Disusun Oleh :
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan yang maha esa, karena hanya oleh berkat dan
rahkmat-Nya sajalah sehingga saya dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah
VIROLOGI tentang Virus HIV ini dengan segala baiknya.
Terima kasih pula saya ucapkan kepada semua pihak yang telah banyak membantu saya
dalam menyelesaiakan penulisan makalah saya ini.
Dan maksud dari penulisan makalah saya ini adalah sebagai penunjang dalam pemberian
nilai tugas VIROLOGI tentang virus HIV.
Kiranya dosen pengajar dapat memberikan nilai yang terbaik, sehingga segala tuntutan
perkuliahan saya dapat terselesaikan dengan segala baiknya.
Juga diharapkan kriktik dan sarannya dari dosen serta teman-teman mahasiswa agar
supaya makalah saya ini dapat menjadi lebih baik lagi.
Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.
Penyusun
DAFTAR ISI
HIV–1 mendominasi seluruh dunia dan bermutasi dengan sangat mudah. Keturunan
yang berbeda–beda dari HIV–1 juga ada, mereka dapat dikategorikan dalam kelompok
dan sub–jenis (clades). Terdapat dua kelompok, yaitu kelompok M dan O. Dalam
kelompok M terdapat sekurang–kurangnya 10 sub–jenis yang dibedakan secara turun
temurun. Ini adalah sub–jenis A–J. Sub–jenis B kebanyakan ditemukan di America,
Japan, Australia, Karibia dan Eropa. Sub–jenis C ditemukan di Afrika Selatan dan India.
HIV–2 teridentifikasi pada tahun 1986 dan semula merata di Afrika Barat. Terdapat
banyak kemiripan diantara HIV–1 dan HIV–2, contohnya adalah bahwa keduanya
menular dengan cara yang sama, keduanya dihubungkan dengan infeksi–infeksi
oportunistik dan AIDS yang serupa. Pada orang yang terinfeksi dengan HIV–2,
ketidakmampuan menghasilkan kekebalan tubuh terlihat berkembang lebih lambat dan
lebih halus. Dibandingkan dengan orang yang terinfeksi dengan HIV–1, maka mereka
yang terinfeksi dengan HIV–2 ditulari lebih awal dalam proses penularannya.
Sekitar tahun 1900, dari monyet ke manusia antara tahun 1884 dan 1924, di sebuah lokasi
dekat Kinshasa di sebelah barat Afrika, seorang pemburu menembak simpanse. Sebagian
darah hewan itu masuk ke dalam tubuh manusia, diduga melalui luka terbuka. Darah
tersebut membawa virus yang tidak berbahaya untuk simpanse namun mematikan bagi
manusia, itulah HIV. Virus ini menyebar lewat koloni manusia. Meski telah menimbulkan
kematian, namun sebab kematian masih dianggap karena penyebab lain [namun itu
bukanlah sesuatu yang pasti].
1981, kasus pertama dikenali pada bulan Juni, Center for Disease Control (CDC),
Amerika Serikat, mempublikasikan laporan dari Los Angeles mengenai lima orang pria
homoseksual yang sekarat karena PCP pneumonia. Kasus ini sebelumnya belum pernah
ditemukan pada manusia yang memiliki sistem imun lengkap. Kini diketahui PCP
merupakan infeksi yang menjadi penyebab utama kematian pada orang yang menderita
AIDS. Di bulan Juli, CDC kembali melaporkan penyakit kanker kulit yang tidak biasa,
yakni Kaposi sarcoma (KS), yang menyebabkan kematian pria muda yang sehat di New
York City dan California.
1982
CDC menyebut penyakit baru itu disease acquired immune deficiency syndrome atau
AIDS (sekumpulan gejala penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia).
AIDS juga ditemui pada orang yang menderita hemofilia (gangguan pembekuan darah).
Hal ini menguatkan dugaan para ilmuwan bahwa penyakit ini menyebar lewat infeksi dari
darah yang terkontaminasi. Di tahun ini pula sekelompok pria gay membentuk organisasi
pendampingan.
1983
- Luc Montagnier, peneliti dari Pasteur Institute dan Francoise Bare-Sinoussi
mengisolasi virus dari kelenjar limfa yang bengkak dari pasien AIDS. Mereka
menyebutnya lymphadenopathy-associated virus atau LAV. Kemudian peneliti Jay
Levy mengisolasi ARV yang terkait dengan virus AIDS. Sebelum tahun 1986, semua
ilmuwan sepakat menyebut virus ini HIV, human immunodeficiency virus.
- CDC memperingatkan AIDS menyebar lewat hubungan seks dan bisa ditularkan dari
ibu kepada bayinya.
