Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIV/AIDS

Disusun Kelompok 7:

1. Siti kurniatun (2107083)


2. Syahrul keitaro A (2107087)
3. Umnya dwi saputri (2107092)
4. Waeni herlin (2107094)
5. Alya neta M (2107095)
6. Wahyu nur sekha (2107096)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


FAKULTAS KEPERAWATAN BISNIS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS WIDYA HUSADA SEMARANG
TAHUN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dengan semua
rahmatnya, penulis akhirnya bisa menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Tak lupa, Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang sudah
membantu penyusunan makalah ini.
Makalah berjudul “Asuhan keperawatan pada pasien HIV/AIDS” disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah …. Melalui tugas ini, penulis mendapatkan banyak ilmu baru tentang bagaimana
memanfaatkan teknologi dengan baik.
Tentu penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Meskipun begitu, penulis
berharap bahwa makalah ini bisa bermanfaat untuk orang lain.
Apabila ada kritik dan saran yang ingin disampaikan, penulis sangat terbuka dan dengan senang
hati menerimanya.

Semarang, 29 September 2023

DAFTAR ISI

BAB I..........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG...................................................................................................................1
.................................................................................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH................................................................................................................1
C. TUJUAN MASALAH....................................................................................................................1
1. Tujuan Umum............................................................................................................................1
2. Tujuan Khusus...........................................................................................................................1
BAB II........................................................................................................................................................2
TINJAUAN TEORI...................................................................................................................................2
A. DEFINISI.......................................................................................................................................2
B. ETIOLOGI.....................................................................................................................................3

i
C. PATOFISIOLOGI.........................................................................................................................3
D. PATHWAY....................................................................................................................................4
.................................................................................................................................................................5
H. MANIFESTASI KLINIS...........................................................................................................5
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG..................................................................................................6
J. KOMPLIKASI...............................................................................................................................7
K. PENATALAKSANAAN............................................................................................................8
BAB III.......................................................................................................................................................9
TINJAUAN ASKEP..................................................................................................................................9
A. PENGKAJIAN...............................................................................................................................9
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN.................................................................................................11
I. INTERVENSI..............................................................................................................................12
BAB IV.....................................................................................................................................................17
KESIMPULAN DAN SARAN................................................................................................................17
A. KESIMPULAN............................................................................................................................17
B. SARAN.........................................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Salah satu program prioritas pembangunan pemerintah Indonesia adalah upaya
peningkatan derajat kesehatan masyarakat sebagai unsur dari Millenium Development
Goals (MDG’s) pemerintah. Berbagai upaya kesehatan pun diarahkan untuk mendukung
program ini, tidak terkecuali perang melawan penyakit infeksi seperti HIV/AIDS dan
penyakit menular lainnya seperti yang tercantum dalam MDG-6. Searah dengan MDG-6,
UNAIDS juga memandu dengan visinya agar di tahun 2015 tidak ada lagi penyebaran
(zero new infections), kematian (zero AIDS-related deaths), dan stigma (zero
discrimination) akibat HIV/AIDS (Depkes RI, 2012). Data di riskesdas 2018?? Data di
Kota Semarang??
Penyakit HIV AIDS juga memunculkan berbagai masalah psikologi seperti ketakutan,
keputusan yang disertai dengan prasangka buruk dan diskriminasi dari orang lain, yang
kemudian menimbulkan tekanan psikologis. Menurut Nursalam (2011) jika ditambah
dengan stres psikososial-spiritual yang berkepanjangan pada pasien terinfeksi HIV maka
akan mempercepat terjadinya AIDS, bahkan meningkatkan kematian.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah? Pengertian HIV/ AIDS?
2. Bagaimana Apakah Etiologi HIV/ AIDS?
3. Bagaimana Patofisiologi HIV/ AIDS?
4. Bagaimana Penatalaksanaan HIV/ AIDS?
5. Bagaimana Pengkajian HIV/ AIDS?
6. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien HIV/ AIDS?

