations
made is expected to be obeyed by all citizens sekolah. Realities in SMK Muhammadiyah 3
Banjarmasin, not all students abide by the rules.
This study aimed to reveal the students obedience, internal factors and external obedience
underlying class X students in implementing school rules at SMK Muhammadiyah 3 Banjarmasin.
The method in this study used a qualitative research approach.The research site is at SMK
Muhammadiyah 3 Banjarmasin.Source of data used primary and secondary data, informants
selected by purposive sampling.Instrument is the researchers own research using interview guides,
booklets, camera as a documentation tool.Data was collected through observation, interviews,
and documentation.Technical analysis of the data using an interactive model of analysis steps are
data reduction, data presentation, drawing conclusions and verification.To test the validity of the
data, use of data and triangulation credibility test.
These results indicate that adherence to class X students in implementing school rules at SMK
Muhammadiyah 3 Banjarmasin has been implemented, although there is a small portion of students
who break the rules like not wearing a uniform by the rules or do not wear a full attribute flag
during the ceremony, and so forth.Internal factors that lie behind them is the health of students,
following the inability of the child in the learning and high intellectual ability has also contributed
in the implementation of school rules.While external factors are the family atmosphere the students
themselves, the way parents instill discipline, parental guidance, state supported schools and
neighborhood students.
Advice from the research results, the party for the SMK Muhammadiyah 3 Banjarmasin and teachers
to more effectively implemented school rules should be stricter sanctions and coaching for students
who is disobedience. For students, should further abide by the school rules so that learning activities
as expected.

Keywords: Obedience Student, School Rules

320
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

A. PENDAHULUAN Patuh adalah sikap positif individu yang ditunjukkan


Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat dengan adanya perubahan secara berarti sesuai dengan
penting bagi keberlangsungan hidup manusia. Apabila tujuan yang ditetapkan. (Elly, 2011: 1). Kepatuhan juga
seseoang mempunyai pendidikan yang baik, maka diartikan sebagai ketaatan kepada suatu perintah atau
secara otomatis akan mempunyai wawasan ilmu aturan. Sedangkan ketaatan yang didasarkan pada
pengetahuan yang baik. Hal ini menunjukan betapa rasa hormat, bukan rasa rasa takut.
sangat pentingnya pendidikan bagi kehidupan manusia Namun kepatuhan dalam dimensi pendidikan
dan memiliki berbagai fungsi untuk menunjang masa adalah kerelaan dalam tindakan terhadap perintah-
depan seseorang. perintah dan keinginan dari kewibawaan seperti or-
Fungsi pendidikan nasional adalah seperti yang ang tua atau guru.
tertuang dalam Undang Undang No. 20 Tahun 2003
2. Kepatuhan Siswa Terhadap Peraturan
yakni pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
Sekolah
kemampuan dan membentuk watak serta peradapan
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan Kepatuhan siswa dalam melaksanakan peraturan
kehidupan bangsa. Dengan demikian dapat disimpul- sekolah dipengaruh oleh beberapa faktor. Menurut
kan bahwa kepatuhan sebagai nilai, moral dan karakter Graham (Sanjaya, 2006: 274-275) dikatakan ada
yang perlu diajarkan kepada peserta didik/siswa empat faktor yang merupakan dasar kepatuhan
sekolah juga merupakan indikator warga negara, seseorang terhadap nilai tertentu, yaitu:
sebagai bagian dari karakter respek. Artinya kepatuhan a. Normativist, biasanya kepatuhan pada norma-
juga menjadi landasan pengembangan kontrol diri dan norma hukum. Selanjutnya dikatakan bahwa
respek serta menjadi indikator karakter warga suatu kepatuhan ini terdapat dalam tiga bentuk, yaitu: 1)
negara, termasuk siswa sekolah di negara kita. Kepatuhan terhadap nilai atau norma itu sendiri, 2)
Kepatuhan (Sarbaini, 2012: 10) sebagai nilai, Kepatuhan pada proses tanpa mempedulikan
moral dan karakter adalah suatu landasan yang normanya sendiri, 3) Kepatuhan pada hasilnya atau
digunakan untuk mengembangankan kontrol diri dan tujuan yang diharapkannya dari peraturan itu.
kepercayaan terhadap diri. Menurut Indonesia Heri- b. Integralist, yaitu kepatuhan yang didasarkan pada
tage Foundation, bahwa dari 9 pilar nilai, moral dan kesadaran dengan pertimbangan-pertimbangan
karakter yang perlu diajarkan kepada anak-anak salah yang rasional.
satunya adalah kepatuhan, sebagaimana di kutip dari c. Fenomenalist, yaitu kepatuhan berdasarkan suara
Megawangi (2004: 95) yaitu; Hormat (respect), hati atau sekadar basa basi.
Santun (courtesy) dan Patuh (obedience). Hal ini d. Hedonist, yaitu kepatuhan berdasarkan ke-
senada dengan yang dikemukakan Spark (1991: 182) pentingan diri sendiri.
memasukkan kepatuhan kepada otoritas yang sah
Dari keempat faktor yang menjadi dasar
(obedience to legitimate authority) ke dalam salah
kepatuhan setiap individu tentu saja yang kita harapkan
satu indikator dari nilai, moral dan karakter hormat
adalah kepatuhan yang bersifat normativist, sebab
(respect ful).
kepatuhan semacam ini adalah kepatuhan didasari
B. KAJIAN PUSTAKA kesadaran akan nilai, tanpa mempedulikan apakah
tingkah laku itu menguntungkan untuk dirinya atau
1. Pengertian Kepatuhan
tidak.
Patuh menurut Ali (1999) adalah suka menuruti
Sedangkan menurut Gunarsa (1982: 82)
perintah, taat pada perintah atau aturan. Sedangkan
mengatakan bahwa yang melatarbelakangi kepatuhan
kepatuhan adalah perilaku sesuai aturan dan berdisiplin.
siswa adalah:
Seseorang dikatakan patuh berobat bila mau datang
ke petugas kesehatan yang telah ditentukan sesuai a. Faktor-faktor yang bersumber dari dalam diri siswa
dengan jadwal yang telah ditetapkan serta mau itu sendiri antara lain:
melaksanakan apa yang dianjurkan oleh petugas.

321
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

1) Kesehatan siswa, b. Data Sekunder


2) Ketidakmampuan anak dalam mengikuti pelajaran Data sekunder adalah data yang diperoleh secara
disekolah, tidak langsung dari objek yang diteliti, yaitu meliputi
3) Kemampuan intelektual yang dimiliki oleh anak, data siswa kelas X, catatan atau laporan dan
b. Faktor-faktor yang bersumber dari luar diri siswa dokumentasi yang berkaitan dengan kegiatan siswa.
yakni antara lain: 4. Instrumen Penelitian
1) Keadaan keluarga yang meliputi: Penelitian kualitatif yang menjadi instrumen
a) Suasana keluarga, penelitian adalah peneliti itu sendiri. Peneliti kualitatif
b) Cara orang tua menanamkan disiplin kepada sebagai human instrument, berfungsi menetapkan
anaknya, fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber
c) Harapan dari orang tua. data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas
data, analisis data, menafsirkan data dan membuat
2) Bimbingan yang diberikan oleh orang tua
kesimpulan atas temuannya (Sugiyono, 2007: 222).
3) Keadaan Sekolah. Selain diri sendiri, instrumen penelitian yang digunakan
adalah pedoman wawancara, buku kecil, kamera
C. METODE PENELITIAN
sebagai alat dokumentasi.
1. Alasan Menggunakan Metode Kualitatif
Menurut Wahyu (2007: 69) penelitian kualitatif 5. Teknik Pengumpulan Data
sifatnya belum jelas karena penelitian masih kurang Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
dimengerti, bersifat mendalam (holistik), kompleks penelitian ini adalah teknik observasi, wawancara
artinya berusaha memahami kelakuan manusia dalam mendalam, dokumentasi dan kepustakaan.
konteks yang lebih luas, dinamis dan penuh makna.
a. Observasi
2. Tempat Penelitian Teknik pengumpulan data Peneliti mengamati
Penelitian ini dilakukan di SMK Muhammadiyah langsung kepatuhan siswa dalam menjalankan
3 Banjarmasin, yang beralamat di Jalan Manggis III peraturan sekolah di ruang guru, apabila ada siswa
RT.22 Nomor 48, Kelurahan Kebun Bunga, datang terlambat, peneliti langsung kelapangan melihat
Kecamatan Banjarmasin Timur, Kota Banjarmasin, seperti apa kepatuhan siswa, terutama saat upacara
Provinsi Kalimantan Selatan. bendera tiap hari senin.

3. Sumber Data b. Wawancara


Dalam penelitian ini, sumber data dipilih secara Teknik pengumpulan data dengan wawancara
purposive sampling. Purposive sampling adalah mendalam lebih ditekankan pada pemahaman lebih
pemilihan sampel yang didasarkan pada karakteristik lanjut untuk menemukan makna dibalik apa yang terjadi
tertentu yang dianggap mempunyai sangkut paut yaitu dengan melakukan wawancara secara langsung
dengan karakteritik populasi yang diketahui sebelumnya terhadap guru, siswa dan masyarakat yang menjadi
(Ruslan, 2003: 146). informan dalam penelitian ini

a. Data primer c. Dokumentasi,


Data primer yaitu data yang diperoleh langsung Teknik ini bertujuan untuk mendapatkan data
dari pihak yang mengetahui masalah kegiatan belajar tentang profil sekolah, sejarah, visi, misi, jumlah guru,
mengajar dan orang-orang yang dianggap dapat kurikulum belajar serta data tentang kepatuhan siswa
memberikan data maupun informasi tentang gambaran kelas X dalam melaksanakan peraturan sekolah di
Kepatuhan Siswa dalam menjalanakan norma keter- SMK Muhammadiyah 3 Banjarmasin.
tiban sekolah di SMK Muhammadiyah 3 Banjarmasin.

322
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

6. Teknik Analisis Data sekolah sudah berjalan baik, meskipun masih ada
a. Reduksi data beberapa siswa yang melakukan pelanggaran dan
b. Data display (penyajian data) mendapatkan sangsi sesuai pelanggaran yang dilaku-
c. Conclucion drawing/verivication kannya, sangsi yang diberikan sebagai upaya untuk
mendidik dan membina siswa agar tidak mengulangi
7. Pengujian Keabsahan Data lagi pelanggarannya.
Menurut Wahyu (2009: 77) untuk menguji Hal ini senada dengan informasi yang berikan oleh
keabsahan data, maka digunakan uji kredibilitas data Ibu DS menyatakan bahwa:
yang meliputi:
Apabila siswa melakukan pelanggaran ringan
a. Perpanjangan pengamatan, peneliti kembali ke seperti membolos, maka siswa akan diberikan
lapangan melakukan pengamatan, wawancara lagi hukuman pembinaan berupa membuat resume
dengan sumber data yang pernah ditemui atau yang mata pelajaran. Sedangkan untuk siswa yang
baru. sering melakukan pelanggaran sedang akan
diberikan sangsi berupa skorsing. Bagi yang
b. Meningkatkan ketekunan, berarti melakukan
melakukan pelanggaran berat akan diberikan
pengamatan secara lebih cermat dan berkesinam- surat pemanggilan kepada orang tua mereka agar
bungan, sehingga kepastian data yang berkenaan lebih melakukan pengawasan keapada anaknya
dengan kepatuhan siswa dapat direkam secara pasti karena sering sekali melakukan pelanggaran berat.
dan sistematis. Apabila pelanggaran berat itu masih dilakukan
c. Triangulasi merupakan pengecekan data dari maka siswa tersebut akan dikembalikan kepada
orang tuanya dan dikeluarkan dari sekolah
berbagai sumber dengan berbagai cara dan (Wawancara, 6 Desember 2012)
berbagai waktu.
Peraturan sekolah di SMK Muhammadiyah 3
D. HASIL DAN PEMBAHASAN Banjarmasin belum semuanya dilaksanakan oleh
1. Gambaran kepatuhan siswa kelas X dalam seluruh siswa kelas X karena terkadang masih ada
melaksanakan peraturan sekolah di SMK sebagian kecil siswa tidak sesuai pakaian seragam
Muhammadiyah 3 Banjarmasin sesuai aturan atau tidak memakai atribut lengkap saat
upacara bendera dan lain sebagainya.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru
Bimbingan Konseling Ibu Rahmatul Hasanah disebut Hasil wawancara dengan Ibu DS mengatakan
sebagai RH dan Datus Salma disebut sebagai DS) bahwa:
tentang kepatuhan siswa kelas X SMK Muhamma- Siswa yang tidak sesuai pakaian seragam atau
diyah 3 Banjarmasin dalam melaksanakan peraturan tidak memakai atribut lengkap saat upacara
sekolah sudah berjalan dengan baik, meskipun bendera, yang pertama-tama sebelum upacara
demikian ada sebagian kecil siswa yang belum bendera dimulai, para guru piket menyiapkan
melaksanakannya. Berdasarkan informasi dari Ibu RH barisan, setelah itu diumumkan bagi siswa yang
penyimpang pakaian seragam dan tidak memakai
menyatakan bahwa: atribut sekolah siswa harus keluar dari barisan
Kepatuhan siswa kelas X SMK Muhammadiyah dan membentuk barisan sendiri dari teman-
3 Banjarmasin dalam melaksanakan peraturan temannya dan menghadap ke matahari sampai
sekolah sudah berjalan baik, walaupun begitu selesai upacara bendera bagi siswa ada yang tidak
masih juga ada beberapa siswa yang melakukan mengikuti upacara bendera maka dikenakan
pelanggaran dan kita berikan sangsi sesuai sanksi menghormat bendera atau membersihkan
pelanggarannya untuk mendidik dan membina kamar mandi. (Wawancara, 6 Desember 2012)
mereka agar tidak mengulangi lagi perbuatannya
Hal senada juga dinyatakan Ibu RH, beliau
(Wawancara, 6 Desember 2012).
mengatakan:
Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu RH
Siswa yang tidak sesuai aturan dalam berpakaian
tentang kepatuhan siswa kelas X SMK Muhamma- di sekolah ditegur, seperti bajunya berkeluaran
diyah 3 Banjarmasin dalam melaksanakan peraturan disuruh memasukannya, misalnya ada anak laki-

323
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

laki yang rambutnya panjang itu di tegur, BP mengarahkan anak didiknya untuk bersikap,
kemudian bagi anak wanita misalnya memakai berperilaku dan berdisiplin dengan baik, dan membe-
sepatu kesekolah yaitu memakai sepatu untuk rikan arahan kepada siswa agar selalu menaati dan
berjalan bukan sepatuh sekolah itu pun ditegur,
nah itu berulang kali ditegur maka sepatunya
patuh terhadap peraturan sekolah yang sudah ditetap-
diambil dan kemudian bagi yang tidak kan serta memberikan sanksi terhadap siswa jika ada
mengindahkan itu orang tuanya yang dipanggil siswa yang melanggar peraturan sesuai dengan tingkat
ke sekolah (Wawancara, 6 Desember 2012) kesalahannya.
Peraturan sekolah yang ada di SMK Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu RH
Muhammadiyah 3 Banjarmasin sudah sesuai dengan tentang faktor-faktor internal yang mempengaruhi
tujuan yang diharapkan oleh semua pihak, baik pihak kepatuhan siswa kelas x dalam melaksanakan
sekolah, orang tua siswa dan siswa. Peraturan yang peraturan sekolah adalah kemampuan intelektual yang
ada bertujuan untuk menumbuhkan sikap disiplin siswa, tinggi juga ikut memberikan kontribusi dalam
karena sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar pelaksanaan peraturan sekolah. Anak yang mempunyai
di sekolah. Sikap tersebut dapat menciptakan suasa kecerdasan tinggi akan lebih mudah diatur bila
belajar yang nyaman dan kondusif untuk belajar sesuai dibandingkan dengan anak kecerdasan biasa.
yang diharapkan semua pihak. Berdasarkan hasil observasi yang peneliti liat di
Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu DS SMK muhammadiyah 3 yaitu yang sangat dominan
tentang kepatuhan siswa kelas x dalam melaksanakan adalah Faktor intelektual yang sangat mempengaruhi
peraturan sekolah SMK Muhammadiyah 3 karena siswa yang pada dasarnya tidak mengerti
Banjarmasin memang sudah sesuai dengan yang terhadap suatu pelajaran malah tidak memperhatikan
diharapkan semua pihak hal ini didasarkan pada terhadap guru yang mengajar, mereka hanya asik
pertimbangan-pertimbangan rasional siswa sendiri, mengobrol dengan teman sebangku nya, perbuatan
motivasi dan guru serta kesadaran siswa, karena tanpa tersebut sangat mempengaruhi / merugikan diri mereka
itu semua peraturan di sekolah tidak dapat sendiri. Seharusnya siswa tersebut belajar lebih giat
dilaksanakan. dan memperhatikan.Pada dasarnya siswa tersebut
hanya ingin minta perhatian dari guru terbukti jika di
2. Faktor-faktor internal yang melatar- tegur atau di marahi mereka baru akan memperhatikan
belakangi kepatuhan siswa kelas X dalam penjelasan dari guru.
melaksanakan peraturan sekolah di SMK
Muhammadiyah 3 Banjarmasin 3. Faktor-faktor eksternal yang melatar-
belakangi kepatuhan siswa kelas X dalam
Kepatuhan siswa kelas X dalam melaksanakan melaksanakan peraturan sekolah di SMK
peraturan sekolah di SMK Muhammadiyah 3 Muhammadiyah 3 Banjarmasin
dipengaruhi oleh faktor internal yang berasal dari dalam
diri siswa terutama kehadiran siswa yaitu kesehatan Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu
siswa. Kesehatan siswa menjadi penentu dalam Rahmatul Hasanah selanjutnya disebut RH dan Bapak
memberikan materi kepada siswa didalam kelas, Mochammad Rahman disebut MR, guru SMK
apabila ada siswa yang sakit pada saat jam pelajaran, Muhammadiyah 3 Banjarmasin, beliau mengatakan
maka siswa tersebut diperbolehkan istirahat di dalam bahwa faktor-faktor eksternal yang melatarbelakangi
kelas, tetapi apabila kesehatannya belum membaik kepatuhan siswa kelas X dalam melaksanakan
selama pelajaran berlangsung, maka yang peraturan sekolah adalah faktor yang berasal dari
bersangkutan diperbolehkan untuk beristirahat di ruang keluarga siswa itu sendiri, cara orang tua menanamkan
UKS. disiplin, bimbingan orang tua, serta keadaaan sekolah
yang mendukung.
Selain faktor kesehatan siswa, faktor yang ikut
mempengaruhi kepatuhan siswa adalah ketidak- Kepatuhan siswa kelas X dalam melaksanakan
mampuan anak dalam mengikuti pelajaran di sekolah. peraturan sekolah di SMK Muhammadiyah 3
Untuk mengatasi permasalahan itu, guru PKn dan guru Banjarmasin sudah berjalan dengan baik, meskipun
demikian ada sebagian kecil siswa yang belum

324
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

melaksanakannya, seperti melanggar peraturan seperti Kemampuan intelektual yang tinggi juga ikut
tidak memakai pakaian seragam sesuai aturan atau tidak memberikan kontrIbusi dalam pelaksanaan peraturan
memakai atribut lengkap saat upacara bendera dan sekolah. Anak yang mempunyai kecerdasan tinggi akan
lain sebagainya. lebih mudah diatur bila dibandingkan dengan anak
Kepatuhan siswa terhadap peraturan sekolah kecerdasan biasa.
yang berlaku sangat penting dalam kegiatan belajar Gunarsa (1982: 82) mengatakan bahwa yang
mengajar di sekolah. Sikap tersebut dapat menciptakan melatarbelakangi kepatuhan siswa adalah faktor-faktor
suasana belajar yang nyaman dan aman dalam belajar. yang bersumber dari dalam diri siswa itu sendiri, yaitu:
Bagi siswa yang melanggar peraturan akan mendapat a. Kesehatan siswa,
sanksi seperti hukuman fisik bila diperlukan, tetapi lebih b. Ketidakmampuan anak dalam mengikuti pelajaran
ditekankan pada hukuman yang bersifat pembinaan disekolah,
seperti membuat resume mata pelajaran atau skorsing
bagi mereka yang sering mengulangi pelanggaran itu. c. Kemampuan intelektual yang dimiliki oleh anak.
Bagi yang sering mengulangi pelanggaran seperti Berdasarkan hasil penelitian dan pendapat diatas,
membolos dan tidak masuk kelas tanpa alasan, maka maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor internal
skorsing bisa diberlakukan yang sebelumnya dilakukan yang melatarbelakangi kepatuhan siswa yaitu kesehatan
pemanggilan terhadap orangtua siswa. siswa sebagai penentu kehadiran siswa, ketidak-
Hasil temuan penelitian di atas, sesuai dengan mampuan anak dalam mengikuti pelajaran serta
pendapat Graham (Sanjaya, 2006: 274-275) kemampuan intelektual yang tinggi juga ikut
dikatakan ada empat faktor yang merupakan dasar memberikan kontrIbusi dalam pelaksanaan peraturan
kepatuhan seseorang terhadap nilai tertentu, yaitu: sekolah
a. Normativist, biasanya kepatuhan pada norma- Faktor-faktor eksternal yang melatarbelakangi
norma hukum. Selanjutnya dikatakan bahwa kepatuhan siswa kelas X dalam melaksanakan peratu-
kepatuhan ini terdapat dalam tiga bentuk, yaitu: 1) ran sekolah di SMK Muhammadiyah 3 Banjarmasin
Kepatuhan terhadap nilai atau norma itu sendiri, 2) dalam melaksanakan peraturan sekolah adalah faktor
Kepatuhan pada proses tanpa mempedulikan yang berasal dari suasana keluarga siswa itu sendiri,
normanya sendiri, 3) Kepatuhan pada hasilnya atau cara orang tua menanamkan disiplin, bimbingan orang
tujuan yang diharapkannya dari peraturan itu. tua, serta keadaaan sekolah yang mendukung dan
lingkungan.
b. Integralist, yaitu kepatuhan yang didasarkan pada
kesadaran dengan pertimbangan-pertimbangan F. KESIMPULAN DAN SARAN
yang rasional.
1. Kesimpulan
c. Fenomenalist, yaitu kepatuhan berdasar kan suara
a. Kepatuhan siswa kelas X dalam melaksanakan
hati atau sekadar basa-basi.
peraturan sekolah di SMK Muhammadiyah 3
d. Hedonist, yaitu kepatuhan berdasarkan ke- Banjarmasin sudah dilaksanakan dengan baik,
pentingan diri sendiri. meskipun ada sebagian kecil siswa yang melanggar
Kepatuhan siswa kelas X dalam melaksanakan peraturan seperti tidak memakai pakaian seragam
peraturan sekolah di SMK Muhammadiyah 3 sesuai aturan atau tidak memakai atribut lengkap
Banjarmasin dilatarbelakangi oleh faktor internal yang saat upacara bendera dan lain sebagainya.
berasal dari dalam diri siswa terutama kehadiran siswa b. Faktor-faktor internal yang melatarbelakangi
yaitu kesehatan siswa. kepatuhan siswa kelas X dalam melaksanakan
Selain faktor kesehatan siswa, faktor yang ikut peraturan sekolah di SMK Muhammadiyah 3
mempengaruhi kepatuhan siswa adalah ketidak- Banjarmasin yaitu kesehatan siswa sebagai penentu
mampuan anak dalam mengikuti pelajaran di sekolah. kehadiran siswa, ketidakmampuan anak dalam
Untuk mengatasi permasalahan itu, guru BP mengarah- mengikuti pelajaran serta kemampuan intelektual
kan anak didiknya untuk bersikap, berperilaku dan yang tinggi juga ikut memberikan kontrIbusi dalam
berdisiplin dengan baik. pelaksanaan peraturan sekolah.
325
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

c. Faktor-faktor eksternal yang melatarbelakangi Dizaal Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum
kepatuhan siswa kelas dalam melaksanakan Daerah Lahat Tahun 2011. Karya Tulis
peraturan sekolah di SMK Muhammadiyah 3 ilmiah. Akademi Keperawatan Pemda Lahat.
Banjarmasin adalah suasana keluarga siswa itu Tidak diterbitkan.
sendiri, cara orang tua menanamkan disiplin, Gunarsa, Singgih D. 1982. Dasar dan Teori
bimbingan orang tua, serta keadaaan sekolah yang Perkembangan Anak. Jakarta: Gunung Mulia.
mendukung dan lingkungan tempat tinggal siswa.
Hendriansyah, Dahlan. 2012. Pengertian dan Unsur
2. Saran Kepatuhan siswa. (http://hendriansdiamond.-
a. Bagi pihak SMK Muhammadiyah 3 Banjarmasin blogspot.com/2012/02/pengertian-dan-unsur-
dan guru agar peraturan sekolah dilaksanakan lebih kepatuhan-siswa.html) diakses tanggal 8 Maret
efektif hendaknya memberikan sangsi yang lebih 2012.
tegas dan pembinaan bagi siswa yang melanggar. Hurlock, Elizabeth B. 1990. Perkembangan Anak
b. Bagi siswa SMK Muhammadiyah 3 Banjarmasin, Jilid II. Jakarta: Erlangga.
hendaknya lebih mematuhi peraturan sekolah agar
Khoirul Huda, Moh. 2011. Peran Peraturan Sekolah
kegiatan belajar sesuai yang diharapakan.
dalam Meningkatkan Kedisiplinan di MAN
c. Bagi guru, hendaknya selalu memberikan motivasi Malang II Batu.(http://lib.uinmalang.ac.id/the-
kepada siswa agar selalu mematuhi peraturan sis/introduction/07110220-moh-khoirul-
sekolah demi keberhasilan pendidikan. huda.ps) diakses 3 agustus 2012.
d. Kepada peneliti lain, hendaknya melakukan pene- Kriyantono, Rachmat. 2006. Tehnik Praktis Riset
litian lanjutanyang sejenis dengan tempat dan Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Me-
karakteristik yang berbeda dan pokok masalah yang dia Group.
lebih luas untuk menambah wawasan, karena
keterbatasan informasi dalam penelitian ini. Moleong, Lexy J. 2007. Metode Penelitian Kualitatif
Edisi Revisi. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Nasution, S. 1999. Ilmu Pendidikan, Cetakan 1.
Jakarta: UIN Jakarta Press.
DAFTAR PUSTAKA
Ruslan, Rosady. 2003. Metode Penelitian Public Re-
lation dan Komunikasi. Jakarta: Rajawali
Agustiantono. Dwi. 2012. Analisis Faktor-Faktor Press.
yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran
Pajak Orang Pribadi: Aplikasi TPB. Studi Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Empiris WPOP di Kabupaten Pati. (http:// Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
eprints.undip.ac.id/35629/1/
Skripsi_AGUSTIAN Sarbaini, 2012. Pembinaan Nilai, Moral dan
Karakter Kepatuhan Peserta Didik Dalam
TONO.pdf) diakses tanggal 3 Agustus 2012. melaksanakan peraturan sekolah di Sekolah.
Ali, Lukman. 1999. Kamus Besar Bahasa Banjarmasin: FKIP UNLAM.
Indonesia,Cetakan X. Jakarta: Balai Pustaka. Soekarto, Indara, Fachrudin, Soetopo, Hendyat.
Arikunto, Suharsimi. 1993. Menejemen Pengajaran 2006. Administrasi Pendidikan. Malang: FIP
Secara Manusiawi. Jakarta: Rineka Cipta. IKIP Malang.
Burhan, Bungin. 2003. Analisis Data Penelitian Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Bisnis. Bandung:
Kualitatif. Jakarta: Rajagrafindo Persada. Alfabeta.
Elly, Aprian. 2011. Gambaran Kepatuhan Perawat
Dalam Menerapkan Asuhan Keperawatan

326
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

Suparyanto, 2010. Konsep Kepatuhan. (http://dr- Prayitno dkk, 1999. Pelayanan Bimbingan dan
suparyanto.blogspot.com) /2010/07/konsep- Konseling (Seri pemandu Pelaksanaan
kepatuhan.html) diakses tanggal 8 Maret 2012. Bimbingan dan Konseling di Sekolah).
Umar. Husein, 2008. Desain Penelitian MSDM dan Cetakan 3. Jakarta: Aksara.
Perilaku Karyawan. Jakarta: Rajawali Press. Wahyu. 2009, Pedoman Penelitian Karya Ilmiah.
Undang Undang Nomor. 20 Tahun 2003, Undang Banjarmasin: FKIP UNLAM
Undang Sistem Pendidikan Nasional.
Bandung: Citra Umara.

327
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

PEMBELAJARAAN KOOPERATIF TIPE PICTURE AND PICTURE


DALAM PEMBELAJARAN PKN POKOK BAHASAN PANCASILA
SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA GUNA MENINGKATKAN HASIL
BELAJAR DI KELAS XII IPS 2 SMA PGRI 7 BANJARMASIN

Nurdiyansyah, Sarbaini dan Mariatul Kiptiah


Program Studi PPKn FKIP Universitas Lambung Mangkurat

ABSTRACT

Nurdiyansyah, 2012. Cooperative Learning of Picture and Picture to Study in Civics Lesson at Topic
of Pancasila is Open Ideology to Improve Learning Outcomes in Class XII IS-2 SMA PGRI 7
Banjarmasin academic year 2012. Scripsi. Program Study of Citizenship and Pancasila
Education, Department of Social Sciences Education, Faculty of Teacher and Education
Science, University of Lambung Mangkurat. Counselor (I) Sarbaini, (II) Mariatul Kiptiah.
The fact in the activity of class XII students IS-2 SMA PGRI 7 Banjarmasin in Civics teaching are
still very low which ultimately have an impact on student achievement were not optimal. It can be
proved by the value of class XII student achievement IS-2 SMA PGRI 7 Banjarmasin on the material
as ideology Pancasila Open only reached an average of 5.0 below 7.0 as determined mastery learning
curriculum.
The research objective is: (1) to improve student learning outcomes by using cooperative learning
picture and picture type (2) to achieve those goals and then executed action research and meetings
with several cycles. Data collection techniques used are observation, questionnaires, documentation,
and test learning outcomes through several cycles, the cycle I and cycle II
The results of this study indicate (1) cooperative learning type picture and picture on the material as
ideology Pancasila Open can improve student achievement, from 47.6% in the classical mastery in
the first cycle to 95.2% in the classical mastery on the second cycle. (2) Participation of students in
the teaching and learning that is 18.5% in the first cycle to 23.5% in the second cycle, the first cycle
of learning and teachers are 59% and then on the second cycle teachers learning to 80%. (3) The
results of students response to learning that the teacher presented showed that students liked and
highly motivated with cooperative learning type of picture and picture.
Based on the above results, it is recommended as follows: (1) to the students, it is recommended to
follow the active learning in the classroom, (2) To the Civics teacher, it is advisable to always conduct
reforms in teaching and learning, (3) To SMA PGRI 7 Banjarmasin, it is suggested that in management
and school policy measures such as the use of instructional media, (4) To the Department of Education
and Culture, it is expected that the results of this study useful as feedback (feed back) in response to
the problems of the current study, (5) To Prodi PPKN, may be able to add in a library pembendaharaan
PPKN Prodi, (6) To the researchers, may be a provision in educating future.