1985
Mekanisme pengujian darah untuk menguji HIV diresmikan dan menjadi sarana skrining
yang populer. Di tahun ini pula dilakukan konferensi internasional AIDS yang pertama.
1989
Para ilmuwan menemukan bahwa sebelum gejala AIDS timbul, HIV bisa mereplikasi
secara luas dalam darah. Oleh karena itu target pengobatan HIV adalah menjaga agar HIV
tetap rendah.
1991-1992
- Pita merah pertama kali diperkenalkan sebagai simbol solidaritas AIDS.
- Pemain basket Magic Johnson mengumumkan ia positif HIV.
- Vokalis grup band Queen, Freddy Mercury meninggal karena AIDS.
- AIDS menjadi penyebab utama kematian orang berusia 25-44 tahun di AS.
1996-1997
Sebuah penemuan besar dalam bidang AIDS. Peneliti David Ho, memperkenalkan highly
active anti-retroviral therapy atau HAART yang bisa mengurangi jumlah virus HIV pada
kadar yang tak bisa dideteksi, bahkan bisa mengusir virus ini dari tubuh. Nyatanya ia
salah. Di kemudian hari diketahui bahwa HIV bersembunyi dalam sel dorman.
1998-2000
Para ahli mulai menyadari berbagai efek samping dari HAART. Para ilmuwan pun
berusaha menemukan obat AIDS yang lebih kuat, aman, mudah, dan efektif. Namun
hingga saat ini masih tetap belum ditemukan obat AIDS.
2003-2005
Pemerintah AS menggunakan industri video porno untuk menyebarluaskan pentingnya
penggunaan kondom untuk mencegah penularan HIV.
2006-2007
- Perusahaan vaksin Merck's gagal dalam percobaan vaksin AIDS. Meski begitu
kandidat vaksin lain terus diusahakan oleh berbagai perusahaan vaksin.
- UNAIDS merekomendasikan sunat pada pria setelah penelitian menunjukkan hal ini
efektif mengurangi penularan HIV khususnya pada daerah yang rawan.
2008
- Infeksi HIV lebih banyak terjadi pada pria yang melakukan hubungan seks dengan
sesama jenis.
- Luc Montagnier dan Francoise Barre-Sinoussi mendapat hadiah Nobel karena
usahanya menemukan HIV.
- Lebih dari 33 juta orang hidup dengan HIV, 3 juta di antaranya mendapatkan terapi.
2009
AIDS masih jadi musuh bersama.
Tetapi sejarah yang pasti tentang bagaimana manusia terkena penyakit HIV/AIDS sampai
saat ini masih belum diketahui pasti dan jelas, Karena sampai saat ini semua prediksi
tersebut hanya sampai pada prediksi belaka belum ada satupun yang dapat mempatenkan
dan mengatakan pada manusia bagaimana sejara yang pasti dari manusia terkena penyakit
ini.
4. Pengujian HIV
Infeksi HIV dapat diketahui dengan pemeriksaan adanya antibodi HIV. Saat orang
terinfeksi HIV maka tubuh akan mengeluarkan zat penangkal virus / kuman yang disebut
antibodi. Adanya antibodi terhadap HIV dalam tubuh menunjukkan adanya infeksi virus
tersebut. Pembentukan antibodi ini memerlukan waktu 3-8 minggu. Periode sebelum
antibodi terbentuk dan dapat didetekksi dikenal dengan nama window period / periode
jendela. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan menggunakan sampel darah, air liur atau air
seni. Diagnosis infeksi HIV harus dilakukan dengan hati hati karena dapat menimbulkan
dampak yang besar pada orang yang di diagnosis.
- Pengujian dapat dilakukan dengan mengunakan sampel darah, air liur atau air
kencing.
- Pengujian yang cepat ada dan menyediakan suatu hasil diantara 10–20 menit. Suatu
hasil positif biasanya menuntut suatu test konfirmatori lebih lanjut.
- Pengujian HIV harus dilakukan sejalan dengan bimbingan sebelum–selama–dan
sesudahnya.
Enzim lainnya, protease, mengatur viral kimia untuk membentuk virus–virus yang
baru. Virus–virus baru tersebut keluar dari sel tubuh dan bergerak bebas dalam aliran
darah, dan berhasil menulari lebih banyak sel. Ini adalah sebuah proses yang sedikit demi
sedikit dimana akhirnya merusak sistem kekebalan tubuh dan meninggalkan tubuh
menjadi mudah diserang oleh infeksi dan penyakit–penyakit yang lain. Dibutuhkan waktu
untuk menularkan virus tersebut dari orang ke orang.
Respons tubuh secara alamiah terhadap suatu infeksi adalah untuk melawan sel–sel
yang terinfeksi dan mengantikan sel–sel yang telah hilang. Respons tersebut mendorong
virus untuk menghasilkan kembali dirinya.
