Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Melaksanakan Tugas Akhir Pada Program
Studi D III Keperawatan STIKES Muhammadiyah Klaten
Oleh :
Oleh :
NIM. 1702110
Dinyatakan telah memenuhi syarat untuk mengikuti seminar proposal pada tanggal : 2
Meret 2020
Pembimbing I Pembimbing II
Esri Rusminingsih., S. Kep. Ns., M. Kep. Romadhani TP., S. Kep. Ns., M. Kep.
NPP. 129.160 NPP. 129.119
LEMBAR PENGESAHAN
PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH
Oleh :
Esri Rusminingsih., S. Kep. Ns., M. Kep. Romadhani TP., S. Kep. Ns., M. Kep. Suyami., M. Kep. Ns., Sp. Kep. Anak.
NPP. 129.160 NPP. 129.119 NPP. 129.118
Karya Tulis Ilmiah ini Telah Dipertahankan Dan Diterima Oleh Dewan Penguji Pada
Seminar Proposal Pada Tanggal: 2 Maret 2020. Sebagai Salah Satu Persyaratan Dalam
Melaksanakan Tugas Akhir.
Mengetahui,
Kaprodi DIII Keperawatan
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan Rahmat dan HidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal
Karya Tulis Ilmiah berjudul: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post Operasi
Appendiktomi Di Rumah Sakit Islam Klaten.
Selama proses penulisan proposal karya tulis ilmiah ini penulis mendapatkan
banyak tambahan pengetahuan dan kontribusi berharga dari berbagai pihak. Oleh sebab itu
penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Sri Sat Titi H, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku Ketua STIKES Muhammadiyah Klaten
yang telah memberikan kesempatan untuk menimba ilmu di program studi DIII
Keperawatan STIKES Muhammadiyah Klaten .
2. Ibu Esri Rusminingsih, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku Ketua Program Studi DIII
Keperawatan STIKES Muhammadiyah Klaten.
3. Ibu Esri Rusminingsih, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku dosen pembimbing I yang telah
banyak membantu penulis dalam memberikan ide, saran dan kritiknya.
4. Bapak Romadhani T P., S. Kep. Ns., M. Kep. selaku pembimbing II yang telah banyak
membantu penulis dalam mematangkan ide dan konsep yang terkait tema proposal
karya tulis ilmiah yang diambil.
5. Ibu Suyami., M. Kep. Ns., Sp. Kep. Anak. selaku penguji yang telah memberikan saran
serta masukan dalam penyelesaian proposal karya tulis ilmiah ini.
6. Semua Dosen dan rekan mahasiswa di Program Studi DIII Keperawatan STIKES
Muhammadiyah Klaten yang telah membantu penulis.
7. Orang tua dan keluarga besar saya yang selalu memberikan dukungan dalam proses
penyelesaian karya tulis ilmiah ini.
Sangat disadari bahwa dengan kekurangan dan keterbatasan yang dimiliki, penulis
mengharapkan masukan serta saran yang membangun agar tulisan ini bermanfaat bagi
yang membutuhkan.
A. Latar Belakang
Tubuh manusia terdapat sistem yang saling kerja sama dalam mempertahankan
kehidupan. Sistem pencernaan merupakan salah satu sistem yang penting dalam tubuh
karena hasilnya nanti berupa energi yang sangat penting dalam proses metabolisme dan
kelangsungan hidup setiap sel didalam tubuh. Dalam sistem pencernaan banyak organ-
organ yang penting, salah satunya adalah usus besar (Suparyono, 2013). Pada usus
besar terdapat cecum (usus buntu), yaitu bagian usus besar yang berbentuk kantong.
Sekum juga berperan dalam penyerapan nutrisi dan air meskipun tidak signifikan.
