Anda di halaman 1dari 3

Nama : Nurussalam

NIM : 1214030091
Jurusan/Kelas : Manajemen Dakwah – 4C
Mata Kuliah : Teori & Perilaku Organisasi

A. Pengertian Teori Organisasi Post-Modernisme


Teori organisasi postmodern merupakan teori yang muncul karena faktor filsafat Nietzshean. karena
faktor filsafat Nietzshean. Menurut Pauline Rosenau mengatakan bahwa postmodern merupakan kritik
yang diberikan merupakan kritik yang diberikan oleh masyarakat modern sebab kegagalan dalam
memenuhi janji. Teori postmodern merupakan teori yang menyiratkan bahwa apa ahwa apa yang
dianggap modern merupakan yang dianggap modern merupakan hal yang tidak modern. Dalam teori
ini terdapat dua hal yaitu mengaburkan dan melawan. Dimana dunia yang modern telah terlewati.
Teori postmodern memandang bahwa koordinasi dalam sebuah organisasi dibangun sebuah organisasi
dibangun melalui melalui kebutuhan pekerjaan, menekankan kepada continous improvement, dalam
organisasi terdiri dari berbagai entitas beragam namun berhubungan satu sama lain, memiliki
kemampuan dalam mengatur dan mengontrol diri sendiri, entitas mengatur dan mengontrol diri
sendiri, entitas tersebut diorganisasikan dan dilibatkan dalam but diorganisasikan dan dilibatkan
dalam pekerjaan, serta informasi disebarluaskan.
Intinya teori postmodern merupakan teori yang lebih melihat dan memperhatikan sifat organisasi,
aliran ini beranggapan bahwa struktur bukan sebagai usaha yang rasional yang menciptakan struktur
yang efektif, teori ini beranggapan bahwa anggota organisasi adalah anggota yang mencari
keuntungan dan prestasi dengan cara mengalahkan pihak lawan dan mampu mengendalikan dan
mengontrol keadaan didalam organisasi.Beberapa isi teori yang masuk antara lain:
• Suatu organisasi terdiri dari berbagai entitas tim yang beragam, namun tetap saling terhubung satu
sama lain. Entitas-entitas tersebut mempunyai kemampuan untuk mengatur dan mengontrol dirinya
sendiri melalui sebuah koordinasi yang bersifat polisentris.
• Koordinasi dibangun melalui kebutuhan pekerjaan.
• Entitas diorganisasikan dalam desain yang sederhana, dimana pekerja sangat diberdayakan dan
dilibatkan dalam setiap pekerjaan, serta informasi disebarluaskan.
• Menekankan pada “continuous improvement” atau perbaikan yang berkesinambungan.
B. Ciri-ciri Post-Modernisme
Terdapat delapan karakter sosiologis postmodern yang menonjol, yaitu :
• Timbulnya pemberontakan secara kritis terhadap proyek modernitas;
memudarnya kepercayaan pada agama yang bersifat transenden (meta-narasi); dan diterimanya
pandangan pluralisme relativisme kebenaran.
• Meledaknya industri media massa, sehingga ia bagaikan perpanjangan dari sistem indera, organ dan
saraf kita, yang pada urutannya menjadikan dunia menjadi terasa kecil
• Munculnya radikalisme etnis dan keagamaan. Fenomena ini muncul diduga sebagai reaksi atau
alternatif ketika orang semakin meragukan terhadap kebenaran sains, teknologi dan filsafat yang
dinilai gagal memenuhi janjinya untuk membebaskan manusia, tetapi sebaliknya, yang terjadi adalah
penindasan.
• Munculnya kecenderungan baru untuk menemukan identitas dan apresiasi serta keterikatan
rasionalisme dengan masa lalu.
• Semakin menguatnya wilayah perkotaan (urban) sebagai pusat kebudayaan, dan wilayah pedesaan
sebagai daerah pinggiran. Pola ini juga berlaku bagi menguatnya dominasi negara maju atas negara
berkembang.Ibarat negara maju sebagai “titik pusat” yang menentukan gerak pada “lingkaran
pinggir”.
• Semakin terbukanya peluang bagi klas-klas sosial atau kelompok untuk mengemukakan pendapat
secara lebih bebas.
C. Tokoh-tokoh Post-Modernisme
1. James March dan Herbert Simon dengan konsepnya: “Batas-Batas Kognitif Terhadap Rasionalitas”
Herbert simon sendiri merumuskan bahwa manajemen adalah decision making, sehingga jalan yang
paling baik untuk menganalisis organisasi adalah menganalisis struktur dan proses pembuatan
keputusan.March dan Simon menentang gagasan klasik mengenai keputusan rasional dan optimum.
