Anda di halaman 1dari 9

Teori Kritis

Tradisi Kritis
Tradisi kritis dalam komunikasi organisasi juga terkait dengan budaya, tetapi
lebih khusus lagi dengan hubungan kekuasaan dan ideologi yang muncul
dalam interaksi organisasi. Dennis Mumby menyatakan: “Salah satu ajaran
prinsipil dari pendekatan penelitian kritis adalah bahwa organisasi bukan
hanya tempat netral untuk pembuatan makna; namun, organisasi
menghasilkan dan dihasilkan dalam konteks perjuangan antara ketertarikan
kelompok dan sistem representasi yang saling bersaing.” Para akademisi
komunikasi kritis telah menganggap realitas sosial bukan sebagai bentuk fisik,
lebih sebagai lingkungan di mana siaran suara dan ketertarikan berlomba-
lomba mendapatkan dominasi. Selanjutnya bergerak ke teori Stanley Deetz
tentang demokrasi organisasi. Sudut pandang feminis dalam kekuasaan
organisasi sangat menonjol pada dekade terakhir dan memberikan sebuah
contoh mata rantai antara teori dan praktik yang dianjurkan oleh teori-teori
kritis, dan kami menyimpulkan bagian ini dengan melihat pada pendekatan
feminis.

1. Wacana Kecurigaan dari Dennis Mumby


Karya Dennis Mumby dalam komunikasi organisasi menanamkan sebuah
pergeseran dari pendekatan yang hanya mencoba menjelaskan dunia
organisasi ke pendekatan yang menyoroti cara-cara di mana dunia organisasi
menciptakan pola-pola dominasi. Mumby menyebutnya “wacana kecurigaan”,
atau sikap mempertanyakan, dan pengujian tentang, susunan dalam ideologi,
kekuasaan, dan kendali dalam organisasi. Mumby menggunakan kata-kata
wacana kecurigaan (discourse of suspicion) untuk menyatakan bagaimana
makna dan perilaku dipermukaan mengaburkan susunan dalam dari konflik
dan ketidakleluasaan yang membatasi kemungkinan adanya masyarakat
yang demokratis. Orientasi memiliki susunan, fungsi, dan budaya tertentu;
mempertanyakan ketepatan moral susunan, fungsi, dan budaya organisasi
tersebut adalah hal yang berbeda. Mumby sendiri melakukan pengujian kritis
tersebut dengan menggunakan konsep hegemoni dari karya teori kritis.
Hegemoni dalam komunikasi organisasi adalah “hubungan dominasi di mana
kelompok-kelompok bawahan secaa aktif menyetujui dan mendukung sistem
kepercayaan dan susunan hubungan kekuasaan yang tidak memberikan—
sebenarnya dapat bertentangan—ketertarikan tersebut.” Hegemoni bukanlah
gerak kekuasaan yang kasar, namun sebuah rencana yang “dikembangkan”
di mana pemegang saham sebenarnya berkontribusi terhadap dominasi.
Kekuasaan ditetapkan dalam organisasi dengan dominasi salah satu ideologi
terhadap yang lain. Terjadi melalui ritual, cerita, dan sejenisnya, dan Mumby
menunjukan bagaimana budaya sebuah organisasi menggunakan proses
politik yang tidak terpisahkan. Hegemoni biasanya dianggap sebagai
pengaruh negatif dalam tradisi kritis, tetapi Mumby menyatakan bahwa kita
telah melupakan bahwa pertentangan dan perubahan juga terlibat. Dipandang
dengan cara ini, hegemoni dapat memberikan cara yang sedikit berbeda
untuk memahami minat yang berbeda saat dalam organisasi. Lebih tepatnya,
hegemoni adalah sebuah kesatuan dari sebuah ideologi tunggal yang
mencakup semua hal pada satu sisi dan resistansi yang besar pada sisi yang
lain; hegemoni merupakan sebuah proses perjuangan, bukan dominasi, yang
pada dasarnya menawarkan para akademisi sebuah cara yang lebih
memadai untuk membahas dinamika ini. Gagasan Mumby tentang hegemoni
adalah sebuah proses penonjolan dan perlawanan yang pragmatis, interaktif,