Pada sekum terdapat apendiks atau umbai cacing yaitu kantong kecil yang buntu dan
melekat pada sekum. Fungsi apendiks belum diketahui dengan jelas saat ini, namun
apendiks juga bisa mengalami kelainan. Kelainan apendiks dapat berupa infeksi yang
biasa disebut dengan apendisitis (Kowalak, 2011).
Menurut Arifuddin et al. (2017) menyatakan bahwa kebiasaan makan makanan
yang rendah serat mempengaruhi terjadinya konstipasi yang mengakibatkan timbulnya
appendisitis. Konstipasi akan menaikan tekanan intra sekal, yang berakibat timbulnya
sumbatan fungsional appendiks dan meningkatkan pertumbuhan kuman flora kolon
biasa. Hasil penelitian arifuddin et al. (2017) menunjukan pasien yang mempunyai pola
makan buruk 3,455 kali lebih besar untuk menderita appendisitis dibandingkan dengan
pasien yang pola makan baik. Makanan berserat sangat dibutuhkan oleh tubuh dalam
proses pencernaan. Kekurangan asupan serat dapat menyebabkan konstipasi.
Konstipasi sangat tinggi beresiko menyebabkan penyumbatan pada saluran appendiks,
sehingga dapat mengakibatkan penyakit appendisitis. Selain itu dari 82 responden
dengan pola makan baik terdapat 16 responden (47,2%) yang menderita appendisitis,
hal ini disebabkan kurangnya mengkonsumsi air minum untuk kebutuhan perhari.
Sehingga walaupun kebutuhan serat setiap hari sudah terpenuhi akan tetapi mengalami
konstipasi hal ini dikarenakan air minum didalam kolon berfungsi menambah masa
feses dan juga mengubah bentuk feses menjadi lebih lunak sehingga akan lebih mudah
dalam proses metabolisme.
Apendisitis merupakan peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai
cacing (appendiks). Infeksi ini bisa mengakibatkan pernanahan, bila infeksi ini terus
bertambah parah bisa mengakibatkan usus buntu (appendiks ) itu pecah. Usus buntu
merupakan saluran usus yang ujungnya buntu dan menonjol dari bagian awal usus
besar atau sekum (cecum). Usus buntu besarnya sekitar kelingking tangan dan terletak
di perut kanan bawah. Strukturnya seperti bagian usus lainnya. Namun, lendirnya
banyak mengandung kelenjar yang senantiasa mengeluarkan lendir (Jitowiyono S dan
Kristiyanasari W , 2017).
Angka prevalensi penyakit apendisitis cukup tinggi di dunia. Menurut World
health organisation (WHO), (2010) angka mortalitas akibat penyakit apendisitis
mencapai 21.000 jiwa dimana populasi laki-laki lebih tinggi dibandingkan populasi
perempuan. Angka mortalitas penyakit apendisitis sekitar 12.000 jiwa pada populasi
laki-laki dan sekitar 10.000 jiwa pada populasi perempuan. Di negara Amerika Serikat
terdapat 70 kasus penyakit apendisitis di setiap tahunnya. Sedangkan di Indonesia,
sebesar 596.132 jiwa dengan presentase 3, 36% dilaporkan menderita apendiksitis pada
tahun 2009, dan meningkat menjadi 621.435 dengan presentase 3,53% tahun 2010.
Prevalensi dari penyakit appendisitis sekitar 7% dari kebanyakan populasi di Amerika
dengan kejadian 1,1 kasus per seribu orang per tahun. Kejadian apendisitis mencapai
puncaknya pada kelompok usia 17-25 tahun. Frekuensi terjadinya apendisitis antara
laki-laki dan perempuan umumnya sama Terdapat perbedaan pada usia 20-30 tahun,
dimana kasus apendisitis lebih sering terjadi pada jenis kelamin laki- laki pada usia
tersebut.
Penyebab terjadinya apendisitis akut umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri.