C. TUJUAN MASALAH
1. Tujuan Umum
Menjelaskan tentang AIDS dan asuhan keperawatan pada klien dengan kasus AIDS
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui apa Pengertian AIDS

1
b. Untuk mengetahui bagaimana Etiologi AIDS
c. Untuk mengetahui patofisiologi AIDS
d. Untuk mengetahui penatalaksanaan AIDS
e. Untuk mengetahui pengkajian AIDS
f. Untuk mengetahui bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien AIDS

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. DEFINISI
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah sejenis virus yang menyerang
sistem kekebalan tubuh manusia dan dapat menimbulkan AIDS. HIV menyerang salah
satu jenis sel darah putih yang bertugas menangkal infeksi, sel darah putih yang diserang
tersebut adalah sel limfosit, disebut juga T-Limfosit atau sel T-4 atau disebut juga sel
limfosit CD4. Karena berkurangnya nilai CD4 dalam tubuh manusia menunjukkan

2
berkurangnya sel-sel darah putih atau limfosit yang seharusnya berperan dalam mengatasi
infeksi yang mausk ke tubuh manusia. Pada orang dengan sistem kekebalan yang baik
nilai CD4 berkisar antara 1400-1500. Sedangkan pada orang dengan sistem kekebalan
yang terganggu (missal pada orang yang terinfeksi HIV) nilai CD4 semakin lama akan
semakin menurun (bahkan pada beberapa kasus bisa sampai nol) (KPA, 2020).
AIDS (Acquired Immuno Deficiency Sindrome) dapat diartikan sebagai kumpulan
penyakit yang disebabkan oleh virus HIV yang merusak sistem kekebalan tubuh manusia,
sehingga tubuh mudah diserang penyakit -penyakit lain yang berakibat fatal.
Berkurangnya kekebalan tubuh itu sendiri disebabkan berkurangnya sel limfosit karena
diserang oleh HIV. Pada dasarnya HIV adalah jenis patogen obligan intraseluler yaitu
virus yang hanya hidup dalam sel atau media hidup.

B. ETIOLOGI
Penyebab kelainan imun pada AIDS adalah suatu agen viral yang disebut HIV
dari sekelompok virus yang dikenal retrovirus yang disebut Lympadenopathy Associated
Virus (LAV) atau Human T-Cell Leukimia Virus (HTL-III) yang juga disebut Human T-
Cell Lympanotropic Virus (retrovirus). Retrovirus mengubah asam rebonukleatnya
(RNA) menjadi asam deoksiribunokleat (DNA) setelah masuk kedalam sel pejamu.
Penyebab adalah golongan virus retro yang disebut Human Immunodeficiency Virus
(HIV). Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase yaitu:
1. Periode jendela : pemeriksaan tes antibodi terhadap HIV masih menunjukkan
hasil negatif walaupun virus sudah ada dalam darah seseorang yang terinfeksi
HIV. Periode masa jendela ini sangat penting karena pada periode ini seseorang
yang terinfeksi sudah berpotensi menularkan HIV pada orang lain, dapat
berlangsung sampai 6 bulan sebelum terjadi serokonversi positif.
2. Fase infeksi HIV primer akut: lamanya 1-2 minggu dengan gejala seperti flu.
3. Infeksi asimtomatik: lamanya 1 – 5 tahun atau lebih dengan gejala tidak ada.
4. Supresi imun simtomatik: diatas 3 tahun dengan gejala demam, keringat malam
hari, berat badan menurun, diare, neuropati, lemah, rash, limfadenopati, lesi
mulut.

3
5. AIDS: lamanya bervariasi antara 1 – 5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali
ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada berbagai sistem
tubuh, dan manifestasi neurologis

