Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH PSIKOTERAPI

“Asosiasi Bebas dan Analisis Mimpi”

Dosen Pengampu :
EKA INDAH NURMAWATI , M.Psi., Psikolog

Kelompok 2

Titis Alkorni (18090000099)


Gita Puja Kartika P. (18090000100)
Maria Nikita (18090000102)

UNIVERSITAS MERDEKA MALANG


FAKULTAS PSIKOLOGI
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala
rahmat dan kuasa-Nya sehingga makalah “Asosiasi Bebas dan Analsia
Mimpi” ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga
mengucapkan terima kasih atas bantuan dari pihak-pihak yang telah
membantu kami dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pikiran.

Kami berharap makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi


pembaca dalam rangka menambah pengetahuan bagi pembaca
mengenai segala sesuatu tentang pendidikan masa dini dan pendidikan
keluarga. Kami juga berharap semoga materi yang tercantum di dalam
makalah ini juga dapat dimengerti dengan mudah oleh pembaca. Seperti
pepatah yang mengatakan : “Tak ada gading yang tak retak”, begitu pula
dengan makalah yang telah kami susun ini. Kami sangat menyadari
bahwa isi dalam makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kami berharap adanya kritik dan saran yang dapat membangun kami
dalam rangka menyempurnakan makalah ini.

Malang, Maret 2021

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... ii

DAFTAR ISI ............................................................................................... iii

BAB I : PENDAHULUAN ........................................................................... 4

A. Latar Belakang ................................................................................ 4


B. Rumusan Masalah .......................................................................... 5
C. Tujuan .............................................................................................. 5

BAB II : PEMBAHASAN ..............................................................................

A. Asosiasi Bebas ..................................................................... 7


a. Definisi ........................................................................................7
b. Sejarah ........................................................................................7
c. Tujuan .........................................................................................8
d. Prinsip Dasar Teknik ...................................................................9
e. Contoh Kasus ............................................................................10
B. Analisis Mimpi ..................................................................... 11
a. Definisi .......................................................................................11
b. Sejarah ......................................................................................11
c. Tujuan .......................................................................................12
d. Prinsip Dasar Teknik .................................................................13
e. Contoh Kasus ............................................................................14

BAB III : PENUTUP ................................................................................. 16

A. Kesimpulan .................................................................................... 16

ii
DAFTAR PUSTAKA 18BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada awal pertumbuhannya, yang menjadi obyek kajian
psikologi adalah kesadaran. Oleh karena itu, tugas dari pada
psikolog hanya untuk menganalisis kesadaran, yang mana
kesadaran digambarkan terdiri dari unsur-unsur struktural yang
sangat erat hubungannya dengan proses empiris.
Di tengah-tengah psikolog yang memprioritaskan
penelitiannya pada kesadaran dan memandang kesadaran sebagai
aspek utama dari kehidupan mental, muncul seorang dokter muda
dr. Wina dengan gagasan yang radikal dimana ia mengatakan
bahwa kesadaran itu hanyalah sebagian kecil saja dari kehidupan
mental sedangkan bagian yang terbesar justru alam tidak sadar
atau alam ketidaksadaran.
Istilah ketidaksadaran yang lebih dikenal dengan sebutan
psikoanalisa ini diciptakan oleh Freud. Psikoanalisa itu sendiri
secara umum dapat dikatakan sebagai suatu pandangan baru
tentang manusia dimana ketidak sadaran memainkan perananan
sentral. Teori ini dari praktek dan bukan sebaliknya. Psikoanalisa
ditemukan dalam usaha untuk menyembuhkan pasien-pasien
histeris. Baru kemudian Freud menarik kesimpulan-kesimpulan
teoritis dari penemuannya di bidang praktek. Dalam teori
psikoanalaisa ini terdapat tiga aspek penting yang meliputi
psikoanalisa sebagai aspek kepribadian, sebagai aspek teknik
evaluasi kepribadian dan sebagai teknik terapi.
Asosiasi Bebas adalah teknik utama dalam konseling
psikoanalitik. Sasaran yang hendak dicapai adalah membuka pintu-
pintu untuk mengungkapkan keinginan yang tidak disadari,
fantasi, konflik, dan motivasi mativasi, untuk mengungkap
pengalaman-pengalaman di masa lalu, untuk melepaskan