Namun terdapat banyak sekali faktor pencetus terjadinya apendisitis, diantaranya
obstruksi pada lumen apendiks. Obstruksi pada lumen apendiks biasanya disebabkan
karena adanya timbunan tinja yang keras (fekalit), hyperplasia jaringan limfoid,
penyakit cacing, parasite, benda asing dalam tubuh, cancer primer dan striktur. Namun
yang paling sering menyebabkan obstruksi lumen appendiks adalah fekalit dan
hyperplasia jaringan limfoid (Jitowiyono S dan Kristiyanasari W , 2017).
Menurut Handaya Yuda, (2017 ) penyebab radang usus buntu atau appendiks
karena adanya penyumbatan lumen atau rongga appendiks oleh feses (fecalit),
pembesaran kelenjar di sekitar appendiks seperti tumor, dan benda asing yang berupa
biji - bijian bisa memicu terjadinya infeksi. Sumbatan pada appendiks mengakibatkan
hasil produksi lendir mukosa appendiks tidak bisa masuk kedalam cecum, sehingga
meyebabkan distensi pada lumen appendiks yang akan memberikan keluhan mual,
muntah dan nyeri pada ulu hati karena persayarafan visceral afferent masuk kedalam
medulla spinalis setinggi segmen thorax X. Meningkatnya tekanan pada dinding
appendiks dapat menyebabkan perpindahan kuman dari lumen appendiks ke dinding
appendiks, sehingga terjadi peradangan dinding dan jaringan sekitar (infiltrat) atau
terdapat adanya pus di dalam appendiks (abses) yang akan memberikan keluhan nyeri
di perut bagian kuadran kanan bawah. Selain itu meningkatnya tekanan pada dinding
appendiks juga dapat menggnggu aliran pembuluh darah arteri dan vena, sehingga
terjadi edema, nekrosis dan kebocoran atau perforasi appendiks.
Fransisca, (2019) gejala klinis pada pasien apendisitis di RSUP Sanglah Bali
pada tahun 2015-2017 menunjukkan bahwa dari 723 sampel yang didapatkan pasien
apendisitis datang dengan gejala paling banyak adalah nyeri perut kanan bawah yaitu
628 orang (86,9%). Selanjutnya adalah nyeri dengan seluruh perut sebanyak 80 orang
(11,1%). Sisanya adalah gejala klinis yang tidak khas yang dikelompokkan menjadi
gejala klinis lain, dengan jumlah 15 orang (2,1%). Gejala klinis lain yang dimaksud
meliputi tidak bisa buang air besar, perut kembung, pendarahan dari anus dan feses
bercampur darah.
Sulung N dan Rani D, (2017) penatalaksanaan yang tepat pada pasien
apendisitis adalah dengan cara prosedur pembedahan atau appendiktomi.
Appendiktomi merupakan pembedahan untuk mengangkat appendiks, pembedahan
diindikasikan bila diagnosa penyakit apendisitis telah ditegakkan. Prosedur ini
dilakukan secepat mungkin untuk mengurangi resiko yang akan terjadi seperti
perforasi. Pilihan apendiktomi dapat dilakukan untuk apendisitis akut, abses, dan
perforasi, dan apendiktomi elektif untuk menangani apendisitis kronis. Apabila
apendisitis tidak segera ditangani dengan cepat dan tepat maka dapat meningkatkan
resiko terjadinya komplikasi. Komplikasi yang paling utama adalah perforasi
appendiks yang dapat berkembang menjadi peritonitis atau abses. Insiden perforasi
adalah 10 % sampai 32%. Insiden lebih tinggi pada anak kecil dan lansia. perforasi
secara umum terjadi 24 jam setelah awalan nyeri. Gejala mencakup demam dengan
suhu 37,7 C atau lebih tinggi, penampilan toksik dan nyeri atau nyeri tekan abdomen
yang kontinyu. Dinas kesehatan provinsi Jawa tengah menunjukkan bahwa pada tahun
2014 terdapat 1.355 kasus apendisitis yang mengakibatkan 190 jiwa diantaranya
meninggal dunia.