Jumlah normal dari sel–sel CD4+T pada seseorang yang sehat adalah 800–1200
sel/ml kubik darah. Ketika seorang pengidap HIV yang sel–sel CD4+ T–nya terhitung
dibawah 200, dia menjadi semakin mudah diserang oleh infeksi–infeksi oportunistik.
Tanpa perawatan, viral load, yang menunjuk pada jumlah relatif dari virus bebas
bergerak didalam plasma darah, akan meningkat mencapai titik dimana tubuh tidak akan
mampu melawannya.
AIDS bukanlah penyakit yang khusus melainkan kumpulan dari sejumlah penyakit
yang mempengaruhi tubuh dimana sistem kekebalan yang melemah tidak dapat
merespons.
7. Periode Jendela
Ada beberapa Tahapan ketika mulai terinfeksi virus HIV sampai timbul gejala AIDS:
1. Tahap 1: Periode Jendela
- HIV masuk ke dalam tubuh, sampai terbentuknya antibody terhadap HIV dalam
darah
- Tidak ada tanda2 khusus, penderita HIV tampak sehat dan merasa sehat
- Test HIV belum bisa mendeteksi keberadaan virus ini
- Tahap ini disebut periode jendela, umumnya berkisar 2 minggu – 6 bulan
2. Tahap 2: HIV Positif (tanpa gejala) rata-rata selama 5-10 tahun:
- Tidak ada tanda-tanda khusus, penderita HIV tampak sehat dan merasa sehat
- Test HIV sudah dapat mendeteksi status HIV seseorang, karena telah terbentuk
antibody terhadap HIV
- Umumnya tetap tampak sehat selama 5-10 tahun, tergantung daya tahan tubuhnya
(rata-rata 8 tahun (di negara berkembang lebih pendek)
- Umumnya berlangsung selama lebih dari 1 bulan, tergantung daya tahan tubuhnya
4. Tahap 4: AIDS
Bisa dilihat dari 2 gejala yaitu gejala Mayor (umum terjadi) dan gejala Minor (tidak
umum terjadi):
Gejala Mayor:
Gejala MInor:
- Dermatitis generalisata
- Kandidias orofaringeal
- Herpes simpleks kronis progresif
- Limfadenopati generalisata
Kasus Dewasa:
Bila seorang dewasa (>12 tahun) dianggap AIDS apabila menunjukkan tes HIV
positif dengan strategi pemeriksaan yang sesuai dengan sekurang-kurangnya 2 gejala
mayor dan 1 gejala minor, dan gejala ini bukan disebabkan oleh keadaan lain yang
tidak berkaitan dengan infeksi HIV.
Sangatlah mungkin bagi pengidap HIV/AIDS dalam menjalani suatu hidup yang
produktif dengan mengikuti suatu diet tinggi akan protein dan kilojoule yang sehat,
mengatur tingkat–tingkat stress, mempraktekan seks yang aman dengan mengunakan
kondom, tidak minum air yang belum dimasak, moderasi dalam mengkonsumsi alkohol
dan merokok, mencuci tangan, memastikan kesejahteraan spiritual dan emosional serta
memperhatikan infeksi oportunistik sedini mungkin. Orang yang memiliki hewan piaraan
harus mengikuti tindakan pencegahan yang normal dengan menjamin bahwa makanan,
kotoran dan tempat tidur mereka selalu segar dan memenuhi norma kesehatan sepanjang
waktu. Perawatan harus dilakukan untuk menghindari pukulan, goresan dan gigitan serta
binatang tersebut harus dimandikan dan divaksinasi secara teratur.
9. Pengobatan / Pencegahan
Obat–obatan Antiretroviral (ARV) bukanlah suatu pengobatan untuk HIV/AIDS tetapi
cukup memper panjang hidup dari mereka yang mengidap HIV. Pada tempat yang kurang
baik pengaturannya permulaan dari pengobatan ARV biasanya secara medis
direkomendasikan ketika jumlah sel CD4 dari orang yang mengidap HIV/AIDS adalah
200 atau lebih rendah. Untuk lebih efektif, maka suatu kombinasi dari tiga atau lebih
ARV dikonsumsi, secara umum ini adalah mengenai terapi Antiretroviral yang sangat
aktif (HAART). Kombinasi dari ARV berikut ini dapat mengunakan:
Pencegahan perpindahan dari ibu ke anak (PMTCT): seorang wanita yang mengidap
HIV(+) dapat menularkan HIV kepada bayinya selama masa kehamilan, persalinan dan
masa menyusui. Dalam ketidakhadiran dari intervensi pencegahan, kemungkinan bahwa
bayi dari seorang wanita yang mengidap HIV(+) akan terinfeksi kira–kira 25%–35%. Dua
pilihan pengobatan tersedia untuk mengurangi penularan HIV/AIDS dari ibu ke anak.
Obat–obatan tersebut adalah:
1) Ziduvidine (AZT) dapat diberikan sebagai suatu rangkaian panjang dari 14–28 minggu
selama masa kehamilan. Studi menunjukkan bahwa hal ini menurunkan angka
penularan mendekati 67%. Suatu rangkaian pendek dimulai pada kehamilan terlambat
sekitar 36 minggu menjadi 50% penurunan. Suatu rangkaian pendek dimulai pada
masa persalinan sekitas 38%. Beberapa studi telah menyelidiki pengunaan dari
Ziduvidine (AZT) dalam kombinasi dengan Lamivudine (3TC)
2) Nevirapine: diberikan dalam dosis tunggal kepada ibu dalam masa persalinan dan satu
dosis tunggal kepada bayi pada sekitar 2–3 hari. Diperkirakan bahwa dosis tersebut
dapat menurunkan penularan HIV sekitar 47%. Nevirapine hanya digunakan pada ibu
dengan membawa satu tablet kerumah ketika masa persalinan tiba, sementara bayi
tersebut harus diberikan satu dosis dalam 3 hari.
Post–exposure prophylaxis (PEP) adalah sebuah program dari beberapa obat antiviral,
yang dikonsumsi beberapa kali setiap harinya, paling kurang 30 hari, untuk mencegah
seseorang menjadi terinfeksi dengan HIV sesudah terinfeksi, baik melalui serangan
seksual maupun terinfeksi occupational.
Dihubungankan dengan permulaan pengunaan dari PEP, maka suatu pengujian HIV harus
dijalani untuk menetapkan status orang yang bersangkutan. Informasi dan bimbingan
perlu diberikan untuk memungkinkan orang tersebut mengerti obat–obatan, keperluan
untuk mentaati, kebutuhan untuk mempraktekan hubungan seks yang aman dan
memperbaharui pengujian HIV. Antiretrovirals direkomendasikan untuk PEP termasuk
AZT dan 3TC yang digunakan dalam kombinasi. CDC telah memperingatkan mengenai
pengunaan dari Nevirapine sebagai bagian dari PEP yang berhutang pada bahaya akan
kerusakan pada hati. Sesudah terkena infeksi yang potensial ke HIV, pengobatan PEP
perlu dimulai sekurangnya selama 72 jam, sekalipun terdapat bukti untuk mengusulkan
bahwa lebih awal seseorang memulai pengobatan, maka keuntungannya pun akan
menjadi lebih besar. PEP tidak merekomen- dasikan proses terinfeksi secara biasa ke
HIV/AIDS sebagaimana hal ini tidak efektif 100%; hal tersebut dapat memberikan efek
samping yang hebat dan mendorong perilaku seksual yang tidak aman.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Sampai saat ini masih belum ditemukan bagaimana caranya menyembuhkan penyakit
ini, oleh karena itu dengan cara berprilaku yang sesuai, selalu berpikir positif dan
menjauhi segala hal yang berkaitan dengan HIV/AIDS, kiranya itu dapat membuat kita
terhindar dari HIV/AIDS dan membuat hidup kita lebih bahagia.
Penyakit AIDS sulit dikenal dari gejala klinis saja. Masa inkubasi penyakit lama, dan
selama itu penderita tampak sehat. Penyakit baru mulai dikenal setelah sampai pada
stadium lanjut dan sudah sempat menyebar ke banyak orang lain. Pemeriksaan serologi
HIV adalah salah satu cara untuk mendeteksi penyakit HIV secara dini.
Dan satu hal yang paling penting yaitu janganlah kita menstigma orang yang
terserang/terkena HIV/AIDS. Karena itu akan membuat mereka merasa tersisih.
ODHA janganlah kita jauhi melainkan kita dekati, karena mereka juga sama dengan kita
yang tidak terkena HIV/AIDS merekalah yang perlu diperhatikan, merekalah yang butuh
perhatian.
Jadi selamatkan bumi ini dan jagalah generasi penerus kita dengan selalu melakukan
hal-hal yang positif,jauhi narkoba dan setialah terhadap pasangan kita.
Terima kasih atas perhatiannya.
DAFTAR PUSTAKA
Anonym1, www.blogspot.org.Weber IN, Weiss RA. HIV Infection : the cellular pricture,
Scient Am (Oct) 1988; 61-87.
Heseltine WA, Wong-Staal F. The molecular biology of the AIDS virus,
Scient Am (Oct) 1988; 34-42.
Essex M, Kanki PI. The origin of the AIDS virus, Scient Am (Oct) 1988;
44-51
Diakses tanggal 8-4-2011