JURNAL
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
Diterbitkan dua kali dalam setahun pada bulan Mei dan Nopember menurut artikel hasil penelitian
dan kajian analitis kritis bidang Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Ketua Penyunting:
Wahyu
Penyunting Pelaksana:
Sarbaini, Harpani Matnuh, Fatimah, Acep Supriadi, Zainul Akhyar, Rabiatul Adawiah
Dian Agus Ruchliyadi, Mariatul Kiptiah
Alamat Penyunting :
Gedung FKIP Unlam Jln. Brigjen H. Hasan Basri Telp. (0511-3302634) Banjarmasin
Email: jurpkn@yahoo.com, sarbainiunlambjm2@gmail.com. Hp. 081351151914
Penyunting menerima sumbangan naskah yang belum pernah diterbitkan dalam media cetak lain.
Syarat-syarat, format dan aturan tata tulis artikel dapat dibaca pada Petunjuk Bagi Penulis
di sampul belakang dalam jurnal ini. Naskah yang masuk ditelaah oleh penyunting dan Mitra Bestari untuk
dinilai kelayakannya. Penyunting berhak melakukan penyuntingan tanpa mengubah maksud isinya
i
UCAPAN TERIMA KASIH
Kami Mengucapkan terima kasih kepada Penelaah (Mitra Bestari) yang telah banyak
membantu pada penerbitan ini, yaitu:
Dasim Budimansyah (Universitas pendidikan Indonesia Bandung)
Eddy Lion (Universitas Negeri Palangkaraya)
Sapriya (Universitas Pendidikan Indonesia Bandung)
M. Hadin Muhjad (Universitas Lambung Mangkurat)
Hardoko (Universitas Mulawarman)
ii
DAFTAR ISI
Analisis Keberadaan Peradilan Tata Usaha Negara dalam Negara Hukum Indonesia
Suryaningsi, Program Studi PPKnFKIP Universitas Mulawarman 295-305
iii
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013
Meningkatkan Aktifitas dan Hasil Belajar Materi Proklamasi dan Konstitusi Pertama
dalam Pembelajaran PKn melalui Model Example Non Example
di Kelas VII-B SMP Negeri 2 Tanjung
Eka Sastia Emilia, Wahyu, dan Mariatul Kiftiah, Program Studi PPKn FKIP
Universitas Lambung Mangkurat 356-373
Penerapan Sistem Poin dalam Pembentukan Karakter Berbasis Disiplin pada Siswa
SMA Negeri 3 Banjarbaru
Elliyana Sari, Wahyu, dan Harpani Matnuh, Program Studi PPKn FKIP
Universitas Lambung Mangkurat 374-382
iv
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013
Harpani Matnuh
Program Studi PPKn FKIP Universitas Lambung Mangkurat
ABSTRACT
The proses of formulation of the Regional Representatives Council in the 1945 amandement is a
banttle between the various ideas and interests. The concept is a half-hearted compromise
between bicameralism and unicameralisme. Restrikcted the outheority of this Council is teh result
of a compromise of Ideas aabout stron g becameralism and approve the DPD with unicameralism.
The limitation need more creativity by building offices in the local area to capture the aspirations
and information et the regional level, to process, communicate, and sistematisation, and set it up
as on ingredient and the formulation of policies that will be distributed and championed by DPD
at the center.
289
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013
KEWENANGAN DPD
Gagasan untuk dapat mencapai tujuan Terbentuknya DPD pada saat terjadinya
dibentuknya DPD serta dalam rangka meningkatkan perubahan UUD 1945, tidak bisa terlepas dari ber-
kedudukan, fungsi dan wewenang DPD sebagai wakil bagai peristiwa dan tuntutan rakyat atas kekece-
rakyat daerah di tingkat pusat baik sebagai penyam- waannya pada pemerintahan Orde Baru yang
bung aspirasi rakyat maupun sebagai lembaga cenderung menjalankan kekuasaan dengan sistem
penyeimbang DPR yang sama-sama dipilih secara sentralisasi telah menimbulkan kesenjangan dan
langsung oleh rakyat dalam Pemilu legislatif, perlu ketidakadilan antara pemerintah pusat dan pemerintah
dukungan publik dengan argumentasi yang kuat melalui darah sehingga menimbulkan konflik vertikal dan
berbagai media publik seperti; dengar pendapat, menuntut untuk memisahkan diri dari Negara Kesatuan
diskusi publik dan implementasi dalam kehidupan Republik Indonesia.
berbangsa dan bernegera. Isu ini selanjutnya bergeser pada wacana
pembentukan negara federal dan berakhir dengan
B. PEMBAHASAN adanya pemberian otonomi daerah yang luas, nyata
1. Konstruksi Pembentukan DPD dan bertanggung jawab melalui perubahan UUD 1945
Tujuan terbentuknya DPD dalam perubahan UUD dan UU No.22 Tahun 1999. Masalah ini secara for-
1945, dapat dimaknai sebagai perpaduan dari dua mal juga diakui dalam Ketetapan MPR No.V/MPR/
gagasan yaitu; demokratisasi dan upaya mengakomo- 200 tentang Pemantapan Persatuan dan Kesatuan.
dasi kepentingan daerah demi terjadanya integrasi Salah satu masalah yang diidentifikasi pada angka 8
nasional. pada Ketetapan itu adalah: Berlangsungnya
Sri Sumantri Martosoewingjo dan Mochamad pemerintahan yang telah mengabaikan proses demo-
Isnaeni Ramdhan yang menyatakan bahwa krasi menyebabkan rakyat tidak dapat menyalurkan
pembentukan DPD tidak terlepas dari dua hal, yaitu: aspirasi politiknya sehingga terjadi gejolak politik yang
pertama, adanya tuntutan demokratisasi pengisian bermuara pada gerakan reformasi yang menuntut
anggota lembaga agar selalu mengikutsertakan rakyat kebebasan, kesetaraan dan keadilan.
pemilih. Keberadaan Utusan Daerah dan Utusan Pada bagian lain terbentuknya DPD, merupakan
Golongan dalam komposisi MPR digantikan dengan integrasi nasional untuk memberikan ruang kepada
keberadaan DPD. Kedua, Karena adanya tuntutan daerah ikut serta menentukan kebijakan nasional yang
penyelenggaraan otonomi daerah yang jika tidak menyangkut masalah daerah melalui Utusan Daerah
dikendalikan dengan baik akan berujung pada tuntutan yang disempurnakan menjadi lembaga tersendiri.
separitisme. DPD dibentuk sebagai representasi Dengan demikian keberadaan DPD merupakan bagian
kepentingan rakyat di daerah dari upaya institusional representasi teritorial
keterwakilan daaerah.
290
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013
Salah seorang Anggota Panitia Ad Hoc I BP Ketentuan tentang kekuasaan legislatif dalam
MPR,I Dewa Gede Palguna, menyatakan bahwa: perubahan UUD 1945 dapat dirumuskan:
Pembentukan DPD dengan sejumlah wewenang
Kekuasaan legislatif dilakukan oleh MPR yang
yang diberikan kepadanya, adalah sebagai upaya tterdiri atas DPR dan DPD.
konstitusional untuk memberi saluran sekaligus b. Anggota DPD mewakili rakyat dalam konteks
peran kepada daerah-daerah untuk turut serta dalam kedaerahan dengan orientasi kepentingan daerah.
pengambilan keputusan politik terhadap masalah- Anggota DPD dipilih langsung oleh rakyat melalui
masalah yang berkaitan dengan daerah. Asumsinya
sistem distrik murni, yaitu dengan cara memilih
adalah, jika daerah-daerah telah merasa diperha-
tikan dan diperankan dalam pengambilan keputusan tokoh yang dikenal di daerah yang bersangkutan
politik penting dalam menyangkut kepentingannya, berdasarkan perhitungan the winner takes all.
maka alasan untuk memisahkan diri itu akan Sedangkan anggota DPR dipilih langsung oleh
kehilangan argumentasi rasional. rakyat melalui sistem proporsional yang memang
berguna dalam memperkuat kelembagaan seperti
2. Bikameral dengan Problem Kewenangan. partai politik yang bersifat nasional.
Pada awal timbulnya konsep terbentunya DPD c. Pada prinsipnya baik DPR maupun DPD dan
sebagai anggota MPR bersama DPR yang dipilih anggotanya mempunyai fungsi, tugas, dan hak yang
langsung oleh rakyat dalam Pemilu legislatif, para sama. Tetapi khusus untuk tugas penentuan
kalangan akademisi dan politisi akan mengarahkan pengangkatan dan pemberhentian pejabat publik,
pikirannya akan terbentuknya struktur parlemen terdiri sebaiknya diberikan kepada DPR saja.
atas dua kamar yang memiliki kedudukan dan
d. Khusus mengenai tugas meminta pertanggung-
kewenangan yang sama dan seimbang, seperti halnya
jawaban terhadap pemerintah (impeachment),
bikameralisme di Amerika Serikat. Secara teoritis dan
tugas penuntutannya hanya diberikan kepada DPR.
yuridis pembentukan sistem bikameral dalam sistem
Sedangkan DPD akan ikut menentukan vonisnya
pemerintahan di Indonesia dapat dilaksanakan. Arend
dalam persidangan MPR.
Lijphart menyatakan.
e. Khusus untuk menjamin perlindungan terhadap hak
The pure majoritarian model calls for the con- dan kekayaan masyarakat dari pembebanan yang
centration of legislative power in single chamber
is characterized by a bicameral legislature in which
dilakukan oleh negara, tugas utama sebaiknya
power is divided equally between two differently diberikan kepada DPD, karena DPD lah yang
constuted chambers. mewakili rakyat di daerah-daearah yang dianggap
akan paling menderita akibat beban yang
Lijphart, mengemukakan bahwa berdasarkan memberatkan dibuat pemerintah. Meskipun tugas
pada model demokrasi di Indonesia adalah consen- pengawasan dapat dilakukan oleh DPR dan DPD
sus model. Oleh karena itu secara teoritis selayaknya di semua bidang, namun dapat ditentukan bahwa
Indonesia menganut sistem parlemen bikameral, yang diawasi oleh DPD hanyalah pelaksanaan
bahkan strong bicameralism. Jika Indonesia adalah UUD dan UU sejauh yang berkenaan dengan
negara pure consensus model democracy. urusan-urusan yang berkaitaan langsung dengan
Jimly Asshiddiqie, dalam makalahnya yang kepentingan daerah dan rakyat di daerah.
disampaikan dalam Seminar tentang Bikameralisme f. DPD dan DPR memiliki fungsi legislatif yang meliputi
tanggal 12 Juni 2001 di Medan, mengemukakan kegiatan mengkaji, merancang, membahas dan
konsep DPD sebagai berikut: mengesahkan undang-undang. Hal yang dapat
a. Adanya gagasan pembentukan DPD nantinya dibedakan adalah bidang yang diatur dalam undang-
parlemen Indonesia terdiri dari dua kamar yaitu undang itu. Namun hal ini masih memungkinkan
DPR dan DPD. Jika kamarnya dua, maka munculnya perebutan pembahasan antara DPR dan
rumahnya tetap satu. MPR masih bisa dipertahan- DPD. Hal tersebut kemudian berkembang
kan namanya, tetapi kedudukannya tidak lagi pendapat agar tidak ada pembagian bidang, asalkan
sebagai lembaga tertinggi seperti selama ini. Sekretaris Jenderal DPR dan DPD menjadi satu
291
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013
yang terdiri dari anggota DPD dan DPR ditambah f. Sidang yang berkaitan dengan pemberhentian
para ahli dari luar. Presiden dan atau Wakil Presiden, dilakukan menurut
g. Jika Presiden berinisiatif mengajukan RUU, maka tata cara peradilan, DPR sebagai penuntut, DPD
Badan Legislasi yang menentukan apakah selaku pemutus.
pembahasannya dilakukan oleh DPR atau DPD, Jika Proses perumusan DPD memang dipenuhi oleh
inisiatif datang dari DPR atau DPD, maka lembaga terjadinya tarik-menarik antara berbagai gagasan.
yang membahasnya. Hal ini harus diikuti dengan Rumusan-rumusan yang tercapai dapat dikatakan
mekanisme Checks and balances di antara kedua sebagai kompromi setengah hati antara bikameralisme
kamar serta Presiden, yaitu mengatur adanya hak dan unikameralisme.
veto di antara mereka. Perumusan kewenangan DPD yang merupakan
h. Jika suatu RUU telah disetujui dan disahkan oleh hasil kompromi dari beberapa pendapat tertuang dalam
satu kamar, dalam waktu 30 hari mendapat Pasal 22D ayat (1), (2), dan (3) UUD 1945. DPD
penolakan dari kamar lainnya, maka RUU itu harus memiliki tiga fungsi tetapi terbatas bersifat konsultatif
dibahas lagi oleh kamar yang membahasnya untuk dan subordinat terhadap fungsi yang sama yang
mendapat persetujuan suara lebih banyak, yaitu dilakukan oleh DPR. Semua fungsi yang dimiliki DPD
ditentukan harus di attas 2/3 X 2/3 jumlah anggota berakhir dan bermuara pada DPR. Fungsi-fungsi DPD
(overwite). dapat diuraikan:
i. Jika suatu RUU sudah disetujui oleh dua lembaga,
a. Fungsi Legislasi, terdiri dari:
tetapi diveto oleh Presiden, maka putusan penyele-
saiannya harus diambil dalam sidang MPR yang 1) Mengajukan rancangan UU kepada DPR yang
terdiri dari DPR dan DPD dengan dukungan 2/3 X berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan
2/3. Khusus mengenai penetapan dan perubahan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran
UUD, dapat ditentukan harus diputuskan dalam serta penggabungan daerah, pengelolaan
sidang MPR atas usul DPR atau DPD. sumberdaya alam dan sumberdaya ekonomi
lainnya, serta serta yang terkait dengan
Ahli hukum lain yang mengemukakan konsep DPD
perimbangan keuangan pusat dan daerah.
adalah seorang Guru Besar Hukum Tata Negara Uni-
versitas Pajajaran Bandung, Bagir Manan antara lain: 2) Ikut membahas pada tingkat I atas rancangan
UU yang berkaitan dengan otonomi daerah,
a. DPR dan DPD baik secara sendiri-sendiri maupun
hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan
bersama-sama berhak: (1) mengajukan rancangan
pemekaran serta penggabungan daerah,
undang-undang (2) meminta keterangan (inter-
pengelolaan sumberdaya alam dan sumberdaya
plasi),
ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan
b. RUU yang sudah disetujui DPR tetapi ditolak DPD perimbangan keuangan pusat dan daerah.
dapat disahkan sebagai UU, apabila disetujui
3) Memberikan pertimbangan kepada DPR atas
sekurang-kurangnya 2/3 anggota DPR, kecuali RUU
RUU yang berkaitan dengan APBN, pajak,
yang berkaitan dengan kepentingan daerah.
pendidikan dan agama.
c. RUU disetujui DPD tetapi ditolak DPR harus
dianggap ditolak dan tidak dapat dimajukan dalam b. Fungsi Pengawasan
masa sidang yang bersangkutan Fungsi pengawasan DPD terhadap pelaksanaan
d. DPD memberikan persetujuan atas calon-calon yang UU mengenai otonomi daerah, hubungan pusat dan
akan diangkat dalam jabatan negara atau daerah, pembentukan dan pemekaran serta pengga-
pemerintahan menurut ketentuan undang-undang. bungan daerah, pengelolaan sumberdaya alam dan
e. DPD dan DPR dapat melaksanakan sidang bersama sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan APBN,
mengenai hal-hal tertentu yang ditetapkan UU atau pajak, pendidikan dan agama, berdasarkan laporan yang
kesepakatan bersama dan rapat dapat dipimpin diterima dari BPK, aspirasi dan pengaduan masyarakat,
bersama oleh pimpinan DPR dan DPD. keterangan tertulis pemerintah, dan temuan monitoring
di lapangan. Hasil pengawasan tersebut disampaikan
292
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013
kepada DPR sebagai bahan pertimbangan untuk mengolah, mengkomunikasikan, dan mensistemasisasi,
ditindaklanjuti. serta menyiapkannya sebagai bahan dan rumusan
kebijakan yang akan disalurkan dan diperjuangkan oleh
c. Fungsi Nominasi anggota DPD di pusat. Hanya dengan perangkat tersebut
Fungsi nominasi dalam rangka memberikan anggota DPD dapat menjalankan fungsi menyalurkan
pertimbangan kepada DPR dalam pemilihan anggota aspirasi daerah secara maksimal tanpa meninggalkan tugas
BPK yang dilakukan oleh DPR. menyerap aspirasi daerah itu sendiri.
3. Penyerapan Aspirasi Daerah C. KESIMPULAN
Sekalipun wewenang yang diberikan kepada DPD Keberadaan DPD dengan segala fungsi dan
terbatas bersifat konsultatif, namun setidaknya kehadiran wewenang yang diberikan sebagaimana dalam Pasal 22D
DPD dalam rangka memberikan saluran kepada daerah ayat (1), (2) dan (3) UUD 1945, merupakan hasil
dalam proses pengambilan keputusan nasional yang terkait kompromi dari berbagai kepentingan dan harapan, mulai
dengan kepentingan daerah sesuai dengan hakekat dari yang mnginginkan strong bicameralism hingga yang
keberadaannya sebagai wakil daerah, tugas utama DPD tidak menghendaki adanya DPD.
adalah menyerap dan mengartikulasikan aspirasi daerah.
DPD memiliki tiga fungsi yaitu fungsi legislasi, fungsi
Oleh karena itu harus terdapat hubungan yang jelas dan
pengawasan dan fungsi nominasi. Namun ketiga fungsi
erat antara anggota DPD dengan daerah yang diwakilinya.
tersebut hanya terbatas pada sifat konsultatif dan
Penyerapan aspirasi harus dilakukan sesuai dengan subordinat terhadap fungsi yang sama dengan yang
ruang lingkup wewenang yang dimiliki, tanpa harus dilakukan oleh DPR. Sedangkan kewenangan DPD dapat
bergantung pada sejauh mana daya jangkau yang dibedakan atas dua bagian yaitu:
diberikan. Berdasarkan ruang lingkup tersebut dapat
1. Dapat mengajukan, ikut membahas dan dapat
ditentukan dengan pihak mana saja hubungan harus dijalin
melakukan pengawasan terhadap RUU yang berkaitan
agar penyerapan aspirasi dapat dilakukan sesuai dengan
dengan; otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah,
fungsi legislasi, fungsi pengawasan dan fungsi nominasi.
Pembentukan, pemekaran, dan pengembangan
Oleh karena itu hubungan aspiratif yang harus dijalin daerah, serta pengelolaan sumberdaya manusia dan
oleh anggota DPD meliputi antara lain dengan: ekonomi lainnya
a. Daerah sebagai satu kesatuan geografis dan lingkungan 2. Ikut membahas dan dapat melakukan pengawasan
b. Masyarakat di daerah, terutama yang menjadi satu terhadap RUU perimbangan keuangan Pusat dan
kesatuan hukum beserta alam dan lingkungan Daerah.
c. Warga negara di daerah 3. Memberi pertimbangan dan dapat melakukan
d. Pemerintah daerah kabupaten/kota pengawasan terhadap RAPBN, Pajak, Pendidikan
e. Pemerintah Provinsi dan Agama.
f. Organisasi kemasyarakatan 4. .Memberi pertimbangan dalam hal pengajuan calon
anggota BPK
g. Organisasi keagamaan
Untuk memperkuat peran DPD, maka harus
Aspirasi yang diserap tentu harus disalurkan dan
ditingkat kualitas dan kuantitas serta setiap anggota DDPD
diperjuangkan oleh anggota DPD dalam proses
harus dapat menjalin hubungan aspiratif dengan berbagai
pembuatan kebijakan nasional. Dengan demikian anggota
elemen organisasi kemasyarakatan dan tokoh-tokoh
DPD harus selalu aktif bergerak (mobile) hadir di dua
daerah. Apalagi berdasarkan latar belakang pembentuk
tempat, yaitu di daerah yang diwakilinya dan di pusat.
DPD tidak hanya dimaksudkan untuk mewakili
Anggota DPD tidak hanya diperlukan domisili di masyarakat di daerahnya, tetapi juga untuk kepentingan
daerah provinsi terkait, tetapi harus punya organ dan alam dan lingkungan dalam arti konkrit seperti gunug,
perangkat yang dapat menggerakan proses penyerapan sungai, lautan, dan lain-lainnya.
aspirasi. Kantor DPD di daerah dijadikan sebagai pusat
penyerapan aspirasi dan informasi di tingkat daerah,
293
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013
294
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013
Suryaningsi
Program Studi PPKn FKIP Universitas Mulawarman
ABSTRACT
The existence of the State Administrative Court in the State of Law of Indonesia, is motivated by
the understanding which revealed that Indonesia as a state which based on the law (rechtstaat)
has some characteristics, such as the administration of justice.
Administration is a State Administrative Court based on the 1945 Constitution of Indonesia after
the amendment. The legislation that governs the State Administrative Court was originally stipulated
in Law No. 5 of 1986 as amended by Law No. 9 of 2004. The existence of the State Administrative
Court was established by a variety of considerations, which give legal protection to the people
from the abuse of authority or arbitrary acts of government officials and to implement the provisions
of the 1945 Constitution and Law No. 14 of 1970 on the Basic Provisions of Judicial Power.
However, because of the provisions in the legislation that governs the State Administrative Court
does not always correspond to the reality (das solen not always match with das sein). Then, it is
needed a reexamination of the existence of the State Administrative Court in Indonesia as a State
of Law.
To find out the existence of the State Administrative Court and the factors underlying their existence,
writing methods used are normative juridical, in which the author examines and judicially
determined by looking at the norms of positive law, especially regarding to the State Administrative
Court. Then all data were analyzed by descriptive qualitative. Based on the analysis of the author
revealed that the existence of the State Administrative Court in the State of Indonesia is to provide
the legal protection to seeking justice and also to control the actions of agencies or officials of the
State Administration, although its authority is limited. While the factors that affected to the existence
of the State Administrative Court in the state of law of Indonesia is legislation, implementers and
community or people who are seeking justice.
Responding to the fact of the existence of the State Administrative Court, the State Administrative
Court should give legal protection to people who are seeking justice by revising the State
Administrative Court authority by adding more protection for the people who are seeking justice,
especially to lodge cassation.
295
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013
kepemerintahan yang baik (good governance); 3344). Undang-undang ini kemudian diubah dengan
keterbukaan, demokratisasi, dan supremasi hukum. Undang-Undang No.9 Tahun 2004 tentang perubahan
Sebagai langkah awal untuk mewujudkan keinginan atas Undang-Undang No.5 Tahun 1986 tentang
tersebut dilakukanlah amandemen terhadap konstitusi Peradilan Tata Usaha Negara (LNRI Tahun 2004
yaitu UUD 1945. Di dalam UUD 1945 pasca Nomor 35, TLNRI Nomor 4380). Jika dilihat dari
amandemen disebutkan secatra tegas bahwa Negara latar belakang pembentukannya maka eksistensi atau
Indonesia adalah negara hukum Artinya bahwa seluruh keberadaan peradilan tata usaha negara ini dibentuk
tatanan dan aktifitas negara ini harus didasarkan pada dengan berbagai macam alasan.
ketentuan hukum yang berlaku. 1. Memberikan perlindungan hukum kepada rakyat
Dari beberapa pasal yang ada di dalam UUD dari penyalahgunaan wewenang (detournement de
1945 pasca amandemen dapat diketahui bahwa pouvoir) atau tindak sewenang-wenang (willekeur
konsep negara hukum yang dianut oleh UUD 1945 atau abus de pouvoir). Aparatur pemerintah
pasca amandemen adalah sama dengan konsep begara (badan atau pejabat tata usaha negara);
hukum yang dianut oleh UUD 1945 sebelum amande- 2. Melaksanakan ketentuan UUD 1945, dan
men, yaitu sama-sama memiliki ciri-ciri Rechtsstaat. Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang
Menurut pendapat Friederich Julius Stahl seperti yang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan
dikutip oleh Meriam Budiardjo bahwa rechtsstaat Kehakiman (LNRI Tahun 1970, Nomor 74,
memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a. adanya perlindungan TLNRI Nomor 2951) yang dalam pasal 10 ayat
hak-hak manusia; b. adanya pemisahan atau pemba- (1) disebutkan bahwa: Kekuasaan kehakiman
gian kekuasaan; c. adanya pemerintahan yang berdasar dilakukan dalam lingkungan: Peradilan Umum;
peraturan-peraturan; dan d. adanya peradilan Peradilan Agama; Peradilan Militer; Peradilan Tata
administrasi. Usaha Negara.