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan studi kasus Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Post Operasi Appendiktomi di Rumah Sakit Islam Klaten.
B. Batasan Masalah
Pada studi kasus ini dibatasi dengan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post
Operasi Appendiktomi di Rumah Sakit Islam Klaten.
C. Rumusan masalah
Rumusan masalah pada laporan karya tulis ini adalah “Bagaimana Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Post Operasi Appendiktomi di Rumah Sakit Islam Klaten?”.
D. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mendeskripsikan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post Operasi
Appendiktomi di Rumah Sakit Islam Klaten.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan pengkajian keperawatan pada pasien post operasi
appendiktomi di Rumah Sakit Islam Klaten.
b. Mendeskripsikan diagnosis keperawatan pada pasien post operasi
appendiktomi di Rumah Sakit Islam Klaten.
c. Mendeskripsikan intervensi keperawatan pada pasien Post operasi
appendiktomi di Rumah Sakit Islam Klaten.
d. Mendeskripsikan implementasi keperawatan pada pasien post operasi
appendiktomi di Rumah Sakit Islam Klaten.
e. Mendeskripsikan evaluasi pada pasien post operasi appendiktomi di Rumah
Sakit Islam Klaten.
E. Manfaat Penulisan
diharapkan laporan karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua
pihak meliputi :
1. Teoritis
Untuk mengembangkan ilmu kesehatan terutama tentang proses keperawatan pada
pasien post operasi appendiktomi.
2. Praktis
a. Pengembangan ilmu
Diharapkan laporan karya tulis ilmiah ini dapat menambah rujukan
secara klinis sebagai bahan pembelajaran dan pengembangan ilmu kesehatan
khususnya pada mata kuliah keperawatan.
b. Perawat
Menambah wawasan dan memberikan kontribusi dalam pengembangan
ilmu keperawatan khususnya dalam bidang keperawatan medikal bedah pada
pasien post operasi appendiktomi.
c. Rumah Sakit
Sebagai masukan dan referensi dalam upaya peningkatan mutu, kualitas
pelayanan dalam memberikan asuhan keperawatan terutama pada pasien post
operasi appendiktomi di Rumah Sakit Islam Klaten.
d. Institusi Pendidikan
Sebagai referensi dalam pengembangan ilmu pengetahuan khususnya
dalam bidang ilmu keperawatan pada pasien post operasi appendiktomi di masa
yang akan datang.
e. Pasien dan Masyarakat
Menambah wawasan dan pengetahuan pasien dan masyarakat tentang
bagaimana tanda dan gejala appendiksitis dan cara penatalaksanaannya dengan
post operasi appendiktomi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Appendisitis
1. Definisi
Apendiks atau umbai cacing. Istilah usus buntu yang selama ini dikenal dan
digunakan di masyarakat kurang tepat,karena yang di sebut usus buntu oleh
masyarakat selama ini sebenarnya adalah sekum. Sampai saat ini fungsi appendiks
belum diketahui secara pasti apa fungsi appendiks sebenarnya. Dan organ ini sering
sekali menimbulkan masalah kesehatan. peradangan akut appendiks memerlukan
tindak bedah segera untuk mencegah kompikasi (Sjamsuhidayat R, 2016).
Apendiks merupakan perluasan sekum yang mempunyai panjang rata- rata 10
cm. Ujung apendisk dapat terletak di berbagai lokasi terutam di bagian belakang
sekum. Arteri apendisialis mengalirkan darah ke apendiks dan merupakan cabang
dari arteri iliokalika (Muttaqin & Sari, 2011)
Apendisitis merupakan radang yang terjadi pada usus buntu dalam Bahasa
latinnya appendiks vermivormis, yaitu organ yang berbentuk kerucut memanjang
dengan panjang 6-9 cm dengan pangkal yang terletak pada bagian pangkal usus
besar bernama sekum yang terletak pada perut kuadran kanan bawah (Handoyo Y,
2017).