Keywords: Cooperative Learning, Picture and Picture, learning outcomes Civics

328
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

A. PENDAHULUAN sebagai media dalam proses pembelajaran. Gambar-


Masalah pengelolaan kelas memang masalah gambar ini menjadi faktor utama dalam proses
yang tidak pernah absen dari agenda kegiatan guru. pembelajaran. (http: // ras-eko.blogspot.com /2011/
Semua itu tidak lain guna kepentingan belajar anak 05/ model-pembelajaran-picture-and-picture.html).
didik. Masalah lain yang juga selalu guru gunakan Berdasarkan observasi pendahuluan yang telah
adalah masalah pendekatan. Hampir tidak pernah dilakukan peneliti melalui wawancara dengan Guru PKn
ditemukan dalam suatu pertemuan, seorang guru tidak di SMA PGRI 7 Banjarmasin, didapatkan data bahwa
melakukan pendekatan tertentu terhadap semua anak di antara kelas XII (IA, IS-1, IS-2) nilai Kriteria
didik. Karena disadari bahwa pendekatan dapat Ketuntasan Minimal (KKM) adalah 70. Sedangkan
mempengaruhi hasil kegiatan belajar mengajar. Bila paling rendah berada di kelas XII IS-2 dengan
begitu akibat yang dihasilkan dari penggunaan suatu perolehan nilai tertinggi 75 dan yang nilai terendah 25
pendekatan, maka guru tidak sembarangan memilih pada pokok bahasan Pancasila sebagai Ideologi
dan menggunakannya. Bahan pelajaran yang satu Terbuka.
mungkin cocok untuk suatu pendekatan tertentu, tetapi
untuk pelajaran yang lain lebih pas digunakan TABEL 1.1
pendekatan yang lain. Maka adalah penting mengenal Data Nilai Kelas XII IS-2
suatu bahan untuk kepentingan pemilihan pendekatan.
Hal ini diakibatkan karena proses pembelajaran
yang diterapkan guru di kelas terutama oleh guru pada
mata pelajaran PKn masih cenderung pada metode
yang membuat siswa tidak tertarik, jenuh dan sulit untuk Bisa juga dikatakan dalam perolehan nilai di kelas
mereka pahami. Guru dominan hanya menggunakan XII IS-2 adalah 1 (satu) orang yang tuntas di atas
metode konvensional berupa ceramah satu arah (nar- KKM dengan perolehan nilai 75 dan 9 (Sembilan)
rative technique) tanpa memberikan contoh atau orang yang tuntas KKM dengan perolehan nilai 70,
gambaran-gambaran kongkrit menyangkut peristiwa kemudian 11 orang tidak mencapai KKM atau tidak
atau isu hangat saat ini yang dapat dikaitkan dengan tuntas.
materi atau pokok bahasan yang akan diajarkan dan Mengatasi permasalahan di atas, maka peneliti
kurang memperhatikan tingkat pemahaman siswa menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe pic-
terhadap konsep yang diberikan, sehingga tujuan ture and picture guna meningkatkan hasil belajar
pembelajaran yang ditetapkan tidak dapat tercapai siswa. Model pembelajaran berupa gambar-gambar
secara optimal. Akibatnya mata pelajaran PKn yang dapat menampilkan realita atas suatu kondisi atau
cenderung dianggap remeh dan dipandang sebelah mata keadaan berupa kejadian atau isu-isu hangat atas
oleh siswa sendiri. peristiwa yang baru terjadi yang kemudian dapat
Salah satu model yang saat ini populer dalam dikaitkan dengan materi pelajaran yang akan disampai-
pembelajaran adalah Model Pembelajaran Picture kan. Kemudian model ini juga dikombinasikan dengan
and Picture. Model ini merupakan salah satu bentuk musik instrumental. Penggunaan musik instrumental ini
model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran dalam proses kegiatan pembelajaran PKn di kelas
kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang bertujuan agar membawa siswa menjadi relax, aktif,
mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Pembe- dan memancing kreatifitas siswa agar lebih partisipatif
lajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara dan dapat memunculkan potensi yang dimiliki oleh anak
sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang ketika dalam proses belajar mengajar di kelas
saling asah, silih asih, dan silih asuh. Model pembe- berlangsung sehingga diperoleh hasil yang lebih efektif
lajaran Picture and Picture adalah suatu metode dengan waktu yang efisien.
belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan /
diurutkan menjadi urutan logis. Pembelajaran ini
memiliki ciri Aktif, Inovatif, Kreatif, dan Menyenang-
kan. Model Pembelajaran ini mengandalkan gambar
329
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

B. KAJIAN PUSTAKA 4. Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka


1. Belajar dan Pembelajaran Menurut Muhammad Yamin (Budiyanto, 2007:6)
Belajar merupakan tindakan dan perilaku Pancasila berasal dari kata panca yang berarti lima
siswa yang kompleks (Dimyati, 2009:7). Menurut dan sila yang berarti sendi, asas, dasar, atau peraturan
Skinner (Dimyati, 2009:9) belajar adalah suatu tingkah laku yang penting dan baik. Dengan demikian,
perilaku. Pada saat orang belajar, maka responnya Pancasila merupakan lima dasar yang berisi pedoman
menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar atau aturan tentang tingkah laku yang penting dan baik.
maka responsnya menurun. Menurut Gagne (Dimyati, Kata ideologi berasal dari bahasa latin (idea; daya cipta
2009:10) belajar merupakan kegiatan yang kompleks. sebagai hasil kesadaran manusia dan logos; ilmu).
Pembelajaran adalah proses, cara, menjadikan orang Memahami Pancasila sebagai ideologi terbuka
atau mahluk hidup belajar. Sedangkan belajar adalah didorong oleh tantangan zaman. Sejarah menunjukkan
berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berubah bahwa betapapun kokohnya suatu ideologi bila tidak
tingkah laku atau tanggapan yang disekan oleh memiliki dimensi fleksibilitas atau keterbukaan, akan
pengalaman. (KBBI, 1996: 14). mengalami kesulitan bahkan mungkin kehancuran
dalam menanggapi tantangan zaman (contoh: runtuhnya
2. Pembelajaran Kooperatif komunisme di Uni Soviet).
Pembelajaran kooperatif adalah model pembe-
lajaran yang dirancang untuk membelajarkan 5. Hasil Belajar
kecakapan akademik (academic skill), sekaligus Hasil belajar sering disebut juga prestasi belajar.
keterampilan sosial (social skill) termasuk interper- Kata prestasi berasal dari bahasa Belanda prestatie,
sonal skill. Menurut Amri dan Ahmadi (2010:67) kemudian di dalam bahasa Indonesia disebut prestasi,
mengemukakan model pembelajaran kooperatif diartikan sebagai hasil usaha. Prestasi banyak diguna-
merupakan model pengajaran di mana siswa belajar kan di dalam berbagai bidang dan diberi pengertian
dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat sebagai kemampuan, keterampilan, sikap seseorang
kemampuan berbeda. dalam menyelesaikan sesuatu hal.

3. Model Picture and Picture 6. Pembelajaran Kooperatif Type Picture and


Picture and Picture adalah suatu metode belajar Picture yang dikombinasikan dengan Musik
yang menggunakan gambar dan dipasangkan/ Instrumental
diurutkan menjadi urutan logis. Model Pembelajaran ini mengandalkan gambar
Menurut Suprijono, (2012:125) langkah-langkah sebagai media dalam proses pembelajaran. Gambar-
dalam picture and picture yaitu: gambar ini menjadi faktor utama dalam proses
a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai. pembelajaran. Sehingga sebelum proses pembelajaran
guru sudah menyiapkan gambar yang akan ditampilkan
b. Menyajikan materi sebagai pengantar. baik dalam bentuk kartu atau dalam bentuk carta dalam
c. Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar - ukuran besar. Atau jika di sekolah sudah menggunakan
gambar kegiatan berkaitan dengan materi. ICT dalam menggunakan Power Point atau software
d. Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian yang lain. Sedangkan Musik Instrumental itu sendiri
memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi digunakan saat siswa mengerjakan soal-soal Pre Test
urutan yang logis. diawal pelajaran dan Post Test diakhir pelajaran.
e. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan Tujuannya agar siswa menjadi relax, aktif dan dapat
gambar tersebut. memancing kreatifitas siswa agar lebih partisipatif dan
f. Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai dapat memunculkan potensi yang dimiliki oleh anak
menanamkan konsep/materi sesuai dengan ketika dalam proses menjawab soal-soal tersebut.
kompetensi yang ingin dicapai.
g. Kesimpulan/rangkuman.

330
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

C. METODE PENELITIAN c. Rumus prosentase yang digunakan adalah:


1. Setting Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada SMA PGRI 7
Banjarmasin yang beralamatkan di Jl. A. Yani Km. 5.5 Sumber: (Rahmat, 2010:59)
No 21A samping Stadion Lambung Mangkurat, Keterangan:
Kecamatan Banjarmasin Selatan, Banjarmasin,
P = Persentase
Kalimantan Selatan.
f = Frekuensi siswa
2. Variabel yang diselidiki N = Jumlah siswa keseluruhan
Variabel yang diteliti dalam penelitian tindakan
kelas ini adalah faktor siswa dan Guru 7. Indikator Keberhasilan
3. Instrumen Penelitian ini dikatakan berhasil apabila memenuhi
semua komponen indikator yang ingin dicapai. Adapun
Dalam penelitian ini, terdapat dua instrumen yang
masing-masing indikator keberhasilan penelitian ini
perlu dibuat yaitu:
adalah sebagai berikut:
a. Instrumen untuk mengukur peningkatan hasil belajar
a. Siswa mencapai ketuntasan individual dengan skor
1) Test Tertulis 70 dan ketuntasan klasikal jika 85% dari
2) Kuis seluruh siswa mencapai ketuntasan individu.
b. Instrumen untuk mengukur Pembelajaran b. Penggunaan Pembelajaran Kooperatif Type Pic-
Kooperatif Type Picture and Picture ture and Picture merupakan strategi yang efektif
1) Dokumentasi (gambar-gambar) untuk menjadikan siswa lebih aktif dan mening-
2) Wawancara (Guru) katkan partisipasi siswa serta membantu dalam
pembelajaran guru.
3) Angket
4. Prosedur Penelitian per siklus, terdiri dari: D. HASIL DAN PEMBAHASAN
Tahap I. Persiapan Tindakan 1. Hasil Belajar Siswa dengan Menerapkan
Tahap II. Pelaksanaan Tindakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Tahap III. Pemantauan dan Evaluasi Picture and Picture.
Tahap IV. Analisis dan Refleksi Berdasarkan pengolahan nilai hasil belajar siswa
melalui pretest, posttest dan Hasil Evaluasi belajar
5. Data dan Cara Pengumpulannya
dalam pembelajaran PKn dengan mengunakan Model
a. Observasi Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture and Picture
b. Pemberian tes pada siklus I dan II untuk materi Pancasila sebagai
c. Penyebaran angket Ideologi Terbuka, maka diperoleh data sebagai
6. Analisis dan Interpretasi Data berikut:
Rumus persentase untuk menentukan hasil belajar a. Siklus I:
yang dicapai oleh seluruh siswa adalah: 1) Pre test dengan rata-rata kelas 51,9 sedangkan
a. Tingkat Penguasaan yang mencapai KKM hanya 4 orang siswa atau
persentase ketuntasan yang dicapai hanya 19,0 %.
2) Posttest dengan rata-rata kelas 60,9 sedangkan
Sumber: (Wardhani, 2007:5.23)
yang mencapai KKM meningkat menjadi 10 orang
siswa atau persentase ketuntasan yang dicapai
b. Nilai rata-rata kelas
menjadi 47,6%.
3) Evaluasi belajar dengan rata-rata 64,2 sedangkan
yang mencapai KKM ada 10 orang siswa atau
Sumber: (Wardhani, 2007:5.19) persentase ketuntasan yang dicapai menjadi 47,6%.
331
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

b. Siklus II: 3. Respon siswa dalam penerapan Model


1) Pre test pertemuan pertama dengan rata-rata kelas Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture and
66,6 sedangkan yang mencapai KKM ada 16 or- Picture
ang siswa atau persentase ketuntasan yang dicapai Pada akhir pembelajaran siklus II dilakukan
menjadi 76,1 %. tanggapan balik siswa akan kegiatan pembelajaran
2) Post test pertemuan kedua dengan rata-rata kelas yang dilakukan guru dalam bentuk angket sebagai
72,3 sedangkan yang mencapai KKM meningkat respon terhadap penerapan Model Pembelajaran
menjadi 19 orang siswa atau persentase ketuntasan Kooperatif Tipe Picture and Picture yang dilaksa-
yang dicapai menjadi 90,4%. nakan dengan hasil sebagai berikut:
3) Evaluasi belajar dengan rata-rata 73,8 sedangkan Angket Respon Siswa
yang mencapai KKM ada 20 orang siswa atau
persentase ketuntasan yang dicapai menjadi 95,2%.
Berdasarkan perolehan data hasil belajar di atas,
maka dapat dibuat diagram peningkatan hasil belajar
yang diukur melalui kegiatan hasil evaluasi belajar
sebagai berikut:

2. Partisipasi belajar siswa selama proses


pembelajaran menggunakan model pembe-
lajaran kooperatif tipe picture and picture.
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti selama
proses pembelajaran berlangsung di kelas XII IS-2
SMA PGRI 7 Banjarmasin dengan menggunakan
model pembelajaran picture and picture selama dua
siklus dapat diketahui bahwa selama proses
pembelajaran berlangsung terjadi adanya perubahan
dalam proses pembelajaran, yaitu peningkatan
partisipasi belajar siswa disetiap siklusnya. Maka (Sumber: diolah berdasarkan data lapangan)
diperoleh data sebagai berikut:

332
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

DAFTAR PUSTAKA Roestiyah, N.K. 2008. Strategi Belajar Mengajar.


Jakarta: Rineka Cipta.
Amri, Sofan dan Iif Khoiru Ahmadi. 2010. Proses Saniah. 2012. Meningkatkan Partisipasi dan Hasil
Pembelajaran Kreatif dan Inovatif dalam Belajar PKn Melalui Penerapan Model
kelas. Jakarta: PT Prestasi Pustakaraya. Pembelajaran Problem Based Learning
Anriyadi, Fariska. 2010. Penerapan Media Animasi (PBL) Standar Kompetensi Sistem Politik
dan Karikatur dengan Menggunakan Soft- Indonesia di Kelas XB MAN 3 Marabahan.
ware Microsoft Powerpoint (ppt) untuk Skripsi pada Program Sarjana Unlam
Meningkatkan Efektifitas Pembelajaran Banjarmasin. Tidak diterbitkan.
PKn pada Materi Sistem Hukum dan Sudijono, Anas. 2004. Pengantar Statistik
Peradilan Internasional di kelas XI IS-1 SMA Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo
PGRI 7 Banjarmasin. Skripsi pada Program Persada.
Sarjana Unlam Banjarmasin. Tidak diterbitkan. Sudijono, Anas. 2007. Pengantar Evaluasi
Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara. Sukardi. 2011. Evaluasi Pendidikan Prinsip dan
Arikunto, Suharsimi. 2010. Penelitian Tindakan Operasionalnya. Jakarta: Bumi Aksara.
untuk Guru Kepala Sekolah dan Pengawas. Suprijono, Agus. 2012. Cooperatif Learning Teori
Yogyakarta: Aditya Media dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka
Atmono, Dwi. 2009. Strategi Pembelajaran Pelajar
Ekonomi. Banjarmasin: Universitas Lambung Syamsuddin, Abin Makmun. 2009. Psikologi
Mangkurat Press Kependidikan Perangkat Sistem Pengajaran
Bahri, Syaiful Djamarah dan Aswan Zain. 2006. Modul. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Starategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Tim Penyusun. 2011. Pedoman Penulisan Karya
Cipta. Ilmiah Banjarmasin: Pustaka Banua.
Budiyanto. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan. Trimo, Lavyanto. 2006. Model-Model Pembelajaran
Jakarta:Erlangga Inovatif. Bandung: CV Citra Praya
Daryanto. 2009. Panduan Proses Pembelajaran Wahyu. 2009. Metode Penelitian Kualitatif (2).
Kreatif dan Inovatif. Jakarta: AV Publisher Pascasarjana Pendidikan Bahasa
Dimyati, M. 2009. Belajar dan Pembelajaran. dan Sastra Indonesia dan Daerah Pascasarjana Mag-
Jakarta: PT Rineka Cipta. ister Administrasi Publik UNLAM Banjarmasin.
Fathurrohman, Pupuh dan Sobry Sutikno. 2010. Tidak diterbitkan.
Strategi Belajar Mengajar. Bandung: PT Wahyu. 2010. Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Refika Aditama. Universitas Lambung Mangkurat Fakultas
Gulo, W. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Keguruan dan Ilmu Pendidikan Banjarmasin.
PT Grasindo. Tidak diterbitkan.
Hamalik, Oemar. 2009. Proses Belajar Mengajar. Wardhani, IGAK. 2007. Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta: PT Bumi Aksara Jakarta: Universitas Terbuka
Rahmat, H Dede dan Aip Badrujaman. 2010. Widjaja, H.A.W. 2000. Penerapan Nilai-Nilai
Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: CV. Trans Pancasila dan HAM di Indonesia. Jakarta: PT
Info Media Rineka Cipta.
Riyanto, Yatim. 2010. Paradigma Baru Dalam Yudianto, 2010. Penerapan Model Pembelajaran
Pembelajaran. Jakarta: Kencana. Kooperatif Tipe TAI (Team Accelerated In-

333
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

struction) Untuk Meningkatkan Hasil (http://www.sarjanaku.com/2011/01/pembelajaran-


Belajar Siswa Tentang Kedaulatan Rakyat kooperatif-tipe-jigsaw.html, diakses 27 Juli
dan Sistem Pemerintahan di Indonesia Kelas 2012)
VIII C SMP Negeri 28 Banjarmasin. Skripsi
pada Program Sarjana Unlam Banjarmasin.
Tidak diterbitkan.

334
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

INTERNALISASI PENDIDIKAN KARAKTER DENGAN SARANA


KELOMPOK STUDI ISLAM DI SMAN 5 BANJARMASIN

Alya Abyakamali, Wahyu dan Harpani Matnuh


Program Studi PPKn FKIP Universitas Lambung Mangkurat

ABSTRACT

Alya Abkamaliyani, 2012.Internalization of Character Education by Means of the Study of Islam


in SMAN 5 Banjarmasin. Scripsi, Program Study of Citizenship and Pancasila Education,
Department of Education Social Sciences, Teacher and Education Science Faculty, University
of Lambung Mangkurat. Counselor (I) H. Wahyu (II) H. HarpaniMatnuh
Today the state of the nation Indonesia has significant impacts on the lives of people in different
order. Many say that the biggest problem faced by Indonesia is located on the moral aspects,
especially on the school. In this case the role of the school is expected to establish the character of
a good student. One of the designated schools to instill character is Islam Study Group.
The selected research method is a method of qualitative data collection techniques through
observation, interview and documentation. Sources of data drawn from interviews with key
informants and appropriate documentation of research objects and analyzed by means of data
reduction, data presentation and conclusion. Data obtained were tested validity extension method
of observation, increasing persistence, triangulation and use of reference materials.
Research has shown that the activities of Islamic study group has been running well. With so many
activities organized group activities of Islamic study. One of them study routine that always held
every start activities. But these activities are less enthused students this is because they still do not
understand what the purpose of MSG itself. Positive results can be seen from this activity was to
see how students who take the NLT by not following KSI, of students who have followed the MSG
they can instill moral values applied in KSI, for example in terms of their daily attitude towards
teachers, and friends and that, in particular girls clothing they wear clothes that are appropriate
to use for a woman who does not accentuate their curves.

Keywords: Internalizing, character education, Islamic Study Group

A. PENDAHULUAN rumah tangga makin banyak, hubungan interpersonal


Dewasa ini keadaan kehidupan bangsa Indone- kian rapuh. Lebih memprihatinkan lagi terjadi pada
sia telah memberi dampak yang besar dalam berbagai lingkungan sekolah, dapat melahirkan manusia yang
tatanan kehidupan bangsa.Banyak yang mengatakan cerdas yang kurang memiliki kesadaran akan
bahwa masalah terbesar yang dihadapi bangsa Indo- pentingnya nilai-nilai moral dan sopan santun dalam
nesia adalah terletak pada aspek moral, baik di hidup bermasyarakat, hal ini sangat tampak dalam
lingkungan pemerintah, sekolah, dan masyarakat. kasus tawuran antar pelajar, kasus-kasus narkoba yang
Masyarakat akhir-akhir ini, mudah meledak karena sering kita lihat di televisi, tidak jarang pemakainya
sebab sepele, tidak sabar, agresif, mudah rusuh, konflik juga masih menyandang status pelajar, beberapa

335
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

pelajar berada di terali besi karena menganiaya peningkatan mutu akademik peserta didik. Ekstra-
gurunya sendiri, anak yang tidak lagi memiliki sopan kulikuler merupakan kegiatan pendidikan di luar mata
santun pada orang tua, lebih tragis dan sangat parah pelajaran untuk membantu pengembangan peserta
lagi yaitu ada anak yang berani membunuh orang tuanya didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat dan
sendiri. minat mereka.
Perilaku tawuran atau kekerasan atau perilaku Peran utama KSI adalah menghadirkan nuansa
tidak terpuji lainnya disekolah-sekolah, tidak mungkin islami disekolah, mendidik siswa agar agar berkepri-
terjadi dengan tiba-tiba. Seseorang menampilkan badian Islam dan mengenal dengan baik arti hidup,
perilaku itu merupakan hasil belajar juga, baik secara menjadi muslim yang baik wadah manajemen
langsung maupun tidak langsung.Akibat dari tidak organisasi dan pengembangan diri, seni,bakat dan minat
berhasilnya Pembinaan Akhlaq dan Budi Pekerti pada dalam tatanan syari. Selain diajarkan nilai-nilai dan
siswa juga sangat berpengaruh. Kegagalan pembina wawasan Islam, anggota KSI juga dibekali kemam-
akhlaq akan menimbulkan masalah yang sangat besar, puan menyampaikna dakwah islam dan menguasai
bukan saja pada kehidupan bangsa saat ini tetapi juga media-media dakwah lain seperti poster, buletin dan
masa yang akan datang. Ini pada posisi yang sangat nasyid. Dengan kegiatan Kelompok Studi Islam ini
penting, bahkan membina akhlaq merupakan inti dari diharapkan bisa dijadikan saluran untuk pembentukan
ajaran islam. Semua itu sudah tidak mencerminkan karakter siswa.KSI menjadi sangat penting untuk
budaya bangsa seperti dulu. menjadi pijakan dalam pembinaan karakter siswa,
Upaya membangun karakter bangsa sebenarnya mengingat tujuan akhir dari KSI adalah terwujudnya
sudah dicanangkan dari awal kemerdekaan akhlak atau karakter mulia.
Menyelamatkan karakter bangsa saat ini tidak bisa
dikatakan terlambat, semua bisa diupayakan kembali B. KAJIAN PUSTAKA
menjadi baik, terlihat saat ini banyak cara dan saluran 1. Konsep Internalisasi
yang dapat digunakan untuk membentuk bangsa yang Internalisasi adalah pembinaan yang mendalam
maju dan masyarakat yang berkarakter kuat. dan menghayati nilai-nilai relegius (agama) yang
Menurut Simon Philips (Fatchul Muin, dipadukan dengan nilai-nilai pendidikan secara utuh
2008:160), karakter adalah kumpulan tata nilai yang yang sasarannya menyatu dalam kepribadian peserta
menuju pada suatu sistem, yang melandasi pemikiran, didik, sehingga menjadi satu karakter atau watak
sikap, dan perilaku yang ditampilkan. Sedangkan peserta didik.
menurut, Koesoema (Fatchul Muin, 2007:160)
memahami bahwa karakter sama dengan kepribadian. 2. Pengertian Karakter
Kepribadian dianggap sebagai ciri, atau karakteristik, Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
atau gaya, atau sifat khas dari diri seseorang yang (2008), karakter merupakan sifat-sifat kejiwaan,
bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang
lingkungan, misalnya keluarga pada masa kecil, juga dengan yang lain.
bawaan sejak lahir. Pengertian karakter menurut Pusat Badan
Kegiatan Ekstrakurikuler yang selama ini Depdiknas adalah bawaan, hati, jiwa, kepribadian,
diselenggarakan sekolah merupakan salah satu yang budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat,
sangat potensial untuk pembinaan karakter dan temperamen, watak.
peningkatan mutu akademik peserta didik. Ekstra-
kulikuler merupakan kegiatan pendidikan di luar mata 3. Unsur-Unsur Karakter
pelajaran untuk membantu pengembangan peserta Ada beberapa unsur dimensi manusia secara
didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat dan psikologis dan sosiologis yang menurut penulis layak
minat mereka.Kegiatan Ekstrakurikuler yang selama untuk kita bahas dalam kaitannya dengan terbentuknya
ini diselenggarakan sekolah merupakan salah satu yang karakter manusia. Unsur-unsur tersebut antara lain:
sangat potensial untuk pembinaan karakter dan sikap, emosi, kemauan, kepercayaan, dan kebiasaan.

