Anda di halaman 1dari 12

Telah diterima/disetujui

Hari/tanggal :
Tanda Tangan :

LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN KOMUNIKASI VERBAL
Stase Keperawatan Jiwa

OLEH
SUCI INDAH SARI
NIM.04064882124032

PROGRAM PROFESI NERS


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2022
GANGGUAN KOMUNIKASI VERBAL

1. Definisi
Komunikasi merupakan suatu proses timbal balik yang terjadi antara pengirim
dan penerima pesan. Proses komunikasi terdiri dari orang yang mengirim pesan, isi
pesan, serta orang yang menerima pesan. Antara pengirim maupun penerima pesan
saling mempengaruhi. Orang yang menerima pesan akan menjawab atau memberi
reaksi terhadap pengirim pesan sehingga terjadi interaksi antara pengirim dan
penerima pesan (Rathus & Nevid, 2015).
Gangguan komunikasi adalah sekumpulan gangguan psikologis yang ditandai
dengan kesulitan-kesulitan dalam pemahaman atau pengunaan bahasa. Gangguan
komunikasi verbal adalah suatu penurunan, perlambatan, atau ketiadaan kemampuan
untuk menerima, memproses, mengirim, dan/atau menggunakan system symbol
(SDKI, 2016).

2. Etiologi
Penyebab kelainan komunikasi sangat kompleks. Berikut penyebab dari
gangguan komunikasi verbal (SDKI, 2016):
a. Penurunan sirkulasi serebral
b. Gangguan neuromuskuler
c. Gangguan pendengaran
d. Gangguan muskuluskeletal
e. Kelainan palatum
f. Hambatan fisik (misal terpasang trakheostomi, intubasi, krikotiroidektomi)
g. Hambatan individu (misal ketakutan, kecemasan, merasa malu, emosional,
kurang privasi)
h. Hambatan psikologi (misal gangguan psikotik, gangguan konsep diri, harga diri
rendah, gangguan emosi)
i. Hambatan lingkungan (misal ketidakcukupan informasi, ketiadaan orang terdekat,
ketidaksesuaian budaya, bahasa asing).

3. Patofisiologi
Gangguan komunikasi verbal dapat berhubungan dengan gangguan berpikir,
pikiran yang tidak realitis akibat gangguan skizofenrik, delusi, psikotik atau paranoid.
Keadaan ini mempengaruhi kemampuan seseorang untuk mampu berkomunikasi
secara efektif. Ketidakmampuan dalam berkomunikasi dapat menimbulkan keadaan
emosi menjadi labil yang pada akhirnya dapat menyebabkan perilaku kekerasan
(Yunica, dkk, 2019)

4. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala gangguan komunikasi verbal menurut SDKI (2016) adalah:
Tanda dan gejala mayor:
a. Tidak mampu berbicara atau mendengar
b. Menunjukan respon tidak sesuai

Tanda dan gejala minor:

a. Afisia
b. Disfaksia
c. Apraksia
d. Disleksia
e. Diartria
f. Afonia
g. Dislalia
h. Pelo
i. Gagap
j. Tidak ada kontak mata
k. Sulit memahami komunikasi
l. Sulit mempertahankan komunikasi
m. Sulit menggunakan ekspresi wajah atau tubuh
n. Tidak mampu menggunakan ekspresi wajah atau tubuh
o. Sulit menyusun kalimat
p. Verbalisasi tidak tepat
q. Sulit mengungkapkan kata-kata
r. Disorientasi orang, ruang dan waktu
s. Desifit penglihatan
t. Delusi
5. Diagnosa Medis
Gangguan komunikasi verbal

6. Penatalaksanaan Medis
Terapi bicara dan konseling psikologis.

7. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Mendengar aktif
b. Stimulasi kognitif
c. Latih daya ingat
d. Promosi komunikasi

8. Komplikasi
Komplikasi yang dapat muncul akibat gangguan komunikasi verbal adalah
ketidak mampuan untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar, menimbulkan
masalah perilaku kekerasan dan masalah kesehatan yang lain (Yunica, dkk, 2019).
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN GANGGUAN KOMUNIKASI VERBAL