Apendisitis akut merupakan penyebab paling umum inflamasi akut pada
kuadran kanan bawah rongga abdomen, penyebab paling umum dalam pembedahan
abdomen darurat. Apendisitis aku meupakan nyeri atau rasa tidak nyaman pada
nyaman pada di sekitar umbilikus berlangsung antara 1 sampai 2 hari. dalam
beberapa jam nyeri akan bergeser ke kuadran kanan bawah (titik Mc Burney)
dengan disertai rasa mual, anoreksia dan muntah. Apendisitis kronik adalah nyeri
perut pada kuadran kanan bawah yang berlangsung lebih dari 2 minggu, radang
kronik appendiks secara makroskopik dan mikrokopik, dan keluhan menghilang
setelah dilakukan apendiktomi. Kriteria mikroskopik appendiks kronik adalah
fibrosis seluruh dinding appendiks, adanya jaringan parut dan ulkus lama dalam
mukosa dan infiltrasi sel inflamasi kronik (Putri dan Wijaya, 2013).
Appendiktomi adalah pengangkatan appendiks terinflamasi dapat dilakukan
pada pasien dengan pendekatan endoskopi, namun adanya perlengkapan multiple
posisi retroperitoneal dari appendiks atau robek perlu dilakukan prosedur
pembukaan. Appendiktomi adalah pengangkatan secara bedah apendiks
vermiformis.Appendiktomi merupakan operasi untuk mengangkat usus buntu atau
umbai cacing yang terinfeksi (Appendisitis) yang tidak dapat diobati dengan obat-
obatan. (Putri dan Wijaya, 2013 & Daulay dan Simamora, 2019).
Apendisitis dapat menyebabkan komplikasi,komplikasi yang paling sering
terjadi adalah perforasi dan peritonitis. Angka kejadian perforasi 10% - 32% ,
paling sering terjadi pada usia muda sekali atau terlalau tua, perforasi timbul 93%
pada anak- anak di bawah 2 tahun antara 40% - 75% kasus usia diatas 60 tahun ke
atas, Perforasi terjadi 70% pada kasus dengan peningkatan suhu 39,5o C, Tampak
toksik, nyeri tekan diseluruh perut dan leukositosis meningkat akibat dari perforasi
dan pembentukan abses. Dan peritonitis adalah tromboflebitis septik pada system
vena porta yang ditandai dengan panas tinggi 39 o C-40o C, menggigil, dan ikterus
merupakan penyakit yang jarang terjadi (Putri dan Wijaya, 2013).
2. Anatomi Fisiologi
Keterangan :
Tumor
Fekalit appendiks
Hiperplasia folikel limfoid Benda asing
Obstruksi
Appendisitis akut
Pembedahan / Appendiktomi
Nyeri akut
Adanya luka terbuka
Resiko infeksi
Pem
Gambar 2. 7 Pathway appendistis (LeMone, Priscilla et al , 2016 & Putri dan Wijaya, 2013)
eriksaan diagnostic
6. Pemeriksaan diagnostik
Shoney R dan Nileswar A (2014), Mengemukakan bahwa untuk
menegakkan dingnosa pada penderita apendisitis dengan pemeriksaan
laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya.
a. Hitung WBC
Leukosit total hampir selalu meningkat di atas 10.000 sel/mm3 pada
sebagian besar pasien (95%), jumlah leukosit yang sangat tinggi
(>20.000/mm3) memberi kesan kearah apendisitis komplikata dengan
gangrenosa atau perforasi.
Windy C. S dan Sabir (2016), mengemukakan leukositosis pada pasien
appendisitis akut mencapai 10.000-18.000 sel/mm 3 dan > 18.000 sel/mm3
terjadi pada peritonitis akibat perforasi.
b. Foto polos abdomen
Posisi tegak dilakukan untuk mengesampingkan adanya perforasi dan
obstruksi intestinalis. Pemeriksaan ini mungkin menunjukkan dilatasi
lengkung usus halus pada fosa iliaka dekstra.
c. Sistem skor Alvarado
Tabel 2. 2 Skor Alvarado (Shoney R dan Nileswar A , 2014)
Gambaran Skor
Gejala Klinis:
Nyeri kanan bawah (RIF migrans) 1
Anoreksia 1
Nausea, muntah 1
Tanda Klinis :
Nyeri tekan RIF 2
Nyeri lepas 1
Peningkatan temperatur (> 37, 2o C) 1
Laboratorium :
Leukosistosis (leukosit > 10.000/ml 2
Bergeser ke kiri (tanda diff count) Neutrofil > 75% 1
Total 10
METODE PENELITIAN
A. Desain penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian dengan pendekatan studi kasus.
Studi kasus merupakan penilaian mengenai manusia (dapat suatu kelompok, organisasi,
maupun individu). peristiwa, latar secara mendalam, tujuan dari penelitian ini supaya
mendapatkan gambaran yang mendalam tentang suatu kasus yang sedang di teliti
(Sujarweni, 2014).
Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan
pada pasien appendisitis dengan post operasi appendiktomi di Rumah Sakit Islam
Klaten yang di observasi selama 3 x 24 jam untuk menggali data yang diperlukan.
Dengan pendekatan asuhan keperawatan meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan keperawatan, implementasi dan evaluasi keperawatan
B. Definisi Operasional
Definisi Operasional pada asuhan keperawatan pada pasien apendisitis dengan
post Operasi apendiktomi di Rumah Sakit Islam Klaten adalah sebagai berikut :
Tabel 3. 1 Definisi Operasional
No. Variabel Definisi operasional
1. Asuhan keperawatan serangkaian tindakan tindakan keperawatan yang diberikan
kepada pasien post appendiktomi. Asuhan tersebut meliputi
lima tahap, yaitu : pengkajian, merumuskan diagnosa,
menentukan intervensi atau perencanaan, implementasi dan
evaluasi.
2. Post operasi Appendiktomi Pasien yang memasuki pasca operasi pengangkatan apendiks
hari ke-0
C. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilakukan di bangal bedah Rumah Sakit Islam Klaten.
Penelitian dilaksanakan sejak post operasi hari ke- 0 sampai pulang atau pasien dirawat
minimal 3 hari. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan April
2020.
D. Subjek Studi Kasus
Subyek penelitian yang digunakan pada kasus ini adalah 2 pasien atau 2 kasus
post operasi appendiktomi di Rumah Sakit Islam Klaten.
1. Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah :
a. Pasien post operasi hari ke- 0
b. Pasien appendiktomi dengan bedah laparatomi
2. Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah :
a. Pasien appendisitis yang mengalami peritonitis
b. Pasien appendisitis dengan faktor penyulit : Penurunan kesadaran, Syok
hipovolemik
E. Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan suatu proses pendekatan kepada subjek dan
proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan. Langkah-langkah yang
diperlukan dalam pengambilan data tergantung pada rancangan studi kasus dan teknik
instrumen yang digunakan. Selama pengumpulan data peneliti memfokuskan pada
penyediaan subjek, memperhatikan prinsip-prinsip validitas dan reliabilitas, serta
menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi agar data dapat terkumpul sesuai rencana
yang di tetapakan (Nursalam, 2013).
Metode pengumpulan data yang dilakukan pada studi kasus ini adalah :
1. Wawancara
Teknik pengumpulan data dengan wawancara yag dilakukan dengan cara
tanya jawab seacara langsung kepada pasien, kepada keluarga, kepada perawat
maupun tenaga madis lainya untuk mengumpulkan data pasien meliputi : identitas
pasien, keluhan utama, alasan masuk rumah sakit, riwayat penyakit sekarang,
riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga, genogram, pengkajian biologis
dan psikologis
2. Observasi
1. Tahap Persiapan
Dalam studi kasus ini tahap yang perlu dipersiapkan yaitu pengajuan judul
kepada dosen pembimbing satu dan dua. Setelah mendapatkan persetujuan judul
yang ingin diambil untuk penelitian maka selanjutnya peneliti menyusun proposal
dan mengajukan proposal penelitian kepada dosen pembimbing satu dan dua.
Setelah itu ujian seminar proposal dan setelah proposal disetujui dan disahkan oleh
pembimbing dan penguji maka selanjutnya peneliti mengurus surat perizinan dari
fakultas untuk diserahkan kepada Rumah Sakit yang akan dijadikan objek
penelitian. Setelah mendapatkan surat izin dari fakultas peneliti melakukan
penjajakan dan menilai lapangan yang akan diteliti dan tahap selanjutnya peneliti
meyiapkan perlengkapan penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan
Dalam penelitian ini peneliti mengelola pasien selama 3 hari, dimana
selama 3 hari tersebut peneliti akan :
a. Hari pertama
Hari pertama penelitian peneliti meminta ijin terlebih dahulu kepada kepala
ruang di ruangan yang akan di lakukan pengambilan kasus. Setelah
mendapatkan izin peneliti kemudian melihat dan mempelajari rekam medis
pasien post apendiktomi. Setelah mempelajari rekam medis peneliti melakukan
diskusi dengan pembimbing terkait pasien yang akan diambil apakah telah
sesuai dengan kriteria pasien yang telah ditentukan oleh penulis. Kemudian
peneliti melakukan informed consent kepada pasien dengan memberikan
penjelasan maksud dan tujuan dari penelitian yang akan dilakukan dengan
menyertakan lembar persetujuan menjadi responden yang telah disediakan oleh
peneliti. Selanjutnya peneliti melakukan pengkajian pada pasien, keluarga dan
perawat ruangan. Melakukan pemeriksaan fisik pada pasien, setelah melakukan
pengkajian peneliti membuat perencanaan keperawatan sesuai dengan pasien
post apendiktomi. Setelah membuat rencana keperawatan peneliti kemudian
melakukan implementasi pada pasien kelolaan sesuai rencana keperawatan
yang telah ditetapkan. Kemudian peneliti membuat evaluasi dalam bentuk
SOAP. Kemudian melakukan rencana tindak lanjut pada pasien.
b. Hari kedua
Pada hari kedua peneliti melakukan observasi keadaan umum pasien,
menanyakan keluhan pada pasien. Menanyakan perkembangan pasien dan
validasi data kepada perawat yang bertugas dan melihat data rekam medis.
Kemudian peneliti melakukan implementasi sesuai perencanaan yang telah
ditetapkan. Setelah itu peneliti membuat evaluasi dalam bentuk SOAP. Setelah
melakukan evaluasi peneliti melakukan rencana tindak lanjut.
c. Hari ketiga
Pada hari ketiga peneliti menggali informasi dari pasien terkait
perkembangannya serta melakukan observasi keadaan umum pasien.
Melakukan validasi data dengan menanyakan pada perawat dan melihat pada
data rekam medis. Kemudian peneliti melakukan implementasi sesuai
perencanaan yang telah ditetapkan.
3. Tahap Pelaporan
Pada tahap pelaporan yang meliputi penulisan hasil studi kasus dari
pengkajian sampai dengan evaluasi kasus yang diambil dengan selalu berkonsultasi
kepada dosen pembimbing. Kemudian setelah hasil pelaporan dan data sudah
lengkap serta sesuai dengan tujuan penelitian kemudian di sahkan oleh
pembimbing, maka selanjutnya akan dilakukan ujian hasil penelitian. Setelah itu
peneliti diijinkan untuk melakukan penggandaan dan menyampaikan laporan hasil
penelitian kepada pihak yang berwenang dan berkepentingan.