336
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

4. Enam Pilar Karakter karena benar, dapat dipercaya (amanah, trustwor-


a. Respect (penghormatan), esensi penghormatan (re- thiness), dan tidak curang (no cheating).
spect) adalah untuk menunjukan bagaimana sikap b. Tanggung jawab, melakukan tugas sepenuh hati,
kita secara serius dan khidmat pada orang lain dan bekerja dengan etos kerja yang tinggi, berusaha
diri sendiri. keras untuk mencapai prestasi terbaik (giving the
b. Responsibility (Tanggung Jawab) best).
c. Responsibility (Tanggung Jawab), sikap tanggung c. Cerdas, berfikir secara cermat dan tepat, bertindak
jawab menunjukan apakah orang itu punya karakter dengan penuh perhitungan, berkomunikasi efektif
yang baik atau tidak. Orang yang lari dari tanggung dan empatik, bergaul secara santun menjunjung
jawab sering tidak disukai, artinya itu adalah kebenaran dan kebajikan, mencintai Tuhan dan
karakter yang buruk. Lingkungan.
d. Civic Duty-Citizenship (Kesadaran dan Sikap d. Sehat dan bersih, menghargai ketertiban, keteratu-
Berwarga Negara). Nilai-nilai sipil (civic virtues) ran, kedisplinan, terampil, menjaga diri dan
merupakan nilai-nilai yang harus diajarkan pada lingkungan, menerapkan pola hidup seimbang.
individu-individu sebagai warga negara yang me- e. Peduli, memperlakukan orang lain dengan sopan,
miliki hak sama dengan warga negara lainnya. bertindak santun, toleran terhadap perbedaan, tidak
e. Fairness (Keadilan). Keadilan bisa mengacu pada suka menyakiti orang lain.
aspek kebersamaan (sameness) atau memberikan f. Kreatif, mampu menyelesaikan masalah secara
hak-hak orang lain secara sama. inovatif, luwes, kritis, berani mengambil keputusan
f. Caring (Peduli). Kepedulian adalah perekat dengan cepat dan tepat.
masyarakat. Kepedulian adalah sifat yang membuat g. Gotong royong, mau bekerja sama dengan baik,
pelakunya merasakan apa yang dirasakan orang berprinsip bahwa tujuan akan lebih mudah dan cepat
lain, mengetahui bagaimana rasanya jadi orang lain, mencapai jika dikerjakan bersama-sama.
kadang ditunjukan dengan tindakan memberi atau
terlibat dengan orang lain tersebut. 7. Kelompok Studi Islam
g. Trustworthiness (Kepercayaan) KSI adalah singkatan dari Kelompok studi islam,
salah satu ekstrakulikuler yang dikemas dalam bentuk
5. Pengertian Pendidikan Karakter organisasi intra sekolah yang paling diminati di sekolah-
Pendidikan karakter adalah suatu sistem pena- sekolah. Ekstrakurikuler ini didirikan untuk memenuhi
naman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang seruan Allah yang berbunyi dan hendaklah ada
meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan
tersebut.Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai mencegah dari yang munkar, merkelah orang-orang
the deliberate use of all dimensions of school life yang beruntung(TQS, Ali-Imran 104).
to foster optimal character development. Dalam Peran utama KSI adalah menghadirkan nuansa
pengertian yang sederhana pendidikan karakter adalah Islami disekolah, mendidik siswa agar agar berkepri-
hal positif apa saja yang dilakukan guru dan ber- badian islam dan mengenal dengan baik arti hidup,
pengaruh kepada karakter siswa yang diajarnya. menjadi muslim yang baik wadah manajemen organi-
Pendidikan karakter adalah upaya upaya sadar dan sasi dan pengembangan diri, seni, bakat dan minat
sungguh-sungguh dari seorang guru untuk mengajarkan dalam tatanan syari. Selain diajarkan nilai-nilai dan
nilai-nilai kepada para siswanya (Winton, 2010). wawasan Islam, anggota KSI juga dibekali kemam-
puan menyampaikna dakwah Islam dan menguasai
6. Nilai-Nilai Karakter media-media dakwah lain seperti poster, buletin dan
a. Jujur, menyatakan apa adanya, terbuka, konsisten nasyid.
antara apa yang dilakukan (berintegritas), berani

337
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

8. Kegiatan-Kegiatan KSI Muhammad SAW, sekaligus sebagai ajang pencari-


Dalam kepengurusannya KSI (Kelompok Studi an siswa yang berbakat untuk mewakili sekolah
Islam) terbagi atas divisi-divisi yang bertugas pada untuk lomba diluar sekolah.
bagianya masing-masing. Pada umumnya KSI memiliki j. Tafakur Alam (Ikhwan) dan Rihlah (Akhwat):
kegiatan yang terpisah antara anggota Ikhwan dan Kegiatan yang dilaksanakan pada saat liburan akhir
Akhwat. Namun kebersamaan tetap dapat terjalin semester yang orientasinya refredhing namun
antar anggota dengan rapat kegiatan serta kegiatan- dikemas sedemikian rupa.
kegiatan di luar ruangan. Kegiatan-kegiatan itu antara k. Kajian Rutin Akhwat: Kegiatan ini dilaksanakan
lain adalah: satu minggu sekali, dengan materi yang berbeda.
a. Forum Nafsiyah Islamiyah: Kegiatan ini l. Mading KSI: Dilaksanakan satu bulan sekali.
diperuntuKkan untuk semua anggota KSI baik. Bertujuan untuk menyampaikan syiar yang tidak
Bertujuan untuk menguatkan semangat beribadah hanya untuk anggota KSI namun juga untuk seluruh
dan beramal para anggota KSI serta sebagai sarana warga sekolah mealui media cetak.
silaturahmi rutin anggota KSI.
b. KBI (Kelompok Belajar Islami); Merupakan fo- C. METODE PENELITIAN
rum pembinaan kepribadian islam yang di- 1. Alasan Menggunakan Metode Kualitatif
peruntukan khusus untuk anggota KSI Ikhwan, Metode penelitian yang digunakan adalah metode
meliputi pemahaman Aqidah, Fiqih, Syaksiyah, dan penelitian kualitatif. Metode kualitatif dipilih, dikarena-
Dakwah, dan dakwah yang digali dari Al-Quran kan permasalahan yang belum jelas, holistik, kompleks,
dan AS-Sunnah. dinamis dan penuh makna sehingga tidak mungkin data
c. Penerbitan Buletin: Kegiatan yang dilakukan satu pada situasi sosial tersebut dapat diungkapkan dalam
bulan sekali. Bertujuan untuk menyampaikan Syiar metode penelitian kuantitatif dengan instrument angket
Islam melalui media tulisan semata. Selain itu, peneliti bermaksud memahami situasi
d. Bina Baca Al-Quran: Sebuah forum rutin yang sosial secara mendalam, menemukan pola, hipotesis
dilaksanakan satu bulan sekali sebagai wadah dan teori (Wahyu, 2007:55).
melatih bacaan Al-Quran anggota KSI Ikhwan.
2. Tempat Penelitian
e. Kampanye Cinta Cerdas Remaja Islam: Rangkai-
an kegiatan berupa penyebaran media cetak dan Dalam penelitian ini Lokasi penelitian adalah
training Islami yang bertujuan mengingatkan remaja tempat di mana penelitian akan dilakukan, Dalam
Islam agar mengekspresikan rasa cinta sesuai penelitian ini peneliti mengambil lokasi atau tempat di
koridor Islam. SMA Negeri 5 Banjarmasin, yang beralamat di Jalan
Sultan Adam No. 76 Rt. 20 Banjarmasin 70122.
f. Jumat Taqwa: Kegiatan ceramah umum, yang
Alasan mengapa tempat ini dipilih karena peneliti
biasanya bekerjasama dengan pihak sekolah,
melihat masih banyaknya siswa-siswi yang kurang
diperuntukan untuk seluruh warga lingkungan
sopan terhadap guru, berpacaran di ruang kelas, dan
sekolah.
siswi yang berpakaian ketat. Dari permasalah seperti
g. KREATIF (Kajian Remaja Interaktif): Suatu fo- ini sekolah telah membentuk kegiatan Ekstrakulikuler
rum kegiatan Islam yang membahas mengenai yang berjalan disekolah ini yang diberi nama Kelompok
permasalahan aktual yang dialami oleh umat Studi Islam Nurul Fikri.
sekarang khususnya remaja.
h. Open House: Kegiatan tahunan, baik berupa 3. Sumber Data
perlombaan, seminar, training, maupun tabliqh a. Data Primer
Akbar. Menurut S. Nasution data primer adalah data yang
i. Pekan Rajabiyah: Perlombaan-perlombaan Islami dapat diperoleh langsung dari lapangan atau tempat
untuk internal siswa-siswi, yang dilaksanakan dalam penelitian. Sementara menurut lofland bahwa sumber
rangka mengingat peristiwa Isra Mi;raj nya Nabi data utama adalah penelitian kualitatif ialah kata-kata

338
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

dan tindakan merupakan sumber data yang diperoleh 7. Pengujian Keabsahan Data
dari lapangan dengan mengamati dan mewawancarai. a. Perpanjangan pengamatan: berarti peneliti kembai
b. Data Sekunder kelapangan, melakukan pengamatan kembali,
wawancara dengan sumber data yang sudah ditemui
Data Sekunder adalah data yang didapat dari maupun yang baru. Dengan tujuan untuk mengecek
sumber bacaan dan berbagai sumber lainnya yang kembali apkaah data yang telah diberikan selama
terdiri dari surat-surat pribadi, buku harian, notula rapat ini merupakan data yang sudah benar atau tidak.
pertemuan, sampai dokumen-dokumen resmi dari
berbagai instansi pemerintah. b. Meningkatkan ketekunan: berarti melakukan
pengamatan dan observasi secara lebih cermat dan
4. Instrumen Penelitian berkesinambungan. Pengujian keabsahan data
Dalam hal instrumen penelitian kualitatif, yang dengan meningkatkan ketekunan ini dilakukan
menjadi instrumen utama adalah peneliti sendiri dengan cara peneliti membaca seluruh catatan hasil
(Wahyu, 2009:70). penelitian secara cermat, sehingga dapat diketahui
kesalahan dan kekurangannya.
5. Teknik Pengumpulan Data c. Triangulasi:Triangulasi adalah teknik pemeriksaan
a. Observasi: Observasi langsung adalah cara keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang
pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan
ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan atau sebagai perbandingan terhadap data itu
tersebut. (Moleong 2004:330). Triangulasi dilakukan dengan
b. Wawancara:Wawancara yang digunakan dalam cara triangulasi teknik, sumber data dan waktu.
penelitian ini adalah wawancara langsung, berupa
interview secara mendalam terhadap informan. D. HASIL PENELITIAN
c. Dokumentasi:Dokumentasi adalah salah satu 1. Sejarah singkat SMA Negeri 5 Banjarmasin
metode pengumpulan data kualitatif dengan melihat Sejak tahun 1971 s/d 1984 SMA Negeri 5
atau menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat Banjarmasin mengalami masa yang panjang dan kerja
oleh subjek sendiri atau oleh orang lain tentang keras menapak mencari jati diri. Hari kamis tanggal 2
subjek. Oktober 1980 Direktur Jenderal Pendidikan Dasar
dan Menengah telah meresmikan gedung SMA Negeri
6. Teknik Analisis Data
5 Banjaramasin. Tahun 1984 s/d 1989 SMA Negeri
a. Reduksi Data:Mereduksi Data berarti merangkum, 5 Banjarmasin mencanangkan diri sebagai lembaga
memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada pendidikan yang taat aturan, bebas dari perkelahian/
hal-hal penting, dicari tema dan polanya serta tawuran antar pelajar, dan menjadikan sekolah sebagai
mengorganisasikan data tentang usaha kerjasama Pusat Sumber Belajar. Tahun 1989 s/d 1994 SMA
sekolah dan lingkungan masyarakat sekitar. Negeri Banjarmasin menciptakan suasana kerja-sama
b. Penyajian Data:Setelah data direduksi, maka lang- yang harmonis antar semua warga sekolah untuk meraih
kah selanjutnya adalah mendisplay data. Melalui prestasi di bidang akademis dan non akademis. Tahun
penyajian data tersebut, maka data terorgani- 1994 s/d 1996 SMA Negeri 5 Banjarmasin ditetapkan
sasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga dan ditunjuk oleh Kanwil Depdikbud DKI Jakarta
akan semakin mudah dipahami. sebagai Sekolah Unggulan dan Plus tingkat Provinsi.
c. Menarik Kesimpulan:Langkah ketiga dalam analisis Tahun 1994 s/d 2000 SMA Negeri 5 Banjarmasin
data kualitatif menurut Miles dan Huberman menempatkan diri pada peringkat/papan atas tingkat
(Wahyu:2009) adalah penarikan kesimpulan dan Provinsi maupun Nasional dalam Evaluasi Belajar
verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan Tahap Akhir Nasional (EBTANAS) dan Ujian Masuk
masih bersifat sementara dan akan berubah jika Perguruan TInggi Negeri (UMPTN), sekaligus
ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung mengembangkan bentuk pelayanan dengan membuka
pada tahap pengumpulan data berikutnya. Program Akselerasi (Percepatan Belajar 2 tahun dari

339
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

Program 3 tahun). Tahun 2002 s/d 2003 SMA Negeri Akhwat. Namun kebersamaan tetap dapat terjalin
5 Banjarmasin menjadi piloting Kurikulum 2004. Tahun antar anggota dengan rapat kegiatan serta kegiatan-
2004 SMA Negeri 5 Banjarmasin dimulai Rintisan kegiatan diluar ruangan. Kegiatan-kegiatan itu antara
kelas Internasional dan menjadi Pusat Sumber Belajar lain adalah:Forum Nafsiyah Islamiyah, KBI,
Astronomi. Tahun 2005 s/d 2006 SMA Negeri 5 Pengembangan Bakat, Bina Baca Al-Quran,
Banjarmasin peringkat UAN Terbaik SMA Negeri se- Kampanye cinta cerdas remaja islam, jumat taqwa,
Banjarmasin. Tahun 2006 s/d 2007 SMA Negeri 5 kreatif (kajian interaktif), open house smalie, pecan
Banjarmasin ditunjuk oleh Direktorat Pendidikan kajabiyah, tafakkur alam (Ikhwan) dan (Akhwat),
Menengah Umum sebagai sekolah rintisan bertaraf kajian rutin akhwat, madding KSI.Seperti yang
Internasional Kelas Internasional resmi menjadi cen- disampaikan M. Mirza Fahlivi (Anggota KSI) sebagai
ter dan penggunaan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan berikut:
Pendidikan) kegiatan tafakur alam ini yang sering disukai
anggota-anggota dari KSI karena kegiatan
2. Pelaksanaan program kegiatan KSI inibukan hanya untuk kami semua refreshing tapi
(Kelompok Studi Islam) terhadap juga kami diharuskan berlibur sambil belajar.
penanaman karakter Biasanya kegiatan ini dilaksanakan pada liburan
Salah satu kultur yang dipilih sekolah adalah kultur semester,dan biasanya tempat yang dikunjungi
akhlak mulia. Dari sinilah muncul istilah pembentukan adalah alam terbuka seperti ke Loksado.
kultur akhlak mulia di sekolah. Kelompok Study Is- Seperti yang disampaikan Desy Helmina
lam Nurul Fikri ini (KSI) menjadi sangat penting untuk (Anggota KSI) sebagai berikut:
menjadi pijakan dalam pembinaan karakter siswa di
Kajian rutin yang selalu kami jalani adalah
SMAN 5 Banjarmasin, mengingat tujuan akhir dari seperti Membaca Al-Quran, sebelum memulai
pembentukan KSI di SMAN 5 Banjarmasin adalah kegiatan. Karena dengan Membaca Al-quran dan
terwujudnya akhlak atau karakter mulia. KSI dapat memahami isi kandungan dari ayat-ayat. Dan
dijadikan basis yang secara langsung berhubungan sehabis membaca Al-quran ini kami selalu
dengan pembinaan karakter siswa Di SMAN 5 dievaluasi dengan cara menanyai satu persatu apa
Banjarmasin, terutama karena hampir semua materi saja yang diajarkan tadi.
KSI sarat dengan nilai-nilai karakter. Di samping itu,
3. Faktor Yang Mempengaruhi atau
aktivitas keagamaan di sekolah yang merupakan
menghambat kegiatan Kelompok Studi Islam
bagian dari KSI dapat dijadikan sarana untuk
dalam Penanaman Karakter di SMA Negeri
membiasakan siswa memiliki karakter mulia. Seperti
5 Banjarmasin.
yang diungkapkan oleh Rusmiati selaku Pembina
Kelompok Studi Islam sebagai berikut: Berdasarkan Hasil wawancara dengan Rusmiati
selaku Pembina KSI bahwa:
Membangun karakter pada siswa di SMAN 5
Banjarmasin membutuhkan waktu yang lama dan Di dalam penanaman karakter terhadap siswa
harus dilakukan secara berkesinambungan. Tetapi, beberapa nilai karakter dan adanya KSI ini
alhamdullilah sebagian besar anggota Kelompok diharapkan memberikan pengaruh positif terhadap
studi Islam Nurul Fikri ini sudah bisa menanamkan pembentukan karakter siswa.Karena kegiatan ini
karakter didalam lingkungan sekolah, terlihat dari sudah ditunjang dengan adanya tekhnologi yang
segi berpakaian dan akhlaknya sudah sedikit canggih. Seperti adanya LCD untuk menampilkan
mencerminkan siswa yang berkarakter dibanding- pembelajaran yang dikemas untuk menampilkan
kan dengan yang tidak mengikuti KSI itu sendiri, hal-hal positif, dan juga tempat yang disediakan
tetapi penanaman akan terus dijalankan didalam oleh pihak sekolah yang memadai untuk
KSI tersebut penuinjang kegiatan Ekstrakurikuler tersebut.

Dalam kepengurusannya KSI (Kelompok Studi Seperti yang diungkapkan salah seorang anggota
Islam) terbagi atas divisi-divisi yang bertugas pada akhwat Mutia Suciana sebagai berikut:
bagianya masing-masing. Pada umumnya KSI memiliki
kegiatan yang terpisah antara anggota Ikhwan dan

340
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

dengan adanya penanaman karakter hormat dan kegiatan sehari-hari dan prestasi yang ditonjolkan oleh
santun setidaknya kami bisa memahami anggota KSI itu sendiri dengan siswa-siswi yang tidak
bagaimana cara sopan-santun terhadap yang lebih mengikuti kegiatan KSI. Menurut Rusmiati sebagai
tua seperti guru dan orang tua ataupun dengan
berikut:
sesama kami dilingkungan sekolah. Kami selalu
ditekankan tidak boleh berbohong dengan orang keberhasilan dapat dilihat dari perilaku anggota
lain dan diri sendiri. itu sendiri terhadap kehidupan sehari-hari,mereka
bisa sedikit lebih bersikap sopan terhadap guru-
4. Faktor penghambat Kegiatan Kelompok guru atau orang yang lebih tua dari mereka, dan
Studi Islam dalam Penanaman Karakter siswa kaum laki-laki sangat menghindari dengan
Walaupun banyak sekali penunjang kegiatan yang yang namanya merokok, karena didalam kegiatan
ada di Kelompok Studi Islam Nurul Fikri ini tetapi sangat di sarankan agar tidak merokok atau
dimarahi kalau ada kelihatan anggota KSI yang
masih banyak siswa-siswi yang masih belum bisa
merokok
memahami tujuan KSI ini ataupun tentang KSI itu
sendiri. Dari sekian banyak siswa hampir sedikit sekali M. Mirza Fahlevi juga menambahkan bahwa:
siswa yang mau mengikuti kegiatan ini. Padahal dibandingkan dengan yang bukan anggota KSI,
pengertian KSI ini sudah jelas KSI adalah singkatan anggota KSI lebih bisa bersikap mulia terhadap
dari Kelompok Studi Islam, salah satu ekstrakurikuler sesama, dan dalam akhlak lebih bisa dikatakan
yang dikemas dalam bentuk organisasi intra sekolah lebih dari pada yang bukan anggota, dan juga
yang paling diminati di sekolah-sekolah. prestasi yang kami tekankan dalam sekolah.
Salah satu penghambat juga dari segi kesadaran Desi Helma Permata juga berpendapat sebagai
siswa tentang pentingnya berakhlak mulia didalam berikut:
kehidupan sehari-hari. Karena itu dalam lingkungan bahwa anggota KSI akwhwat dalam berpakaian
sekolah masih banyak ditemukan siswa yang merokok khususnya lebih sopan atau lebih tertutup,
di kelas, tidak hormat terhadap guru, suka membolos, dibandingkan dengan siswi yang tidak mengikuti
dan lebih miris lagi melihat penampilan siswi yang masih kegiatan KSI lebih menonjolkan kemolekan
banyaknya berpakaian seksi sehingga kelihatan lekuk tubuhnya, padahal sangat diharamkan agama
tubuhnya. Seperti yang diungkapkan Rusmiati: berpakaian yang auratnya tidak ditutup. Dan juga
kami anggota KSI lebih bisa mengingat tentang
siswa-siswi sekarang lebih kurang memahami seruan ALLAH contohnya dalam Shalat, hanya
tentang pentingnya akhlak mulia,dan juga peran sebagian kecil saja siswa-siswi yang melakukan
dari orang tua sangat penting dalam pergaulan shalat tertama juhur.
anak-anak sekarang. Karena sebagian besar siswa
disekolah sudah membawa kebiasaan dimasyarakat Jadi, pada dasarnya keberhasilan dari penanaman
yang memang penanaman karakter nya kurang karakter dengan sarana Kelompok studi Islam ini
ditonjolkan,tetapi kita juga tidak bisa menyalahkan sudah cukup dibilang berhasil, dalam memberikan
pihak lingkungan keluarga dan masyarakat. Hal arahan dan bimbingan agar mereka bisa lebih
ini lebih ditekankan ke siswanya sendiri agar lebih berakhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari, seperti
diberikan pemahaman tentang karakter, makanya
berperilaku sopan santun terhadap semua orang,
disekolah sudah dibiasakan mengaji sebelum
memulai pelajara,dan memahami kandungan ayat- berakhlak mulia. Mengenai keberhasilan yang dimiliki
ayat tersebut sehingga mereka memahami tentang KSI memiliki presetasi yang lebih menonjol dan
pentingnya akhlak mulia. memuaskan dilihat dari prestasi mereka dalam
pembelajaran dan kegiatan-kegiatan dari KSI itu
5. Keberhasilan Dari Kelompok Studi Islam sendiri.
dalam Penanaman Karakter
Adapun keberhasilan pada penanam karakter
yang ditanamkan dari kegiatan Kelompok Studi Islam
Nurul Fikri di SMAN 5 Banjarmasin dapat dilihat dari

341
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

E. PEMBAHASAN Dengan kegiatan Kelompok Studi Islam ini


1. Pelaksanaan program kegiatan KSI diharapkan bisa dijadikan saluran untuk pembentukan
(Kelompok Studi Islam) terhadap karakter siswa. Kelompok Studi Islam menjadi sangat
penanaman karakter di SMA Negeri 5 penting untuk menjadi pijakan dalam pembinaan
Banjarmasin. karakter siswa, mengingat tujuan akhir dari Kelompok
KSI berusaha memberikan yang terbaik untuk Studi Islam adalah terwujudnya akhlak atau karakter
anggota-anggotanya dalam kegiatan yang sering mulia.
dilakukan seperti mengajarkan kepada anggota 2. Faktor Yang Mempengaruhi atau
bagaimana cara berdakwah yang baik, memahami isi menghambat kegiatan Kelompok Studi Islam
kandungan ayat-ayat Al-Quran,dan pengembangan dalam Penanaman Karakter
bakat anggota juga ditanamkan didalam kegiatan ini.
Dalam kegiatan KSI diharapkan agar dapat
Dengan kegiatan Kelompok Studi Islam ini memberi pengaruh positif terhadap Anggota-anggota
diharapkan bisa dijadikan saluran untuk pembentukan KSI khususnya. Banyak sekali faktor yang
karakter siswa. Kelompok Studi Islam menjadi sangat mempengaruhi kegiatan KSI ini baik berupa positif dan
penting untuk menjadi pijakan dalam pembinaan negatifnya. Dapat dilihat dari faktor penunjang
karakter siswa, mengingat tujuan akhir dari Kelompok dikegiatan ini adalah tempat kegiatan ini dikhususkan
Studi Islam adalah terwujudnya akhlak atau karakter di Mushala, adanya OHV yang diberikan pihak
mulia. sekolah untuk dapat menampilkan pembelajaran yang
Darmiyati Zuchdi menekankan pada empat hal dikemas untuk menampilkan hal-hal positif yang belum
dalam rangka penanaman nilai yang bermuara pada diketahui anggota, seperti film-film yang bisa
terbentuknya karakter (akhlak) mulia, yaitu inkulkasi mengajarkan kepada anggota bagaimana berperilaku
nilai, keteladanan nilai, fasilitasi, dan pengembangan yang baik dalam kehidupan sehari-hari baik di sekolah,
keterampilan akademik dan sosial (Zuchdi, 2008: 46- di keluarga, dan di masyarakat.
50). Darmiyati menambahkan, untuk ketercapaian Keberhasilan dapat dilihat dari perilaku anggota
program pendidikan nilai atau pembinaan karakter itu sendiri terhadap kehidupan sehari-hari, mereka bisa
perlu diikuti oleh adanya evaluasi nilai. Evaluasi harus sedikit lebih bersikap sopan terhadap guru-guru atau
dilakukan secara akurat dengan pengamatan yang orang yang lebih tua dari mereka, dan siswa kaum laki-
relatif lama dan secara terus-menerus (Zuchdi, 2008: laki sangat menghindari dengan yang namanya
55). Dengan memadukan berbagai metode dan strategi merokok, karena didalam kegiatan sangat disarankan
seperti tersebut dalam pembelajaran pendidikan agar tidak merokok atau dimarahi kalau ada kelihatan
agama di sekolah, maka karakter siswa dapat dibina anggota KSI yang merokok, dibandingkan dengan
dan diupayakan sehingga siswa menjadi berkarakter yang bukan anggota KSI, anggota KSI lebih bisa
seperti yang diharapkan. bersikap mulia terhadap sesama, dan dalam akhlak
Kegiatan Kelompok Studi Islam sangat berperan lebih bisa dikatakan lebih dari pada yang bukan
penting terhadap karakter siswa-siswi, karena anggota, dan juga prestasi yang kami tekankan dalam
menghadirkan nuansa islami disekolah, mendidik siswa sekolah. bahwa anggota KSI akwhwat dalam
agar agar berkepribadian islam dan mengenal dengan berpakaian khususnya lebih sopan atua lebih tertutup,
baik arti hidup, menjadi muslim yang baik wadah dibandingkan dengan siswi yang tidak mengikuti
manajemen organisasi dan pengembangan diri, kegiatan KSI lebih menonjolkan kemolekan tubuhnya,
seni,bakat dan minat dalam tatanan syari. Selain padahal sangat diharamkan agama berpakaian yang
diajarkan nilai-nilai dan wawasan islam, anggota KSI auratnya tidak ditutup. Dan juga kami anggota KSI
juga dibekali kemampuan menyampaikan dakwah islam lebih bisa mengingat tentang seruan ALLAH contohnya
dan menguasai media-media dakwah lain seperti dalam Shalat, hanya sebagian kecil saja siswa-siswi
poster, buletin dan nasyid. yang melakukan shalat terutama juhur.

342
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

F. KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA


1. Kesimpulan
a. Dalam kepengurusannya program KSI (Kelompok Asmani, jamal mamur, 2011.Buku Panduan
Studi Islam) terbagi atas divisi-divisi yang bertugas Internalisasi Pendidikan Karakter di
pada bagiannya masing-masing. Pada umumnya Sekolah. Jogjakarta: DIVA Press (Anggota
KSI memiliki kegiatan yang terpisah antara anggota IKAPI).
Ikhwan dan Akhwat. Namun kebersamaan tetap Aunillah Nurla Isna. 2011. Penduan Penerapan
dapat terjalin antar anggota dengan rapat kegiatan Pendidikan Karakter di Sekolah,
serta kegiatan-kegiatan di luar ruangan. Banguntapan Jogjakarta: penerbit Laksana
b. Dalam kegiatan KSI ini diharapkan agara dapat
memberi pengaruh positif terhadap Anggota- Azzet Akhmad Muhaimin. 2011. Pendidikan
anggota KSI khususnya. Banyak sekali faktor yang Karakter di Indonesia, Jogjakarta: Penerbit
mempengaruhi kegiatan KSI ini baik berupa positif Ar-Ruzz Media
dan negatifnya. Dapat dilihat dari faktor penunjang Bedjo, Akhyar Zainul. 2009. Pendidikan Kewarga-
dikegiatan ini adalah tempat kegiatan ini negaraan Civic Education Untuk Perguruan
dikhususkan di Mushala, adanya OHV yang Tinggi, Banjarmasin: Laboratorium Pendidikan
diberikan pihak sekolah untuk dapat menampilkan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu
pembelajaran yang dikemas untuk menampilkan Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat
hal-hal positif yang belum diketahui anggota, seperti Budimansyah Dasim, Komalasari Kokom. 2011.
film-film yang bisa mengajarjan kepada anggota Pendidikan Karakter Nilai Inti Bagi Upaya
bagaimana berperilaku yang baik dalam kehidupan Pembinaan Kpribadian Bangsa, Bandung:
sehari-hari baik di sekolah, di keluarga, dan di Widajaya Aksara Press Laboratorium PKn UPI.
masyarakat.
Jauhari, dkk, 2011.Implementasi Pendidikan
2. Saran Karakter dalam Pembelajaran. Jakarta: PT.
1. Untuk Program kegiatan yang dijalankan oleh KSI Prestasi Pustakaraya.
lebih dihimbaukan lagi terhadap siswa-siswi yang Kabar pendidikan, 2011.Proses Internalisasi
belum mengikuti kegiatan bahwa peranan KSI Nilai.(Online). (http://kabar-pendidikan.
dalam penanaman karakter sangat penting untuk blogspot. com. Diakses tanggal 18 Maret 2012.
mereka, dan lebih diberikan pemahaman tentang
tujuan akhir dari KSI dan juga diberitahukan Kementerian Pendidikan Nasional, 2010.Pedoman
kegiatan-kegiatan apa saja yang ada di KSI Pembinaan Akhlak Mulia Siswa Melalui
sehingga bisa meningkatkan motivasi siswa untuk Pengembangan Budaya Sekolah, Sekolah
mengikuti KSI. Menengah Kejuruan (SMK). Jakarta:
Kemendiknas Republik Indonesia
2. Diharapkan Dengan adanya kegiatan Kelompok
Studi Islam ini diharapkan anggota-anggota KSI Kementerian Pendidikan Nasional, 2010. Pedoman
agar lebih memanfaatkan fasilitas demi menunjang Pendidikan Karakter dan Sekolah Pertaman.
kegiatan KSI, dan lebih semangat dalam mengikuti Jakarta: Kementerian Republik Indonesia.
kegiatan-kegiatan yang diadakan KSI. Dan juga Muin, Fathul, 2011. Pendidikan Karakter
kepada sekolah harus selalu mendukung kegiatan Konstuksi Teoritik & Praktik.Jogjakarta: AR-
KSI ini sehingga tercapainya tujuan KSI sebagai Ruzz Media.
sarana penanaman karakter khususnya akhlak
Natta, abuddin, 2011.Metodologi Studi Islam.
mulia, sehingga menciptakan siswa-siswi yang
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
berkarakter.

343
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

Nurla aunillah, Isna, 2011. Panduan Menerapkan Sudarso, deding, 2009. Makalah Pendekatan Studi
Pendidikan Karakter di Sekolah. Jakarta: PT. Islam.(Online) (http://www.scribd.com. Diakses
Laksana. tanggal 18 February 2012.
Salmiah, 2009. Aliran Teori Pendidikan Jawwad UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Implementasinya dalam Corak Pendidikan Nasional. Jakarta: Cemerlang
Islam di Indonesia. Jogyakarta. Makalah Wahyu, 2009.Metode Penelitian Kualitatif (2).
diskusi. Banjarmasin: Universitas Lambung Mangkurat.
Samani, Muchlas, 2012.Konsep dan Model dkk, 2011.Pedoman Penulisan Karya
Pendidikan Karakter.Bandung: PT. Remaja Ilmiah. Banjarmasin: Pustaka Banua.
Rosdakarya.
Wahyu, Aris, 2011. Implementasi Pendiidikan
Somantri, Endang, 2011. Pendidikan Karakter: Nilai Karakter. (Online) (http://ariswahyu.blogspot.-
Inti Bagi Upaya Pembinaan Kepribadian com. Di akses tanggal 21 Juli 2012
Bangsa. Bandung: Widya Aksara Press.