PENGKAJIAN
Pengkajian adalah dasar utama dari proses keperawatan. Tahapan pengkajian terdiri dari
pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah klien. Data yang dikumpulkan
melalui data biologis, psikologis, social dan sepiritual.
1. Identitas klien
Melakukan perkenalan BHSP dan kontrak dengan klien tentang : nama mahasiswa,
nama panggilan, lalu dilanjut melakukan pengkajian dengan nama klien, nama
panggilan klien, tujuan, waktu, tempat pertemuan, topik yang akan dibicarakan.
Tanyakan dan catat usia klien dan No RM,tanggal pengkajian dan sumber data yang
didapat.
2. Alasan masuk
Penyebabnya klien atau keluarga datang, apa yang menyebabkan klien mengalami
gangguan komunikasi verbal, apa yang klien lakukan dirumah, apa yang sudah
dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah
3. Faktor predisposisi
Menurut Herman (2012 ), faktor predisposisi antara lain:
a. Faktor biologis
Faktor biologis biasanya karena ada kondisi sakit fisik yang dapat
mempengaruhi kerja hormone secara umum, yang dapat pula berdampak pada
keseimbangan neurotransmitter di otak contoh kadar serotonin yang menurun dapat
mengakibatkan klien mengalami depresi.
b. Faktor psikologis
Hal-hal yang dapat mengakibatkan individu mengalami gangguan komunikasi
verbal meliputi : gangguan isi pikir, harga diri rendah, klien jarang berkomunikasi
dengan teman satu ruangan
c. Faktor sosial
Status ekonomi yang perlu dikaji, antara lain kemiskinan, tempat tinggal
didaerah kumuh dan rawan, kultur sosial yang berubah misal ukuran keberhasilan
individu.
4. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi ini bisa ditimbulkan dari dalam maupun luar individu yaitu :
a. Trauma : penganiayaan seksual dan psikologi atau menyaksikan kejadian yang
mengancam kehidupan.
b. Ketegangan peran : frustasi, ketegangan peran terbagi menjadi transisi peran
perkembangan adalah perubahan normatif yang berhubungan dengan pertumbuhan.
c. Transisi peran situasi : terjadi dengan bertambahnya atau berkurangnya anggota
melalui kelahiran atau kematian. Transisi peran sehat-sakit sebagai akibat dari
pergeseran keadaan sehat menjadi sakit (kehilangan bagian tubuh, perubahan
ukuran bentuk, penampilan dan fungsi tubuh.
d. Pengkajian fisik
Pengkajian fisik difokuskan pada sistem dan fungsi organ:
a. Ukur dan observasi tanda-tanda vital : tekanan darah, nadi, respirasi, suhu.
b. Ukuran tinggi badan dan berat badan
c. Tanyakan apakah berat badan klien naik atau turun.
d. Tanyakan apakah ada keluhan fisik yang dirasakan.
e. Kaji lebih lanjut tentang sitem dan fungsi organ sesuai dengan keluhan yang
ada.
e. Pengkajian psikososial
a. Genogram
- Genogram minimal tiga generasi yang dapat menggabarkan hubungan
klien dan keluarga.
- Menjelaskan masalah yang terkait dengan komunikasi, pengambilan
keputusan dan pola asuh.
b. Konsep diri
- Citra Tubuh
Tanyakan persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang disukai dan
tidak disukai.
- Identitas Diri
Status dan posisi klien sebelum di rawat, kepuasan klien terhadap status
dan posisinya, kepuasan klien sebagai laki-laki atau perempuan.
- Peran Diri
Tugas atau peran diri yang diemban dalam keluarga atau kelmpok atau
masyarakat, klien dalam melaksanakan peran atau tugas tersebut.
- Ideal Diri
Harapan terhadap tubuh. Posisi, status, tugas atau peran, harapan klien
terhadap lingkungan, dan harapan kilen terhadap penyakitnya.
- Harga Diri
Hubungan klien dengan orang lain, penilain dan penghargaan orang
lain terhadap diri dan lingkungannya.
- Hubungan Sosial
Orang yang terdekat dengan kehidupan klien, tempat mengadu, tempat
berbicara, minta bantuan atau sokongan, apakah klien pernah mengikuti
kegiatan di masyarakat, sejauh mana klien terlibat dalam kelompok itu.
- Spiritual
 Nilai dan Keyakinan
Pandangan dan keyakinan terhadap gangguan jiwa sesuai dengan norma