Ciri-ciri yang demikian ini terdapat di dalam UUD 3. Seperti yang dikemukakan oleh sejarahwan Inggris
1945 pasca amandemen. Misalnya tentang keberadaan Lord Acton bahwa power tend to coruupt but
Peradilan administrasi. Peradilan administrasi yang absolute power corrupt absolutely, artinya
dimaksud di sini adalah sama dengan Peradilan Tata bahwa kekuasaan itu cenderung disalahgunakan
Usaha Negara. Di dalam pasal 24 UUD 1945 pasca oleh pemiliknya, dan kekuasaan mutlak pasti
amandemen disebutkan bahwa: disalahgunakan oleh pemiliknya. Untuk inilah
1. Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang diperlukan Peradilan Tata Usaha Negara sebagai
merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna alat kontrol terhadap penggunaan kekuasaan
menegakkan hukum dan keadilan; pejabat pemerintah (badan atau pejabat tata usaha
2. Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah negara). Di dalam pertimbangan (konsideran)
Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada Undang-undang nomor 5 tahun 1986 disebutkan
di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, bahwa:
lingkungan peradilan, lingkungan peradilan militer, a. Bahwa negara Republik Indonesia sebagai
lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara dan oleh negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan
sebuah Mahkamah Konstitusi; UUD 1945 bertujuan mewujudkan negara dan
3. Badan-badan lain yang fungsinya berkaitan dengan bangsa yang sejahtera, aman tenteram, serta
kekuasaan kehakiman diatur dalam undang- tertib yang menjamin persamaan kedudukan
undang. warga masyarakat dalam hukum dan yang
Keberadaan peradilan administrasi atau Peradilan menjamin terpeliharanya hubungan yang serasi
Tata Usaha Negara merupakan salah satu ciri dari seimbang serta selaras antara aparatur di bidang
Rechtsstaat. Di Indonesia Peradilan Tata Usaha tata usaha Negara dengan para warga
Negara didirikan atas dasar Undang-undang No.5 masyarakat;
Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara b. Bahwa dalam mewujudkan tata kehidupan
(LNRI Tahun 1986 Nomor 77, dan TLNRI Nomor tersebut, dengan jalan mengisi kemerdekaan
296
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013
melalui pembangunan nasional secara bertahap, Peraturan Presiden (Perpres), Peraturan daerah
diusahakan untuk membina, menyempurnakan, (Perda) dan lain-lainnya.
dan menertibkan aparatur di bidang tata usaha Sebagai bentuk dari hukum, makalah rumusan di
negara agar mampu menjadi alat yang efisien, dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986 jo
efektif, bersih, serta berwibawa dan yang dalam Undang-undang Nomor 9 Tahun 2004 adalah
melaksanakan tugasnya selalu berdasarkan merupakan kumpulan dari hal-hal yang harus dilakukan
hukum dan dilandasi semangat dan sikap (das sollen) yang dalam kenyataannya (das sein)
pengabdian untuk masyarakat; belum tentu sesuai dengan yang seharusnya.
c. Bahwa meskipun pembangunan nasional hendak Seperti yang dikatakan oleh Satjipto Rahardjo
menciptakan suatu kondisi sehingga setiap bahwa:
warga masyarakat dapat menikmati suasana
Peraturan hukum itu tidak boleh disamakan
serta iklim ketertiban dan kepastian hukum yang
dengan dunia kenyataan, melainkan ia memberikan
berintikan keadilan, dalam pelaksanaannya ada kualifikasi terhadap dunia tersebut, khususnya
kemungkinan timbul benturan kepentingan, terhadap kehidupan sosial. Rumusan-rumusan yang
perselisihan atau sengketa antara badan atau tercantum dalam peraturan hukum itu seolah-olah
pejabat tata usaha negara dengan warga sesuatu yang sedang tidur dan pada waktunya ia
masyarakat yang dapat merugikan atau akan bangun manakala ada sesuatu yang
menghambat jalannya pembangunan nasional; menggerakkannya. Bolehlah ia diibaratkan pula
dengan pistol dan picunya. Begitu picu itu ditarik
d. Bahwa untuk menyelesaikan sengketa tersebut maka meletuslah senjata itu.
diperlukan adanya peradilan tata usaha negara
yang mampu menegakkan keadilan, kebenaran, Intinya adalah bahwa Undang-undang nomor 5
ketertiban dan kepastian hukum, sehingga dapat tahun 1986 jo Undang-undang Nomor 9 Tahun 2004
memberikan pengayoman kepada masyarakat, belum tentu dapat dilaksanakan sesuai dengan
khususnya dalam hubungan antara badan atau ketentuan bunyi pasal-pasal yang ada di dalamnya.
pejabat tata usaha negara dengan masyarakat;
B. PEMBAHASAN
e. Bahwa sehubungan dengan pertimbangan
tersebut dan sesuai pula dengan undangundang 1. Analisa Keberadaan Peradilan Tata Usaha
nomor 14 tahun 1970 tentang ketentuan- Negara dalam Negara Hukum Indonesia
ketentuan pokok Kekuasaan Kehakiman, perlu Jika dicermati perjalanan panjang dari sejarah
dibentuk undang-undang tentang Peradilan Tata negara hukum Indonesia, maka sesungguhnya upaya
Usaha Negara. untuk menegakkan hukum di bidang sengketa tata
Dari konsideran ini tampak jelas latar belakang usaha negara ini sudah lama adanya, baik dimulai sejak
atau alasan pembentukan peradilan tata usaha negara zaman penjajahan maupun kemerdekaan dan hingga
di Indonesia. Keberadaan peradilan tata usaha negara sekarang. Untuk memperoleh gambaran tentang
di Indonesia diatur di dalam Undang-undang Nomor sejarah perjalanan peradilan tata usaha negara di In-
5 tahun 1986, tentang Peradilan Tata Usaha Negara. donesia, berikut ini disampaikan perkembangan
Undang-Undang Nomor 5 tahun 1986 ini kemudian keberadaannya sebagai berikut:
diubah dengan Undang-undang Nomor 9 tahun 2004 a. Pada Masa Penjajahan Belanda
tentang perubahan atas Undang-undang Nomor 5 Dari sejarah dapat diketahui bahwa Indonesia
tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara pernah dijajah oleh Belanda selama lebih kurang 350
(LNRI Tahun 2004 Nomor 35, dan TLNR Nomor tahun. Pada waktu itu Indonesia disebut dengan nama
4380). Undang-undang adalah merupakan salah satu Hindia Belanda. Sistem ketatanegaraan pemerintah
bentuk hukum. Selain itu masih ada lagi bentuk hukum Hindia Belanda pada waktu itu diatur atau didasarkan
yang lainnya, misalnya Peraturan pemerintah Pengganti pada Wet op de Staatsinrichting van Nederland Indie
Undang-undang (Perpu), Peraturan pemerintah (PP), atau yang lazim disingkat IS (Indische Staatregeling),
yang berlaku pada tanggal 1 Januari 1926 (S.1925
297
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013
No.415 jo no.577). Indische Staatregeling (IS) ini tentang Peradilan Tata Usaha Pemerintah. Disebutkan
diberlakukan sebagai pengganti Regeringsreglement dalam pasal 66, bahwa:Jika dengan undang-undang
(RR) yang berlaku mulai tahun 1919 (S.1919, No.621 atau berdasar atas undang-undang tidak ditetapkan
jo no.816). Disebutkan pada pasal 138 IS bahwa badan-badan Kehakiman lain untuk memeriksa dan
untuk perkara-perkara yang menurut sifatnya atau memutus perkara-perkara dalam soal Tata Usaha
berdasarkan undang-undang masuk dalam wewenang pemerintahan, maka Pengadilan Tinggi dalam tingkatan
pertimbangan kekuasaan administrasi, tetap ada dalam pertama dan Mahkamah Agung dalam tingkatan kedua
wewenangnya. Hal ini menunjukkan bahwa pada memeriksa dan memutus perkara-perkara itu.
waktu itu sebenarnya sudah ada peradilan administrasi Sedangkan pada pasal 67, disebutkan bahwa: Badan-
atau peradilan tata usaha negara. badan Kehakiman dalam peradilan Tata Usaha
Pemerintahan yang dimaksud dalam pasal 66, berada
b. Pada Masa Penjajahan Jepang dalam pengawasan Mahkamah. Agung serupa dengan
Dalam sejarah disebutkan bahwa pada tanggal 8 yang termuat dalam pasal 55". Dari kedua ketentuan
Maret 1942 tentang Jepang menduduki Kalijati (In- pasal ini dapat diketahui bahwa untuk sengketa-
donesia), dan Belanda Menyerah kalah tanpa syarat sengketa tata usaha negara pada saat itu ditangani
kepada Jepang. Setelah Belanda meninggalkan Indo- (diperiksa dan diputus) oleh Pengadilan Tinggi sebagai
nesia dan digantikan oleh Jepang, maka sistem peradilan tingkat pertama, dan oleh Mahkamah Agung
ketatanegaraan pemerintah Hindia Belanda diatur oleh sebagai peradilan tingkat kedua. Kecuali jika oleh
peraturan Jepang. Peraturan-peraturan yang telah ada undang-undang ditunjuk badan-badan kehakiman
pada waktu pemerintahan Hindia Belanda sebelumnya lainnya untuk menangani masalah itu atas dasar kewe-
dinyatakan tetap berlaku selama tidak bertentangan nangan yang diberikan kepadanya. Semua badan
dengan kepentingan pemerintah Jepang. Atas dasar kehakiman dalam peradilan tata usaha pemerintahan
ini maka keberadaan Peradilan Administrasi yang berada di bawah kontrol atau pengawasan Mahkamah
pernah ada sebelumnya menjadi tetap berlaku. Agung. Menurut sejarah ternyata Undang-undang
Nomor 19 Tahun 1948 ini tidak sempat dilaksanakan
c. Pada Masa Kemerdekaan
karena ada agresi atau pendudukan Belanda yang
1) UUD 1945 periode pertama (Tanggal 18 Agustus kedua.
194527 Desember 1949)
Indonesia memproklamirkan kemerdekaan pada 2) Konstitusi RIS (tanggal 27 Desember 1949 17
tanggal 17 Agustus 1945. Mulai saat itu secara dejure Agustus 1950
(secara hukum) dan secara defacto (secara nyata) Di dalam pasal 161 disebutkan bahwa:
Indonesia berdiri sebagai negara yang merdeka yang Pemutusan tentang sengketa yang mengenai hukum
berhak menentukan dirinya sendiri. Sistem ketatanega- tata usaha diserahkan kepada Pengadilan, yang
raan dalam pemerintahan Indonesia diatur di dalam mengadili perkara perdata ataupun kepada alat
UUD 1945. Di dalam pasal 24 dan pasal 25, perlengakap lain, tetapi jika demikian seboleh-
disebutkan sebagai berikut: Pasal 24 (1) Kekuasaan bolehnya dengan jaminan yang serua tentang keadilan
kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan kebenarannya. Kemudian pasal 161 menentukan
dan lain-lain badan kehakiman menurut undang- bahwa:Dengan undang-undang federal dapat diatur
undang; (2) Susunan dan kekuasaan badan-badan cara memutus sengketa, yang mengenai hukum tata
kehakiman itu diatur dengan undang-undang; Pasal 25: usaha dan yang bersangkutan dengan peraturan-
Syarat-syarat untuk menjadi dan untuk diperhentikan peraturan yang diadakan dengan atau atas kuasa
sebagai hakim ditetapkan dengan undang-undang. Konstitusi ini atau yang diadakan dengan undang-
Untuk melaksanakan perintah pasal 24 dan pasal 25 undang federal, sedangkan peraturan-peraturan itu
UUD 1945 (pada masa itu), maka pada tahun 1948 tidak langsung mengenai semata-maa alat-alat
dikeluarkanlah Undang-Undang Nomor 19 Tahun perlengkapan dan penghuni satu daerah bagian saja,
1948 tentang Susunan dan Kekuasaan Badan-badan termasuk badan-badan hukum publik ang dibentuk
Kehakiman dan Kejaksaan. Di dalam Bab III disebut atau diakui dengan atau atas kuasa undang-undang
298
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013
daerah bagian itu. Sayang Konstitusi RIS 1949 ini a) Undang-undang Nomor 19 Tahun 1964 (LNRI
tidak berlaku lama tetapi hanya sesaat saja (lebih kurang Tahun 1964, Nomor107, TLNRI Nomor 1699),
hanya 8 bulan), sehingga ketentuan yang dimaksud tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan
pada 46 pasal 161 dan pasal 162 belum sempat Kehakiman. Pasal 7 ayat (1), menentukan bahwa:
dilaksanakan. Negara Indonesia kemudian kembali ke Kekuasaan kehakiman yang berkepribadian
bentuk kesatuan di bawah UUDS 1950. Pancasila dan yang menjalankan fungsi hukum
sebagai pengayoman, dilaksanakan oleh
3) UUDS 1950 (Tanggal 17 Agustus 1950 5 Juli Pengadilan dalam lingkungan:
1959)
(1)Peradilan umum;
Pasal 108 menentukan bahwa: Pemutusan
tentang sengketa yang mengenai hukum tata usaha (2)Peradilan Agama;
diserahkan kepada pengadilan yang mengadili perkara (3)Peradilan Militer; dan
perdata ataupun kepada alat-alat perlengkapan lain, (4)Peradilan Tata Usaha Negara.
tetapi jika demikian seboleh-bolehnya dengan jaminan Disebutkan di dalam penjelasannya bahwa:
yang serupa tentang keadilan dan kebenaran. Dari Undang-undang ini membedakan antara Peradilan
ketentuan pasal ini bahwa penyelesaian sengketa tata Umum, Peradilan khusus dan Peradilan Tata Usaha
usaha pada masa itu menjadi kompetensi peradilan Negara. Peradilan umum antara lain meliputi
umum dan atau alat perlengkapan Negara lain yang Pengadilan Ekonomi, Pengadilan Subversi,
diberi wewenang untuk itu. Mengingat karena pasal Pengadilan Korupsi. Peradilan Khusus terdiri dari
108 UUDS 1950 ini membuka peluang timbulnya dua Pengadilan Agama dan Pengadilan Militer.
macam lembaga yang berwenang untuk menyelesaikan
sengketa tata usaha, maka Wirjono Prodjodikoro b) Undang-undang Nomor 14 tahun 1970 (LNRI
mengemukakan agar pembentuk undang-undang Tahun 1970 Nomor 14, TLNRI Nomor 2951)
memilih salah-satu dari 4 hal ini, yaitu: tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan
a) menentukan bahwa segala perkara tata usaha Kehakiman. Undang-undang ini sebagai pengganti
pemerintahan secara peraturan umum diserahkan Undang-Undang Nomor 19 tahun 1964. Di dalam
kepada pengadilan perdata; Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 ini
kebebasan kekuasaan kehakiman sesuai dengan
b) menentukan bagi satu macam soal sengketa ketentuan pasal 24 UUD 1945. Di dalam ketentuan
tertentu, bahwa pemutusannya diserahkan kepada pasal 10 disebutkan bahwa:
Pengadilan Perdata;
(1)Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh
c) menentukan bahwa segala perkara tata usaha Pengadilan dalam lingkungan:
pemerintah secara peraturan umum diserahkan
kepada suatu badan Pemutus, bukan Pengadilan (a) Peradilan umum;
Perdata yang dibentuk secara istimewa; (b)Peradilan Agama;
d) menentukan bagi suatu macam soal sengketa (c) Peradilan Militer;
tertentu, bahwa pemutusannya diserahkan kepada (d)Peradilan Tata Usaha Negara
suatu badan pemutus, bukan Pengadilan Perdata (2)Mahkamah Agung adalah Pengadilan Negara
yang dibentuk secara istimewa. Tertinggi;
4) UUD 1945 periode kedua (Tanggal 5 Juli 1959 (3)Terhadap putusan-putusan yang diberikan
hingga sebelum diamandemen) tingkat terakhir oleh Pengadilan-pengadilan lain
daripada Mahkamah Agung, kasasi dapat
Isi UUD 1945 periode pertama dan kedua ini
diminta kepada Mahkamah Agung.
pada dasarnya adalah sama, sehingga tidak perlu lagi
dikemukakan isi pasal 24 dan 25. Hal yang penting (4)Mahkamah Agung melakukan pengawasan
justru mengemukakan undang-undang organiknya, tertinggi atas perbuatan Pengadilan yang lain,
yaitu undang-undang pelaksanaannya, yakni: menurut ketentuan yang ditetapkan dengan
undang-undang.
299
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013
c) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 (LNRI Hal sesuai juga dengan ketentuan pasal 1
Tahun 1986 Nomor 77, TLNRI Nomor 3344) angka 6 seperti disebutkan di muka. Ketentuan ini
tentang Peradilan Tata Usaha Negara. Undang- menyebabkan tidak dikenalnya gugat balik
undang ini sengaja dibentuk dengan maksud untuk (Rekonpensi) dalam hukum acara peradilan tata
memberikan perlindungan hukum kepada warga usaha negara. Masalahnya adalah siapakah yang
masyarakat dari kemungkinan terjadinya penyalah- dimaksud dengan orang atau badan hukum perdata.
gunaan wewenang atau tindakan sewenang-wenang Maksud orang di sini adalah setiap orang baik WNI
pemerintah. Oleh karena itu yang menjadi tergugat maupun WNA asalkan memenuhi persyaratan
dalam hal ini adalah pemerintah yaitu badan atau sebagai subyek hukum. Hal ini sesuai dengan
pejabat tata usaha negara. Pasal 1 angka 6 penjelasan ketentuan Pasal 4 menyebutkan bahwa:
menentukan bahwa: Tergugat adalah Badan atau Yang dimaksud rakyat pencari keadilan ialah setiap
Pejabat Tata Usaha Negara yang mengeluarkan orang warga negara Indonesia atau bukan, dan
keputusan berdasarkan wewenang yang ada badan hukum perdata yang mencari keadilan pada
padanya atau yang dilimpahkan kepadanya, yang Peradilan Tata Usaha Negara. Maksud Badan
digugat oleh orang atau badan hukum perdata. Dari Hukum Perdata adalah setiap badan usaha yang
ketentuan pasal 1 angka 6 ini jelas bahwa Tergugat bergerak di bidang keperdataan yang memiliki status
adalah Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara, sebagai badan hukum, seperti Perseroan Terbatas,
sedangkan penggugatnya adalah orang atau badan Yayasan, dan Koperasi.
hukum perdata. Undang-undang nomor 5 Tahun
(2)Harus memenuhi syarat obyektif
1986 menentukan bahwa tidak semua sengketa
dapat digugat di Peradilan Tata Usaha Negara, Syarat obyektif, yaitu syarat yang menyangkut
melainkan hanya sengketa tata usaha Negara yang obyek yang disengketakan. Tadi sudah dikemuka-
memenuhi syarat saja yang bisa digugat di Peradilan kan ketentuan Pasal 1 angka 4. Dari ketentuan Pasal
Tata Usaha Negara. Syarat yang dimaksud terdiri 1 angka 4 tersebut dapat diketahui bahwa yang
dari dua hal, yaitu: dapat dijadikan obyek perkara di Peradilan Tata
Usaha Negara hanyalah Keputusan Tata Usaha
(1)Harus memenuhi syarat subyektif.
Negara saja. Maksud Keputusan Tata Usaha
Syarat Subyektif, yaitu syarat tentang para Negara di sini adalah seperti yang terumus dalam
pihak yang berperkara, artinya siapa dengan siapa ketentuan Pasal 1 angka 3 yang menyebutkan
dan bagaimana posisi masing-masing (siapa jadi bahwa: Keputusan Tata Usaha Negara adalah
apa). Untuk ini dapat dilihat beberapa ketentuan suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh
yang ada di dalam Pasal 1 angka 4 dan Pasal 1 Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang berisi
angka 3. Pasal 1 angka 4 menentukan bahwa: tindakan hukum Tata Usaha Negara yang
Sengketa tata usaha negara adalah sengketa yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
timbul dalam bidang Tata Usaha Negara antara berlaku, yang bersifat konkret, individual, dan fi-
orang atau badan hukum perdata dengan Badan nal, yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang
atau Pejabat Tata Usaha Negara, baik di pusat atau badan hukum perdata.
maupun di daerah, sebagai akibat dikeluarkannya
Ketentuan ini dapat dirinci sebagai berikut:
Keputusan Tata Usaha Negara, termasuk sengketa
bahwa yang dimaksud Keputusan Tata Usaha
kepegawaian berdasarkan peraturan perundang-
Negara adalah keputusan yang memenuhi unsur-
undangan yang berlaku. Dari ketentuan ini nampak
unsur sebagai berikut:
jelas bahwa para pihak yang dapat berperkara di
Peradilan Tata Usaha Negara hanyalah antara (a) penetapan tertulis;
Orang atau badan Hukum Perdata dengan Badan (b)dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata
atau Pejabat Tata Usaha Negara, dengan posisi Usaha Negara;
bahwa Orang atau Badan Hukum Perdata sebagai (c) termasuk dalam lingkup hukum tata usaha
Penggugat dan Badan atau Pejabat Tata Usaha negara;
Negara sebagai Tergugat.
300
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013
(d)bersifat konkret, individual, dan final; Dalam kaitan ini Sedarmayanti mengemukakan 8
(e) menimbulkan akibat hukum (bagi orang atau indikasi dari Good Government, yaitu:
badan hukum perdata). (a)Participation, artinya bahwa setiap warga-
Maksud tertulis di sini tidak perlu selalu harus negara harus memiliki suara dalam
memenuhi persyaratan formalitas tertentu seperti pembuatan keputusan, baik secara langsung
layaknya Surat Keputusan (SK) pengangkatan maupun melalui intermediasi institusi yang
seseorang menjadi Pegawai Negeri, melainkan mewakili kepentingannya;
sembarang tulisan biasa dikategorikan sebagai (b)Rule of law. Negara hukum, artinya bahwa
penepatan tertulis asalkan: seluruh aktifitas negara harus selalu didasar-
(a) jelas siapa yang membuat; kan pada aturan hukum yang berlaku, demi
(b)jelas ditujukan kepada siapa; terwujudnya keadilan;
(c) jelas apa isinya; dan (c) Transparency (keterbukaan). Hal ini
dibangun atas dasar kebebasan arus infor-
(d)menimbulkan akibat hukum, sehingga oleh masi. Informasi harus dapat dipahami dan
karenanya maka nota dinas, surat sakti, dapat dipantau oleh warga masyarakat;
memo, katebelece pejabat sudah bisa di-
kategorikan sebagai penetapan tertulis, (d)Responsiveness. Artinya bahwa lembaga
asalkan memenuhi persyaratan tersebut. Ini dan proses harus mencoba untuk melayani
adalah merupakan perluasan pengertian setiap stakeholders. Tanggap dan cepat
tertulis yang dimaksudkan. merespon kebutuhan masyarakat khususnya
Stakeholders;
Bahkan masih diperluas lagi sampai pada
sikap diam Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara. (e) Consus orientation. Good Governance
Pasal 3 (1) menentukan bahwa:Apabila Badan menjadi perantara kepentingan yang
atau Pejabat Tata Usaha Negara tidak mengeluar- berbeda untuk memperoleh pilihan yang
kan keputusan, sedangkan hal itu menjadi kewaji- terbaik bagi kepentingan yang lebih luas, baik
bannya, maka hal tersebut disamakan dengan dalam hal kebijakan maupun prosedur;
Keputusan Tata Usaha Negara. Ayat (2) (f) Effectiveness and effiency. Proses dan
menentukan bahwa: Jika suatu Badan atau Pejabat lembaga menghasilkan sesuatu dengan apa
Tata Usaha Negara tidak mengeluarkan keputusan yang telah digariskan dengan menggunakan
yang dimohon, sedangkan jangka waktu sebagai- sumber yang tersedia sebaik mungkin;
mana ditentukan dalam peraturan perundang- (g)Accountability. Para pembuat keputusan
undangan dimaksud telah lewat, maka Badan atau dalam pemerintahan, sektor swasta dan
Pejabat Tata Usaha Negara tersebut dianggap telah masyarakat (civil sosiety) bertanggung
menolak mengeluarkan keputusan yang dimaksud. jawab kepada publik dan lembaga
Ayat (3) menentukan bahwa: Dalam hal peraturan stakeholeders. Akuntabilitas ini tergantung
perundang-undangan yang bersangkutan tidak pada organisasi dan sifat keputusan yang
menentukan jangka waktu sebagaimana dimaksud dibuat, apakah keputusan tersebut untuk
dalam ayat (2), maka setelah lewat jangka waktu kepentingan internal atau eksternal
empat bulan sejak diterimanya permohonan, Badan organisasi;
atau Pejabat Tata Usaha Negara yang bersangkutan (h)Strategic vision.Para pemimpin dan publik
dianggap telah mengeluarkan keputusan harus mempunyai prespektif Good Gover-
penolakan. nance dan pengembangan manusia yang luas
Ketentuan pasal 3 ini memberikan isyarat agar serta jauh ke depan sejalan dengan apa yang
Badan atau Pejabat tata Usaha Negara selalu diperlukan untuk pembangunan semacam ini
memperhatikan kebutuhan masyarakatnya. Hal ini Untuk dapat digugat di Peradilan Tata Usaha
sesuai dengan semangat untuk menciptakan Negara, suatu perkara itu harus memenuhi dua
kepemerintahan yang baik (Good Governance).
301
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013
persyaratan (syarat subyek dan obyek) tersebut. (a) dalam waktu perang, keadaan bahaya,
Selain itu masih ada beberapa hal yang harus diper- keadaan bencana alam, atau keadaan luar
hatikan yaitu yang menyangkut pembatasannya. biasa yang membahayakan, berdasarkan
Artinya bahwa walaupun sudah ada dua persya- peraturan perundang-undangan yang berlaku;
ratan akan tetapi masih ada batasan kewenangan (b)dalam keadaan mendesak untuk kepentingan
Peradilan Tata Usaha Negara. Batasan tersebut umum berdasarkan peraturan perundang-
dimuat di dalam Pasal 2, Pasal 48 dan Pasal 49. undangan yang berlaku.
Pasal 2 menentukan bahwa:Tindak termasuk Selain itu masih ada lagi suatu sengketa Tata
dalam pengertian Keputusan Tata Usaha Negara Usaha Negara yang baru boleh diajukan ke
menurut Undang-Undang ini: Peradilan Tata Usaha Negara apabila upaya ad-
(a) Keputusan Tata Usaha Negara yang ministratif yang tersedia sudah selesai dijalankan.
merupakan perbuatan hukum perdata; Hal ini diatur di dalam ketentuan pasal 48, yang
(b)Keputusan Tata Usaha Negara yang menentukan bahwa:
merupakan pengaturan yang bersifat umum; (a) Dalam hal suatu Badan atau Pejabat Tata
(c) Keputusan Tata Usaha Negara yang masih Usaha Negara diberi wewenang oleh atau
memerlukan persetujuan; berdasarkan peraturan perundang-undangan
(d)Keputusan Tata Usaha Negara yang untuk menyelesaikan secara admnistratif
dikeluarkan berdasar ketentuan Kitab sengketa Tata Usaha Negara tertentu, maka
Undang-Undang Hukum Pidana atau Kitab sengketa tata Usaha Negara tersebut harus
Undang-undang Hukum Acara Pidana atau diselesaikan melalui upaya admnistratif yang
peraturan perundang-undangan lain yang tersedia;
bersifat hukum pidana; (b)Pengadilan baru berwenang memeriksa,
(e) Keputusan Tata Usaha Negara yang memutus, dan menyelesaikan sengketa Tata
dikeluarkan atas dasar hasil pemeriksaan Usaha Negara sebagaimana dimaksud dalam
badan peradilan berdasarkan ketentuan ayat (1) jika seluruh upaya administratif yang
peraturan perundang-undangan yang berlaku; bersangkutan telah digunakan.
(f) Keputusan Tata Usaha Negara mengenai d) Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 (LNRI
tata usaha Angkatan Bersenjata republik In- Tahun 2004 Nomor 35, TLNRI Nomor 4380)
donesia; tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor
(g) Keputusan Panitia Pemilihan, Baik di pusat 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha
maupun di daerah, mengenai hasil pemilihan Negara. Sesuai dengan judulnya, undang-unang ini
umum. pada intinya sama dengan Undang-Undang Nomor
Jadi untuk Keputusan Tata Usaha Negara 5 Tahun 1986, hanya ada beberapa perubahan.
seperti yang disebutkan pada pasal 2 di atas sama Perubahan yang menyangkut kompetensi
sekali tidak dapat dijadikan obyek sengketa di absolutnya disebutkan pada pasal-pasalnya sebagai
Peradilan Tata Usaha Negara. Selain itu masih ada berikut:Tidak termasuk dalam pengertian
lagi beberapa keputusan ata usaha negara yang Keputusan Tata Usaha Negara menurut Undang-
sama sekali tidak dapat digugat di Peradilan Tata Undang ini:
Usaha Negara, yaitu seperti yang disebutkan di (1)Keputusan Tata Usaha Negara yang merupakan
dalam pasal 49 nya yang menyebutkan bahwa: perbuatan hukum perdata;
Pengadilan tidak berwenang memeriksa, memutus, (2)Keputusan Tata Usaha Negara yang merupakan
dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara pengaturan yang bersifat umum;
tertentu dalam hal keputusan yang disengketakan
(3)Keputusan Tata Usaha Negara yang masih
itu dikeluarkan:
memerlukan persetujuan;
302
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013
(4)Keputusan Tata Usaha Negara yang dikeluar- dimaksud dalam Pasal 10 yang diatur dengan
kan berdasar ketentuan Kitab Undang-Undang undang-undang. Penjelasan pasal 15 ayat (1)
Hukum Pidana atau Kitab Undang-undang menyebutkan bahwa: Yang dimaksud dengan
Hukum Acara Pidana atau peraturanperundang- pengadilan khusus dalam ketentuan ini antara lain
undangan lain yang bersifat hukum pidana; adalah pengadilan anak, pengadilan niaga,
(5)Keputusan Tata Usaha Negara yang pengadilan hak asasi manusia, pengadilan tindak
dikeluarkan atas dasar hasil pemeriksaan badan pidana korupsi, pengadilan hubungan industrial yang
peradilan berdasarkan ketentuan peraturan berada di lingkungan peradilan umum, dan
perundang-undangan yang berlaku; pengadilan pajak di lingkungan peradilan tata usaha
(6)Keputusan Tata Usaha Negara mengenai tata negara. Inilah antara lain kaitan Undang-undang
usaha Tentara Nasional Indonesia; Nomor 4 tahun 2004 dengan Undang-undang
Nomor 9 Tahun 2004.
(7)Keputusan Komisi Pemilihan Umum baik di
pusat maupun di daerah, mengenai hasil f) Undang-undang Nomor 5 tahun 2004 tentang
pemilihan umum. Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun
1985 tentang Mahkamah Agung RI (LNRI Tahun
e) Undang-undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang 2004 Nomor 9, TLNRI Nomor 4359). Di dalam
Kekuasaan Kehakiman (LNRI 2004, Nomor 8). undang-undang ini ada satu ketentuan yang sangat
Di dalam pasal 10 ayat (1), disebutkan bahwa: menarik, yaitu Pasal 45 yang menyebutkan bahwa:
Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah
Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada (1)Mahkamah Agung dalam tingkat kasasi
di bawahnya, dan oleh sebuah Mahkamah mengadili perkara yang memenuhi syarat untuk
Konstitusi. Ayat (2) menyatakan bahwa: Badan diajukan kasasi, kecuali perkara yang oleh
peradilan yang berada di bawah Mahkamah Agung Undang-Undang ini dibatasi pengajuannya;
meliputi badan peradilan dalam lingkungan peradilan (2)Perkara yang dikecualikan sebagaimana
umum, peradilan agama, peradilan militer, dan dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
peradilan tata usaha negara. Ketentuan pasal ini (a) Putusan tentang praperadilan;
memberikan dasar hukum tentang keberadaan (b)Perkara pidana yang diancam dengan pidana
Peradilan Tata Usaha Negara di dalam negara penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau
hukum Indonesia, termasuk juga memperkuat atau diancam denda;
menegaskan tentang keberadaan Pengadilan Pajak (c) Perkara tata usaha negara yang obyek
sebagai pengadilan khusus di lingkungan Peradilan gugatannya berupa keputusan pejabat
Tata Usaha Negara. Undang-undang Nomor 9 daerah yang jangkauan keputusannya ber-
Tahun 2004 Pasal 9A menyebutkan bahwa:Di laku di wilayah daerah yang bersangkutan.
lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara dapat
diadakan pengkhususan yang diatur dengan undang- Ketentuan ini membatasi hak seseorang untuk
undang. Yang dimaksud pengkhususan disini mengajukan upaya hukum yang namanya kasasi,
adalah spesialisasi di lingkungan peradilan tata usaha karena tidak semua perkara dapat dimintakan
negara. Disebutkan di dalam penjelasan pasal 9A kasasi. Ketentuan ini adalah salah satu produk
bahwa:Yang dimaksud dengan pengkhususan hukum era reformasi, yaitu suatu era supremasi
adalah deferensiasi atau spesialisasi di lingkungan hukum, era demokrasi, era keterbukaan, dan era
peradilan tata usaha negara misalnya pengadilan pemberdayaan masyarakat.
pajak. Ketentuan pasal 9A Undang-undang Nomor 2. Analisa Faktor-Faktor yang dapat
9 tahun 2004 yang demikian ini dipertegas lagi di Mempengaruhi Keberadaan Peradilan Tata
dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004. Usaha Negara
Disebutkan di dalam pasal 15 ayat (1) bahwa:
Berbicara tentang faktor-faktor yang dapat
Pengadilan khusus hanya dapat dibentuk dalam
mempengaruhi keberadaan Peradilan Tata Usaha
salah satu lingkungan peradilan sebagaimana
Negara adalah merupakan suatu hal yang menarik.