dan dialektis. Hegemoni bukanlah pertanyaan tentang sebuah kelompok yang
aktif dan berkuasa yang mendominasi kelompok yang lebih pasif dan kurang
berkuasa, tetapi merupakan sebuah proses penyusunan kekuasaan yang
muncul sebagai proses aktif dari pembentukan multi-kelompok sosial.
Hegemoni adalah sebuah hasil perjuangan yang penting—baik itu selalu baik
atau buruk—antara kelompok pemegang saham dalam tindakan yang
berdasarkan situasi sehari-hari.
2. Deetz pada Manajerialisme dan Demokrasi Organisasi.
Stanley Deetz menunjukan bahwa organisasi kontemporer memberikan
keistimewaan pada minat manajerial di atas minat akan identitas, komunitas,
atau demokrasi. Deetz membayangkan demokrasi sebagai sebuah alternatif,
sebuah “pencapaian yang terus berjalan” di mana pemegang saham dapat
mereklamasi tanggung jawab dan agensi dalam perusahaan. Berbeda
dengan nilai demokratis, wacana normal tentang organisasi, menurut Deetz,
cenderung menjadi salah satu dominasi. Wacana normal dalam organisasi
menanamkan empat dimensi dominasi—naturalisasi, netralisasi, legitimasi,
dan sosialisasi. Naturalisasi (naturalization) adalah anggapan tentang
kebenaran pada bagian pemegang saham yang berkuasa. Netralisasi
(neutralization) adalah gagasan bahwa informasi bersifat netral, atau bebas
dari nilai. Legitimasi adalah usaha organisasi untuk memberikan sebuah
bentuk wacana sebagai sura otoritas dalam organisasi. Gagasan Weber
tentang otoritas resmi, tepat seperti ini: sudut pandang pihak manajemen
dianggap sebagai yang berwenang atas sudut pandang yang lain. Akhirnya,
sosialisasi (socialization) adalah proses “pelatihan” pegawai yang terus
berjalan untuk menerima dan mengikuti susunan moral organisasi. Keempat
proses ini—naturalisasi , netralisasi, legitimasi, dan sosialisasi—mendasari
sebuah komunikasi yang menyimpang secara sistematis yang memberikan
minat kapitalisme manajerial. Kapitalisme manajerial, yang meresap ke dalam
organisasi modern, bertujuan untuk memproduksi organisasi untuk
kelangsungan hidup manajemen itu sendiri. Situasi pembicaraan ideal (ideal
speech situasion), yang awalnya diajukan oleh ahli teori kritikal Jurgen
Habermas, adalah sebuah tujuan komunikasi dalam masyarakat, dimana
semua wacana disahkan dalam dialog terbuka. Demokrasi yang nyata seperti
yang muncul dalam situasi pembicaraan ideal adalah sebuah “tanggapan
yang seimbang” ; demokrasi ini tidak mencoba menciptakan beragam
susunan, tapi lebih pada pembentukan sikap kritik konstan dan pemberian
kuasa dalam kehidupan sehari-hari. Deetz telah memberikan sebuah
matateori penelitian kritis sebagai sebuah cara untuk menilai situasi nyata
yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari, matateori ini terdiri atas tiga
tekanan yang ia yakini merupakan tempat manusiabbenar-benar terlibat:
sebuah tekanan perhatian, tekanan pemikiran, dan tekanan hiburan.
Ketidakseimbangan di antara tekanan-tekanan ini menciptakan kesulitan
karakteristik untuk menghasilkan perubahan—terlalu perhatian, bertindak
tanpa pemikiran yang hati-hati, atau menggunakan sinisme sebagai sudut
pandang hidup. Deetz menyatakan bahwa teori kritikal “selaluvyang terbaik
ketika mulai dengan perhatian yang dalam, tetapi tidak berakhir di sana,
menelusuri konstruksionisme sosial historis tanpa melupakan dasar yang lain,
dan membuat pernyataan umum tanpa rasa puas diri, menarik perhatian, atau
sederhana.