1
perasaan-perasaan yang selama ini mengalami pemblokiran. klien
mengemukakan segala sesuatu melalui perasaan ataupemikiran
dengan melaporkan secepatnya tanpa sensor. Metode ini adalah
metode mengungkapkan pengalaman masa lampau dan
penghentian emosi-emosi yang berkaitan dengan situasi traumatik
dimasa lalu, klien memperoleh pengetahuan dan evaluasi diri
sendiri Tujuan Asosiasi Bebas yaitu Membentuk kembali struktur
karakter individu dengan jalan membuat kesadaran yg tak disadari
didalam diri klien Fokus pada upaya mengalami kembali
pengalaman masa anak-anak pada diri konseli. Konseli dapat
mengungkapkan masa lalu, melepaskan, dan menghentikan emosi-
emosi yang berhubungan dengan pengalaman traumatik masa lalu,
atau yang disebut dengan istilah katarsis.
Analisis mimpi merupakan prosedur yang penting untuk
membuka hal-hal yang tidak disadari dan membatu klien untuk
memperoleh penjelasan kepada masalah-masalah yang belum
terpecahkan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan asosiasi bebas dan analisis
mimpi?
2. Bagaimana sejarah yang melatarbelakangi teknik asosiasi
bebas dan analisis mimpi?
3. Apa tujuan dari teknik asosiasi bebas dan analisis mimpi?
4. Bagaimana prinsip dasar yang digunakan dalam teknik
asosiasi bebas dan analisa mimpi?
5. Bagaimana contoh kasus dalam teknik asosiasi bebas dan
analisa mimpi?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan asosiasi bebas
dan analisis mimpi.
2. Untuk mengetahui bagaimana sejarah yang melatarbelakangi
teknik asosiasi bebas dan analisis mimpi.

2
3. Untuk mengetahui apa tujuan dari teknik asosiasi bebas dan
analisis mimpi.
4. Untuk mengetahui bagaimana prinsip dasar yang digunakan
dalam teknik asosiasi bebas dan analisa mimpi.
5. Untuk mengetahui bagaimana contoh kasus dalam teknik
asosiasi bebas dan analisa mimpi.

3
6.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Asosiasi Bebas
a. Pengertian Teknik Asosiasi Bebas
Teknik ini menuntut klien untuk mengatakan segala
sesuatu yang muncul dalam kesadarannya dengan leluasa,
tanpa perlu berusaha membuat uraian yang logis, teratur dan
penuh arti. Terapi psikoanalisis menggunakan asosiasi bebas
untuk mengungkap alam bawah sadar klien terhadap suatu
perilaku yang dianggap klien mengganggu atau yang menurut
orang lain menyimpang.
b. Sejarah Asosiasi Bebas
Pada awalnya, Joseph Breuer yang merupakan kolega
Sigmund Freud melakukan terapi bicara melalui katarsis.
Ketika klien menjalani terapi katarsis mengungkapkan hal-hal
yang emosional secara spontan, bebas, tanpa hambatan dan
dibicarakan dalam keadaan hipnosis. Klien juga diberikan
sugesti-sugesti agar bersedia untuk terbuka dan menceritakan
keluhan-keluhannya. Hal ini menjadi perbedaan yang
mencolok dengan Sigmund Freud karena Sigmund Freud
melakukan pembicaraan dengan klien tidak dilakukan dalam
keadaan hipnosis, melainkan klien dalam keadaan sadar, dan
dengan tindakan aktif. Pada tahun 1884, Sigmund Freud
berpisah dengan Joseph Breuer. Setelah itu Sigmund Freud
semakin memperhatikan alam ketidaksadaran dan melakukan
analisis-analisis mengenai dasar-dasar timbulnya neurosis.
Pada tanggal 30 Maret 1896, muncul istilah
psikoanalisis yang mendasarkan pada pernyataan Sigmund
Freud bahwa dengan psikoanalisis dilakukan upaya untuk
mempengaruhi proses-proses psikologis dengan cara