303
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013
Betapa tidak, karena memang keberadaan suatu dilakukan oleh lembaga penerap hukum atau petugas
institusi atau lembaga seperti Peradilan Tata Usaha hukum. Betapapun baiknya suatu peraturan
Negara ini tidak bisa lepas dari pengaruh beberapa perundang-undangan belum tentu baik pula dalam
hal yang berkaitan dengannya. Lebih-lebih lagi penerapannya, karena menyangkut faktor manusia
Peradilan Tata Usaha Negara adalah merupakan salah pelaksananya. Oleh karena itu penerapan suatu
satu pelaksana kekuasaan kehakiman di negara Indo- peraturan perundang-undangan juga dapat dipengaruhi
nesia. Peradilan Tata Usaha Negara adalah merupakan oleh faktor manusia sebagai penerap atau pelaksana
suatu badan peradilan yang notabene merupakan hukumnya. Demikian puila halnya dengan Undang-
lembaga hukum. Sebagai lembaga hukum keberadaan Undang Nomor 5 tahun 1986 jo Undang-Undang
Peradilan Tata Usaha Negara dapat dipengaruhi oleh Nomor 9 tahun 2004 yang mengatur tentang Peradilan
beberapa hal: Tata Usaha Negara.
Pertama, peraturan perundang-undangan. Ketiga, masyarakat (rakyat pencari keadilan),
Seperti yang telah diuraikan di muka maka keberadaan Selain faktor peraturan perundang-undangan dan faktor
Peradilan Tata Usaha Negara Dalam Negara Hukum pelaksananya, ada faktor lain yang dapat mem-
Indonesia, harus didasarkan pada peraturan pengaruhi keberadaan Peradilan Tata Usaha Negara
perundang-undangan, mulai dari UUD 1945 (sebelum dalam Negara Hukum Indonesia. Faktor ini adalah
dan sesudah amandemen), dan beberapa undang- faktor masyarakat atau rakyat pencari keadilan sendiri.
undang organik atau undang-undang pelaksananya Faktor ini juga dapat mempengaruhi keberadaan
seperti Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986, Peradilan Tata Usaha Negara. Jika disimak informasi
Undang-undang Nomor 9 Tahun 2004 dan beberapa atau pemberitaan yang ada selama ini, baik melalui
peraturan perundang-undangan lainnya. Mengingat media koran, majalah, media elektronik dan lain-
karena keberadaan Peradilan Tata Usaha Negara itu lainnya, dapat diketahui adanya upaya yang dilakukan
didasarkan pada beberapa peraturan perundang- oleh pencari keadilan untuk memenangkan perkara-
undangan, maka jelas peraturan perundang-undangan nya. Hal ini sebenarnya adalah merupakan hal yang
tersebut adalah merupakan salahsatu faktor yang dapat wajar, karena setiap orang yang berperkara pada
mempengaruhi keberadaan Peradilan Tata Usaha umumnya ingin menang. Akan tetapi akan menjadi tidak
Negara dalam negara hukum Indonesia. Dengan kata wajar bahkan mungkin bertentangan dengan hukum
lain dapat dikatakan bahwa keberadaan Peradilan Tata jika untuk menang tersebut dilakukan dengan cara-
Usaha Negara ditentukan oleh beberapa peraturan cara yang bertentangan dengan hukum misalnya
perundang-undangan. Justru peraturan perundang- dengan cara suap. Selain itu faktor pendidkkan dan
undangan tersebut yang melahirkan Peradilan Tata pemahaman masyarakat terhadap hukum juga dapat
Usaha Negara. Apa, mengapa dan bagaimananya mempengaruhi keberadaan Peradilan Tata Usaha
Peradilan Tata Usaha Negara diatur di dalam peraturan Negara. Misalnya masih ada yang belum mengerti
perundangundangan yang berlaku. Peraturan tentang perkara-perkara apa saja yang dapat digugat
perundang-undangan inilah yang harus dijadikan dasar di Peradilan Tata Usaha Negara, dan bagaimana cara
hukum keberadaan Peradilan Tata Usaha Negara. menggugatnya. Kondisi seperti ini dapat mempengaruhi
Kedua, Petugas atau pelaksana Peraturan keberadaan Peradilan Tata Usaha Negara.
perundang-undangan pada hakekatnya adalah
kumpulan dari norma tentang apa yang seharusnya C. KESIMPULAN
dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan serta 1. Keberadaan Peradilan Tata Usaha Negara dalam
ancaman sanksi bagi si pelanggarnya. Peraturan negara hukum Indonesia sebenarnya telah lama
perundang-undangan tidak lebih dari kumpulan apa- adanya, bahkan sudah dimulai sejak zaman penja-
apa yang seharusnya dilakukan (das sollen) yang jahan Belanda dan Jepang. Keberadaan ini
kadang-kadang belum atau tidak cocok dengan dimaksudkan untuk memberikan perlindungan
kenyataan (das sein) nya. Sebagai kumpulan norma, hukum kepada pencari keadilan, selain itu juga
maka peraturan perundang-undangan perlu penerapan mengontrol tindakan Badan atau Pejabat Tata
agar bisa berlaku di dalam masyarakat. Penerapan ini Usaha Negara. Di samping itu berwenangan dalam
304
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013
pembatasan-pembatasannya yang tidak semua M.Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, 1985., Pengantar
sengketa tata usaha negara dapat digugat di Hukum Tata Negara Indonesia, Pusat Studi
Peradilan Tata Usaha Negara, hanya sengketa tata HTN UI, Sinar bakti, Jakarta.
usaha negara yang memnuhi syarat tertentu saja Moh.Kusnardi dan Bintan R.Saragih, 1978, Susunan
yang bisa digugat di Peradilan Tata Usaha Negara Pembagian Kekuasaan Menurut Sistem
serta tidak semua sengketa dapat dimintakan Undang-Undang dasar 1945, Gramedia,
kasasi, seperti yang telah ditentukan dalam Pasal Jakarta.
45A Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004;
2. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberada- Paulus Effendi Lotulung, 1986., Beberapa Sistem
an Peradilan Tata Usaha Negara dalam negara Kontrol Segi Hukum Terhadap Pemerintah,
hukum Indonesia adalah: peraturan perundang- Bhuana Pancakarsa, Jakarta.
undangan, pelaksana dan masyarakat atau rakyat Philipus M.Hadjon, 1987., Perlindungan Hukum
pencari keadilan. Terhadap Rakyat, Bina Ilmu, Surabaya.
Sjachran Basah, 1985., Eksistensi Dan Tolok Ukur
Badan Peradilan Administrasi Di Indonesia
DAFTAR PUSTAKA Alumni, Bandung.
Sudargo Gautama, 1975, Pengertian tentang
Arief Sidharta, Nopember 2004., Kajian Negara Hukum, Alumni Bandung.
Kefilsafatan tentang Negara Hukum, Jurnal Satjipto Rahardjo, 2006., Ilmu Hukum, Cet. VI.,
Hukum Jentera, Edisi ke 3-Tahun II,, jakarta Citra Aditya Bakti, Bandung.
PSHK.
Sedarmayanti,2003, Peraturan perundang-undangan:
Jimly Asshiddiqie, 2011., Hukum Tata Negara dan Good Governance (Kepemerintahan yang
Pilar-Pilar Demokrasi, Sinar Garafika, baik) Dalam rangka Otonomi daerah, Upaya
Jakarta. Membangun Organisasi Efektif dan Efisien
Miriam Budiardjo, 1977., Dasar-Dasar Ilmu Politik, melalui Restrukturisasi dan Pemberdayaan,
Gramedia, Jakarta, Mandar Maju, Bandung.
M.Tahir Azhary, 2003., Negara Hukum: Suatu Studi
tentang Prinsip-Prinsipnya dilihat darisegi
Hukum Islam, Implementasinya pada
Periode Negara Madinah dan Masa kini,
Kencana, Jakarta.
305
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013
Warman
Program Studi PPKnFKIP Universitas Mulawarman
ABSTRACT
Plans for utilization of timber in plantations covering 30,454 ha by PT. Mahakarya Perdana
Gemilang in Kutai regency of East Kalimantan province besides a positive impact also negatively
impact the socio-economic and cultural conditions of the surrounding community. The survey
results revealed that the average household income per capita per year is good enough or are not
classified as poor. Besides As with farmers, civil servants and employees of the company, they also
have side jobs such as working as a builder, selling groceries and fishing. Land area in controlled
an average of 2 hectares per household obtained from parental inheritance, opening the forest
itself, and some who do not own land, because they even have a family as head of the family, but
they still ride in the elderly. The type and non-formal economic activity in general is quite varied,
such as shops, kiosks groceries, cooperatives, coffee shops, and lodging. Economic infrastructure
is sufficient.
Applicable customs are tribal Kutai and Dayak tribes. The role of traditional leaders is dominant
in resolving issues related to customary law. The things that a ban has been arranged with the
council, for example, prohibited liquor, intimate relationships before marriage. Social conflicts
are rare, and the source of the cause of young people is a problem and can be solved by way of
deliberation / familiarity. The process of assimilation has occurred between them. Social institutions
and functioning properly include RT, Institute of Traditional, village councils, and religious
institutions. Peoples perception of the business plan on the utilization of timber plantations by
PT. Mahakarya Perdana Gemilang very positive. People consider that the presence of PT.
Mahakarya Perdana Gemilang will benefit them.
306
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013
kehutanan dan industri pengolahan hasil-hasilnya Komponen sosial ekonomi yang diteliti meliputi:
berminat mengusahakan hutan tanaman di wilayah (1) ekonomi rumah tangga, yang mencakup tingkat
Propinsi Kalimantan Timur. Dengan didorong komit- pendapatan dan pola nafkah ganda, (2) ekonomi
men, kemampuan manajerial dan investasi PT. sumberdaya alam, meliputi: pola pemilikan dan
Mahakarya Perdana Gemilang mengajukan permo- penguasaan lahan, pola penggunaan lahan, dan nilai
honan areal kerja IUPHHK-HTI yang terletak di lahan, (3) perekonomian lokal dan regional, meliputi:
Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan penyerapan tenaga kerja, jenis dan jumlah aktivitas
Timur termasuk dalam Kelompok Hutan Sungai ekonomi non formal, fasilitas umum dan fasilitas sosial,
Belayan, seluas 30.454 Ha. Berdasarkan Peta serta aksesbilitas wilayah. Sedangkan komponen sosial
Lampiran SK. Menhutbun No. 79/Kpts-11/2001 budaya meliputi: (1) adat isti adat dan nilai budaya,
tanggal 15 Maret 2001 (Peta Kawasan Hutan dan (2) proses/interaksi sosial, (3) pranata social/kelemba-
Perairan Provinsi Kalimantan Timur), lokasi areal gaan masyarakat, (4) persepsi dan sikap masyarakat
tersebut merupakan Kawasan Budidaya Kehutanan terhadap rencana kegiatan.
dengan fungsi hutan Hutan Produksi Tetap (HP) seluas Selain data sekunder, data primer diperoleh
29.023 Ha dan Hutan Produksi Terbatas (HPT) melalui survai sampel/wawancara dengan responden
seluas 1.431 Ha. sebanyak 10% dari jumlah kepala keluarga yang
Tujuan dari kegiatan UPHHK-HTI PT. ditetapkan berdasarkan strata yang ada pada masing-
Mahakarya Perdana Gemilang adalah untuk masing desa yang diprakirakan akan mendapatkan
menghasilkan kayu dalam kuantitas dan kualitas yang dampak negatif maupun dampak positif dari proyek.
memadai secara terus menerus, sebagai bahan baku Data yang terkumpul dianalisis dengan metode
industri, dan diharapkan bermanfaat untuk pengem- deskriptif kualitatif. Sedangkan data sosial ekonomi
bangan masyarakat (community development) di untuk tingkat pendapatan ditabulasikan dan dianalisis
sekitar proyek melalui program Pengembangan dengan rumus sebagai berikut:
Masyarakat Desa Hutan (PMDH), serta terbukanya
kesempatan atau lapangan kerja baru. Tetapi rencana 1. Tingkat Pendapatan
kegiatan tersebut selain berdampak positif, diper- a. Tingkat pendapatan sebagai salah satu indikator
kirakan juga akan menimbulkan dampak negative ekonomi rumah-tangga dianalisis dari sisi
terhadap komponen lingkungan hidup di sekitarnya, penerimaan:
yakni: komponen fisik-kimia, biologi, social ekonomi,
budaya, dan kesehatan masyarakat. I = TR...1)
Berdasarkan UU Nomor 23 Tahun 1997 telah Keterangan:
ditetapkan bahwa dampak negatif dari suatu proyek I = Pendapatan (Income)
yang direncanakan harus diminimasi sekecil mungkin, TR = Total penerimaan (Total Revenue)
agar kegiatan pembangunan tersebut dapat dilaksa-
nakan secara berkesinambungan dan kualitas b. Tingkat pendapatan sebagai salah satu indikator
lingkungan hidup di sekitar proyek yang direncanakan ekonomi rumah-tangga dianalisis dari sisi
tidak menurun. pengeluaran:
I = c i + s...2)
B. METODE PENELITIAN
Data yang dikumpulkan adalah data primer dan Keterangan:
data sekunder. Data primer diperoleh dari informan, I = Pendapatan (income)
yaitu kepala desa, tokoh agama, ketua RT, pemuka c = Konsumsi (consumption)
adat, dan aparat pemerintah yang terkait. Sedangkan i = Investasi (investment)
data sekunder diperoleh dari pihak pemrakarsa dan
s = Tabungan (saving)
instansi-instansi lain yang terkait seperti Dinas
Kehutanan, Bappeda, Badan Pusat Statistik, Kantor
Kecamatan dan Kantor Kepala Desa di wilayah studi.
307
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013
Pada level ekonomi rumah tangga berdasarkan data level ekonomi rumah tangga, secara umum penduduk
hasil survei sampel dapat diketahui bahwa tingkat di wilayah studi pada tahun 2012 tidak tergolong miskin.
pendapatan rumah tangga di wilayah studi berkisar antara Pada level ekonomi rumah tangga berdasarkan data
Rp. 1.000.000,00 sampai Rp. 7.500.000,00 per rumah hasil survei sampel dapat diketahui bahwa tingkat
tangga per bulan, dengan rata-rata tingkat pendapatan pendapatan rumah tangga di wilayah studi berkisar antara
per bulan/rumah-tangga dilihat dari sisi pengeluaran Rp. 1.000.000,00 sampai Rp. 7.500.000,00 per rumah
adalah Rp. 2.286.566.6 atau Rp. 7.225.849.99/ kapita/ tangga per bulan, dengan rata-rata tingkat pendapatan
tahun, dengan jumlah jiwa rata-rata 4 orang per rumah per bulan/rumah-tangga dilihat dari sisi pengeluaran
tangga. Dengan asumsi bahwa harga beras di wilayah adalah Rp. 2.286.566.6 atau Rp. 7.225.849.99/ kapita/
studi sebesar Rp. 10.000,- per kg, maka pendapatan tahun, dengan jumlah jiwa rata-rata 4 orang per rumah
tersebut setara dengan 722,58 kg beras per kapita per tangga. Dengan asumsi bahwa harga beras di wilayah
tahun. Berdasarkan kriteria Sayogyo (1977), studi sebesar Rp. 10.000,- per kg, maka pendapatan
pendapatan ini berada di atas garis kemiskinan, karena tersebut setara dengan 722,58 kg beras per kapita per
masih di atas 320 kg per kapita per tahun. Artinya, untuk tahun. Berdasarkan kriteria Sayogyo (1977),
pendapatan ini berada di atas garis kemiskinan, karena
308
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013
masih di atas 320 kg per kapita per tahun. Artinya, untuk Data mengenai nilai lahan di wilayah studi sifatnya
level ekonomi rumah tangga, secara umum penduduk sangat kualitatif, karena data kuantitatif (nilai moneter)
di wilayah studi pada tahun 2012 tidak tergolong miskin. sulit didapat, mengingat tanah di wilayah studi sampai
Mengenai pola nafkah ganda, penduduk Desa saat ini (saat dilakukan survei) belum pernah dijual-
Klekat pada umumnya selain mengandalkan pada belikan (belum ada pasarnya). Namun secara sosial,
sumber pendapatan dari hasil pertanian, PNS dan tanah di wilayah studi sangat bernilai bagi masyarakat,
karyawan perusahaan, mereka juga memiliki sumber mengingat sebagian besar penduduk di wilayah studi
pendapatan lain seperti bekerja sebagai tukang bermatapencaharian sebagai peladang berpindah yang
bangunan, jualan sembako dan bekerja sampingan memerlukan banyak tanah, sehingga hidup mereka
sebagai nelayan. Demikian juga penduduk di desa sangat tergantung pada tanah.
lainnya (Long Beleh Haloq, Long Beleh Modang,
c. Perekonomian lokal dan regional
penduduk Desa Muai, dan penduduk Desa Gunung Sari)
juga memiliki sumber pendapatan lain seperti bekerja Parameter perekonomian lokal dan regional
sebagai tukang bangunan, jualan sembako dan bekerja meliputi penyerapan tenaga kerja, jenis dan jumlah
sampingan sebagai nelayan. aktivitas ekonomi non formal, fasilitas umum dan fasilitas
sosial serta aksesbilitas wilayah.
b. Ekonomi sumberdaya alam
d. Penyerapan Tenaga Kerja
Pola kepemilikan lahan masyarakat didasarkan atas
pengakuan kerabat dan anggota masyarakat Desa yang Dampak kehadiran suatu perusahaan, diharapkan
ada dan belum atas dasar bukti sertifikat atau surat- salah satunya dapat mengurangi pengangguran dengan
surat tanah yang sah. Namun demikian, hampir menarik tenaga kerja masyarakat lokal di daearh
dipastikan bahwa batas-batas lahan masyarakat adalah tersebut. Dari informasi yang terkumpul tergambar
akurat dan umumnya Kepala Adat serta Kepala Desa jumlah tenaga kerja yang akan terserap di PT.
mengetahui keberadaan lahan masyarakat ini. Hal ini MAHAKARYA PERDANA GEMILANG, yaitu
terjadi karena waktu pembukaan dan pengerjaan lahan, berjumlah 360 orang dengan kualifikasi Sarjana dan
anggota kerabat dan masyarakat umumnya dilibatkan Diploma (D3) berjumlah 166 orang (46%) dan untuk
secara bergotong-royong. Kepemilikan lahan ini sifatnya kualifikasi SMA, SMP,SD, dan Tidak punya Ijazah
banyak yang sudah turun temurun yang diwariskan dari sebanyak 194 orang (54%).
nenek moyang mereka. Pembukaan lahan baru hanya Untuk memenuhi jumlah tenaga kerja yang
dilakukan apabila lahan warisan tidak mencukupi lagi diinginkan maka dilakukan penerimaan dengan prioritas
untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Umumnya tenaga kerja lokal, terutama non skill. Hal ini menun-
pembukaan lahan baru adalah atas pengetahuan dari jukkan keberadaan PT. MAHAKARYA PERDANA
Kepala Adat atau Kepala Desa. GEMILANG telah memberikan dampak positif pada
Sumberdaya alam yang sangat penting dan bernilai masalah tenaga kerja daerah, yang dengan sendirinya
bagi penduduk adalah lahan, karena sebagian besar untuk tahap operasional akan lebih banyak lagi tenaga
penduduk menggantungkan hidupnya dari lahan, yaitu kerja yang terserap dan ini akan membantu perkem-
sebagai lahan pertanian dan perkebunan. Lahan-lahan bangan ekonomi daerah.
tersebut umumnya belum/tidak memiliki surat (sertifikat). e. Jenis dan jumlah aktivitas ekonomi non formal
Lahan untuk berladang maupun untuk tempat tinggal
Jenis dan jumlah aktivitas ekonomi non formal yang
(rumah dan pekarangan) umumnya mereka kuasai
terdapat di wilayah studi sampai saat ini (saat survei
melalui/dengan cara membuka hutan. Dalam batas-batas
dilakukan) pada umumnya sudah cukup bervariasi,
wilayah Desa, lahan umumnya dikuasai oleh penduduk
seperti Toko, Kios sembako, Koperasi, Warung kopi,
Desa setempat. Namun ladang mereka ada juga yang
dan Penginapan.
jaraknya relatif jauh dari Desa, mengingat mereka
umumnya melakukan perladangan dengan sistem Mengenai jenis dan jumlah aktivitas ekonomi non
berpindah-pindah (rotasi), sehingga memerlukan lahan formal di wilayah studi disajikan pada Tabel 2 berikut:
yang cukup luas, dan jauh dari Desa.
309
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013
Tabel 2. Jenis dan Jumlah Aktivitas Ekonomi Non Formal Di Wilayah Studi.
f. Fasilitas umum dan fasilitas sosial kematian, kesenian adat, dan yang berhubungan dengan
Mengenai fasilitas umum dan fasilitas sosial di masalah lahan .
wilayah studi sudah cukup memadai, oleh karena itu Mengenai hukum adat masih tetap dipertahankan
dengan tersedianya sarana dan prasarana tersebut dan bagi mereka yang melanggar akan dikenakan
menjadi salah satu faktor pendukung tingginya mobilitas denda adat sesuai dengan tingkat pelanggaran yang
sosial. Berdasarkan hasil survey sampel tergambar dilakukan oleh masyarakat setempat maupun masya-
bahwa prasarana perekonomian yang ada di wilayah rakat Desa tetangga. Tata nilai atau kebiasaan-
studi pada umumnya selain menggunakan mobil dan kebiasaan yang berlaku, sebelumnya telah diatur dalam
sepeda motor sebagai sarana transportasi darat, keputusan Dewan adat.
mereka juga menggunakan perahu motor sebagai Pengobatan tradisional (Belian) sudah jarang
sarana transportasi sungai. Hal ini seiring dengan dilakukan karena dianggap bertentangan dengan nilai-
adanya fasilitas jalan darat yang cukup bagus sehingga nilai ajaran agama yang mereka anut. Mengenai hal-
memungkinkan penduduk untuk menggunakan sarana hal yang merupakan larangan telah diatur bersama oleh
transportasi tersebut. dewan adat, dilarang keras minuman keras, pergaulan
intim sebelum menikah.
g. Aksesbilitas Wilayah
Perubahan sosial terutama berkenaan dengan
Jalur transportasi yang dimanfaatkan oleh gaya hidup masyarakat terlihat cukup deras disebab-
masyarakat di Desa-Desa wilayah studi selain menggu- kan arus informasi dan transportasi yang masuk ke
nakan sarana transportasi air, juga menggunakan daerah ini. Perubahan-perubahan tersebut termasuk
sarana transportasi darat baik yang menghubungkan pola perilaku dan gaya hidup, seperti cara berpakaian
antara Desa yang satu dengan Desa lainnya. Untuk para kaum muda, cara-cara bermusyawarah,
mencapai Ibu Kota Kabupaten pada setiap Desa perubahan pola pikir warga masyarakat. Kontrol social
dapat ditempuh dengan menggunakan transportasi air atas perilaku masyarakat dalam hal hubungan social
dan darat dengan jarak waktu tempuh dari Desa-Desa budaya dan kekeluargaan/kekerabatan dirasakan
wilayah studi ke Kota Kabupaten relatif tergolong masih sangat kuat melalui nilai-nilai/norma hukum adat.
cepat karena dapat dilakukan setiap saat.
Di samping itu terdapat pula hal-hal yang dianggap
2. Kondisi Sosial Budaya tabu untuk dilakukan masyarakat seperti menebang
a. Adat-istiadat dan budaya pohon benggeris, bengkirai, yang sebenarnya juga
mempunyai nilai ekologis dan ekonomis.
Adat istiadat yang berlaku di Desa sekitar wilayah
studi adalah adat suku Kutai dan Dayak. Dalam hal b. Proses/interaksi sosial
kehidupan bermasyarakat peran tokoh adat cukup Salah satu indikator proses atau interaksi sosial
dominan dalam menyelesaikan masalah yang yang ditelaah dalam penelitian ini adalah kerjasama
berkenaan dengan hukum adat, dimana masyarakat antar warga masyarakat. Berdasarkan survesi sampel
setempat masih cukup menjunjung tinggi nilai adat yang diketahui bahwa pada umumnya masyarakat cukup
diterapkan terutama dalam hal kegiatan: perkawinan, terbuka untuk bekerjasama dengan berbagai pihak
310
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013
meskipun terdapat perbedaan suku ataupun agama. responden, sementara faktor persamaan suku dan
Hal itu menunjukkan keadaan iklim sosial yang cukup pekerjaan kurang menentukan dalam proses asimilasi
baik. di daerah penelitian pada umumnya.
Proses interaksi/kerjasama di daerah penelitian
c. Kelembagaan sosial
tergambar dari bentuk-bentuk gotong-royong yang
hidup dan berkembang di masyarakat. Dari hasil survei Pranata sosial ini meliputi kelembagaan bi dang
sampel diketahui bahwa kegiatan gotong-royong ekonomi, pendidikan, agama, sosial kemasyarakatan,
penduduk desa masih baik, terutama kegiatan gotong lembaga Desa, dan lembaga adat.
royong yang menyangkut kepentingan umum, Secara administratif lembaga formal yang ber-
kepentingan kelompok maupun kepentingan pribadi. peran di pedesaan adalah RT (Rukun Tetangga) dan
Kerjasama untuk kepentingan umum adalah gotong- Kepala Desa. Lembaga lain yang berperan di Desa
royong untuk memelihara kebersihan, ketertiban dan adalah Badan Perwkilan Desa (BPK) yang mempunyai
keamanan desa. Adapun kerjasama yang menyangkut fungsi strategis untuk menangkap dan mengungkapkan
kepentingan kelompok ataupun pribadi, misalnya aspirasi, sebagai bentuk demokratisasi di perdesaan.
terjadi dalam mencari nafkah dan kegiatan keagamaan. Lembaga ini selain berperan sebagai badan peren-
Kerjasama juga terjadi antara warga setempat dengan canaan di Desa juga berusaha menggalang dan
pihak lain/pihak luar, misalnya perusahaan yang meningkatkan kegiatan gotong-royong masyarakat di
beroperasi di daerah ini. Kerjasama dilakukan tanpa Desa.
melihat perbedaan etnis maupun agama. Motivasi yang Sedangkan kelembagaan pemuda yang ada dan
mendasari kerjasama itu di samping alasan ekonomi berfungsi adalah Karang Taruna dan perkumpulan olah
adalah motivasi keagamaan dan motivasi ke daerahan. raga yang merupakan wadah kaum muda untuk
Indikator lainnya dari proses/interaksi sosial yang berkreatif dan berorganisasi. Adapun lembaga-
dikaji adalah konflik sosial. Mengenai potensi konflik lembaga social religius lainnya seperti kelompok
dalam kehidupan masyarakat di wilayah studi memang pengajian bagi yang beragama Islam dan kebaktian
ditemukan pilihan reponden yang menyatakan kadang- bagi yang beragama Katholik telah berkembang cukup
kadang muncul konflik. Namun konflik tersebut dapat baik.
diselesaikan dengan musyawarah/kekeluargaan.
d. Persepsi dan sikap masyarakat terhadap
Adapun sumber konflik yang muncul adalah masalah
rencana kegiatan PT. MAHAKARYA PERDANA
lahan, salah paham, kecemburuan social, nilai budaya
GEMILANG
luar, minuman keras, dan hubungan muda-mudi.
