Anda di halaman 1dari 23

LITERATUR REVIEW

PENGARUH TERAPI PSIKORELIGIUS : MURROTAL DALAM MENURUNKAN


HALUSINASI PADA PASIEN SKIZOFRENIA

Disusun untuk memenuhi Tugas Stase Jiwa

Disusun Oleh :
KELOMPOK II
1. ARIF RAHMANUDIN (J.0105.20.051)
2. ASEP SUBHAN (J.0105.20.052)
3. DEDE PURI PURWANDI (J. 0105.20.053)
4. FEBI MUHAMMAD RAMDAN (J.0105.20.057)
5. HARIGAR SUGIARTA (J.0105.20.059)
6. ENENG ULFI FAUZIAH (J.0105.20.063)
7. YANE SUKMAWATI (J. 0105.20.075)
8. FIRMAN NURSAMAN (J.0105.20.082)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) BUDILUHUR


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS TAHAP PROFESI
CIMAHI
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Skizofrenia merupakan gangguan psikotik yang bersifat merusak yang melibatkan


gangguan pikir, persepsi, pembicaraan, emosi dan perilaku yang mempunyai gejala waham dan
halusinasi (Pieter, 2011). Skizofrenia menjadi salah satu gangguan jiwa yang paling dominan
dibandingkan gangguan jiwa lainnya. Subyek gangguan jiwa sepertiga tinggal di negara
berkembang, 8 dari 10 orang yang menderita skizofrenia tidak mendapatkan penanganan medis.
Gejala skizofrenia muncul pada usia 15-25 tahun lebih banyak ditemukan pada laki-laki
dibandingkan wanita.
Prevalensi skizofrenia yang ada di Indonesia rata - rata 1-2 % dari jumlah penduduk dan
usia paling banyak penderita skizofrenia di alami sekitar 15-35 tahun ( Makhfludi, 2009,
hlm.255). Kesehatan jiwa merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia termasuk di
Indonesia. Menurut data WHO (2015) sekitar 21 juta orang mengalami skizofrenia. Riset
kesehatan dasar tahun 2018 menjelaskan bahwa terjadi peningkatan proporsi gangguan jiwa
yang sangat signifikan jika dibandingkan Riset kesehatan dasar tahun 2013 yaitu naik dari 1,7 %
menjadi 7%.
Gejala umum dari skizofrenia yaitu gangguan sensori persepsi, persepsi adalah proses
diterimanya rangsangan sampai rangsangan itu disadari dan dimengerti penginderaan atau
sensasi: proses penerimaan rangsangan. Dimana terdapat dua jenis utama masalah perseptual
yaitu halusinasi dan ilusi. Halusinasi yang didefinisikan sebagai hilangnya kemampuan manusia
dalam membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien
memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang
nyata. Halusinasi dapat terjadi pada kelima indera sensori utama yaitu: pendengaran terhadap
suara biasanya paling sering terjadi pada gangguan skizofrenia, visual terhadap penglihatan,
sedangkan halusinasi sentuhan (taktil) dapat terjadi pada gangguan mental yang diakbatkan
penyalahgunaan kokain, halusinasi pengecap terhadap rasa seperti darah, urine dan feses dan
halusinasi penghidu terhadap bau, (Rasmun, 2009).
Menurut Direja (2011) akibat halusinasi adalah klien tidak dapat control dirinya sehingga
bisa membahayakan diri sendiri, orang lain maupun merusak lingkungan (resiko mencederai
diri, orang lain dan lingkungan). Hal ini terjadi jika halusinasi sudah sampai fase ke IV, dimana
klien mengalami panik dan perilakunya dikendalikan oleh isi halusinasinya. Klien benar-benar
kehilangan kemampuan penilaian realitas terhadap lingkungan. Dalam situasi ini klien dapat
melakukan bunuh diri, membunuh orang lain bahkan merusak lingkungan.
Pada tahun 1984 WHO memasukan dimensi spiritual keagamaan sama pentingnya dengan
dimensi fisik, psikologis dan psikososial. Seiring dengan itu terapi-terapi yang dilakukan pun
mulai menggunakan dimensi spiritual keagamaan, sebagai bagian dari terapi modalitas. Terapi
yang demikian disebut dengan terapi holistic artinya terapi yang melibatkan fisik, psikologis,
psikososial dan spiritual (Yosep, 2009). Ada beberapa jenis terapi modalitas, menurut Dahlia,
(2009) antara lain: terapi individual, terapi lingkungan, terapi biologis, terapi kognitif, terapi
keluarga, terapi kelompok, terapi prilaku, terapi bermain, terapi psikoreligius/spiritual.
Bentuk intervensi spiritual bisa dilakukan pada pasien dengan gangguan jiwa baik dalam
kondisi amuk maupun sudah tenang. Menurut Yusuf, dkk (2016) terpenuhinya kebutuhan
spiritual apabila seseorang tersebut mampu mengembangkan rasa syukur, sabar dan ikhlas,
dimana keyakinan spiritual tersebut dapat mempengaruhi tingkat kesehatan dan perilaku
dalam perawatan pasien.

Berdasarkan hal tersebut di atas, penulis melakukan pendekatan literatur review tentang
Intervensi Spiritual pada pasien dengan gangguan jiwa terutama difokuskan pada pasien
dengan Halusinasi, bertujuan untuk mengetahui apakah intervensi spiritual efektif dapat
dilakukan dan untuk mengetahui pengaruh terapi spiritual khususnya Quranic healing terhadap
pasien dengan Halusinasi.
Salah satu bentuk terapi spiritual atau terapi religious ini adalah dengan Quranic healing
murotal Al Quran. Dalam Al Quran terdapat banyak kandungan nilai seperti tentang keimanan,
ibadah, ilmu pengetahuan, tentang kisah-kisah tertentu, filsafat, dan juga ada sebagai tata
hubungan manusia sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial (Najati, 1985). Kandungan
dalam Al Quran dapat diharapkan menjadi motivasi dan penyemangat bagi penderita halusinasi
yang sedang putus asa. Kandungan Al Quran dapat direpresentasikan dalam surat Al Fatihah.
Surat Al Fatihah adalah ayat yang paling populer dan paling dihafal dikalangan umat
muslim. Bahkan membaca Al Fatihah menjadi syarat sahnya sholat bagi kaum muslimin. Hal ini
menunjukkan betapa tingginya kedudukan surat Al Fatihah ini (Ad-Dimasyqi, 2000). Kedudukan
tersebut dapat dilihat dari nama lain dari Surat Al Fatihah seperti Fatihatul Kitab dan Ummul
kitab atau Ummul Quran. Fatihatul Kitab merujuk penempatan Surat Al Fatihah sebagai surat
pertama dalam penyusunan Al Quran. Al Fatihah memiliki sebutan sebagai Ummul Kitab yang
artinya induk dari seluruh Al Quran. Hal ini dikarenakan didalam surat Al
Fatihah terkandung seluruh pokok ajaran dan nilai yang terkandung dalam Al Quran
(AdDimasyqi, 2000). Adapun dari pemaparan diatas kelompok tertarik untuk mempelajari
beberapa literatur tentang terapi spiritual terhadap pasien dengan gangguan halusinasi.

