Anda di halaman 1dari 41

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN HIV/AIDS

Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah II Dosen

Pengampu: Epi Rustiawati, M.Kep.,Sp.Kep.MB

Disusun Oleh:
Kelompok 4

1. Hadi Pratama (8801220010)

2. M. roby Sugara (8801220023)

3. Putri Triyanti (8801220051)

4. Masfatmawati (8801220071)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA


2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Asuhan keperawatan HIV AIDS ini
tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang diberikan
dosen pada mata kuliah Keperawatan Medical bedah II. Selain itu juga, makalah ini bertujuan untuk
menambah wawasan bagi para pembaca dan juga penulis.

Kami ucapkan terima kasih kepada ibu Epi Rustiawati, M.Kep., Sp.Kep.MB selaku dosen
pengampu mata kuliah Keperawatan Medical Bedah II, yang telah memberikan tugas ini dan teman
kelompok yang telah berkontribusi dalam menulis dan menyusun makalah ini.

Serang, 21 Februari 2023

Penulis
ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................ii

DAFTAR ISI................................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................4

A. Latar Belakang.......................................................................................................................4

B. Tujuan Penulisan....................................................................................................................5

BAB II TINJAUAN TEORI........................................................................................................6

A. Konsep Penyakit.....................................................................................................................6

B. Konsep Asuhan Keperawatan...............................................................................................10

BAB III KASUS..........................................................................................................................18

A. Pengkajian............................................................................................................................18

B. Data Psikologis.....................................................................................................................22

C. Data Sosial............................................................................................................................23

D. Data Spiritual.......................................................................................................................23

E. Data Penunjang.....................................................................................................................24

F. Analisa Data.........................................................................................................................25

G. Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Prioritas Masalah......................................................26

H. Intervensi Keperawatan........................................................................................................26

I. Implementasi Keperawatan..................................................................................................32

J. Evaluasi................................................................................................................................33

BAB IV PENUTUP.....................................................................................................................34

A. Kesimpulan..........................................................................................................................34

B. Saran.....................................................................................................................................34

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................35
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit HIV/AIDS di berbagai negara menjadi ancaman tersendiri sebagai
masalah kehidupan sosial dan kesehatan, sehingga kebijakan pemerintah maupun
Lembaga - lembaga atau organisasi internasional yang berperan dibutuhkan dalam
menanggulangi penyebaran HIV/AIDS ini. Disetiap negara-negara masih memungkinkan
memiliki masalah terhadap kesehatan terutama pada penyakit yang dapat menular dan
berpengaruh besar terhadap kehidupan sosial. Namun negara-negara yang ada di dunia
terinfeksi virus HIV yang sangat membahayakan ini, tidak hanya di negara berkembang
saja melainkan negara maju pun banyak masyarakatnya telah terinfeksi virus HIV/AIDS.
Penyakit mematikan ini menyebar dengan cepat ke berbagai penjuru dunia mulai dekade
80an di kawasan Amerika Utara. Sedangkan virus dari penyakit ini ialah Human Immuno
Deficiency virus (HIV), yang pertama kali diidentifikasi pada tahun 1983 sebagai
penyebab timbulnya penyakit HIV/AIDS.
Human Immuno Deficiency virus (HIV) merupakan retrovirus yang terdiri dari
sampul dan inti. HIV merupakan virus yang melemahkan sistem kekebalan tubuh atau
perlindungan tubuh manusia. Virus inilah yang menyebabkan AIDS. Dan AIDS
merupakan definisi yang diberikan kepada orang terinfeksi HIV pada stadium infeksi
berat. Virus ini terbagi menjadi dua sub-tipe, yaitu HIV-1 dan HIV-2.2 Virus ini
menyerang sel limfosit, Limfosit adalah sel darah putih yang merupakan bagian penting
dari sistem kekebalan tubuh. -CD4 (salah satu sel darah putih). Virus HIV ditemukan
dalam cairan tubuh terutama pada cairan sperma, cairan vagina dan darah. Penularan
terutama terjadi melalui hubungan seksual yang tidak aman, transfusi darah, penggunaan
jarum suntik yang tidak steril, transplantasi organ/jaringan dan penularan dari ibu hamil
ke janin yang dikandungannya.
Adapun penyebaran penyakit menular HIV berpengaruh pada kehidupan
masyarakat Pertama yaitu pengaruhnya terhadap pola trend dan sebab kematian,
Penyebaran penyakit ini selain akan menurunkan angka harapan hidup rata-rata, juga
akan menurunkan rata-rata lama hidup yang dilalui dalam keadaan sehat. Karena ketika
seseorang sudah mulai terjangkit HIV, dia sudah mulai sakitsakitan, walaupun secara fisik

5
mereka masih dapat bekerja dan relatif tampak sehat. Mereka terinfeksi HIV dan telah
memasuki pada tahap AIDS maka daya tahan tubuhnya menjadi sangat lemah. Pada saat
itu penyakit-penyakit yang semula tergolong ringan menjadi berbahaya dan dapat
menyebabkan kematian. Kedua, Pengaruhnya terhadap angkatan kerja. Dengan adanya
peledakan HIV/AIDS yang melanda pada kelompok usia produktif (20-49 tahun) maka
akan mempengaruhi komposisi angkatan kerja, yaitu komposisi angkatan kerja akan
dibanjiri oleh mereka yang berusia tua dengan kata lain semakin sulit mencari tenaga
kerja muda, dan pelaksanaan pembangunan akan lebih mengandalkan pada tenaga kerja
tua yang secara praktis tingkat produktifitasnya sudah mulai menurun. Dengan demikian
pertumbuhan angkatan kerja akan rendah dengan mutu yang rendah pula. Ketiga,
Pengaruhnya terhadap beban ekonomi keluarga dan negara. Penyakit HIV/AIDS
membutuhkan masa inkubasi kurang lebih sekitar 10 tahun. Pada awalnya seseorang
terkena infeksi HIV, ditandai dengan penurunan kondisi kesehatan yang kemudian
penurunan kesehatan tersebut akan semakin cepat pada masa memasuki tahap AIDS,
dimana orang yang bersangkutan sudah tidak dapat terobati lagi secara medis.