C. PATOFISIOLOGI
Virus HIV masuk ke dalam tubuh manusia melalui perantara darah, semen dan
sekret vagina. HIV tergolong retrovirus yang mempunyai materi genetik RNA yang
mampu menginfeksi limfosit CD4 (Cluster Differential Four), dengan melakukan
perubahan sesuai dengan DNA inangnya. Virus HIV cenderung menyerang jenis sel
tertentu, yaitu sel-sel yang mempunyai antigen CD4 terutama limfosit T4 yang
memegang peranan penting dalam mengatur dan mempertahankan sistem kekebalan
tubuh. Virus juga dapat menginfeksi sel monosit makrofag, sel Langerhans pada kulit, sel
dendrit folikuler pada kelenjar limfe, makrofag pada alveoli paru, sel retina, sel serviks
uteri dan sel-sel mikroglia otak. Virus yang masuk kedalam limfosit T4 selanjutnya
mengadakan replikasi sehingga menjadi banyak dan akhirnya menghancurkan sel limfosit
itu sendiri.
Kejadian awal yang timbul setelah infeksi HIV disebut sindrom retroviral akut
atau Acute Retroviral Syndrome. Sindrom ini diikuti oleh penurunan jumlah CD4 dan
peningkatan kadar RNA HIV dalam plasma. CD4 secara perlahan akan menurun dalam
beberapa tahun dengan laju penurunan CD4 yang lebih cepat pada 1,5 – 2,5 tahun
sebelum pasien jatuh dalam keadaan AIDS. Viral load (jumlah virus HIV dalam darah)
akan cepat meningkat pada awal infeksi dan pada fase akhir penyakit akan ditemukan
jumlah CD4 < 200/mm3 kemudian diikuti timbulnya infeksi oportunistik, berat badan
turun secara cepat dan muncul komplikasi neurulogis. Pada pasien tanpa pengobatan
ARV, rata-rata kemampuan bertahan setelah CD4 turun < 200/mm3 adalah 3,7.

4
D. PATHWAY

E. Ketidakefektifan pola nafas b.d penurunan kekuatan otot pernafasan


F. b. Diare b.d proses infeksi
G. c. Risiko infeksi b.d imunodefisiensi selule

Tambahkan dampak imunosupresi yg lain! Minimal prose 3 gejala mayor bisa dituangkan
dalam parhway
Dalam pathway dijelaskan bagaimana sampai terjadi komplikasi

H. MANIFESTASI KLINIS
Sindroma HIV akut adalah istilah untuk tahap awal infeksi HIV. Gejalanya
meliputi demam, lemas, nafsu makan turun, sakit tenggorokan (nyeri saat menelan),
batuk, nyeri persendian, diare, pembengkakkan kelenjar getah bening, bercak kemerahan
pada kulit (makula / ruam). Diagnosis AIDS dapat ditegakkan apabila menunjukkan tes
HIV positif dan sekurang-kurangnya didapatkan dua gejala mayor dan satu gejala minor.
Gejala Mayor :

5
1. Penurunan berat badan lebih dari 10%
2. Diare kronik lebih dari 1 bulan
3. Demam lebih dari 1 bulan (Kontinu atau intermiten)
Gejala Minor :
1. Batuk lebih dari 1 bulan
2. Dermatitis pruiritik umum
3. Herpes zoster rekurens
4. Candidiasis oro-faring
5. Limfadenopati umum
6. Herpes simpleks diseminata yang kronik progresif

I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Beberapa pemeriksaan laboraturium untuk mendeteksi HIV yaitu:
1. Hematologi rutin, pada penderita HIV/ AIDS ditemukan leucopenia (jumlah
leukosit menurun).
2. ELISA (Enzym LinkedImmunosorbent Assay)
Tes ini mendeteksi anti body yang dibuat tubuh terhadap virus HIV. Anti body
tersebut biasanya diproduksi mulai minggu ke 2 dan minggu ke 12 setelah
terpapar virus HIV. Tes Elisa dapat dilakukan dengan mengunakan sample darah
vena, air liur, atau air seni. Hasil positif pada Elisa belum memastikan bahwa
orang yang diperiksa telah terinfeksi HIV, masih diperlukan pemeriksaan lain
yaitu Western Blot atau IFA. Jadi walaupun Elisa menunjukkan hasil positif
masih ada dua kemungkinan orang tersebut sebenarnya tidak terinfeksi HIV atau
betul-betul telah terinfeksi HIV.
3. Western Blot
Westren blot sama dengan Elisa, Westren blot juga mendeteksi anti body terhadap
HIV. Westren blot menjadi test konfirmasi bagi Elisa karena pemeriksaan ini
lebih sensitif dan lebih spesifik. Walaupun demikian pemeriksaan ini lebih sulit
dan butuh keahlian lebih dalam.
4. IFA (Indirect Fluorescent Antibody)