344
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

PEMBENTUKAN KARAKTER IMAN DAN TAQWA SISWA


MELALUI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER IKATAN REMAJA
MUSLIM DI SMA NEGERI 6 BANJARMASIN

Chairunnisa, Wahyu dan Dian Agus Ruchliyadi


Program Studi PPKn FKIP Universitas Lambung Mangkurat

ABSTRACT

Chairunnisa, 2012. Character Formation of Faith and Godfearing Students Through Extracurricular
Activities of Muslim Youth Association in SMAN 6 Banjarmasin. Scripsi, Program Study of
Citizenship and Pancasila Education, Department of Social Sciences Education, Faculty of
Teacher and Education Science, University of Lambung Mangkurat. Counselor (I) Wahyu,
(II) Dian Agus Ruchliyadi.
Character education through extracurricular activities have also stipulated in the Law on National
Education System No. 20 of 2003, the extracurricular essentially develop talents and interests
optimally, as well as foster student independence and happiness are useful for yourself, family and
community. The mission of extracurricular activities are: (1) provide a number of activities that
can be chosen by the students according to the needs, talents, and interests. (2) organize activities
that give students the opportunity to express themselves freely through independent or group
activities. It is well known there is a minor offense that made them a habit. Based on this fact can
be stated that the faith and piety of extracurricular activities is very important for the foundation
of the early students behave. The purpose of this study is to investigate the formation of faith and
godly character with the implementation of various Muslim youth bonding activity, and to identify
obstacles and supporting factors in the formation of character through extracurricular activities
bond Muslim teenager in SMA 6 Banjarmasin.
The method used in this study is a qualitative method. Data was collected through observation,
interview and documentation. Analysis of the results of the study is a step-by-step analysis of the
data reduction, data presentation, draw conclusions.
The results showed that the formation of faith and godly character through extracurricular activities
students bond Muslim teenager in SMA 6 Banjarmasin has contributed greatly to the character of
faith and devotion of students with a variety of activities carried out. Constraints faced in carrying
out activities such as self-esteem itself, the influence of age, self awareness and supporting factors
such as cooperation among teachers with the other coaches, the support of principals, providing
coaches, facilities and infrastructure.
Researchers suggest, saw the inter-school competitions with religious themes, its programs plus
more and supporting facilities for the smooth running of the activitie.

Keywords: Character, Students, Extracurricular Activities

345
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

A. PENDAHULUAN siswa-siswa masih saja susah untuk disuruh ikut


Disadari kegiatan di sekolah ini, yang penting tidak mendengarkan ceramah dari penceramah yang telah
hanya terbatas pada kegiatan intrakurikuler, tetapi juga di datangkan, ada yang bersembunyi di dalam kelas,
kegiatan ekstrakurikuler karena pada umumnya kantin bahkan toilet, ada yang sengaja datang telat
sekolah bertujuan untuk menyediakan lingkungan yang mengulur-ngulur waktu, dan juga ketika siswa-siswa
memungkinkan siswa untuk mengembangkan potensi, ikut serta, mereka masih banyak yang ngobrol tidak
bakat dan kemampuannya secara optimal, sehingga memperhatikan, ketika kegiatan ini dilaksanakan
mereka mampu mewujudkan dirinya dan berfungsi mereka merasa jenuh pada kegiatan-kegiatan tersebut,
sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan pribadinya siswa merasa susah memahami arti makna
maupun kebutuhan masyarakat. Setiap orang mem- sesungguhnya kegiatan ini padahal dengan kegiatan
punyai potensi yang berbeda-beda dan oleh karena- inilah pondasi awal siswa melakukan pembentukan
nya membutuhkan layanan pendidikan yang berbeda karakter, kegiatan ini dianggap beban bagi mereka.
pula.Sekolah bertanggung jawab untuk memandu Masalah pokoknya adalah kurangnya karakter iman
(mengidentifikasi dan membina) dan memupuk dan taqwa siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler Ikatan
(mengembangkan dan meningkatkan) potensi-potensi Remaja Muslim (IRMUS) di SMA Negeri 6
tersebut secara utuh. Banjarmasin.
Untuk menciptakan lulusan yang berkarakter dan
B. KAJIAN PUSTAKA
berkualitas, Sekolah Menengah Atas Negeri 6
Banjarmasin (SMAN 6 Banjarmasin) memberikan 1. Pendidikan Karakter
program kegiatan kesiswaan diantaranya program 7K, Pendidikan sebagai sebuah kegiatan dan proses
yang didalamnya terkandung sebuah makna untuk aktivitas yang disengaja ini merupakan gejala masya-
membiasakan dan membudayakan pola pikir, sikap, rakat ketika sudah mulai disadari pentingnya upaya
dan perilaku siswa yang kreatif, cerdas, sopan, dan untuk membentuk, mengarahkan, dan mengatur
beretika sehingga menumbuhkan dan menjadikan manusia sebagaimana dicita-citakan masyarakat
seorang pemimpin masa depan. Sekolah Menengah terutama cita-cita orang-orang yang mendapatkan
Atas 6 Banjarmasin juga membina siswa melalui kekuasaan.
kegiatan kepemimpinan dalam gerakan pramuka Menurut T. Ramli (Asmani Jamal Maamur,
sehingga siswa kedepannya mampu menjadi seorang 2011:32) menyatakan bahwa pendidikan karakter
leader atau pemimpin yang berkualitas, jujur dan pro- memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendi-
fessional. dikan moral dan akhlak.Tujuannya adalah untuk
Berdasarkan hasil wawancara (Ibu. Hj. Salamah, membentuk pribadi anak supaya menjadi manusia
22 Oktober 2011, di ruang guru) menemukan bahwa yang baik, yaitu warga masyarakat dan warga negara
pembentukan karakter iman dan taqwa siswa melalui yang baik, adalah menganut nilai-nilai social tertentu
kegiatan ekstrakurikuler di SMA Negeri 6 Banjarmasin yang banyak dipengaruhi oleh budaya masyarakat dan
masih kurang karena masih banyak saja siswa yang bangsanya.Oleh karena hakikat dari pendidikan
berpakaian kentat khususnya wanita, siswa yang karakter dalam konteks pendidikan di Indonesia adalah
muslim kan diwajibkan berjilbab tetapi masih saja pendidikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari budaya
sebagian diantara mereka kalau jam istirahat melepas- bangsa Indonesia itu sendiri, yang bertujuan membina
nya dan juga memakai jilbab dengan sembarang seperti kepribadian generasi muda.
poni diliatkan ke depan, masih saja sering di dengar
perkataan-perkataan yang tidak baik diucapkan siswa, 2. Karakter Iman dan Taqwa
dan rambut belakang tergerai melebihi batas jilbab. Pembentukan karakter dalam suatu sistem
Masih ada beberapa orang yang tidak bisa membaca pendidikan adalah keterkaitan antara komponen-
al-quran padahal sudah pada masa remaja. Dan juga komponen karakter yang mengandung nilai-nilai
sering terjadi pada saat kegiatan ekstrakurikuler Ikatan perilaku, yang dapat dilakukan atau bertindak secara
Remaja Muslim (IRMUS) mengadakan salah satu bertahap dan saling berhubungan antara pengetahuan
kegiatan, salah satunya kegiatan jumat taqwa dimana nilai-nilai perilaku dengan sikap atau emosi yang kuat

346
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

untuk melaksanakannya, baik terhadap Tuhan YME, a. Siswa dapat memperdalam dan memperluas
dirinya, sesama, lingkungan, bangsa dan negara serta pengetahuan keterampilan mengenai hubungan
dunia internasional. antara berbagai mata pelajaran, menyalurkan bakat
Rukun iman adalah: dan minat, serta melengkapi upaya pembinaan
a. Iman kepada Allah manusia seutuhnya yang:
b. Iman kepada malaikat 1) beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa;
c. Iman kepada kitab-kitab Allah
2) berbudi pekerti luhur;
d. Iman kepada rasul-rasul Allah
3) memiliki pengetahuan dan keterampilan;
e. Iman kepada qada dan qadar
4) sehat rohani dan jasmani;
Rukun Islam adalah:
5) berkepribadian yang mentap dan mandiri;
a. Mengucapkan dua kalimat syahadat
6) memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan
b. Menunaikan sholat lima waktu dalam sehari dan kebangsaan;
semalam
c. Mengeluarkan zakat b. Siswa mampu memanfaatkan pendidikan kepriba-
d. Berpuasa pada bulan ramadhan dian serta mengaitkan pengetahuan yang diperoleh-
nya dalam program kurikulum dengan kebutuhan
e. Melaksanakan haji bagi mereka yang mampu
dan keadaan lingkungan.
(www.blogspot.com. Diakses tanggal 15 januari
2013) Menurut Gunawan (Abdullah Munir, 2010:81)
manfaat dari kegiatan ekstrakurikuler adalah siswa
3. Tujuan, Fungsi, dan Manfaat Kegiatan dapat mengembangkan kepribadian, bakat, dan
Ekstrakurikuler kemampuannya di berbagai bidang di luar aspek
Tujuan kegiatan ekstrakurikuler sesuai dengan akademik. Meskipun ada juga kegiatan ekstrakurikuler
tujuan yang tercantum dalam Permendiknas No. 39 yang berkaitan dengan sisi akademik siswa. Manfaat
Tahun 2008, yaitu: kegiatan ini untuk wadah penyaluran hobi, minat, dan
bakat para siswa secara positif yang dapat mengasah
a. Mengembangkan potensi siswa secara optimal dan
kemampuan, daya kreativitaspkk, jiwa sportivitas, dan
terpadu yang meliputi bakat, minat dan kretivitas;
meningkatkan rasa percaya diri. Akan lebih baik bila
b. Memantapkan kepribadian siswa untuk mewujud- mampu memberikan prestasi gemilang di luar sekolah
kan ketahanan sekolah sebagai lingkungan pendi- sehingga dapat mengharumkan nama sekolah.
dikan sehingga terhindar dari usaha dan pengaruh
negatif dan bertentangan dengan tujuan pendidikan; 4. Materi/Program Kegiatan Ekstra-kurikuler
c. Mengaktualisasikan potensi siswa dalam penca- Kegiatan ekstrakurikuler sebagai garapan pokok
paian prestasi unggulan sesuai bakat dan minat; subdit kesiswaan kemudian dijabarkan ke dalam 8
d. Menyiapkan siswa agar menjadi warga masyarakat (delapan) program/kegiatan sebagai berikut (www.
yang berakhlak mulia, demokratis, menghormati kegiatan ekstrakurikuler.org, diakses 15 Januari 2012):
hak-hak asasi manusia dalam rangka mewujudkan a. Program/kegiatan Rohani Islam (Rohis);
masyarakat madani (civil society). b. Program/kegiatan Pekan Ketrampilan dan Seni
Dalam setiap kegiatan pasti tidak lepas dari aspek (Pentas);
tujuan, karena suatu kegiatan yang dilakukan tanpa c. Program/kegiatan Pesantren Kilat (Sanlat);
jelas tujuannya maka kegiatan itu akan sia-sia. Begitu
d. Program/kegiatan Tuntas Baca Tulis al_Quran
pula dengan kegiatan ekstrakurikuler tentu memiliki
(TBTQ);
tujuan tertentu. Mengenai tujuan kegiatan dalam
ekstrakurikuler dijelasken oleh Departemen Pendidi- e. Program/kegiatan Pembiasaan Akhlak Mulia;
kan dan Kebudayaan (1995:2) Kegiatan ekstra- f. Program/kegiatan Peringatan Hari Besar Islam
kurikuler bertujuan agar: (PHBI);

347
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

g. Program/kegiatan Ibadah Ramadhan (Irama); pendahuluan yang dilakukan menyebutkan bahwa


h. Program/kegiatan Wisata Rohani (Wisroh); SMAN 6 mempunyai berbagai macam kegiatan
ekstrakurikurikuler salah satunya yaitu Ikatan Remaja
5. Kendala-kendala Yang Dihadapi Dalam Muslim sehingga peneliti ingin mengetahui cara
Pengembangan Kegiatan Ekstrakurikuler pembentukan karakter iman dan taqwa siswa melalui
Dalam pelaksanakan kegiatan ekstrakurikuler kegiatan ekstrakurikuler Ikatan Remaja Muslim.
pasti akan ada kendala-kendala yang dihadapi. Kirnadi
(Abdoel Fattah, 2008:50) mengemukakan kendala 3. Sumber Data
yang dihadapi dalam pembentukan kegiatan Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer
ekstrakurikuler, adalah: yang berpusat pada hal-hal yang berkaitan langsung
a. Pihak sekolah tidak mempunyai dana yang memadai khususnya dengan pembentukan karakter iman dan
untuk pembentukan kegiatan ekstrakurikuler. taqwa siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler IRMUS
di SMAN 6 Banjarmasin.Data yang diperlukan ter-
b. Fasilitas yang kurang. sebut dipilih dan dibatasi berdasarkan relevansinya
c. Alat penunjang latihan wajib tidak mencukupi. dengan pertanyaan dasar dalam rencana penelitian.Dan
d. Pihak sekolah kurang melakukan identifikasi ter- juga sumber data sekunder mengumpulkan data yang
hadap bakat dan minat masing-masing siswa. berkaitan dengan hal-hal yang diteliti, seperti profil
e. Tidak adanya perekrutan tenaga pelatih dari luar SMA Negeri 6 Banjarmasin.Penelitian ini juga dilaku-
sesuai bidangnya. kan melalui studi kepustakaan untuk mendapatkan hasil
f. Tidak adanya kerjasama antar sekolah. analisis secara kualitatif.
g. Pihak sekolah yang tidak memfasilitasi siswanya 4. Instrumen Penelitian
untuk mengikuti setiap perlombaan. Penelitian ini yang menjadi instrumen utama adalah
peneliti sendiri, namun setelah fokus penelitian menjadi
C. METODE PENELITIAN
jelas mungkin akan dikembangkan instrumen penelitian
1. Alasan Menggunakan Metode Kualitatif sederhana yang diharapkan sesuai dengan apa yang
Pertimbangan pilihan metode dan analisis pene- akan didapat di lapangan dan dapat digunakan untuk
litian di atas ialah adalah bahwa kajian pembentukan menjaring data pada sumber data yang lebih luas dan
karakter iman dan taqwa di sekolah memerlukan mempertajam serta melengkapi data hasil pengamatan
penggalian informasi yang tidak bersifat kuantitatif dan obsevasi.
untuk menentukan deskripsi yang bersifat komprehensif
dari data-data yang dikumpulkan. 5. Teknik Pengumpulan Data
Berdasarkan pendapat tersebut maka peneliti a. Observasi
berpandangan bahwa metode dan analisis data Kegiatan observasi yang dilakukan oleh peneliti,
deskriptif kualitatif sangat tepat untuk dijadikan dasar diperoleh data sementara yaitu masih kurangnya
atau landasan pada penelitian ini. pembentukan karakter iman dan taqwa siswa melalui
kegiatan ekstrakurikuler IRMUS dikarenakan siswa
2. Tempat Penelitian tidak menyukai kegiatan IRMUS dan siswa tidak
Penelitian ini dilakukan di SMAN 6 Banjarmasin. memiliki ketertarikan atau perhatian terhadap apa yang
Alasan peneliti memilih tempat penelitian di SMAN dilakukan oleh kegiatan IRMUS.
tersebut karena peneliti banyak melihat masih kurang-
nya iman dan taqwa siswa, dengan banyaknya b. Wawancara
pelanggaran-pelanggaran yang sering mereka lakukan. Wawancara awal, peneliti memperoleh data
Faktor lain dari alasan peneliti memilih tempat sementara bahwa guru sudah melakukan upaya-upaya
penelitian adalah karena SMAN 6 Banjarmasin untuk mengembangkan karakter iman dan taqwa siswa
merupakan salah satu sekolah yang cukup diminati oleh melalui kegiatan yang dilaksanakan IRMUS tapi
siswa-siswa yang ingin bersekolah di sana. Dari studi kembali lagi kepada diri siswa itu sendiri.Penilaian

348
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

siswa yang beranggapan kegiatan ekstrakurikuler yang dilaksanakan (IRMUS). dalam suatu bentuk yang
IRMUS tidak menarik seperti ekstrakurikuler yang padu dan mudah dipahami.
lainnya, dan juga karena pengaruh zaman siswa merasa
kegiatan IRMUS tidak trend/modern. c. Menarik Kesimpulan
Penelitian ini dilakukan penarikan kesimpulan dan
c. Dokumentasi verifikasi tentang pembentukan karakter iman dan
Dokumentasi, diperoleh data primer berupa taqwa melalui ekstrakurikuler IRMUS, kegiatan-
gambar-gambar kegiatan ekstrakurikuler IRMUS yang kegiatan yang dilaksanakan ekstrakurikuler Ikatan
diambil oleh peneliti pada waktu penelitian dan data Remaja Muslim (IRMUS) dalam pembentukan
sekunder yang diambil dari arsip kegiatan ekstra- karakter iman dan taqwa, dan faktor penghambat dan
kurikuler IRMUS SMA Negeri 6 Banjarmasin dan pendukung terhadap kegiatan yang dilaksanakan
kepustakaan yang berhubungan dengan masalah (IRMUS), yang dirumuskan setelah menggabungkan
penelitian. informasi yang tersusun dalam bentuk padu dan benar.
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin
6. Teknik Analisis Data
dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan
Menurut Miles dan Huberman (Wahyu, 2006:60) sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti
mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis kualitatif telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan
dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat
terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah sementara dan akan berkembang setelah peneliti
jenuh. Aktivitas dalam analisis data yaitu: berada di lapangan.
a. Reduksi Data (Merangkum)
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal- 7. Pengujian Keabsahan Data
hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang Untuk menguji keabsahan data, maka digunakan
penting, dicari tema dan pola pembentukan karakter uji kredibilitas data, yang meliputi perpanjangan
iman dan taqwa melalui ekstrakurikuler IRMUS, pengamatan, meningkatkan ketekunan, triangulasi
kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan ekstrakurikuler merupakan pengecekan data dari berbagai sumber
Ikatan Remaja Muslim (IRMUS) dalam pembentukan dengan berbagai cara dan berbagai waktu, antara lain
karakter iman dan taqwa, dan faktor penghambat dan triangulasi sumber, triangulasi teknik, triangulasi waktu
pendukung terhadap kegiatan yang dilaksanakan
(IRMUS). Sehingga kesimpulan dapat ditarik.Reduksi D. HASIL DAN PEMBAHASAN
data dapat dibantu dengan peralatan elektronik seperti 1. Gambaran Umum Sekolah
komputer mini, dengan member kode aspek-aspek Tempat pelaksanaan penelitian adalah di sekoalah
tertentu. SMA Negeri 6 Banjarasin.Sebagai sebuah lembaga
pendidikan, SMA Negeri 6 Banjarmasin telah melalui
b. Penyajian Data
waktu yang panjang. Dalam usia yang sudah dibilang
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya cukup tua, telah banyak keberhasilan yang diraih dan
adalah mendisplaykan data. Melalui penyajian data terekam dalam dinding-dinding bangunan yang bisu
tersebut, maka data terorganisasikan, tersusun dalam SMA Negeri 6 Banjarmasin. Telah banyak pula tokoh-
pola hubungan, sehingga akan semakin mudah tokoh masyarakat yang lahir dari bangku kayu SMA
dipahami. Penyajian data dalam penelitian ini dilakukan Negeri 6 Banjarmasin sebagai sekolah yang berkualitas,
untuk menggabungkan informasi tentang pembentukan berdisiplin, dan terpercaya.
karakter iman dan taqwa melalui ekstrakurikuler
SMA Negeri 6 Banjarmasin pada tahun 2004/
IRMUS, kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan
2005 dan 2008/2009 memperoleh akreditasi A (sangat
ekstrakurikuler Ikatan Remaja Muslim (IRMUS)
baik). Dengan perolehan predikat tersebut, tidak
dalam pembentukan karakter iman dan taqwa, dan
pantas kalau komponen yang terkait di dalam SMA
faktor penghambat dan pendukung terhadap kegiatan
Negeri 6 Banjarmasin memberikan konstribusi yang
sangat tidak berarti bagi dunia pendidikan pada

349
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

umumnya, dan masa depan pada khususnya. Untuk karena kegiatan yang dilaksanakan irmus ini
itulah, SMA Negeri 6 Banjarmasin berusaha secara sangat cocok dalam pembentukan karakter iman
maksimal memberikan yang terbaik untuk siswa dan dan taqwa, karena setiap kegiatan irmus itu tidak
pernah lepas dengan unsur-unsur keagamaan, apa
masa depan mereka. Kerja sama dan hubungan yang yang kita laksanakan tidak akan bertentangan
harmonis sangat dibutuhkan untuk menciptakan rasa dengan keagamaan, disini kegiatan irmus lah yang
kebersamaan dan kekeluargaan di SMA Negeri 6 menangani buber (buka bersama) yang mana disini
Banjarmasin. anak irmus melakukan acara buka bersama dan
juga pesantren kilat, kegiatan ini dilaksanakan
2. Deskripsi Pembentukan Karakter Iman dan pada masa satu kali kepengurusan dan juga irmus
Taqwa Siswa melalui Kegiatan Ekstra- melaksanakan bakti social setiap adanya bencana
kurikuler IRMUS di SMAN 6 Banjarmasin seperti kebakaran, banjir dan sebagainya
Hasil temuan di lapangan dengan menggunakan 4. Deskripsi faktor penghambat dan
beberapa metode penelitian menemukan gambaran pendukung dalam pembentukan karakter
pembentukan karakter iman dan taqwa siswa melalui iman dan taqwa siswa melalui kegiatan
kegiatan ekstrakurikuler di SMAN 6 Banjarmasin. ekstrakurikuler irmus.
Kegiatan ekstrakurikuler merupakan wadah atau
Kendala yang dihadapi kegiatan ekstrakurikuler
tempat untuk mengembangkan karakter siswa,
irmus dalam pengembangkan karakter iman dan taqwa
kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran dan
adalah adanya faktor dari siswanya itu sendiri yang
pelayanan konseling untuk membantu pembentukan
diungkapkan oleh Ibu. Marliyana bahwa:
siswa sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan
minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus Ada faktor kendalanya, kadang-kadang faktor
diselenggarakan oleh pendidik atau tenaga kependi- kendalanya faktor bawaan anaknya itu sendiri,
dikan yang kemampuan dan berwenang di sekolah. yang mana ketika mereka berhadapan dengan
kegiatan keagamaan, mereka merasa jenuh dan
Dalam hal ini kegiatan ekstrakurikuler IRMUS me- terbebani.
megang peranan yang sangat penting dalam pem-
bentukan karakter iman dan taqwa siswa.Saat Faktor pendukung yang dilakukan kegiatan
penelitian di lakukan guru yang berkaitan memaparkan ekstrakurikuler irmus dalam pembentukan karakter
bahwa guru selalu menyarankan kepada siswa agar iman dan taqwa, adanya kerja sama guru dengan pelatih
mengikuti salah satu kegiatan ekstrakurikuler. dalam pembentukan karakter iman dan taqwa siswa.
Sebagaimana yang dikatakan oleh Ibu. Salamah
3. Deskripsi Kegiatan-kegiatan yang bahwa:
dilaksanakan ekstrakurikuler irmus dalam
Kami ini biasanya saat jam pelaksanaan kegiatan
pembentukan karakter iman dan taqwa berakhir, kami berbicara tentang bagaimana siswa,
Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan pendi- sehingga kami ini saling berbagi bagaimana siswa
dikan diluar mata pelajaran dan pelayanan konseling itu sendiri. Dengan adanya itu jadi kami dapat
untuk membantu pembentukan karakter siswa sesuai bekerja sama bagaimana menangani siswa yang
dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melaksanakan kegiatan, apakah sudah benar
ataupun tidak, menangani siswa-siswa yang masih
melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan mempunyai kelemahan-kelemahan dalam
oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang menjalankan kegiatan agar kami berikan arahan,
berkemampuan dan berwenang di sekolah. Kegiatan- latihan dan nasehat.
kegiatan ekstrakurikuler yang ditawarkan di sekolah
Peningkatan intensitas dan kualitas pelaksanaan
ini cukup banyak, disinilah kejelian siswa harus memilih
pendidikan karakter bukan hanya pada pendidikan
ekstrakurikuler mana yang benar-benar mereka
formal tetapi juga pendidikan informal yaitu kegiatan
butuhkan untuk kehidupan yang lebih baik.Apalagi
ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler merupakan
dengan ekstrakurikuler irmus dapat meningkatkan
wadah atau tempat pendidikan karakter selain kegiatan
pembentukan karakter iman dan taqwa siswa, seperti
intrakurikuler di sekolah.Kegiatan ekstrakurikuler
yang dikatakan oleh Bapak. Asmuni bahwa:
sangat membantu sekali dalam meningkatkan karakter

350
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

siswa.Kegiatan ekstrakurikuler adalah bagian dari Kegiatan-kegiatan yang dilakukan ekstraku-


pendidikan karakter yang disediakan sekolah selain rikuler Irmus tersebut sesuai dengan konteks Pendi-
kegiatan intrakurikuler.SMA Negeri 6 Banjarmasin dikan Nasional yang terdapat dalam lampiran Kepmen
banyak menyediakan program kegiatan ektrakulikuler, Diknas No. 125 /U/ 2002 antara lain: pesantren kilat,
salah satunya adalah ekstrakulikuler Ikatan Remaja tadarus, shalat berjamaah, shalat tharawih, latihan
Muslim (IRMUS).Sebagaimana hasil penelitian di dakwah, baca tulis Al-Quran, pengumpulan zakat, dll,
lapangan bahwa kegiatan ekstrakulikuler Irmus SMA atau melalui program keaagamaan yang secara
Negeri 6 Banjarmasin bertujuan untuk menjadikan terintegrasi dengan kegiatan lain, misalnya: latihan
siswa menjadi siswa yang lebih baik.Pendidikan nasyid, seminar, dan lain-lain.
karakter melalui kegiatan ekstrakurikuler ini dapat Kegiatan ekstrakurikuler irmus SMA Negeri 6
memberikan tuntunan-tuntunan yang baik secara tidak Banjarmasin bertanggung jawab terhadap perkem-
sadar kepada siswa, dengan mengikuti kegiatan ini bangan iman dan taqwa siswanya disekolah, tentunya
secara tidak langsung pola-pola prilaku ataupun sikap mempunyai kewajiban-kewajiban yang menjadi tugas
mereka dapat terkontrol. Hal ini sesuai dikemukakan kegiatan ekstrakurikuler, apalagi jika kegiatan
oleh Martadi (Endang somantri, 2011:227) ekstrakurikuler irmus mendapati kendala atau
memberikan pengertian pendidikan karakter adalah hambatan dalam mengembangkan iman dan taqwa
proses pemberian tuntunan peserta/anak didik agar siswanya sesuai dengan nilai serta norma yang ada.
menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam Dari hasil penelitian dilapangan terungkap bahwa
dimensi hati, pikir, raga, serta rasa, dan karsa. Peserta kendala yang dihadapi kegiatan ekstrakurikuler dalam
didik diharapkan memilik karakter yang baik meliputi pembentukan karakter iman dan taqwa siswa adalah
kejujuran, tanggung jawab, cerdas, bersih dan sehat, bawaan anaknya itu sendiri, yang mana ketika mereka
peduli dan kreatif.Karakter tersebut diharapkan berhadapan dengan kegiatan keagamaan, mereka
menjadi kepribadian utuh yang mencerminkan merasa jenuh dan terbebani. Karena tidak semua minat
keselarasan dan keharmonisan dari olah HATI, PIKIR, atau keinginan siswa itu sama. Seperti yang
RAGA, serta RASA dan KARSA. dikemukakan oleh Gunawan (Abdullah Munir,
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan maka 2010:86) dalam melaksanakan suatu kegiatan
dapat d bahwa, kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan seringkali terdapat kendala-kendala yang menghambat
ekstrakulikuler irmus SMA Negeri 6 Banjarmasin kelancaran atau keberhasilan pencapaian tujuan
cukup banyak dan beragam. Seperti Kegiatan Jumat kegiatan itu yaitu faktor bawaan dalam diri sendiri
Taqwa yaitu mendatangkan penceramah Agama yang yang malas untuk melaksanakan aktivitas selain
dilaksanakan pada hari jumat setiap 2 (dua) kali dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Kendala dalam
sebulan, Baca Tulis Al-Quran yang dilakukan setiap mengembangkan kegiatan ekstrakurikuler adalah
1 (satu) minggu sekali, Sholat Zuhur Berjamaah kendala yang timbul dari intensitas anggota untuk
dilakukan secara bergiliran oleh setiap kelas dari Kelas berperan aktif di dalam setiap kegiatan ekstrakurikuler,
7 s/d 9. Kegiatan ini dikordinasikan oleh Irmus, Habsi faktor anggota dalam menentukan pilihan kegiatan
dan Kajian tentang Nabi Muhammad Saw dimana ekstrakurikuler lebih dari satu pilihan menjadikan
kegiatan ini dilaksanakan setiap 1 (satu) bulan sekali kurang maksimalnya kehadiran anggota kegiatan
dan di isi kajian tentang kajian Kehidupan Nabi ekstrakurikuler.
Muhammad Saw, Bakti Sosial dilakukan setiap adanya Berdasarkan hasil penelitian di lapangan bahwa
bencana seperti kebakaran, banjir, dsb, Buletin Gabus untuk meningkatkan pembentukan iman dan taqwa di
yaitu sebagai media informasi seputar Irmus dan sekolah adalah dengan bekerja sama dengan guru
bacaan-bacaan umum, Kantin (Kajian Rutin) yang pembina dan pelatih, guru-guru lainnya, anggota-
berisi kajian-kajian Islam, Kegiatan Program anggota irmus serta orang tua siswa untuk senantiasa
Kreatifitas Siswa seperti Motif (Muslimah Kreatif), mengarahkan siswanya pada hal yang positif. Hal ini
Pamlet Rutin, Mading, serta acara Buka bersama dan senada dengan yang dikemukakan oleh Hendri
pesantren kilat. (Sutisna, 1983:10) faktor penunjang pembentukan
kegiatan ekstrakurikuler seperti keselarasan antara

351
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

program dengan pelaksanaan, keterlaksanaan pro- nya, adanya dukungan dari kepala sekolah, adanya
gram yang optimal, pembina dan pelatih yang profes- pendanaan yang terencana yang telah ditetapkan,
sional, tersedianya dana yang cukup, kerja sama yang adanya musholla untuk pelaksanaan kegiatan dan
baik, respon siswa, personil sekolah, orang tua, dan adanya penyediaan pelatih untuk melakukan
masyarakat terhadap kegiatan-kegiatang yang bimbingan atau pelatihan dalam melaksanakan
dilaksanakan, adanya perubahan kemajuan siswa kegiatan irmus.
dilihat dari pencapaian tujuan dari terlaksananya
kegiatan tersebut. 2. Saran
a. Ditingkatkannya lagi peraturan tentang kehadiran
E. KESIMPULAN DAN SARAN dalam pelaksanaan kegiatan irmus agar semua
1. Kesimpulan makna yang terkandung terhadap kegiatan ini dapat
a. Pembentukan karakter Iman dan Taqwa siswa mengena dalam diri pribadi siswa masing-masing
melaui kegiatan ekstrakulikuler Ikatan Remaja yang nantinya akan membuat mereka lebih mem-
Muslim (Irmus) di SMA Negeri 6 Banjarmasin telah punyai karakter iman dan taqwa. Pihak sekolah
memberikan kontribusi yang besar terhadap hendaknya lebih sering lagi menampilkan bakat-
karakter keimanan dan ketaqwaan siswa dimana bakat yang ada dari anggota kegiatan ekstra-
banyak program-program kegiatan yang dilakukan kurikuler irmus melalui perlombaan-perlombaan
oleh Irmus ini. Dalam kegiatan Irmus telah diajarkan ekstrakuriku-ler antar sekolah yang berbasis
pendalaman ilmu-ilmu keagamaan sehingga dapat keagamaan. Misalnya; lomba Adzan, lomba Dai,
membimbing siswa dalam bersikap atau bertingkah lomba tilawatil Quran, lomba Habsi. Selain itu,
laku serta dapat mengetahui mana yang salah dan anggota irmus juga harus lebih meningkatkan
benar maupun mana yang baik dan buruk. Anggota prestasinya melalui kegiatan ekstrakurikuler irmus.
Irmus juga telah ditanamkan sikap rasa malu berbuat b. Hendaknya dimasukkan lagi beberapa program
salah sehingga sikap ini menjadikan siswa untuk yang bagus namun belum dimuat dalam program
selalu berbuat sesuai dengan aturan. kegiatan ikatan remaja muslim maka dari itu perlu
b. Kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler Irmus dalam adanya tambahan kegiatan-kegiatan seperti, tafakur
pembentukan karakter iman dan taqwa cukup alam, diskusi tentang problematika remaja, dan
banyak dan beragam. Kegiatan yang dilaksanakan wisata rohani. Kegiatan-kegiatan seperti itu tidak
adalah kegiatan buka puasa bersama, bakti sosial, hanya memberikan kegiatan saja tetapi juga
bulletin gabus, kantin (kajian rutin), muslimah kreatif, memberikan manfaat kepada siswa agar dapat
pamlet rutin, kegiatan jumat taqwa, baca tulis al- meningkatkan keimanan dan ketaqwaan siswa.
quran, sholat dzuhur berjamaah, kegiatan habsi c. Hendaknya dilakukan forum dialog maupun diskusi
dan kajian tentang Muhammad Saw. yang dilakukan secara rutin membahas seputar
c. Kendala yang dihadapi kegiatan ekstrakurikuler kegiatan irmus. Pihak pengelola irmus lebih membe-
dalam pembentukan karakter iman dan taqwa rikan kegiatan-kegiatan yang menarik lagi sesuai
siswa adalah pembawan dari diri siswa, pengaruh dengan perkembangan zaman namun tidak
zaman, keadaan anggota, dan kesadaran diri menghilangkan unsur keagamaan agar dapat
pribadi siswa. Beberapa faktor menjadi pendukung meningkatkan jumlah anggotanya. Selain itu, perlu
dalam pembentukan karakter iman dan taqwa adanya penyediakan fasilitas penunjang dalam
siswa adalah kerja sama antara guru pembina dan kegiatan irmus seperti tersedianya Al-quran,
pelatih dan guru-guru lain serta anggota-anggota- Rebana (terbang), buku-buku islam, dsb.