B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui tentang HIV
AIDS dan Asuhan Keperawatan HIV AIDS

6
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Penyakit
1) Definisi
HIV/AIDS merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi virus HIV
(Human Immunodeficiency Virus) yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Infeksi
tersebut menyebabkan penderita mengalami penurunan ketahanan tubuh sehingga sangat
mudah untuk terinfeksi berbagai macam penyakit lain yang disebut dengan AIDS
(Acquired Immunodeficiency Syndrome) (Kementerian Kesehatan RI, 2017). AIDS
adalah sekumpulan gejala penyakit yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh
manusia akibat infeksi dari virus HIV (Diatmi and Diah, 2014). Orang yang telah di
diagnosa terinfeksi positif oleh virus HIV dan AIDS maka orang tersebut disebut dengan
ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) (Diatmi dan Diah, 2014).
2) Etiologi
Penyebab kelainan imun pada AIDS adalah suatu agen viral yang disebut HIV dari
sekelompok virus yang dikenal retrovirus yang disebut Lympadenopathy Associated
Virus (LAV) atau Human T-Cell Leukimia Virus (HTL- III) yang juga disebut Human
TCell Lympanotropic Virus (retrovirus). Retrovirus mengubah asam rebonukleatnya
(RNA) menjadi asam deoksiribunokleat (DNA) setelah masuk kedalam sel pejamu
(Nurrarif & Hardhi, 2015). Penyebab adalah golongan virus retro yang disebut Human
Immunodeficiency Virus (HIV). Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase
yaitu:
a. Periode jendela: lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi. Tidak ada
gejala
b. Fase infeksi HIV primer akut: lamanya 1 – 2 minggu dengan gejala flu like
illness
c. Infeksi asimtomatik: lamanya 1 – 15 atau lebih tahun dengan gejala tidk ada
d. Supresi imun simtomatik: diatas 3 tahun dengan gejala demam, keringat malam
hari, berat badan menurun, diare, neuropati, lemah, rash, limfadenopati, lesi
mulut

7
e. AIDS: lamanya bervariasi antara 1 – 5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali
ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada berbagai sistem
tubuh, dan manifestasi neurologis

3) Patofisiologis
HIV dapat masuk kedalam tubuh melalui beberapa cara. HIV dapat mencapai
sirkulasi sistemik secara langsung dengan diperantarai benda tajam yang mampu
menembus dinding pembuluh darah atau melalui mukosa. Pada 4 hingga 11 hari sejak
HIV mulai masuk kedalam dan dapat dideteksi di dalam darah (Nasronudin, 2020).
Sirkulasi sistemik dapat disertai dengan tanda gejala infeksi virus misalkan panas tinggi
secara mendadak, nyeri kepala, nyeri sendir, nyeri otot, mual, muntauh, sulit tidur, batuk
atau pilek dan lain lain. Keadaan ini disebut sindrom retroviral akut. Pada fase ini telah
dimulai penurunan CD4 pada peningkatan HIV-RNA Viral load. Viral load akan
meningkat pada awal infeksi dan penurunan sampai pada suatu titik tertentu. Keadaan
tersebut penurunan CD4 yang lebih cepat pada kurun waktu 1,5 sampai 2,5 tahun
sebelum akhirnya menjadi stadium AIDS (Nasronudin, 2020). Fase selanjutnya HIV
akan berusaha masuk ke dalam sel target. Reseptor CD4 terdapat pada permukaan
limfosit T, monosit magrofag, langerhan’s, sel dendrite, astrosit, microglia. Setelah
masuk dalam sel target HIV melepaskan single strand RNA (ssRNA). Enzim reverse
transcriptase akan menggunakan RNA sebagai tempat untuk mensintesis DNA.
Mikroorganisme lain yang memicu infeksi sekunder DNA mempengaruhi
jalannya replikasi antara lain bakteri, virus, jamur, maupun protozoa. Dari golongan
mikroorganisme tersebut yang paling besar pengaruhnya terhadap percepatan replikasi
HIV adalah virus non - HIV, terutama virus yang didapat dari DNA (Nasronudin, 2020).
Inti virus baru yang lengkap dan matang akan keluar dan menginfeksi target berikutnya,
dalam sehari HIV mampu melakukan replikasi hingga mencapai 109 – 1011 virus baru
(Nasronudin, 2020). Kerusakan pada sistem kekebalan tubuh setelah terinfeksi HIV,
CD4 akan turun sehingga bisa dilihat bahwa jumlah CD4 mencerminkan kesehatan
sistem kekebalan tubuh penderita, semakin rendah CD4, semakin rusak sistem
kekebalan tubuh. CD4 turun dibawah 200 maka menunjukkan sistem kekebalan tubuh
penderita cukup rusak sehingga infeksi oportunistik dapat menyerang tubuh penderita.
Hal ini berati sudah sampai masa AIDS agar penderita dapat menahan sistem kekebalan

8
tubuh agar tetap sehat dengan memakai obat Antiretroviral (ARV) (Murni, 2016). Jika
pengobatan tidak teratasi akan menyebabkan penurunan system imun sehingga
pertahanan individu terhadap mikroorganisme pathogen menjadi lemah dan
meningkatkan resiko terjadinya infeksi sekunder sehingga masuk ke stadium AIDS
(Nasronudin, 2020)

4) Manifestasi Klinis
Penderita yang terinfeksi HIV dapat dikelompokkan menjadi 4 golongan, yaitu:
a. Penderita asimtomatik tanpa gejala yang terjadi pada masa inkubasi yang
berlangsung antara 7 bulan sampai 7 tahun lamanya
b. Persistent generalized lymphadenophaty (PGL) dengan gejala limfadenopati umum
c. AIDS Related Complex (ARC) dengan gejala lelah, demam, dan gangguan sistem
imun atau kekebalan
d. Full Blown AIDS merupakan fase akhir AIDS dengan gejala klinis yang berat berupa
diare kronis, pneumonitis interstisial, hepatomegali, splenomegali, dan kandidiasis
oral yang disebabkan oleh infeksi oportunistik dan neoplasia misalnya sarcoma
kaposi. Penderita akhirnya meninggal dunia akibat komplikasi penyakit infeksi
sekunder (Soedarto, 2009).