4
psikologis. Dalam melakukan kegiatan psikoanalisis, Sigmund
Freud tidak lagi memakai teknik hipnosis. Demikian pula
dalam menghadapi kasus-kasus histeria, ia mulai memakai
teknik asosiasi bebas, yakni teknik yang kemudian menjadi
dasar dari psikoanalisis.
Sigmund Freud menemukan teknik asosiasi bebas
setelah ia melihat bahwa beberapa dari kliennya tidak bisa
dihipnosis atau tidak memberikan tanggapan terhadap sugesti
atau pertanyaan yang diberikan. Hal ini kemudian
mendorongnya untuk menemukan cara lain agar klien bisa
dipengaruhi untuk mengemukakan hal-hal atau peristiwa-
peristiwa yang diingatnya. Salah seorang klien Sigmund Freud
yang bernama Elizabeth Von R. mengemukakan kepada
Sigmund Freud bahwa dengan pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan Sigmund Freud justru menghambat kelancaran untuk
mengemukakan pikiran-pikirannya. Dalam teknik ini, Sigmund
Freud juga melatih diri untuk lebih banyak membiarkan klien
berbicara tanpa diarahkan. Sejak saat itulah permulaan dari
teknik psikoanalsis yang kemudian dipelajari dan
dikembangkan oleh para ahli.
c. Tujuan Asosiasi Bebas
Asosiasi bebas merupakan salah satu teknik pokok
dalam teori psikoanalisa yang bertujuan untuk memberi
kebebasan pada klien dengan cara mengatakan apa saja
yang dirasakan, dipikirkan, serta apa saja yang direnungkan
dalam pikiran klien tanpa memandang baik buruknya atau
logis tidaknya hal-hal tersebut, sehingga klien dapat terbuka
dalam mengungkapkan apa yang ada dalam pikirannya.
Sasaran yang hendak dicapai adalah membuka pintu-pintu
untuk mengungkapkan keinginan yang tidak disadari, fantasi,
konflik, dan motivasi-motivasi, untuk mengungkap
pengalaman-pengalaman di masa lalu, untuk melepaskan

5
perasaan-perasaan yang selama ini mengalami pemblokiran.
Fokus pada upaya mengalami kembali pengalaman masa
anak-anak pada diri konseli.
d. Prinsip Dasar Teknik Asosiasi Bebas
Prinsip dasar dari teknik asosiasi bebas yaitu konselor
akan memerintahkan klien untuk menjernihkan pikirannya dari
pemikiran sehari-hari dan sebanyak mungkin untuk
mengatakan apa yang muncul dalam kesadarannya. Tugas
klien adalah mengemukakan segala sesuatu melalui perasaan
atau pikiran dengan melaporkan secepatnya tanpa ada yang
perlu ditutupi. Asosiasi bebas merupakan salah satu metode
pengungkapan pengalaman masa lampau dan penghentian
emosi-emosi yang berkaitan dengan situasi traumatik di masa
lalu . Hal tersebut dikenal dengan istilah katarisis. Katarisis
secara sementara dapat mengurangi pengalaman klien yang
menyakitkan, akan tetapi tidak memegang peranan utama
dalam proses penyembuhan klien. Sebagai suatu cara
membantu klien memperoleh pengetahuan dan evaluasi diri
sendiri, konselor akan menafsirkan makna-makna yang
menjadi kunci dari proses psikoterapi asosiasi bebas. Selama
asosiasi bebas berlangsung tugas konselor adalah untuk
mengidentifikasi hal-hal yang menjadi kunci atau pokok
permasalahan klien dalam alam bawah sadar.
Cara terapinya yaitu konselor akan meminta klien
berbaring di dipan khusus (couch) dan konselor duduk
dibelakangnya, jadi posisi klien menghadap ke arah lain tidak
bertatapan secara langsung dengan konselor. Klien diminta
untuk mengemukakan apa yang muncul dalam pikirannya
dengan bebas, tanpa merasa terhambat, tertahan dan tanpa
harus memilih mana yang dianggap penting atau tidak
penting. Konselor yang duduk di belakang dipan khusus pada
dasarnya mendengarkan tanpa menilai atau memberi kritik