352
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

DAFTAR PUSTAKA Raka, Gede at. All, 2002. Pendidikan Karakter di


Sekolah; dari Gagasan ke tindakan. Jakarta:
Asmani Maamur, 2011. Buku Panduan Internalisasi Elex Media Komputindo
Pendidikan Karkater diSekolah. Jogjakarta: Rusmiyati, dkk, 2003, Panduan Mentoring Agama
Diva Press. Islam, Iqra Club, Jakarta.
Azzet Muhaimin, 2011. Urgensi Pendidikan S.M. Suhufi, 2003. Prinsip dan Etika Pribadi dalam
Karkater di Indonesia. Jogjakarta: Ar Ruzzz Islam. Jakarta: Pustaka Intermasa.
Media. Somantri, Endang, 2011. Pendidikan Karakter: Nilai
Debdikbud, 1997. Himpunan Peraturan dan Inti Bagi Upaya Pembinaan Kepribadian
Pedoman Pelaksanaan Pembinaan Kesiswa- Bangsa. Bandung: Widya Aksara Press dan
an. Bandung:Koperasi Pegawai Kanwil Laboratorium PKn UPI.
Depdikbud. Sutisna, Oteng, 1983. Administrasi Pendidikan.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Bandung: Angkasa.
1995:2.(Online), (Http:// www.kemendiknas.- Syamhudi, 2009. Tujuan-Manfaat Ekskul.
go.id/kemdikbud/, diakses pada tanggal 2 (DikutipdariHttp:// ucuzsopian. blogspot. com/
januari 2012) 2012/ manfaat-kegiatan-ekstrakurikuler.-
Fattah Abdoel, 2008. Pembangunan Karakter html?m=1, diaksespadatanggal 15 2012).
Unggul. Jakarta: PT Arga Publishing. Tri Admajo, 2009. Kegiatan Ekstrakurikuler.
Khan. D. Yahya, 2010. Pendidikan Karakter (Dikutip dari Http:// id. shvoong. com/
Berbasis Potensi Diri; Mendongkrak socialscienes-education/2260214-tujuan-
Kualitas Pendidikan. Yogyakarta: Pelang Pub- ruanglingkup-kegiatan/, diakses pada tanggal 15
lishing. Januari 2012.
Muhammad, Abu Bakar,1994. Pembinaan Manusia Undang-undang Republik Indonesia No.20 Tahun
dalam Islam. Surabaya: Al Ikhlas. 2003 tentang Undang-undang Sistem
Muin Fatchul, 2011. Pendidikan Karakter Pendidikan Nasional. Jakarta: Cemerlang.
Konstruksi Teoritik dan Praktik. Jogjakarta: Wahyu, 2006. Penelitian Kualitatif, Banjarmasin:
Ar-ruzz media. Fakultas Keguruandan Ilmu Pendidikan Univer-
Munir Abdullah, 2010. Pendidikan Karakter. sitas Lambung Mangkurat.
Yogyakarta: Pedagogia. Wahyu, et. Al. 2011.Pedoman Penulisan Karya
Permendiknas N0.39. Th.2008. (Online), (Http:// Ilmiah Program Studi Pendidikan Pancasila
antotenera.wordpress.com/ tag/permendiknas- dan Kewarganegaraan Program Sarjana
no-39-tahun-2008/diaksespadatanggal 2 (S1). Banjarmasin: Universitas Lambung
Januari 2012) Mangkurat.

353
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

HUBUNGAN KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU PKN DENGAN


SIKAP DEMOKRATIS PESERTA DIDIK DI SMK NEGERI 1
BANJARMASIN

Eka Aprilliyanti, Wahyu dan Rabiatul Adawiyah


Program Studi PPKn FKIP Universitas Lambung Mangkurat

ABSTRACT

Eka Aprilliyanti, 2013. Relationships of Civics Teacher Personality Competency with Students Democratic
Attitudes in SMK Negeri 1 Banjarmasin. Scripsi, Program Study of Citizenship and Pancasila
Education, Department of Social Sciences Education, Faculty of Teacher and Education
Science, University of Lambung Mangkurat. Counselor (I) Wahyu, (II) Rabiatul Adawiyah.
Personality of the teacher has been set in the Minister of National Education. 16 In 2007, in
paragraph 2 of Article 3, while students in democratic attitudes set in the Law. 20 of 2003, Based
on this fact can be stated that the personality of the teacher influenced democratic attitudes of
learners. The purpose of this study was to determine relationship the competence of the teachers
personality Civics with democratic attitudes of students in SMK Negeri 1 Banjarmasin.
The method used in this study is a quantitative method, the data were analyzed using product
moment analysis techniques.
The results showed that the competence of the teachers personality Civics great influence on
democratic attitudes of students in SMK Negeri 1 Banjarmasin. Competence personality Civics
teacher at SMK Negeri 1 Banjarmasin enough, seen from the responses of students by 73% judged
that sufficient competence Civics teachers personality, and the remaining 27% considered that
the competence of the teachers personality Civics still not good. Competence personality Civics
teacher at SMK Negeri 1 Banjarmasin enough, seen from the positive response from students of
73% assess that competence Civics teachers have good personalities, and the remaining 27%
considered that the competence of the teachers personality Civics still not good.
Teachers that need to further improve the competence of his personality that fits the criteria of
personality competencies of teachers, so as to make the students behave democratically. Citizenship
Education Study Program is expected to cultivate the seeds of future teachers and qualified teachers
scored a success in the future.

Keywords: competence, personality, attitude, democratic

A. PENDAHULUAN berperan sebagai panutan. Mengenai pentingnya


Kepribadian adalah faktor yang sangat ber- kepribadian guru, seorang psikolog terkemuka Zakiah
pengaruh terhadap keberhasilan seorang guru sebagai Dardjat (1982) menegaskan Kepribadian itulah yang
pengembang sumber daya manusia.Karena di samping akan menentukan apakah ia menjadi pendidik dan
sebagai pembimbing dan pembantu, guru juga pembina yang baik bagi anak didiknya.Kompetensi

354
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

kepribadian guru adalah penting dan strategis Dalam Peraturan Menteri pada poin (d) bahwa
karenadalam kompetensi kepribadian guru banyak guru harus memiliki kepribadian yang demokratis
terdapat pengaruh yang besar terhadap peserta didik, sehingga diharapkan dalam menjalankan dan mengapli-
guru yang memiliki kompetensi yang baik dalam kualitas kasikan kompetensinya seorang guru PKn mampu
mengajar, dan tingkat profesionalnya maka peserta memiliki hubungan yang positif dengan sikap
didik akan merasakan bahwa pentingnya kompetensi demokratis kepada peserta didiknya.
kepribadian guru. Sikap demokratis siswa di atur di dalam Undang-
Guru yang demokratis tidak sekedar memberikan Undang No. 20 tahun 2003, yaitu:
kebebasan kepada siswa untuk mengemukakan Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan
idenya, tetapi juga mendukung ide tersebut dan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
mendorong siswa untuk mengembangkan ide-ide bangsa yang bermatabat dalam rangka mencerdas-
kreatifnya.Sikap demokratis dalam guru-siswa kan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkem-
mempunyai ciri-ciri:(1) Menerima, Menjelaskan, dan bangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
Mendukung ide serta perasaan orang, (2) Memuji dan yang beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
membesarkan hati, (3) bertanya dan merangsang Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang
partisipasi, (4) pertanyaan berorientasi pada kerja demokratis, serta bertanggung jawab.
individu atau siswa (Bellach, 1970).
Peran guru sebagai leader adalah sebagaimana Dalam hal ini diharapkan siswa mampu bersikap
dikemukakan oleh Cartwright dan Zander (Gastil:56), demokratis dalam pembelajaran bukan hanya terpaku
merupakan suatu tindakan yang mendukung siswa pada seorang guru saja, namun di sini diharapkan guru
untuk mencapai tujuannya, dalam hal ini tujuan dan peserta didik mampu mencipatakn suasana yang
pembelajaran. Kepemimpinan demokratis guru demokratis sesuai dengan tujuan pendidikan.
melatih dan mendorong siswa untuk memiliki kebe- Banyak para ahli yang mendefinisikan kepribadian
ranian mengemukakan pendapat, keterampilan guru. Salah satu yang paling penting menurut Allport
berbicara dan berpikir bebas, kemampuan berorga- (Mc Ahsan:45)
nisasi, serta kematangan emosional dan kemampuan Kepribadian adalah suatu organisasi yang dinamis
berpikir rasional.Menghargai perbedaan pendapat darisistem psiko-fisik indvidu yang menentukan
sebagai suatu dinamika dalam masyarakat sehingga tingkah laku dan pemikiran indvidusecara khas.
tidak memaksakan kehendak dan pendapatnya Terjadinya Interaksi psiko-fisik mengarahkan
sebagai suatu kebenaran mutlak. tingkah laku manusia.Maksud dinamis pada
pengertian tersebut adalah perilaku mungkin saja
Dalam Undang-undang Guru dan Dosen No. 14 berubah-ubahmelalui proses pembelajaran atau
Tahun 2005 dikemukakan kompetensi kepribadian melalui pengalaman-pengalaman.
adalah kemampuan kepribadian yang mantap,
Hasil informasi di lapangan menurut salah satu
berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi
guru PKn yaitu Ibu Akbarina kepribadian guru itu
teladan peserta didik.
merupakan contoh untuk peserta didiknya, dan kepri-
Kepribadian guru telah diatur dalam Peraturan badian guru itu nanti akan berdampak kepada peserta
Menteri Pendidikan Nasional No. 16 tahun 2007, didiknya. Contohnya apabila kepribadian gurunya
pada ayat 2 pasal 3, yaitu: disiplin maka secara tidak langsung akan membentuk
Kepribadian guru sekurang-kurangnya mencakup sikap peserta didiknya, apabila kepribadian gurunya
kepribadian yang beriman dan bertaqwa, berakhlak demokratis selalu bertukar pendapat kepada peserta
mulia, arif dan bijaksana, demokratis, mantap, didiknya maka juga akan mebentuk sikap demokratis
berwibawa, stabil, dewasa, jujur, sportif, menjadi
juga karena peserta didik berani mengemukakan
teladan bagi peserta didik dan masyarakat, secara
objektif mengevaluasi kinerja sendiri, dan mengem-
pendapatnya.
bangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan. Hasil penelitian sebelumnya dari Faditha (2004:
142), mengatakan apabila guru dalam pembelajaran
bersikap demokratis, tidak tegang, memberikan

355
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

kesempatan kepada siswa, tidak ada keterpihakan, melaksanakannya.Mereka harus dapat memperlihat-
maka seorang guru tersebut mempunyai kepribadian kan pada konteks pekerjaan dan hal itu dipengaruhi
yang demokratis dan mampu membentuk sikap peserta oleh organisasi kebudayaan dan lingkungan kerja.
didik yang demokratis pula. Dengan kata lain, kompetensi terdiri atas kombinasi
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang
ada hubungan kompetensi kepribadian guru PKn diperlukan untuk menampilkan tugas dan dan fungsi
dengan sikap demokratis peserta didik. Penelitian utamanya.
seperti ini belum dilaksanakan disekolah SMKN 1 Arikunto (1993:239) mengemukakan kompetensi
Banjarmasin. Jadi, penelitian tentang Hubungan personal mengharuskan guru memiliki kepribadian yang
Kompetensi Kepribadian guru dengan sikap mantap sehingga menjadi sumber inspirasi bagi subyek
Demokratis Peserta didik dilakukan di SMKN 1 didik, dan patut diteladani oleh siswa.Berdasarkan
Banjarmasin. uraian di atas, kompetensi kepribadian guru tercermin
dari indikator (1) sikap, dan (2) keteladanan.
B. KAJIAN PUSTAKA Jadi kompetensi kepribadian guru dapat diartikan
1. Pengertian Kepribadian sebagai kemampuan dan kewenangan guru dalam
a. Kepribadian menjalankan profesi keguruannya. Berdasarkan uraian
Menurut tinjauan psikologi, kepribadian berarti di atas kompetensi guru dapat didefinisikan sebagai
sifat hakiki individu yang tercermin pada sikap dan penguasaan terhadap pengetahuan, keterampilan, nilai
perbuatanya yang membedakan dirinya dari yang lain. dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir
Mc Leod (1989), mengartikan kepribadian (person- dan bertindak dalam menjalankan profesi sebagai guru.
ality) sebagai sifat yang khas yang dimiliki oleh
2. Teoritis Demokrasi
seseorang.Secara konstitusional, guru hendaknya
berkepribadian Pancasila dan UUD 1945 yang a. Pengertian Demokrasi
beriman dan bertagwa kepada Tuhan YME, disamping Pendidikan demokratis dapat diartikan sebagai
itu dia harus punya keahlian yang di perlukan sebagai sikap saling menghargai kendati pendapat satu sama
tenaga pengajar. lain berbeda, bahkan bertentangan pendapat tidak
hanya sekedar berbeda lalu berhenti, namun diajak
b. Teori kepribadian untuk membuat kesepakatan bersama secara terbuka
Salah satu teori kepribadian yang diambil yaitu dan saling menghormati. Peserta didik diberi kesem-
teori kepribadian Allport. Menurut Allport, individu- patan untuk memberikan tanggapan, pendapat dan
individu yang sehat dikatakan mempunyaifungsi yang penilaian terhadap nilai-nilai yang ditemukan.
baik pada tingkat rasional dan sadar. Menyadari Demokratis ini digunakan untuk menanamkan nilai-nilai
sepenuhnya kekuatan-kekuatan yang membimbing diantaranya keterbukaan, kejujuran, penghargaan
mereka dandapat mengontrol kekuatan-kekuatan itu pendapat orang lain, sportifitas, kerendahan hati, dan
juga.Kepribadian yang matang tidak dikontrol oleh toleransi melalui demokratis peserta didik diajak mulai
trauma-trauma dankonflik-konflik masa kanak-kanak. berani mengungkapkan gagasan, pendapat maupun
Orang yang matang dan sehat juga akan terus perasaan.
menerusmembutuhkan motif-motif kekuatan dan daya Tahap demi tahap peserta didik diarahkan untuk
hidup yang cukupuntuk menghabiskan energi- menata jalan pikiran, cara bicara dan sikap-sikap
energinya. hidupnya, dengan cara ini peserta didik diajak untuk
belajar menentukan nilai-nilai hidup secara benar dan
c. Pengertian Kompetensi Kepribadian Guru PKn
jujur. Penanaman sikap demokratis berawal dengan
Kompetensi merujuk kepada seseorang dalam menghargai perbedaan, tahap demi tahap peserta didik
mengaplikasikan pengetahuan, keterampilan atau diarahkan pada pertanggung jawaban yang benar dan
kemampuan menampilkan sesuatu sampai ukuran yang nalar.
spesifik. Kompetensi terlihat dari kelakuan bertindak
bahwa setiap guru membutuhkan kombinasi untuk

356
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

Sikap demokratis peserta didik akan mencipta- wajar, jujur, dan terbuka.Sikap demokratis sejati
kan suasana kehidupan yang demokratis antara guru adalah sikap mau menghargai pihak manapun dalam
dan peserta didik dengan adanya saling menghormati, kehidupan bersama. Meyakinkan pihak lain akan baik
kerjasama hubungan yang akrab dan terbuka. Menurut dan pentingnya gagasan yang dimiliki tanpa harus ada
A. Kosasih Djahiri sikap demokratis siswa akan perpecahan, permusuhan, dendam atau pun kekerasan
nampak dari bersahabat, toleransi, bersikap krtitis dan dalam pelaksanaan dan penerapan gagasan. Berani
kreatif, sensitif terhadap hal-hal yang ada disekitarnya, menghargai kekurangan dan kekalahan serta mengakui
dapat meliahat cara-cara yang tepat dalam memecah- pihak lain lebih unggul juga merupakan sikap demo-
kan persoalan yang timbul bagi dirinya maupun kratis.Sikap demokratis peserta didik akan mencipta-
lingkungannya, mampu menghargai pendapat orang lain kan suasana kehidupan yang demokratis antara guru
walaupun berbeda pendapatnya, mampu mengemuka- dan peserta didik dengan adanya saling menghormati,
kan pendapatnya. kerjasama hubungan yang akrab dan terbuka.
b. Pengertian Sikap Demokratis Siswa Hasil penelitian sebelumnya dari Faditha (2004:
142), mengatakan apabila guru dalam pembelajaran
Sikap merupakan semacam kesiapan untuk bersikap demokratis, tidak tegang, memberikan
bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara kesempatan kepada siswa, tidak ada keterpihakan,
tertentu. Bisa dikatakan bahwa kesiapan yang maka seorang guru tersebut mempunyai kepribadian
dimaksud merupakan kecenderungan potensial untuk yang demokratis dan mampu membentuk sikap peserta
bereaksi dengan cara tertentu apabila individu dihadap- didik yang demokratis pula, yang menjadi dasar atau
kan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya acuan yang dipakai untuk keterkaitan antara kompe-
respon. Menurut Lapierre (Azwar, 1995) mendefinisi- tensi kepribadian guru dengan sikap demokratis
kan sikap sebagai suatu pola perilaku, tendensi atau peserta didik.
kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan
diri dalam situasi sosial, atau secara sederhana sikap 3. Kerangka Pemikiran
adalah respon terhadap stimulus sosial yang telah
dikondisikan. Kerangka Pemikiran
Tahap demi tahap peserta didik diarahkan untuk
menata jalan pikiran, cara bicara dan sikap-sikap
hidupnya, dengan cara ini peserta didik diajak untuk
belajar menentukan nilai-nilai hidup secara benar dan
jujur. Penanaman sikap demokratis berawal dengan
menghargai perbedaan, tahap demi tahap peserta didik
diarahkan pada pertanggung jawaban yang benar dan
nalar.
Menurut Djahiri (2007), sikap demokratis siswa
akan nampak dari bersahabat, toleransi, bersikap kritis
dan kreatif, sensitif terhadap hal-hal yang ada
disekitarnya, dapat melihat cara-cara yang tepat dalam
memecahkan persoalan yang timbul bagi dirinya 4. Hipotesis Penelitian
maupun lingkungannya, mampu menghargai pendapat
orang lain walaupun berbeda pendapatnya, mampu Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah di
mengemukakan pendapat secara jelas dan sistematis, uraikan, maka hipotesis penelitian yang diajukan adalah
berkeinginan untuk maju. Terdapat hubungan yang signifikan antara
kompetensi kepribadian guru PKn dengan sikap
Jadi, sikap demokratis peserta didik adalah demokratis peserta didik.
sebagai suatu kesiapan atau kecenderungan peserta
didik untuk bertingkah laku mengutamakan kepen-
tingan bersama, menghargai pendapat orang lain secara

357
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

C. METODE PENELITIAN definisi operasionalnya. Maka definisi dari setiap


1. Metode Penelitian yang Digunakan variabel di atas adalah:
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini a. Kompetensi kepribadian guru adalah kemampuan
menggunakan pendekatan kuantitatif dengan memakai kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif,
metode diskriptif yang nantinya akan mampu menja- dan beribawa. (UU N0 14 Tahun 2005).
barkan hasil dari persentase setiap poin-poin angket b. Sikap demokratis peserta didik adalahtoleran,
yang dibagi kepada seluruh responden. Sehingga dalam memahami dan menerima perbedaan, berpikir
penelitian ini hanya terbatas pada melihat hasil seluruh kritis, kemampuan berpartisipasi. (Sanusi, 1998).
responden yang kemudian dikumpulkan, karena dalam 4. Teknik Pengumpulan Data
penelitian ini sudah jelas siapa yang menjadi sasarannya
Penggunaan teknik pengumpulan data yang tepat
atau respondennya.
sehingga diperolehnya data yang objektif. Permasa-
2. Populasi dan Sampel lahan dalam penelitian semaksimal mungkin dapat
a. Populasi dipecahkan sesuai dengan tujuan yang diinginkan, harus
didukung oleh data yang relevan.
Populasi menurut Margono (2005:118) adalah
data yang menjadi perhatian kita dalam suatu lingkup Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini
dan waktu yang ditentukan. Populasi dalam penelitan berupa data primer dan data sekunder sebagai berikut:
ini adalah siswa kelas XI di SMK Negeri 1 a. Data Primer
Banjarmasin Tahun pelajaran 2012/2013. Data primer diambil berdasarkan hasil observasi
dan pengumpulan data melalui angket (Kuesioner) yang
b. Sampel dibagikan kepada responden secara langsung serta
Sampel menurut Margono (2005:121) adalah se- wawancara oleh beberapa siswa dan guru di sekolah
bagai bagian dari populasi sebagai contoh yang diambil tersebut.
dengan menggunakan cara-cara tertentu. Sampel
menurut Fathani (2005:101) adalah contoh untuk diha- b. Data Sekunder
dapi sebagai objek sasaran penelitian yang hasil Data sekunder adalah data penelitian yang di-
kesimpulannya dapat diwakili seluruh populasi. peroleh dengan menggunakan studi kepustakaan, yaitu
Menggunakan tabel Krejcie dan Morgan (1970) total dengan mempelajari laporan-laporan, serta buku-buku
jumlah populasi mendekati angka 400, maka dapat yang berkaitan dengan penelitian.
disimpulkan sampel yang ditarik yaitu sebanyak 196
orang. Pengambilan sampel menggunakan teknik ran- 5. Analisis Data
dom sampling (acak sederhana). Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang
bersifat eksploratif (menggali) bertujuan untuk
3. Instrumen Penelitian menggambarkan keadaan status fenomena. Data yang
Instrumen penelitian dalam kuantitatif merupakan telah dikumpulkan diolah dan disajikan secara sewajar-
variabel yang terkandung dalam penelitian tersebut. nya, karena metode penelitian yang digunakan adalah
Gunanya sebagai suatu alat ukur yang digunakan untuk metode deskriptif. Jadi seluruh rangkaian kegiatan
mengukur variabel penelitian. Dalam penelitian ini, telah proses penelitian dan hasil penelitian dilaksanakan
ditetapkan memiliki dua variabel yaitu sebagai berikut: secara serempak. Selanjutnya data-data dianalisis
a. Instrumen untuk mengukur kompetensi kepribadian dengan analisis statistik.
guru PKn Data primer yang diperoleh dalam penelitian ini
b. Instrumen untuk mengukur sikap demokratis di analisis dengan menggunakan random atau teknik
peserta didik acak dengan menggunakan perhitungan presentasi.
Setelah variabel-variabel ditetapkan untuk diteliti, Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan
maka selanjutnya variabel-variabel tersebut diberikan teknik persentase dan teknik korelasi Product-Mo-
ment dari Karl Pearson yang disajikan pada uraian
berikut:

358
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

a. Teknik Persentase (%) dengan rumus: 2. Keadaan Guru dan Siswa SMK Negeri 1
Teknik persentase digunakan untuk mengetahui Banjarmasin
seberapa besar persentase jawaban responden dari Jumlah keadaan total guru yang mengajar di SMK
kuesioner yang diberikan kepada mereka. Teknik Negeri 1 Banjarmasin ini adalah sebanyak 74 orang,
presentase menurut (Sudijono, 2001: 40) mengguna- 46 guru perempuan dan 28 gur laki-laki, yang terdiri
kan rumus sebagai berikut: 54 orang guru tetap dan 17 orang guru tidak tetap.
Selain itu untuk bagian staff tata usaha ada 7 orang
dan bagian karyawan perpustakaan ada 3 orang.
Sedangkan untuk keadaan total siswa keseluruhan
Keterangan: yang berada di SMK Negeri 1 Banjarmasin sebanyak
p = Persentase jawaban responden 1.059 siswa. Seluruh kelas berjumlah 36 buah.
f = Frekuensi jawaban
3. Kompetensi Kepribadian Guru
N = Jumlah responden Menjawab.
a. Guru PKn selalu menunjukkan sikap pribadi yang
b. Teknik Analisis Korelasi Product-Moment baik pada saat pembelajaran di kelas, maupun di
Penelitian ini menggunakan teknik analisis korelasi luar pembelajaran PKn.
Product-Moment dari Karl Pearson untuk mengetahui b. Guru PKn selalu menunjukkan komunikasi yang
hubungan kompetensi kepribadian guru PKn dengan baik pada saat pembelajaran di kelas, maupun pada
sikap demokratis peserta didik di SMK Negeri 1 saat tidak melakukan pembelajaran di kelas.
Banjarmasin, dengan rumus segai berikut: c. Guru PKn selalu menunjukkan pribadi yang sopan.
d. Guru PKn mempunyai mutu pribadi yang baik.
e. Guru PKn mempunyai sifat yang ramah.
Keterangan: f. Guru PKn saat di kelas maupun di luar kelas selalu
rxy : koefisien korelasi skor tiap item dengan skor menanamkan nilai-nilai moral kepada peserta didik.
total g. Guru PKn selalu membrikan contoh sikap yang
N : jumlahsubyek baik.
x : jumlah skor tiap item h. Guru PKn selalu mampu mengaplikasikan nilai-nilai
y : jumlah skor total moral yang baik kepada peserta didik.
x2 : jumlahskoritemkuadrat i. Guru PKn selalu menunjukkan sikap yang bijaksana
dalam mengambil keputusan.
y2 : jumlahskor total kuadrat
j. Guru PKn selalu menunjukkan sikap tidak pilih
xy : jumlah perkalian antara skor tiap item dengan
kasih.
skor Total (Sutrisno Hadi, 2004: 4)
k. Guru PKn mampu menjadi teladan yang baik bagi
D. HASIL PENELITIAN peserta didik.
1. Keadaan Fisik SMK Negeri 1 Banjarmasin l. Guru PKn telah mempunyai komptensi kepribadian
yang baik.
SMK Negeri 1 Banjarmasin terletak di Jalan
Mulawarman RT.12 No.45, Kelurahan Teluk Dalam, 4. Demokratis Peserta Didik
Kecamatan Banjarmasin Tengah, kota Banjarmasin.
Sikap demokratis peserta didik kelas XI di SMK
Sekolah ini di kelilingi oleh bangunan sekolah-sekolah
Negeri 1 Banjarmasin adalah sebagai berikut:
lain. Seperti SMA Negeri 1 Banjarmasin, SMA Negeri
2 Banjarmasin, dan SMP Negeri 2 Banjarmasin. a. Siswa mampu menanamkan sikap menghargai
Bangunan sekolah ini mempunyai bangunan yang sesama teman.
permanen karena seluruhnya terbuat dari beton. b. Siswa sering memberikan arahan tentang sikap yang
baik kepada sesama teman.

