Disusun Oleh :
KELOMPOK II
1. ARIF RAHMANUDIN (J.0105.20.051)
2. ASEP SUBHAN (J.0105.20.052)
3. DEDE PURI PURWANDI (J. 0105.20.053)
4. FEBI MUHAMMAD RAMDAN (J.0105.20.057)
5. HARIGAR SUGIARTA (J.0105.20.059)
6. ENENG ULFI FAUZIAH (J.0105.20.063)
7. YANE SUKMAWATI (J. 0105.20.075)
8. FIRMAN NURSAMAN (J.0105.20.082)
A. Latar Belakang
Berdasarkan hal tersebut di atas, penulis melakukan pendekatan literatur review tentang
Intervensi Spiritual pada pasien dengan gangguan jiwa terutama difokuskan pada pasien
dengan Halusinasi, bertujuan untuk mengetahui apakah intervensi spiritual efektif dapat
dilakukan dan untuk mengetahui pengaruh terapi spiritual khususnya Quranic healing terhadap
pasien dengan Halusinasi.
Salah satu bentuk terapi spiritual atau terapi religious ini adalah dengan Quranic healing
murotal Al Quran. Dalam Al Quran terdapat banyak kandungan nilai seperti tentang keimanan,
ibadah, ilmu pengetahuan, tentang kisah-kisah tertentu, filsafat, dan juga ada sebagai tata
hubungan manusia sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial (Najati, 1985). Kandungan
dalam Al Quran dapat diharapkan menjadi motivasi dan penyemangat bagi penderita halusinasi
yang sedang putus asa. Kandungan Al Quran dapat direpresentasikan dalam surat Al Fatihah.
Surat Al Fatihah adalah ayat yang paling populer dan paling dihafal dikalangan umat
muslim. Bahkan membaca Al Fatihah menjadi syarat sahnya sholat bagi kaum muslimin. Hal ini
menunjukkan betapa tingginya kedudukan surat Al Fatihah ini (Ad-Dimasyqi, 2000). Kedudukan
tersebut dapat dilihat dari nama lain dari Surat Al Fatihah seperti Fatihatul Kitab dan Ummul
kitab atau Ummul Quran. Fatihatul Kitab merujuk penempatan Surat Al Fatihah sebagai surat
pertama dalam penyusunan Al Quran. Al Fatihah memiliki sebutan sebagai Ummul Kitab yang
artinya induk dari seluruh Al Quran. Hal ini dikarenakan didalam surat Al
Fatihah terkandung seluruh pokok ajaran dan nilai yang terkandung dalam Al Quran
(AdDimasyqi, 2000). Adapun dari pemaparan diatas kelompok tertarik untuk mempelajari
beberapa literatur tentang terapi spiritual terhadap pasien dengan gangguan halusinasi.
B. Identifikasi Masalah
Gangguan jiwa berat merupakan bentuk gangguan dalam fungsi alam pikiran berupa
disorganisasi kekacauan) dalam isi pikiran yang ditandai antara lain oleh gejala gangguan pemahaman
(delusi waham), gangguan persepsi berupa halusinasi atau ilusi, serta dijumpai daya nilai realitas yang
terganggu yang ditunjukkan dengan perilaku perilaku aneh (bizzare) (Efendi & Makhfudli, 2009).
Penderita skizofrenia 70% diantaranya mengalami halusinasi (Purba, Wahyuni, Nasution & Daulay,
2008).
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut:
Bagaimana pengaruh terapi psikoreligius : Murottal Al-Quran terhadap pasien yang mengalami
halusinasi ditinjau dari pendekatan literatur review?
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mencari pengaruh apa saja pengaruh terapi spikoreligius : murotal Al-Qur’ pasien yang
mengalami halusinasi ?