6
dan memperlihatkan sikap ingin mengetahui lebih banyak
tentang klien. Namun pada saat-saat tertentu, konselor dapat
memotong asosiasi bebas yang sedang dikemukakan oleh
klien bilamana dianggap penting untuk memperjelas asosiasi-
asosiasi satu dengan lainnya.
e. Contoh Kasus Asosiasi Bebas
Klien seorang perempuan, 26 tahun dengan gangguan
skizofrenia paranoid dan diterapi menggunakan pendekatan
psikoanalisis dan teknik yang digunakan adalah teknik
asosiasi bebas. Pada sesi I ini terapis dan klien membangun
komunikasi yang nyaman dan membangun kepercayaan.
Setelah terbentuknya rasa kepercayaan dan dukungan yang
lebih besar, terapis mulai mendorong klien untuk mengkaji
berbagai hubungan interpersonalnya. Kemudian klien diminta
untuk mengungkapkan apa saja pikiran dan perasaan; yang
terlintas dalam pikirannya saat itu tanpa ada hal-hal yang
disensor (moment catarsis). Dan terapis membantu klien
untuk menganalisa mengenai hal-hal yang dikatarsiskan.
Setelah itu terapis membantu dan membimbing klien untuk
bisa insigth. Setelah itu terus menerus menginterpretasikan
dan mengidentifikasikan masalah klien. kemudian berusaha
mengajak klien merealisasikan hal-hal yang didapat dari
insigth.
Pada sesi II yaitu teknik asosiasi bebas. Pada sesi ini
klien diminta untuk mengungkapkan apa saja pikiran dan
perasaan; yang terlintas dalam pikirannya saat ini tanpa ada
hal yang disensor (katarsis). "Terapi membantu klien
menganalisa mengenai hal-hal yang dikatarsiskan, kemudian
terapis membimbing klien untuk insight, dengan terus-
menerus menginterpretasi dan mengidentifikasi masalah klien
dan kemudian mengajak klien merealisasikan hal yang
didapatkan dari insight.

7
B. Analisis Mimpi
a. Definisi Analisis Mimpi
Analisis mimpi merupakan prosedur yang penting untuk
membuka hal-hal yang tidak disadari dan membatu klien untuk
memperoleh penjelasan kepada masalah-masalah yang
belum terpecahkan. Freud melihat bahwa mimpi sebagai
“royal to the uncouncious”, dimana dalam mimpi semua
keinginan, kebutuhan,dan ketakutan yang tidak disadari
diekspresikan. Beberapa motivasi yang tidak diterima oleh
orang lain dinyatakan dalam simbolik dari pada secara terbuka
dan langsung.
b. Sejarah Analisis Mimpi
Sigmund Freud pernah berkata bahwa, “mimpi
menyodorkan petunjuk tentang alam bawah sadar manusia”.
Hal itu ia ungkapkan ketika menerbitkan sebuah buku
berjudul, The Interpretation of Dreams, pada awal abad ke-20.
Sigmund Freud menghadirkan sebuah teori baru yang
revolusioner mengenai mimpi. Menurutnya, mimpi dapat
menunjukkan berbagai keinginan yang ditekan oleh alam
sadar kita, bahkan mimpi buruk sekalipun. Bagi Sigmund
Freud pikiran manusia selalu dalam keadaan “berperang”,
baik antara alam sadar dan alam bawah sadar; masa lalu dan
masa sekarang; ataupun dorongan hati dan pengekangan.
Menyoroti alam bawah sadar adalah kunci untuk
menyembuhkan penyakit mental yang sering dialami
seseorang, demikian yang dipercayai Sigmund Freud. Dalam
bukunya, ia menulis bahwa objek yang muncul di dalam mimpi
sering kali bermakna simbolis. Ular, misalnya, dapat berarti
kenangan buruk yang pernah dialami sang pemilik mimpi
ketika ia masih kecil.