359
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

c. Siswa mampu menunjukkan sikap saling tolong


menolong.
d. Siswa selalu mendengarkan pendapat dari teman
atau orang lain.
e. Siswa mampu tidak bersikap egois.
f. Siswa sering mengajukan pertanyaan pada saat
pembelajaran terhadap materi yang tidak dipahami.
g. Siswa selalu bersungguh-sungguh dalam belajar di
kelas. Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan
h. Siswa berani mengeluarkan pendapat atau korelasi product moment (lampiran) diperoleh nilai
argumennya saat pembelajaran dan saat diskusi. korelasi antara variabel X (kompetensi kepribadian
i. Siswa aktif dalam mengerjakan tugas dari guru. guru) dan variabel Y (sikap demokratis peserta didik)
j. Siswa mampu berpikir kritis terhadap permasalahan sebesar 0,631 yang kemudian disesuaikan dengan
yang ada disekitarnya. tabel interpretasi nilai r maka besarnya nilai 0,631 ini
termasuk interval koefisien antara 0,600 sampai
k. Siswa mampu bersikap terbuka.
dengan 0,800 yaitu diinterpretasikan termasuk dalam
l. Siswa mampu berinteraksi dengan baik kesesama kategori cukup.
teman maupun dengan guru.
b. Interpretasi dengan menggunakan r tabel
5. Hasil Pengujian Hipotesis Analisis korelasi antara variabel X (kompetensi
a. Interpretasi dengan menggunakan r hitung kepribadian guru) dengan variabel Y (sikap demokratis
Hubungan antara variabel X (kompetensi peserta didik) dimasukkan ke dalam interpretasi nilai
kepribadian guru) dan variabel Y (sikap demokratis r tabel. Berdasarkan korelasi product momentantara
peserta didik) digunakan teknik analisis korelasi prod- variabel X (kompetensi kepribadian guru) dan variabel
uct moment. Hasil analisis tersebut dapat memperoleh Y (sikap demokratis peserta didik) diperoleh besar
harga koefisien korelasi product moment (r) antara koefisien korelasi sebesar 0,631 kemudian hasil
variabel X (kompetensi kepribadian guru) dan variabel tersebut disesuaikan dengan r tabel untuk jumlah N =
Y (sikap demokratis peserta didik). Berikut ini 196, maka jumlah data yang paling mendekati adalah
merupakan tabel X dan Y serta penghitungan secara N = 175 (lampiran) sehingga didapatkan harga taraf
manual: signifikan 5% = 0,148pada taraf signifikan 1% =
0,194.
Berdasarkan hasil pengujian r hitung (0,631) >r
tabel (0,148). Dengan demikian dapat disimpulkan
Keterangan:
bahwa koefisien korelasi sebesar 0,631 adalah
rxy = Koefisien korelasi signifikan, yang berarti terdapat hubungan antara
xy
= Jumlah perkalian skor antar variabel variabel X (kompetensi kepribadian guru) dan variabel
X = Jumlah skor variabel x Y (sikap demokratis peserta didik). Hasil penelitian
Y = Jumlah skor variabel y adalah ada hubungan secara signifikan antara
kompetensi kepribadian guru PKn dengan sikap
X2 = Jumlah kuadrat skor x
demokratis peserta didik di SMK Negeri 1
Y2 = Jumlah kuadrat skor y Banjarmasin.
N = Data

360
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

E. PEMBAHASAN kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan atau


1. Kompetensi Kepribadian Guru PKn di SMK memutuskan suatu hal.menurut Allport (Mc Ahsan:45)
Negeri 1 Banjarmasin Kepribadian adalah suatu organisasi yang dinamis
Kompetensi kepribadian guru yang dimiliki setiap darisistem psiko-fisik indvidu yang menentukan
guru itu berbeda-beda, namun apabila kompetensi tingkah laku dan pemikiran indvidusecara khas.
Terjadinya Interaksi psiko-fisik mengarahkan
kepribadian guru itu mampu membuat peserta didik
tingkah laku manusia.Maksud dinamis pada
bersikap demokratis itu menunjukan bahwa guru pengertian tersebut adalah perilaku mungkin saja
tersebut mempunyai kompetensi kepribadian yang berubah-ubahmelalui proses pembelajaran atau
baik, dalam proses pembelajaran di kelas ibu Akbarina melalui pengalaman-pengalaman.
juga mengatakan memang saya dalam mengajar selalu
Jadi kompetensi kepribadian guru PKn memiliki
memberiakn kesempatan kepada peserta didik untuk
peran penting dalam membangkitkan sikap demokratis
bertanya kalau ada penjelasan saya yang tidak dipahami
peserta didik dalam mengikuti pembelajaran di kelas.
oleh peserta didik, dan saya dalam pembelajaran tidak
Oleh sebab itu pendidik harus berusaha dalam
pernah meanak emaskan salah satu murid, dan
upayanya menunjukkan sikap yang demokratis pula
merekapun sekarang lebih terbuka kepada saya
untuk perkembangan sikap peserta didiknya.
apabila ada materi yang saya sampaikan tidak
dimengerti meraka langsung bertanya. Berdasarkan hasil analisis deskriptif kompetensi
kepribadian guru PKn dari hasil penelitian dalam
Berdasarkan wawancara di atas maka hal ter-
kategori sedang, yaitu sebanyak 73% terhadap
sebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Johnson
kompetensi kepribadian guru PKn sangat setuju, 27%
sebagaimana dikutip Anwar (2004:63) mengemukakan
berpersepsi setuju, ternyata indikator kompetensi
kemampuan personal guru, mencakup (1) penampilan
kepribadian guru PKn perlu ditingkatkan, dengan
sikap yang positif terhadap keseluruhan tugasnya
adanya peningkatan mutu kompetensi kepribadian guru
sebagai guru, dan terhadap keseluruhan situasi pendi-
PKn diharapkan mampu mengubah pola pikir peserta
dikan beserta unsur-unsurnya, (2) pemahaman,
didik agar lebih kritis dalam menanggapi permasalahan
penghayatan dan penampilan nilai-nilai yang
yang ada di kelas, serta megurangi tingkat kepasifan
seyogyanya dianut oleh seorang guru, (3) kepribadian,
peserta didik.
nilai, sikap hidup ditampilkan dalam upaya untuk
menjadikan dirinya sebagai panutan dan teladan bagi 2. Sikap Demokratis Peserta didik di SMK
para siswanya. Negeri 1 Banjarmasin
Melakukan wawancara dengan beberapa siswa, Berkaitan dengan penelitian ini, setelah
yakni menanyakan pendapat mereka perihal melakukan pembagian angket untuk mengetahui
kompetensi kepribadian guru PKn di kelas, maka salah seberapa besar respon peserta didik dalam sikap
seorang siswi yang bernama Devi Arianti kelas XI A demokratis mereka di kelas khususnya untuk mata
Akutansi mengatakan kompetensi kepribadian guru pelajaran PKn, menghasilkan respon yang sebagian
PKn saat di kelas sangat menyenangkan, guru bersikap besar tergolong bagus, yang berarti peserta didik
sopan dan mempunyai wibawa yang sangat baik serta bersikap demokratis dengan kompetensi kepribadian
dengan bersikap ramah di kelas, selalu memberikan guru PKn sekarang. Berdasarkan total variabel Y
kesempatan bertanya kalau ada materi pelajaran yang (Sikap Demokratis Peserta Didik) maka berarti
tidak dipahami. Pendapat senada juga dikatakan oleh 44,8% menyatakan sangat setuju, 45,9% menyatakan
seorang siswa bernama Aditia kelas XI AAdministrasi setuju dan 9,18% menyatakan ragu-ragu. Hal ini berarti
Perkantoran mengatakan kompetensi kepribadian sikap demokratis peserta didik sudah baik walaupun
guru PKn sangat menyenangkan serta guru tidak pernah tetap perlu ada peningkatan kearah yang lebih
marah saat di kelas, serta guru selalu memberikan sempurna lagi. Karena pada dasarnya sikap
nasehat kepada kami sebagai peserta didik. demokratis peserta didik juga bisa dtimbulkan dari
Purwadarminta dalam kamus besar umum Bahasa faktor lingkungan keluarganya bukan hanya di sekolah
Indonesia mengartikan bahwa kompetensi adalah saja.

361
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

Terbentuknya suatu sikap individual terhadap kakan pendapat secara jelas dan sistematis,
suatu objek, diawali dengan diterimanya objek tersebut berkeinginan untuk maju.
oleh panca indera. Dengan kemampuan kognitif, obyek
tersebut kemudian di deskripsikan karakteristiknya 3. Hubungan Kompetensi Kepribadian Guru
kemudian dirujukkan dengan norma, nilai yang PKn dengan Sikap Demokratis Peserta
dianutnya oleh individu, yang kemudian menghasilkan Didik di SMK Negeri 1 Banjarmasin
kepercayaan individual terhadap obyek tersebut. Teori KepribadianAllport adalah teori yang
Selanjutnya, komponen afektif memberikan rang- mengemukakan tentang kepribadian guru yang baik
sangan komponen konatif untuk merespon obyek untuk meyadari sepenuhnya kekuatan-kekuatan yang
psikologis, apakah respon positif atau respon nega- membimbing mereka dan dapat mengontrol kekuatan-
tive. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kekuatan itu juga, kepribadian yang matang tidak
sikap menurut Abu Ahmadi mempunyai komponen dikontrol oleh trauma-taruma dan konflik-konflik masa
yakni: kanak-kanak. Orang yang matang dan sehat juga akan
a. Komponen kognitif: berhubungan dengan gejala terus menerusmembutuhkan motif-motif kekuatan dan
mengenal pikiran. Ini berarti berwujud pengolahan, daya hidup yang cukupuntuk menghabiskan energi-
pengalaman dan keyakinan serta harapan-harapan energinya.
individu tentang obyek atau kelompok obyek Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih
tertentu. tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau
b. Komponen afektif: berwujud proses yang menyang- objek (Notoatmodjo, 2007:142). Secord & Backman
kut perasaan-perasaan tertentu seperti ketakutan, (1964) mendefinisikan sikap sebagai keteraturan
kedengkian, simpati, antipati, dan sebagainya yang dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi) dan
ditunjukan kepada obyek tertentu. predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap
suatu aspek di lingkungan sekitarnya. Teori yang
c. Komponen konatif: berwujud proses tendensi atau
dikemukakan di atas terlihat menampakkan keterkaitan
kecenderungan untuk berbuat suatu obyek.
anatara kompetensi kepribadian guru terhadap sikap
Sikap demokratis sejati adalah sikap mau demokratis yang akan dihasilkan yakni terhadap siswa
menghargai pihak manapun dalam kehidupan bersama. sebagai peserta didik. Sehingga setelah diuji pada bab
Meyakinkan pihak lain akan baik dan pentingnya sebelumnya telah diterima hipotesis yang mengatakan
gagasan yang dimiliki tanpa harus ada perpecahan, bahwa ada hubungan yang signifikan antara kompetensi
permusuhan, dendam atau pun kekerasan dalam pelak- kepribadian guru PKn dengan sikap demokratis
sanaan dan penerapan gagasan. Berani menghargai peserta didik pada kelas XI di SMK Negeri 1
kekurangan dan kekalahan serta mengakui pihak lain Banjarmasin dan korelasi tersebut termasuk dalam
lebih unggul juga merupakan sikap demokratis. kategori sedang.
Sikap penuh dengan kedemokratisan, yang pada Selain melalui uji analisis data, peneliti juga
saat ini telah dikembangkan oleh gru dan peserta melakukan wawancara dengan beberapa murid kelas
didiknya di dalam kelas dalam menjalani proses XI yang ada di sekolah SMK Negeri 1 Banjarmasin
pembelajaran. Sikap demokratis siswa akan mencipta- yang menjadi lokasi penelitian ini. Salah seorang siswi
kan suasana kehidupan yang demokratis antara guru yang bernama Dita Aulia kelas XI A Pemasaran
dan peserta didik dengan adanya saling menghormati, berpendapat sikap demokratis itu juga perlu dukungan
kerjasama hubungan yang akrab dan terbuka. Menurur guru yang memiliki kepribadian yang ramah, kreatif,
A. Kosasih Djahiri sikap demokratis siswa akan inovatif, sehingga kami lebih bersemangat dan bersikap
nampak dari bersahabat, toleransi, bersikap krtitis dan kritis dalam mengikuti pembelajaran. Selain itu
kreatif, sensitif terhadap hal-hal yang ada disekitarnya, seorang siswi lain yang bernama Agustina kelas XI B
dapat meliahat cara-cara yang tepat dalam meme- Akuntansi juga berpendapat kalau kompetensi
cahkan persoalan yang timbul bagi dirinya maupun kepribadian gurunya baik, maka kami akan merasa
lingkungannya, mampu menghargai pendapat orang lain nyaman mengemukakan pendapat kami kepada guru
walaupun berbeda pendapatnya, mampu mengemu- tersebut. Pendapat yang senada juga dikemukakan

362
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

seorang siswa bernama Fajar Juniadi kelas XI A DAFTAR PUSTAKA


Administrasi Perkantoran bahwa sikap demokratis
siswa dalam belajar juga dilihat dari bagaimana Ahsan, Mc. 2001. Kepribadian Guru. Jakarta: PT.
kepribadian seorang guru itu bisa membuat siswa berani Rineka Cipta.
menyampaikan pendapatnya tanpa harus takut.
Anwar, 2004. Kompetensi Personal Guru. Jakarta:
F. KESIMPULAN DAN SARAN Raja Grafindo Persada.
1. Kesimpulan Arikunto,Suharsimi. 1990. Manajemen Pengajaran
a. Kompetensi kepribadian guru PKn di SMK Negeri Secara Manusiawi. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
1 Banjarmasin cukup, terlihat dari respon positif Djahiri, 2007. Sikap Demokratis peserta didik.
dari siswa sebesar 73% menilai bahwa kompetensi Jakarta: Raja Grafindo Persada.
kepribadian guru PKn sudah baik, dan sisanya 27%
menilai bahwa kompetensi kepribadian guru PKn Kandar, Endang. 2008. Guru Kreatif. (Online), (http:/
masih kurang baik. /guru kreatif,.htm, diakses pada 15 desember
2011).
b. Sikap demokratis peserta didik pada kelas XI di
SMK Negeri 1 Banjarmasin juga dinilai cukup baik Majid, Abdul. 2007. Perencanaan Pembelajaran
yakni memiliki respon yang menyatakan sangat (Mengembangkan Standar Kompetensi
setuju sebesar 44,80%, menyatakan respon setuju Guru). Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
sebesar 45,90%, dan yang menyatakan respon Muhibbin, Syah. 2000. Psikologi Pendidikan
ragu-ragu sebesar 9,18%. dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja
c. Terdapat hubungan antara kompetensi kepribadian Rosdakarya.
guru PKn dengan sikap demokratis peserta didik
Notoatmodjo, 2007. Pengertian Sikap dan teori
di kelas XI SMK Negeri 1 Banjarmasin.
sikap. Jakarta: Sinar Grafika.
2. Saran Saifuddin, Azwar. 1988. Sikap Manusia: Teori dan
a. Bagi siswa diharapkan mampu meningkatkan sikap Pengukurannya. Yogyakarta: Liberty.
demokratis mereka di kelas maupun di luar kelas. Sugiyono, 2010. Metodologi Penelitian Kuantitatif.
b. Bagi guru agar perlu lebih meningkatkan kompetensi Jakarta: Bumi Arkasa.
kepribadiannya yang sesuai dengan kriteria
Suparno, Agus. 2008. Teori Demokrasi. (Online),
kompetensi kepribadian guru, sehingga mampu
(http:// teori demokrasi-htm, diakses pada 13
membuat peserta didik bersikap demokratis.
desember 2011).
c. Bagi Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan
diharapkan mampu mengolah bibit-bibit calon guru Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14
yang berkualitas dan berhasil mencetak guru-guru Tahun 2005 dan Peraturan Pemerintah
yang berhasil ke depannya, memberikan bekal dan Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008
dorongan dalam menghasilkan seorang calon guru Tentang Guru dan Dosen. Bandung: PT. Citra
masa depan yang ideal dan sukses. Umbara.
d. Bagi peneliti sendiri penelitian ini telah menambah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14
wawasan serta pengetahuan mengenai kompetensi Tahun 2005 dan Peraturan Pemerintah
guru, sehingga diharapkan mampu mengaplikasikan Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007
hasil penelitian ini kelak saat terjun menjalani profesi Tentang Guru dan Dosen. Bandung: PT. Citra
keguruan nanti. Umbara

363
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Wahyu, et.al, 2009. Pedoman Penulisan Karya
Tahun 2003 dan Peraturan Pemerintah Ilmiah Program Studi Pendidikan Pancasila
Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 dan Kewarganegaraan (PPKN) Program
Tentang Guru dan Dosen. Bandung: PT. Citra Sarjana (S1). Banjarmasin: Pustaka Banua.
Umbara. Yusuf, Slamet. 2001. Kepribadian Guru. Jakarta: PT.
Wahyu, 2009. Metode Penelitian Kuantitatif. Rineka Cipta.
Banjarmasin: Fakultas Keguruan Ilmu Zakariah, Daradjat. 1982. Psikology Kepribadian
Pendidikan Pascasarjana Bahasa dan Sastra Guru. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Indonesia dan Daerah Pascasarjana Magister
Administrasi Publik Universitas Lambung
Mangkurat Banjarmasin.

364
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATERI


PROKLAMASI DAN KONSTITUSI PERTAMA DALAM
PEMBELAJARAN PKN MELALUI MODEL EXAMPLE NON
EXAMPLE DI KELAS VII-B SMP NEGERI 2 TANJUNG

Eka Sastia Emilia, Wahyu dan Mariatul Kiftiah


Program Studi PPKn FKIP Universitas Lambung Mangkurat

ABSTRACT

Eka Sastia Emilia, 2013. Improving Learning Outcomes and Activities at Materials of Proclamation
and First Constitution in Civics Lesson Through Example Non Example Model in Class VII-B
SMP Negeri 2 Tanjung. Scripsi, Program Study of Citizenship and Pancasila Education,
Department of Social Sciences Education, Faculty of Teacher and Education Science,
University of Lambung Mangkurat. Counselor (I) Wahyu, (II) Mariatul Kiptiah.
During this learning process Civics class VII-B SMP Negeri 2 Tanjung tend not achieve results as
expected. It is seen from the class average is still below the specified minimum completeness
criteria ie 65. This is because the more dominant teachers use the lecture method (narrative
technique) in the implementation of learning activities that are less effective in improving student
learning outcomes in a follow Civics lesson.
The research objective is: (1) To determine the improvement of learning activities Civics Example
Non Example model, (2) To determine the increase in student learning outcomes as applied learning
Civics Model Example Non-Example. Data collection techniques used were observation and
achievement test which is done through several cycles, the cycle I and cycle II.
The method used was action research. Action research was conducted in two cycles, the first cycle
of two meetings and two meetings the second cycle. The experiment was conducted in a class VII-
B SMP Negeri 2 Tanjung. The number of students who studied there were 30 people, consisting of
16 men and 14 women. Analysis of the data used in quantitative view of the presentation.
These results indicate: (1) The application of learning using Example non Example models can
enhance the activity of teachers of first cycle both categories into a category very well in the
second cycle, (2) application of learning using Example non Example models can improve learning
outcomes can be seen in Civics attainment of minimal classical completeness there in the first
cycle is low with a percentage of 23% pretest and post-test 76%, after allowing for the second
cycle to obtain improved results with persantase mastery 86% pre-test and post-test by 90%.
Researchers suggested the teachers should be able to apply a variety of learning models, particularly
models Example Non Example. Learning model is shown to increase the activity and learning
outcomes.

Keywords: Activity, learning outcomes, learning models Example Non Example

365
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

A. PENDAHULUAN diam. Secara jelas banyak siswa mendapatkan nilai


Pembangunan nasional di bidang pendidikan akhir semester tidak mencapai standar ketuntasan mini-
adalah upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan mal yang sudah ditentukan sekolah, yaitu 65.
meningkatkan kualitas manusia Indonesia dalam
mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur B. KAJIAN PUSTAKA
berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1. Deskripsi Teori
1945 yang memungkinkan mengembangkan diri se- a. Hakikat Pembelajaran
bagai manusia Indonesia seutuhnya. Untuk mewujud- Pasal 1 Undang- Undang No.20 Tahun 2003
kan pembangunan nasional dibidang pendidikan tentang Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa
banyak faktor yang turut mempengaruhi seperti: pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik
penyediaan sarana dan prasarana pendidikan, input, dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
proses dan kemampuan guru dalam melaksanakan lingkungan belajar. Jadi pembelajaran adalah proses
proses belajar mengajar secara efektif serta aktivitas yang disengaja yang menyebabkan siswa belajar pada
para siswa dalam mengikuti pelajaran yang diberikan suatu lingkungan belajar untuk melakukan kegiatan
oleh guru. pada situasi tertentu.
Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar Sependapat dengan pernyataan tersebut
merupakan salah satu indikator adanya keinginan atau Soetomo (1993:68) mengemukakan bahwa:
motivasi siswa untuk belajar. Siswa dikatakan memiliki
keaktifan apabila ditemukan ciri-ciri perilaku seperti: Pembelajaran adalah proses pengelolaan ling-
kungan seseorang yang dengan sengaja dilakukan,
sering bertanya kepada guru atau siswa lain, mau
sehingga memungkinkan dia belajar untuk
mengerjakan tugas yang diberikan guru, mampu melakukan atau mempertunjukkan tingkah laku
menjawab pertanyaan, senang diberi tugas belajar dan tertentu pula. Sementara belajar adalah suatu proses
lain sebagainya. yang menyebabkan perubahan tingkah laku yang
Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan bukan disebabkan oleh proses pertumbuhan yang
bersifat fisik, tetapi perubahan dalam kebisaan,
aktivitas dan hasil belajar siswa dalam proses pembe-
kecakapan, bertambah, berkembang daya pikir,
lajaran adalah dengan mengganti cara atau model sikap dan lain-lain.
pembelajaran yang selama ini tidak diminati lagi oleh
siswa, seperti pembelajaran yang dilakukan dengan b. Proses Pembelajaran
ceramah dan tanya-jawab, model pembelajaran ini Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata
membuat siswa jenuh dan tidak kreatif. Suasana belajar proses bermakna suatu runtutan perubahan peristiwa
mengajar yang diharapkan adalah menjadikan siswa dalam sesuatu perkembangan selain itu juga merupakan
sebagai subjek yang berupaya menggali sendiri, meme- suatu rangkaian tindakan, perbuatan, atau pengolahan
cahkan sendiri masalah-masalah dari suatu konsep yang yang menghasilkan produk. Sedangkan pembelajaran
dipelajari, sedangkan guru lebih banyak bertindak yang telah diuraikan sebelumnya dalam Pasal 1
sebagai motivator dan fasilitator. Situasi belajar yang Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Pendi-
diharapkan di sini adalah siswa yang lebih banyak dikan Nasional menyebutkan bahwa pembelajaran
berperan. adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik
Beberapa masalah belajar siswa di kelas VII-B dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Jadi
menurut guru PKn kelas VII sangat rendah, indikator- pembelajaran adalah proses yang disengaja yang
nya ketika pelajaran disampaikan banyak siswa yang menyebabkan siswa belajar pada suatu lingkungan
tidak menyimak pelajaran misalnya mengobrol, tidak belajar untuk melakukan kegiatan pada situasi tertentu.
fokus dalam mendengarkan materi misalnya melamun, Sehingga dapat disimpulkan yang dimaksud
mengerjakan tugas yang diberikan dengan terpaksa proses pembelajaran adalah sebuah upaya bersama
dan tidak sungguh-sungguh, ketika diberi pertanyaan antara pendidik dan peserta didik untuk berbagi dan
banyak yang tidak bisa menjawab, dan diberi mengolah informasi dengan tujuan agar pengetahuan
kesempatan bertanya respon yang diberikan hanya yang terbentuk terinternalisasi dalam diri peserta didik

366
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

dan menjadi landasan belajar secara mandiri dan mengerti dan menganalisis sebuah konsep. Konsep
berkelanjutan. Sebuah proses pembelajaran yang baik, pada umumnya dipelajari melalui dua cara. Paling
paling tidak harus melibatkan 3 aspek kompetensi yaitu: banyak konsep yang kita pelajari di luar sekolah melalui
aspek psikomotorik, aspek kognitif dan aspek afektif. pengamatan dan juga dipelajari melalui definisi konsep
itu sendiri.
c. Aktivitas Belajar
Strategi yang diterapkan dari metode ini bertujuan
Mengajar merupakan upaya yang dilakukan oleh untuk mempersiapkan siswa secara cepat dengan
guru supaya anak didik belajar. Dalam pengajaran, menggunakan 2 hal yang terdiri dari example dan non-
anak didiklah yang menjadi subjek. Dialah yang belajar example dari suatu definisi konsep yang ada, dan
dengan melakukan kegiatan belajar. Agar anak didik meminta siswa untuk mengklasifikasikan keduanya
berperan sebagai pelaku dalam kegiatan belajar, maka sesuai dengan konsep yang ada. Example memberikan
guru hendaknya merencanakan pengajaran, yang gambaran akan sesuatu yang menjadi contoh akan
menuntut anak didik banyak melakukan aktivitas suatu materi yang sedang dibahas.
belajar. Hal ini tidak berarti anak didik dibebani banyak
tugas. 2. Kerangka Pemikiran
Aktivitas belajar adalah segala kegiatan yang Siswa perlu memiliki aktivitas dalam belajar.
dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) Dengan aktivitas yang tinggi maka hasil belajar siswa
dalam rangka mencapai tujuan belajar. Aktivitas yang meningkat. Rendahnya aktivitas belajar siswa
dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada siswa, merupakan salah satu permasalahan umum yang terjadi
sebab dengan adanya aktivitas siswa dalam proses dalam dunia pendidikan. Kaitannya dengan mata
pembelajaran terciptalah situasi belajar aktif. pelajaran, bidang studi PKn dianggap sebagai mata
pelajaran yang kurang menarik dan membosankan
d. Hasil Belajar
sehingga hasil belajar PKn cenderung rendah. Upaya
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang meningkatkan aktivitas dan hasil belajar PKn yang
diperoleh pembelajaran setelah mengalami aktivitas rendah salah satunya dengan menerapkan model
belajar. Secara sederhana hasil belajar merupakan pembelajaran Example Non Example dalam kegiatan
segala sesuatu yang diperoleh, dikuasai atau belajar mengajar dikelas.
merupakan hasil proses belajar mengajar. Hasil belajar
merupakan kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia 3. Hipotesis Tindakan
menerima pengalaman belajar. Berdasarkan kerangka berpikir yang telah
Hasil belajar yang dicapai siswa sekolah yang diuraikan dapat dinyatakan hipotesis penelitian ini yakni
ditunjukkan dengan terjadinya perubahan pengetahuan, Jika diterapkan Model Example Non Example dalam
ketrampilan dan sikap sebagai hasil suatu individu itu proses pembelajaran di kelas, Prestasi Belajar siswa
sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya mata pelajaran PKn materi Proklamasi Dan Konstitusi
ataupun Biasanya hasil belajar dinyatakan dengan Pertama akan meningkatkan aktivitas dan hasil belajar
angka, huruf, atau kalimat dan dicapai pada periode- PKn sekaligus menciptakan proses pembelajaran
periode tertentu. menjadi student centered.
e. Model Example Non Example C. METODE PENELITIAN
Metode Example Non Example adalah metode 1. Setting Penelitian
yang menggunakan media gambar dalam penyampaian
Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan di SMPN
materi pembelajaran yang bertujuan mendorong siswa
2 Tanjung yang beralamat Jl. Jaksa Agung Soeprapto
untuk belajar berfikir kritis dengan jalan memecahkan
No. 13 Tanjung 71513 Kabupaten Tabalong semes-
permasalahan-permasalahan yang terkandung dalam
ter 1 tahun ajaran 2011/2012. Adapun subjek tindakan
contoh-contoh gambar yang disajikan.
dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII-B yang
Model Example Non Example juga merupakan berjumlah 36 orang terdiri dari 15 orang laki-laki dan
metode yang mengajarkan pada siswa untuk belajar 21 orang perempuan. Alasan pengambilan kelas VII-