budaya dan agama yang di anut, pandangan masyarakat setempat tentang
gangguan jiwa.
 Kegiatan Ibadah
Kegiatan ibadah dirumah secara individu dan kelompok, pendapat klien
dan keluarga tentang kegiatan ibadah
- Status Mental
 Penampilan : biasanya tidak rapi, penggunaan pakaian tidak sesuai, cara
berpakaian tidak sesuai dengan situasi dan kondisi.
 Pembicaraan : biasanya pembicaraan klien tidak nyambung, tidak mampu
menjawab pertanyaan dengan benar, lambat, sedikit dan volume suara
rendah.
 Aktiviatas motorik : terlihat letih lesu dan penurunan produktivitas.
 Alam perasaan : sering menyendiri
 Afek : sering terlihat datar.
 Interaksi selama wawancara : klien biasanya tampak tidak kooperatif,
tidak mampu menjawab pertanyaan dengan benar, tidak mampu
menggunakan bahasa yang benar
 Persepsi : kaji jika klien mengalami persepsi halusinasi. (kaji isi
halusinasi, frekuensi, gejala yg tampak pada saat klien berhalusinasi, kaji
perasaan klien terhadap halusinasi)
 Proses fikir : kaji klien mengalami blocking (pembicaraan terhenti tiba-
tiba tanpa gangguan eksteral kemudian dilaksanakan kembali),
perseverasi (pembicaraan yang di ulang berkali-kali)
 Isi fikir : kaji apakah klien sering mengalami obsesi (fikiran yang muncul
walau klien berusaha menghilangkannya)
 Tingkat kesadaran : kaji apakah klien bingung, kacau, gangguan orientasi
dan waktu.
 Memori : kaji memori jangka panjang, jangka pendek, dan sekarang.
 Tingkat konsentrasi dan terhitung : mudah teralihkan, tidak mampu
konsentrasi, tidak mampu berhitung.
 Kemampuan penilaian, tidak mampu mengambil keputusan yang
sederhana.
 Daya tilik diri : mengikari penyakit yang di deritanya dan merasa tidak
perlu pengobatan.
- Mekanisme Koping
Koping jangka pendek
Mekanisme koping jangka pendek yang sering dilakukan oleh antara lain:
 Kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari krisis, misalnya
pemakaian obat-obatan, kerja keras, nonton tv terus menerus.
 Kegiatan mengganti identitas sementara misalnya ikut kelompok social,
keagamaan, dan politik.
 Kegiatan yang member dukungan sementara seperti mengikuti suatu
kompetisi atau kontes popularitas.
 Kegiatan mencoba menghilangkan anti identitas sementara, seperti
penyalahgunaan obat-obatan
- Koping jangka panjang
Jika mekanisme koping jangka pendek tidak memberi hasil, maka mekanisme
jangka panjang dapat dilakukan, antara lain:
 Menutup identitas, dimana klien terlalu cepat mengadopsi identitas yang
disenangi dari orang-orang yang berarti tanpa mengindahkan hasrat,
aspirasi atau potensi diri sendiri.
 Identitas negative merupakan rintangan terhadap nilai dan harapan
masyarakat. Remaja mungkin akan menadi individu antisocial, hal ini
disebabkan karena ia merasa tidak memiliki identitas yang positif.
- Mekanisme pertahanan ego
Mekanisme pertahanan ego yang sering dilakukan antara lain:
 Regresi (kemunduran akibat stres terhadap perilaku dan merupakan ciri
khas dari suatu taraf perkembangan yang lebih dini) ,
 Disasosiasi (pemisahan suatu kelompok proses mental atau perilaku dari
kesadaran atau identitasnya. Keadaan dimana trdapat dua atau lebih
kepribadian pada diri individu,contohnya
 : seorang laki-laki yang dibawa ke ruang gawat darurat karena
mengamuk, ternyata tidak mampu menjelaskan kembali kejadian tersebut
(lupa sama sekali)
 Proyeksi (pengalihan buah pkiran atau impuls pada diri sendiri kepada
orang lain terutama keinginana, perasaan, emosional, dan motivasi yang
tidak dapat ditoleransi),
 Pemisahan/ splitting (sikap mengelompokkan orang atau keadaan hanya
sebagai semuanya baik atau semuanya buruk. Orang seperti ini
mengalami kegagalan untuk memadukan nilai-nilai positif dan negatif
didalam diri sendiri).
 Mengalihkan marah berbalik pada diri sendiri dan orang lain. Dalam
keadaan berat dapat terjadi deviasi perilaku dan kegagalan penyesuaian
seperti: bunuh diri, penggunaan zat berbahaya