8
Menurut Sigmund Freud, peristiwa yang terjadi di
dalam mimpi, pasti sebuah keinginan masa kecil seseorang
yang belum pernah terlaksana. Ia pun menulis dalam bukunya
mengenai penekanan keinginan yang dianggap tidak tepat
oleh alam sadar, seperti keinginan untuk membunuh, dapat
memberikan kecemasan, yang akhirnya akan berujung pada
penyakit mental. Ia kemudian menetapkan psikoanalisis
sebagai metode yang tepat untuk memecahkan trauma atau
keinginan menyimpang seseorang.
Sigmund Freud memiliki ketertarikan pada bidang
psikologis, dan ia pun sempat belajar pada Jean Charcot,
seorang ahli saraf dari Prancis yang menggunakan metode
hipnosis untuk merawat kondisi saraf, misalnya kelumpuhan
saraf. Sigmund Freud pun lalu mengalihkan perhatiannya
pada psikoterapi.
Ia mulai meninggalkan metode hipnosis, dan lebih
memilih untuk membiarkan pasiennya mengungkapkan apa
yang dipikirkannya secara spontan. Sigmund Freud ingin
melihat bagaimana alam bawah sadar bekerja tanpa ada
tekanan dari alam sadarnya. Ia menggabungkan informasi
spontan dengan mimpi yang dialami oleh pasiennya.
Penelitian yang dilakukan oleh Sigmund Freud tersebut
menghasilkan sebuah buku, The Interpretation of Dreams,
yang diterbitkan pada 1899. Buku itu menjadi senjata utama
bagi Freud untuk memperkenalkan gagasan-gagasannya.
Walaupun banyak orang yang mengkritik gagasannya
tersebut, bahkan hingga puluhan tahun setelah kematiannya
pada 1939, penemuan Sigmund Freud mengenai alam bawah
sadar dan pengalaman masa kanak-kanak, telah banyak
membantu perkembangan dunia medis.
c. Tujuan Analisis Mimpi

9
Analisis mimpi merupakan salah satu teknik psikoterapi
yang menerapkan teori psikoanalisa dengan tujuan untuk
membuka kembali hal-hal yang tidak disadari dan membatu
klien untuk memperoleh penjelasan terhadap masalah-
masalah yang belum terpecahkan.
d. Prinsip Dasar Teknik Analisis Mimpi
Selama tidur, pertahanan menjadi lemah dan perasaan-
perasaan yang tertekan menjadi muncul ke permukaan. Freud
melihat bahwa mimpi sebagai “royal to the uncouncious” (jalan
istimewa menuju ketidaksadaran), dimana dalam mimpi
semua keinginan, kebutuhan,dan ketakutan yang tidak
disadari diekspresikan.
Dalam analisis mimpi ini, mimpi dipandang sebagai
jalan utama menuju ke alam tak sadar. Karena mimpi juga
diartikan sebagai pemuasan yang melambangkan dari
keinginan-keinginan dan sebagian besar isinya mencerminkan
pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak awal. Dari
analisis mimpi tersebut konselor dapat memahami konflik
yang dihadapi oleh klien. Teknik ini membuka hal-hal yang
tidak disadari dan memberi kesempatan pada klien untuk
masalah-masalah yang belum terpecahkan.
Mimpi memiliki dua taraf, yaitu isi laten dan isi
manifes. Isi laten terdiri atas motif-motif yang disamarkan,
tersembunyi, simbolik, dan tidak disadari. Karena begitu
menyakitkan dan mengancam, maka dorongan-dorongan
seksual dan perilaku agresif tak sadar (yang
merupakan isi laten) ditransformasikan ke dalam isi
manifes yang lebih dapat diterima, yaitu impian yang
tampil pada si pemimpi sebagaimana adanya.
Tugas konselor adalah mengungkap makna-makna
yang disamarkan dengan mempelajari simbol-simbol yang
terdapat dalam isi manifes. Di dalam proses terapi, konselor