B. Identifikasi Masalah
Gangguan jiwa berat merupakan bentuk gangguan dalam fungsi alam pikiran berupa
disorganisasi kekacauan) dalam isi pikiran yang ditandai antara lain oleh gejala gangguan pemahaman
(delusi waham), gangguan persepsi berupa halusinasi atau ilusi, serta dijumpai daya nilai realitas yang
terganggu yang ditunjukkan dengan perilaku perilaku aneh (bizzare) (Efendi & Makhfudli, 2009).
Penderita skizofrenia 70% diantaranya mengalami halusinasi (Purba, Wahyuni, Nasution & Daulay,
2008).

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut:
Bagaimana pengaruh terapi psikoreligius : Murottal Al-Quran terhadap pasien yang mengalami
halusinasi ditinjau dari pendekatan literatur review?

D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mencari pengaruh apa saja pengaruh terapi spikoreligius : murotal Al-Qur’ pasien yang
mengalami halusinasi ?
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh terapi murottal kepada pasien yang mengalami
halusinasi pendengaran
b. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh terapi murottal kepada pasien yang mengalami
halusinasi penglihatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Terapi Psikoreligius
1. Definisi Terapi Psikoreligius
Terapi adalah usaha untuk memulihkan kesehatan orang yang sedang sakit, pengobatan
penyakit dan perawatan penyakit. Dalam bidang medis, kata terapi sinonim dengan kata
pengobatan. (Suharso dan Ana Retnoningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Semarang:
Widya Karya, 2013, h. 506). Terapi juga dapat diartikan sebagai suatu jenis pengobatan
penyakit dengan kekuatan batin atau rohani, bukan pengobatan dengan obat-obatan.( Yan
Pramadya Puspa, Kamus Umum Populer, Semarang: CV Aneka Ilmu, 2003, h. 340)
Sedangkan psikoreligius berasal dari dua kata, yaitu psiko dan religius. Psiko berasal
dari kata Psyche (Inggris) dan Psuche (Yunani) artinya: nafas, kehidupan, hidup, jiwa, roh,
sukma dan semangat. (Kartini Kartono, Hygiene Mental dan Kesehatan Mental dalam Islam,
Bandung: Mundur Maju, 1989, h. 3). Jiwa yaitu sesuatu yang menyangkut batin dan watak
manusia, yang bukan bersifat badan/tenaga, bukan hanya pembangunan fisikyang di
perhatikan, melainkan juga pembangunan psikis (Amin Syukur, Pengantar Psikologi Islam,
Semarang: Duta Grafika 1991, h, 110).
Disini mental dihubungkan dengan akal, fikiran, dan ingatan, maka akal haruslah dijaga
dan dipelihara olah karena itu dibutuhkan mental yang sehat agar tambah sehat. Sesungguhnya
ketenangan hidup, ketenteraman jiwa dan kebahagiaan hidup tidak hanya tergantung pada
faktor luar saja, seperti ekonomi, jabatan, status sosial dimasyarakat, kekayaan dan lain-lain,
melainkan lebih bergantung pada sikap dan cara menghadapi faktor-faktor tersebut. Jadi yang
menentukan ketenangan dan kebahagiaan hidup adalah kesehatan mental/jiwa, kesehatan
mental dan kemampuan menyesuaikan diri.
Mental yang sehat (secara psikologi) menurut Maslow dan Mitlemen adalah sebagai
berikut:
a. Adequate feeling of security: rasa aman yang memadai yaitu berhubungan dengan merasa
aman dalam hubungannya dengan pekerjaan, sosial dan keluarganya.
b. Adequate self-evaluation: kemampuan memulai dari diri sendiri.
c. Adequate spontaneity and emotionality, memiliki spontanitas dan perasaan yang memadai
dengan orang lain.
d. Efficient contact with reality, mempunyai kontak yang efisien dengan realitas. Adequate
bodily diseres and ability to gratifity them, keinginan-keinginan jasmani yang memadai dan
kemampuan untuk memuaskannya.
e. Adequate self-know ledge, mempunyai pengetahuan yang wajar.
f. Integrition and concistency of personality, kebribadian yang utuh dan konsisten
g. Adequate life good, memiliki tujuan hidup yang wajar
h. Ability to satisy the requirements of the group, kemampuan memuaskan tuntunan kelompok
i. Adequate emancipation from the group or culture, mempunyai emansipasi yang memadai
dari kelompok atau budaya.
Sedangkan religius merupakan kata sifat dari kata benda religi, yang berarti
berhubungan dengan agama atau keagamaan. Kata religie sendiri berasal dari bahasa belanda.
Pendapat lain mengatakan, religi berasal dari kata "relegere" yang berarti mengumpulkan dan
membaca. Jadi religi, mengandung pengertian mengumpulkan cara-cara mengabdi kepada
Tuhan, dan ini terkumpul dalam kitab suci yang harus dibaca. Ada juga yang mengatakan,
religi berasal dari kata "religare" yang berarti mengikat. Ini karena ajaran-ajaran agama (religi)
memang mempunyai sifat mengikat bagi manusia (pemeluknya), dalam agama terdapat pula
ikatan antara diri (hamba) dengan Tuhannya.
Religi yang artinya agama, berasal dari akar kata Sansekerta gam yang artinya pergi,
kemudian setelah mendapat awalan a dan akhiran a (agam-a) artinya menjadi jalan. Jadi, agama
adalah suatu jalan yang harus diikuti, supaya orang dapat sampai ke suatu tujuan yang mulia
dan suci. Pengertian yang lebih populer adalah agama berasal dari a yang artinya tidak, dan
gama yang berarti kacau, jadi agama ialah (yang membuat sesuatu) tidak kacau.
Secara terminology, agama adalah mempercayai tentang adanya kekuatan kodrat yang
Maha mengatasi, menguasai, menciptakan dan mengawasi alam semesta. Agama juga
merupakan salah satu aspek terpenting bagi kehidupan manusia, karena agama bagi manusia
adalah merupakan undang-undang dasar dan pedoman hidup (way of life) dalam hidup dan
kehidupannya. Menurut Dadang Kahmadi, agama adalah keyakinan adanya Tuhan Yang Maha
Pencipta, Maha Mengadakan, Pemberi bentuk dan pemelihara segala sesuatu, serta hanya
kepada-Nya dikembalikan segala urusan. Dengan mengetahui definisi dari psiko dan relegius,
maka dapat ditarik kesimpulan, psikoreligius adalah segala aktivitas yang berhubungan dengan
ajaran agama berdasarkan peraturan atau perudang-undangan yang terkandung di dalamnya,
dimana aktivitas keagamaan yang dilakukan itu mempunyai pengaruh terhadap kondisi mental
seseorang.
Berdasarkan pengertian terapi dan psikoreligius di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
terapi psikoreligius (keagamaan) secara Islami, yaitu suatu perlakuan dan pengobatan yang
ditujukan kepada penyembuhan suatu penyakit mental, kepada setiap individu, dengan
kekuatan batin atau ruhani, yang berupa ritual keagamaan bukan pengobatan dengan
obatobatan, dengan tujuan untuk memperkuat iman seseorang agar ia dapat mengembangkan
potensi diri dan fitrah beragama yang dimilikinya secara optimal, dengan cara mensosialkan
nilai-nilai yang terkandung di dalam al-Quran dan as-Sunnah ke dalam diri. Sehingga ia dapat
hidup selaras, seimbang dan sesuai dengan ajaran agama