Stadium klinis HIV/AIDS untuk remaja dan dewasa dengan infeksi HIV
terkonfirmasi menurut WHO:
a. Stadium 1 (asimtomatis):

• Asimtomatis
• Limfadenopati generalisata
b. Stadium 2 (ringan):

• Penurunan berat badan < 10%


• Manifestasi mukokutaneus minor: dermatitis seboroik, prurigo,
onikomikosis, ulkus oral rekurens, keilitis angularis, erupsi popular
pruritic
• Infeksi herpers zoster dalam 5 tahun terakhir

9
• Infeksi saluran napas atas berulang: sinusitis, tonsillitis, faringitis, otitis
medis

c. Stadium 3 (lanjut):

• Penurunan berat badan >10% tanpa sebab jelas


• Diare tanpa sebab jelas > 1 bulan
• Demam berkepanjangan (suhu >36,7°C, intermiten/konstan) > 1 bulan 5
• Kandidiasis oral persisten
• Oral hairy leukoplakia
• Tuberculosis paru
• Infeksi bakteri berat: pneumonia, piomiositis, empiema, infeksi
tulang/sendi, meningitis, bakteremia
• Stomatitis/gingivitis/periodonitis ulseratif nekrotik akut
• Anemia (Hb < 8 g/dL) tanpa sebab jelas, neutropenia (< 0,5×109 /L)
tanpa sebab jelas, atau trombositopenia kronis (< 50×109 /L) tanpa sebab
yang jelas
d. Stadium 4 (berat):

• HIV wasting syndrome


• Pneumonia akibat pneumocystis carinii
• Pneumonia bakterial berat rekuren
• Toksoplasmosis serebral
• Kriptosporodiosis dengan diare > 1 bulan

5) Manajemen Medis (Penatalaksanaan)


1. Obat - obat untuk infeksi yang berhubungan dengan infeksi HIV
2. Infeksi umum (trimetroprime-sulfametosoksazol) preparat antibakteri untuk
mengatasi mikroorganisme yang menyebabkan infeksi
3. Meningitis, terapi untuk meningitis kriptokokus adalah amfoteisin B IV dengan
atau tanpa flusitosin atau flukonazol (diflukcan)

10
4. Retinitis sitomegalovirus, retinitis yang disebabkan oleh sitomegalovirus (CMV;
cyto megalovirus) merupakan penyebab utama kebutaan pada penderita penyakit
AIDS
5. Froskarmet (foscavir), yaitu preparat lain yang digunakan mengobati retinitis
CMV, disuntukan secara IV setiap 8 jam sekali selama 2 hingga 3 minggu
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Wawancara
• Identitas Pasien
Meliputi nama, tempat/tanggal lahir, jenis kelamin, status perkawinan,
agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, diagnosa medis, No. RM
• Keluhan utama
Dapat ditemukan pada pasien AIDS dengan manifestasi respiratori ditemui
keluhan utama sesak nafas. Keluhan utama lainnya ditemui pada pasien penyakit
HIV AIDS, yaitu demam yang berkepanjangan (lebih dari 3 bulan), diare kronis
lebih dari 1 bulan berulang maupun terus menerus, penurunan berat badan lebih
dari 10%, batuk kronis lebih dari 1 bulan, infeksi mulut dan tenggorokan
disebabkan oleh jamur candida albikans, pembekakan kelenjar getah bening
diseluruh tubuh, munculnya herpes zooster berulang dan bercak- bercak gatal
diseluruh tubuh.
• Riwayat kesehatan sekarang
Dapat ditemukan keluhan yang biasannya disampaikan pasien HIV AIDS
adalah: pasien akan mengeluhkan napas sesak (dispnea) bagi pasien yang
memiliki manifestasi respiratori, batuk-batuk, nyeri dada, dan demam, pasien
akan mengeluhkan mual, dan diare serta penurunan berat badan drastis.
• Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya pasien pernah dirawat karena penyakit yang sama. Adanya
riwayat penggunaan narkoba suntik, hubungan seks bebas atau berhubungan seks
dengan penderita HIV/AIDS terkena cairan tubuh penderita HIV/AIDS.
• Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya pada pasien HIV AIDS adanya anggota keluarga yang menderita
penyakit HIV/ AIDS. Kemungkinan dengan adanya orang tua yang terinfeksi
HIV. Pengkajian lebih lanjut juga dilakukan pada riwayat pekerjaan keluarga,
11
adanya keluarga bekerja ditempat hiburan malam, bekerja sebagai PSK (Pekerja
Seks Komersial).

2. Pengkajian Fisik
• Kesadaran umum/ kesadaran
• Tanda- tanda Vital (TTV)
Tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan
• Pemeriksaan head to toe
a. Kepala : simteris atau tidak, normochepal
b. Mata : konjungtiva anemis (+), sclera Ikterik (+)
c. Hidung : secret (+)
d. Telinga : nyeri tekan, kesimetrisan
e. Mulut : mukosa mulut kering (-),
f. Kulit : turgor kulit jelek (-)
g. Paru - paru :I simetris atau tidak
P fremitus atau tidak P
redup/sonor
A bronkovesikuler, ronkhi, whezzing
h. Jantung : I Iktus terlihat atau tidak P Iktus teraba
atau tidak
P Batas jantung A
Irama jantung
i. Abdomen :I Membuncit atau tidak P
H/L teraba atau tidak
P tympani
A bunyi bising usus norma/tidak
j. Ekstremitas : edema, nyeri tekan