Sebagian besar responden (67.37%) telah
Proses sosial antara warga masyarakat dengan
mengetahui keberadaan PT. Mahakarya Perdana
pihak perusahaan selama ini (pada saat dilakukan
Gemilang. Mereka mengaku mengetahuinya dari pihak
survei) berlangsung kurang kondusif. Faktor penyebab-
perusahaan melalui sosialisasi. Sedangkan sebagian
nya menurut masyarakat antara lain adalah masalah
lainnya (32.63%) menyatakan belum tahu tentang
lahan, pencemaran limbah, polusi udara, dan pe-
keberadaan PT. Mahakarya Perdana Gemilang.
langgaran terhadap kesepakatan bersama. Solusinya,
Meskipun mereka menyatakan belum mengetahui
pada saat survei dilakukan masih belum ada titik temu.
tentang keberadaan PT. Mahakarya Perdana
Proses sosial yang lebih jauh dalam kehidupan Gemilang, namun ketika ditanya tentang sikapnya
bermasyarakat ditandai dengan adanya asimilasi. Di terhadap rencana kegiatan tersebut pada umumnya
lokasi wilayah studi juga telah terjadi asimilasi antara (86.32%) menyatakan setuju, 12.63% responden
lain melalui perkawinan antar suku yang telah lama tidak ada pendapat dan ragu-ragu, dan hanya
menetap di daerah itu. Mengenai latar belakang yang 1.05% responden yang menyatakan tidak setuju.
mendasari terjadinya proses asimilisi pada umumnya
Harapan responden akan hadirnya perusahaan
adalah bahwa faktor agama, prilaku dan saling
tergambar bahwa perusahaan akan menguntungkan
mencintai sangat dominan yang mewarnai pendapat
dalam hal membantu pemerintah dan kontribusi
311
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013
pembangunan daerah, kemudian disusul dapat mem- selain menggunakan mobil dan sepeda motor
buka peluang kerja, kesempatan berusaha dan sebagai sarana transportasi darat, mereka juga
meningkatkan pendapatan masyarakat. Selain itu menggunakan perahu motor sebagai sarana trans-
berharap agar perusahaan memberikan bantuan di portasi sungai. Untuk mencapai Ibu Kota
bidang: pendidikan, kesehatan, ekonomi dan pertanian, Kabupaten pada setiap Desa dapat ditempuh
ketenagakerjaan, dan kesejahteraan sosial. Adapun dengan menggunakan transportasi air dan darat
tanggapan beberapa responden yang menyatakan tidak dengan jarak waktu tempuh dari Desa-Desa
setuju pada umumnya mereka menganggap kehadiran wilayah studi ke Kota Kabupaten relatif tergolong
perusahaan akan menimbulkan kerusakan hutan, cepat karena dapat dilakukan setiap saat.
bencana banjir, dan kemungkinan akan meningkatkan d. Adat istiadat yang berlaku di Desa wilayah studi
potensi konflik. adalah adat suku Kutai dan Dayak. Dalam hal
Hasil survei sampel tersebut tidak jauh berbeda kehidupan bermasyarakat peran tokoh adat cukup
dengan hasil diskusi bersama Kepala Desa, Perangkat dominan dalam menyelesaikan masalah yang
Desa, Badan Perwakilan Desa serta masyarakat, yang berkenaan dengan hukum adat, dimana masyarakat
menggambarkan bahwa pada umumnya masyarakat setempat masih cukup menjunjung tinggi nilai adat
mendukung dan mengharapkan agar rencana kegiatan yang diterapkan terutama dalam hal kegiatan:
pengelolaan hutan kayu oleh PT. Mahakarya Perdana perkawinan, kematian, kesenian adat, dan yang
Gemilang di wilayah Desa mereka tetap dilanjutkan. berhubungan dengan masalah lahan.
e. Walaupun penduduk di lokasi penelitian sebagian
D. KESIMPULAN DAN SARAN berasal dari berbagai daerah dan suku bangsa dan
1. Kesimpulan agama yang berbeda, namun jarang terjadi
a. Rata-rata kondisi ekonomi rumah tangga perselisihan antar warga yang mengarah kepada
masyarakat cukup baik (tidak tergolong miskin). unsur sara. Proses asimilasi telah terjadi diantara
Pada umumnya penduduk selain mengandalkan mereka, antara lain melalui pernikahan antar suku.
pada sumber pendapatan dari pekerjaan pokok, f. Lembaga-lembaga sosial yang ada di lokasi
mereka juga memiliki sumber pendapatan lain yang penelitian disamping Desa antara lain adalah Rukun
cukup bervariasi, seperti bekerja sebagai tukang Tetangga (RT), Lembaga Adat, Badan Perwakilan
bangunan, jualan sembako dan bekerja sampingan Desa, Pertahanan Sipil (Hansip), Karang Taruna,
sebagai nelayan. Koperasi Unit Desa, Perkumpulan olah raga, PKK,
b. Rata-rata kepala keluarga memiliki lahan seluas Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), dan lembaga
antara 2 Ha sampai 8 Ha, status lahan pada keagamaan.
umumnya tidak disertai surat bukti apapun. Nilai g. Persepsi masyarakat terhadap rencana kegiatan PT.
lahan di wilayah studi bersifat kualitatif, karena Mahakarya Perdana Gemilang adalah sangat positif.
belum pernah dijual-belikan. Namun secara sosial, Masyarakat menilai bahwa kehadiran perusahaan
tanah di wilayah studi sangat bernilai bagi masya- tersebut akan memberikan manfaat bagi mereka.
rakat, karena sebagian besar penduduknya Mereka berharap agar kegiatan pengelolaan hutan
bermatapencaharian sebagai petani dan berkebun, kayu oleh PT. Mahakarya Perdana Gemilang segera
sehingga hidup mereka sangat tergantung pada terealisasi. Beberapa harapan dari masyarakat yang
tanah. Pola pemanfaatan sumberdaya alam adalah muncul antara lain agar perusahaan memberikan
untuk mendirikan rumah, sebagai sarana transportasi bantuan di bidang: pendidikan, kesehatan, ekonomi
dan sumber mencari nafkah. dan pertanian, ketenagakerjaan, dan kesejahteraan
c. Kegiatan perekonomian lokal yang terdapat di sosial.
sekitar wilayah studi pada umumnya sudah cukup
2. Saran-saran
bervariasi, seperti seperti Toko, Kios sembako,
Koperasi, Warung kopi, dan Penginapan. Pra- a. Rencana kegiatan IUPHHK-HTI oleh PT.
sarana perekonomian yang ada pada umumnya Mahakarya Perdana Gemilang di Kabupaten Kutai
312
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013
313
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013
ABSTRACT
Faridah, 2012. Civics Teacher Performance in Cultivation Character Values to Students in SMK
Bina Banua Banjarmasin. Scripsi, Program Study of Citizenship and Pancasila Education,
Department of Social Sciences, Faculty of Teacher and Education Science, University of
Lambung Mangkurat. Counselor (I) Zainul Akhyar, (II) Mariatul Kiptiah.
This study reviews the performance of Civics Teachers Planting Character values in students at
SMK Bina Banua Banjarmasin. Teacher performance assessed include lesson planning in planting
character values, the lesson in planting character values, and assessment of learning outcomes in
the planting of character values.
The selected research method is a method of qualitative data collection techniques through
observation, interview and documentation. Source data is taken from interviews and documentation
according the research object and analyzed by data reduction, data presentation and conclusion.
Data obtained were tested validity extension method of observation, increasing persistence,
triangulation and use of reference materials.
The results showed that the performance of the investment grade Civics teacher character, is a
Civics lesson planning by teachers in the cultivation of character values in students is to develop
a syllabus and lesson plans that character, the lesson by the teacher Civics in the planting of
character values in students through (initial activities, core activities, and the final activity), as
well as learning outcomes assessment system by the teacher in the planting Civics character
values in students is through a written test about whether objective, subjective, and the attitude
scale.
Based on the results of this study suggested that the Head of School at SMK Bina Banua Banjarmasin
should direct more of their students in activities that refers to the potential of the students as an
extracurricular be developed further as the religious values in which students are required to
prayers and religious activities such as mawlid habsy, educating children to always discipline,
keep the environment as well as the success that students can deepen their knowledge about the
religion that the formation of harmony and concord among their students and for Civics Teachers
should guide students need more knowledge and instill the values of character, because teachers
are role models for their students. Its human to be faithful and devoted to God the almighty one,
noble, healthy, knowledgeable, skilled, creative, independent, and become citizens of a democratic
and accountable.
314
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013
315
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013
316
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013
memanfaatkan teori yang ada sebagai bahan penjelasan a. Reduksi Data (Merangkum)
dan berfikir dengan suatu teori (Wahyu, 2009:65). b. Penyajian Data
2. Tempat Penelitian c. Menarik Kesimpulan
Penelitian dilaksanakan di SMK Bina Banua 7. Pengujian Keabsahan Data
Banjarmasin. Dipilih karena sekolah SMK Bina Bina Data yang absah, maka perlu dilakukan pengujian
Banua adalah salah satu sekolah swasta yang ada di keabsahan data yang dilakukan dengan cara:
Banjarmasin yang beralamat di Jalan Pramuka Tembus
Terminal KM 6 No 17 Kelurahan Pemurus Luar a. Perpanjangan pengamatan, dimana peneliti kembali
Kecamatan Banjarmasin Timur. ke lapangan melakukan pengamatan, wawancara
lagi dengan sumber data yang pernah ditemui atau
3. Sumber Data yang baru.
a. Data primer b. Meningkatkan Ketekunan berarti melakukan
1) Guru pengajar PKn dan selaku kepala sekolah pengamatan secara lebih cermat dan berke-
SMK Bina Banua Banjarmasin yaitu busriannor sinambungan.
2) Data diperoleh dari guru pengajar PKn yaitu c. Triangulasi merupakan pengecekan data dari ber-
M.Irpan bagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai
b. Data sekunder, Data sekunder antara lain data waktu.
tentang sekolah, keadaan guru, jumlah guru, dan a. Triangulasi sumber
pegawai/karyawan, keadaan jumlah siswa, sarana b. Triangulasi teknik
dan prasarana sekolah. Data ini diperoleh melalui c. Trianggulasi waktu
wakil kepala sekolah dan sumber data yang ada di
sekolah (TU). D. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Perencanaan Pembelajaran Guru PKn dalam
4. Instrumen Penelitian
Penanaman Nilai-nilai Karakter di SMK
Peneliti bertindak sebagai instrument sekaligus Bina Banua Banjarmasin.
pengumpul data untuk mendukung lancarnya proses
Menurut George R. Terry dan Leslie W. Rue
penelitian. Selain itu juga peneliti menggunakan instru-
(2009:9) planning atau perencanaan adalah
ment pengumpul data berupa pertanyaan-pertanyaan
menentukan tujuan-tujuan yang hendak dicapai selama
(lembar observasi/pedoman wawancara) yang berhu-
suatu masa yang akan datang dan apa yang harus
bungan dengan masalah yang diteliti.
diperbuat agar dapat mencapai tujuan-tujuan itu.
5. Teknik Pengumpulan Data Hamzah B. Uno (2008:2) juga menyatakan
perencanaan adalah suatu cara yang memuaskan untuk
Untuk penelitian ini digunakan tiga teknik
membuat kegiatan dapat berjalan dengan baik, disertai
pengumpulan data yaitu:
dengan berbagai langkah yang antisipatif guna mem-
a. Observasi perkecil kesenjangan yang terjadi sehingga kegiatan
b. Wawancara mendalam tersebut mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
c. Dokumentasi Penyusunan dan pengembangan silabus oleh guru
PKn di SMK Bina Banua Banjarmasin dilakukan
6. Teknik Analisis Data
secara bersama-sama dalam musyawarah guru mata
Menurut Miles dan Huberman (Wahyu, pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (MGMP).
2006:60) mengemukakan bahwa aktivitas dalam Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
analisis kualitatif dilakukan secara interaktif dan ber- (RPP), guru PKn di SMK Bina Banua Banjarmasin
langsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga sudah melaksanakan sesuai dengan acuan konsep
datanya sudah jenuh, aktivitas dalam analisis data yaitu: kurikulum yang berjalan yaitu KTSP.
317
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013
2. Pelaksanaan Pengajaran Guru PKn dalam b. Ditemukan sejumlah tantangan yang dihadapi guru
Penanaman Nilai-nilai Karakter di SMK dalam penanaman nilai-nilai karakter, baik yang
Bina Banua Banjarmasin. bersifat internal maupun eksternal.
Guru melalui metode ceramah diskusi dengan c. Sistem penilaian pengajaran yang dilakukan guru
media lainnya telah menyampaikan pada siswa fungsi PKn, sudah mengikuti penilaian yang diisyaratkan
dan tujuan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dalam KTSP.
dalam kaitannya dengan pendidikan karakter. Hal ini
terlihat dari respon siswa yang menyatakan bahwa 2. Saran
melalui diskusi, siswa dilatih untuk dapat berpikir a. Kepala sekolah di SMK Bina Banua Banjarmasin
kreatif, disiplin, jujur, berani mengungkapkan pendapat hendaknya lebih mengarahkan siswanya dalam
dan mencari sumber lain. kegiatan-kegiatan yang mengacu pada potensi yang
Pelaksanaan pembelajaran pada mata pelajaran dimiliki oleh siswa seperti ekstrakurikuler lebih
PKn di SMK Bina Banua Banjarmasin, guru telah dikembangkan lagi serta kegiatan keagamaan
berusaha menggunakan media pembelajaran untuk seperti habsy, agar siswa bisa mendalami pengeta-
menciptakan lingkungan belajar yang tenang dan huan tentang agama sehingga terbentuknya
menyenangkan. Guru telah menggunakan media keselarasan dan kerukunan antar siswanya.
pembelajaran untuk menunjang pemahaman siswa b. Guru PKn sebaiknya harus lebih membimbing siswa
terhadap materi pelajaran. Namun kadang-kadang serta menanamkan pengetahuan tentang nilai-nilai
guru tidak selalu menggunakan media dalam pem- karakter, karena guru adalah teladan bagi anak
belajaran, jadi penggunaan media pembelajaran hanya didiknya. Hal itu agar menjadi manusia yang beriman
disesuaikan dengan materi dan waktu yang telah dan bertaqwa kepada Tuhan yang maha esa,
tersedia. berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga Negara yang demo-
3. Sistem Penilaian Hasil Pengajaran oleh Guru kratis serta bertanggung jawab.
PKn dalam Penanaman Nilai-nilai Karakter
di SMK Bina Banua Banjarmasin.
Di SMK Bina Banua Banjarmasin telah diterap-
kan sistem belajar tuntas yaitu seorang siswa dianggap DAFTAR PUSTAKA
tuntas jika siswa tersebut mampu menyelesaikan,
menguasai kompetensi atau mencapai tujuan pembe- Arifin, Febri, 2009. Pengaruh Sikap Mahasiswa
lajaran yaitu mampu memperoleh nilai 70, sedangkan Atas Profesi Guru PKn dan Pemahaman
untuk siswa yang belum mencapai nilai tersebut maka Tentang Kompetensi Guru Terhadap Prestasi
siswa tersebut dikatakan belum tuntas belajarnya. Belajar PPL Mahasiswa Jurusan FKIP UMS
Untuk keperluan tersebut, sekolah dalam hal ini guru Tahun Akademik 2007-2008. Skripsi Strata
memberikan perlakuan khusus terhadap siswa yang 1 UMS. Tidak diterbitkan.
masih mendapat kesulitan belajar melalui program re- Aris, Wahyu, 2011. Integrasi Kurikulum Berbasis
medial. Karakter dalam Pelaksanaan Pembelajaran.
(Online), (http://www.nu.or.id. Diakses 20
F. KESIMPULAN DAN SARAN
februari 2012).
1. Kesimpulan
Dahlan Hendriansyah, 2012. Pengertian Perenca-
a. Kinerja guru PKn dalam penanaman nilai-nilai
naan Pembelajaran.(Online), (http://
karakter di SMK Bina Banua Banjarmasin, dalam
hendriansdiamond.blogspot.com, Diakses juli
perencanaan pembelajaran yang dilakukan guru
2012).
PKn menggunakan RPP (rencana pelaksanaan
pembelajaran) serta silabus yang sudah tertuang Hamalik, Oemar, 2003. Pendidikan Guru Berdasar-
dalam kurikulum. kan Pendekatan Kompetensi. Jakarta: PT.
Bumi Aksara.
318
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013
319
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013
ABSTRACK
320
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013
321
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013
322
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013
6. Teknik Analisis Data sekolah sudah berjalan baik, meskipun masih ada
a. Reduksi data beberapa siswa yang melakukan pelanggaran dan
b. Data display (penyajian data) mendapatkan sangsi sesuai pelanggaran yang dilaku-
c. Conclucion drawing/verivication kannya, sangsi yang diberikan sebagai upaya untuk
mendidik dan membina siswa agar tidak mengulangi
7. Pengujian Keabsahan Data lagi pelanggarannya.
Menurut Wahyu (2009: 77) untuk menguji Hal ini senada dengan informasi yang berikan oleh
keabsahan data, maka digunakan uji kredibilitas data Ibu DS menyatakan bahwa:
yang meliputi:
Apabila siswa melakukan pelanggaran ringan
a. Perpanjangan pengamatan, peneliti kembali ke seperti membolos, maka siswa akan diberikan
lapangan melakukan pengamatan, wawancara lagi hukuman pembinaan berupa membuat resume
dengan sumber data yang pernah ditemui atau yang mata pelajaran. Sedangkan untuk siswa yang
baru. sering melakukan pelanggaran sedang akan
diberikan sangsi berupa skorsing. Bagi yang
b. Meningkatkan ketekunan, berarti melakukan
melakukan pelanggaran berat akan diberikan
pengamatan secara lebih cermat dan berkesinam- surat pemanggilan kepada orang tua mereka agar
bungan, sehingga kepastian data yang berkenaan lebih melakukan pengawasan keapada anaknya
dengan kepatuhan siswa dapat direkam secara pasti karena sering sekali melakukan pelanggaran berat.
dan sistematis. Apabila pelanggaran berat itu masih dilakukan
c. Triangulasi merupakan pengecekan data dari maka siswa tersebut akan dikembalikan kepada
orang tuanya dan dikeluarkan dari sekolah
berbagai sumber dengan berbagai cara dan (Wawancara, 6 Desember 2012)
berbagai waktu.
Peraturan sekolah di SMK Muhammadiyah 3
D. HASIL DAN PEMBAHASAN Banjarmasin belum semuanya dilaksanakan oleh
1. Gambaran kepatuhan siswa kelas X dalam seluruh siswa kelas X karena terkadang masih ada
melaksanakan peraturan sekolah di SMK sebagian kecil siswa tidak sesuai pakaian seragam
Muhammadiyah 3 Banjarmasin sesuai aturan atau tidak memakai atribut lengkap saat
upacara bendera dan lain sebagainya.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru
Bimbingan Konseling Ibu Rahmatul Hasanah disebut Hasil wawancara dengan Ibu DS mengatakan
sebagai RH dan Datus Salma disebut sebagai DS) bahwa:
tentang kepatuhan siswa kelas X SMK Muhamma- Siswa yang tidak sesuai pakaian seragam atau
diyah 3 Banjarmasin dalam melaksanakan peraturan tidak memakai atribut lengkap saat upacara
sekolah sudah berjalan dengan baik, meskipun bendera, yang pertama-tama sebelum upacara
demikian ada sebagian kecil siswa yang belum bendera dimulai, para guru piket menyiapkan
melaksanakannya. Berdasarkan informasi dari Ibu RH barisan, setelah itu diumumkan bagi siswa yang
penyimpang pakaian seragam dan tidak memakai
menyatakan bahwa: atribut sekolah siswa harus keluar dari barisan
Kepatuhan siswa kelas X SMK Muhammadiyah dan membentuk barisan sendiri dari teman-
3 Banjarmasin dalam melaksanakan peraturan temannya dan menghadap ke matahari sampai
sekolah sudah berjalan baik, walaupun begitu selesai upacara bendera bagi siswa ada yang tidak
masih juga ada beberapa siswa yang melakukan mengikuti upacara bendera maka dikenakan
pelanggaran dan kita berikan sangsi sesuai sanksi menghormat bendera atau membersihkan
pelanggarannya untuk mendidik dan membina kamar mandi. (Wawancara, 6 Desember 2012)
mereka agar tidak mengulangi lagi perbuatannya
Hal senada juga dinyatakan Ibu RH, beliau
(Wawancara, 6 Desember 2012).
mengatakan:
Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu RH
Siswa yang tidak sesuai aturan dalam berpakaian
tentang kepatuhan siswa kelas X SMK Muhamma- di sekolah ditegur, seperti bajunya berkeluaran
diyah 3 Banjarmasin dalam melaksanakan peraturan disuruh memasukannya, misalnya ada anak laki-
323
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013
laki yang rambutnya panjang itu di tegur, BP mengarahkan anak didiknya untuk bersikap,
kemudian bagi anak wanita misalnya memakai berperilaku dan berdisiplin dengan baik, dan membe-
sepatu kesekolah yaitu memakai sepatu untuk rikan arahan kepada siswa agar selalu menaati dan
berjalan bukan sepatuh sekolah itu pun ditegur,
nah itu berulang kali ditegur maka sepatunya
patuh terhadap peraturan sekolah yang sudah ditetap-
diambil dan kemudian bagi yang tidak kan serta memberikan sanksi terhadap siswa jika ada
mengindahkan itu orang tuanya yang dipanggil siswa yang melanggar peraturan sesuai dengan tingkat
ke sekolah (Wawancara, 6 Desember 2012) kesalahannya.
Peraturan sekolah yang ada di SMK Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu RH
Muhammadiyah 3 Banjarmasin sudah sesuai dengan tentang faktor-faktor internal yang mempengaruhi
tujuan yang diharapkan oleh semua pihak, baik pihak kepatuhan siswa kelas x dalam melaksanakan
sekolah, orang tua siswa dan siswa. Peraturan yang peraturan sekolah adalah kemampuan intelektual yang
ada bertujuan untuk menumbuhkan sikap disiplin siswa, tinggi juga ikut memberikan kontribusi dalam
karena sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar pelaksanaan peraturan sekolah. Anak yang mempunyai
di sekolah. Sikap tersebut dapat menciptakan suasa kecerdasan tinggi akan lebih mudah diatur bila
belajar yang nyaman dan kondusif untuk belajar sesuai dibandingkan dengan anak kecerdasan biasa.
yang diharapkan semua pihak. Berdasarkan hasil observasi yang peneliti liat di
Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu DS SMK muhammadiyah 3 yaitu yang sangat dominan
tentang kepatuhan siswa kelas x dalam melaksanakan adalah Faktor intelektual yang sangat mempengaruhi
peraturan sekolah SMK Muhammadiyah 3 karena siswa yang pada dasarnya tidak mengerti
Banjarmasin memang sudah sesuai dengan yang terhadap suatu pelajaran malah tidak memperhatikan
diharapkan semua pihak hal ini didasarkan pada terhadap guru yang mengajar, mereka hanya asik
pertimbangan-pertimbangan rasional siswa sendiri, mengobrol dengan teman sebangku nya, perbuatan
motivasi dan guru serta kesadaran siswa, karena tanpa tersebut sangat mempengaruhi / merugikan diri mereka
itu semua peraturan di sekolah tidak dapat sendiri. Seharusnya siswa tersebut belajar lebih giat
dilaksanakan. dan memperhatikan.Pada dasarnya siswa tersebut
hanya ingin minta perhatian dari guru terbukti jika di
2. Faktor-faktor internal yang melatar- tegur atau di marahi mereka baru akan memperhatikan
belakangi kepatuhan siswa kelas X dalam penjelasan dari guru.
melaksanakan peraturan sekolah di SMK
Muhammadiyah 3 Banjarmasin 3. Faktor-faktor eksternal yang melatar-
belakangi kepatuhan siswa kelas X dalam
Kepatuhan siswa kelas X dalam melaksanakan melaksanakan peraturan sekolah di SMK
peraturan sekolah di SMK Muhammadiyah 3 Muhammadiyah 3 Banjarmasin
dipengaruhi oleh faktor internal yang berasal dari dalam
diri siswa terutama kehadiran siswa yaitu kesehatan Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu
siswa. Kesehatan siswa menjadi penentu dalam Rahmatul Hasanah selanjutnya disebut RH dan Bapak
memberikan materi kepada siswa didalam kelas, Mochammad Rahman disebut MR, guru SMK
apabila ada siswa yang sakit pada saat jam pelajaran, Muhammadiyah 3 Banjarmasin, beliau mengatakan
maka siswa tersebut diperbolehkan istirahat di dalam bahwa faktor-faktor eksternal yang melatarbelakangi
kelas, tetapi apabila kesehatannya belum membaik kepatuhan siswa kelas X dalam melaksanakan
selama pelajaran berlangsung, maka yang peraturan sekolah adalah faktor yang berasal dari
bersangkutan diperbolehkan untuk beristirahat di ruang keluarga siswa itu sendiri, cara orang tua menanamkan
UKS. disiplin, bimbingan orang tua, serta keadaaan sekolah
yang mendukung.
Selain faktor kesehatan siswa, faktor yang ikut
mempengaruhi kepatuhan siswa adalah ketidak- Kepatuhan siswa kelas X dalam melaksanakan
mampuan anak dalam mengikuti pelajaran di sekolah. peraturan sekolah di SMK Muhammadiyah 3
Untuk mengatasi permasalahan itu, guru PKn dan guru Banjarmasin sudah berjalan dengan baik, meskipun
demikian ada sebagian kecil siswa yang belum
324
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013
melaksanakannya, seperti melanggar peraturan seperti Kemampuan intelektual yang tinggi juga ikut
tidak memakai pakaian seragam sesuai aturan atau tidak memberikan kontrIbusi dalam pelaksanaan peraturan
memakai atribut lengkap saat upacara bendera dan sekolah. Anak yang mempunyai kecerdasan tinggi akan
lain sebagainya. lebih mudah diatur bila dibandingkan dengan anak
Kepatuhan siswa terhadap peraturan sekolah kecerdasan biasa.
yang berlaku sangat penting dalam kegiatan belajar Gunarsa (1982: 82) mengatakan bahwa yang
mengajar di sekolah. Sikap tersebut dapat menciptakan melatarbelakangi kepatuhan siswa adalah faktor-faktor
suasana belajar yang nyaman dan aman dalam belajar. yang bersumber dari dalam diri siswa itu sendiri, yaitu:
Bagi siswa yang melanggar peraturan akan mendapat a. Kesehatan siswa,
sanksi seperti hukuman fisik bila diperlukan, tetapi lebih b. Ketidakmampuan anak dalam mengikuti pelajaran
ditekankan pada hukuman yang bersifat pembinaan disekolah,
seperti membuat resume mata pelajaran atau skorsing
bagi mereka yang sering mengulangi pelanggaran itu. c. Kemampuan intelektual yang dimiliki oleh anak.
Bagi yang sering mengulangi pelanggaran seperti Berdasarkan hasil penelitian dan pendapat diatas,
membolos dan tidak masuk kelas tanpa alasan, maka maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor internal
skorsing bisa diberlakukan yang sebelumnya dilakukan yang melatarbelakangi kepatuhan siswa yaitu kesehatan
pemanggilan terhadap orangtua siswa. siswa sebagai penentu kehadiran siswa, ketidak-
Hasil temuan penelitian di atas, sesuai dengan mampuan anak dalam mengikuti pelajaran serta
pendapat Graham (Sanjaya, 2006: 274-275) kemampuan intelektual yang tinggi juga ikut
dikatakan ada empat faktor yang merupakan dasar memberikan kontrIbusi dalam pelaksanaan peraturan
kepatuhan seseorang terhadap nilai tertentu, yaitu: sekolah
a. Normativist, biasanya kepatuhan pada norma- Faktor-faktor eksternal yang melatarbelakangi
norma hukum. Selanjutnya dikatakan bahwa kepatuhan siswa kelas X dalam melaksanakan peratu-
kepatuhan ini terdapat dalam tiga bentuk, yaitu: 1) ran sekolah di SMK Muhammadiyah 3 Banjarmasin
Kepatuhan terhadap nilai atau norma itu sendiri, 2) dalam melaksanakan peraturan sekolah adalah faktor
Kepatuhan pada proses tanpa mempedulikan yang berasal dari suasana keluarga siswa itu sendiri,
normanya sendiri, 3) Kepatuhan pada hasilnya atau cara orang tua menanamkan disiplin, bimbingan orang
tujuan yang diharapkannya dari peraturan itu. tua, serta keadaaan sekolah yang mendukung dan
lingkungan.
b. Integralist, yaitu kepatuhan yang didasarkan pada
kesadaran dengan pertimbangan-pertimbangan F. KESIMPULAN DAN SARAN
yang rasional.