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh terapi murottal kepada pasien yang mengalami
halusinasi pendengaran
b. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh terapi murottal kepada pasien yang mengalami
halusinasi penglihatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Terapi Psikoreligius
1. Definisi Terapi Psikoreligius
Terapi adalah usaha untuk memulihkan kesehatan orang yang sedang sakit, pengobatan
penyakit dan perawatan penyakit. Dalam bidang medis, kata terapi sinonim dengan kata
pengobatan. (Suharso dan Ana Retnoningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Semarang:
Widya Karya, 2013, h. 506). Terapi juga dapat diartikan sebagai suatu jenis pengobatan
penyakit dengan kekuatan batin atau rohani, bukan pengobatan dengan obat-obatan.( Yan
Pramadya Puspa, Kamus Umum Populer, Semarang: CV Aneka Ilmu, 2003, h. 340)
Sedangkan psikoreligius berasal dari dua kata, yaitu psiko dan religius. Psiko berasal
dari kata Psyche (Inggris) dan Psuche (Yunani) artinya: nafas, kehidupan, hidup, jiwa, roh,
sukma dan semangat. (Kartini Kartono, Hygiene Mental dan Kesehatan Mental dalam Islam,
Bandung: Mundur Maju, 1989, h. 3). Jiwa yaitu sesuatu yang menyangkut batin dan watak
manusia, yang bukan bersifat badan/tenaga, bukan hanya pembangunan fisikyang di
perhatikan, melainkan juga pembangunan psikis (Amin Syukur, Pengantar Psikologi Islam,
Semarang: Duta Grafika 1991, h, 110).
Disini mental dihubungkan dengan akal, fikiran, dan ingatan, maka akal haruslah dijaga
dan dipelihara olah karena itu dibutuhkan mental yang sehat agar tambah sehat. Sesungguhnya
ketenangan hidup, ketenteraman jiwa dan kebahagiaan hidup tidak hanya tergantung pada
faktor luar saja, seperti ekonomi, jabatan, status sosial dimasyarakat, kekayaan dan lain-lain,
melainkan lebih bergantung pada sikap dan cara menghadapi faktor-faktor tersebut. Jadi yang
menentukan ketenangan dan kebahagiaan hidup adalah kesehatan mental/jiwa, kesehatan
mental dan kemampuan menyesuaikan diri.
Mental yang sehat (secara psikologi) menurut Maslow dan Mitlemen adalah sebagai
berikut:
a. Adequate feeling of security: rasa aman yang memadai yaitu berhubungan dengan merasa
aman dalam hubungannya dengan pekerjaan, sosial dan keluarganya.
b. Adequate self-evaluation: kemampuan memulai dari diri sendiri.
c. Adequate spontaneity and emotionality, memiliki spontanitas dan perasaan yang memadai
dengan orang lain.
d. Efficient contact with reality, mempunyai kontak yang efisien dengan realitas. Adequate
bodily diseres and ability to gratifity them, keinginan-keinginan jasmani yang memadai dan
kemampuan untuk memuaskannya.
e. Adequate self-know ledge, mempunyai pengetahuan yang wajar.
f. Integrition and concistency of personality, kebribadian yang utuh dan konsisten
g. Adequate life good, memiliki tujuan hidup yang wajar
h. Ability to satisy the requirements of the group, kemampuan memuaskan tuntunan kelompok
i. Adequate emancipation from the group or culture, mempunyai emansipasi yang memadai
dari kelompok atau budaya.
Sedangkan religius merupakan kata sifat dari kata benda religi, yang berarti
berhubungan dengan agama atau keagamaan. Kata religie sendiri berasal dari bahasa belanda.
Pendapat lain mengatakan, religi berasal dari kata "relegere" yang berarti mengumpulkan dan
membaca. Jadi religi, mengandung pengertian mengumpulkan cara-cara mengabdi kepada
Tuhan, dan ini terkumpul dalam kitab suci yang harus dibaca. Ada juga yang mengatakan,
religi berasal dari kata "religare" yang berarti mengikat. Ini karena ajaran-ajaran agama (religi)
memang mempunyai sifat mengikat bagi manusia (pemeluknya), dalam agama terdapat pula
ikatan antara diri (hamba) dengan Tuhannya.
Religi yang artinya agama, berasal dari akar kata Sansekerta gam yang artinya pergi,
kemudian setelah mendapat awalan a dan akhiran a (agam-a) artinya menjadi jalan. Jadi, agama
adalah suatu jalan yang harus diikuti, supaya orang dapat sampai ke suatu tujuan yang mulia
dan suci. Pengertian yang lebih populer adalah agama berasal dari a yang artinya tidak, dan
gama yang berarti kacau, jadi agama ialah (yang membuat sesuatu) tidak kacau.