• Pemeriksaan
a. Aktivitas dan istirahat

12
Massa otot menurun, terjadi respon fisiologis terhadap aktivitas seperti perubahan
pada tekanan darah, frekuensi denyut jantung, dan pernafasan

b. Sirkulasi
Takikardi, perubahan tekanan darah postural, penurunan volume nadi perifer,
pucat/sianosis, kapillary refill time meningkat
c. Integritas ego
Perilaku menarik diri, mengingkari, depresi, ekspresi takut, perilaku marah, postur
tubuh mengelak, menangis, kontak mata kurang, gagal menepati janji atau banyak
janji
d. Eliminasi
Diare intermitten, terus menerus dengan/tanpa nyeri tekan abdomen, lesi/abses
rektal/perianal, feses encer dan/tanpa disertai mukus atau darah, diare pekat,
perubahan jumlah, warna, dan karakteristik urine
e. Makanan/cairan
Adanya bising usus hiperaktif; penurunan berat badan: parawakan kurus,
menurunnya lemak subkutan/massa otot; turgor kulit buruk; lesi pada rongga
mulut, adanya selaput putih dan perubahan warna; kurangnya kebersihan gigi,
adanya gigi yang tanggal; edema
f. Higiene
Penampilan tidak rapi, kekurangan dalam aktivitas perawatan diri
g. Neurosensori
Perubahan status mental dengan rentang antara kacau mental sampai dimensia,
lupa, konsentrasi buruk, kesadaran menurun, apatis, retardasi psikomotor/respon
melambat. Ide paranoid, ansietas berkembang bebas, harapan yang tidak realistis.
Timbul refleks tidak normal, menurunnya kekuatan otot, gaya berjalan ataksia.
Tremor pada motorik kasar/halus, menurunnya motorik fokalis, hemiparase,
kejang
Hemoragi retina dan eksudat (renitis CMV)
h. Nyeri/kenyamanan

13
Pembengkakan sendi, nyeri tekan, penurunan rentang gerak, perubahan gaya
berjalan/pincang, gerak otot melindungi yang sakit
i. Pernapasan
Takipnea, distress pernafasan, perubahan bunyi nafas/bunyi nafas adventisius,
batuk (mulai sedang sampai parah) produktif/nonproduktif, sputum kuning (pada
pneumonia yang menghasilkan sputum)
j. Keamanan
Perubahan integritas kulit: terpotong, ruam, mis. Ekzema, eksantem, psoriasis,
perubahan warna, ukuran/warna mola, mudah terjadi memar yang tidak dapat
dijelaskan sebabnya. Rektum luka, luka - luka perianal atau abses. Timbulnya nodul-
nodul, pelebaran kelenjar limfe pada dua/lebih area tubuh (leher, ketiak, paha)
Penurunan kekuatan umum, tekanan otot, perubahan pada gaya berjalan k. Seksualitas
Herpes, kutil atau rabas pada kulit genitalia
l. Interaksi social
Perubahan pada interaksi keluarga/orang terdekat, aktivitas yang tak terorganisasi,
perobahan penyusunan tujuan

3. Pemeriksaan Diagnostic
Metode yang umum untuk menegakkan diagnosis HIV meliputi: a.
ELISA (Enzyme-Linked ImmunoSorbent Assay)
Sensitivitasnya tinggi yaitu sebesar 98,1-100%. Biasanya tes ini memberikan hasil
positif 2 - 3 bulan setelah infeksi
b. Western blot
Spesifikasinya tinggi yaitu sebesar 99,6-100%. Pemeriksaannya cukup sulit, mahal,
dan membutuhkan waktu sekitar 24 jam
c. PCR (Polymerase Chain Reaction) Tes ini biasa digunakan
untuk:
1) Tes HIV pada bayi, karena zat antimaternal masih ada padabayi yang dapat
menghambat pemeriksaan secara serologis
2) Menetapkan status infeksi individu yang seronegatif pada kelompok berisiko
tinggi

14
3) Tes pada kelompok tinggi sebelum terjadi serokonversi
4) Tes konfirmasi untuk HIV- 2, sebab ELISA mempunyai sensitivitas rendah untuk
HIV-2 (Widoyono, 2014)

4. Masalah Keperawatan
1) Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis
2) Ketidakmampuan koping keluarga berhubungan dengan pola koping yang berbeda
diantara klien dan orang terdekat

5. Intervensi dan Implementasi Keperawatan

No Masalah SLKI SIKI


Keperawatan

15
1 Defisit nutrisi b.d Setelah dilakukan intervensi Observasi
faktor psikologis
keperawatan selama 1 x 24
• Identifikasi status nutrisi
jam, maka status nutrsi
• Identifikasi makanan yang
membaik, dengan kriteria
disukai
hasil:
• Identifikasi kebutuhan
1. Nafsu makan membaik
kalori dan jenis panjang
2. Frekuensi makan
• Monitor asupan makanan
membaik
• Monitor berat badan
3. Sikap terhadap
Terapeutik
makanan/minuman
sesuai dengan tujuan
kesehatan meningkat • Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang
sesuai
• Berikan makanan tinggi
serat untuk mencegah
konstipasi
Kolaborasi

 Kolaborasi dengan ahli gizi


untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis panjang
yang dibutuhkan, jika perlu

16
2 Ketidakmampuan Setelah dilakukan intervensi Observasi
koping keluarga b.d keperawatan selama 1 x 24 • Identifikasi respons
pola koping yang jam, maka status koping emosisonal terhadap
berbeda diantara keluarga membaik, dengan kondisi saat ini
klien dan orang kriteria hasil: • Identifikasi beban
terdekat prognosis secara psikologi
1. Perasaan
diabaikan menurun Terapeutik
2. Kekhawatiran tentang
anggota keluarga menurun • Dengarkan masalah,
3. Perilaku mengabaikan perasaan, dan pertanyaan
anggota keluarga menurun
4. Komunikasi antara keluarga
anggota keluarga membaik • Terima nilai – nilai
keluarga dengan cara yang
tidak menghakimi
• Diskusikan rencana medis
dan perawatan
• Fasilitasi pengungkapan
perasaan antara pasien dan
keluarga atau antar anggota
keluarga
• Fasilitasi pengambilan
keputusan dalam
merencanakan perawatan
jangka panjang, jika perlu