10
juga dapat meminta klien untuk mengasosiasikan secara
bebas sejumlah aspek isi manifes impian untuk
mengungkap makna-makna yang terselubung.
e. Contoh Kasus Analisis Mimpi
Ana memiliki teman dekat dimana dari kecil ia adalah
anak yang penakut akan hal-hal gaib. Sehingga, semasa kecil
ia selalu takut untuk menonton film seram. Ditambah lagi
mendengar cerita seram dari orang-orang terdekatnya.
Namun hal itu tetap dia lakukan. Sampai-sampai dia pernah
terbawa mimpi akibat menonton film seram yang
menyebabkan dia ngompol karena rasa takut yang dia
rasakan. Disamping itu, dia juga termasuk anak yang sangat
aktif & dalam melakukan suatu aktivitas. Setiap pulang
sekolah dia bermain bersama teman-teman. Namun, hal itu
membuat ayahnya marah. Karena setiap pulang sekolah dia
suka bermain, yang seharusnya tidur siang. Sehingga
keniginan untuk bermain sering tertunda. Jika ayahnya tidak
dirumah dia suka bermain. Begitu pula sebaliknya, jika beliau
ada dirumah pastinya dia tidak boleh keluar dan disuruh tidur
siang. Itu adalah kasus yang dialami oleh teman Ana dari
umur 6-10 tahun. Sehingga, pada tahun-tahun tersebut
perkembangan kepribadian teman Ana mengalami gangguan
yang menyebabkan dirinya berperilaku sama pada tahun
sebelumnya (terjadi regresi).
Pembahasan:
Kasus yang teman Ana alami adalah mengompol
sewaktu berusia 6-10 tahun akibat rasa takut akan hal-hal
gaib dan tertundanya melakukan aktivitas yang aktif seperti
bermain hingga terbawa mimpi. Kasus tersebut kami
hubungkan dengan teori psikanalisis oleh Sigmund freud
khususnya mengenai analisis mimpi. Freud bekerja sangat
dipengaruhi orang-orang ahli analisis mimpi. Bukunya "the