Secara terminology, agama adalah mempercayai tentang adanya kekuatan kodrat yang
Maha mengatasi, menguasai, menciptakan dan mengawasi alam semesta. Agama juga
merupakan salah satu aspek terpenting bagi kehidupan manusia, karena agama bagi manusia
adalah merupakan undang-undang dasar dan pedoman hidup (way of life) dalam hidup dan
kehidupannya. Menurut Dadang Kahmadi, agama adalah keyakinan adanya Tuhan Yang Maha
Pencipta, Maha Mengadakan, Pemberi bentuk dan pemelihara segala sesuatu, serta hanya
kepada-Nya dikembalikan segala urusan. Dengan mengetahui definisi dari psiko dan relegius,
maka dapat ditarik kesimpulan, psikoreligius adalah segala aktivitas yang berhubungan dengan
ajaran agama berdasarkan peraturan atau perudang-undangan yang terkandung di dalamnya,
dimana aktivitas keagamaan yang dilakukan itu mempunyai pengaruh terhadap kondisi mental
seseorang.
Berdasarkan pengertian terapi dan psikoreligius di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
terapi psikoreligius (keagamaan) secara Islami, yaitu suatu perlakuan dan pengobatan yang
ditujukan kepada penyembuhan suatu penyakit mental, kepada setiap individu, dengan
kekuatan batin atau ruhani, yang berupa ritual keagamaan bukan pengobatan dengan
obatobatan, dengan tujuan untuk memperkuat iman seseorang agar ia dapat mengembangkan
potensi diri dan fitrah beragama yang dimilikinya secara optimal, dengan cara mensosialkan
nilai-nilai yang terkandung di dalam al-Quran dan as-Sunnah ke dalam diri. Sehingga ia dapat
hidup selaras, seimbang dan sesuai dengan ajaran agama
C. Halusinasi
1. Definisi
Halusinasi merupakan suatu keadaan hilangnya kemampuan individu dalam membedakan
antara rangsangan (pikiran) dan juga rangsangan eksternal (dunia luar). Pasien memberi
persepsi/ pendapat tentang lingkungan tanpa adanya objek atau rangsangan yang nyata.
Contohnya pasien halusinasi mendengarkan suara-suara tetapi pada kenyataannya tidak
ada orang yang berbicara (Muhith, 2015).
Akibat dari halusinasi adalah klien kehilangan kontrol dirinya sehingga bisa saja
membahayakan dirinya sendiri, orang lain maupun lingkungan (resiko melukai diri, orang
lain dan lingkungan). Hal ini terjadi jika halusinasi sudah sampai fase ke IV, di mana klien
akan mengalami panik dan perilaku yang dikendalikan oleh isi halusinasinya. Klien benar-
benar akan kehilangan kemampuan penilaian realitas terhadap lingkungan. Dalam situasi
ini klien dapat melakukan bunuh diri, bahkan membunuh orang lain dan juga dapat
merusak lingkungan (Direja, 2011).
2. Jenis Halusinasi
Menurut Kusumawati dan Hartono (2010) jenis-jenis halusinasi yaitu sebagai berikut :
a. Halusinasi pendengaran atau auditori
Mendengarkan suara atau kebisingan yang kurang jelas ataupun yang sangat jelas
sekalipun, di mana terkadang suara- suara itu seperti mengajak berbicara klien dan
kadang klien mau untuk melakukan sesuatu yang diperintah oleh halusinasi tersebut
b. Halusinasi penglihatan atau visual
Stimulus visual berbentuk dalam kilatan atau cahaya, gambaran atau bayangan yang
rumit dan komplek. Bayangan bisa saja menyenangkan atau menakutkan.
c. Halusinasi penghidu atau olfaktori
Membau bau-bauan tertentu seperti bau darah, urine, feses, parfum, atau bisa jadi bau-
bauan yang lain. Ini sering terjadi pada seseorang pasca serangan stroke, kejang atau
demensia
d. Halusinasi pengecapan atau gustatory
Merasa mengecap rasa seperti darah, urine, feses atau bisa yang lainnya.