17
• Fasilitasi anggota keluarga
dalam mengidentifikasi dan
menyelesaikan konflik nilai
• Fasilitasi pemenuhan
kebutuhan dasar keluarga
• Fasilitasi memperoleh
pengetahuan, keterampilan,
dan peralatan yang
diperlukan untuk
mempertahankan keputusan
perawatan pasien
• Bersikap sebagai pengganti
keluarga untuk
menenangkan pasien
dan/atau jika keluarga tidak
dapat memberikan
perawatan
• Hargai dan dukung
mekanisme koping adaptif
yang digunakan
• Berikan kesempatan
berkunjung bagi anggota
keluarga

Edukasi

• Informasikan kemajuan
pasien secara berkala
• Informasikan fasilitas
perawatan Kesehatan yang
tersedia

18
Kolaborasi

 Rujuk untuk terapi


keluarga, jika perlu

6. Evaluasi Keperawatan

No. DX Tanggal (waktu) Perkembangan (SOAP) Nama dan TTD


Perawat

XX – XX - XXXX S: Tanyakan kepada pasien


apakah nafsu makan pasien
sudah membaik
O: Observasi asupan
makanan yang masuk
kedalam tubuh pasien
A: Jika kondisi sudah
membaik maka
masalah
teratasi
P: Jika masalah teratasi
maka intervensi dihentikan

19
BAB III
KASUS
A. Pengkajian
• Biodata klien dan penanggung jawab (nama, usia): bisa menyerang mulai dari bayi
hingga usia 50 tahun, jenis kelamin (dominan pada laki - laki), pekerjaan (pekerja seks,
orang yang memakai narkoba suntik dll), tempat tinggal (di lingkungan yang kurang
memadai).
• Riwayat kesehatan, terdiri dari keluhan utama, Riwayat kesehatan sekarang (P, Q, R, S,
T), Riwayat kesehatan dahulu, dan Riwayat kesehatan keluarga
• Pemeriksaan fisik, Pemeriksaan ttv, Antropometri, Pemeriksaan sistematika/persistem
(Sistem pernafasan, kardiovaskuler, dan limfe, pencernaan, persyarafan, penglihatan,
pendengaran, perkemihan, musculoskeletal, endokrin, intugumen).
a. Biodata
Nama : Tn. X
Umur : 25 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Perkawinan : Belum kawin
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Buruh
Suku Bangsa : Jawa
Tempat Tinggal : Perkampungan
No. Medrec : 2314007-2021
No. Rawat : 27-11-523
Dx. Medis : HIV/AIDS
Tgl. Masuk : 28 Agustus 2022
Tgl. Pengkajian : 28 Agustus 2022
Penanggung Jawab
Nama : Ny. Z
Umur : 45 tahun
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Hubungan dengan Pt : Ibu Kandung

20
b. Keluhan Utama:
Pasien mengeluh diare kronis
c. Riwayat Kesehatan Sekarang:
Pasien dirawat di ruang penyakit dalam dengan keluhan diare kronis sejak sebulan
yang lalu, mengalami penurunan berat badan 15 kg dalam 2 bulan terakhir. Setelah dikaji
turgor kulit tidak elastis, mukosa bibir kering, output urin menurun, terdapat bercak
merah dan terasa gatal diseluruh lengan dan paha. Pasien mengeluh tidak napsu makan,
tampak pucat, mudah lelah serta konsentrasi menurun.
a. Riwayat Kesehatan Masa Lalu:
Pasien mengatakan bahwa ia didiagnosa HIV sejak 5 bulan yang lalu, sebelumnya
pasien mempunyai riwayat memakai obat-obatan terlarang melalui jarum suntik dan
menyukai sesama jenis. Pasien baru pertama kali dirawat di RS dan tidak mempunyai
Riwayat alergi.
b. Riwayat Kesehatan Keluarga:
Pasien mengatakan bahwa dikeluarganya tidak ada yang memiliki penyakit
keturunan dan tidak ada yang mengalami gejala seperti pasien.
c. Pemeriksaan Fisik:
1. Tanda - tanda vital
a. Keadaan umum :
b. Kesadaran :kualitatif: CM
* kuantitatif: 13
c. Tekanan darah : 100/80 mmHg
d. Nadi : 78x /mnt
e. Suhu : 37,8 °C
f. RR : 18x /mnt
2. Antropometri
BB = 50 Kg
TB = 1,70 M
IMT = 17

21
3. Pemeriksaan Sistematika / persistem
a) Sistem pernafasan
Bentuk hidung simetris, tidak ada secret, tidak ada peradangan, warna
mukosa merah muda, septum hidung simetris dan tidak adanya PCH. Bentuk dada
simetris, tidak ada nyeri tekan, paru berbunyi sonor dan bunyi napas wheezing
b) Sistem Kardiovaskuler dan Limfe
Mukosa bibir kering, tidak ada pembesara kelenjar getah bening, teraba
ictus cordis, akral hangat, bunyi jantung regular tidak ada bunyi tambahan,
frekuensi pernapasan 19x/menit dan nadi 78x/menit.
c) Sistem Pencernaan
Conjungtiva merah, terdapat stomatitis, lidah kotor, tidak ada caries pada
gigi, proporsi tubuh utuh, bentuk abdomen flat, tidak ada asites, turgor kulit tidak
elastis dan tidak ada hemoroid. Frekuensi bising usus x/menit, ada nyeri tekan dan
perkusi perut tympani.
d) Sistem persyarafan
Tingkat kesadaran CM (E4V5M4), tidak ada flaping tremor dan terdapat
tanda iritasi meninggal.
e) Sistem penglihatan
Bentuk mata simetris, tidak ada peradangan pada konjungtiva, ketajaman
penglihatan menurun dan tidak ada tekanan intraokuler.
f) Sistem Pendengaran
Pina kiri dan kanan simetris, terdapat serumen dan tidak ada nyeri.
g) Sistem Perkemihan
Tidak ada edema atau asites, tidak ada nyeri ginjal dan tidak terpasang
kateter.
h) Sistem Muskuloskeletal
Bentuk tubuh kurus, keadaan umum lemah, bentuk ekstremitas atas &
bawah simetris, tidak ada edema, kemampuan dalam bergerak kurang baik, dan
ROM tidak terganggu.