1. Kesimpulan
c. Fenomenalist, yaitu kepatuhan berdasar kan suara
a. Kepatuhan siswa kelas X dalam melaksanakan
hati atau sekadar basa-basi.
peraturan sekolah di SMK Muhammadiyah 3
d. Hedonist, yaitu kepatuhan berdasarkan ke- Banjarmasin sudah dilaksanakan dengan baik,
pentingan diri sendiri. meskipun ada sebagian kecil siswa yang melanggar
Kepatuhan siswa kelas X dalam melaksanakan peraturan seperti tidak memakai pakaian seragam
peraturan sekolah di SMK Muhammadiyah 3 sesuai aturan atau tidak memakai atribut lengkap
Banjarmasin dilatarbelakangi oleh faktor internal yang saat upacara bendera dan lain sebagainya.
berasal dari dalam diri siswa terutama kehadiran siswa b. Faktor-faktor internal yang melatarbelakangi
yaitu kesehatan siswa. kepatuhan siswa kelas X dalam melaksanakan
Selain faktor kesehatan siswa, faktor yang ikut peraturan sekolah di SMK Muhammadiyah 3
mempengaruhi kepatuhan siswa adalah ketidak- Banjarmasin yaitu kesehatan siswa sebagai penentu
mampuan anak dalam mengikuti pelajaran di sekolah. kehadiran siswa, ketidakmampuan anak dalam
Untuk mengatasi permasalahan itu, guru BP mengarah- mengikuti pelajaran serta kemampuan intelektual
kan anak didiknya untuk bersikap, berperilaku dan yang tinggi juga ikut memberikan kontrIbusi dalam
berdisiplin dengan baik. pelaksanaan peraturan sekolah.
325
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013
c. Faktor-faktor eksternal yang melatarbelakangi Dizaal Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum
kepatuhan siswa kelas dalam melaksanakan Daerah Lahat Tahun 2011. Karya Tulis
peraturan sekolah di SMK Muhammadiyah 3 ilmiah. Akademi Keperawatan Pemda Lahat.
Banjarmasin adalah suasana keluarga siswa itu Tidak diterbitkan.
sendiri, cara orang tua menanamkan disiplin, Gunarsa, Singgih D. 1982. Dasar dan Teori
bimbingan orang tua, serta keadaaan sekolah yang Perkembangan Anak. Jakarta: Gunung Mulia.
mendukung dan lingkungan tempat tinggal siswa.
Hendriansyah, Dahlan. 2012. Pengertian dan Unsur
2. Saran Kepatuhan siswa. (http://hendriansdiamond.-
a. Bagi pihak SMK Muhammadiyah 3 Banjarmasin blogspot.com/2012/02/pengertian-dan-unsur-
dan guru agar peraturan sekolah dilaksanakan lebih kepatuhan-siswa.html) diakses tanggal 8 Maret
efektif hendaknya memberikan sangsi yang lebih 2012.
tegas dan pembinaan bagi siswa yang melanggar. Hurlock, Elizabeth B. 1990. Perkembangan Anak
b. Bagi siswa SMK Muhammadiyah 3 Banjarmasin, Jilid II. Jakarta: Erlangga.
hendaknya lebih mematuhi peraturan sekolah agar
Khoirul Huda, Moh. 2011. Peran Peraturan Sekolah
kegiatan belajar sesuai yang diharapakan.
dalam Meningkatkan Kedisiplinan di MAN
c. Bagi guru, hendaknya selalu memberikan motivasi Malang II Batu.(http://lib.uinmalang.ac.id/the-
kepada siswa agar selalu mematuhi peraturan sis/introduction/07110220-moh-khoirul-
sekolah demi keberhasilan pendidikan. huda.ps) diakses 3 agustus 2012.
d. Kepada peneliti lain, hendaknya melakukan pene- Kriyantono, Rachmat. 2006. Tehnik Praktis Riset
litian lanjutanyang sejenis dengan tempat dan Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Me-
karakteristik yang berbeda dan pokok masalah yang dia Group.
lebih luas untuk menambah wawasan, karena
keterbatasan informasi dalam penelitian ini. Moleong, Lexy J. 2007. Metode Penelitian Kualitatif
Edisi Revisi. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Nasution, S. 1999. Ilmu Pendidikan, Cetakan 1.
Jakarta: UIN Jakarta Press.
DAFTAR PUSTAKA
Ruslan, Rosady. 2003. Metode Penelitian Public Re-
lation dan Komunikasi. Jakarta: Rajawali
Agustiantono. Dwi. 2012. Analisis Faktor-Faktor Press.
yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran
Pajak Orang Pribadi: Aplikasi TPB. Studi Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Empiris WPOP di Kabupaten Pati. (http:// Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
eprints.undip.ac.id/35629/1/
Skripsi_AGUSTIAN Sarbaini, 2012. Pembinaan Nilai, Moral dan
Karakter Kepatuhan Peserta Didik Dalam
TONO.pdf) diakses tanggal 3 Agustus 2012. melaksanakan peraturan sekolah di Sekolah.
Ali, Lukman. 1999. Kamus Besar Bahasa Banjarmasin: FKIP UNLAM.
Indonesia,Cetakan X. Jakarta: Balai Pustaka. Soekarto, Indara, Fachrudin, Soetopo, Hendyat.
Arikunto, Suharsimi. 1993. Menejemen Pengajaran 2006. Administrasi Pendidikan. Malang: FIP
Secara Manusiawi. Jakarta: Rineka Cipta. IKIP Malang.
Burhan, Bungin. 2003. Analisis Data Penelitian Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Bisnis. Bandung:
Kualitatif. Jakarta: Rajagrafindo Persada. Alfabeta.
Elly, Aprian. 2011. Gambaran Kepatuhan Perawat
Dalam Menerapkan Asuhan Keperawatan
326
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013
Suparyanto, 2010. Konsep Kepatuhan. (http://dr- Prayitno dkk, 1999. Pelayanan Bimbingan dan
suparyanto.blogspot.com) /2010/07/konsep- Konseling (Seri pemandu Pelaksanaan
kepatuhan.html) diakses tanggal 8 Maret 2012. Bimbingan dan Konseling di Sekolah).
Umar. Husein, 2008. Desain Penelitian MSDM dan Cetakan 3. Jakarta: Aksara.
Perilaku Karyawan. Jakarta: Rajawali Press. Wahyu. 2009, Pedoman Penelitian Karya Ilmiah.
Undang Undang Nomor. 20 Tahun 2003, Undang Banjarmasin: FKIP UNLAM
Undang Sistem Pendidikan Nasional.
Bandung: Citra Umara.
327
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013
ABSTRACT
Nurdiyansyah, 2012. Cooperative Learning of Picture and Picture to Study in Civics Lesson at Topic
of Pancasila is Open Ideology to Improve Learning Outcomes in Class XII IS-2 SMA PGRI 7
Banjarmasin academic year 2012. Scripsi. Program Study of Citizenship and Pancasila
Education, Department of Social Sciences Education, Faculty of Teacher and Education
Science, University of Lambung Mangkurat. Counselor (I) Sarbaini, (II) Mariatul Kiptiah.
The fact in the activity of class XII students IS-2 SMA PGRI 7 Banjarmasin in Civics teaching are
still very low which ultimately have an impact on student achievement were not optimal. It can be
proved by the value of class XII student achievement IS-2 SMA PGRI 7 Banjarmasin on the material
as ideology Pancasila Open only reached an average of 5.0 below 7.0 as determined mastery learning
curriculum.
The research objective is: (1) to improve student learning outcomes by using cooperative learning
picture and picture type (2) to achieve those goals and then executed action research and meetings
with several cycles. Data collection techniques used are observation, questionnaires, documentation,
and test learning outcomes through several cycles, the cycle I and cycle II
The results of this study indicate (1) cooperative learning type picture and picture on the material as
ideology Pancasila Open can improve student achievement, from 47.6% in the classical mastery in
the first cycle to 95.2% in the classical mastery on the second cycle. (2) Participation of students in
the teaching and learning that is 18.5% in the first cycle to 23.5% in the second cycle, the first cycle
of learning and teachers are 59% and then on the second cycle teachers learning to 80%. (3) The
results of students response to learning that the teacher presented showed that students liked and
highly motivated with cooperative learning type of picture and picture.
Based on the above results, it is recommended as follows: (1) to the students, it is recommended to
follow the active learning in the classroom, (2) To the Civics teacher, it is advisable to always conduct
reforms in teaching and learning, (3) To SMA PGRI 7 Banjarmasin, it is suggested that in management
and school policy measures such as the use of instructional media, (4) To the Department of Education
and Culture, it is expected that the results of this study useful as feedback (feed back) in response to
the problems of the current study, (5) To Prodi PPKN, may be able to add in a library pembendaharaan
PPKN Prodi, (6) To the researchers, may be a provision in educating future.
328
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013
330
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013
332
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013
333
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013
334
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013
ABSTRACT
335
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013
pelajar berada di terali besi karena menganiaya peningkatan mutu akademik peserta didik. Ekstra-
gurunya sendiri, anak yang tidak lagi memiliki sopan kulikuler merupakan kegiatan pendidikan di luar mata
santun pada orang tua, lebih tragis dan sangat parah pelajaran untuk membantu pengembangan peserta
lagi yaitu ada anak yang berani membunuh orang tuanya didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat dan
sendiri. minat mereka.
Perilaku tawuran atau kekerasan atau perilaku Peran utama KSI adalah menghadirkan nuansa
tidak terpuji lainnya disekolah-sekolah, tidak mungkin islami disekolah, mendidik siswa agar agar berkepri-
terjadi dengan tiba-tiba. Seseorang menampilkan badian Islam dan mengenal dengan baik arti hidup,
perilaku itu merupakan hasil belajar juga, baik secara menjadi muslim yang baik wadah manajemen
langsung maupun tidak langsung.Akibat dari tidak organisasi dan pengembangan diri, seni,bakat dan minat
berhasilnya Pembinaan Akhlaq dan Budi Pekerti pada dalam tatanan syari. Selain diajarkan nilai-nilai dan
siswa juga sangat berpengaruh. Kegagalan pembina wawasan Islam, anggota KSI juga dibekali kemam-
akhlaq akan menimbulkan masalah yang sangat besar, puan menyampaikna dakwah islam dan menguasai
bukan saja pada kehidupan bangsa saat ini tetapi juga media-media dakwah lain seperti poster, buletin dan
masa yang akan datang. Ini pada posisi yang sangat nasyid. Dengan kegiatan Kelompok Studi Islam ini
penting, bahkan membina akhlaq merupakan inti dari diharapkan bisa dijadikan saluran untuk pembentukan
ajaran islam. Semua itu sudah tidak mencerminkan karakter siswa.KSI menjadi sangat penting untuk
budaya bangsa seperti dulu. menjadi pijakan dalam pembinaan karakter siswa,
Upaya membangun karakter bangsa sebenarnya mengingat tujuan akhir dari KSI adalah terwujudnya
sudah dicanangkan dari awal kemerdekaan akhlak atau karakter mulia.
Menyelamatkan karakter bangsa saat ini tidak bisa
dikatakan terlambat, semua bisa diupayakan kembali B. KAJIAN PUSTAKA
menjadi baik, terlihat saat ini banyak cara dan saluran 1. Konsep Internalisasi
yang dapat digunakan untuk membentuk bangsa yang Internalisasi adalah pembinaan yang mendalam
maju dan masyarakat yang berkarakter kuat. dan menghayati nilai-nilai relegius (agama) yang
Menurut Simon Philips (Fatchul Muin, dipadukan dengan nilai-nilai pendidikan secara utuh
2008:160), karakter adalah kumpulan tata nilai yang yang sasarannya menyatu dalam kepribadian peserta
menuju pada suatu sistem, yang melandasi pemikiran, didik, sehingga menjadi satu karakter atau watak
sikap, dan perilaku yang ditampilkan. Sedangkan peserta didik.
menurut, Koesoema (Fatchul Muin, 2007:160)
memahami bahwa karakter sama dengan kepribadian. 2. Pengertian Karakter
Kepribadian dianggap sebagai ciri, atau karakteristik, Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
atau gaya, atau sifat khas dari diri seseorang yang (2008), karakter merupakan sifat-sifat kejiwaan,
bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang
lingkungan, misalnya keluarga pada masa kecil, juga dengan yang lain.
bawaan sejak lahir. Pengertian karakter menurut Pusat Badan
Kegiatan Ekstrakurikuler yang selama ini Depdiknas adalah bawaan, hati, jiwa, kepribadian,
diselenggarakan sekolah merupakan salah satu yang budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat,
sangat potensial untuk pembinaan karakter dan temperamen, watak.
peningkatan mutu akademik peserta didik. Ekstra-
kulikuler merupakan kegiatan pendidikan di luar mata 3. Unsur-Unsur Karakter
pelajaran untuk membantu pengembangan peserta Ada beberapa unsur dimensi manusia secara
didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat dan psikologis dan sosiologis yang menurut penulis layak
minat mereka.Kegiatan Ekstrakurikuler yang selama untuk kita bahas dalam kaitannya dengan terbentuknya
ini diselenggarakan sekolah merupakan salah satu yang karakter manusia. Unsur-unsur tersebut antara lain:
sangat potensial untuk pembinaan karakter dan sikap, emosi, kemauan, kepercayaan, dan kebiasaan.
336
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013
337
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013
338
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013
dan tindakan merupakan sumber data yang diperoleh 7. Pengujian Keabsahan Data
dari lapangan dengan mengamati dan mewawancarai. a. Perpanjangan pengamatan: berarti peneliti kembai
b. Data Sekunder kelapangan, melakukan pengamatan kembali,
wawancara dengan sumber data yang sudah ditemui
Data Sekunder adalah data yang didapat dari maupun yang baru. Dengan tujuan untuk mengecek
sumber bacaan dan berbagai sumber lainnya yang kembali apkaah data yang telah diberikan selama
terdiri dari surat-surat pribadi, buku harian, notula rapat ini merupakan data yang sudah benar atau tidak.
pertemuan, sampai dokumen-dokumen resmi dari
berbagai instansi pemerintah. b. Meningkatkan ketekunan: berarti melakukan
pengamatan dan observasi secara lebih cermat dan
4. Instrumen Penelitian berkesinambungan. Pengujian keabsahan data
Dalam hal instrumen penelitian kualitatif, yang dengan meningkatkan ketekunan ini dilakukan
menjadi instrumen utama adalah peneliti sendiri dengan cara peneliti membaca seluruh catatan hasil
(Wahyu, 2009:70). penelitian secara cermat, sehingga dapat diketahui
kesalahan dan kekurangannya.
5. Teknik Pengumpulan Data c. Triangulasi:Triangulasi adalah teknik pemeriksaan
a. Observasi: Observasi langsung adalah cara keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang
pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan
ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan atau sebagai perbandingan terhadap data itu
tersebut. (Moleong 2004:330). Triangulasi dilakukan dengan
b. Wawancara:Wawancara yang digunakan dalam cara triangulasi teknik, sumber data dan waktu.
penelitian ini adalah wawancara langsung, berupa
interview secara mendalam terhadap informan. D. HASIL PENELITIAN
c. Dokumentasi:Dokumentasi adalah salah satu 1. Sejarah singkat SMA Negeri 5 Banjarmasin
metode pengumpulan data kualitatif dengan melihat Sejak tahun 1971 s/d 1984 SMA Negeri 5
atau menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat Banjarmasin mengalami masa yang panjang dan kerja
oleh subjek sendiri atau oleh orang lain tentang keras menapak mencari jati diri. Hari kamis tanggal 2
subjek. Oktober 1980 Direktur Jenderal Pendidikan Dasar
dan Menengah telah meresmikan gedung SMA Negeri
6. Teknik Analisis Data
5 Banjaramasin. Tahun 1984 s/d 1989 SMA Negeri
a. Reduksi Data:Mereduksi Data berarti merangkum, 5 Banjarmasin mencanangkan diri sebagai lembaga
memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada pendidikan yang taat aturan, bebas dari perkelahian/
hal-hal penting, dicari tema dan polanya serta tawuran antar pelajar, dan menjadikan sekolah sebagai
mengorganisasikan data tentang usaha kerjasama Pusat Sumber Belajar. Tahun 1989 s/d 1994 SMA
sekolah dan lingkungan masyarakat sekitar. Negeri Banjarmasin menciptakan suasana kerja-sama
b. Penyajian Data:Setelah data direduksi, maka lang- yang harmonis antar semua warga sekolah untuk meraih
kah selanjutnya adalah mendisplay data. Melalui prestasi di bidang akademis dan non akademis. Tahun
penyajian data tersebut, maka data terorgani- 1994 s/d 1996 SMA Negeri 5 Banjarmasin ditetapkan
sasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga dan ditunjuk oleh Kanwil Depdikbud DKI Jakarta
akan semakin mudah dipahami. sebagai Sekolah Unggulan dan Plus tingkat Provinsi.
c. Menarik Kesimpulan:Langkah ketiga dalam analisis Tahun 1994 s/d 2000 SMA Negeri 5 Banjarmasin
data kualitatif menurut Miles dan Huberman menempatkan diri pada peringkat/papan atas tingkat
(Wahyu:2009) adalah penarikan kesimpulan dan Provinsi maupun Nasional dalam Evaluasi Belajar
verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan Tahap Akhir Nasional (EBTANAS) dan Ujian Masuk
masih bersifat sementara dan akan berubah jika Perguruan TInggi Negeri (UMPTN), sekaligus
ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung mengembangkan bentuk pelayanan dengan membuka
pada tahap pengumpulan data berikutnya. Program Akselerasi (Percepatan Belajar 2 tahun dari
339
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013
Program 3 tahun). Tahun 2002 s/d 2003 SMA Negeri Akhwat. Namun kebersamaan tetap dapat terjalin
5 Banjarmasin menjadi piloting Kurikulum 2004. Tahun antar anggota dengan rapat kegiatan serta kegiatan-
2004 SMA Negeri 5 Banjarmasin dimulai Rintisan kegiatan diluar ruangan. Kegiatan-kegiatan itu antara
kelas Internasional dan menjadi Pusat Sumber Belajar lain adalah:Forum Nafsiyah Islamiyah, KBI,
Astronomi. Tahun 2005 s/d 2006 SMA Negeri 5 Pengembangan Bakat, Bina Baca Al-Quran,
Banjarmasin peringkat UAN Terbaik SMA Negeri se- Kampanye cinta cerdas remaja islam, jumat taqwa,
Banjarmasin. Tahun 2006 s/d 2007 SMA Negeri 5 kreatif (kajian interaktif), open house smalie, pecan
Banjarmasin ditunjuk oleh Direktorat Pendidikan kajabiyah, tafakkur alam (Ikhwan) dan (Akhwat),
Menengah Umum sebagai sekolah rintisan bertaraf kajian rutin akhwat, madding KSI.Seperti yang
Internasional Kelas Internasional resmi menjadi cen- disampaikan M. Mirza Fahlivi (Anggota KSI) sebagai
ter dan penggunaan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan berikut:
Pendidikan) kegiatan tafakur alam ini yang sering disukai
anggota-anggota dari KSI karena kegiatan
2. Pelaksanaan program kegiatan KSI inibukan hanya untuk kami semua refreshing tapi
(Kelompok Studi Islam) terhadap juga kami diharuskan berlibur sambil belajar.
penanaman karakter Biasanya kegiatan ini dilaksanakan pada liburan
Salah satu kultur yang dipilih sekolah adalah kultur semester,dan biasanya tempat yang dikunjungi
akhlak mulia. Dari sinilah muncul istilah pembentukan adalah alam terbuka seperti ke Loksado.
kultur akhlak mulia di sekolah. Kelompok Study Is- Seperti yang disampaikan Desy Helmina
lam Nurul Fikri ini (KSI) menjadi sangat penting untuk (Anggota KSI) sebagai berikut:
menjadi pijakan dalam pembinaan karakter siswa di
Kajian rutin yang selalu kami jalani adalah
SMAN 5 Banjarmasin, mengingat tujuan akhir dari seperti Membaca Al-Quran, sebelum memulai
pembentukan KSI di SMAN 5 Banjarmasin adalah kegiatan. Karena dengan Membaca Al-quran dan
terwujudnya akhlak atau karakter mulia. KSI dapat memahami isi kandungan dari ayat-ayat. Dan
dijadikan basis yang secara langsung berhubungan sehabis membaca Al-quran ini kami selalu
dengan pembinaan karakter siswa Di SMAN 5 dievaluasi dengan cara menanyai satu persatu apa
Banjarmasin, terutama karena hampir semua materi saja yang diajarkan tadi.
KSI sarat dengan nilai-nilai karakter. Di samping itu,
3. Faktor Yang Mempengaruhi atau
aktivitas keagamaan di sekolah yang merupakan
menghambat kegiatan Kelompok Studi Islam
bagian dari KSI dapat dijadikan sarana untuk
dalam Penanaman Karakter di SMA Negeri
membiasakan siswa memiliki karakter mulia. Seperti
5 Banjarmasin.
yang diungkapkan oleh Rusmiati selaku Pembina
Kelompok Studi Islam sebagai berikut: Berdasarkan Hasil wawancara dengan Rusmiati
selaku Pembina KSI bahwa:
Membangun karakter pada siswa di SMAN 5
Banjarmasin membutuhkan waktu yang lama dan Di dalam penanaman karakter terhadap siswa
harus dilakukan secara berkesinambungan. Tetapi, beberapa nilai karakter dan adanya KSI ini
alhamdullilah sebagian besar anggota Kelompok diharapkan memberikan pengaruh positif terhadap
studi Islam Nurul Fikri ini sudah bisa menanamkan pembentukan karakter siswa.Karena kegiatan ini
karakter didalam lingkungan sekolah, terlihat dari sudah ditunjang dengan adanya tekhnologi yang
segi berpakaian dan akhlaknya sudah sedikit canggih. Seperti adanya LCD untuk menampilkan
mencerminkan siswa yang berkarakter dibanding- pembelajaran yang dikemas untuk menampilkan
kan dengan yang tidak mengikuti KSI itu sendiri, hal-hal positif, dan juga tempat yang disediakan
tetapi penanaman akan terus dijalankan didalam oleh pihak sekolah yang memadai untuk
KSI tersebut penuinjang kegiatan Ekstrakurikuler tersebut.
Dalam kepengurusannya KSI (Kelompok Studi Seperti yang diungkapkan salah seorang anggota
Islam) terbagi atas divisi-divisi yang bertugas pada akhwat Mutia Suciana sebagai berikut:
bagianya masing-masing. Pada umumnya KSI memiliki
kegiatan yang terpisah antara anggota Ikhwan dan
340
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013
dengan adanya penanaman karakter hormat dan kegiatan sehari-hari dan prestasi yang ditonjolkan oleh
santun setidaknya kami bisa memahami anggota KSI itu sendiri dengan siswa-siswi yang tidak
bagaimana cara sopan-santun terhadap yang lebih mengikuti kegiatan KSI. Menurut Rusmiati sebagai
tua seperti guru dan orang tua ataupun dengan
berikut:
sesama kami dilingkungan sekolah. Kami selalu
ditekankan tidak boleh berbohong dengan orang keberhasilan dapat dilihat dari perilaku anggota
lain dan diri sendiri. itu sendiri terhadap kehidupan sehari-hari,mereka
bisa sedikit lebih bersikap sopan terhadap guru-
4. Faktor penghambat Kegiatan Kelompok guru atau orang yang lebih tua dari mereka, dan
Studi Islam dalam Penanaman Karakter siswa kaum laki-laki sangat menghindari dengan
Walaupun banyak sekali penunjang kegiatan yang yang namanya merokok, karena didalam kegiatan
ada di Kelompok Studi Islam Nurul Fikri ini tetapi sangat di sarankan agar tidak merokok atau
dimarahi kalau ada kelihatan anggota KSI yang
masih banyak siswa-siswi yang masih belum bisa
merokok
memahami tujuan KSI ini ataupun tentang KSI itu
sendiri. Dari sekian banyak siswa hampir sedikit sekali M. Mirza Fahlevi juga menambahkan bahwa:
siswa yang mau mengikuti kegiatan ini. Padahal dibandingkan dengan yang bukan anggota KSI,
pengertian KSI ini sudah jelas KSI adalah singkatan anggota KSI lebih bisa bersikap mulia terhadap
dari Kelompok Studi Islam, salah satu ekstrakurikuler sesama, dan dalam akhlak lebih bisa dikatakan
yang dikemas dalam bentuk organisasi intra sekolah lebih dari pada yang bukan anggota, dan juga
yang paling diminati di sekolah-sekolah. prestasi yang kami tekankan dalam sekolah.
Salah satu penghambat juga dari segi kesadaran Desi Helma Permata juga berpendapat sebagai
siswa tentang pentingnya berakhlak mulia didalam berikut:
kehidupan sehari-hari. Karena itu dalam lingkungan bahwa anggota KSI akwhwat dalam berpakaian
sekolah masih banyak ditemukan siswa yang merokok khususnya lebih sopan atau lebih tertutup,
di kelas, tidak hormat terhadap guru, suka membolos, dibandingkan dengan siswi yang tidak mengikuti
dan lebih miris lagi melihat penampilan siswi yang masih kegiatan KSI lebih menonjolkan kemolekan
banyaknya berpakaian seksi sehingga kelihatan lekuk tubuhnya, padahal sangat diharamkan agama
tubuhnya. Seperti yang diungkapkan Rusmiati: berpakaian yang auratnya tidak ditutup. Dan juga
kami anggota KSI lebih bisa mengingat tentang
siswa-siswi sekarang lebih kurang memahami seruan ALLAH contohnya dalam Shalat, hanya
tentang pentingnya akhlak mulia,dan juga peran sebagian kecil saja siswa-siswi yang melakukan
dari orang tua sangat penting dalam pergaulan shalat tertama juhur.
anak-anak sekarang. Karena sebagian besar siswa
disekolah sudah membawa kebiasaan dimasyarakat Jadi, pada dasarnya keberhasilan dari penanaman
yang memang penanaman karakter nya kurang karakter dengan sarana Kelompok studi Islam ini
ditonjolkan,tetapi kita juga tidak bisa menyalahkan sudah cukup dibilang berhasil, dalam memberikan
pihak lingkungan keluarga dan masyarakat. Hal arahan dan bimbingan agar mereka bisa lebih
ini lebih ditekankan ke siswanya sendiri agar lebih berakhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari, seperti
diberikan pemahaman tentang karakter, makanya
berperilaku sopan santun terhadap semua orang,
disekolah sudah dibiasakan mengaji sebelum
memulai pelajara,dan memahami kandungan ayat- berakhlak mulia. Mengenai keberhasilan yang dimiliki
ayat tersebut sehingga mereka memahami tentang KSI memiliki presetasi yang lebih menonjol dan
pentingnya akhlak mulia. memuaskan dilihat dari prestasi mereka dalam
pembelajaran dan kegiatan-kegiatan dari KSI itu
5. Keberhasilan Dari Kelompok Studi Islam sendiri.
dalam Penanaman Karakter
Adapun keberhasilan pada penanam karakter
yang ditanamkan dari kegiatan Kelompok Studi Islam
Nurul Fikri di SMAN 5 Banjarmasin dapat dilihat dari
341
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013
342
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013
343
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013
Nurla aunillah, Isna, 2011. Panduan Menerapkan Sudarso, deding, 2009. Makalah Pendekatan Studi
Pendidikan Karakter di Sekolah. Jakarta: PT. Islam.(Online) (http://www.scribd.com. Diakses
Laksana. tanggal 18 February 2012.
Salmiah, 2009. Aliran Teori Pendidikan Jawwad UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Implementasinya dalam Corak Pendidikan Nasional. Jakarta: Cemerlang
Islam di Indonesia. Jogyakarta. Makalah Wahyu, 2009.Metode Penelitian Kualitatif (2).
diskusi. Banjarmasin: Universitas Lambung Mangkurat.
Samani, Muchlas, 2012.Konsep dan Model dkk, 2011.Pedoman Penulisan Karya
Pendidikan Karakter.Bandung: PT. Remaja Ilmiah. Banjarmasin: Pustaka Banua.
Rosdakarya.
Wahyu, Aris, 2011. Implementasi Pendiidikan
Somantri, Endang, 2011. Pendidikan Karakter: Nilai Karakter. (Online) (http://ariswahyu.blogspot.-
Inti Bagi Upaya Pembinaan Kepribadian com. Di akses tanggal 21 Juli 2012
Bangsa. Bandung: Widya Aksara Press.
344
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013
ABSTRACT
Chairunnisa, 2012. Character Formation of Faith and Godfearing Students Through Extracurricular
Activities of Muslim Youth Association in SMAN 6 Banjarmasin. Scripsi, Program Study of
Citizenship and Pancasila Education, Department of Social Sciences Education, Faculty of
Teacher and Education Science, University of Lambung Mangkurat. Counselor (I) Wahyu,
(II) Dian Agus Ruchliyadi.