6
juga merupakan pemeriksaan konfirmasi Elisa positif. Seperti halnya dua
pemeriksaan diatas, Ifa juga mendeteksi anti body terhadap HIV.
5. PCR Test (Polymerase Chain Reaction)
PCR test adalah uji yang memeriksa langsung keberadaan virus HIV di dalam
darah. Tes ini dapat dilakukan lebih cepat yaitu seminggu setelah terpapar virus
HIV. Test ini sangat mahal dan memerlukan alat yang canggih, oleh karena itu
test ini biasanya hanya dilakukan jika uji anti body diatas tidak memberikan hasil
yang pasti. Selain itu, PCR Test juga dilakukan secara rutin untuk uji penampisan
(screening test) darah atau organ tubuh yang akan didonorkan.
6. Antigen P24
Pemeriksaan antigen P24 merupakan pemeriksaan yang sifatnya lebih spesifik
karena mendeteksi infeksi HIV melalui protein pembungkus HIV, dapat terdeteksi
lebih cepat yakni 1-3 minggu setelah infeksi awal, sehingga membantu efektivitas
deteksi dini HIV.

J. KOMPLIKASI
1. Oral Lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV Oral, gingivitis,
peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral, nutrisi,
penurunan berat badan, keletihan dan cacat.
2. Neurologic
1) Kompleks dimensia AIDS karena serangan lansung Humman
Immunodeficiency Virus (HIV) pada sel saraf, berefek perubahan
kepribadian, kerusakan kemampuan motorik, kelemahan, disfasia, dan
isolasi sosial.
2) Enselophaty akut, karena reaksi terpeutik, hipoksia, hipoglikemia,
ketidakseimbangan elektrolit, meningitis/ ensefalitis, dengan efek: sakit
kepala, malaise, demam, paralise, total/ parsial.
3) Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler, hipotensi sistematik, dan
manarik endokarditas.

7
4) Neuropati karena imflamasindemielinasi oleh serangan Human
Immunodeficienci Virus (HIV).
3. Gastrointestinal
1) Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora
normal,limpoma,dan sarcoma Kaposi. Dengan efek, penurunan berat
badan,anoreksia,demam,malabsorbsi,dan dehidrasi.
2) Hepatitis karena bakteri dan virus,limpoma,sarcoma Kaposi,obat
illegal,alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri
abdomen,ikterik,demam atritis.
3) Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal
yang sebagai akibat infeksi,dengan efek inflamasi sulit dan sakit,nyeri
rectal,gatal – gatal dan diare.
4. Respirasi
Infeksi karena pneumocystis carinii, cytomegalovirus, virus influenza,
pneumococcus, dan strongyloides dengan efek nafas pendek , batuk, nyeri,
hipoksia, keletihan, gagal nafas.
5. Dermatologic
Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena
xerosis, reaksi otot, lesi scabies atau tuma, dan dekubitus dengan efek nyeri, gatal,
rasa terbakar, infeksi sekunder dan sepsis.
6. Sensorik
1) Penglihatan : sarcoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan
2) Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan
pendengaran dengan efek nyeri.
K. PENATALAKSANAAN
1. Pengendalian Infeksi Opurtunistik
Bertujuan menghilangkan, mengendalikan, dan pemulihan infeksi opurtunistik,
nasokomial, atau sepsis. Tindakan pengendalian infeksi yang aman untuk
mencegah kontaminasi bakteri dan komplikasi penyebab sepsis harus
dipertahankan bagi pasien dilingkungan perawatan kritis.
2. Terapi AZT (Azidotimidin)