5. Pohon masalah

Efek Resiko perilaku kekerasan

Core Problem Gangguan komunikasi verbal

Causa Gangguan isi pikir


6. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Gangguan komunikasi verbal

7. INTERVENSI
Rencana Keperawatan
Klien Dengan Gangguan Komunikasi Verbal

Masalah Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan


Keperawatan (SLKI) (SIKI)
Gangguan Setelah diberikan intervensi/ Promosi Komunikasi: Defisit Bicara
komunikasi tindakan keperawatan Tindakan:
verbal selama ............ diharapkan Observasi
komunikasi verbal meningkat - Monitor kecepatan, tekanan,
dengan kriteria hasil: kuantitas, volume, dan diksi
- Kemampuan berbicara bicara
meningkat - Monitor proses kognitif,
- Kemampuan anatomis dan fisiologis
mendengar meningkat - Monitor frustasi, marah,
- Kesesuaikan ekspresi depresi atau hal yang
wajah/tubuh menganggu bicara
meningkat - Identifikasi perilaku
- Respon perilaku emosional dan fisik sebagai
membaik bentuk komunikasi
- Pemahaman Terapeutik
komunikasi membaik - Sesuaikan gaya komunikasi
dengan kebutuhan
- Modifikasi lingkungan untuk
meminimalkan bantuan
- Ulangi apa yang
disampaikan
- Berikan dukungan psikologi
Edukasi
- Ajarkan pasien dan keluarga
proses kognitif, anatomi dan
fisiologis yang berhubungan
dengan kemampuan
berbicara.

Promosi Komunikasi: Defisit


Pendengangaran
Tindakan:
Observasi
- Periksa kemampuan
pendengaran
- Identifikasi metode
komunikasi yang disukai
pasien
Terapeutik
- Gunakan bahasa yang
sederhana
- Verifikasi apa yang
dikatakan
- Berhadapan dengan pasien
secara langsung selama
berkomunikasi
- Pertahankan kontak mata
selama berkomunikasi
- Hindari kebisingan saat
berkomunikasi
- Hindari komunikasi lebih
dari 1 meter dari pasien
Edukasi
- Anjurkan menyampaikan
pesan dengan tepat.
DAFTAR PUSTAKA

Herdman, H. T. (2012). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. Jakarta: EGC.

PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: Tim Pokja DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil, Edisi 1.
Jakarta: DPP PPNI

Rathus, G. B., & Nevid, S. (2015). Psikologi Abnormal Jilid 2. Jakarta: Erlangga

Yunica, N.M.D., Dewi, P.I.S., Heri, M., & Widiari, N.K.E. (2019). Terapi AIUEO Terhadap
Kemampuan Berbicara (Afasia Motorik) Pada Pasien Stroke. Journal of
Telenursing, Vol. 1, No. 2

Anda mungkin juga menyukai