22
i) Sistem Endokrin
Tidak ada pembesaran tyroid, lemah kekurangan energi metabolic, dan
kelenjar tyroid tidak mengalami nyeri tekan.
F. Sistem Integumen
Warna kulit sawo matang, kulit kurang bersih, warna rambut hitam, kuku
utuh dan kotor serta tugor kulit tidak elastis.
 Pola kebiasaan sehari - hari:
No. Pola Sebelum Sakit Saat Sakit
1 2 3 4
1. Pola Sebelum sakit pasien hanya makan Saat sakit pasien hanya makan
makan & nasi dan lauk sebanyak 3x sehari dan beberapa sendok dengan jenis
minum terkadang 1x sehari menyesuaikan bubur, sayur dan lauk. Saat sakit
suasana hati, pasien tidak suka sayur pasien mendapatkan terapi diet
dan tidak mempunyai alergi. Pasien sesuai dengan kebutuhan dan
minum sebanyak 6 gelas sehari dengan selera makan menurun drastis.
jenis kopi dan air putih.

2. Pola Pasien biasa tidur larut malam dan Saat sakit siklus tidur
istirahat & bangun pada siang hari, dengan lama pasien lebih teratur dan
tidur tidur 7 jam. Pasien mengalami tidur siang dengan waktu 2
insomnia dan tidak pernah tidur siang. jam.

3. Personal Pasien jarang mandi biasanya hanya Saat sakit setiap pagi pasien
Higiene 1x sehari, menggosok gigi sebanyak selalu dilap dan jarang
2x sehari, mencuci rambut menggosok gigi, rambut
seminggu sekali, melakukan sedikit kotor dan kuku bersih.
perawatan kuku sesuka hati dan
mengganti pakaian hanya setelah
mandi.

4. Eliminasi BAB: BAB:


BAB Pasien BAB 5x sehari dengan Pasien BAB 2x sehari dengan
konsistensi cair dan berwarna
konsistensi cair berwarna coklat

23
BAK: coklat tapi terkadang konsistensi
Pasien BAK 5x sehari dengan jumlah feses lunak
300 cc, dan berwarna kuning
BAK:
BAK
Pasien BAK 5-6x sehari dengan
jumlah dan warna yang normal.

5. Pola Pasien tidak pernah berolahraga, dan Pasien bedrest total akibat
aktivitas tidak punya hobi. Pasien hanya focus
kelemahan yang dialaminya.
bekerja

6. Kebiasaan Pasien merokok dengan jumlah 1-3 Pasien tidak merokok dan tidak
lain bungkus sehari. Pasien sering keluar bisa keluar untuk mencari angin
malam untuk mencari angin dan
nongkrong bersama teman

B. Data Psikologis
1. Status Emosi
Pasien tampak tidak bisa mengontrol emosinya ketika marah dan mudah tersinggung
2. Kecemasan Klien
Pasien mengalami stress yang cukup berat akibat memikirkan penyakitnya
3. Konsep Diri
a. Citra tubuh
Pasien tidak menyukai bagian mulut karena sering merasakan sariawan dan
pasien menyukai bagian kaki yang tidak pernah lelah untuk melangkah menjalani
hidup.
b. Identitas diri
Pasien bekerja sebagai seorang buruh di salah satu pabrik dan pasien senang
dengan pekerjaan yang dijalaninya, akan tetapi setelah dikonfirmasi positif HIV
pasien berhenti dari pekerjaan tersebut karena takut orang lain mengetahui
penyakitnya.

24
c. Peran
Pasien berperan sebagai tulang punggung di keluarga dan semenjak sakit pasien
tidak melaksanakan peran tersebut.
d. Ideal diri
Pasien berharap tubuhnya bisa kembali normal sehingga ia bisa kembali bekerja
dan melakukan berbagai kegiatan di luar.
e. Harga diri
Sebelum sakit pasien dikenal sebagai pribadi yang ramah dan sabar namun
setelah orang disekitar rumah mengetahui kondisinya pasien menjadi mudah
tersinggung dan dijauhkan oleh teman-temannya.
4. Koping mekanisme yang digunakan
Sebelum sakit pasien sering minum alkohol bahkan ketergantungan akan tetapi
setelah sakit pasien tidak lagi minum alkohol dan sebisa mungkin pasien tidak stress agar
tidak menghambat proses penyembuhan.

C. Data Sosial
1. Pola Komunikasi
Gaya bicaranya sedikit tenang dan tidak terlalu spontan dalam memberikan jawaban,
terkadang pasien tidak merespon dan kurang kooperatif.
2. Pola Interaksi
a. Dengan perawat : baik tapi terkadang agresif
b. Dengan keluarga : agresif
c. Dengan klien lain : kurang baik

D. Data Spiritual
1. Motivasi religi klien
Pasien beragama Islam tapi tidak pernah melaksanakan ibadah dan semenjak sakit
pasien berusaha untuk berdoa agar diberikan kesembuhan oleh sang pencipta.
2. Persepsi klien terhadap penyakitnya
Pasien merasa bahwa Tuhan tidak adil karena memberikan penyakit ini dan pasien
berusaha menerima cobaan hidup ini.