367
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

B, karena VII-B memiliki aktivitas dan nilai yang lebih mengajar PKn. PTK ini diterapkan atas tindakan yang
rendah dibandingkan dengan kelas VII lainnya. terdiri atas beberapa siklus, dimana masing masing
Padahal dalam proses pembelajaran guru PKn dikelas siklus terdiri dari beberapa tahap. Tahapan kegiatan
tersebut tidak memiliki perbedaan saat mengajar dari siklus dimana dalam rancangan PTK pada siklus
dengan kelas lainnya. pertama adalah sebagai berikut:
a. Persiapan Tindakan
2. Variabel yang Diselidiki
b. Pelaksanaan Tindakan
Variabel menjadi sasaran PTK dalam upaya
meningkatkan aktivitas belajar Menggunakan Model c. Observasi dan Evaluasi
Example Non Example Pada Mata Pelajaran PKn d. Analisis dan Refleksi
Materi Proklamasi Dan Konstitusi Pertama di Kelas
VII-B SMP Negeri 2 Tanjung sebagai berikut: 5. Data dan Cara Pengumpulannya
a. Variabel input yakni guru dan siswa Kelas VII-B a. Sumber Data
SMP Negeri 2 Tanjung Pada Mata Pelajaran PKn Sumber data diambil dari guru dan siswa. Dari
Materi Proklamasi dan Konstitusi Pertama. guru berupa tes awal dan dari siswa berupa data hasil
b. Variabel proses yakni aktifitas proses pembelajaran tes pada akhir materi.
PKn Materi Proklamasi Dan Konstitusi Pertama b. Teknik dan alat pengumpulan data
di Kelas VII-B SMP Negeri 2 Tanjung Mengguna- Pengumpulan data dalam PTK ini meliputi:
kan Model Example Non Example.
1) Tes, menggunakan instrument soal untuk mengukur
c. Variabel output yakni hasil belajar PKn melalui hasil observasi belajar siswa.
Model Example Non Example Pada Mata
Pelajaran PKn Materi Proklamasi Dan Konstitusi 2) Observasi menggunakan lembar observasi untuk
Pertama di Kelas VII-B SMP Negeri 2 Tanjung. mengukur tingkat partisipasi siswa dalam proses
belajar PKn.
3. Instrumen 3) Dokumentasi, ini dilakukan untuk mengumpulkan
Menurut Wahyu (2009:49) Instrumen penelitian data dalam pelaksanaan pembelajaran PKn dengan
adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur model pembelajaran Example Non Example.
variabel penelitian angka yang akan diproses secara
6. Analisis dan Interprestasi Data
statistik dan dideskripsikan secara deduksi yang
berangkat dari teori-teori umum, lalu dengan observasi Data yang dikumpulkan pada setiap kegiatan
untuk menguji validitas keberlakuan teori tersebut observasi dari pelaksanaan siklus penelitian dianalisis
ditariklah kesimpulan. secara deskriptif dengan menggunakan teknik
persentase untuk melihat kecendrungan yang terjadi
Penelitian ini berjudul Meningkatkan Aktivitas dan
dalam kegiatan pembelajaran. Hasil belajar: dengan
Hasil Belajar Materi Proklamasi Dan Konstitusi
menganalisis nilai rata-rata tes formatif, pre-tes dan
Pertama Dalam Pelajaran PKn Melalui Model Ex-
post test dalam mata pelajaran PKn dengan menggu-
ample Non Example di Kelas VII-B SMP Negeri 2
nakan model pembelajaran Example Non Example.
Tanjung, memiliki instrumen yaitu: pedoman observasi,
dan tes hasil belajar. 7. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah:
4. Prosedur Penelitian
a. Jika dari seluruh kegiatan pembelajaran yang
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan
dilakukan, taraf penguasaan 75% siswa mencapai
rancangan PTK. Yakni penelitian yang menekankan
75% dari materi yang diajarkan (Dinas Pendidikan
kepada kegiatan (tindakan) dengan menguji cobakan
Propinsi Kalimantan Selatan, 2004).
suatu ide ke dalam praktek atau situasi nyata, yang
diharapkan kegiatan tersebut mampu memberbaiki dan b. Jika dari seluruh tindakan pembelajaran yang
meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar dilakukan, nilai hasil belajar siswa lebih dari Kriteria

368
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

Ketuntasan Minimal (KKM) belajar siswa tahun 3. Siklus Kedua


pelajaran 2010/2011 SMPN 2 Tanjung yang a. Refleksi hasil observasi guru
bernilai 65. Berdasarkan data hasil observasi guru untuk
siklus II, dapat dilihat telah terjadi peningkatan
D. HASIL PENELITIAN
dibandingkan yang sebelumnya pada siklus I dengan
1. Deskripsi Lokasi Penelitian angka rata-rata kualifikasi skor sebesar 3,1 dan
Penelitian Tindakan Kelas ini ini dilaksanakan di pertemuan II rata-rata kualifikasi skor sebesar 3,4
SMP Negeri 2 Tanjung yang beralamat Jln. Jaksa dengan persentase rata rata siklus sebesar 86%,
Agung Suprapto No.13 Tanjung Kabupaten Tabalong. sehingga dari data tersebut menunjukan pembelajaran
SMPN 2 Tanjung didirikan pada tahun 1976/1977, yang dilakukan oleh guru menggunakan model Ex-
dengan bangunan permanen, cukup terawat dengan ample non example di kelas VII-B SMPN 2 Tanjung
luas tanah 5.911 m2 dan luas bangunan 1.981 m2 mengalami peningkatan dibandingkan pada siklus II
sudah menunjukkan hasil yang memuaskan.
2. Siklus Pertama
a. Refleksi hasil observasi guru b. Refleksi hasil observasi siswa
Dari hasil observasi guru pada siklus I, terlihat Berdasarkan pengamatan peneliti dan observer
perubahan yang terjadi dari pertemuan ke I dan II terhadap kegiatan siswa melalui lembar observasi siswa
tidak terlalu signifikan yakni dari yang sebelumnya rata- untuk siklus ke II, peningkatan aktifitas siswa yang
rata kualifikasi skor 3,16 menjadi 3,45 ini berarti terjadi sudah menunjukkan hasil yang cukup signifikan,
tindakan guru selama mengajar hanya mengalami hal ini dapat dilihat dari siklus II pada pertemuan I
perubahan yang sedikit, sehingga persentase kese- rata-rata kualifikasi skor sebesar 3,8 dan pertemuan
luruhan untuk observasi guru hanya sekitar 66% yang II rata-rata kualifikasi skor sebesar 4,0 dengan jumlah
berarti masih belum mencapai kualifikasi yang maksimal persentasi keseluruhan sebesar 78%
sesuai indikator yang ditentukan. c. Hasil prestasi belajar pada siklus II
b. Refleksi hasil observasi siswa Setelah dilaksanakan pembelajaran menerapkan
Berdasarkan pengamatan peneliti dan observer model Example Non Example, pada materi pokok
terhadap kegiatan siswa melalui lembar observasi siswa makna proklamasi kemerdekaan dan konstitusi
untuk siklus I yang terdiri dari dua kali pertemuan, juga pertama, rata-rata kelas mengalami kenaikan yang
belum mengalami perubahan/kemajuan yang signifikan, cukup siginifikan yang mana ketuntasan minimal yang
hal ini dapat dilihat pada Dari tabel 4.2 di atas tentang diharapkan sudah mencapai target yang mana
pengamatan aktifitas pembelajaran siswa pada siklus ketuntasan minimal yang diharapkan sudah dicapai
I dimana kegiatan positif siswa memiliki persentasi siswa sebesar rata-rata nilai 78,5 dengan ketuntasan
sebesar 24% sedangkan untuk kegiatan negatif klasikal sebesar 90%
memiliki persentasi sebesar 34% dengan jumlah
persentase rata rata keseluruhan siklus I sebesar E. PEMBAHASAN
58%. 1. Aktivitas Pembelajaran Guru Menggunakan
model Example Non Example di kelas VII-
c. Hasil prestasi belajar pada siklus I B SMPN 2 Tanjung
Nilai rata-rata PKn di kelas VII-B dari tabel 4.3 a. Aktivitas Guru Siklus I
di atas tentang hasil belajar siswa pada siklus I yang
Berdasarkan hasil observasi proses pembelajaran
pada sebelumnya dilakukan pre-test diperoleh rata-
guru pada pertemuan I dan II yang hasilnya tidak
rata sebesar 56,3 dengan ketuntasan klasikal 23%
memiliki perbedaan yang cukup signifikan. Sebab
setelah dilaksanakan pembelajaran kemudian
dalam hal pembelajaran guru masih tidak menggu-
diberikan post test diperoleh rata-rata nilai 66,5 dengan
nakan model pembelajaran. Selain itu guru yang
ketuntasan klasikal sebesar 76%.
kurang memperhatikan murid saat menjelaskan

369
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

materi yang disampaikan sehingga mereka ada yang 3) Siswa kelas VII-B SMPN 2 ketika terlihat siswa
asyik dengan kesibukan mereka sendiri. yang masih tidak tertarik dengan pelajaran PKn
Pengamat menilai bahwa guru masih belum yang dianggap membosankan. Meskipun perhatian
sepenuhnya berhasil melaksanakan pembelajaran mereka mulai dari awal pembelajaran sampai pada
yang bermanafaat untuk anak didiknya sebab guru 30 menit pertama sudah bagus, akan tetapi makin
masih terlihat canggung dalam menerapkan startegi menuju menit terakhir dari menit ke 30 mereka
pembelajaran baru ini karna terbiasa melakukan mulai mencari kesibukan mereka sendiri, karena
proses pembelajaran narrative technique. ada kejenuhan dalam proses pembelajaran tersebut.
4) Siswa kelas VII-B SMPN 2 tidak mengatahui
b. Aktivitas Guru Siklus II
Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Indikator
Berdasarkan data hasil observasi guru untuk dan Tujuan Pembelajaran justru yang tidak
siklus II, akan di interpretasikan sebagai berikut: dilakukan oleh guru sehingga aspek moral, akhlak,
a. Aktivitas pembelajaran guru PKn kelas VII-B budi pekerti, perilaku, pengetahuan dan keteram-
SMPN 2 Tanjung pada siklus I yakni 66%. pilan dari nilai-nilai yang disampikan dari materi
b. Aktivitas pembelajaran guru PKn kelas VII-B pelajaran cenderung belum bisa dikaitkan dan
SMPN 2 Tanjung pada siklus II meningkat menjadi diterapkan siswa dalam kehidupan sehari-harinya.
84%.
b. Siklus II
Hal ini menunjukkan, hasil dari catatan observer
Model Example Non Example yang ditunjukkan
sudah menunjukkan hasil peningkatan di tiap tahapnya.
dengan toleransi siswa terhadap masyarakat berdasar-
Peningkatan aktiftas guru dalam pengelolaan kelas yang
kan kasus yang dikenakannya lebih meningkat. Siswa
terjadi dari siklus I ke siklus II, dikarenakan pada
terlihat ebih tertarik untuk mempelajari mata pelajaran
pembelajaran PKn dimulai dengan bermuara menen-
PKn daripada sebelumnya. Dari segi penilaian statistik
tukan pendekatan pembelajaran, strategi pembela-
juga terjadi peningkatan.
jaran, metode pembelajaran, teknik pembelajaran
kemudian model pembelajaran yang semua hal itu Ini membuktikan bahwa pembelajaran yang
meskipun berbeda akan tetapi dalam proses pem- dilakukan oleh seorang guru sangat mempengaruhi
belajaran akan terangkai menjadi satu kesatuan utuh. terhadap aktitas pembelajaran siswanya. Dimana
dalam siklus II Aktivitas pembelajaran siswa VII-B
2. Aktivitas Pembelajaran Siswa dalam SMPN 2 Tanjung pada materi suasana kebatinan UUD
penerapkan Menggunakan model Example 1945 memiliki hal sebagai berikut:
Non Example yang dilakukan oleh guru di 1) Siswa VII-B SMPN 2 Tanjung mengikuti pelajaran
kelas VII-B SMPN 2 Tanjung lebih antusias dibandingkan sebelumnya.
a. Siklus I 2) Siswa Siswa VII-B SMPN 2 Tanjung mulai
Peneliti beranggapan bahwa hal tersebut dikarena- berperan aktif dalam mengikuti pelajaran.
kan rendahnya pengelolaan kelas yang dilakukan oleh 3) Siswa VII-B SMPN 2 Tanjung mulai berusaha
guru sebab masih berifat one-communcation. Hasil untuk memahami makna materi ajar dengan
pengamatan kegiatan siswa secara individu dapat mengaitkannya terhadap konteks kehidupan
digambarkan sebagai berikut: mereka sehari-hari.
1) Siswa kelas VII-B SMPN 2 ketika guru 4) Siswa VII-B SMPN 2 Tanjung juga mampu secara
melakukan motivasi masih banyak kurang tanggap optimal untuk mengkonstruksi diri sendiri agar
terhadap apa yang di tanyakan guru. mampu saling bekerja sama dengan siswa lainnya.
2) Siswa kelas VII-B SMPN 2 ketika proses pembe- 5) Siswa VII-B SMPN 2 Tanjung menunjukkan
lajaran masih banyak siswa yang pasif, dalam hal keaktifannya dalam mengerjakan tugas.
mengemukakan pertanyaan maupun pendapatnya, 6) Siswa VII-B SMPN 2 Tanjung secara berke-
bahkan ada anak yang asyik dengan kesibukannya lompok belajar siswa mampu dilakukan dengan
sendiri tanpa memperhatikan pelajaran. baik.

370
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

3. Hasil Belajar PKn Siswa dalam penerapkan b. Aktivitas siswa dalam pembelajaran penerapan
Menggunakan model Example Non pembelajaran pendekatan menggunakan model
Example yang dilakukan oleh guru di kelas Example Non Example dikelas VII-B SMPN 2
VII-B SMPN 2 Tanjung pada materi pokok makna proklamasi kemerde-
a. Siklus I kaan dan konstitusi pertama juga mengalami
Hasil belajar siswa pada siklus 1 belum memenuhi peruabahan, yakni dari persentasi pada siklus I
indikator keberhasilan penelitian yang telah ditetapkan sebesar 58% dan mengalami peningkatan lebih baik
yakni: pada siklus II dengan persentasi sebesar 81%.
1) Pretest dengan rata-rata kelas 56,3 dengan c. Hasil belajar PKn siswa menggunakan model Ex-
ketuntasan minimal yang dicapai hanya 23%. ample Non Example dikelas VII-B SMPN 2 pada
materi pokok makna proklamasi kemerdekaan dan
2) Post test dengan rata-rata kelas 66,5 dengan konstitusi pertama yang dapat dilihat dari mening-
ketuntasan minimal yang dicapai menjadi 76%. katnya hasil belajar PKn siswa pada pencapaian
b. Siklus II ketuntasan belajar yang diperoleh melalui Pos Tes
Prestasi belajar siswa pada siklus II sudah yang dilakukan pada setiap akhir pembelajaran di
memenuhi indikator keberhasilan dari penelitian yang setiap siklus. Peningkatan ketuntasan belajar
telah ditetapkan dengan menerapkan menggunakan tersebut dapat dilihat pada pencapaian ketuntasan
model Example Non Example, yakni: klasikal minimal yang pada siklus pertama masih
rendah dengan persentasi pretest 23% dan post
1) Pretest dengan rata-rata kelas 65,1, ketuntasan test 76%, setelah diadakan refleksi mengenai
minimal yang dicapai 86%, pembelajaran pada siklus kedua memperoleh
2) Posttest dengan rata-rata kelas 78,5, ketuntasan peningkatan hasil ketuntasan dengan persentase
minimal yang dicapai menjadi 90%. pretest 86% dan post test sebesar 90%.
Bedasarkan hal diatas perolehan data hasil
pembelajaran kelas VII-B SMPN 2 Tanjung pada 2. Saran
materi pokok Makna Proklamasi dan Konstitusi a. Bagi siswa disarankan agar mengikuti pembelajaran
Pertama yang berlangsung saat siklus I dan II, maka di kelas dengan seksama dalam memperhatikan
Persentase hasil belajar siswa pada siklus I dan II pada penjelasan guru, mengikuti, bekerja sama dan aktif
data diagram diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam proses belajar mengajar sehingga ketika guru
penerapan menggunakan model Example Non Ex- mengadakan evaluasi siswa siap dan memperoleh
ample mampu meningkatkan nilai pembelajaran PKn hasil belajar sesuai yang diharapkan.
di kelas VII-B SMPN 2 Tanjung. b. Kepada guru PKn disarankan dapat menjadikan
model pembelajaran Example Non Example
F. KESIMPULAN DAN SARAN sebagai alternatif dalam kegiatan pembelajaran
1. Kesimpulan PKn.
a. Aktivitas pembelajaran guru menggunakan model c. Bagi kepala sekolah hendaknya memfasilitasi guru
Example Non Example dikelas VII-B SMPN 2 dalam penerapan pembelajaran model Example
pada materi pokok makna proklamasi kemerdeka- Non Example karena pembelajaran ini dapat
an dan konstitusi pertama yang dilakukan telah meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
sesuai dengan aspek-aspek aktivitas dalam d. Bagi Pendidikan Kewarganegaraan adalah agar
pendekatan menggunakan model Example Non mahasiswa dan mahasiswi lulusan program studi
Example dan termasuk dalam kualifikasi cukup baik PKN dapat menerapkan model-model pembela-
sebab mengalami perubahan dari rendah hingga jaran yang beranekaragam, sehingga dapat
meningkat. Dari persentasi siklus I sebesar 66% menciptakan lulusan yang bukan hanya berprestasi
dan meningkat pada siklus kedua menjadi 84%. akademik tapi juga mampu berinovatif, berkreatif
dan berkualitas

371
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

DAFTAR PUSTAKA ___________,2008. Kurikulum dan Pembelajaran.


Jakarta: PT Bumi Aksara.
Abimanyu, Soli, dkk, 1998. Penelitian Tindakan Hardjama, Agus M. 1994. Stress Tanpa Distres
Kelas. Dependikbud Dirjen Pendidikan Tinggi. Yogyakarta. Kanisius
Jakarta Jihad dan Haris. 2009. Evaluasi Pembelajaran.
Ahmadi, Abu, 2003. Psikologi Umum. Jakarta: Yogyakarta. Multi Pressindo
Rineka Cipta Kartono, Kartini. 1996. Psikologi Umum. Bandung.
Arikunto, Suharsimi, 2006. Penelitian Tindakan Mandar Maju
Kelas. Jakarta. Bumi Aksara. Kurniawan, Abdul Akbar. 2011. Penerapan Motode
Abdul Aziz Wahab. 2008. Metode dan Model-Model Pembelajaran Example Non Example
Pembelajaran IPS, Bandung. Alphabeta Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Hasil
Corembima, Duran, dkk, 2002. Pembelajaran Belajar Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan
Kooperatif. Pelatihan Terintegrasi Berbasis Alam Siswa Kelas VI Semester II SD Negeri
Kompetensi. Jakarta. Dirjen Dikdasmen Purana UPPK Bantarbolang Kabupaten
Pemalang Tahun Ajaran 2010/2011.
Daryanto. 2009. Paduan Proses Pembelajaran Semarang. (online) (http://sirakbarkurniawan.-
Kreatif Dan Inovatif Teori Dan Praktik blogspot.com/2011/01/blog-post.html)
Dalam Pengembangan Profesionalisme Bagi
Guru. Jakarta. Publisher Liang, Gie. 1995. Cara Belajar yang Efisien.
Jakarta. Liberty
Djamarah, Saiful,Bahri, 2000. Guru dan Anak Didik
dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: PT Rineka Muhibbin, Syah. 2003. Psikologi Pelajar. Bandung.
Cipta Remaja Rosdakarya

Depdikbud, 1990. Undang-Undang No.2 Tahum Nurkancana, 1987. Kurikulum dan Pembelajaran.
1989 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta. Rineka Cipta
Jakarta. Dirjen Dikdasmen Ratumanan, T.G. dan T. Laurens. 2003. Evaluasi
Dewi, Ratih Komala. 2011. Penerapan Model Ex- Hasil Belajar yang Relevan dengan
ample Non Example Dalam Meningkatkan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Surabaya:
Kemampuan Pemahaman Konsep Hak Asasi Unesa University Press.
Manusia Pada Mata Pelajaran Pendidikan Rusyan, A. Tabrani, dkk. 1989. Pendekatan dalam
Kewarganegaraan. Skripsi S1 UPI Bandung. Proses Belajar Menagajar. Bandung. Karya
(online), (http://repository.upi.edu/skripsiview.- Remaja
php?no_skripsi=2223) Sardiman, 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar
Dimiyati dan Mudjiono. 1999. Belajar Dan Mengajar, Jakarta. Raja Grafindo Persada
Pembelajaran. Jakarta. Rineka Cipta Sayano dan Hariyanto. 2011. Belajar dan
Djahiri, Ahmad Kosasih. (1995/1996). Dasar- dasar Pembelajaran: Teori dan Konsep Dasar.
Umum Metodologi dan Pengajaran Nilai Bandung. PT. Remaja Rosdakarya
Moral. Bandung. IKIP Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-faktor Yang
Hamalik, Oemar. 2001. Managemen Pengem- Mempengaruhinya. Jakarta. Rineka Cipta
bangan Kurikulum. Bandung. PT Remaja Soetomo. 1993. Dasar-dasar Interaksi Belajar
Rosdakarya Mengajar. Surabaya. Usaha Nasional
_____________, 2002. Pendidikan Guru. Jakarta: Sudjana, Nana. 2002. Dasar- dasar Proses Belajar
PT Bumi Aksara. Mengajar. Bandung. Sinar

372
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

Sudrajat, Ahmad. 2008. Perkembangan Kognitif Usman, M.U. 2001. Menjadi Guru Profesional.
(online), (http://ahmadsudrajat.wordpress.com/ Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
2008/01/31 perkembangan kognitif. Usman, M.U. dan Lilis, S. 2001. Upaya Optimalisasi
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2004. Kurikulum dan Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung. PT.
Pembelajaran. Bandung. Remaja Rosdakarya Remaja Rosdakarya.
Tafsir, Ahmad. 1992. Ilmu Pendidikan dalam Pers- Wahyu, et.al. 2009. Pedoman Penulisan Karya
pektif Islam. Bandung. Remaja Rosdakarya Ilmiah Program Studi PPKN Program
Tuharjo. 1989. Hubungan Antara Mata Kuliah Sarjana (S1). Banjarmasin: FKIP Universitas
Penjurusan, Minat dan Prestasi Belajar. Hasil Lambung Mangkurat.
Penelitian. Tidak diterbitkan. Malang: Pusat Wahyu, 2010. Penelitian Tindakan Kelas.
Penelitian dan Pengembangan. IKIP Malang Banjarmasin: FKIP Universitas Lambung
Ummam, Affrizal. 2011. Penerapan Pembelajaran Mangkurat.
Kooperatif Model Example Non Example Winkel, WS. 1984. Psikologi Pendidikan dan
Dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Evaluasi Belajar. Jakarta. Balai Pustaka
IPS Geografi Pada Materi Hidrosfer Kelas
VII-A Semester II (Genap) Di SMP Negeri 6
Sampang. Skripsi S1 Universitas Negeri
Malang. Tidak diterbitkan

373
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

PENERAPAN SISTEM POIN DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER


BERBASIS DISIPLIN PADA SISWA SMAN 3 BANJARBARU

Elliyana Sari, Wahyu dan Harpani Matnuh


Program Studi PPKn FKIP Universitas Lambung Mangkurat

ABSTRACT

Ellyana Sari, 2013. Implementation of the points system in the formation of character based on
student discipline SMAN 3 Banjarbaru. Scripsi, Program Study of Citizenship and Pancasila
Education, Department of Social Science Education, Faculty of Teacher Training and
Education Science, Universitas Lambung Mangkurat. Counselor (I) H. Wahyu, (II) Harpani
Matnuh.
This study reviews the implementation of the points system in the formation of character based
discipline in students of SMAN 3 Banjarbaru. Implementation of the points system is assessed
through student discipline picture after the application of a points system, the character of the
disclipline studied through the causes of the low student discipline after the application of the
points while the violation of students studied in the form of student violations after the
implementation of the points system.
The selected research method is a method of qualitative data collection techniques through the
observation that scientists see direct application of a points system to sudent, an interview so that
researchers can find out di rectly from the informant as a data source, and document in order to
facilitate researchers in collecting data both written document or picture as a data source. Object
of research and data analysis by means of data reduction, data presentation, and conclusion. Data
can be tested by way of extension of validity of observation, increasing persistence, triangulation,
and using reference cematerials.
The result showed tat the application of apoints system has been running smoothly but the disclipline
of students in SMAN 3 Banjarbaru stillnot fully discipline, frequent visits from students who commit
violations, student areoften violated because of factoers bandwagon friends. Violations often can
serve as an example to other student that school discripline violations to the student.s interest and
convenience of the student themselves.
Based on the result ofthe study suggested that schooprovide tough sancition to student who are
breaking the rules and doing outreach to students about the application of a points system for
students who are doing a good offense at student orientation, flag ceremonies, as well asteaching
and learning process. Teachers must be able to be a role model to maintain order and discipline in
the school.

Keyword: Implementation of the points system, character discipline, student

374
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

A. PENDAHULUAN a. Mahzab hukum alam (mahzab kodrat) adalah suatu


Disiplin dalam belajar di sekolah dianggap sebagai aliran yang menelaah hukum dengan sandaran
hal penting agar proses belajar dapat berjalan efektif. kepada keadilan yang mutlak,
Karena tujuan disiplin di sekolah adalah efektifitas b. Mahzab sejarah, Mahzab ini merupakan reaksi
proses belajar mengajar, maka perilaku yang dianggap terhadap para hukum alam yang berpendapat
mendukung proses belajar mengajar dianggap masalah bahwa hukum alam bersiat rasionalistis dan berlaku
disiplin. Di samping sebagai alat pendidikan, bagi siapa saja, kapan saja, dan di mana saja.
kedisiplinan juga sebagai alat menyesuaikan diri dalam c. Mahzab kedaulatan rakyat, Jean Jacques
lingkungan yang ada. Apabila peraturan sekolah tanpa Rousseuau dalam bukunya Le Contract Social yang
tata tertib, akan muncul perilaku yang tidak tertib, tidak menjadi dasar paham kedaulatan rakyat yang
teratur, tidak terkontrol, perilaku liar, yang pada mengajarkan bahwa negara bersandarkan pada
gilirannya mengganggu kegiatan pembelajaran. kemauan rakyat.
Undang-Undang No.14 tahun 2005 tentang Guru dan d. Mahzab theokrasi, Teori ini berpendapat bahwa
Dosen mengingat: hukum itu kemauan tuhan dan dasar kekuatan
1. Pasal 20, pasal 22 d, dan pasal 31 undang-undang hukum itu adalah kepercayaan kepada tuhan
dasar Negara republik indosesia tahun 1945;
2. Undang-undang nomor 20 tahun 2003 dengan sys- 3. Teori-teori Tentang Disiplin
tem pendidikan nasional (lembaran Negara republik Sinungan (Elfrindi dkk, 2012:80) mengemukakan
Indonesia tahun 2003 nomor 78, tambahan bahwa:
lembaran Negara republik Indonesia nomor 4301) disiplin merupakan suatu keadaan tertentu di mana
Berdasarkan observasi di SMAN 3 Banjarbaru, orang-orang yang bergabung dalam organisasi
kedisiplinan siswa dinilai berangsur-angsur lebih baik tunduk pada peraturan- peraturan yang ada dengan
dari tahun-tahun sebelumnya setelah pemberlakukan rasa senang hati.
sistem poin tersebut. Kesimpulan disiplin siswa di Menurut Prijodarminto (Elfrindi dkk, 2012:120)
SMAN 3 Banjarbaru keseluruhan masih rendah, mengemukakan bahwa:
walaupun sudah mengalami peningkatan dari tahun-
disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan
tahun, yang sebelumnya karena masih ada saja yang
terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku
melanggar peraturan sekolah. Faktanya sudah ada yang menunjukan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan,
beberapa siswa yang dikeluarkan dari sekolah karena keteraturan dan ketertiban.
poinnya melewati batas.
Tulus Tuu (2004:37) mengemukakan Disiplin
B. KAJIAN PUSTAKA berperan penting dalam membentuk individu yang
berciri keunggulan. Disiplin itu penting karena alasan:
1. Hukum Sebagai Sarana Perubahan Sosial
(Perilaku) a. Dengan disiplin yang muncul karena kesadaran diri,
siswa berhasil dalam belajarnya. Sebaliknya, siswa
Suekamto (Prasityo,2011:20) menyatakan
yang kerap kali melanggar ketentuan sekolah pada
secara sosiologi hukum berfungsi untuk membimbing
umumnya terhambat optimalisasi potensi dan
manusia, khususnya mengenai perilakunya yang nyata,
prestasinya.
dalam hal ini hukum dapat dipergunakan sebagai sarana
pengendalian maupun untuk merubah atau menciptakan b. Tanpa disiplin yang baik, suasana sekolah dan juga
yang baru. kelas, menjadi kurang kondusif bagi kegiatan pem-
belajaran. Secara positif, disiplin member dukungan
2. Alasan Seseorang Taat Terhadap Hukum lingkungan yang tenang dan tertib bagi proses
Menurut Suciawati (Prasityo, 2011:55) ada pembelajaran.
beberapa teori dan aliran yang menyebabkan mengapa c. Orang tua senantiasa berharap di sekolah anak-
hukum ditaati orang. Adapun teori dan aliran sebagai anak dibiasakan dengan norma-norma,nilai
berikut: kehidupan dan disiplin. Dengan demikian, anak-

375
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

anak dapatmenjadi individu yang tertib, teratur dan Belajar Mengajar terlaksana dengan ketentuan yang
disiplin. telah di tetapkan. Sekolah SMAN 3 Banjarbaru dipilih
d. Disiplin merupakan jalan bagi siswa untuk sukses sebagai tempat penelitian karena sekolah ini
dalam belajar dan kelak ketika bekerja. Kesadaran merupakan salah satu Sekolah yang menerapkan sys-
pentingnya norma, aturan, kepatuhan dan ketaatan tem poin. Pada sekolah ini banyak dikenal dengan
merupakan prasyarat kesuksesan seseorang. kurangnya displin,