8
Obat antiviral AZT yang efektif terhadap AIDS, obat ini menghambat replikasi
antiviral HIV dengan menghambat enzim pembalik traskriptase. AZT tersedia
untuk pasien AIDS yang jumlah sel T4 nya < >3. Sekarang, AZT tersedia untuk
pasien dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV) positif asimptomatik dan
sel T4 > 500 mm3.
3. Diet HIV/AIDS
Makanan untuk pasien AIDS dapat diberikan melalui tiga cara, yaitu secara oral,
enteral(sonde) dan parental(infus). Asupan makanan secara oral sebaiknya
dievaluasi secara rutin. Bila tidak mencukupi, dianjurkan pemberian makanan
enteral atau parental sebagai tambahan atau sebagai makanan utama. Ada tiga
macam diet AIDS yaitu Diet AIDS I, II dan III.
1) Diet AIDS I diberikan kepada pasien infeksi HIV akut, dengangejala
panas tinggi, sariawan, kesulitan menelan, sesak nafas berat, diare akut,
kesadaran menurun, atau segera setelah pasien dapat diberi makan.
Makanan berupa cairan dan bubur susu, diberikan selama beberapa hari
sesuai dengan keadaan pasien, dalam porsi kecil setiap 3 jam.
2) Diet AIDS II diberikan sebagai perpindahan Diet AIDS I setelah tahap
akut teratasi. Makanan diberikan dalam bentuk saring atau cincang setiap
3 jam.
3) Diet AIDS III diberikan sebagai perpindahan dari Diet AIDS II atau
kepada pasien dengan infeksi HIV tanpa gejala. Bentuk makanan lunak
atau biasa diberikandalam porsi kecil dan sering.

4. Edukasi????

9
10
BAB III
TINJAUAN ASKEP

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Identitas klien meliputi : nama, tempat/ tanggal lahir, jenis kelamin, status kawin,
agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, diagnosa medis, No. MR.
2. Keluhan Utama
Dapat ditemukan pada pasien AIDS dengan manifestasi respiratori ditemui
keluhan utama sesak nafas. Keluhan utama lainnya ditemui pada pasien HIV
AIDS yaitu, demam yang berkepanjangan (lebih dari 3 bulan), diare kronis lebih
dari satu bulan berulang maupun terus menerus, penurunan berat badan lebih dari
10%, batuk kronis lebih dari 1 bulan, infeksi pada mulut dan tenggorokan
disebabkan oleh jamur Candida Albicans, pembengkakan kelenjer getah bening
diseluruh tubuh, munculnya Harpes zoster berulang dan bercak-bercak gatal
diseluruh tubuh.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Dapat ditemukan keluhan yang biasanya disampaikan pasien HIV AIDS adalah :
pasien akan mengeluhkan napas sesak (dispnea) bagi pasien yang memiliki
manifestasi respiratori, batuk-batuk, nyeri dada dan demam, pasien akan
mengeluhkan mual, dan diare serta penurunan berat badan drastis.
4. Riwayat Kesehatan Dahulu
Biasanya pasien pernah dirawat karena penyakit yang sama. Adanya riwayat
penggunaan narkotika suntik, hubungan seks bebas atau berhubungan seks dengan
penderita HIV/AIDS, terkena cairan tubuh penderita HIV/AIDS.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Biasanya pada pasien HIV AIDS adanya anggota keluarga yang menderita
penyakit HIV/AIDS. Kemungkinan dengan adanya orang tua yang terinfeksi HIV.
Pengkajian lebih lanjut juga dilakukan pada riwayat pekerjaan keluarga, adanya
keluarga bekerja di tempat hiburan malam, bekerja sebagai PSK (Pekerja Seks
Komersial).
6. Pemeriksaan Fisik