11
Interpretation of Dream Die" traumdeutung; pertama kali
diterbitkan tahun 1899. Di sini, ia menjelaskan bahwa mimpi
sering dikaitkan dengan keinginan-pemenuhan.
Dia menjelaskan bahwa analisis mimpi perlu dikaitkan
dengan peristiwa yang terjadi pada pemimpi dalam kehidupan
nyata. "Terutama untuk peristiwa yang terjadi pada hari
sebelumnya. Sebagian besar mencerminkan interpretasi
mimpinya ketakutan, keinginandan emosi yang ada dalam
pikiran bawah sadar kita. bahkan mimpi negatif dapat
ditafsirkan sebagai peristiwa yang pemimpi berharap tidak
akan terjadi. Hal ini terjadi pada teman saya, karena setiap
menonton dan mendengar hal-hal yang gaib membuatdirinya
ketakutan hingga terbawa ke dalam mimpi dan mengompol
yang tidak dia harapakan terjadi.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Teknik asosiasi bebas menuntut klien untuk mengatakan
segala sesuatu yang muncul dalam kesadarannya dengan leluasa,
tanpa perlu berusaha membuat uraian yang logis, teratur dan
penuh arti. Sigmund Freud menemukan teknik asosiasi bebas
setelah ia melihat bahwa beberapa dari kliennya tidak bisa
dihipnosis atau tidak memberikan tanggapan terhadap sugesti atau
pertanyaan yang diberikan. Asosiasi bebas merupakan salah satu
teknik pokok dalam teori psikoanalisa yang bertujuan untuk
memberi kebebasan pada klien dengan cara mengatakan apa saja
yang dirasakan, dipikirkan, serta apa saja yang direnungkan dalam
pikiran klien tanpa memandang baik buruknya atau logis tidaknya
hal-hal tersebut. Prinsip dasar dari teknik asosiasi bebas yaitu
konselor akan memerintahkan klien untuk menjernihkan pikirannya
dari pemikiran sehari-hari dan sebanyak mungkin untuk
mengatakan apa yang muncul dalam kesadarannya.
Analisis mimpi merupakan prosedur yang penting untuk
membuka hal-hal yang tidak disadari dan membatu klien untuk
memperoleh penjelasan kepada masalah-masalah yang belum
terpecahkan. Sigmund Freud menghadirkan sebuah teori baru yang
revolusioner mengenai mimpi. Menurutnya, mimpi dapat
menunjukkan berbagai keinginan yang ditekan oleh alam sadar
kita, bahkan mimpi buruk sekalipun. Analisis mimpi merupakan
salah satu teknik psikoterapi yang menerapkan teori psikoanalisa
dengan tujuan untuk membuka kembali hal-hal yang tidak disadari
dan membatu klien untuk memperoleh penjelasan terhadap
masalah-masalah yang belum terpecahkan. Dalam analisis mimpi
ini, mimpi dipandang sebagai jalan utama menuju ke alam tak

13
sadar. Karena mimpi juga diartikan sebagai pemuasan yang
melambangkan dari keinginan-keinginan dan sebagian besar isinya
mencerminkan pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak awal.
Dari analisis mimpi tersebut konselor dapat memahami konflik yang
dihadapi oleh klien.

14
DAFTAR PUSTAKA

Guze, Barry (1994). Melfiawati Setio, ed. Buku Saku Psikiatri. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC. hlm. 549. ISBN 979-448-348-6.
Hall, Calvin S. (1993). A.Supratiknya, ed. Teori-Teori Psikodinamik (Klinis).
Yogyakarta: Penerbit Kanisius. hlm. 100. ISBN 979-497-001-8.
Reber, Arthur S. (2010). Yudi Santoso, ed. Kamus Psikologi. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar. hlm. 75. ISBN 978-602-8764-26-1.
Singgih D., Gunarsa (2007). Staf Redaksi BPK Gunung Mulia, ed.
Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: BPK Gunung Mulia. hlm. 166. ISBN
978-979-415-923-1.

Corey, Gerald. (2005). Teori dan Praktek KONSELING & PSIKOTERAPI.


Bandung: PT. Rafika Aditama.

Hall. Calvin., & Gardner Lindzaey. (1993). Teori-Teori Psikodinamik (klinis).


(Penerjemah: A. Supratiknya). Yogyakarta: Kanisius.

Selvera. Nidya Rizky. (2013). Teknik asosiasi bebas dan psikoedukasi


untuk mengenali gejala penderita skizofrenia paranoid. Jurnal Prosedia
Studi Kasus dan Intervensi Psikologi Volume 1.

Skripsi Konseling Psikoanalisa Untuk Mengurangi Self Injury Melukai Diri


Sendiri) Pada Seorang Karyawan Di Surabaya

Raftery, Miriam. 2008. 100 Buku yang Berpengaruh di Dalam Sejarah


Dunia. Tanggerang : Karisma

Nugroho, A. F. (2018). Teori-Teori Bimbingan Konseling dalam


Pendidikan. Jurnal Tawadhu, 2(1), 428-446.

Wahidah, E. Y. (2017). Resistensi dalam Psikoterapi Terhadap Trauma


KDRT Pada Anak (Perspektif Psikoanalisa). AL-MURABBI: Jurnal Studi
Kependidikan dan Keislaman, 3(2), 159-177.

15
16

Anda mungkin juga menyukai