4. Model Pembinaan Kepatuhan Terhadap 3. Sumber Data


Disiplin di Sekolah Dalam penelitian ini, sumber data dipilih secara
Aturan tata tertib sekolah merupakan salah satu purposive sampling. Penentuan sumber yang bersifat
kontributar dalam membentuk kondisi sekolah yang sementara, dan akan berkembang kemudian setelah
aman dan nyaman, tenang dan sehat sehingga pem- penelitian di lapangan (Wahyu, 2007:59) Data yang
binaan akhlak siswa disekolah menjadi dapat berjalan diperoleh peneliti terdiri dari dua jenis, yakni data primer
dengan baik. dan data sekunder.
Gunawan (2012:271) menyatakan beberapa 4. Instrumen Penelitian
kegiatan yang dapat dilaksanakan sekolah dalam
Dalam penelitian ini instrumen penelitian yang
rangka menegakkan tatakrama dan tata tertib
utama ialah peneliti sendiri, namun setelah fokus
kehidupan akademik dan sosial sekolah antara lain:
penelitian menjadi jelas dikembangkan instrumen
a. Melaksanakan tata tertib dan kultur sekolah penelitian sederhana, yang diharapkan dapat menjaring
b. Melaksanakan norma-norma yang berlaku dan data pada sumber data yang lebih luas, dapat mem-
tatakrama pergaulan pertajam serta melengkapi data hasil pengamatan dan
c. Menumbuhkembangkan sikap hormat dan observasi. Sementara alat bantu yang di gunakan
menghargai warga sekolah seperti buku cetak untuk menambah data, kamera digi-
tal, handphone, pedoman wawancara dan buku
C. METODE PENELITIAN catatan.
1. Alasan Menggunakan Metode Kualitatif
5. Teknik Pengumpulan Data
Alasan peneliti menggunakan metode kualitatif
dalam penelitian tentang sistem poin di SMAN 3 Dalam memperoleh data yang dibutuhkan sebagai
Banjarbaru yang berkenaan dalam masalah disiplin, bahan pembuatan laporan penelitian, ada beberapa
untuk mendapatkan data tersebut tidaklah biasa diteliti teknik, cara atau metode yang dilakukan oleh peneliti
dengan menggunakan metode kuantitatif. Oleh karena dandisesuaikan dengan jenis penelitian kualitatif yaitu:
itu, metode kualitatif adalah metode yang paling tepat a. Wawancara adalah peneliti menggunakan pedoman
digunakan dalam mencari jawaban permasalahan wawancara sehingga pertanyaan-pertanyaan tidak
penelitian ini, selain itu juga dalam penelitian kualitatif keluar dari topik yang di teliti. Dalam hal ini peneliti
peneliti dapat memahami situasi social secara melakukan wawancara kepada guru dan siswa.
mendalam. b. Observasi, peneliti juga menjadi instrumen atau alat
dalam penelitian dalam penelitian penerapan system
2. Tempat Penelitian poin dalam pembentukan karakter berbasis disiplin
Penelitian ini dilakukan di SMAN3 Banjarbaru pada siswa SMAN 3 Banjarbaru, Sehingga peneliti
yang beralamat di Jl. Aneka Tambang, Kecamatan harus mencari data sendiri dengan terjun langsung
Cempaka Banjarbaru. SMAN 3 Banjarbaru adalah atau mengamati dan mencari langsung ke beberapa
sekolah yang mempunyai posisi cukup strategis karena informan yang telah ditentukan sebagai sumber data.
berada lumayan dekat dengan perumahan dan lembaga c. Dokumentasi,, data-data dan memotret fenomena
pemerintahan. Walaupun kedudukannya demikian, yang terjadi di lapangan misalkan, foto-foto
pihak sekolah telah memiliki prosedur-prosedur lingkungan sekolah, susana di sekolah, dan buku
administrasi sekolah yang jelas, sehingga Proses tata tertib sekolah, buku point.
376
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

6. Teknik Analisis Data belajar mengajar. Guru-guru di SMAN 3 Banjarbaru


Menurut Faisal (Wahyu 2003:69) metode analisis semua dari lulusan S1 dari berbagai jurusan, jumlah
dalam penelitian ini melalui tiga tahapan, yakni: Reduksi guru yaitu 40 guru. Interaksi yang terjadi antara guru
data, Penyajian data, Menarik kesimpulan-kesimpulan. yang satu dengan guru yang lain mereka saling ber-
komunikasi dengan baik, walaupun jarang dilakukan
7. Pengujian Keabsahan Data karena jarang ketemu terbatas waktu mengajar para
Sebagaimana pendapat Wahyu (2006:67-73) guru menyempatkan diri untuk berdiskusi di selang
untuk menguji keabsahan data yang dikumpulkan, waktu yang sama-sama kosong.
seorang peneliti dapat melakukan: Visi sekolah, terwujudnya lulusan yang unggul,
a. Meningkatkan ketekunan, dengan cara tersebut menguasai IPTEK, berwawasan global dan berakhlk
maka kepastian data dan cara guru dalam mulia. Misi sekolah (1) menyelenggarakan pembe-
memotivasi belajar siswa dapat di rekam secara lajaran yang berlandaskan iman, ilmu dan amal. (2)
pasti dan sistematis. mengembangkan kompetensi akademik yang meliputi
b. Trianggulasi, merupakan pengecekan data dari pengetahuan, sikap kemampuan dan keterampilan guna
berbagai sumber dengan berbagai cara dan meningkatkan wawasan ilmu teknologi. (3) meningkat-
berbagai waktu, dibagi dua yaitu: kan prestasi di bidang ekstrakurikuler. (4) mengem-
bangkan kompetensi tenaga pendidik dan pendidikan
1) Triangulasi sumber
menuju tersedianya tenaga yang berkualitas dan
2) Triangulasi teknik berwawasan teknologi. (5) meningkatkan sarana dan
3) Triangulasi waktu prasarana penunjang pendidikan yang berbasis ICT.
c. Menggunakan bahan referensi, data hasil (6) mengembangkan kultur sekolah yang mentenang-
wawancara perlu didukung dengan adanya rekaman kan. (7) meningkatkan partisipasi masyarakat untuk
wawancara dengan guru-guru di SMAN 3 mengembangkan dan meningkatkan mutu pendidikan
Banjarbaru atau gambaran suatu keadaan perlu di di sekolah.
dukung oleh foto-foto, alat-alat bantu perekam data
dalam penelitian kualitatif, seperti handycam, 2. Disiplin siswa setelah penerapan sistem poin
kamera, alat rekam suara sangat di perlukan untuk Dari beberapa kali observasi yang dilakukan oleh
mendukung kreadibilitas data yang ditemukan oleh peneliti masih terlihat tidak disiplinnya siswa masih
peneliti. kurang, kejadian itu sering terjadi dari pagi kepala
d. Mengadakan Member Chek, Proses member chek sekolah dan guru yang lain berjaga dimuka gerbang
adalah proses pengecekan data yang di peroleh sekolah. Hal itu masih saja terjadi walaupun kepala
peneliti, guru-guru yang ada di SMAN 3 sekolanya dan guru-guru sudah turun tangan dalam hal
Banjarbaru. ini. Pelanggaran tata tertib dalam hal terlambat sekolah
ini hanya diberikan sanksi, tidak langsung di beri poin
D. HASIL PENELITIAN kepada siswanya, sanksi tersebut berupa push-up d
tempat atau membersihkan ruangan tetapi kalau yang
1. Gambaran Umum
terlambat siswanya itu-itu saja baru di beri poin. disiplin
SMAN 3 Banjarbaru NSS 201150111102 ber- di SMAN 3 Banjarbaru sudah cukup baik, tetapi lebih
tempat di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 3 di tingkatkan lagi dilihat dari siswa yang masih banyak
Banjarbaru, Jl. Aneka Tambang Banjarbaru. melanggar peraturan sekolah mulai dari yang terkecil
Kecamatan Cempaka. Ditinjau dari segi fisik Sekolah dan berat, pentingnya penanaman karakter disiplin
bangunan berbentuk semi permanen. Bangunan ini tidak untuk siswanya itu sendiri supaya siswa lebih terbiasa
sendiri, di sebelah kiri ada sekolah SMKN 3 mematuhi aturan-aturan sekolah. Pemberian poin tidak
Banjarbaru, dan di samping kanan yang tidak terlalu hanya guru BK saja atau guru bagian kode etik tetapi
dekat ada kampus Akbid Borneo. keadaan lingkungan semua guru berhak memberikan poin kepada siswa
sekolah berdasarkan pengamatan peneliti dirasa cukup kalau ada siswanya yang kedapatan melanggar aturan
tenang, sehingga tidak mengganggu kegiatan proses sekolah.

377
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

3. Faktor penyebab masih rendahnya disiplin tahun 2008 di SMAN 3 Banjarbaru tata tertib siswa
siswa setelah penerapan sistem poin masih banyak yang melanggar karena tidak ada sanksi
Penyebab masih rendahnya disiplin siswa setelah tegas yang membuat siswa jera melakukan pe-
diberlakukannya sIstem poin ini adalah adanya langgaran. Hal ini sejalan dengan teori Hartono Ruslan
pengaruh teman sebayanya yang menyebabkan siswa (Alpiyanto, 2012:152) lingkungan sekolah juga
sering melanggar tata tertib sekolah, langkah-langkah dikondisikan bagi terbentuknya peserta didik yang
yang diterapkan dalam menanamkan karakter disiplin berkarakter mulia, kejujuran memegang peran sentral
pada siswa selalu mengingatkan siswa tentang tata dalam menentukan dan membentuk sikap disiplin.
tertib sekolah, menjadikan contoh siswa yang salah Selanjutnya menurut Irwin A Hyman dan Pamela A.
supaya siswa takut melakukan pelanggaran aturan Snock (Alpiyanto 2012:81) disiplin sekolah kadang-
sekolah selain itu guru juga menjadi tontoh dalam kala diterapkan pula untuk memberikan hukuman
penerapan disiplin misalkan tepat waktu, berpakaian (sanksi) sebagai konsekuensi dari pelanggaran terhadap
rapid an banyak lagi, jika siswa berperilaku tidak aturan, meski kadangkala menjadi kontroversi dalam
diisiplin maka guru berhak memberikan sanksi yang menerapkan metode pendisiplinannya, sehingga
sesuai dengan pelanggarannya. terjebak dalam bentuk kesalahan perlakuan fisik dan
kesalahan pelakuan fisikologis.
4. Bentuk-bentuk pelanggaran siswa dalam Bila lingkungan dengan disiplin tinggi, maka
penerapan sistem poin melahirkan manusia yang berdisiplin tinggi. Undang
Bentuk-bentuk pelanggaran siswa dalam Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003
penerapan sistem poin adalah pelanggaran yang sering tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab V pasal 12
terjadi yaitu terlambat datang, berpakaian tidak rapi, ayat 2 setiap peserta didik berkewajiban menjaga
merokok dan pelanggaran yang paling sering terjadi norma-norma pendidikan untuk menjamin keberlang-
setiap tahun siswa yang hamil padahal masih berstatus sungan proses dan keberhasilan pendidikan. Undang-
sekolah. Siswa yang mempunyai poin banyak di undang tentang guru dan dosen Bab 1 di pasal 1, guru
berikan keringanan, misalkan membawa nama baik adalah pendidik professional dengan tugas utama
sekolah dan siswa tersebut berprestasi. Guru-guru mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
SMAN 3 Banjabaru ada yang disiplin dan ada juga melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada
yang tidak disiplin dilihat dari tidak tepatnya masuk pendidikan anak usia dini jalur pendidikan forma,
kelas, kebiasaan siswa yang menyebabkan tidak pendidikan dasar dan pendidikan menengah.
disiplin adalah pengaruh teman dan bentuk-bentuk Hal ini terlihat dari observasi peneliti kesekolah
pelanggaran yang sering terjadi membolos, membawa bahwa penananman karakter disiplin siswa sudah di
handpone yang ada fasilitasnya, sering bawa alat terapkan di sekolah SMAN 3 Banjarbaru tetapi
kecantikan, merokok, dan banyak lagi. walaupun sudah diberitahukan tata tertib sekolah yang
dibuat oleh sekolah tersebut masih saja ada yang me-
E. PEMBAHASAN langgarnya. Guru yang menjadi contoh sudah
1. Gambaran Disiplin Siswa Setelah Penerapan mengingatkan berkali-kali kepada siswa tentang tata
Sistem Poin tertib sekolah yang termasuk dalam disiplin siswa, guru
Dalam pembahasan ini di uraikan temuan hasil hanya bisa memberikan contoh sikap disiplin selanjut-
penelitian yang telah dilakukan dilapangan yaitu nya hanya siswa yang bisa menerapkan dan memilih
membahas tentang gambaran disiplin siswa setelah yang baik dalam sikap dan yang tidak baik. Menurut
penerapan sistem poin. Dari hasil penelitian ini diketahui heri gunawan (2012:16) etika adalah ilmu yang
bahwa disiplin siswa di SMAN 3 Banjarbaru sudah menyelidiki yang mana yang baik dan yang mana yang
cukup baik dari tahun-tahun sebelumnya walaupun buruk dengan memperhatikan amal perbuatan manusia
masih ada saja yang tidak disiplin, siswa di SMAN 3 sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran.
Banjarbaru ini sangat dituntun kedisiplinannya dilihat Gunawan (2012:226) berpendapat bahwa disiplin
dari guru-guru yang mencontohkan sikap disiplin sekolah adalah usaha sekolah untuk memelihara
tersebut. Sebelum diterapkannya sistem poin pada perilaku siswa agar tidak menyimpang dan dapat

378
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

mendorong siswa untuk berperilaku sesuai dengan melakukan pelanggaran disiplin sekolah atau melanggar
norma, peraturan dan tata tertib yang berlaku di tata tertb sekolah akan diberikan sanksi yang sesuai
sekolah. dengan pelanggarannya, kebiasaan yang sering terjadi
Terakhir berkaitan dengan guru, semua guru harus di sekolah yaitu bolos sekolah, kerapian berpakaian
menekankan disiplin siswa di SMAN 3 Banjarbaru, seringnya terlambat datang. Memperkenalkan conroh
Menurut Sofyan Amri (2011:100) tugas para guru perilaku yang tidak disiplin di harapkan siswa dapat
mencapai tujuan peningkatan karakter siswa bisa jadi menghindarinya atau dapat membedakan mana
merupakan tugas terberat bagi para guru, bagi guru perilaku disiplin dan yang tidak disiplin (http://guru-
yang berhasil membangun karakter siswa dengan indonesia.net/forum/forum_topik_isi-29.html,(di akses
berbagai cara akan memberi kepuasan yang luar biasa. 15 oktober 2011). Aturan sekolah tersebut, seperti
Hartono Ruslan (Apliyanto, 2012:152) jika kita sudah aturan tentang standar berpakaian, ketepatan waktu,
tinggi tingkat disiplin pribadi kirta, maka akan muncul perilaku social dan etika belajar/kerja, pengertian
suasana yang serba tertib, dan secara otomatis akan disiplin sekolah seringkali di terapkan pula untuk
muncul berbagai naluri yang positif karena kita mampu memberikan hukuman (sanksi) sebagai konsekuensi
mengendalikan diri dengan sadar bagi kepentingan dari pelanggaran terhadap aturan.(dikutip dari http://
bersama. guru-indonesia.net/forum/forum_topik_isi-29.html,
(Update:15 oktober 2011).
2. Faktor Penyebab Masih Rendahnya Disiplin
Dari temuan hasil peneliti yang telah dilakukan, 3. Bentuk-Bentuk Pelanggaran Siswa Dalam
faktor yang menyebabkan masih rendahnya disiplin di Penerapan Sistem Poin
SMAN 3 Banjarbaru, Nursito (2002:10) menjabarkan Dari temuan hasil penelitian yang telah dilakukan,
jenis-jenis pelanggaran yang sering dilakukan oleh siswa SMAN 3 Banjarbaru masih kurang disiplin
peserta didik, misalnya aksi corat-coret, membawa padahal pihak sekolah sudah sekuat tenaga
alat main atau bacaan/ gambar porno, merokok atau mengingatkan siswa tidak berbuat kesalahan lagi, tapi
terlibat narkoba dan perkelahian antar sekolah atau setiap hari ada saja kedapatan melanggar peraturan
tawuran. Pengaruh teman sekolahnya yang membuat sekolah, bentuk pelanggaran yang sering terjadi di
tidak disiplin, bolos sekolah yang sering terjadi di sekolah SMAN 3 Banjarbaru adalah membolos dan,
SMAN 3 Banjarbaru. Hal ini disebutkan oleh Ajzen merokok, membawa hp berkamera, berpakaian tidak
(Fatchul Muin 2011:171) kelompok sebaya atau rapi, dan bnyak lagi yang lainnya. Poin pelanggaran
kelompok masyarakat memberi pengaruh kepada yang dikenakan kepada siswa atas pelanggaran yang
individu, ada kecenderungan bahwa seorang individu dilakukan siswa terhadap tata tertib yang di tetapkan
berusaha untuk sama dengan teman sekelompoknya. oleh sekolah yang bertujuan demi terjaganya suasana
Langkah yang dilakukan pendidik dalam menanamkan kondusif di lingkungan sekolah dan kenyamanan belajar
karakter disiplin dengan mengajak semua guru dalam siswa. (diikutip darihttp://wastakitamandiribk.-
mengingatkan siswa dalam tatatertib sekolah dan guru wordpress.com/(update:11 januari 2013), Menurut
selalu mengingatkan siswa tentang peraturan sekolah Foerster (2003: 31-32), pentingnya disiplin sekolah
yang selalu melanggar tatatertib sekolah. memper- yaitu:
kenalkan contoh prilaku tidak disiplin; dengan a. Kedisiplinan mesti diterapkan tanpa menunjukkan
memberikan contoh perilaku yang tidak disiplin kelemahan, tanpa menunjukkan amarah dan
diharapkan siswa dapat menghindarinya atau dapat kebencian.
membedakan mana perilaku yang disiplin dan yang b. Kedisiplinan mesti diterapkan secara tegas, adil dan
tidak disiplin. (http://guru-indonesia.net/forum/ konsisten.
forum_topik_isi-29.html, (update: 15 oktober 2011). c. Ketika kedisiplinan mulai menampakkan pertum-
Aturan tata tertib sekolah merupakan pedoman buhannya dijaga dan dirawat dengan penuh
bagi sekolah untuk menciptakan suasana sekolah yang kesabaran.
aman dan tertib, sehingga akan terhindar dari kejadian-
kejadian yang bersifat negative. Seorang siswa yang

379
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

Siswa di SMAN 3 Banjarbaru tidak menyetujui berangsur-angsur lebih baik tersebut salah satunya
adanya peraturan sistem poin ini karena memaksa siswa akan menjadi takut dengan peraturan sistem
siswa, akibatnya siswa tidak bebas melakukan apapun. poin, siswa takut akan mempunyai poin yang
Menurut syaiful bahri djamarah (1997:52) setiap banyak yang akhirnya dikeluarkan dari sekolah
peraturan atau perintah dalam pendidikan mengandung SMAN 3 Banjarbaru.
norma-norma kesusilaan, jadi bersifat memberikan arah b. Faktor penyebab masih rendahnya disiplin siswa
yang jelas atau mengandung tujuan ke arah perbuatan setelah penerapan sistem poin adalah pengaruh dari
susila. Guru memberikan sanksi yang tegas sesuai teman, kebisaan siswanya, guru yang bersikap tidak
dengan aturan sekolah dan pelanggaran yang dibuat tegas, kurangnya perhatian dari orang tua, siswa
oleh siswa. Kadang kala ada sebagian guru yang yang melanggar tata tertib sekolah akan diberikan
membiarkan siswa membawa peralatan yang dilarang sanksi dalam bentuk poin negatif berdasarkan jenis
oleh peraturan sekolah, siswa malah terang-terangan pelanggaran yang di lakukan oleh siswa yang
memperlihatkan barang tesebut tetapi hanya beberapa bersangkutan.
guru saja. Menurut syaiful Bahri Djamarah (1997:21) c. Bentuk-bentuk pelanggaran siswa dalam penerapan
guru hendaklah konsekuen terhadap apa yang telah sistem poin adalah terlambat datang kesekolah,
diperintahkannya. Menurut Bacon (1990:52) guru merokok di area sekolah, berduaan di sekolah,
adalah model bagi muridnya, baik disadari ataupun berkelahi, membawa peralatan make-up, sampai-
tidak siswa akan berprilaku mirip dengan gurunya, sampai tiap tahun pelanggaran yang selalu terjadi
Pelanggaran yang berat akan diberi sanksi sesuai hamil, yang langsung mendapatkan poin 100 yaitu
dengan kesalahan siswa, poin yang banyak akan diberi di keluarkan dari sekolah, dengan melanggar
sanksi berat misalkan sudah mencapai poin maksimal peraturan sekolah siswa selain mendapatkan poin
tetapi ada yang meringankan poin tersebut karena negative tidak menghapuskan sanksi yang sudah
kebiasaan siswa yang dinilai positif, setiap hari ada saja menjadi kebiasaan yang dilakukan siswa seperti
yang melanggar peraturan sekolah sampai ada yang membersihkan halaman sekolah, musholla dan juga
dikeluarkan oleh pihak sekolah karena sudah kelebihan WC.
poin. Syaiful Bahri Djamarah (Purwanto 1991;236)
hukuman adalah penderitaan yang di berikan atau 2. Saran
ditimbulkan dengan sengaja oleh seseorang (orang tua, a. Hendaknya sekolah memberikan sanksi yang tegas
guru,dan sebagainya) sesudah terjadi suatu pelangga- kepada siswa yang melanggar peraturan, serta
ran, kejahatan atau kesalahan. Banyak siswa yang harus adanya kerjasama dengan orang tua siswa
sudah dikembalikan kepada orang tuanya karena tentang sikap dan prilaku siswa yang melanggar
banyaknya poin yang di dapat siswa tersebut, tidak aturan sekolah agar tercipta kedisiplinan sekolah
semata-mata langsung dikeluarkan dari sekolah tetapi yang lebih baik lagi.
melalui rapat semua guru dan keputusan terakhir ada b. Hendaknya semua guru mampu menjadi teladan
di tangan kepala sekolah. dalam menjaga ketertiban dari kedisiplinan sekolah.
F. KESIMPULAN DAN SARAN c. Sebaiknya sekolah giat melakukan sosialisasi
tentang penerapan sistem poin terhadap pelangga-
1. Kesimpulan
ran yang dilakukan siswa, agar siswa dapat
a. Gambaran disiplin siswa setelah penerapan sistem mengetahui akibat jika siswa melakukan
poin adalah sudah cukup baik disiplinnya walaupun pelanggran.
masih ada saja siswa yang tidak mentaati peraturan
sekolah, peraturan sistem poin ini dibuat untuk siswa
yang membuat siswa tersebut jera dalam melanggar
peraturan-peraturan sekolah, kedisiplinan yang

380
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

DAFTAR PUSTAKA Muin, Fatchul,2011.Pendidikan Karakter


Kontruksi Teoritik dan Praktik. Jogjakarta:
Adisusilo Sutarjo.2011.Pembelajaran Nilai ar-ruzzmedia.
Karakter Kontruktivisme dan VTC Sebagai Priyanta. 2008. Disiplin Siswa. (Online) http//
Inovasi Pendekatan Pembelajaran Afektif. www.damandiri.or.id/file/ priyantaunmuhsolo-
Jakarta: PT Raja GrafindoPersada. bab2.pdf(diakses 11 november)
Alpiyanto.2012. Hypno Heart Teaching. Jakarta:PT. Sasmana, A. 1994. Profesionalisme Keguruan.
TujuhSamudera Alfath Yogyakarta: Kanisius.
Amri Sopan, dkk. 2011.Implementasi Pendidikan SudrajatAkhmad. 2008. Disiplin Siswa Disekolah.
Karakter Dalam Pembelajaran.Yogjakarta: (online). wordpress.com /2008/04/04disiplin-
PT Citra Aji Parama. siswa disekolah/(diakses 11 januari 2013).
Aziz Abdul Hamka. 2012.Karakter Guru Profesional Sumantri, Endang. 2011. Pendidikan Karakter: Nilai
Melahirkan Murid Unggul Menjawab Inti Bagi Upaya Pembinaan Kepribadian
Tantangan Masa Depan. Jakarta: PT. Raja Bangsa. Bandung: WidiaAksara Press,
Grafindo Persada. Laboratorium PKn UPI.
Djamarah, Syaiful Bahri.2005.Guru dan Anak Didik. Tirtarahardja, Umar. 2005. Pengantar Pendidikan.
Jakarta: PT. Rieneka Cipta. Jakarta: PT Rineka Cipta.
DPR RI. 2005. Undang-undang RI Nomor 14 Tahun Wahyu. 2010. Materi Kuliah Metode Penelitian
2005 Tentang Guru dan Dosen. Bandung: Kualitatif. Banjarmasin: Unlam.
Citra Umbara. Wahyu, dkk. 2011. Pedoman Penulisan Karya
Dwiloka, Bambang dkk. 2005. Teknik Menulis Ilmiah. PustakaBanua.
Karya Ilmiah. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Waskito.2010.Disiplin.(online). (http://wastakita-
Elfindri, dkk. 2012. Pendidikan Karakter. Jakarta: mandiribk.wordpress.com/, update:11januari
Baduose Media Jakarta. 2013.
Gunawan Heri, 2012. Pendidikan Karakter Konsep .., 2010, Karakter Siswa. (online) http://
dan Implementasi. Bandung: Alfabrta. repository.upi. edu/operator/upload/s_a0151_-
Indrayani,2012.Pendidikan Karakter Kerangka dan 0605449_chapter2.pdf(diakses 03 november)
Aplikasi Untuk Pendidik dan Professional.
Jakarta: Baduose Media.
Koesoema Doni.2007. Pendidikan Karakter Strategi
Mendidik Anak Di Zaman Global. Jakarta:
Kompas Gramedia

381
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

382
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

PETUNJUK BAGI PENULIS JURNAL PENDIDIKAN


KEWARGANEGARAAN

1. Naskah diketik spasi ganda pada kertas kuarto maksimum 15 halaman dan diserahkan dalam bentuk print
out computer beserta cd-room. Berkas file dibuat dengan MS Word. Teks dicetak dengan huruf Arial 11.
2. Artikel yang dimuat meliputi hasil penelitian dan kajian analitis kritis dibidang pendidikan kewarganegaraan.
3. Artikel ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris dengan format essay, disertai judul pada masing-
masing bagian. Judul artikel dicetak denga huruf besar ditengah tengah dengana ukuran 12. Peringkat
judul bagian dinyatakan dengan jenis huruf yang berbeda (semua judul bagian dicetak tebal atau tebal dan
miring) dengan ukuran huruf 11, dan tidak menggunakan angka/nomor pada judul bagian.
4. PERINGKAT I (SEMUA HURUF BESAR, TEBAL, RATA KIRI)
5. Peringkat 2 (huruf besar kecil, tebal, rata kiri)
6. Peringkat 3 (huruf besar kecil, tebal miring, rata kiri)
7. Sistematika artikel hasil non penelitian: judul, nama penulis (tanpa gelar akademis); abstrak ( maksimum 100
kata); kata kunci ( maksimum 8 kata atau tidak melebihi satu baris); pendahuluan yang berisi latar belakang
dan tujuan atau ruang lingkup tulisan, bahan utama (dibagi ke dalam sub judul-sub judul); penutup atau
kesimpulan; daftar pustaka (hanya memuat pustaka yang dirujuk dalam naskah).
8. Sistematika artikel hasil penelitian: judul, nama penulis (tanpa gelar akademik); abstrak ( maksimum 100
kata) yang berisi tujuan, metode, dan hasil penelitian; kata kunci ( maksimum 8 kata atau tidak melebihi satu
baris); pendahuluan yang berisi latar belakang, tujuan pustaka dan tujuan penelitian; metode; hasil dan
pembahasan; kesimpulan dan saran; daftar pustaka (hanya memuat pustaka yang dirujuk dalam naskah).
9. Daftar pustaka disusun dengan mengikuti tata cara seperti contoh berikut dan diurutkan secara alfabetis dan
kronologis.
a. Rujukan buku
Corent, L. & K. Weeks 1985b. Career Ladder Plan; Trends and Emerging Issues-1985. Atlanta, GA;
Career Ledder Clearinghouse.
b. Rujukan dari buku suntingan
Nelson, D.W. & L.E. Sommer, 1982, Total Carbon, Organic Carbon and Organic Matte. In Page,
A.L.R.H. Miller & D.R. Keeney (eds). Method of Soils Analysis: Part 2. Chemical and Microbiological
Propertics. Ed. Ke-2. Madison, pp. 539-579.
c. Rujukan artikel dalam kumoulan artikel
Hasan, M.Z. 1990. Karakteristik Penelitian Kuantitatif. Dalam aminuddin (ad.) Pengembangan Penelitian
Kualitatif dalam biadng Bahasa dan Sastra (hlm 12-15). Malang. HISKI Komisariat Malang dan Ya3
d. Rujukan Artikel dari jurnal ilmiah
Addicost, T.M. Entrophy and Sustainnability. Europan Jurnal Of Science, 48: 161-168,
e. Rujukan artikel dari majalah atau Koran
Huda, M. 13 November 1991, Menyiasati Krisis Listrik Musim Kering. Jawa Pos, hlm 6.
f. Rujukan dari tesis dan sejenisnya
Schmidt, M.G. 1972 forest Land Use Dynamics and Soil fertility in a mountain Wetershed in Nepal : a
GIS Evaluation. Ph. I).

383
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013

g. Rujukan Surat Kabar


Ropert, V. 1988. Keuntungan Pengunaan Kapur untuk Tanah Masam. Kompas, 12 September 1988,
hlm. 14
h. Rujukan Internet
1) karya individual
Hitchcoock, S.C. Lewis & II. William. 1996. A Survay of STM Online journal, 1990-1995: The
Calm before the strorm, (online ), (http: /Journal.ecs.soton.ac.uk/survey.html.diakses 12 Juni 1996).
2) Artikel dalam jurnal
Kumaidi, 1998, pengukuran Bekal awal belajar dan pengembangan Tesnya. Jurnal Ilmu Pendidikan
(online), jilid 5, no 4, (http:/malang.ac.id, diakses 20 Januari 2000)
3) Bahan Diskusi
Wilson, D. 20 November 1995. Summary of Citing Internet Sites NETTRAIN Discussion List, (online),
(NETTRAIN@ubvm.cc.biffalo.edu, diakses 22 November 1995).
4) E-mail pribadi
Naga, Dali S. (Ikip-jkt@indo.net). 1 Oktober 1977. Artikel untuk JIP E-mail Kepada Ali saukah
(jippsi@mlg.ywcn.oc.id).
10. Artikel berbahasa Indonesia berpedoman pada pedoman umum ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan
(depdikbud, 1987). Artikel Berbahasa Ingris menggunakan ragam baku.

384

Anda mungkin juga menyukai