11
1. Gambaran Umum : Ditemukan pasien tampak lemah.
2. Kesadaran pasien : Compos mentis cooperatif, sampai terjadi penurunan
tingkat kesadaran, apatis, samnolen, stupor bahkan coma.
3. Vital sign :
a. TD : Biasanya ditemukan dalam batas normal
b. Nadi : Terkadang ditemukan frekuensi nadi meningkat
c. Pernafasan : Biasanya ditemukan frekuensi pernafasan meningkat.
d. Suhu :Biasanya ditemukan Suhu tubuh menigkat karena demam.
4. BB : Biasanya mengalami penurunan (bahkan hingga 10% BB). TB :
Biasanya tidak mengalami peningkatan (tinggi badan tetap).
5. Kepala : Biasanya ditemukan kulit kepala kering karena dermatitis
seboreika.
6. Mata : Biasanya ditemukan konjungtiva anemis, sclera tidak ikhterik,
pupil isokor, reflek pupil terganggu.
7. Hidung : Biasanya ditemukan adanya pernafasan cuping hidung.
8. Gigi dan Mulut: Biasanya ditemukan ulserasi dan adanya bercak-bercak
putih seperti krim yang menunjukkan kandidiasi.
9. Leher : kaku kuduk ( penyebab kelainan neurologic karena infeksi jamur
Cryptococcus neoformans), biasanya ada pembesaran kelenjer getah
bening.
10. Jantung : Biasanya tidak ditemukan kelainan.
11. Paru-paru : Biasanya terdapat yeri dada, terdapat retraksi dinding dada
pada pasien AIDS yang disertai dengan TB, Napas pendek (cusmaul),
sesak nafas (dipsnea).
12. Abdomen : Biasanya terdengar bising usus yang hiperaktif.
13. Kulit : Biasanya ditemukan turgor kulit jelek, terdapatnya tanda-tanda lesi
(lesi sarkoma kaposi).
14. Ekstremitas : Biasanya terjadi kelemahan otot, tonus otot menurun, akral
dingin.

12
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Ketidakefektifan pola nafas b.d penurunan kekuatan otot pernafasan (D.0005)
b. Diare b.d proses infeksi (D.0005)
c. Risiko infeksi b.d imunodefisiensi seluler ( D.0142)
C. Ketidakefektifan pola nafas b.d penurunan kekuatan otot pernafasan
D. b. Diare b.d proses infeksi
E. c. Risiko infeksi b.d imunodefisiensi selule
F. Ketidakefektifan pola nafas b.d penurunan kekuatan otot pernafasan
G. b. Diare b.d proses infeksi
H. c. Risiko infeksi b.d imunodefisiensi selule

I. INTERVENSI
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
No
Keperawatan (PPNI, 2018b) (PPNI, 2018a)
1. Ketidakefektifan Pola Napas membaik Manajemen jalan Nafas
pola nafas b.d ( L.01004) ( I.01011)
penurunan 1. Dispnea menurun Observasi
kekuatan otot 2. Penggunaan otot bantu  Monitor pola napas
pernafasan napas menurun (frekuensi, kedalaman,
( D.0005) 3. Pemanjangan fase usaha napas)
ekspirasi menurun  Monitor bunyi napas
4. Frekuensi napas membaik tambahan (misalnya:
5. Kedalaman napas gurgling, mengi,
membaik wheezing, ronchi kering)
 Monitor sputum (jumlah,
warna, aroma)
Terapeutik
 Pertahankan kepatenan
jalan napas dengan head-
tilt dan chin-lift (jaw
thrust jika curiga trauma
fraktur servikal)
 Posisikan semi-fowler
atau fowler
 Berikan minum hangat
 Lakukan fisioterapi dada,
jika perlu
 Lakukan penghisapan
lendir kurang dari 15
detik
 Lakukan hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
endotrakeal

13
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
No
Keperawatan (PPNI, 2018b) (PPNI, 2018a)
 Keluarkan sumbatan
benda padat dengan
forsep McGill
 Berikan oksigen, jika
perlu
Edukasi
 Anjurkan asupan cairan
2000 ml/hari, jika tidak
ada kontraindikasi
Kolaborasi
Pemberian bronkodilator, ekspek
toran, mukolitik, jika perlu.
2. Diare b.d proses Eliminasi fekal (L.04033) Manajemen diare
infeksi ( D.0020) 1. Kontrol pengeluaran feses ( I. 03101)
meningkat Observasi
2. Keluhan defekasi lama dan  Identifikasi penyebab
sulit menurun diare (mis: inflamasi
3. Mengejan saat defekasi gastrointestinal, iritasi
menurun gastrointestinal, proses
4. Konsistensi feses infeksi, malabsorpsi,
membaik ansietas, stres, obat-
5. Frekuensi BAB membaik obatan, pemberian botol
6. Peristaltik usus membaik susu)
 Identifikasi gejala
invaginasi (mis: tangisan
keras, kepucatan pada
bayi)
 Monitor warna, volume,
frekuensi, dan konsistensi
feses
 Monitor tanda dan gejala
hypovolemia (mis:
takikardia, nadi teraba
lemah, tekanan darah
turun, turgor kulit turun,
mukosa kulit kering, CRT
melambat, BB menurun)
 Monitor iritasi dan
ulserasi kulit di daerah
perianal
 Monitor jumlah dan
pengeluaran diare
 Monitor keamanan
penyiapan makanan

14
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
No
Keperawatan (PPNI, 2018b) (PPNI, 2018a)
Terapeutik
 Berikan asupan cairan
oral (mis: larutan garam
gula, oralit, Pedialyte,
renalyte)
 Pasang jalur intravena
 Berikan cairan intravena
(mis: ringer asetat, ringer
laktat), jika perlu
 Ambil sampel darah
untuk pemeriksaan darah
lengkap dan elektrolit
 Ambil sampel feses
untuk kultur, jika perlu
Edukasi
 Anjurkan menghindari
makanan pembentuk gas,
pedas, dan mengandung
laktosa

Kolaborasi
Kolaborasi pemberian cairan
daelektrolit intravena
3. Risiko infeksi b.d Tingkat infeksi Menurun Pencegahan infeksi ( I.14539)
imunodefisiensi ( L.14137) Observasi
seluler 1. Demam menurun  Monitor tanda dan gejala
( D.0142) 2. Kemerahan menurun infeksi lokal dan sistemik
3. Nyeri menurun Terapeutik
4. Bengkak menurun  Batasi jumlah
5. Kadar sel darah putih pengunjung
membaik  Berikan perawatan kulit
pada area edema
 Cuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan
pasien dan lingkungan
pasien
 Pertahankan teknik
aseptic pada pasien
berisiko tinggi
Edukasi
 Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
 Ajarkan cara mencuci

15
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
No
Keperawatan (PPNI, 2018b) (PPNI, 2018a)
tangan dengan benar
 Ajarkan etika batuk
 Ajarkan cara memeriksa
kondisi luka atau luka
operasi
 Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
 Anjurkan meningkatkan
asupan cairan

16
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
AIDS disebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), yaitu suatu
lentivirus dari golongan retroviridae. Transmisi infeksi HIV dapat melalui hubungan
seksual, darah atau produk darah yang terinfeksi, jarum yang terkontaminasi, serta
transmisi vertikal dari ibu ke anak Gejala klinis pada infeksi HIV meliputi stadium:
Serokonversi, periode inkubasi, AIDS – related complex atau persistent generalized
lymphadenopathy, periode AIDS Diagnosis infeksi HIV dan AIDS dapat dilakukan
dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang yang meliputi
pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiologi. Penatalaksanaan penderita dengan
infeksi HIV atau AIDS meliputi pengobatan suportif, pengobatan infeksi oportunistik
dengan antibiotik, antijamur, antiparasit, antivirus dan glukokortikoid, pengobatan
neoplasma, serta pengobatan dengan antiretroviral (ARV). Dalam penatalaksanaan
infeksi HIV, saat ini digunakan kombinasi dari beberapa obat sekaligus, yang disebut
highly active antiretroviral therapy (HAART). WHO menganjurkan pemberian ARV
untuk negara yang mempunyai dana yang terbatas dengan kombinasi: 2NRTI + INNRTI
atau abacavir atau PI.
B. SARAN
Dalam penyusun makalah ini sangat jauh dari penyempurnaan maka saran, kritik, ide dari
teman-teman yang bersifat menambah dan membangun maka kelompok sangat
mengharapkan demi penyempurnaan makalah ini

17
DAFTAR PUSTAKA

Siskaningrum, A., & Bahrudin. (2019). Modul Keperawatan HIV-AIDS. Jombang: Icme Press.
Veronica. (2019). Infeksi human immunodeficiency virus dan acquired immunodeficiency
syndrome. Denpasar: Universitas Udayana.
PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi
1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia:Definisi dan Tindakan Diagnostik, Edisi
1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia:Definisi dan Kriteria Hasil Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
KPA(2020) ?????

18

Anda mungkin juga menyukai