Anda di halaman 1dari 14

Kelompok 6

(Akhlak Dalam Berkeluarga)


Derby Adiluhung (18090000082)
Selvia Sella Monica (18090000106)
Shofi Royani (18090000109)
Muhammad Satrioaji (18090000137)
Rindykha Khazannah K (18090000149)
Alda Meyka Wika Putri (18090000161)
Viona Citra Devi (18090000175)
Akhlak dalam
Berkeluarga
Hidup berkeluarga, menurut Islam, harus diawali dengan pernikahan. Pernikahan
itu sendiri merupakan upacara suci yang harus di lakukan oleh kedua calon
pengantin, harus ada penyerahan dari pihak wali pengantin putri (Ijab), harus ada
penerimaan dari pihak pengantin putra (Qabul) dan harus disaksikan oleh dua
orang saksi yang adil.

Menurut Prof. Dr. Sayyid Muhammad Al-Maliki, ulama besar dari kota Makkah,
dalam bukunya Adabul Islam Fi Nidzaamil Usrah, menerangkan pentingnya
adab, etika, dan akhlak pasangan suami-istri dalam berkeluarga. Dalam bukunya
dijelaskan tentang pentingnya akhlak pergaulan baik dari pihak suami maupun
istri. Keduanya sama-sama memiliki kewajiban dan keharusan untuk menjadikan
akhlak rumah tangga nabi sebagai pedoman yang paripurna.
Kewajiban dan Hak Suami Terhadap Istri
Kata hak berasal dari bahasa Arab haqqun yang memiliki makna, di antaranya
hak yang berarti ketetapan. Sedangkan, kewajiban adalah apa yang mesti
dilakukan seseorang terhadap orang lain. Kata kewajiban berasal dari kata wajib
yang berarti keharusan untuk berbuat sesuatu. Kewajiban timbul karena hak
yang melekat pada subyek hukum.

Terkait hak dan kewajiban suami istri terdapat dua hak, yaitu kewajiban yang
bersifat materil dan kewajiban yang bersifat immaterial. Bersifat materil berarti
kewajiban Zahiratau yang merupakan harta benda, termasuk mahar dan nafkah.
Sedangkan kewajiban yang bersifat immaterial adalah kewajiban batin seorang
suami terhadap istri, seperti memimpin istri dan anak-anaknya serta bergaul
dengan istrinya dengan baik.
Beberapa kewajiban dan hak
suami terhadap istri antara lain:
01 03
Mahar Ihsan al-‘Asyarah

02 04
Nafkah Membimbing dan
Mendidik Keagamaan Istri
Kewajiban dan Hak Istri
Terhadap Suami
1) Taat kepada suami
Mentaati suami merupakan perintah Allah SWT. Sebagaimana yang tersirat dalam Al-Qur’an
Surah An-Nisa ayat 34 yang artinya:

Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan
sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki)
telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang salehah ialah
yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah
telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka
nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka.
Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk
menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.
2) Mengikuti tempat tinggal suami
Dalam hal ini seorang istri harus mengikuti dimanapun suami
bertempat tinggal, baik di rumah orang tuanya atau di tempat
kerjanya. Karena hal tersebut merupakan kewajiban seorang istri
untuk mengikuti dimana suami bertempat tinggal, sebagaimana
firman Allah SWT sebagai berikut, yang artinya:

“Tempatkanlah mereka (para istri) di mana kamu


(suami) bertempat tinggal menurut kemampuan
kamu…”
(QS. Ath Thalaaq: 6)
3) Menjaga diri saat suami tak
ada
Seorang wanita yang sudah menikah dan memulai rumah tangga maka harus
membatasi tamu-tamu yang datang ke rumah. Ketika ada tamu lawan jenis
maka yang harus dilakukan adalah tidak menerimanya masuk ke dalam rumah
kecuali jika ada suami yang menemani dan seizin suami. Karena perkara yang
dapat berpotensi mendatangkan fitnah haruslah dihindari.

Allah SWT berfirman, “Wanita shalihah adalah yang taat kepada Allah dan
menjaga diri ketika suaminya tidak ada oleh karena Allah telah memelihara
mereka.” (QS. Annisa: 34)
Status Harta dalam
Keluarga
1) Barang bawaan
Yang dimaksud barang bawaan adalah segala macam
perabot/peralatan & perlengkapan rumah tangga yang disiapkan oleh
sang istri beserta keluarga yang akan digunakan bersama suaminya
ketika sudah menikah. Meski begitu, harta istri masih menjadi hak
dari istri demikian juga dengan harta suami yang masih menjadi hak
bagi suami. Menurut Pasal 89 & 90 Inpres No. 1 Thn. 1991, baik
suami maupun istri berkewajiban dan bertanggung jawab atas
pemeliharaan harta masing–masing maupun milik bersama.
2) Harta Bersama
Harta Bersama yang dimaksud ini berupa benda tidak bergerak, benda bergerak, dan
surat-surat berharga. Sementara yang tak berwujud bisa berupa hak ataupun
kewajiban. Terkait dengan hal ini, harta bersama tersebut dapat dijadikan jaminan
oleh salah satu pihak atas persetujuan bersama. Namun, harta bersama ini tidak
diperbolehkan untuk dijual ataupun dipindahkan tanpa adanya persetujuan. Untuk
melindunginya, baik suami maupun istri sama-sama memiliki kewajiban dan
tanggung jawab.
Pembagian mengenai harta gono – gini tergantung pada kesepakatan kedua belah
pihak yang dalam Al – Qur’an disebut dengan “Ash Shulhi” yakni perjanjian untuk
melakukan perdamaian antara kedua belah pihak setelah berselisih.
Allah SWT berfirman, “Dan Jika seorang wanita khawatir akan nusyuz atau sikap
tak acuh darisuaminya, maka tak mengapa bagi keduanya untuk mengadakan
perdamaian yang sebenar – benarnya dan perdamaian itu lebih baik (bagi mereka).”
(Q.S. An-Nisa’: 128).
3) Penghasilan Istri
Menurut peraturan perkawinan Indonesia nomor 136
tahun 1946 pasal 50 ayat 4 menetapkan bahwa
apabila isteri bekerja untuk keperluan rumah tangga,
maka semua harta yang diperoleh selama
perkawinan adalah harta milik bersama.
4) Nafkah
Dalam kitab fiqih, pembahasan nafkah selalu dikaitkan degan pembahasan nikah karena
nafkah adalah konsekuansi dari aqad yang terjadi diantara pria dan wanita.(tanggung
jawab suami dalam rumah tangga). Sebagaimana yang dikemukakan al-Syarkawi :
“Ukuran makanan tertentu yang diberikan(menjadi tanggungan) oleh suami terhadap
isterinya, pembantunya, orang tua, anak, budak, dan binatang ternak sesuai
keperluannya”.

Adapun Wahbah al – Zuhaili menjelaskan pengertian nafkah adalah sebagai berikut :


“Nafkah yaitu mencukupi kebutuhan orang yang menjadi tanggungannya berupa
makanan, pakaian dan tempat tinggal.”
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai