Disusun Oleh:
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha kuasa karena telah memberikan kesempatan
pada kami untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya kami dapat
menyusun makalah yang berjudul “Teknik Analisis Mimpi”. Tidak lupa kami mengucapkan
terima kasih kepada Bapak Dr. Triyono, M.Pd., selaku pengampu mata kuliah Konseling
Psikodinamik yang membimbing kami dalam penyusunan makalah ini. Selain itu, kami juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam menyusun
makalah ini sehingga makalah ini dapat selesai dengan tepat waktu.
Kami memiliki harapan yang besar bahwa makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi para pembaca untuk memperluas pengetahuan dan wawasan mengenai teknik analisis
mimpi. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB I
BAB II
BAB III
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Bermimpi merupakan hal yang tidak asing bagi manusia. Berbagai macam
keyakinan, ketakutan, dugaan, baik bersifat imajinatif maupun eksperimental adalah hal
yang timbul sejak awal sejarah manusia, dan mempunyai sifat yang misterius. Dalam
sejarah filsafat barat, selama abad 19 sampai pengetahuan abad 20, mimpi hanya
dianggap sebagai gejala psikologis. Sebuah realita bahwa mimpi adalah jalan utama
yang menghantarkan kita kepada ketidaksadaran. Karena mimpi adalah suatu produk
psikis dan karena hidup psikis dianggap sebagai konflik antara daya-daya psikis.
Sehingga mimpi muncul karena kekhawatiran, rintangan perilaku, dan harapan pribadi
yang tidak kesampaian. Mimpi yang menjadi kenyataan memberikan solusi, inspirasi,
dan gagasan, dipandang sebagai suatu kebetulan saja. Namun, tidak hanya sebatas dan
bertenti pada suatu kesimpulan-kesimpulan yang simpel untuk memahami mimpi. Para
filsuf intelektual yakin bahwa indera kita, yakni pendengaran, penglihatan, penciuman,
perasa, dan pengecap, sering menipu kita. Dan mimpilah yang mengatakan yang
sebenarnya kepada kita.
Sebagaimana yang dilakukan oleh Sigmund Freud, adalah seorang penggagas
psikoanalisis. Gagasannya bermula dengan suatu keyakinan bahwa pikiran bertindak
sebagai alat sensor yang memiliki kemampuan untuk mengubah mimpi menggangu
tidur menjadi mimpi yang berguna. Dia menggunakan metode menganalisa mimpi
untuk menyembuhkan pasiennya. Dia menggunakan simbol-simbol yang ada di dalam
mimpi untuk mengetahui gangguan-gangguan yang ada dalam psikis pasiennya.
Dengan ini, makalah akan lebih lanjut membahas mengenai apa itu teknik analisis
mimpi, apa faktor yang mempengaruhi mimpi, manfaat teknik analisis mimpi,
bagaimana langkah-langkahnya dan apa kelebihan serta kekurangannya.
iii
3. Apa manfaat teknik analisis mimpi?
4. Bagaimana langkah-langkah teknik analisis mimpi?
5. Apa kelebihan dan kekurangan teknik analisis mimpi?
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
iv
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Sigmund Freud, bahwa mimpi merupakan pesan alam bawah sadar
yang abstrak terhadap alam sadar, pesan-pesan ini berisi keinginan, ketakutan dan
berbagai macam aktivitas emosi lain, hingga aktivitas emosi yang sama sekali tidak
disadari. Freud mengungkapkan bahwa setiap mimpi itu bermakna, dan makna-makna
tersebut dapat digali melalui analisis. Terdapat dua bagian dalam mimpi,
yakni manifest content dan latent content. Manifest content dari mimpi adalah
gambaran-gambaran dalam mimpi yang dapat dilihat secara gamblang.
Sedangkan latent content dari mimpi adalah keinginan dan pikiran yang tersembunyi
dan tidak disadari. Namun, justru berisi konflik yang menjadi penyebab munculnya
mimpi tersebut.
Freud menyatakan bahwa mimpi adalah sebuah saluran pengaman bagi emosi
manusia, dimana emosi atau perasaan-perasaan yang ditekan selama terjaga dapat
dikeluarkan secara sehat lewat mimpi. Mimpi yang oleh banyak peneliti disebut
sebagai sleep mentation, mempunyai hubungan erat dengan emosi. Dikatakan bahwa
kualitas mimpi dipengaruhi oleh keadaan emosi sebelum tidur. Seseorang yang sedang
cemas, sering kali mengalami mimpi yang menyeramkan hingga mengganggu proses
tidur. Mimpi Freud menjelaskan proses bermimpi dan ia mengatakan bahwa proses
memiliki empat unsur, yang adalah sebagai berikut:
A. Kondensasi : banyak ide-ide dan materi datang dalam satu mimpi dan sebagai
akibatnya mereka bisa diringkas menjadi satu gambar.
B. Perpindahan : di sini mimpi tidak lagi memiliki kemiripan dengan pusat pikiran
mimpi, dan mimpi hanya memproduksi bentuk terdistorsi dari harapan mimpi.
C. Simbolisasi : di sini ide-ide direpresi dalam mimpi yang disensor dan mewakili
sebagai objek yang melambangkan pikiran bawah sadar dari mimpi.
v
D. Sekunder Revision : ini adalah tahapan terakhir dari proses bermimpi dan semua
aneh-aneh dan peristiwa-peristiwa dalam mimpi yang tersusun kembali sehingga
mereka tampak masuk akal dan dengan demikian memberikan arti mimpi terbuka.
Analisis mimpi juga dikaji oleh Kovacevic (Guindon) yang menyatakan bahwa
pengunaan teknik analisis mimpi yaitu dengan cara mengeksplorasi arti mimpi serta
menkaji bagaimana isi mimpi terjadi adalah sebuah kemajuan dan tujuan dari psikologi
moderen. Sejalan dengan itu Neil (2016) mengungkapkan bahwa mimpi dan
interpretasi mimpi sudah digunakan dalam waktu yang lama. Analisis mimpi bersifat
subjektif, sesuai dengan pengalaman hidup, sosial, kultur konselor dan klien, akan
tetapi analisis mimpi merupakan alat yang signifikan untuk pekerja kesehatan mental
yang profesional.
Terjadinya mimpi dalam tidur juga terkait dengan frekuensi gelombang otak.
Gelombang otak pada dasarnya diklasifikasikan menjadi beberapa jenis, berikut
penjelasan masing-masing gelombang otak tersebut.
A. Gelombang Beta
vi
Pada gelombang beta ini adanya fungsi psikologis dalam keadaan waspada,
Konsentrasi. Kondisi gelombang otak Beta (13-30 Hz) menjaga pikiran kita tetap tajam
dan terfokus. Dalam kondisi Beta, otak akan mudah melakukan analisis dan
penyusunan informasi, membuat koneksi, dan menghasilkan solusi-solusi serta ide-ide
baru. Beta sangat bermanfaat untuk produktivitas kerja, belajar untuk ujian, persiapan
presentasi, atau aktivitas lain yang membutuhkan konsentrasi dan kewaspadaan tinggi.
B. Gelombang Alpha
Pada gelombang alpha ini adanya fungsi mental untuk kreativitas, relaksasi,
visualisasi Gelombang otak alpha (8-13 Hz) sangat kontras dibandingkan dengan
kondisi Beta. Kondisi rileks mendorong aliran energi kreativitas dan perasaan segar
serta sehat. Kondisi gelombang otak Alpha ideal untuk perenungan, memecahkan
masalah, dan visualisasi, bertindak sebagai gerbang kreativitas kita.