Character education through extracurricular activities have also stipulated in the Law on National
Education System No. 20 of 2003, the extracurricular essentially develop talents and interests
optimally, as well as foster student independence and happiness are useful for yourself, family and
community. The mission of extracurricular activities are: (1) provide a number of activities that
can be chosen by the students according to the needs, talents, and interests. (2) organize activities
that give students the opportunity to express themselves freely through independent or group
activities. It is well known there is a minor offense that made them a habit. Based on this fact can
be stated that the faith and piety of extracurricular activities is very important for the foundation
of the early students behave. The purpose of this study is to investigate the formation of faith and
godly character with the implementation of various Muslim youth bonding activity, and to identify
obstacles and supporting factors in the formation of character through extracurricular activities
bond Muslim teenager in SMA 6 Banjarmasin.
The method used in this study is a qualitative method. Data was collected through observation,
interview and documentation. Analysis of the results of the study is a step-by-step analysis of the
data reduction, data presentation, draw conclusions.
The results showed that the formation of faith and godly character through extracurricular activities
students bond Muslim teenager in SMA 6 Banjarmasin has contributed greatly to the character of
faith and devotion of students with a variety of activities carried out. Constraints faced in carrying
out activities such as self-esteem itself, the influence of age, self awareness and supporting factors
such as cooperation among teachers with the other coaches, the support of principals, providing
coaches, facilities and infrastructure.
Researchers suggest, saw the inter-school competitions with religious themes, its programs plus
more and supporting facilities for the smooth running of the activitie.
345
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013
346
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013
untuk melaksanakannya, baik terhadap Tuhan YME, a. Siswa dapat memperdalam dan memperluas
dirinya, sesama, lingkungan, bangsa dan negara serta pengetahuan keterampilan mengenai hubungan
dunia internasional. antara berbagai mata pelajaran, menyalurkan bakat
Rukun iman adalah: dan minat, serta melengkapi upaya pembinaan
a. Iman kepada Allah manusia seutuhnya yang:
b. Iman kepada malaikat 1) beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa;
c. Iman kepada kitab-kitab Allah
2) berbudi pekerti luhur;
d. Iman kepada rasul-rasul Allah
3) memiliki pengetahuan dan keterampilan;
e. Iman kepada qada dan qadar
4) sehat rohani dan jasmani;
Rukun Islam adalah:
5) berkepribadian yang mentap dan mandiri;
a. Mengucapkan dua kalimat syahadat
6) memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan
b. Menunaikan sholat lima waktu dalam sehari dan kebangsaan;
semalam
c. Mengeluarkan zakat b. Siswa mampu memanfaatkan pendidikan kepriba-
d. Berpuasa pada bulan ramadhan dian serta mengaitkan pengetahuan yang diperoleh-
nya dalam program kurikulum dengan kebutuhan
e. Melaksanakan haji bagi mereka yang mampu
dan keadaan lingkungan.
(www.blogspot.com. Diakses tanggal 15 januari
2013) Menurut Gunawan (Abdullah Munir, 2010:81)
manfaat dari kegiatan ekstrakurikuler adalah siswa
3. Tujuan, Fungsi, dan Manfaat Kegiatan dapat mengembangkan kepribadian, bakat, dan
Ekstrakurikuler kemampuannya di berbagai bidang di luar aspek
Tujuan kegiatan ekstrakurikuler sesuai dengan akademik. Meskipun ada juga kegiatan ekstrakurikuler
tujuan yang tercantum dalam Permendiknas No. 39 yang berkaitan dengan sisi akademik siswa. Manfaat
Tahun 2008, yaitu: kegiatan ini untuk wadah penyaluran hobi, minat, dan
bakat para siswa secara positif yang dapat mengasah
a. Mengembangkan potensi siswa secara optimal dan
kemampuan, daya kreativitaspkk, jiwa sportivitas, dan
terpadu yang meliputi bakat, minat dan kretivitas;
meningkatkan rasa percaya diri. Akan lebih baik bila
b. Memantapkan kepribadian siswa untuk mewujud- mampu memberikan prestasi gemilang di luar sekolah
kan ketahanan sekolah sebagai lingkungan pendi- sehingga dapat mengharumkan nama sekolah.
dikan sehingga terhindar dari usaha dan pengaruh
negatif dan bertentangan dengan tujuan pendidikan; 4. Materi/Program Kegiatan Ekstra-kurikuler
c. Mengaktualisasikan potensi siswa dalam penca- Kegiatan ekstrakurikuler sebagai garapan pokok
paian prestasi unggulan sesuai bakat dan minat; subdit kesiswaan kemudian dijabarkan ke dalam 8
d. Menyiapkan siswa agar menjadi warga masyarakat (delapan) program/kegiatan sebagai berikut (www.
yang berakhlak mulia, demokratis, menghormati kegiatan ekstrakurikuler.org, diakses 15 Januari 2012):
hak-hak asasi manusia dalam rangka mewujudkan a. Program/kegiatan Rohani Islam (Rohis);
masyarakat madani (civil society). b. Program/kegiatan Pekan Ketrampilan dan Seni
Dalam setiap kegiatan pasti tidak lepas dari aspek (Pentas);
tujuan, karena suatu kegiatan yang dilakukan tanpa c. Program/kegiatan Pesantren Kilat (Sanlat);
jelas tujuannya maka kegiatan itu akan sia-sia. Begitu
d. Program/kegiatan Tuntas Baca Tulis al_Quran
pula dengan kegiatan ekstrakurikuler tentu memiliki
(TBTQ);
tujuan tertentu. Mengenai tujuan kegiatan dalam
ekstrakurikuler dijelasken oleh Departemen Pendidi- e. Program/kegiatan Pembiasaan Akhlak Mulia;
kan dan Kebudayaan (1995:2) Kegiatan ekstra- f. Program/kegiatan Peringatan Hari Besar Islam
kurikuler bertujuan agar: (PHBI);
347
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013
348
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013
siswa yang beranggapan kegiatan ekstrakurikuler yang dilaksanakan (IRMUS). dalam suatu bentuk yang
IRMUS tidak menarik seperti ekstrakurikuler yang padu dan mudah dipahami.
lainnya, dan juga karena pengaruh zaman siswa merasa
kegiatan IRMUS tidak trend/modern. c. Menarik Kesimpulan
Penelitian ini dilakukan penarikan kesimpulan dan
c. Dokumentasi verifikasi tentang pembentukan karakter iman dan
Dokumentasi, diperoleh data primer berupa taqwa melalui ekstrakurikuler IRMUS, kegiatan-
gambar-gambar kegiatan ekstrakurikuler IRMUS yang kegiatan yang dilaksanakan ekstrakurikuler Ikatan
diambil oleh peneliti pada waktu penelitian dan data Remaja Muslim (IRMUS) dalam pembentukan
sekunder yang diambil dari arsip kegiatan ekstra- karakter iman dan taqwa, dan faktor penghambat dan
kurikuler IRMUS SMA Negeri 6 Banjarmasin dan pendukung terhadap kegiatan yang dilaksanakan
kepustakaan yang berhubungan dengan masalah (IRMUS), yang dirumuskan setelah menggabungkan
penelitian. informasi yang tersusun dalam bentuk padu dan benar.
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin
6. Teknik Analisis Data
dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan
Menurut Miles dan Huberman (Wahyu, 2006:60) sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti
mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis kualitatif telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan
dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat
terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah sementara dan akan berkembang setelah peneliti
jenuh. Aktivitas dalam analisis data yaitu: berada di lapangan.
a. Reduksi Data (Merangkum)
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal- 7. Pengujian Keabsahan Data
hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang Untuk menguji keabsahan data, maka digunakan
penting, dicari tema dan pola pembentukan karakter uji kredibilitas data, yang meliputi perpanjangan
iman dan taqwa melalui ekstrakurikuler IRMUS, pengamatan, meningkatkan ketekunan, triangulasi
kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan ekstrakurikuler merupakan pengecekan data dari berbagai sumber
Ikatan Remaja Muslim (IRMUS) dalam pembentukan dengan berbagai cara dan berbagai waktu, antara lain
karakter iman dan taqwa, dan faktor penghambat dan triangulasi sumber, triangulasi teknik, triangulasi waktu
pendukung terhadap kegiatan yang dilaksanakan
(IRMUS). Sehingga kesimpulan dapat ditarik.Reduksi D. HASIL DAN PEMBAHASAN
data dapat dibantu dengan peralatan elektronik seperti 1. Gambaran Umum Sekolah
komputer mini, dengan member kode aspek-aspek Tempat pelaksanaan penelitian adalah di sekoalah
tertentu. SMA Negeri 6 Banjarasin.Sebagai sebuah lembaga
pendidikan, SMA Negeri 6 Banjarmasin telah melalui
b. Penyajian Data
waktu yang panjang. Dalam usia yang sudah dibilang
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya cukup tua, telah banyak keberhasilan yang diraih dan
adalah mendisplaykan data. Melalui penyajian data terekam dalam dinding-dinding bangunan yang bisu
tersebut, maka data terorganisasikan, tersusun dalam SMA Negeri 6 Banjarmasin. Telah banyak pula tokoh-
pola hubungan, sehingga akan semakin mudah tokoh masyarakat yang lahir dari bangku kayu SMA
dipahami. Penyajian data dalam penelitian ini dilakukan Negeri 6 Banjarmasin sebagai sekolah yang berkualitas,
untuk menggabungkan informasi tentang pembentukan berdisiplin, dan terpercaya.
karakter iman dan taqwa melalui ekstrakurikuler
SMA Negeri 6 Banjarmasin pada tahun 2004/
IRMUS, kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan
2005 dan 2008/2009 memperoleh akreditasi A (sangat
ekstrakurikuler Ikatan Remaja Muslim (IRMUS)
baik). Dengan perolehan predikat tersebut, tidak
dalam pembentukan karakter iman dan taqwa, dan
pantas kalau komponen yang terkait di dalam SMA
faktor penghambat dan pendukung terhadap kegiatan
Negeri 6 Banjarmasin memberikan konstribusi yang
sangat tidak berarti bagi dunia pendidikan pada
349
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013
umumnya, dan masa depan pada khususnya. Untuk karena kegiatan yang dilaksanakan irmus ini
itulah, SMA Negeri 6 Banjarmasin berusaha secara sangat cocok dalam pembentukan karakter iman
maksimal memberikan yang terbaik untuk siswa dan dan taqwa, karena setiap kegiatan irmus itu tidak
pernah lepas dengan unsur-unsur keagamaan, apa
masa depan mereka. Kerja sama dan hubungan yang yang kita laksanakan tidak akan bertentangan
harmonis sangat dibutuhkan untuk menciptakan rasa dengan keagamaan, disini kegiatan irmus lah yang
kebersamaan dan kekeluargaan di SMA Negeri 6 menangani buber (buka bersama) yang mana disini
Banjarmasin. anak irmus melakukan acara buka bersama dan
juga pesantren kilat, kegiatan ini dilaksanakan
2. Deskripsi Pembentukan Karakter Iman dan pada masa satu kali kepengurusan dan juga irmus
Taqwa Siswa melalui Kegiatan Ekstra- melaksanakan bakti social setiap adanya bencana
kurikuler IRMUS di SMAN 6 Banjarmasin seperti kebakaran, banjir dan sebagainya
Hasil temuan di lapangan dengan menggunakan 4. Deskripsi faktor penghambat dan
beberapa metode penelitian menemukan gambaran pendukung dalam pembentukan karakter
pembentukan karakter iman dan taqwa siswa melalui iman dan taqwa siswa melalui kegiatan
kegiatan ekstrakurikuler di SMAN 6 Banjarmasin. ekstrakurikuler irmus.
Kegiatan ekstrakurikuler merupakan wadah atau
Kendala yang dihadapi kegiatan ekstrakurikuler
tempat untuk mengembangkan karakter siswa,
irmus dalam pengembangkan karakter iman dan taqwa
kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran dan
adalah adanya faktor dari siswanya itu sendiri yang
pelayanan konseling untuk membantu pembentukan
diungkapkan oleh Ibu. Marliyana bahwa:
siswa sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan
minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus Ada faktor kendalanya, kadang-kadang faktor
diselenggarakan oleh pendidik atau tenaga kependi- kendalanya faktor bawaan anaknya itu sendiri,
dikan yang kemampuan dan berwenang di sekolah. yang mana ketika mereka berhadapan dengan
kegiatan keagamaan, mereka merasa jenuh dan
Dalam hal ini kegiatan ekstrakurikuler IRMUS me- terbebani.
megang peranan yang sangat penting dalam pem-
bentukan karakter iman dan taqwa siswa.Saat Faktor pendukung yang dilakukan kegiatan
penelitian di lakukan guru yang berkaitan memaparkan ekstrakurikuler irmus dalam pembentukan karakter
bahwa guru selalu menyarankan kepada siswa agar iman dan taqwa, adanya kerja sama guru dengan pelatih
mengikuti salah satu kegiatan ekstrakurikuler. dalam pembentukan karakter iman dan taqwa siswa.
Sebagaimana yang dikatakan oleh Ibu. Salamah
3. Deskripsi Kegiatan-kegiatan yang bahwa:
dilaksanakan ekstrakurikuler irmus dalam
Kami ini biasanya saat jam pelaksanaan kegiatan
pembentukan karakter iman dan taqwa berakhir, kami berbicara tentang bagaimana siswa,
Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan pendi- sehingga kami ini saling berbagi bagaimana siswa
dikan diluar mata pelajaran dan pelayanan konseling itu sendiri. Dengan adanya itu jadi kami dapat
untuk membantu pembentukan karakter siswa sesuai bekerja sama bagaimana menangani siswa yang
dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melaksanakan kegiatan, apakah sudah benar
ataupun tidak, menangani siswa-siswa yang masih
melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan mempunyai kelemahan-kelemahan dalam
oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang menjalankan kegiatan agar kami berikan arahan,
berkemampuan dan berwenang di sekolah. Kegiatan- latihan dan nasehat.
kegiatan ekstrakurikuler yang ditawarkan di sekolah
Peningkatan intensitas dan kualitas pelaksanaan
ini cukup banyak, disinilah kejelian siswa harus memilih
pendidikan karakter bukan hanya pada pendidikan
ekstrakurikuler mana yang benar-benar mereka
formal tetapi juga pendidikan informal yaitu kegiatan
butuhkan untuk kehidupan yang lebih baik.Apalagi
ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler merupakan
dengan ekstrakurikuler irmus dapat meningkatkan
wadah atau tempat pendidikan karakter selain kegiatan
pembentukan karakter iman dan taqwa siswa, seperti
intrakurikuler di sekolah.Kegiatan ekstrakurikuler
yang dikatakan oleh Bapak. Asmuni bahwa:
sangat membantu sekali dalam meningkatkan karakter
350
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013
351
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013
program dengan pelaksanaan, keterlaksanaan pro- nya, adanya dukungan dari kepala sekolah, adanya
gram yang optimal, pembina dan pelatih yang profes- pendanaan yang terencana yang telah ditetapkan,
sional, tersedianya dana yang cukup, kerja sama yang adanya musholla untuk pelaksanaan kegiatan dan
baik, respon siswa, personil sekolah, orang tua, dan adanya penyediaan pelatih untuk melakukan
masyarakat terhadap kegiatan-kegiatang yang bimbingan atau pelatihan dalam melaksanakan
dilaksanakan, adanya perubahan kemajuan siswa kegiatan irmus.
dilihat dari pencapaian tujuan dari terlaksananya
kegiatan tersebut. 2. Saran
a. Ditingkatkannya lagi peraturan tentang kehadiran
E. KESIMPULAN DAN SARAN dalam pelaksanaan kegiatan irmus agar semua
1. Kesimpulan makna yang terkandung terhadap kegiatan ini dapat
a. Pembentukan karakter Iman dan Taqwa siswa mengena dalam diri pribadi siswa masing-masing
melaui kegiatan ekstrakulikuler Ikatan Remaja yang nantinya akan membuat mereka lebih mem-
Muslim (Irmus) di SMA Negeri 6 Banjarmasin telah punyai karakter iman dan taqwa. Pihak sekolah
memberikan kontribusi yang besar terhadap hendaknya lebih sering lagi menampilkan bakat-
karakter keimanan dan ketaqwaan siswa dimana bakat yang ada dari anggota kegiatan ekstra-
banyak program-program kegiatan yang dilakukan kurikuler irmus melalui perlombaan-perlombaan
oleh Irmus ini. Dalam kegiatan Irmus telah diajarkan ekstrakuriku-ler antar sekolah yang berbasis
pendalaman ilmu-ilmu keagamaan sehingga dapat keagamaan. Misalnya; lomba Adzan, lomba Dai,
membimbing siswa dalam bersikap atau bertingkah lomba tilawatil Quran, lomba Habsi. Selain itu,
laku serta dapat mengetahui mana yang salah dan anggota irmus juga harus lebih meningkatkan
benar maupun mana yang baik dan buruk. Anggota prestasinya melalui kegiatan ekstrakurikuler irmus.
Irmus juga telah ditanamkan sikap rasa malu berbuat b. Hendaknya dimasukkan lagi beberapa program
salah sehingga sikap ini menjadikan siswa untuk yang bagus namun belum dimuat dalam program
selalu berbuat sesuai dengan aturan. kegiatan ikatan remaja muslim maka dari itu perlu
b. Kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler Irmus dalam adanya tambahan kegiatan-kegiatan seperti, tafakur
pembentukan karakter iman dan taqwa cukup alam, diskusi tentang problematika remaja, dan
banyak dan beragam. Kegiatan yang dilaksanakan wisata rohani. Kegiatan-kegiatan seperti itu tidak
adalah kegiatan buka puasa bersama, bakti sosial, hanya memberikan kegiatan saja tetapi juga
bulletin gabus, kantin (kajian rutin), muslimah kreatif, memberikan manfaat kepada siswa agar dapat
pamlet rutin, kegiatan jumat taqwa, baca tulis al- meningkatkan keimanan dan ketaqwaan siswa.
quran, sholat dzuhur berjamaah, kegiatan habsi c. Hendaknya dilakukan forum dialog maupun diskusi
dan kajian tentang Muhammad Saw. yang dilakukan secara rutin membahas seputar
c. Kendala yang dihadapi kegiatan ekstrakurikuler kegiatan irmus. Pihak pengelola irmus lebih membe-
dalam pembentukan karakter iman dan taqwa rikan kegiatan-kegiatan yang menarik lagi sesuai
siswa adalah pembawan dari diri siswa, pengaruh dengan perkembangan zaman namun tidak
zaman, keadaan anggota, dan kesadaran diri menghilangkan unsur keagamaan agar dapat
pribadi siswa. Beberapa faktor menjadi pendukung meningkatkan jumlah anggotanya. Selain itu, perlu
dalam pembentukan karakter iman dan taqwa adanya penyediakan fasilitas penunjang dalam
siswa adalah kerja sama antara guru pembina dan kegiatan irmus seperti tersedianya Al-quran,
pelatih dan guru-guru lain serta anggota-anggota- Rebana (terbang), buku-buku islam, dsb.
352
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013
353
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013
ABSTRACT
Eka Aprilliyanti, 2013. Relationships of Civics Teacher Personality Competency with Students Democratic
Attitudes in SMK Negeri 1 Banjarmasin. Scripsi, Program Study of Citizenship and Pancasila
Education, Department of Social Sciences Education, Faculty of Teacher and Education
Science, University of Lambung Mangkurat. Counselor (I) Wahyu, (II) Rabiatul Adawiyah.
Personality of the teacher has been set in the Minister of National Education. 16 In 2007, in
paragraph 2 of Article 3, while students in democratic attitudes set in the Law. 20 of 2003, Based
on this fact can be stated that the personality of the teacher influenced democratic attitudes of
learners. The purpose of this study was to determine relationship the competence of the teachers
personality Civics with democratic attitudes of students in SMK Negeri 1 Banjarmasin.
The method used in this study is a quantitative method, the data were analyzed using product
moment analysis techniques.
The results showed that the competence of the teachers personality Civics great influence on
democratic attitudes of students in SMK Negeri 1 Banjarmasin. Competence personality Civics
teacher at SMK Negeri 1 Banjarmasin enough, seen from the responses of students by 73% judged
that sufficient competence Civics teachers personality, and the remaining 27% considered that
the competence of the teachers personality Civics still not good. Competence personality Civics
teacher at SMK Negeri 1 Banjarmasin enough, seen from the positive response from students of
73% assess that competence Civics teachers have good personalities, and the remaining 27%
considered that the competence of the teachers personality Civics still not good.
Teachers that need to further improve the competence of his personality that fits the criteria of
personality competencies of teachers, so as to make the students behave democratically. Citizenship
Education Study Program is expected to cultivate the seeds of future teachers and qualified teachers
scored a success in the future.
354
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013
kepribadian guru adalah penting dan strategis Dalam Peraturan Menteri pada poin (d) bahwa
karenadalam kompetensi kepribadian guru banyak guru harus memiliki kepribadian yang demokratis
terdapat pengaruh yang besar terhadap peserta didik, sehingga diharapkan dalam menjalankan dan mengapli-
guru yang memiliki kompetensi yang baik dalam kualitas kasikan kompetensinya seorang guru PKn mampu
mengajar, dan tingkat profesionalnya maka peserta memiliki hubungan yang positif dengan sikap
didik akan merasakan bahwa pentingnya kompetensi demokratis kepada peserta didiknya.
kepribadian guru. Sikap demokratis siswa di atur di dalam Undang-
Guru yang demokratis tidak sekedar memberikan Undang No. 20 tahun 2003, yaitu:
kebebasan kepada siswa untuk mengemukakan Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan
idenya, tetapi juga mendukung ide tersebut dan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
mendorong siswa untuk mengembangkan ide-ide bangsa yang bermatabat dalam rangka mencerdas-
kreatifnya.Sikap demokratis dalam guru-siswa kan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkem-
mempunyai ciri-ciri:(1) Menerima, Menjelaskan, dan bangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
Mendukung ide serta perasaan orang, (2) Memuji dan yang beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
membesarkan hati, (3) bertanya dan merangsang Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang
partisipasi, (4) pertanyaan berorientasi pada kerja demokratis, serta bertanggung jawab.
individu atau siswa (Bellach, 1970).
Peran guru sebagai leader adalah sebagaimana Dalam hal ini diharapkan siswa mampu bersikap
dikemukakan oleh Cartwright dan Zander (Gastil:56), demokratis dalam pembelajaran bukan hanya terpaku
merupakan suatu tindakan yang mendukung siswa pada seorang guru saja, namun di sini diharapkan guru
untuk mencapai tujuannya, dalam hal ini tujuan dan peserta didik mampu mencipatakn suasana yang
pembelajaran. Kepemimpinan demokratis guru demokratis sesuai dengan tujuan pendidikan.
melatih dan mendorong siswa untuk memiliki kebe- Banyak para ahli yang mendefinisikan kepribadian
ranian mengemukakan pendapat, keterampilan guru. Salah satu yang paling penting menurut Allport
berbicara dan berpikir bebas, kemampuan berorga- (Mc Ahsan:45)
nisasi, serta kematangan emosional dan kemampuan Kepribadian adalah suatu organisasi yang dinamis
berpikir rasional.Menghargai perbedaan pendapat darisistem psiko-fisik indvidu yang menentukan
sebagai suatu dinamika dalam masyarakat sehingga tingkah laku dan pemikiran indvidusecara khas.
tidak memaksakan kehendak dan pendapatnya Terjadinya Interaksi psiko-fisik mengarahkan
sebagai suatu kebenaran mutlak. tingkah laku manusia.Maksud dinamis pada
pengertian tersebut adalah perilaku mungkin saja
Dalam Undang-undang Guru dan Dosen No. 14 berubah-ubahmelalui proses pembelajaran atau
Tahun 2005 dikemukakan kompetensi kepribadian melalui pengalaman-pengalaman.
adalah kemampuan kepribadian yang mantap,
Hasil informasi di lapangan menurut salah satu
berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi
guru PKn yaitu Ibu Akbarina kepribadian guru itu
teladan peserta didik.
merupakan contoh untuk peserta didiknya, dan kepri-
Kepribadian guru telah diatur dalam Peraturan badian guru itu nanti akan berdampak kepada peserta
Menteri Pendidikan Nasional No. 16 tahun 2007, didiknya. Contohnya apabila kepribadian gurunya
pada ayat 2 pasal 3, yaitu: disiplin maka secara tidak langsung akan membentuk
Kepribadian guru sekurang-kurangnya mencakup sikap peserta didiknya, apabila kepribadian gurunya
kepribadian yang beriman dan bertaqwa, berakhlak demokratis selalu bertukar pendapat kepada peserta
mulia, arif dan bijaksana, demokratis, mantap, didiknya maka juga akan mebentuk sikap demokratis
berwibawa, stabil, dewasa, jujur, sportif, menjadi
juga karena peserta didik berani mengemukakan
teladan bagi peserta didik dan masyarakat, secara
objektif mengevaluasi kinerja sendiri, dan mengem-
pendapatnya.
bangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan. Hasil penelitian sebelumnya dari Faditha (2004:
142), mengatakan apabila guru dalam pembelajaran
bersikap demokratis, tidak tegang, memberikan
355
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013
kesempatan kepada siswa, tidak ada keterpihakan, melaksanakannya.Mereka harus dapat memperlihat-
maka seorang guru tersebut mempunyai kepribadian kan pada konteks pekerjaan dan hal itu dipengaruhi
yang demokratis dan mampu membentuk sikap peserta oleh organisasi kebudayaan dan lingkungan kerja.
didik yang demokratis pula. Dengan kata lain, kompetensi terdiri atas kombinasi
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang
ada hubungan kompetensi kepribadian guru PKn diperlukan untuk menampilkan tugas dan dan fungsi
dengan sikap demokratis peserta didik. Penelitian utamanya.
seperti ini belum dilaksanakan disekolah SMKN 1 Arikunto (1993:239) mengemukakan kompetensi
Banjarmasin. Jadi, penelitian tentang Hubungan personal mengharuskan guru memiliki kepribadian yang
Kompetensi Kepribadian guru dengan sikap mantap sehingga menjadi sumber inspirasi bagi subyek
Demokratis Peserta didik dilakukan di SMKN 1 didik, dan patut diteladani oleh siswa.Berdasarkan
Banjarmasin. uraian di atas, kompetensi kepribadian guru tercermin
dari indikator (1) sikap, dan (2) keteladanan.