25
3. Pelaksanaan ibadah sebelum / selama dirawat
Sebelum sakit pasien jarang beribadah dan selama sakit pasien mulai sering
melakukan ibadah

E. Data Penunjang

JENIS PEMERIKSAAN NILAI NORMAL HASIL PEMERIKSAAN

DARAH LENGKAP

Hb L 13–18; P 12–16 gr/dL 9,5 gr/dL

LED L 0-15; P 0-20mm/jam 103 mm/jam

Hct L 42–52 %; P 37–47% 27,3 %

MCV L 80-94/ P 81-99 fL 83 fL

MCH 27-31 pg 29 pg

MCHC 30-34G/dL 33G/dL

Eosinofil 1–4 % 0,5%

Basofil 0-2% 0,3%

IMUNOSEROLOGI

HbsAg Negative

Anti HCV Negative

26
a) Program terapi
a. Obat-obatan yang diberikan:
• Paracetamol 500 mg
• IVFD RL 500 ml
• Dexamethason 10 mg
• Cotrimoxazole forte 800 mg
• Loperamide 4-8 mg
• Curcuma 3x1 sehari
• Vit. K 15 mg
b. Diet: Diet AIDS III dalam porsi kecil dan sering dengan bentuk makanan lunak.
F. Analisa Data
No. Data Etiologi Masalah

1 DS: Jarum suntik


Pasien mengatakan bahwa pernah memakai ↓
obat-obatan melalaui jarum suntik dan Invasi virus HIV
keluarga pasien mengatakan bahwa pasien ↓
dijauhi oleh teman-temannya Mengikat sel CD4

DO: Penurunan sel CD4
Diare kronis
Pasien tampak lemah, mukosa bibir kering ↓
dan mengalami stomatitis. Menyerang sistem
kekebalan tubuh

Gangguan pada sistem
pencernaan

Diare kronis

27
2 DS: Menyerang sistem
Pasien mengatakan bahwa BAB lebih dari 5x pencernaan
sehari dan mengalami sakit perut yang melilit ↓
Hiperperistaltik
DO: ↓
Hipovolemia
Pasien terlihat pucat, turgor kulit tidak elastis Output meningkat
dan bising usus 21x/menit.

Diare

Input berkurang

Turgor kulit menurun

Hipovolemia

3 DS:
Pasien mengalami diare dan tidak napsu Diare
makan ↓
Defisit nutrisi
Tidak napsu makan
DO: ↓
Pasien mengalami penurunan BB 15 kg dalam Penurunan BB
kurun waktu 2 bulan

Defisit

G. Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Prioritas Masalah


1. Diare kronis berhubungan dengan tingkat kecemasan yang
tinggi
2. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan penurunan BB ekstrim

28
H. Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa SIKI SLKI
Keperawatan
1. Terapeutik Setelah
dilakukan
 Atur interval waktu pemantauan sesuai intervensi
keperawatan
dengan kondisi pasien
selama 1 x 24
 Dokumentasikan hasil pemantauan jam, maka
eliminasi fekal
membaik,
Edukasi dengan kriteria
hasil:
 Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan

Dokumentasikan
hasil
pemantauan

Terapeutik

 Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien


 Dokumentasikan hasil pemantauan Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan

Dokumentasikan hasil pemantauan

29
30
infeksi, malabsorpsi, 1. Kontrol pengeluaran
ansietas, stres, obatobatan, feses meningkat
pemberian botol susu) 2. Keluhan defekasi lama
• Identifikasi dan sulit menurun
Riwayat pemberian 3. Mengejan saat defekasi
makanan menurun
• Identifikasi gejala 4. Konsistensi feses
invaginasi (mis: tangisan membaik
keras, kepucatan pada 5. Frekuensi BAB membaik
bayi) 6. Peristaltik usus membaik
• Monitor warna, volume,
frekuensi, dan konsistensi
feses
• Monitor tanda dan gejala
hypovolemia (mis:
takikardia, nadi teraba
lemah, tekanan darah
turun, turgor kulit turun,
mukosa kulit kering, CRT
melambat, BB menurun)
• Monitor iritasi dan
ulserasi kulit di daerah
perianal
• Monitor jumlah
dan pengeluaran diare
• Monitor keamanan
penyiapan makanan

Terapeutik

• Berikan asupan cairan oral


(mis: larutan garam gula,
oralit, Pedialyte, renalyte)

31
32
• Pasang jalur intravena
• Berikan cairan intravena
(mis: ringer asetat, ringer
laktat), jika perlu
• Ambil sampel darah untuk
pemeriksaan darah
lengkap dan elektrolit
• Ambil sampel feses untuk
kultur, jika perlu

Edukasi

• Anjurkan makanan porsi


kecil dan sering secara
bertahap
• Anjurkan menghindari
makanan pembentuk gas,
pedas, dan mengandung
laktosa
• Anjurkan melanjutkan
pemberian ASI

Kolaborasi

• Kolaborasi pemberian
obat antimotilitas (mis:
loperamide, difenoksilat)
• Kolaborasi pemberian
antispasmodik/spasmolitik
(mis: papaverine, ekstrak
belladonna, mebeverine)
• Kolaborasi pemberian
obat pengeras feses (mis:

33
atapugit, smektit,
kaolinpektin)

34
2. Hipovolemia b.d Setelah dilakukan
cairan
kehilangan intervensi keperawatan
Observasi
aktif selama 1 x 24 jam, maka
• Monitor frekuensi dan status cairan membaik,
kekuatan nadi dengan kriteria hasil:
• Monitor frekuensi napas
• Monitor tekanan darah • Kekuatan nadi

• Monitor berat badan meningkat

• Monitor waktu pengisian • Turgor kulit meningkat

kapiler • Output Urin meningkat

• Monitor elastisitas atau • Perasaan lemah

turgor kulit menurun


• Monitor jumlah, warna, • Keluhan Haus menurun
dan berat jenis urin • Konsentrasi urin

• Monitor kadar albumin menurun


dan protein total • Intake cairan membaik
• Monitor hasil pemeriksaan • Frekuensi nadi, tekanan
serum (mis: osmolaritas darah, dan tekanan nadi
serum, hematokrit, membaik
natrium, kalium, dan
BUN)
• Monitor intake dan output
cairan
• Identifikasi tanda-tanda
hypovolemia (mis:
frekuensi nadi meningkat,
nadi teraba lemah, tekanan
darah menurun, tekanan
nadi menyempit, turgor