Mereka berargumentasi bahwa mayoritas pengambil keputusan memilih alternatif yang memuaskan
dengan alternative yang cukup baik. Hanya pada kasus-kasus yang luar biasa mereka akan mencari
dan menyeleksi alternatif yang optimal.
March dan Simon menganjurkan agar model teori organisasi diubah dengan model yang sangat
berbeda dengan pandangan organisasi sebagai sistem kerjasama yang rasional. Secara komprehensif
dan rasional objektif, menurut Herbert Simon, decision making dalam organisasi mengikuti prinsip
bounded rationality (batas rasionalitas):“Kapasitas ingatan manusia untuk memformulasikan
danmenyelesaikan masalah yang kompleks, sangat kecil jika dibandingkandengan kenyataan ukuran
masalah yang harus diselesaikan.” Simon mengidentifikasikan tiga kategori batasan individu yaitu,
mental skills (kecakapan mental), habits (kebiasaan), dan reflexes (refleks) oleh pengetahuan yang
luas dan keunggulan informasi serta oleh nilai atau konsep tujuan organisasi (Simon, 1976:40-
41,241).Konsekuensi dari bounded rationality, bahwa perilaku organisasi dalam membuat keputusan
harus mempunyai dua cara yaitu :
• Memuaskan, mencari cara untuk menyelesaikan masalah dengan optimal sehingga keputusan
tersebut akan memuaskan.
• Organisasi dan perilaku organisasi akan mempermudah proses keputusan, rutin, aturan, dan
diaplikasikan untuk mengurangi keragu-raguan.
2. Jeffrey Pfeffer dengan konsep “Organisasi Sebagai Arena Politik”Jeffrey Pfeffer menciptakan suatu
model teori organisasi yang memuat koalisi kekuasaan, konflik-konflik inherent pencapaian tujuan
organisasi, dan keputusankeputusan yang diambil seputar bagaimana mendesain organisasi yang
mendukung kepentingan pribadi dari mereka yang berkuasa. Pfeffer mengusulkan agar kendali di
dalam organisasi menjadi tujuan ketimbang hanya sebagai alat untuk mencapai tujuantujuan yang
rasional, seperti produksi output yang efisien.
3. David Osborne dengan konsep “Reinventing Government dan Banishing Bureaucracy”
• Reiventing Government Menurut David Osborne dan Peter Plastrik (1997) dalam bukunya
“Memangkas Birokrasi”, Reinventing Government adalah “transformasi sistem dan organisasi
pemerintah secara fundamental guna menciptakan peningkatan Osborne dan Plastrik(1997)
mengajukan lima macam strategi dalam melakukan perubahan pada organisasi pemerintah yaitu:
1) The Core Strategy (Strategi Inti)
2) The Consequences Strategy (Strategi Konsekuensi)
3) The Customer Strategy (Strategi Pelanggan)
4) The Control Strategy (Strategi Kontrol)
5) The Culture Strategy (Strategi Budaya)
4. Ikujiro Nonaka dengan konsep “Penciptaan Pengetahuan Keorganisasian”(knowledge creation)
Nonaka menjelaskan tentang arti pentingnya “knowledge creation” dalam organisasi. Knowledge ini
merupakan penegetahuan yang dikombinasikan dengan pengalaman Penciptaan pengetahuan
keorganisasian (organizational knowledgecreation) yaitu kemampuan sebuah organisasi secara
keseluruhan untuk menciptakan :
• Pengetahuan baru,
• Menyebarkannya melalui seluruh sistem yang ada,
• Memasukkannya ke dalam produk-produk, servis dan sistem-sistem; dan
• Maka komponen yang paling mendasar serta universal organisasi adalahpengetahuan manusia
(human knowledge).Selanjutnya Ikujiro Nonaka juga membagi pengetahuan yang dapat dikelola
menjadi 2 (dua) tipe yaitu:
1) Explicit Knowledge: pengetahuan yg tertulis terecord bisa ditelusuri dengan bahasa yg jelas dan
lugas. Explicit knowledge lebih mudah untuk dikodifikasi dan bersifat lebih formal dan sistematis
sehigga lebih mudah dikomunikasikan.
2) Tacit Knowledge: Kumpulan pengetahuan yg ada dlm otak seseorang sesuai dengan pemahaman
dan pengalamannya. Sifatnya tidak tertulis tetapi melekat erat. Biasanya berbasis pada observasi.
Pengalaman, kebiasaan. Pengetahuannya dapat ditransfer melalui tatap muka.Merupakan key
component dalam inovasi. Tacit knowledge lebih sulit dan bersifat pribadi, pengetahuan ini tidak
terstruktur dan oleh karena itu sangat sukar disusun maka pengetahuan ini hampir tidak dapat
dikomunikasikan.

Anda mungkin juga menyukai