3. Gender dan Ras dalam Komunikasi Organisasi.


Sebuah ilmu pengetahuan kritis tambahan baru, organisasi komunikasi
feminis dimulai pada tahun 1990-an mengikuti alur standar ilmu pengetahuan
feminis. Kajian sebelumnya menumbuhkan sebuah model biner mengenai
perbedaan gender, fokus pada cara pria dan wanita, biasanya dirangkai
sebagai kategori universal dan abadi, yang berjalan dalam organisasi. Kajian
kedua adalah wanita yang dianggap berbeda—membahas gender berarti
membahas wanita sebagai hal lain daripada norma dianggap berbeda.
Karakteristik organisasi feminis yang ketiga dalam ilmu komunikasi adalah
memperlakukan isu perempuan dengan seragam dan minat dari semua
wanita yang tidak bersaing; dan akhirnya, perbedaan gender dilihat sebagai
sebuah permasalahan individu dan antarpribadi dalam organisasi. Joan Acker
yang berpendapat bahwa organisasi dibentuk oleh gender, berpendapat
bahwa organisasi adalah formasi sosial gender. Ilmu pengetahuan ini
mengubah perhatian dari isu gender dalam organisasi menjadi kajian gender
dalam organisasi. Tiga buah contoh—karya Angela Trethewey, Karen
Ashcraft dan rekan, dan Robin Clair:

 Angela Trethewey: adalah akademisi komunikasi organisasional


feminis yang telah menyebutkan gagasan dari organisasi sebagai
wilayah gender dalam serangkaian kajian penelitian. Dalam setiap
kasus, ia masuk dalam sebuah organisasi dan berbincang dengan
wanita seputar pengalamannya daripada memandang organisasi dari
luar. Di antara temuannya, “sebuah kecenderungan untuk
mencurahkan”—bahwa mungkin menunjukan pesan dan makna yang
mereka tidak kehendaki.” Trethewey menemukan bahwa mayoritas
pesan yang tidak dikehendaki ini harus seiring dengan feminitas—
apakah menunjukan emosi, seksualitas, kehamilan, atau menstruasi.
Trethewey telah sangat berpengaruh dalam berteori tentang penolakan
besar-besaran dalam organisasi wanita dan asumsi dari penolakan
tersebut, trethewey menambahkan pada karyanya dalam penolakan
dengan menyebutkannya gamblang bahwa sebuah teori berkontradiksi
dengan kehidupan organisasional.
 Karen Aschraft dan koleganya Brenda Allen: memperluas kajian
feminis dalam organisasi, menyarankan bahwa secara mendasar
organisasi tidak hanya sebuah area gender, tetapi mereka juga adalah
“ras”. Aschraft dan Allen menemukan bahwa beberapa pesan implisit
tentang ras:
1) Ras adalah sebuah konsep tunggal, ketertarikan terpisah
pada orang berwarna; dengan demikian isu tentang ras
pada buku sering terpisah, terbatas di akhir bab.
2) Ras itu relevan ketika ras memberikan ketertarikan dalam
organisasional seperti kreativitas dan produktivitas.
3) Perbedaan budaya/ras dilihat sebagai suatu kesamaan
dengan perbedaan internasional.
4) Diskriminasi sosial berakar dari kesemuan identitas dan
kekurangan ras minoritas di tempat kerja.
5) Tempat kerja orang kulit putih dan pekerja adalah norma.