2. Pelaksanaan Terapi Psikoreligius


Pelaksanaan terapi psikoreligius berbentuk berbagai ritual keagamaan, yang dalam
agama Islam seperti melaksanakan shalat, puasa berdoa, berdzikir, membaca shalawat, mengaji
(membaca dan mempelajari isi kandungan al-Quran), siraman ruhani dan membaca buku-buku
keagamaan yang berkaitan dengan agama.

3. Metode Terapi Psikoreligius


a. Metode Wawancara
Adalah salah satu cara memperoleh fakta-fakta kejiwaan yang dapat dijadikan bahan
pemetaan tentang bagaimana sebenarnya hidup klien bimbing pada saat tertentu yang
memerlukan bantuan. Segala fakta yang diperoleh dari klien dicatat secara teratur dan rapi di
dalam buku catatan (cumulativae records) untuk klien yang bersangkutan serta disimpan
baik-baik sebagai file (dokumen penting). Pada saat dibutuhkan catatan pribadi tersebut
dianalisa dan diidentifikasikan untuk bahan pertimbangan tentang metode apakah yang lebih
tepat bagi bantuan yang harus diberikan kepadanya
b. Metode Group Guidance (bimbingan secara berkelompok)
Cara pengungkapan jiwa atau batin serta pembinaannya melalui kegiatan kelompok seperti
ceramah, diskusi, seminar, simposium, atau dinamika kelompok (group dynamics) dan
sebagainya. Metode ini baru dapat berjalan dengan baik bilamana bimbingan secara
kelompok memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1) Usahakan agar bimbingan kelompok dapat berlangsung dengan tenang, jauh dari
gangguan apapun serta tempat tersebut cukup sehat karena cukup ventilasi udaranya dan
cahaya sinar matahari atau lampu.
2) Usahakan agar kelompok tersebut tidak terlalu besar, sebaliknya jangan lebih dari 13
orang.
3) Secara periodik, bimbingan kelompok perlu dilaksanakan dan diisi dengan ceramah-
ceramah tentang hal-hal atau topik-topik masalah yang berakaitan dengan pengembangan
karier, tentang pekerjaan dan jabatan-jabatan swasta/pemerintahan yang tersedia, tentang
orientasi lanjutan di lembaga-lembaga pendidikan yang lebih tinggi.
c. Metode Non Direktif (cara yang tidak mengarahkan)
Cara lain untuk mengungkapkan segala perasaan dan fikiran yang tertekan, sehingga
menjadi penghambat kemajuan klien adalah metode non direktif. Metode ini di bagi menjadi
dua macam yaitu:
1) Metode Client centered
Yaitu metode ini terdapat dasar pandangan bahwa klien sebagai makhluk yang bulat yang
memiliki kemampuan berkembang sendiri dan sebagai pencari kemantapan diri sendiri
(self consistency). Jadi bilamana konselor mempergunakan metode ini maka ia harus
bersikap sabar mendengarkan dengan penuh perhatian segala ungkapan batin klien yang
diutarakan kepadanya,
2) Metode Edukatif
Yaitu cara pengungkapan tekanan perasaan yang menghambat perkembangan klien
dengan mengkorek sampai tuntas perasaan/sumber perasaan yang menyebabkan
hambatan dan ketegangan dengan cara-cara okeint centered, yang diperdalam dengan
permintaan/pertanyaan yang motivatif dan persuasif (meyakinkan) untuk mengingat-ingat
dan serta didorong untuk berani mengungkap perasaan tertekan sampai ke akar-akarnya.
Dengan cara demikian, dapat terlepas dari dari penderitaan batin yang bersifat obsentif
(pada hal yang menyebabkan ia terpaku pada hal-hal yang menekan batinnya).
d. Metode Psikoanalitik (penganalisahan jiwa)
Metode ini berasal dan teori psiko-analisa Freud yang dipergunakan untuk
mengungkapkan segala tekanan perasaan terutama perasaan yang sudah lagi tidak disadari.
Menurut teori ini, manusia yang senantiasa mengalami kegagalan usaha dalam mengejar
cita-cita atau keinginan, menyebabkan timbulnya perasaan tertekan yang makin lama makin
menumpuk. Bilamana tumpukan perasaan gagal tersebut tidak dapat diselesaikan, maka
akan mengendap ke dalam lapisan jiwa bawah sadamya.
Untuk memperoleh data tentang jiwa tertekan bagi penyembuhan klien tersebut,
diperlukan metode psikoanalitik yaitu menganalisa gejala tingkah laku baik melalui mimpi
atau ataupun melalui tingkah laku yang serba salah itu terjadi ulang-ulang.
e. Metode Direktif (metode yang bersifat mengarahkan)
Metode ini lebih bersifat mengarahkan pada anak bombing untuk berusaha mengatasi segala
kesulitan (problema) yang dihadapi. Pengarahan yang diberikan kepada klien ialah dengan
memberikan secara langsung jawaban-jawaban terhadap permasalahan yang menjadi sebab
kesulitan yang dihadapi/dialami klien.
f. Metode yang lainnya berkaitan dengan sikap sosial dalam hubungannya dengan pergaulan
klien sering dipakai metode sosiometri, yaitu suatu cara yang dipergunakan untuk
mengetahui kedudukan anak bimbing dalam hubungan kelompok.

B. Konsep Dasar Skizofrenia


1. Definisi
Skizofrenia yang berasal dari bahasa yunani yakni “Skhizein” yang dapat diartikan
retak atau pecah (split), dan “phren” yang berarti pikiran, yang selalu dihubungkan
dengan fungsi emosi. Dengan demikian seseorang yang mengalami skizofrenia adalah
seseorang yang mengalami keretakan jiwa atau bisa dikatakan juga keretakan
kepribadian serta emosi (Sianturi, 2014). Skizofrenia adalah bentuk yang paling umum
dari penyakit mental yang parah. Penyakit ini merupakan penyakit yang bisa dikatakan
serius dan mengkhawatirkan yang dapat ditandai dengan penurunan atau
ketidakmampuan seseorang untuk berkomunikasi, gangguan realitas (berupa halusinasi
dan waham), gangguan kognitif (tidak mampu berpikir abstrak) serta mengalami
gangguan atau kesulitan untuk melakukan aktivitas sehari-harinya (Themes,2011).
2. Etiologi
Luana (dalam Prabowo, 2014) menjelaskan penyebab skizofrenia, yaitu:
a. Faktor Biologis
1) Komplikasi Kelahiran
Bayi laki-laki yang terdapat komplikasi saat dilahirkan sering mengalami
skizofrenia, hipoksia perinatal akan meningkatkan kerentanan seseorang terhadap
skizofrenia
2) Infeksi
Perubahan anatomi pada susunan saraf pusat akibat dari infeksi virus pernah
dikatakan bahwa orang dengan skizofrenia. Penelitian mengatakan bahwa terpapar
infeksi virus pada trimester kedua kehamilan akan meningkatkan kemungkinan
seseorang mengalami skizofrenia.
3) Hipotesis dopamine
Dopamine merupakan neurotransmitter pertama yang berkontribusi terhadap
gejala dari skizofrenia. Hampir semua obat antipsikotik baik dari tipikal maupun
atipikal menyekat reseptor dopamine D2, dengan terhalangnya transmisi sinyal di
bagian sistem dopaminergik maka gejala psikotik diredakan.
4) Hipotesis serotonin
Suatu zat yang bersifat campuran agonis (antagonis) 5-HT. Ternyata zat tersebut
menyebabkan keadaan psikosisnya tidak normal
5) Struktur otak
Otak pada pasien penderita skizofrenia sedikit berbeda pada orang normal,
ventrikel terlihat melebar, penurunan massa abu-abu dan ada beberapa area terjadi
peningkatan maupun penurunan aktivitas metabolik. Pemeriksaan mikroskopis dan
jaringan otak terdapat sedikit perubahan dalam distribusi sel otak yang timbul pada
masa prenatal karena tidak ditemukannya sel gila, disebabkan timbul karena
trauma otak sejak lahir.
b. Faktor Genetik
Para ilmuwan sudah lama mengetahui bahwa skizofrenia diturunkan, 1% populasi
umum tetapi 10% pada masyarakat yang berkaitan dengan hubungan derajat pertama
seperti orang tua, kakak laki-laki atau perempuan dengan skizofrenia. Masyarakat yang
berkaitan hubungan derajat kedua seperti paman, bibi, kakek atau nenek, dan sepupu
dinyatakan lebih sering dibandingkan dengan populasi umum. Kembar identik 40%
sampai 65% berpeluang menderita penyakit skizofrenia, sedangkan kembar dizigotik
sebanyak 12%. Anak dan kedua orangtua yang skizofrenia berpeluang 40%, satu orang
tua 12%.
3. Klasifikasi
Klasifikasi dari skizofrenia sebagai berikut:
a. Skizofrenia Paranoid (F20.0)
Jenis skizofrenia dimana penderitanya akan mengalami bayangan dan khayalan
tentang penganiayaan dan kontrol dari orang lain dan juga kesombongan yang
berdasarkan kepercayaan bahwa penderitanya akan lebih mampu dan lebih hebat dari
orang lain (Videbeck, 2011).
b. Skizofrenia Tak Teratur atau Skizofrenia Hebefrenik (F.20.1)
Jenis skizofrenia yang sifatnya ditandai terutama oleh gangguan dan kelainan
dipikiran. Seseorang yang mengalami skizofrenia sering menunjukkan tanda emosi dan
ekspresi yang tidak sesuai dengan keadaannya. Khayalan dan Halusinasi adalah gejala
yang sering dialami oleh orang yang mengalami skizofrenia jenis ini (Videbeck, 2011).
c. Skizofrenia Katatonik (F.20.2)
Munculnya pertama kali antara umur 15-30 tahun, dan biasanya akut serta sering
didahului oleh stres (Maramis, 2009). Salah satu beberapa tipe skizofrenia pada
gambaran klinisnya didominasi sebagai berikut:
1) Stupor Katatonik
Pasien tidak akan merespon terhadap lingkungan sekitar atau orang yang
menunjukkan pengurangan hebat dalam beraktifitas terhadap lingkungan atau
pengurangan dari pergerakan. Walaupun penampilan klinisnya demikian, pasien
akan sering menyadari hal-hal yang sedang berlangsung di sekitarnya.
2) Kekakuan (rigiditas) katatonik
Mempertahankan sikap kaku terhadap semua upaya yang menggerakkan dirinya
3) Kegaduhan Katatonik
Kegaduhan aktivitas motorik yang tidak bertujuan dan juga tidak dipengaruhi oleh
rangsangan yang datang nya dari luar.
4) Sikap Tubuh Katatonik
Secara sadar mengambil sikap tidak wajar atau aneh
5) Kegembiraan Katatonik
Pasien sangatlah aktif dan gembira. Bisa jadi dapat mengancam jiwanya
d. Skizofrenia Residual (F.20.5)
Tipe ini merupakan sisa-sisa (residu) dari gejala skizofrenia yang tidak begitu
menonjol. Mungkin dapat dikatakan alam perasaan yang tumpul dan mendatar serta
tidak serasi (inappropriate), penarikan diri dari pergaulan sosial, tingkah lakunya yang
eksentrik, pikiran tidak logis dan tidak rasional (Hawari, 2012).
e. Skizofrenia tidak terinci (F.20.3)
Terdapat gejala psikotik yang jelas dan tidak dapat diklasifikasikan kedalam salah satu
kategori yang disebut di atas, atau yang memenuhi lebih dari satu tipe kriteria.
1) Suatu tipe skizofrenia yang gambaran klinisnya dapat ditandai dengan waham yang
jelas, halusinasi, inkoherensi atau tingkah laku kacau
2) Tidak memenuhi kriteria dari salah satu tipe yang telah disebutkan diatas
memenuhi lebih dari kriterianya dalam satu tip (Bafadal, 2011)
4. Tanda dan Gejala
Gejala-gejala skizofrenia sebagai berikut:
a. Gejala positif
1) Waham yaitu keyakinan yang salah, tidak sesuai dengan harapan, dipertahankan
dan disampaikan berulang- ulang (waham kejar,waham curiga, waham kebesaran)
2) Halusinasi yaitu gangguan penerimaan panca indra tanpa stimulasi eksternal
(halusinasi pendengaran, penglihatan, pengecapan, penciuman dan perabaan)
3) Perubahan arus pikir:
- Arus pikir terputus : saat dalam pembicaraan tiba-tiba tidak dapat melanjutkan isi
pembicaraan.
- Inkoheren : saat berbicara tidak selaras dengan lawan bicara (bicara kacau, tidak
jelas)
- Neologisme: menggunakan kata-kata yang hanya dimengerti oleh dirinya sendiri,
dan tidak dimengerti oleh orang lain
4) Perubahan perilaku
- Hiperaktif : perilaku motorik yang sangat berlebihan
- Agitasi : perilaku yang menunjukkan kegelisahan
- Iritabilitas : mudah tersinggung (Keliat, 2011)
b. Gejala negatif
Gejala-gejala negatif yang diperlihatkan pada penderita skizofrenia sebagai berikut:
1) Pendaftaran afektif (ekspresi afektif atau hidup emosi) merupakan ekspresi
perasaan yang menunjukkan sesaat dari perasaan seseorang pada waktu
pemeriksaan dan merupakan juga penyelarasan yang langsung daripada hidup
mental dan intengual, penderita skizofrenia respon emosionalnya tidak sesuai, alam
perasaannya yang datar tanpa ada ekspresi serta tidak serasi, maupun afek klien
dangkal (Bafadal, 2011).
2) Menunjukkan sikap masa bodoh
3) Saat berbicara berhenti tiba-tiba
4) Akan menarik diri dari pergaulan sosial
5) Menurunnya kinerja atau aktivitas sosial sehari-hari (Keliat, 2011)
5. Patofisiologi Skizofrenia
Menurut (Townsend, 2009) perjalanan penyakit skizofrenia dibagi menjadi 4 fase yaitu
sebagai berikut : fase premorbid, fase prodromal, fase aktif dan fase residual
a. Fase premorbid ditandai dengan periode munculnya ketidaknormalan fungsi,
walaupun hal ini dapat terjadi sebagai akibat dari efek penyakit tertentu. Indikator
premorbid dari psikosis, diantaranya sebagai yaitu riwayat psikiatri keluarga, riwayat
prenatal, dan komplikasi obstetrik dan defisit neurologisnya. Faktor premorbid lainnya
merupakan kepribadian yang terlalu pemalu dan menarik diri, hubungan antara
sosialnya yang kurang baik dan menunjukkan perilaku anti sosial.
b. Fase prodromal biasanya timbul karena timbul gejala non spesifik yang lamanya bisa
dalam hitungan minggu, bulan ataupun bisa lebih dari satu tahun sebelum onset
psikotik menjadi jelas. Fase prodromal dimulai dengan adanya perubahan fungsi
premorbid dan bisa meluas sampai munculnya gejala psikotik. Fase inilah dapat terjadi
dalam beberapa minggu atau bulan, tapi banyak juga penelitian menyatakan bahwa
fase prodromal terjadi sekitar 2 sampai dengan 5 tahun. Fase ini ditandai psikotik
mulai muncul dengan intensitas rendah. Pengenalan tanda dan gejala dan penanganan
pada fase ini perlu diperhatikan agar tidak berkembang sampai fase aktif.
c. Fase aktif ditandai dengan gejala positif atau psikotik menjadi jelas seperti tingkah laku
katatonik, inkoherensi, waham, halusinasi disertai dengan adanya gangguan afek.
Hampir semua pengobatan dengan gejala tersebut dapat hilang spontan suatu saat
akan mengalami eksaserbasi atau terus bertahan.
d. Fase terakhir yaitu fase residual dimana gejalanya sama dengan fase prodromal tetapi
gejala positif atau psikotiknya sudah berkurang. Disamping gejala-gejala yang terjadi
pada ketiga fase sebelumnya, penderita skizofrenia juga mengalami gangguan kognitif
berupa gangguan berbicara spontan, mengurutkan peristiwa, eksekutif (atensi,
konsentrasi, hubungan antara sosial), dan kewaspadaan. Fase residual biasanya
mengikuti fase aktif penyakit, selama fase residual, gejala dari masa akut dapat hilang
atau tidak mencolok lagi. Gejala negatif kemungkinan masih ada, dan afek datar dan
kerusakan fungsi peran biasa terjadi. Kerusakan residual biasanya bertambah antara
masa- masa aktif psikosis.
6. Penatalaksanaan Skizofrenia
Terapi pada skizofrenia memerlukan waktu yang cukup relatif lama berbulan bahkan bisa
bertahun, maksudnya untuk menekan sekecil mungkin kekambuhan (relapse). Terapi
yang dimaksud meliputi terapi dengan obat-obatan anti skizofrenia (psikofarmaka),
psikoterapi terapi psikososial dan terapi psikoreligius (Hawari, 2009).
a. Psikofarmaka
Adapun obat-obatan psikofarmaka yang ideal adalah yang memenuhi syarat-syarat
antara lain sebagai berikut:
1) Dosis yang rendah dengan efektivitas terapi dalam waktu relatif singkat
2) Tidak adanya efek samping, kalaupun ada relatif kecil
3) Psikoterapi rekonstruksi,dimaksud untuk memperbaiki kembali kepribadian yang
mungkin telah mengalami keretakan menjadi pribadi yang utuh seperti semula saat
sebelum sakit
4) Psikoterapi kognitif, dimaksud untuk memulihkan kembali fungsi kognitif (daya
pikir & daya ingat) rasional sehingga penderita skizofrenia mampu membedakan
nilai-nilai moral etika, mana yangbaik dan mana yang buruk.
5) Psikoterapi psikodinamik, dimaksud untuk menganalisa dan dapat mengurangi
proses dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan seseorang yang jatuh sakit dan
ada upaya untuk mencari jalan keluar.
6) Psikoterapi perilaku dimaksud dengan memulihkan gangguan perilaku (maladaptif)
menjadi perilaku yang adaptif( dapat menyesuaikan diri)
7) Psikoterapi keluarga, dimaksud dengan memulihkan hubungan antara penderita
dengan keluarga
b. Terapi psikososial
Terapi psikososial dimaksudkan penderita mampu kembali beradaptasi dengan
lingkungan sosial di sekitarnya dan dapat merawat diri, tidak bergantung pada orang
lain, sehingga tidak menjadi beban orang lain.
c. Terapi psikoreligius
Terapi keagamaan terhadap penderita skizofrenia dimaksudkan dengan gejala
patologis dengan pola sentral keagamaan dapat diterapkan atau diluruskan dengan
demikian keimanan penderita skizofrenia dapat dipulihkan kembali kejalan yang lurus
dan benar (Hawari, 2009).

C. Halusinasi
1. Definisi
Halusinasi merupakan suatu keadaan hilangnya kemampuan individu dalam membedakan
antara rangsangan (pikiran) dan juga rangsangan eksternal (dunia luar). Pasien memberi
persepsi/ pendapat tentang lingkungan tanpa adanya objek atau rangsangan yang nyata.
Contohnya pasien halusinasi mendengarkan suara-suara tetapi pada kenyataannya tidak
ada orang yang berbicara (Muhith, 2015).
Akibat dari halusinasi adalah klien kehilangan kontrol dirinya sehingga bisa saja
membahayakan dirinya sendiri, orang lain maupun lingkungan (resiko melukai diri, orang
lain dan lingkungan). Hal ini terjadi jika halusinasi sudah sampai fase ke IV, di mana klien
akan mengalami panik dan perilaku yang dikendalikan oleh isi halusinasinya. Klien benar-
benar akan kehilangan kemampuan penilaian realitas terhadap lingkungan. Dalam situasi
ini klien dapat melakukan bunuh diri, bahkan membunuh orang lain dan juga dapat
merusak lingkungan (Direja, 2011).
2. Jenis Halusinasi
Menurut Kusumawati dan Hartono (2010) jenis-jenis halusinasi yaitu sebagai berikut :
a. Halusinasi pendengaran atau auditori
Mendengarkan suara atau kebisingan yang kurang jelas ataupun yang sangat jelas
sekalipun, di mana terkadang suara- suara itu seperti mengajak berbicara klien dan
kadang klien mau untuk melakukan sesuatu yang diperintah oleh halusinasi tersebut
b. Halusinasi penglihatan atau visual
Stimulus visual berbentuk dalam kilatan atau cahaya, gambaran atau bayangan yang
rumit dan komplek. Bayangan bisa saja menyenangkan atau menakutkan.
c. Halusinasi penghidu atau olfaktori
Membau bau-bauan tertentu seperti bau darah, urine, feses, parfum, atau bisa jadi bau-
bauan yang lain. Ini sering terjadi pada seseorang pasca serangan stroke, kejang atau
demensia
d. Halusinasi pengecapan atau gustatory
Merasa mengecap rasa seperti darah, urine, feses atau bisa yang lainnya.
e. Halusinasi perabaan atau taktil
Merasakan mengalami nyeri, rasa tersetrum atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang
jelas
f. Halusinasi cenesthetic
g. Mampu merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri, pencernaan
makanan atau pembentukan urine
h. Halusinasi kinestetika
i. Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak
3. Tanda dan gejala
Menurut Kusumawati dan Hartono (2010) tanda dan gejala halusinasi sebagai berikut :
a. Menarik diri dari orang lain, dan berusaha untuk menghindar diri
dari orang lain
b. Tersenyum sendiri, tertawa sendiri
c. Duduk terpukau (berkhayal)
d. Bicara sendiri
e. Memandang satu arah, menggerakan bibir tanpa suara, penggerakan mata yang cepat,
dan respon verbal yang lambat
f. Menyerang, sulit berhubungan dengan orang lain
g. Tiba-tiba marah, curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan lingkungan )
takut
h. Gelisah, ekspresi muka tegang, mudah tersinggung, jengkel,
i. Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah
BAB III
BAB III : METODE PENELITIAN

A. Desain dan Jenis Penelitian


Desain dalam penelitian ini adalah Literatur review atau tinjuan pustaka. Studi literatur
adalah cara yangg dipakai untuk mengumpulkan data atau sumber yang berhubungan dengan
topik. Pada literatur review topik yang diambil merupakan penjabaran dari hasil penelitian
tentang pengaruh terapi psikoreligius : murotal terhadap penurunan halusinasi pada pasien
skizofrenia yang didapat dari berbagai sumber seperti jurnal, buku, internet dan pustaka lain.

B. Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data berisi : sumber data base penelitian, strategi penelusuran
publikasi di data base penelitian.
1. Sumber Data Base Penelitian
Sumber data dalam penelitian ini berupa jurnal online penelitian keperawatan , yang di
dapat melalui penelusuran data base mesin pencarian elektronik google.
2. Waktu Publikasi
Pencarian terbatas dalam kurun waktu tertentu yaitu selama kurun waktu 10 tahun
antara tahun 2011 sampai tahun 2021.
3. Kriteria inklusi dan eksklusi
Table 3.1 Identifikasi kriteria inklusi dan eksklusi
Kriteria inklusi - Jurnal yang dikumpulkan antara tahun 2011 –
2021
- Menggunakan jurnal yang sudah terdaftar
(resmi)
- Menggunakan terapi psikoreligius murotal
- Jurnal yg dipakai adalah jurnal penelitian
- Jumlah responden > 10
- Menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa
Inggris
Kriteria eksklusi - Jurnal tidak resmi/belum terdaftar
- Kurang dari tahun 2011
- Jml responden < 10
- Jurnal literatur review

4. Strategi Penelusuran Publikasi


Penelusura artikel publikasi melalui Google Schoolar menggunakan kata kunci yang
dipilih yakni Psikoreligius, murotal dan halusinasi. Artikel yang sesuai dengan kriteria
inklusi dn ekslusi diambil untuk selanjutnya di analisis. Literatur ini menggunakan
terbitan tahun 2011 – 2021 yang dapat diakses full text dalam format pdf. Kriteria jurnal
yang di review adalah artikel jurnal penelitian berbahasa Indonesa dan Inggris dengan
subyek pasien gangguan jiwa, jenis jurnal penelitian bukan jurnal literatur review dengan
tema terapi psikoreligius : murotal terhadap pasien halusinasi.
Jurnal yang sesuai dengan kriteria inklusi dilakukan review. Kriteria jurnal yang dipilih
untuk review adalah jurnal yang didalamnya terdapat tema terapi psikoreligius : murotal
terhadap pasien halusinasi.

5. Sintesis Data
Literatur review ini disintesis menggunakan metodenaratif dengan mengelompokkan
data-data hasil ekstraksi yang sejenis sesuai dengan hasil yang diukur untuk menjawab
tujuan. Jurnal penelitian yang sesuai dengan kriteria inklusi kemudian dikumpulkan dan
dibuat ringkasan jurnal meliputi : nama jurnal, volume, nomor jurnal, tahun publikasi,
metode, hasil penelitian, perbedaan dan persamaan jurnal. Ringkasan jurnal penelitian
tersebut dimasukkan dalam tabel sesuai dengan format tersebut di atas.
Untuk lebih memperjelas analisis dan full text jurnal di amati dan dicermati. Ringkasan
jurnal tersebut kemudian dilakukan analisis terhadap isi yang terdapat dalam tujuan dan
hasil/temuan penelitian. Analisis yang digunakan menggunakan analisis isi jurnal,
kemudian dilakukan koding terhadap isi jurnal dengan menggunakan kategori
psikoreligius. Data yang sudah terkumpul kemudian dicari persamaan dan perbedaan lalu
dibahas untuk menarik kesimpulan.

6. Penelusuran Jurnal
Berdasarkan hasil penelusuran di Google Schoolar dengan kata kunci psikoreligus
terdapat 37 jurnal yang sesuai dengan kata kunci tersebut. Kemudian penulis melakukan
skrining sesuai dengan inklusi dengan kata kunci psikoreligius, murotal dan halusinasi.
Dari 37 jurnal diekslusi sehingga didapatkan 15 jurnal. Assesment kelayakan terhadap 15
jurnal full text dilakukan, jurnal duplikasi dan jurnal yang tidak sesuai dengan inklusi
dilakukan ekslusi, sehingga didapatkan 9 jurnal full text yang dilakukan review.

Table 4.1 Penelusuran Jurnal

37 jurnal ditemukan lewat internet


menggunakan kata kunci psikoreligius

dilakukan skrining sesuai dengan inklusi dengan kata kunci


psikoreligius, murotal dan halusinasi

Kriteria inklusi Kriteria eksklusi

15 jurnal

Assesment kelayakan terhadap 15 jurnal full text dilakukan,


jurnal duplikasi dan jurnal yang tidak sesuai dengan inklusi
dilakukan ekslusi,

9 jurnal full text yang dilakukan review

Gambar 1. Diagram alur review jurnal

N Identitas
Penjelasan jurnal
o jurnal
1 Nama Jurnal Jurnal Kesehatan | ISSN (PRINT) 2085-
7098 | ISSN (ONLINE) 2657-1366 |
Volume 1
Nomor 1
Tahun 2020 Hal 111-114
Penerbit
Judul Jurnal Terapi Al-Qur’an dalam mengontrol
halusinasi pendengar Pada pasien
Skizofrenia
Nama Penulis Yeni Devita, Hendriyani
Lokasi RSJ Tampan provinsi Riau pada bulan
Penelitian Maret – Mei 2019.
Metode Desain Quasy Eksperiment dengan
Penelitian rancangan Pre-Post With Control Group
dengan memberikan intervensi terapi Al-
Quran pada kelompok intervensi dan
memberikan intervensi generalis pada
kelompok kontrol dengan jumlah sampel
46 orang responden yang dibagi menjadi
2 yaitu 23 responden kelompok
intervensi dan 23 responden kelompok
Hasil kontrol.
penelitian a. Kemampuan mengontrol halusinasi
pendengar pada kelompok kontrol dan
kelompok intervensi sebelum
diberikan terapi adalah 24,78 dan
sesudah diberikan terapi 20,35. Hasil
uji statistik didapatkan p value = 0,000
(ada perbedaan kemampuan
mengontrol halusinasi pendengaran)
b. Perbedaan mengontrol halusinasi
pendengaran pada kelompok kontrol
dan kelompok intervensi sesudah
diberikan terapi menunjukkan bahwa
sesudah diberikan terapi geralis pada
kelompok kontrol adalah 20,35 dan
pada kelompok intervensi adalah 7.61
dengan nilai p value 0.048 (ada
perbedaan kemampuan mengontrol
halusinasi antara kedua kelompok)

2 Nama Jurnal Jurnal Ners Indonesia


Volume 8
.
Nomor 2
Tahun Penerbit Maret 2018
Judul Jurnal Pengaruh Terapi Psikoreligius : Membaca
Al-fatihah terhadap skor halusinasi pada
pasien skizofrenia
Nama Penulis Sri Mardiati, Veny Elita, Febriana Sabrian
Lokasi Ruang rawat inap Sebayang, kampar RSJ
Penelitian Tampan Provinsi Riau pada bulan Februari
–Juli 2017
Metode Desain Quasy Eksperiment dengan
Penelitian pendekatan pretes-post test design control
group. Jumlah sample sebanyak 34 orang
dengan 17 responden kelompok
eksperiment dan 17 responden kelompok
kontrol. Menggunakan uji Wilcoxon dan
Man –Whitney
Hasil penelitian Adanya penurunan nilai median pretest dan
post test setelah diberikan terapi
psikoreligius yaitu dari 38,00 menjadi
17.00 didapat nilai p –value (0.019) < α
(0.05)

3 Nama Jurnal Jurnal Online Mahasiswa Fakultas


Volume Keperawatan (JOM FKp)
Nomor 5
Tahun Penerbit 2
Judul Jurnal Juli-Desember 2018
Perbedaan Efektivitas antara membaca
Nama Penulis dengan mendengarkan Surah Al-Fatihah
Masalah terhadap Skor Halusinasi
penelitian Ila Rifatul mahmuda, Jumaini, Agrina
Effektivitas mendengarkan murrotal Al-
Lokasi Quran terhadap skor halusinasi pada pasien
Penelitian halusinasi pendengaran
Metode Rumah Sakit Jiwa Tampan antara bulan
Penelitian Januari – Desember 2017
Quasi Eksperimental berupa rancangan
penelitian pre-post test design with two
comparison treatments dengan tehnik
Hasil penelitian pengambilan sampel purposive sampling,
Menggunakan analisis univariat dan
bivariat dengan uji dependent sample T
test dan Independent sample T test.
Intervensi membaca dan mendengarkan
surah Al-Fatihah dengan uji dependent
sample T test menunjukkan hasil yangg
signifikan terhadap penurunan skor
halusinasi karena kedua klp didapatkan
hasil p value (0,000) < (α=0,05). Hasil uji
independent sample T test didapatkan p
value (0,652) > (α = 0,05), maka dapat
disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan
yang signifikan efektifitas antara membaca
dengan mendengarkan surah Al-Fatihah
terhadap skor halusinasi.

4 Nama Jurnal Jurnal Online Mahasiswa Fakultas


Volume Keperawatan (JOM FKp)
.
Nomor 6
Tahun Penerbit 1
Judul Jurnal (Januari-Juni) 2019
Nama Penulis Effektifitas terapi Murottal Al-Quran
Lokasi terhadap skor halusinasi pasien
Penelitian halusinasi
Metode Mimi Aisyah, Jumaini, Safri
Penelitian Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi
antara bulan Februari – Juni 2018
Hasil penelitian Analisis univariat dan analisis bivariat
ddengan uji dependent sample T test
dan Independent sample T test dengan
33 responden
Intervensi terapi murotal Al-Quran
dengan uji dependent sample T test
kelompok eksperimen menunjukkan
hasil yang signifikasi terhadap
penurunan skor halusinasi karena
didapatkan p value (0,000) < (α=0,05)
dnn pada kelompok kontrol
menunjukkan hasil yang tidak signifikan
terhadap skor halusinasi karena
didapatkan v palue (0,130) > (0,05).
Hasil uji independent sample T test
didapatkan p value (0,000) < (α = 0,05)
maka dapat disimpukan bahwa
perbedaan yang signifikan
efektifitasterapi murotal Al-Quran
terhadap skor halusinasi pada pasien
halusinasi

5 Nama Jurnal Jurnal Online Mahasiswa Fakultas


. Volume Keperawatan (JOM FKp)
Nomor 3
Tahun Penerbit 1
Judul Jurnal Januari 2018
Nama Penulis Effektifitas Terapi psikoreligius
Lokasi terhadap pasien dengan halusinasi
Penelitian Santi Rinjani, Murandari, Andri Nugraha,
Metode Efri Widiyanti
Penelitian -
Literatur jurnal
Hasil Terapi psikoreligius terbukti efektif
penelitian dalam mengatasi halusinasi pasien
skizofrenia, dilakukan dengan cara
dzikir, membaca al-quran, da membaca
surat al-fatihah untuk membantu
mengurangi suara-suara yang didengar
oleh penderita halusinasi

6 Nama Jurnal Jurnal Online Mahasiswa Fakultas


Volume Keperawatan (JOM FKp)
.
Nomor 6
Tahun Penerbit 1
Judul Jurnal (Januari-Juni) 2019
Nama Penulis Effektifitas terapi Murottal Al-Quran
Lokasi terhadap skor halusinasi pasien
Penelitian halusinasi
Metode Mimi Aisyah, Jumaini, Safri
Penelitian Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi
antara bulan Februari – Juni 2018
Hasil Analisis univariat dan analisis bivariat
penelitian ddengan uji dependent sample T test
dan Independent sample T test dengan
33 responden
Intervensi terapi murotal Al-Quran
dengan uji dependent sample T test
kelompokk eksperimen menunjukkan
hasil yang signifikasi terhadap
penurunan skor halusinasi karena
didapatkan p value (0,000) < (α=0,05)
dnn pada kelompok kontrol
menunjukkan hasil yang tidak signifikan
terhadap skor halusinasi karena
didapatkan v palue (0,130) > (0,05).
Hasil uji independent sample T test
didapatkan p value (0,000) < (α = 0,05)
maka dapat disimpukan bahwa
perbedaan yang signifikan
efektifitasterapi murotal Al-Quran
terhadap skor halusinasi pada pasien
halusinasi

7 Nama Jurnal Health Information : Jurnal Penelitian


Volume p-ISSN : 2083-0840: E-ISSN:2622-5905
.
Nomor 10
Tahun Penerbit 1
Judul Jurnal Juni 2018
Nama Penulis Pendekatan terapi Psikoreligi Al-
Lokasi Qur’anic pada Pasien Skizofrenia
Penelitian Tinjauan Sistematis
Metode Lilin Rosyanti, Very hadju, Indriono
Penelitian Hadi, Sahrianti
-
Hasil -
penelitian
Pentingnya peran perawat dalam
meningkatkan kualitas hidup pasien
jiwa sizofrenia, salah satunya adalah
terapi spiritual Al-Qur’an . Terapi ini
merupakan terapi penyembuhan dan
solusi penyakit fisik, spiritual dan sosial
bagi umat islam menjadi solusi yang
terbaik.

8 Nama Jurnal Jurnal Online Mahasiswa Fakultas


Volume Keperawatan (JOM FKp)
.
Nomor 3
Tahun Penerbit 1
Judul Jurnal Januari 2018
Nama Penulis Effektifitas Terapi psikoreligius
Lokasi terhadap pasien dengan halusinasi
Penelitian Santi Rinjani, Murandari, Andri Nugraha,
Metode Efri Widiyanti
Penelitian -
Literatur jurnal
Hasil Terpi psikoreligius terbukti efektif
penelitian dalam mengatasi halusinasi pasien
skizofrenia, dilakukan dengan cara
dzikir, membaca al-quran, da membaca
surat al-fatihah untuk membantu
mengurangi suara-suara yang didengar
oleh penderita halusinasi

9 Nama Jurnal Jurnal Keperawatan Muhammadiyah


Volume 4
Nomor 2
Tahun Penerbit 2019
Judul Jurnal Efektifitas Murotal terhadap
Nama Penulis kemandirian mengontrol halusinasi
Lokasi pendengaran
Penelitian Rizky Zainuddin, Rahmiyanti Hashari
Metode -
Penelitian Basis data yang digunakan dalam
tinjauan Pubmed dan Google Scholar
Hasil Terapi Al-Qura’an dapat digunakan
penelitian sebagai alternatif pengobatan pasien
yang mengalami halusinasi pendengaran

BAB IV

BAB RINGKASAN PUSTAKA, HASIL DAN PEMBAHASAN

Anda mungkin juga menyukai