B. KAJIAN PUSTAKA Jadi kompetensi kepribadian guru dapat diartikan
1. Pengertian Kepribadian sebagai kemampuan dan kewenangan guru dalam
a. Kepribadian menjalankan profesi keguruannya. Berdasarkan uraian
Menurut tinjauan psikologi, kepribadian berarti di atas kompetensi guru dapat didefinisikan sebagai
sifat hakiki individu yang tercermin pada sikap dan penguasaan terhadap pengetahuan, keterampilan, nilai
perbuatanya yang membedakan dirinya dari yang lain. dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir
Mc Leod (1989), mengartikan kepribadian (person- dan bertindak dalam menjalankan profesi sebagai guru.
ality) sebagai sifat yang khas yang dimiliki oleh
2. Teoritis Demokrasi
seseorang.Secara konstitusional, guru hendaknya
berkepribadian Pancasila dan UUD 1945 yang a. Pengertian Demokrasi
beriman dan bertagwa kepada Tuhan YME, disamping Pendidikan demokratis dapat diartikan sebagai
itu dia harus punya keahlian yang di perlukan sebagai sikap saling menghargai kendati pendapat satu sama
tenaga pengajar. lain berbeda, bahkan bertentangan pendapat tidak
hanya sekedar berbeda lalu berhenti, namun diajak
b. Teori kepribadian untuk membuat kesepakatan bersama secara terbuka
Salah satu teori kepribadian yang diambil yaitu dan saling menghormati. Peserta didik diberi kesem-
teori kepribadian Allport. Menurut Allport, individu- patan untuk memberikan tanggapan, pendapat dan
individu yang sehat dikatakan mempunyaifungsi yang penilaian terhadap nilai-nilai yang ditemukan.
baik pada tingkat rasional dan sadar. Menyadari Demokratis ini digunakan untuk menanamkan nilai-nilai
sepenuhnya kekuatan-kekuatan yang membimbing diantaranya keterbukaan, kejujuran, penghargaan
mereka dandapat mengontrol kekuatan-kekuatan itu pendapat orang lain, sportifitas, kerendahan hati, dan
juga.Kepribadian yang matang tidak dikontrol oleh toleransi melalui demokratis peserta didik diajak mulai
trauma-trauma dankonflik-konflik masa kanak-kanak. berani mengungkapkan gagasan, pendapat maupun
Orang yang matang dan sehat juga akan terus perasaan.
menerusmembutuhkan motif-motif kekuatan dan daya Tahap demi tahap peserta didik diarahkan untuk
hidup yang cukupuntuk menghabiskan energi- menata jalan pikiran, cara bicara dan sikap-sikap
energinya. hidupnya, dengan cara ini peserta didik diajak untuk
belajar menentukan nilai-nilai hidup secara benar dan
c. Pengertian Kompetensi Kepribadian Guru PKn
jujur. Penanaman sikap demokratis berawal dengan
Kompetensi merujuk kepada seseorang dalam menghargai perbedaan, tahap demi tahap peserta didik
mengaplikasikan pengetahuan, keterampilan atau diarahkan pada pertanggung jawaban yang benar dan
kemampuan menampilkan sesuatu sampai ukuran yang nalar.
spesifik. Kompetensi terlihat dari kelakuan bertindak
bahwa setiap guru membutuhkan kombinasi untuk
356
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013
Sikap demokratis peserta didik akan mencipta- wajar, jujur, dan terbuka.Sikap demokratis sejati
kan suasana kehidupan yang demokratis antara guru adalah sikap mau menghargai pihak manapun dalam
dan peserta didik dengan adanya saling menghormati, kehidupan bersama. Meyakinkan pihak lain akan baik
kerjasama hubungan yang akrab dan terbuka. Menurut dan pentingnya gagasan yang dimiliki tanpa harus ada
A. Kosasih Djahiri sikap demokratis siswa akan perpecahan, permusuhan, dendam atau pun kekerasan
nampak dari bersahabat, toleransi, bersikap krtitis dan dalam pelaksanaan dan penerapan gagasan. Berani
kreatif, sensitif terhadap hal-hal yang ada disekitarnya, menghargai kekurangan dan kekalahan serta mengakui
dapat meliahat cara-cara yang tepat dalam memecah- pihak lain lebih unggul juga merupakan sikap demo-
kan persoalan yang timbul bagi dirinya maupun kratis.Sikap demokratis peserta didik akan mencipta-
lingkungannya, mampu menghargai pendapat orang lain kan suasana kehidupan yang demokratis antara guru
walaupun berbeda pendapatnya, mampu mengemuka- dan peserta didik dengan adanya saling menghormati,
kan pendapatnya. kerjasama hubungan yang akrab dan terbuka.
b. Pengertian Sikap Demokratis Siswa Hasil penelitian sebelumnya dari Faditha (2004:
142), mengatakan apabila guru dalam pembelajaran
Sikap merupakan semacam kesiapan untuk bersikap demokratis, tidak tegang, memberikan
bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara kesempatan kepada siswa, tidak ada keterpihakan,
tertentu. Bisa dikatakan bahwa kesiapan yang maka seorang guru tersebut mempunyai kepribadian
dimaksud merupakan kecenderungan potensial untuk yang demokratis dan mampu membentuk sikap peserta
bereaksi dengan cara tertentu apabila individu dihadap- didik yang demokratis pula, yang menjadi dasar atau
kan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya acuan yang dipakai untuk keterkaitan antara kompe-
respon. Menurut Lapierre (Azwar, 1995) mendefinisi- tensi kepribadian guru dengan sikap demokratis
kan sikap sebagai suatu pola perilaku, tendensi atau peserta didik.
kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan
diri dalam situasi sosial, atau secara sederhana sikap 3. Kerangka Pemikiran
adalah respon terhadap stimulus sosial yang telah
dikondisikan. Kerangka Pemikiran
Tahap demi tahap peserta didik diarahkan untuk
menata jalan pikiran, cara bicara dan sikap-sikap
hidupnya, dengan cara ini peserta didik diajak untuk
belajar menentukan nilai-nilai hidup secara benar dan
jujur. Penanaman sikap demokratis berawal dengan
menghargai perbedaan, tahap demi tahap peserta didik
diarahkan pada pertanggung jawaban yang benar dan
nalar.
Menurut Djahiri (2007), sikap demokratis siswa
akan nampak dari bersahabat, toleransi, bersikap kritis
dan kreatif, sensitif terhadap hal-hal yang ada
disekitarnya, dapat melihat cara-cara yang tepat dalam
memecahkan persoalan yang timbul bagi dirinya 4. Hipotesis Penelitian
maupun lingkungannya, mampu menghargai pendapat
orang lain walaupun berbeda pendapatnya, mampu Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah di
mengemukakan pendapat secara jelas dan sistematis, uraikan, maka hipotesis penelitian yang diajukan adalah
berkeinginan untuk maju. Terdapat hubungan yang signifikan antara
kompetensi kepribadian guru PKn dengan sikap
Jadi, sikap demokratis peserta didik adalah demokratis peserta didik.
sebagai suatu kesiapan atau kecenderungan peserta
didik untuk bertingkah laku mengutamakan kepen-
tingan bersama, menghargai pendapat orang lain secara
357
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013
358
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013
a. Teknik Persentase (%) dengan rumus: 2. Keadaan Guru dan Siswa SMK Negeri 1
Teknik persentase digunakan untuk mengetahui Banjarmasin
seberapa besar persentase jawaban responden dari Jumlah keadaan total guru yang mengajar di SMK
kuesioner yang diberikan kepada mereka. Teknik Negeri 1 Banjarmasin ini adalah sebanyak 74 orang,
presentase menurut (Sudijono, 2001: 40) mengguna- 46 guru perempuan dan 28 gur laki-laki, yang terdiri
kan rumus sebagai berikut: 54 orang guru tetap dan 17 orang guru tidak tetap.
Selain itu untuk bagian staff tata usaha ada 7 orang
dan bagian karyawan perpustakaan ada 3 orang.
Sedangkan untuk keadaan total siswa keseluruhan
Keterangan: yang berada di SMK Negeri 1 Banjarmasin sebanyak
p = Persentase jawaban responden 1.059 siswa. Seluruh kelas berjumlah 36 buah.
f = Frekuensi jawaban
3. Kompetensi Kepribadian Guru
N = Jumlah responden Menjawab.
a. Guru PKn selalu menunjukkan sikap pribadi yang
b. Teknik Analisis Korelasi Product-Moment baik pada saat pembelajaran di kelas, maupun di
Penelitian ini menggunakan teknik analisis korelasi luar pembelajaran PKn.
Product-Moment dari Karl Pearson untuk mengetahui b. Guru PKn selalu menunjukkan komunikasi yang
hubungan kompetensi kepribadian guru PKn dengan baik pada saat pembelajaran di kelas, maupun pada
sikap demokratis peserta didik di SMK Negeri 1 saat tidak melakukan pembelajaran di kelas.
Banjarmasin, dengan rumus segai berikut: c. Guru PKn selalu menunjukkan pribadi yang sopan.
d. Guru PKn mempunyai mutu pribadi yang baik.
e. Guru PKn mempunyai sifat yang ramah.
Keterangan: f. Guru PKn saat di kelas maupun di luar kelas selalu
rxy : koefisien korelasi skor tiap item dengan skor menanamkan nilai-nilai moral kepada peserta didik.
total g. Guru PKn selalu membrikan contoh sikap yang
N : jumlahsubyek baik.
x : jumlah skor tiap item h. Guru PKn selalu mampu mengaplikasikan nilai-nilai
y : jumlah skor total moral yang baik kepada peserta didik.
x2 : jumlahskoritemkuadrat i. Guru PKn selalu menunjukkan sikap yang bijaksana
dalam mengambil keputusan.
y2 : jumlahskor total kuadrat
j. Guru PKn selalu menunjukkan sikap tidak pilih
xy : jumlah perkalian antara skor tiap item dengan
kasih.
skor Total (Sutrisno Hadi, 2004: 4)
k. Guru PKn mampu menjadi teladan yang baik bagi
D. HASIL PENELITIAN peserta didik.
1. Keadaan Fisik SMK Negeri 1 Banjarmasin l. Guru PKn telah mempunyai komptensi kepribadian
yang baik.
SMK Negeri 1 Banjarmasin terletak di Jalan
Mulawarman RT.12 No.45, Kelurahan Teluk Dalam, 4. Demokratis Peserta Didik
Kecamatan Banjarmasin Tengah, kota Banjarmasin.
Sikap demokratis peserta didik kelas XI di SMK
Sekolah ini di kelilingi oleh bangunan sekolah-sekolah
Negeri 1 Banjarmasin adalah sebagai berikut:
lain. Seperti SMA Negeri 1 Banjarmasin, SMA Negeri
2 Banjarmasin, dan SMP Negeri 2 Banjarmasin. a. Siswa mampu menanamkan sikap menghargai
Bangunan sekolah ini mempunyai bangunan yang sesama teman.
permanen karena seluruhnya terbuat dari beton. b. Siswa sering memberikan arahan tentang sikap yang
baik kepada sesama teman.
359
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013
360
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013
361
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013
Terbentuknya suatu sikap individual terhadap kakan pendapat secara jelas dan sistematis,
suatu objek, diawali dengan diterimanya objek tersebut berkeinginan untuk maju.
oleh panca indera. Dengan kemampuan kognitif, obyek
tersebut kemudian di deskripsikan karakteristiknya 3. Hubungan Kompetensi Kepribadian Guru
kemudian dirujukkan dengan norma, nilai yang PKn dengan Sikap Demokratis Peserta
dianutnya oleh individu, yang kemudian menghasilkan Didik di SMK Negeri 1 Banjarmasin
kepercayaan individual terhadap obyek tersebut. Teori KepribadianAllport adalah teori yang
Selanjutnya, komponen afektif memberikan rang- mengemukakan tentang kepribadian guru yang baik
sangan komponen konatif untuk merespon obyek untuk meyadari sepenuhnya kekuatan-kekuatan yang
psikologis, apakah respon positif atau respon nega- membimbing mereka dan dapat mengontrol kekuatan-
tive. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kekuatan itu juga, kepribadian yang matang tidak
sikap menurut Abu Ahmadi mempunyai komponen dikontrol oleh trauma-taruma dan konflik-konflik masa
yakni: kanak-kanak. Orang yang matang dan sehat juga akan
a. Komponen kognitif: berhubungan dengan gejala terus menerusmembutuhkan motif-motif kekuatan dan
mengenal pikiran. Ini berarti berwujud pengolahan, daya hidup yang cukupuntuk menghabiskan energi-
pengalaman dan keyakinan serta harapan-harapan energinya.
individu tentang obyek atau kelompok obyek Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih
tertentu. tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau
b. Komponen afektif: berwujud proses yang menyang- objek (Notoatmodjo, 2007:142). Secord & Backman
kut perasaan-perasaan tertentu seperti ketakutan, (1964) mendefinisikan sikap sebagai keteraturan
kedengkian, simpati, antipati, dan sebagainya yang dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi) dan
ditunjukan kepada obyek tertentu. predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap
suatu aspek di lingkungan sekitarnya. Teori yang
c. Komponen konatif: berwujud proses tendensi atau
dikemukakan di atas terlihat menampakkan keterkaitan
kecenderungan untuk berbuat suatu obyek.
anatara kompetensi kepribadian guru terhadap sikap
Sikap demokratis sejati adalah sikap mau demokratis yang akan dihasilkan yakni terhadap siswa
menghargai pihak manapun dalam kehidupan bersama. sebagai peserta didik. Sehingga setelah diuji pada bab
Meyakinkan pihak lain akan baik dan pentingnya sebelumnya telah diterima hipotesis yang mengatakan
gagasan yang dimiliki tanpa harus ada perpecahan, bahwa ada hubungan yang signifikan antara kompetensi
permusuhan, dendam atau pun kekerasan dalam pelak- kepribadian guru PKn dengan sikap demokratis
sanaan dan penerapan gagasan. Berani menghargai peserta didik pada kelas XI di SMK Negeri 1
kekurangan dan kekalahan serta mengakui pihak lain Banjarmasin dan korelasi tersebut termasuk dalam
lebih unggul juga merupakan sikap demokratis. kategori sedang.
Sikap penuh dengan kedemokratisan, yang pada Selain melalui uji analisis data, peneliti juga
saat ini telah dikembangkan oleh gru dan peserta melakukan wawancara dengan beberapa murid kelas
didiknya di dalam kelas dalam menjalani proses XI yang ada di sekolah SMK Negeri 1 Banjarmasin
pembelajaran. Sikap demokratis siswa akan mencipta- yang menjadi lokasi penelitian ini. Salah seorang siswi
kan suasana kehidupan yang demokratis antara guru yang bernama Dita Aulia kelas XI A Pemasaran
dan peserta didik dengan adanya saling menghormati, berpendapat sikap demokratis itu juga perlu dukungan
kerjasama hubungan yang akrab dan terbuka. Menurur guru yang memiliki kepribadian yang ramah, kreatif,
A. Kosasih Djahiri sikap demokratis siswa akan inovatif, sehingga kami lebih bersemangat dan bersikap
nampak dari bersahabat, toleransi, bersikap krtitis dan kritis dalam mengikuti pembelajaran. Selain itu
kreatif, sensitif terhadap hal-hal yang ada disekitarnya, seorang siswi lain yang bernama Agustina kelas XI B
dapat meliahat cara-cara yang tepat dalam meme- Akuntansi juga berpendapat kalau kompetensi
cahkan persoalan yang timbul bagi dirinya maupun kepribadian gurunya baik, maka kami akan merasa
lingkungannya, mampu menghargai pendapat orang lain nyaman mengemukakan pendapat kami kepada guru
walaupun berbeda pendapatnya, mampu mengemu- tersebut. Pendapat yang senada juga dikemukakan
362
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013
363
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Wahyu, et.al, 2009. Pedoman Penulisan Karya
Tahun 2003 dan Peraturan Pemerintah Ilmiah Program Studi Pendidikan Pancasila
Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 dan Kewarganegaraan (PPKN) Program
Tentang Guru dan Dosen. Bandung: PT. Citra Sarjana (S1). Banjarmasin: Pustaka Banua.
Umbara. Yusuf, Slamet. 2001. Kepribadian Guru. Jakarta: PT.
Wahyu, 2009. Metode Penelitian Kuantitatif. Rineka Cipta.
Banjarmasin: Fakultas Keguruan Ilmu Zakariah, Daradjat. 1982. Psikology Kepribadian
Pendidikan Pascasarjana Bahasa dan Sastra Guru. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Indonesia dan Daerah Pascasarjana Magister
Administrasi Publik Universitas Lambung
Mangkurat Banjarmasin.
364
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013
ABSTRACT
Eka Sastia Emilia, 2013. Improving Learning Outcomes and Activities at Materials of Proclamation
and First Constitution in Civics Lesson Through Example Non Example Model in Class VII-B
SMP Negeri 2 Tanjung. Scripsi, Program Study of Citizenship and Pancasila Education,
Department of Social Sciences Education, Faculty of Teacher and Education Science,
University of Lambung Mangkurat. Counselor (I) Wahyu, (II) Mariatul Kiptiah.
During this learning process Civics class VII-B SMP Negeri 2 Tanjung tend not achieve results as
expected. It is seen from the class average is still below the specified minimum completeness
criteria ie 65. This is because the more dominant teachers use the lecture method (narrative
technique) in the implementation of learning activities that are less effective in improving student
learning outcomes in a follow Civics lesson.
The research objective is: (1) To determine the improvement of learning activities Civics Example
Non Example model, (2) To determine the increase in student learning outcomes as applied learning
Civics Model Example Non-Example. Data collection techniques used were observation and
achievement test which is done through several cycles, the cycle I and cycle II.
The method used was action research. Action research was conducted in two cycles, the first cycle
of two meetings and two meetings the second cycle. The experiment was conducted in a class VII-
B SMP Negeri 2 Tanjung. The number of students who studied there were 30 people, consisting of
16 men and 14 women. Analysis of the data used in quantitative view of the presentation.
These results indicate: (1) The application of learning using Example non Example models can
enhance the activity of teachers of first cycle both categories into a category very well in the
second cycle, (2) application of learning using Example non Example models can improve learning
outcomes can be seen in Civics attainment of minimal classical completeness there in the first
cycle is low with a percentage of 23% pretest and post-test 76%, after allowing for the second
cycle to obtain improved results with persantase mastery 86% pre-test and post-test by 90%.
Researchers suggested the teachers should be able to apply a variety of learning models, particularly
models Example Non Example. Learning model is shown to increase the activity and learning
outcomes.
365
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013
366
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013
dan menjadi landasan belajar secara mandiri dan mengerti dan menganalisis sebuah konsep. Konsep
berkelanjutan. Sebuah proses pembelajaran yang baik, pada umumnya dipelajari melalui dua cara. Paling
paling tidak harus melibatkan 3 aspek kompetensi yaitu: banyak konsep yang kita pelajari di luar sekolah melalui
aspek psikomotorik, aspek kognitif dan aspek afektif. pengamatan dan juga dipelajari melalui definisi konsep
itu sendiri.
c. Aktivitas Belajar
Strategi yang diterapkan dari metode ini bertujuan
Mengajar merupakan upaya yang dilakukan oleh untuk mempersiapkan siswa secara cepat dengan
guru supaya anak didik belajar. Dalam pengajaran, menggunakan 2 hal yang terdiri dari example dan non-
anak didiklah yang menjadi subjek. Dialah yang belajar example dari suatu definisi konsep yang ada, dan
dengan melakukan kegiatan belajar. Agar anak didik meminta siswa untuk mengklasifikasikan keduanya
berperan sebagai pelaku dalam kegiatan belajar, maka sesuai dengan konsep yang ada. Example memberikan
guru hendaknya merencanakan pengajaran, yang gambaran akan sesuatu yang menjadi contoh akan
menuntut anak didik banyak melakukan aktivitas suatu materi yang sedang dibahas.
belajar. Hal ini tidak berarti anak didik dibebani banyak
tugas. 2. Kerangka Pemikiran
Aktivitas belajar adalah segala kegiatan yang Siswa perlu memiliki aktivitas dalam belajar.
dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) Dengan aktivitas yang tinggi maka hasil belajar siswa
dalam rangka mencapai tujuan belajar. Aktivitas yang meningkat. Rendahnya aktivitas belajar siswa
dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada siswa, merupakan salah satu permasalahan umum yang terjadi
sebab dengan adanya aktivitas siswa dalam proses dalam dunia pendidikan. Kaitannya dengan mata
pembelajaran terciptalah situasi belajar aktif. pelajaran, bidang studi PKn dianggap sebagai mata
pelajaran yang kurang menarik dan membosankan
d. Hasil Belajar
sehingga hasil belajar PKn cenderung rendah. Upaya
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang meningkatkan aktivitas dan hasil belajar PKn yang
diperoleh pembelajaran setelah mengalami aktivitas rendah salah satunya dengan menerapkan model
belajar. Secara sederhana hasil belajar merupakan pembelajaran Example Non Example dalam kegiatan
segala sesuatu yang diperoleh, dikuasai atau belajar mengajar dikelas.
merupakan hasil proses belajar mengajar. Hasil belajar
merupakan kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia 3. Hipotesis Tindakan
menerima pengalaman belajar. Berdasarkan kerangka berpikir yang telah
Hasil belajar yang dicapai siswa sekolah yang diuraikan dapat dinyatakan hipotesis penelitian ini yakni
ditunjukkan dengan terjadinya perubahan pengetahuan, Jika diterapkan Model Example Non Example dalam
ketrampilan dan sikap sebagai hasil suatu individu itu proses pembelajaran di kelas, Prestasi Belajar siswa
sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya mata pelajaran PKn materi Proklamasi Dan Konstitusi
ataupun Biasanya hasil belajar dinyatakan dengan Pertama akan meningkatkan aktivitas dan hasil belajar
angka, huruf, atau kalimat dan dicapai pada periode- PKn sekaligus menciptakan proses pembelajaran
periode tertentu. menjadi student centered.
e. Model Example Non Example C. METODE PENELITIAN
Metode Example Non Example adalah metode 1. Setting Penelitian
yang menggunakan media gambar dalam penyampaian
Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan di SMPN
materi pembelajaran yang bertujuan mendorong siswa
2 Tanjung yang beralamat Jl. Jaksa Agung Soeprapto
untuk belajar berfikir kritis dengan jalan memecahkan
No. 13 Tanjung 71513 Kabupaten Tabalong semes-
permasalahan-permasalahan yang terkandung dalam
ter 1 tahun ajaran 2011/2012. Adapun subjek tindakan
contoh-contoh gambar yang disajikan.
dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII-B yang
Model Example Non Example juga merupakan berjumlah 36 orang terdiri dari 15 orang laki-laki dan
metode yang mengajarkan pada siswa untuk belajar 21 orang perempuan. Alasan pengambilan kelas VII-
367
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013
B, karena VII-B memiliki aktivitas dan nilai yang lebih mengajar PKn. PTK ini diterapkan atas tindakan yang
rendah dibandingkan dengan kelas VII lainnya. terdiri atas beberapa siklus, dimana masing masing
Padahal dalam proses pembelajaran guru PKn dikelas siklus terdiri dari beberapa tahap. Tahapan kegiatan
tersebut tidak memiliki perbedaan saat mengajar dari siklus dimana dalam rancangan PTK pada siklus
dengan kelas lainnya. pertama adalah sebagai berikut:
a. Persiapan Tindakan
2. Variabel yang Diselidiki
b. Pelaksanaan Tindakan
Variabel menjadi sasaran PTK dalam upaya
meningkatkan aktivitas belajar Menggunakan Model c. Observasi dan Evaluasi
Example Non Example Pada Mata Pelajaran PKn d. Analisis dan Refleksi
Materi Proklamasi Dan Konstitusi Pertama di Kelas
VII-B SMP Negeri 2 Tanjung sebagai berikut: 5. Data dan Cara Pengumpulannya
a. Variabel input yakni guru dan siswa Kelas VII-B a. Sumber Data
SMP Negeri 2 Tanjung Pada Mata Pelajaran PKn Sumber data diambil dari guru dan siswa. Dari
Materi Proklamasi dan Konstitusi Pertama. guru berupa tes awal dan dari siswa berupa data hasil
b. Variabel proses yakni aktifitas proses pembelajaran tes pada akhir materi.
PKn Materi Proklamasi Dan Konstitusi Pertama b. Teknik dan alat pengumpulan data
di Kelas VII-B SMP Negeri 2 Tanjung Mengguna- Pengumpulan data dalam PTK ini meliputi:
kan Model Example Non Example.
1) Tes, menggunakan instrument soal untuk mengukur
c. Variabel output yakni hasil belajar PKn melalui hasil observasi belajar siswa.
Model Example Non Example Pada Mata
Pelajaran PKn Materi Proklamasi Dan Konstitusi 2) Observasi menggunakan lembar observasi untuk
Pertama di Kelas VII-B SMP Negeri 2 Tanjung. mengukur tingkat partisipasi siswa dalam proses
belajar PKn.
3. Instrumen 3) Dokumentasi, ini dilakukan untuk mengumpulkan
Menurut Wahyu (2009:49) Instrumen penelitian data dalam pelaksanaan pembelajaran PKn dengan
adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur model pembelajaran Example Non Example.
variabel penelitian angka yang akan diproses secara
6. Analisis dan Interprestasi Data
statistik dan dideskripsikan secara deduksi yang
berangkat dari teori-teori umum, lalu dengan observasi Data yang dikumpulkan pada setiap kegiatan
untuk menguji validitas keberlakuan teori tersebut observasi dari pelaksanaan siklus penelitian dianalisis
ditariklah kesimpulan. secara deskriptif dengan menggunakan teknik
persentase untuk melihat kecendrungan yang terjadi
Penelitian ini berjudul Meningkatkan Aktivitas dan
dalam kegiatan pembelajaran. Hasil belajar: dengan
Hasil Belajar Materi Proklamasi Dan Konstitusi
menganalisis nilai rata-rata tes formatif, pre-tes dan
Pertama Dalam Pelajaran PKn Melalui Model Ex-
post test dalam mata pelajaran PKn dengan menggu-
ample Non Example di Kelas VII-B SMP Negeri 2
nakan model pembelajaran Example Non Example.
Tanjung, memiliki instrumen yaitu: pedoman observasi,
dan tes hasil belajar. 7. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah:
4. Prosedur Penelitian
a. Jika dari seluruh kegiatan pembelajaran yang
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan
dilakukan, taraf penguasaan 75% siswa mencapai
rancangan PTK. Yakni penelitian yang menekankan
75% dari materi yang diajarkan (Dinas Pendidikan
kepada kegiatan (tindakan) dengan menguji cobakan
Propinsi Kalimantan Selatan, 2004).
suatu ide ke dalam praktek atau situasi nyata, yang
diharapkan kegiatan tersebut mampu memberbaiki dan b. Jika dari seluruh tindakan pembelajaran yang
meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar dilakukan, nilai hasil belajar siswa lebih dari Kriteria
368
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013
369
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013
materi yang disampaikan sehingga mereka ada yang 3) Siswa kelas VII-B SMPN 2 ketika terlihat siswa
asyik dengan kesibukan mereka sendiri. yang masih tidak tertarik dengan pelajaran PKn
Pengamat menilai bahwa guru masih belum yang dianggap membosankan. Meskipun perhatian
sepenuhnya berhasil melaksanakan pembelajaran mereka mulai dari awal pembelajaran sampai pada
yang bermanafaat untuk anak didiknya sebab guru 30 menit pertama sudah bagus, akan tetapi makin
masih terlihat canggung dalam menerapkan startegi menuju menit terakhir dari menit ke 30 mereka
pembelajaran baru ini karna terbiasa melakukan mulai mencari kesibukan mereka sendiri, karena
proses pembelajaran narrative technique. ada kejenuhan dalam proses pembelajaran tersebut.
4) Siswa kelas VII-B SMPN 2 tidak mengatahui
b. Aktivitas Guru Siklus II
Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Indikator
Berdasarkan data hasil observasi guru untuk dan Tujuan Pembelajaran justru yang tidak
siklus II, akan di interpretasikan sebagai berikut: dilakukan oleh guru sehingga aspek moral, akhlak,
a. Aktivitas pembelajaran guru PKn kelas VII-B budi pekerti, perilaku, pengetahuan dan keteram-
SMPN 2 Tanjung pada siklus I yakni 66%. pilan dari nilai-nilai yang disampikan dari materi
b. Aktivitas pembelajaran guru PKn kelas VII-B pelajaran cenderung belum bisa dikaitkan dan
SMPN 2 Tanjung pada siklus II meningkat menjadi diterapkan siswa dalam kehidupan sehari-harinya.
84%.
b. Siklus II
Hal ini menunjukkan, hasil dari catatan observer
Model Example Non Example yang ditunjukkan
sudah menunjukkan hasil peningkatan di tiap tahapnya.
dengan toleransi siswa terhadap masyarakat berdasar-
Peningkatan aktiftas guru dalam pengelolaan kelas yang
kan kasus yang dikenakannya lebih meningkat. Siswa
terjadi dari siklus I ke siklus II, dikarenakan pada
terlihat ebih tertarik untuk mempelajari mata pelajaran
pembelajaran PKn dimulai dengan bermuara menen-
PKn daripada sebelumnya. Dari segi penilaian statistik
tukan pendekatan pembelajaran, strategi pembela-
juga terjadi peningkatan.
jaran, metode pembelajaran, teknik pembelajaran
kemudian model pembelajaran yang semua hal itu Ini membuktikan bahwa pembelajaran yang
meskipun berbeda akan tetapi dalam proses pem- dilakukan oleh seorang guru sangat mempengaruhi
belajaran akan terangkai menjadi satu kesatuan utuh. terhadap aktitas pembelajaran siswanya. Dimana
dalam siklus II Aktivitas pembelajaran siswa VII-B
2. Aktivitas Pembelajaran Siswa dalam SMPN 2 Tanjung pada materi suasana kebatinan UUD
penerapkan Menggunakan model Example 1945 memiliki hal sebagai berikut:
Non Example yang dilakukan oleh guru di 1) Siswa VII-B SMPN 2 Tanjung mengikuti pelajaran
kelas VII-B SMPN 2 Tanjung lebih antusias dibandingkan sebelumnya.
a. Siklus I 2) Siswa Siswa VII-B SMPN 2 Tanjung mulai
Peneliti beranggapan bahwa hal tersebut dikarena- berperan aktif dalam mengikuti pelajaran.
kan rendahnya pengelolaan kelas yang dilakukan oleh 3) Siswa VII-B SMPN 2 Tanjung mulai berusaha
guru sebab masih berifat one-communcation. Hasil untuk memahami makna materi ajar dengan
pengamatan kegiatan siswa secara individu dapat mengaitkannya terhadap konteks kehidupan
digambarkan sebagai berikut: mereka sehari-hari.
1) Siswa kelas VII-B SMPN 2 ketika guru 4) Siswa VII-B SMPN 2 Tanjung juga mampu secara
melakukan motivasi masih banyak kurang tanggap optimal untuk mengkonstruksi diri sendiri agar
terhadap apa yang di tanyakan guru. mampu saling bekerja sama dengan siswa lainnya.