 Robin Clair: memperluas ketertarikan dalam kompleksitas kehidupan


organisasional dan jalur-jalur ras, gender, dan kategori identitas lain
yang berperan secara strategis dalam merespons berbagai lapis
makna. Ia menggunakan gagasan cerita Cherokee untuk menunjukan
bagaimana cerita dibubuhkan satu sama lain—selalu ada lapisan
kontradiksi yang dituju. Clair meneruskan karyanya dalam paradoks
tekanan keheningan suara dengan isu pelecehan seksual. Dalam
analisisnya, ia menemukan bahwa penolakan dan penekanan adalah
sejenis suara dan keheningan tertentu—fenomena komunikasi rumit
yang secara berkesinambungan mengandung dan melawan organisasi
di mana mereka terjadi. Perspektif kritis dalam komunikasi organisasi
adalah area penyelidikan yang sangat kaya. Daya tarik yang kuat
antara teori kritis dan sosial budaya mengenai teori komunikasi
organisasi, tradisi sosial budaya cenderung berpusat pada deskripsi
atau reprentasi perilaku organisasi, sementara tradisi kritis
menguraikan wacana kecurigaan Mumby, secara kritis menilai semua
aspek kehidupan organisasi. Tradisi teori tidak memiliki ciri tersendiri
dan ekslusif satu sama lain, tetapi hubungan satu sama lain yang
membantu untuk memperluas pemahaman kita mengenai proses
komunikasi.