35
kulit menurun, membran
mukosa kering, volume
urin menurun, hematokrit
meningkat, hasil, lemah,
konsentrasi urin
meningkat, berat badan
menurun dalam waktu
singkat)
• Identifikasi tanda-tanda
hypervolemia (mis:
dispnea, edema perifer,
edema anasarca, JVP
meningkat, CVP
meningkat, refleks
hepatojugular positif,
berat badan menurun
dalam waktu singkat)
• Identifikasi faktor risiko
ketidakseimbagnan cairan
(mis: prosedur
pembedahan mayor,
trauma/perdarahan, luka
bakar, apheresis, obstruksi
intestinal, peradangan
pancreas, penyakit ginjal
dan kelenjar, disfungsi
intestinal)

Terapeutik

36
• Atur interval waktu
pemantauan sesuai dengan
kondisi pasien
• Dokumentasikan hasil
pemantauan

Edukasi

• Jelaskan tujuan dan


prosedur pemantauan
• Dokumentasikan hasil
pemantauan

3. Defisit nutrisi Setelah dilakukan


Observasi
berhubungan intervensi keperawatan
dengan penurunan • Identifikasi kemungkinan selama 1 x 24 jam, maka
BB penyebab BB kurang status nutrisi membaik,
ekstrim • Monitor adanya mual dan dengan kriteria hasil:
muntah
1. Porsi makan yang
• Monitor jumlah kalori
dihabiskan meningkat
yang di konsumsi
2. Berat badan membaik
seharihari
3. Indeks massa tubuh
• Monitor berat badan
(IMT) membaik
• Monitor albumin, limfosit,
dan elektrolit serum

Terapeutik

• Berikan perawatan mulut


sebelum pemberian
makan, jika perlu
• Sediakan makanan yang
tepat sesuai kondisi pasien
(mis: makanan dengan

37
tekstur halus, makanan
yang diblender, makanan
cair yang diberikan
melalui NGT atau
gastrostomy, total
parenteral nutrition sesuai
indikasi)
• Hidangkan makanan
secara menarik
• Berikan suplemen, jika
perlu
• Berikan pujian pada
pasien/keluarga untuk
peningkatan yang dicapai

Edukasi

• Jelaskan jenis makanan


yang bergizi tinggi, namun
tetap terjangkau
• Jelaskan peningkatan
asupan kalori yang
dibutuhkan

I. Implementasi Keperawatan
Tindakan keperawatan yang dilakukan antara lain:
1. Mencatat Intake dan Output pasien

2. Menilai status hidarasi dari mukosa bibir, denyut nadi, dan tekanan darah

3. Mengukur TTV (tekanan darah, nadi, pernafasan, dan suhu tubuh)

38
4. Melakukan pemeriksaan fisik

5. Menentukan faktor - faktor yang menyebabkan ketidakseimbangan cairan

6. Melakukan pemeriksaan darah lengkap


7. Memeriksa turgor kulit

8. Memonitor kadar albumin


9. Memonitor memonitor mokosa

J. Evaluasi Keperawatan
Pada diagnosa data psikologis didapatkan hasil evaluasi pasien menyatakan
perasaan cemas sudah hilang, pasien mengatakan dapat menerima kondisi penyakitnya
saat ini dan pasien terlihat bersemangat dalam menjalani pengobatan, pada hari ke - 4
implementasi masalah telah teratasi dan intervensi dihentikan.

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

1. HIV (Human Immuno–Devesiensi) adalah virus yang hanya hidup dalam tubuh
manusia, yang dapat merusak daya kekebalan tubuh manusia. AIDS (Acguired
Immuno–Deviensi Syndromer) adalah kumpulan gejala menurunnya gejala
kekebalan tubuh terhadap serangan penyakit dari luar.
2. Tanda dan Gejala Penyakit AIDS seseorang yang terkena virus HIV pada awal
permulaan umumnya tidak memberikan tanda dan gejala yang khas, penderita
hanya mengalami demam selama 3 sampai 6 minggu tergantung daya tahan
tubuh saat mendapat kontak virus HIV tersebut.
3. Hingga saat ini penyakit AIDS tidak ada obatnya termasuk serum maupun
vaksin yang dapat menyembuhkan manusia dari Virus HIV penyebab penyakit
AIDS yang ada hanyalah pencegahannya saja

39
B. Saran

Dengan selesainya penyusunan makalah mengenai HIV/AIDS ini, penulis


mengharapkan makalah ini dapat berguna bagi pembaca. Penulis menyadari
begitu banyak kekurangan yang ada didalam penyusunan makalah ini, baik
dalam bentuk sistematika penulisan maupun kedalaman materinya. Oleh karena
itu, saran yang membangun dari pembaca sangat penulis harapkan, untuk
mengembangkan materi makalah ini guna perubahan ke arah yang lebih baik
dan menidik. Selain itu besar harapan penulis agar pembaca dapat
memanfaatkan makalah ini, baik didalam pendidikan maupun dalam
pemahaman mengenai HIV/AIDS, dalam ruang lingkup yang lebih luas.

DAFTAR PUSTAKA

Kaat, F. (2019). Asuhan Keperawatan Penyakit Hiv/Aids Pada Ny. Y. K Di Ruang Cempaka

Kale E.D. 2014. Asuhan Keperawatan HIV/AIDS. Poletekkes KupanRSUD. Prof. Dr. WZ
Johannes Kupang (Doctoral dissertation, Poltekkes Kemenkes Kupang).

MediaAction. Jilid I 2015 hal. Asuhan keperawatan berdasarkan diagnose medis & NANDA
NIC-NOC. MediaActionPublishing: Yogyakarta

Nursalam, D. K., Dian, N., & Ns, S. (2007). Asuhan keperawatan pada pasien terinfeksi HIV.
Jakarta: Salemba Medika

PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Dewan Pengurus Pusat PPNI: Jakarta

PPNI. 2016. StandarIntervensiKeperawatan Indonesia. Dewan Pengurus Pusat PPNI: Jakarta

PPNI. 2016. StandarLuaranKeperawatan Indonesia. Dewan Pengurus Pusat PPNI: Jakarta

40
41

Anda mungkin juga menyukai