2) Siswa kelas VII-B SMPN 2 ketika proses pembe- 5) Siswa VII-B SMPN 2 Tanjung menunjukkan
lajaran masih banyak siswa yang pasif, dalam hal keaktifannya dalam mengerjakan tugas.
mengemukakan pertanyaan maupun pendapatnya, 6) Siswa VII-B SMPN 2 Tanjung secara berke-
bahkan ada anak yang asyik dengan kesibukannya lompok belajar siswa mampu dilakukan dengan
sendiri tanpa memperhatikan pelajaran. baik.
370
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013
3. Hasil Belajar PKn Siswa dalam penerapkan b. Aktivitas siswa dalam pembelajaran penerapan
Menggunakan model Example Non pembelajaran pendekatan menggunakan model
Example yang dilakukan oleh guru di kelas Example Non Example dikelas VII-B SMPN 2
VII-B SMPN 2 Tanjung pada materi pokok makna proklamasi kemerde-
a. Siklus I kaan dan konstitusi pertama juga mengalami
Hasil belajar siswa pada siklus 1 belum memenuhi peruabahan, yakni dari persentasi pada siklus I
indikator keberhasilan penelitian yang telah ditetapkan sebesar 58% dan mengalami peningkatan lebih baik
yakni: pada siklus II dengan persentasi sebesar 81%.
1) Pretest dengan rata-rata kelas 56,3 dengan c. Hasil belajar PKn siswa menggunakan model Ex-
ketuntasan minimal yang dicapai hanya 23%. ample Non Example dikelas VII-B SMPN 2 pada
materi pokok makna proklamasi kemerdekaan dan
2) Post test dengan rata-rata kelas 66,5 dengan konstitusi pertama yang dapat dilihat dari mening-
ketuntasan minimal yang dicapai menjadi 76%. katnya hasil belajar PKn siswa pada pencapaian
b. Siklus II ketuntasan belajar yang diperoleh melalui Pos Tes
Prestasi belajar siswa pada siklus II sudah yang dilakukan pada setiap akhir pembelajaran di
memenuhi indikator keberhasilan dari penelitian yang setiap siklus. Peningkatan ketuntasan belajar
telah ditetapkan dengan menerapkan menggunakan tersebut dapat dilihat pada pencapaian ketuntasan
model Example Non Example, yakni: klasikal minimal yang pada siklus pertama masih
rendah dengan persentasi pretest 23% dan post
1) Pretest dengan rata-rata kelas 65,1, ketuntasan test 76%, setelah diadakan refleksi mengenai
minimal yang dicapai 86%, pembelajaran pada siklus kedua memperoleh
2) Posttest dengan rata-rata kelas 78,5, ketuntasan peningkatan hasil ketuntasan dengan persentase
minimal yang dicapai menjadi 90%. pretest 86% dan post test sebesar 90%.
Bedasarkan hal diatas perolehan data hasil
pembelajaran kelas VII-B SMPN 2 Tanjung pada 2. Saran
materi pokok Makna Proklamasi dan Konstitusi a. Bagi siswa disarankan agar mengikuti pembelajaran
Pertama yang berlangsung saat siklus I dan II, maka di kelas dengan seksama dalam memperhatikan
Persentase hasil belajar siswa pada siklus I dan II pada penjelasan guru, mengikuti, bekerja sama dan aktif
data diagram diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam proses belajar mengajar sehingga ketika guru
penerapan menggunakan model Example Non Ex- mengadakan evaluasi siswa siap dan memperoleh
ample mampu meningkatkan nilai pembelajaran PKn hasil belajar sesuai yang diharapkan.
di kelas VII-B SMPN 2 Tanjung. b. Kepada guru PKn disarankan dapat menjadikan
model pembelajaran Example Non Example
F. KESIMPULAN DAN SARAN sebagai alternatif dalam kegiatan pembelajaran
1. Kesimpulan PKn.
a. Aktivitas pembelajaran guru menggunakan model c. Bagi kepala sekolah hendaknya memfasilitasi guru
Example Non Example dikelas VII-B SMPN 2 dalam penerapan pembelajaran model Example
pada materi pokok makna proklamasi kemerdeka- Non Example karena pembelajaran ini dapat
an dan konstitusi pertama yang dilakukan telah meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
sesuai dengan aspek-aspek aktivitas dalam d. Bagi Pendidikan Kewarganegaraan adalah agar
pendekatan menggunakan model Example Non mahasiswa dan mahasiswi lulusan program studi
Example dan termasuk dalam kualifikasi cukup baik PKN dapat menerapkan model-model pembela-
sebab mengalami perubahan dari rendah hingga jaran yang beranekaragam, sehingga dapat
meningkat. Dari persentasi siklus I sebesar 66% menciptakan lulusan yang bukan hanya berprestasi
dan meningkat pada siklus kedua menjadi 84%. akademik tapi juga mampu berinovatif, berkreatif
dan berkualitas
371
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013
Depdikbud, 1990. Undang-Undang No.2 Tahum Nurkancana, 1987. Kurikulum dan Pembelajaran.
1989 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta. Rineka Cipta
Jakarta. Dirjen Dikdasmen Ratumanan, T.G. dan T. Laurens. 2003. Evaluasi
Dewi, Ratih Komala. 2011. Penerapan Model Ex- Hasil Belajar yang Relevan dengan
ample Non Example Dalam Meningkatkan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Surabaya:
Kemampuan Pemahaman Konsep Hak Asasi Unesa University Press.
Manusia Pada Mata Pelajaran Pendidikan Rusyan, A. Tabrani, dkk. 1989. Pendekatan dalam
Kewarganegaraan. Skripsi S1 UPI Bandung. Proses Belajar Menagajar. Bandung. Karya
(online), (http://repository.upi.edu/skripsiview.- Remaja
php?no_skripsi=2223) Sardiman, 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar
Dimiyati dan Mudjiono. 1999. Belajar Dan Mengajar, Jakarta. Raja Grafindo Persada
Pembelajaran. Jakarta. Rineka Cipta Sayano dan Hariyanto. 2011. Belajar dan
Djahiri, Ahmad Kosasih. (1995/1996). Dasar- dasar Pembelajaran: Teori dan Konsep Dasar.
Umum Metodologi dan Pengajaran Nilai Bandung. PT. Remaja Rosdakarya
Moral. Bandung. IKIP Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-faktor Yang
Hamalik, Oemar. 2001. Managemen Pengem- Mempengaruhinya. Jakarta. Rineka Cipta
bangan Kurikulum. Bandung. PT Remaja Soetomo. 1993. Dasar-dasar Interaksi Belajar
Rosdakarya Mengajar. Surabaya. Usaha Nasional
_____________, 2002. Pendidikan Guru. Jakarta: Sudjana, Nana. 2002. Dasar- dasar Proses Belajar
PT Bumi Aksara. Mengajar. Bandung. Sinar
372
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013
Sudrajat, Ahmad. 2008. Perkembangan Kognitif Usman, M.U. 2001. Menjadi Guru Profesional.
(online), (http://ahmadsudrajat.wordpress.com/ Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
2008/01/31 perkembangan kognitif. Usman, M.U. dan Lilis, S. 2001. Upaya Optimalisasi
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2004. Kurikulum dan Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung. PT.
Pembelajaran. Bandung. Remaja Rosdakarya Remaja Rosdakarya.
Tafsir, Ahmad. 1992. Ilmu Pendidikan dalam Pers- Wahyu, et.al. 2009. Pedoman Penulisan Karya
pektif Islam. Bandung. Remaja Rosdakarya Ilmiah Program Studi PPKN Program
Tuharjo. 1989. Hubungan Antara Mata Kuliah Sarjana (S1). Banjarmasin: FKIP Universitas
Penjurusan, Minat dan Prestasi Belajar. Hasil Lambung Mangkurat.
Penelitian. Tidak diterbitkan. Malang: Pusat Wahyu, 2010. Penelitian Tindakan Kelas.
Penelitian dan Pengembangan. IKIP Malang Banjarmasin: FKIP Universitas Lambung
Ummam, Affrizal. 2011. Penerapan Pembelajaran Mangkurat.
Kooperatif Model Example Non Example Winkel, WS. 1984. Psikologi Pendidikan dan
Dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Evaluasi Belajar. Jakarta. Balai Pustaka
IPS Geografi Pada Materi Hidrosfer Kelas
VII-A Semester II (Genap) Di SMP Negeri 6
Sampang. Skripsi S1 Universitas Negeri
Malang. Tidak diterbitkan
373
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013
ABSTRACT
Ellyana Sari, 2013. Implementation of the points system in the formation of character based on
student discipline SMAN 3 Banjarbaru. Scripsi, Program Study of Citizenship and Pancasila
Education, Department of Social Science Education, Faculty of Teacher Training and
Education Science, Universitas Lambung Mangkurat. Counselor (I) H. Wahyu, (II) Harpani
Matnuh.
This study reviews the implementation of the points system in the formation of character based
discipline in students of SMAN 3 Banjarbaru. Implementation of the points system is assessed
through student discipline picture after the application of a points system, the character of the
disclipline studied through the causes of the low student discipline after the application of the
points while the violation of students studied in the form of student violations after the
implementation of the points system.
The selected research method is a method of qualitative data collection techniques through the
observation that scientists see direct application of a points system to sudent, an interview so that
researchers can find out di rectly from the informant as a data source, and document in order to
facilitate researchers in collecting data both written document or picture as a data source. Object
of research and data analysis by means of data reduction, data presentation, and conclusion. Data
can be tested by way of extension of validity of observation, increasing persistence, triangulation,
and using reference cematerials.
The result showed tat the application of apoints system has been running smoothly but the disclipline
of students in SMAN 3 Banjarbaru stillnot fully discipline, frequent visits from students who commit
violations, student areoften violated because of factoers bandwagon friends. Violations often can
serve as an example to other student that school discripline violations to the student.s interest and
convenience of the student themselves.
Based on the result ofthe study suggested that schooprovide tough sancition to student who are
breaking the rules and doing outreach to students about the application of a points system for
students who are doing a good offense at student orientation, flag ceremonies, as well asteaching
and learning process. Teachers must be able to be a role model to maintain order and discipline in
the school.
374
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013
375
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013
anak dapatmenjadi individu yang tertib, teratur dan Belajar Mengajar terlaksana dengan ketentuan yang
disiplin. telah di tetapkan. Sekolah SMAN 3 Banjarbaru dipilih
d. Disiplin merupakan jalan bagi siswa untuk sukses sebagai tempat penelitian karena sekolah ini
dalam belajar dan kelak ketika bekerja. Kesadaran merupakan salah satu Sekolah yang menerapkan sys-
pentingnya norma, aturan, kepatuhan dan ketaatan tem poin. Pada sekolah ini banyak dikenal dengan
merupakan prasyarat kesuksesan seseorang. kurangnya displin,
377
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013
3. Faktor penyebab masih rendahnya disiplin tahun 2008 di SMAN 3 Banjarbaru tata tertib siswa
siswa setelah penerapan sistem poin masih banyak yang melanggar karena tidak ada sanksi
Penyebab masih rendahnya disiplin siswa setelah tegas yang membuat siswa jera melakukan pe-
diberlakukannya sIstem poin ini adalah adanya langgaran. Hal ini sejalan dengan teori Hartono Ruslan
pengaruh teman sebayanya yang menyebabkan siswa (Alpiyanto, 2012:152) lingkungan sekolah juga
sering melanggar tata tertib sekolah, langkah-langkah dikondisikan bagi terbentuknya peserta didik yang
yang diterapkan dalam menanamkan karakter disiplin berkarakter mulia, kejujuran memegang peran sentral
pada siswa selalu mengingatkan siswa tentang tata dalam menentukan dan membentuk sikap disiplin.
tertib sekolah, menjadikan contoh siswa yang salah Selanjutnya menurut Irwin A Hyman dan Pamela A.
supaya siswa takut melakukan pelanggaran aturan Snock (Alpiyanto 2012:81) disiplin sekolah kadang-
sekolah selain itu guru juga menjadi tontoh dalam kala diterapkan pula untuk memberikan hukuman
penerapan disiplin misalkan tepat waktu, berpakaian (sanksi) sebagai konsekuensi dari pelanggaran terhadap
rapid an banyak lagi, jika siswa berperilaku tidak aturan, meski kadangkala menjadi kontroversi dalam
diisiplin maka guru berhak memberikan sanksi yang menerapkan metode pendisiplinannya, sehingga
sesuai dengan pelanggarannya. terjebak dalam bentuk kesalahan perlakuan fisik dan
kesalahan pelakuan fisikologis.
4. Bentuk-bentuk pelanggaran siswa dalam Bila lingkungan dengan disiplin tinggi, maka
penerapan sistem poin melahirkan manusia yang berdisiplin tinggi. Undang
Bentuk-bentuk pelanggaran siswa dalam Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003
penerapan sistem poin adalah pelanggaran yang sering tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab V pasal 12
terjadi yaitu terlambat datang, berpakaian tidak rapi, ayat 2 setiap peserta didik berkewajiban menjaga
merokok dan pelanggaran yang paling sering terjadi norma-norma pendidikan untuk menjamin keberlang-
setiap tahun siswa yang hamil padahal masih berstatus sungan proses dan keberhasilan pendidikan. Undang-
sekolah. Siswa yang mempunyai poin banyak di undang tentang guru dan dosen Bab 1 di pasal 1, guru
berikan keringanan, misalkan membawa nama baik adalah pendidik professional dengan tugas utama
sekolah dan siswa tersebut berprestasi. Guru-guru mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
SMAN 3 Banjabaru ada yang disiplin dan ada juga melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada
yang tidak disiplin dilihat dari tidak tepatnya masuk pendidikan anak usia dini jalur pendidikan forma,
kelas, kebiasaan siswa yang menyebabkan tidak pendidikan dasar dan pendidikan menengah.
disiplin adalah pengaruh teman dan bentuk-bentuk Hal ini terlihat dari observasi peneliti kesekolah
pelanggaran yang sering terjadi membolos, membawa bahwa penananman karakter disiplin siswa sudah di
handpone yang ada fasilitasnya, sering bawa alat terapkan di sekolah SMAN 3 Banjarbaru tetapi
kecantikan, merokok, dan banyak lagi. walaupun sudah diberitahukan tata tertib sekolah yang
dibuat oleh sekolah tersebut masih saja ada yang me-
E. PEMBAHASAN langgarnya. Guru yang menjadi contoh sudah
1. Gambaran Disiplin Siswa Setelah Penerapan mengingatkan berkali-kali kepada siswa tentang tata
Sistem Poin tertib sekolah yang termasuk dalam disiplin siswa, guru
Dalam pembahasan ini di uraikan temuan hasil hanya bisa memberikan contoh sikap disiplin selanjut-
penelitian yang telah dilakukan dilapangan yaitu nya hanya siswa yang bisa menerapkan dan memilih
membahas tentang gambaran disiplin siswa setelah yang baik dalam sikap dan yang tidak baik. Menurut
penerapan sistem poin. Dari hasil penelitian ini diketahui heri gunawan (2012:16) etika adalah ilmu yang
bahwa disiplin siswa di SMAN 3 Banjarbaru sudah menyelidiki yang mana yang baik dan yang mana yang
cukup baik dari tahun-tahun sebelumnya walaupun buruk dengan memperhatikan amal perbuatan manusia
masih ada saja yang tidak disiplin, siswa di SMAN 3 sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran.
Banjarbaru ini sangat dituntun kedisiplinannya dilihat Gunawan (2012:226) berpendapat bahwa disiplin
dari guru-guru yang mencontohkan sikap disiplin sekolah adalah usaha sekolah untuk memelihara
tersebut. Sebelum diterapkannya sistem poin pada perilaku siswa agar tidak menyimpang dan dapat
378
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013
mendorong siswa untuk berperilaku sesuai dengan melakukan pelanggaran disiplin sekolah atau melanggar
norma, peraturan dan tata tertib yang berlaku di tata tertb sekolah akan diberikan sanksi yang sesuai
sekolah. dengan pelanggarannya, kebiasaan yang sering terjadi
Terakhir berkaitan dengan guru, semua guru harus di sekolah yaitu bolos sekolah, kerapian berpakaian
menekankan disiplin siswa di SMAN 3 Banjarbaru, seringnya terlambat datang. Memperkenalkan conroh
Menurut Sofyan Amri (2011:100) tugas para guru perilaku yang tidak disiplin di harapkan siswa dapat
mencapai tujuan peningkatan karakter siswa bisa jadi menghindarinya atau dapat membedakan mana
merupakan tugas terberat bagi para guru, bagi guru perilaku disiplin dan yang tidak disiplin (http://guru-
yang berhasil membangun karakter siswa dengan indonesia.net/forum/forum_topik_isi-29.html,(di akses
berbagai cara akan memberi kepuasan yang luar biasa. 15 oktober 2011). Aturan sekolah tersebut, seperti
Hartono Ruslan (Apliyanto, 2012:152) jika kita sudah aturan tentang standar berpakaian, ketepatan waktu,
tinggi tingkat disiplin pribadi kirta, maka akan muncul perilaku social dan etika belajar/kerja, pengertian
suasana yang serba tertib, dan secara otomatis akan disiplin sekolah seringkali di terapkan pula untuk
muncul berbagai naluri yang positif karena kita mampu memberikan hukuman (sanksi) sebagai konsekuensi
mengendalikan diri dengan sadar bagi kepentingan dari pelanggaran terhadap aturan.(dikutip dari http://
bersama. guru-indonesia.net/forum/forum_topik_isi-29.html,
(Update:15 oktober 2011).
2. Faktor Penyebab Masih Rendahnya Disiplin
Dari temuan hasil peneliti yang telah dilakukan, 3. Bentuk-Bentuk Pelanggaran Siswa Dalam
faktor yang menyebabkan masih rendahnya disiplin di Penerapan Sistem Poin
SMAN 3 Banjarbaru, Nursito (2002:10) menjabarkan Dari temuan hasil penelitian yang telah dilakukan,
jenis-jenis pelanggaran yang sering dilakukan oleh siswa SMAN 3 Banjarbaru masih kurang disiplin
peserta didik, misalnya aksi corat-coret, membawa padahal pihak sekolah sudah sekuat tenaga
alat main atau bacaan/ gambar porno, merokok atau mengingatkan siswa tidak berbuat kesalahan lagi, tapi
terlibat narkoba dan perkelahian antar sekolah atau setiap hari ada saja kedapatan melanggar peraturan
tawuran. Pengaruh teman sekolahnya yang membuat sekolah, bentuk pelanggaran yang sering terjadi di
tidak disiplin, bolos sekolah yang sering terjadi di sekolah SMAN 3 Banjarbaru adalah membolos dan,
SMAN 3 Banjarbaru. Hal ini disebutkan oleh Ajzen merokok, membawa hp berkamera, berpakaian tidak
(Fatchul Muin 2011:171) kelompok sebaya atau rapi, dan bnyak lagi yang lainnya. Poin pelanggaran
kelompok masyarakat memberi pengaruh kepada yang dikenakan kepada siswa atas pelanggaran yang
individu, ada kecenderungan bahwa seorang individu dilakukan siswa terhadap tata tertib yang di tetapkan
berusaha untuk sama dengan teman sekelompoknya. oleh sekolah yang bertujuan demi terjaganya suasana
Langkah yang dilakukan pendidik dalam menanamkan kondusif di lingkungan sekolah dan kenyamanan belajar
karakter disiplin dengan mengajak semua guru dalam siswa. (diikutip darihttp://wastakitamandiribk.-
mengingatkan siswa dalam tatatertib sekolah dan guru wordpress.com/(update:11 januari 2013), Menurut
selalu mengingatkan siswa tentang peraturan sekolah Foerster (2003: 31-32), pentingnya disiplin sekolah
yang selalu melanggar tatatertib sekolah. memper- yaitu:
kenalkan contoh prilaku tidak disiplin; dengan a. Kedisiplinan mesti diterapkan tanpa menunjukkan
memberikan contoh perilaku yang tidak disiplin kelemahan, tanpa menunjukkan amarah dan
diharapkan siswa dapat menghindarinya atau dapat kebencian.
membedakan mana perilaku yang disiplin dan yang b. Kedisiplinan mesti diterapkan secara tegas, adil dan
tidak disiplin. (http://guru-indonesia.net/forum/ konsisten.
forum_topik_isi-29.html, (update: 15 oktober 2011). c. Ketika kedisiplinan mulai menampakkan pertum-
Aturan tata tertib sekolah merupakan pedoman buhannya dijaga dan dirawat dengan penuh
bagi sekolah untuk menciptakan suasana sekolah yang kesabaran.
aman dan tertib, sehingga akan terhindar dari kejadian-
kejadian yang bersifat negative. Seorang siswa yang
379
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013
Siswa di SMAN 3 Banjarbaru tidak menyetujui berangsur-angsur lebih baik tersebut salah satunya
adanya peraturan sistem poin ini karena memaksa siswa akan menjadi takut dengan peraturan sistem
siswa, akibatnya siswa tidak bebas melakukan apapun. poin, siswa takut akan mempunyai poin yang
Menurut syaiful bahri djamarah (1997:52) setiap banyak yang akhirnya dikeluarkan dari sekolah
peraturan atau perintah dalam pendidikan mengandung SMAN 3 Banjarbaru.
norma-norma kesusilaan, jadi bersifat memberikan arah b. Faktor penyebab masih rendahnya disiplin siswa
yang jelas atau mengandung tujuan ke arah perbuatan setelah penerapan sistem poin adalah pengaruh dari
susila. Guru memberikan sanksi yang tegas sesuai teman, kebisaan siswanya, guru yang bersikap tidak
dengan aturan sekolah dan pelanggaran yang dibuat tegas, kurangnya perhatian dari orang tua, siswa
oleh siswa. Kadang kala ada sebagian guru yang yang melanggar tata tertib sekolah akan diberikan
membiarkan siswa membawa peralatan yang dilarang sanksi dalam bentuk poin negatif berdasarkan jenis
oleh peraturan sekolah, siswa malah terang-terangan pelanggaran yang di lakukan oleh siswa yang
memperlihatkan barang tesebut tetapi hanya beberapa bersangkutan.
guru saja. Menurut syaiful Bahri Djamarah (1997:21) c. Bentuk-bentuk pelanggaran siswa dalam penerapan
guru hendaklah konsekuen terhadap apa yang telah sistem poin adalah terlambat datang kesekolah,
diperintahkannya. Menurut Bacon (1990:52) guru merokok di area sekolah, berduaan di sekolah,
adalah model bagi muridnya, baik disadari ataupun berkelahi, membawa peralatan make-up, sampai-
tidak siswa akan berprilaku mirip dengan gurunya, sampai tiap tahun pelanggaran yang selalu terjadi
Pelanggaran yang berat akan diberi sanksi sesuai hamil, yang langsung mendapatkan poin 100 yaitu
dengan kesalahan siswa, poin yang banyak akan diberi di keluarkan dari sekolah, dengan melanggar
sanksi berat misalkan sudah mencapai poin maksimal peraturan sekolah siswa selain mendapatkan poin
tetapi ada yang meringankan poin tersebut karena negative tidak menghapuskan sanksi yang sudah
kebiasaan siswa yang dinilai positif, setiap hari ada saja menjadi kebiasaan yang dilakukan siswa seperti
yang melanggar peraturan sekolah sampai ada yang membersihkan halaman sekolah, musholla dan juga
dikeluarkan oleh pihak sekolah karena sudah kelebihan WC.
poin. Syaiful Bahri Djamarah (Purwanto 1991;236)
hukuman adalah penderitaan yang di berikan atau 2. Saran
ditimbulkan dengan sengaja oleh seseorang (orang tua, a. Hendaknya sekolah memberikan sanksi yang tegas
guru,dan sebagainya) sesudah terjadi suatu pelangga- kepada siswa yang melanggar peraturan, serta
ran, kejahatan atau kesalahan. Banyak siswa yang harus adanya kerjasama dengan orang tua siswa
sudah dikembalikan kepada orang tuanya karena tentang sikap dan prilaku siswa yang melanggar
banyaknya poin yang di dapat siswa tersebut, tidak aturan sekolah agar tercipta kedisiplinan sekolah
semata-mata langsung dikeluarkan dari sekolah tetapi yang lebih baik lagi.
melalui rapat semua guru dan keputusan terakhir ada b. Hendaknya semua guru mampu menjadi teladan
di tangan kepala sekolah. dalam menjaga ketertiban dari kedisiplinan sekolah.
F. KESIMPULAN DAN SARAN c. Sebaiknya sekolah giat melakukan sosialisasi
tentang penerapan sistem poin terhadap pelangga-
1. Kesimpulan
ran yang dilakukan siswa, agar siswa dapat
a. Gambaran disiplin siswa setelah penerapan sistem mengetahui akibat jika siswa melakukan
poin adalah sudah cukup baik disiplinnya walaupun pelanggran.
masih ada saja siswa yang tidak mentaati peraturan
sekolah, peraturan sistem poin ini dibuat untuk siswa
yang membuat siswa tersebut jera dalam melanggar
peraturan-peraturan sekolah, kedisiplinan yang
380
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013
381
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013
382
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013
1. Naskah diketik spasi ganda pada kertas kuarto maksimum 15 halaman dan diserahkan dalam bentuk print
out computer beserta cd-room. Berkas file dibuat dengan MS Word. Teks dicetak dengan huruf Arial 11.
2. Artikel yang dimuat meliputi hasil penelitian dan kajian analitis kritis dibidang pendidikan kewarganegaraan.
3. Artikel ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris dengan format essay, disertai judul pada masing-
masing bagian. Judul artikel dicetak denga huruf besar ditengah tengah dengana ukuran 12. Peringkat
judul bagian dinyatakan dengan jenis huruf yang berbeda (semua judul bagian dicetak tebal atau tebal dan
miring) dengan ukuran huruf 11, dan tidak menggunakan angka/nomor pada judul bagian.
4. PERINGKAT I (SEMUA HURUF BESAR, TEBAL, RATA KIRI)
5. Peringkat 2 (huruf besar kecil, tebal, rata kiri)
6. Peringkat 3 (huruf besar kecil, tebal miring, rata kiri)
7. Sistematika artikel hasil non penelitian: judul, nama penulis (tanpa gelar akademis); abstrak ( maksimum 100
kata); kata kunci ( maksimum 8 kata atau tidak melebihi satu baris); pendahuluan yang berisi latar belakang
dan tujuan atau ruang lingkup tulisan, bahan utama (dibagi ke dalam sub judul-sub judul); penutup atau
kesimpulan; daftar pustaka (hanya memuat pustaka yang dirujuk dalam naskah).
8. Sistematika artikel hasil penelitian: judul, nama penulis (tanpa gelar akademik); abstrak ( maksimum 100
kata) yang berisi tujuan, metode, dan hasil penelitian; kata kunci ( maksimum 8 kata atau tidak melebihi satu
baris); pendahuluan yang berisi latar belakang, tujuan pustaka dan tujuan penelitian; metode; hasil dan
pembahasan; kesimpulan dan saran; daftar pustaka (hanya memuat pustaka yang dirujuk dalam naskah).
9. Daftar pustaka disusun dengan mengikuti tata cara seperti contoh berikut dan diurutkan secara alfabetis dan
kronologis.
a. Rujukan buku
Corent, L. & K. Weeks 1985b. Career Ladder Plan; Trends and Emerging Issues-1985. Atlanta, GA;
Career Ledder Clearinghouse.
b. Rujukan dari buku suntingan
Nelson, D.W. & L.E. Sommer, 1982, Total Carbon, Organic Carbon and Organic Matte. In Page,
A.L.R.H. Miller & D.R. Keeney (eds). Method of Soils Analysis: Part 2. Chemical and Microbiological
Propertics. Ed. Ke-2. Madison, pp. 539-579.
c. Rujukan artikel dalam kumoulan artikel
Hasan, M.Z. 1990. Karakteristik Penelitian Kuantitatif. Dalam aminuddin (ad.) Pengembangan Penelitian
Kualitatif dalam biadng Bahasa dan Sastra (hlm 12-15). Malang. HISKI Komisariat Malang dan Ya3
d. Rujukan Artikel dari jurnal ilmiah
Addicost, T.M. Entrophy and Sustainnability. Europan Jurnal Of Science, 48: 161-168,
e. Rujukan artikel dari majalah atau Koran
Huda, M. 13 November 1991, Menyiasati Krisis Listrik Musim Kering. Jawa Pos, hlm 6.
f. Rujukan dari tesis dan sejenisnya
Schmidt, M.G. 1972 forest Land Use Dynamics and Soil fertility in a mountain Wetershed in Nepal : a
GIS Evaluation. Ph. I).
383
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 3 Nomor 5 Mei 2013
384