APLIKASI & IMPLIKASI


Melalui komunikasi sebagaimana manusia berinteraksi untuk mencapai tujuan
pribadi dan golongan. Proses komunikasi juga memberi hasil yang beragam,
seperti hubungan otoritas, peranan, jaringan komunikasi, dan iklim organisasi.
Berorganisasi merupakan hasil interaksi antar individu dan kelompok dalam
organisasi, dan semuanya akan memengaruhi interaksi dalam organisasi
tersebut di masa yang akan datang. Ada beberapa poin yang muncul:
1.Organisasi dihasilkan melalui komunikasi.
Semua kecenderungan teori komunikasi organisasi yang ada saat ini
mengakui bahwa organisasi muncul melalui interaksi antar anggotanya.
Dengan kata lain, komunikasi yang dianggap sebagai sebuah alat bantu oleh
anggota organisasi sebenarnya merupakan media yang menjadikan
organisasi tersebut ada. Weick benar, komunikai adalah sebuah proses
berorganisasi, dan karena komunikasi bersifat dinamis, sebuah “organisasi”
hanyalah gambaran dari sebuah proses yang selalu berkembang. Teori
jaringan menunjukan bahwa organisasi bukan hanya terdiri atas sebuah
susunan, tetapi banyak, yang semuanya saling menutupi, menjalankan
beragam fungsi. Teori tersebut juga membantu kita melihat bahwa bentuk-
bentuk ini tidak pernah tetap. Walaupun bentuk-bentuk tersebut sangat
berpola, mereka berubah saat interaksi berkembang
2.Kegiatan organisasi berguna untuk mencapai tujuan
individu dan golongan.
Kegiatan berorganisasi memiliki tujuan karena kehidupan organisasi dipenuhi
oleh tujuan dan tugas. Bekerja dalam sebuah organisasi adalah sebuah
pengalaman kegiatan yang lebih baik. Kita berpartisipasi dalam organisasi
tepatnya karena organisasi memungkinkan kita mencapai sesuatu yang
penting secara pribadi. Sebagian besar komunikasi anda dalam organisasi
membantu anda memenuhi tujuan pribadi anda. Sebagian besar komunikasi
anda juga, diarahkan untuk mencapai tujuan organisasi. Organisasi memiliki
tujuannya sendiri, dan tujuan ini dapat mendukung, menentang, atau
mengabaikan tujuan pribadi. Teori Weber tentang birokrasi ditujukan untuk
membantu organisasi belajar bagaimana mencapai tujuan mereka tanpa
menghiraukan tujuan pekerja. Bagaimana menggabungkan tujuan organisasi
dan tujuan individu? Teori kendali organisasi melihat pada proses alami
kendali konsertif yang berkembang ketika komunikasi menciptakan identitas
organisasi untuk menyejajarkan tujuan individu dan tujuan organisasi.
3.Selain untuk mencapai tujuan, kegiatan komunikasi
menciptakan pola-pola yang memengaruhi kehidupan
organisasi.
Komunikasi memiliki dua sisi. Sisi pertama dari komunikasi organisasi adalah
perannya dalam membolehkan kita mencapai tujuan pribadi. Sisi yang kedua
adalah perannya dalam menciptakan susunan dan aransemen yang
mengatur, membatasi, dan memfokuskan kegiatan kita. Teori strukturasi
mengajarkan bahwa akibat yang tidak diharapkan dari tindakan akan berbalik
pada kita. Dengan kata lain, tindakan komunikasi memiliki maksud tertentu,
tetapi tindakan tersebut menambahkan hasil yang memengaruhi interaksi di
masa yang akan datang dalam cara-cara yang sering kali di luar kesadaran
kita. Salah satu hasil interaksi adalah susunan dalam artian jalur komunikasi
seperti yang diungkapkan oleh analisis jaringan. Namun, jalur komunikasi
hanyalah salah satu dari sekian banyak elemen penyusun sebuah organisasi.
4.Proses komunikasi menciptakan karakter dan budaya
organisasi.
Gerak budaya organisasi menyadari adanya aspek kemanusiaan dalam
organisasi. Pendekatan budaya pada teori organisasi adalh sebuah kemajuan
besar dalam teori-teori organisasi. Secara tradisional, manajemen dipandang
sebagai sebuah proses yang rasional dalam memanipulasi “segala sesuatu”
demi keuntungan organisasi. Pendekatan budaya menunjukan bahwa hal ini
tidak sepenuhnya benar. Pendekatan budaya menyangkal gagasan bahwa
manajer dapat memanipulasi “objek” (seperti bahan baku dan mesin) yang
terpisah dari organisasi iu sendiri. Organisasi tidak hanya berpendapat
dengan ligkungan; organisasi menciptakan lingkungan mereka sendiri
berdasarkan pada konsepsi dan penafsiran bersama. Karakter dan corak
organisasi ditentukan oleh budayanya. Budaya sebuah organisasi
dicerminkan oleh proses kerja dan komunikasi tambahan. Dengan kata lain,
cara organisasi menyusun pekerjaannya (batasan, proses, kendali, dan nilai-
nilai yang dibawanya) dan kontak informal serta gaya komunikasi yang ada
tidak berhubungan langsung dengan pekerjaan (istirahat minum kopi, pesta,
parkiran mobil, obrolan ditempat pendingin air, dan saat-saat informal lainnya)
mencerminkan dan menciptakan budaya organisasi.
5.Pola kekuasaan dan kendali yang muncul dalam komunikasi
organisasi membuka peluang dan menciptakan batasan.
Kekuasaan adalah sebuah hasil yang tidak dapat dielakkan dari interaksi
organisasi. Kekuasaan penting untuk melakukan sesuatu. Kekuasaan
memberikan susunan, mengurangi kebingungan, dan memperkecil
ketidakpastian. Pemberian kekuasaan memungkinkan manusia
menggunakan sumber daya pribadi dan kelompok mereka yang paling
berharga untuk mencapai tujuan. Beragam teori tentang demokrasi organisasi
mendasari sebuah kritik mendalam akan pendekatan struktural dan posisional
pada organisasi. Teori-teori demokrasi membutuhkan dialog, patisipasi, dan
menilai konflik sebagai sebuah cara untuk meningkatkan kehidupan
organisasi dari semua orang yang terlibat. Teori komunikasi telah membuat
sebuah kontribusi yang besar terhadap pemahaman kita tentang organisasi,
dengan menunjukan pentingnya pola komunikasi dalam pembentukan
hubungan jaringan, susunan kekuasaan, dan budaya, karya ini telah
meningkatkan bidang penelitian organisasi
TEORI KOMUNIKASI
(Teori Kritis)

Kelas: F
Nama Kelompok:
Evi Fania (2011-41-111)
Ester Mayang Sari (2011-41-007)
Hariani Dwi Andari (2011-41-146)
Putri Purwanti (2011-41-155)
Sri Maryanti Setyorini (2011-41-126)

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI


Universitas.Prof.DR.Moestopo (Beragama)
JAKARTA
2012

Anda mungkin juga menyukai