e. Halusinasi perabaan atau taktil
Merasakan mengalami nyeri, rasa tersetrum atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang
jelas
f. Halusinasi cenesthetic
g. Mampu merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri, pencernaan
makanan atau pembentukan urine
h. Halusinasi kinestetika
i. Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak
3. Tanda dan gejala
Menurut Kusumawati dan Hartono (2010) tanda dan gejala halusinasi sebagai berikut :
a. Menarik diri dari orang lain, dan berusaha untuk menghindar diri
dari orang lain
b. Tersenyum sendiri, tertawa sendiri
c. Duduk terpukau (berkhayal)
d. Bicara sendiri
e. Memandang satu arah, menggerakan bibir tanpa suara, penggerakan mata yang cepat,
dan respon verbal yang lambat
f. Menyerang, sulit berhubungan dengan orang lain
g. Tiba-tiba marah, curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan lingkungan )
takut
h. Gelisah, ekspresi muka tegang, mudah tersinggung, jengkel,
i. Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah
BAB III
BAB III : METODE PENELITIAN
5. Sintesis Data
Literatur review ini disintesis menggunakan metodenaratif dengan mengelompokkan
data-data hasil ekstraksi yang sejenis sesuai dengan hasil yang diukur untuk menjawab
tujuan. Jurnal penelitian yang sesuai dengan kriteria inklusi kemudian dikumpulkan dan
dibuat ringkasan jurnal meliputi : nama jurnal, volume, nomor jurnal, tahun publikasi,
metode, hasil penelitian, perbedaan dan persamaan jurnal. Ringkasan jurnal penelitian
tersebut dimasukkan dalam tabel sesuai dengan format tersebut di atas.
Untuk lebih memperjelas analisis dan full text jurnal di amati dan dicermati. Ringkasan
jurnal tersebut kemudian dilakukan analisis terhadap isi yang terdapat dalam tujuan dan
hasil/temuan penelitian. Analisis yang digunakan menggunakan analisis isi jurnal,
kemudian dilakukan koding terhadap isi jurnal dengan menggunakan kategori
psikoreligius. Data yang sudah terkumpul kemudian dicari persamaan dan perbedaan lalu
dibahas untuk menarik kesimpulan.
6. Penelusuran Jurnal
Berdasarkan hasil penelusuran di Google Schoolar dengan kata kunci psikoreligus
terdapat 37 jurnal yang sesuai dengan kata kunci tersebut. Kemudian penulis melakukan
skrining sesuai dengan inklusi dengan kata kunci psikoreligius, murotal dan halusinasi.
Dari 37 jurnal diekslusi sehingga didapatkan 15 jurnal. Assesment kelayakan terhadap 15
jurnal full text dilakukan, jurnal duplikasi dan jurnal yang tidak sesuai dengan inklusi
dilakukan ekslusi, sehingga didapatkan 9 jurnal full text yang dilakukan review.
15 jurnal
N Identitas
Penjelasan jurnal
o jurnal
1 Nama Jurnal Jurnal Kesehatan | ISSN (PRINT) 2085-
7098 | ISSN (ONLINE) 2657-1366 |
Volume 1
Nomor 1
Tahun 2020 Hal 111-114
Penerbit
Judul Jurnal Terapi Al-Qur’an dalam mengontrol
halusinasi pendengar Pada pasien
Skizofrenia
Nama Penulis Yeni Devita, Hendriyani
Lokasi RSJ Tampan provinsi Riau pada bulan
Penelitian Maret – Mei 2019.
Metode Desain Quasy Eksperiment dengan
Penelitian rancangan Pre-Post With Control Group
dengan memberikan intervensi terapi Al-
Quran pada kelompok intervensi dan
memberikan intervensi generalis pada
kelompok kontrol dengan jumlah sampel
46 orang responden yang dibagi menjadi
2 yaitu 23 responden kelompok
intervensi dan 23 responden kelompok
Hasil kontrol.
penelitian a. Kemampuan mengontrol halusinasi
pendengar pada kelompok kontrol dan
kelompok intervensi sebelum
diberikan terapi adalah 24,78 dan
sesudah diberikan terapi 20,35. Hasil
uji statistik didapatkan p value = 0,000
(ada perbedaan kemampuan
mengontrol halusinasi pendengaran)
b. Perbedaan mengontrol halusinasi
pendengaran pada kelompok kontrol
dan kelompok intervensi sesudah
diberikan terapi menunjukkan bahwa
sesudah diberikan terapi geralis pada
kelompok kontrol adalah 20,35 dan
pada kelompok intervensi adalah 7.61
dengan nilai p value 0.048 (ada
perbedaan kemampuan mengontrol
halusinasi antara kedua kelompok)
BAB IV