C. Gelombang Theta
D. Gelombang Delta
Pada gelombang delta ini terjadi proses penyembuhan, tidur lebih dalam (Deep
sleep). Kondisi Delta (0.5-4 Hz), membuat gelombang otak semakin melambat, sering
dihubungkan dengan kondisi tidur yang sangat dalam. Beberapa frekuensi dalam
jangkauan delta ini diiringi dengan pelepasan hormon pertumbuhan manusia (Human
Growth Hormone), yang bermanfaat dalam penyembuhan. Kondisi delta, jika
dihasilkan dalam kondisi terjaga, akan menyediakan peluang untuk mengakses aktivitas
bawah sadar, mendorong alirannya ke pikiran sadar. Kondisi Delta juga sering
dihubungkan dengan manusia-manusia yang memiliki perasaan kuat terhadap empati
dan intuisi. Mimpi pada saat tidur memberi kebaikan bagi manusia. Schredl & Erlacher
vii
(2007:35) mengungkapkan dalam hasil penelitiannya terhadap 444 orang siswa dan 636
subjek penelitian secara
viii
Ada beberapa cara untuk menganalisis mimpi, salah satunya melalui jurnal
mimpi. Stone (1998) menjelaskan bahwa proses membuat jurnal sangat penting dalam
terapi, tidak ada hanya terkait dengan isi, akan tetapi jurnal juga berfungsi untuk
katarsis dan refleksi. Ada beberapa langkah teknik jurnal mimpi ini. Guindon (2017)
menguraikan langkah-langkah jurnal mimpi ini, yaitu :
1. Introduction, melalui pendekatan psikologis dan wawancara mendalam
2. Membuat outline mimpi yang dialami terkait masa lalu, masa sekarang dan
masa yang akan datang
3. Menuliskan variasi mimpi berdasarkan isinya
4. Membuat genogram mimpi berdasarkan waktu dan isi mimpi
5. Menetapkan tujuan yang akan dicapai dan memulai cara berpikir serta
berperilaku baru sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
ix
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Menurut Sigmund Freud, bahwa mimpi merupakan pesan alam bawah sadar yang
abstrak terhadap alam sadar, pesan-pesan ini berisi keinginan, ketakutan dan berbagai
macam aktivitas emosi lain, hingga aktivitas emosi yang sama sekali tidak disadari.
Terdapat dua bagian dalam mimpi, yakni manifest content dan latent content. Freud
menyatakan bahwa mimpi adalah sebuah saluran pengaman bagi emosi manusia,
dimana emosi atau perasaan-perasaan yang ditekan selama terjaga dapat dikeluarkan
secara sehat lewat mimpi. Analisis mimpi juga dikaji oleh Kovacevic (Guindon) yang
menyatakan bahwa pengunaan teknik analisis mimpi yaitu dengan cara mengeksplorasi
arti mimpi serta menkaji bagaimana isi mimpi terjadi adalah sebuah kemajuan dan
tujuan dari psikologi moderen. Terjadinya mimpi dalam tidur juga terkait dengan
frekuensi gelombang otak. Gelombang otak pada dasarnya diklasifikasikan menjadi
beberapa jenis, yaitu gelombang beta, gelombang alpha, gelombang theta dan
gelombang delta. Banyak faktor yang mempengaruhi mimpi, di antaranya pengalaman,
baik pengalaman masa lalu, pengalaman masa sekarang dan keinginan di masa yang
akan datang. Semua pengalaman dan keinginan manusia tersimpan di otak, yang
nantinya pengalaman tersebut akan berpengaruh terhadap mimpi yang dialami oleh
seseorang. Ada beberapa cara untuk menganalisis mimpi, salah satunya melalui jurnal
mimpi. Stone (1998) menjelaskan bahwa proses membuat jurnal sangat penting dalam
terapi, tidak ada hanya terkait dengan isi, akan tetapi jurnal juga berfungsi untuk
katarsis dan refleksi. Kelebihan dari analisis mimpi, dapat membantu konseli
mendapatkan wawasan tentang dirinya, serta memfasilitasi akses ke masalah yang
penting bagi kehidupan konseli. Kekurangannya, konseli pada umumnya menceritakan
mimpi dengan cara yang bermacam-macam.
3.2 Saran
Dari pembahasan yang telah dipaparkan, banyak cara bagi konseli dalam
menyampaikan mimpinya, sehingga hal tersebut merupakan tantangan bagi konselor.
x
Penggunaan teknik analisis mimpi sebaiknya diperhatikan dengan cermat agar dapat
bermanfaat bagi konseli.
DAFTAR PUSTAKA
Pesant, Nicholas & Antonio, Zadra. 2004. Working with dreams in therapy : What do we
know and what should we do?. Clinical Psychology Review. 24(5), 489-512.
Zainuddin, Muhammad. 2015. Hermeneutika Tafsir Mimpi Sigmund Freud. Tesis tidak
diterbitkan, Surabaya: Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Sunan Ampel Surabaya.
Bella & Putra. 2017. Analisis Mimpi “Sigmund Freud”, (Online), (student-
activity.binus.ac.id/himpsiko/2017/04/analisis-mimpi-sigmund-freud/), diakses pada 17
November 2020.
xi