Arifuddin, A., Salmawati, L., & Prasetyo, A. (2017). Faktor Risiko Kejadian Apendisitis
Dibangsal Rawat Inap Rumah Sakit Umum Antapura Palu. Jurnal Preventif, volume 8
nomor 1, April, 1-58.
(http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/Preventif/article/view/8344/6624. Diakses Pada
8 Februari 2020 )
Baresti, S. W., & Rahmanto, T. (2017). Sistem Skoring Untuk Mendiagnosis Apendisitis
Akut. Majority, Volume 6, Nomor 3, Juli 2017.
(http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/1130. Diakses Pada 9
Februari 2020)
Bagus Gama Kuntoadi., (2019). Buku Ajar Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa APIKES-
Semester 1. Jakarta Selatan: Graha Bhumi Husada Jakarta
Debora oda. (2017) Proses Keperawatan dan Pemeriksaan Fisik Edisi 2. Jakarta: Salemba
Medika
Daulay, N. M., & Simonora, F. A. (2019). Efektifitas Mobilisasi Dini Terhadap
Penyembuhan Luka Pasca Operasi Apendiktomi.Volume.7, Nomor. 4 Edisi November
2019. (http://journal.ipts.ac.id/index.php/ED/article/view/1404. Diakses Pada Tanggal 11
Februari 2020 )
Fransisca, C., Gotra, M., & Mahastuti Ni Made. (2019). Karakteristik Pasien Dengan
Gambaran Hispatologi Apendisitis Di RSUP Sanglah Denpasar Tahun 2015-2017,
Volume 8 nomor 7, Juli, 2019.
(https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/download/51783/30720. Diakses Pada 8
Februari 2020 )
Hariyanto, A., & Sulistyowati, R. (2015). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah 1
dengan Diagnosis NANDA Internasional. Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA
Handaya, Adeodatus Yuda. (2017). Deteksi dini & Atasi 31 Penyakit Bedah Saluran
Cerna (Digestif). Yogyakarta: Rapha Publishing
Hasibuan, D., T., M. (2018). Hubungan Status Nutrisi Dengan Waktu Penyembuhan Luka
Pada Pasien Post Apendiktomi Di Rumah Sakit Kota Medan. Volume. 4, Nomor 1, Maret
2018.( https://www.neliti.com/publications/295300/hubungan-status-nutrisi-dengan-waktu-
penyembuhan-luka-pada-pasien-post-apendikto. Diakses Pada Tanggal 11 Februari 2020 )
Hidayat, A. A., (2011). Metodelogi Penelitian Keperawatan dan Kesehatan. Jakarta:
Salemba Medika
Jitowiyono, S., & weni, K. (2012). Asuhan Keperawatan Post Operasi Pendekatan Nanda,
NIC, NOC. Yogyakarta: Nuha Medika
Kowalak, Jenifer P. (2011). Buku Ajar Fisiologi. Jakarta: EGC
Lemone, P., Burke, K.M., & Bauldoff, G. (2012). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Edisi 5, Vol 2. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Mitrawati, T., Andoko., & Hermawan, D. (2015). Hubungan Mobilisasi Dini Dengan
Lamanya Penyembuhan Luka Pasien Pasca Operasi Apendiktomi Di Ruang Bedah RDUD
JEND. A. Yani Metro. Jurnal Kesehatan Holistik. Volume 9, Nomor 2 April 2015: 71-75.
(http://www.ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/holistik/article/download/238/177. Diakses
Pada Tanggal 11 februari 2020 )
Muttaqin, A., & Sari S.(2011). Gangguan Gastroitestinal. Jakarta: Salamba Medika
Sulung, N., & Rani Sarah Dian. (2017). Teknik Relaksasi Genggam Jari Terhadap
Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Appendiktomi. Jurnal Endurance 2(3) Oktober 2017
(397-405).
(http://ejournal.kopertis10.or.id/index.php/endurance/article/download/2404/832. Diakses
Pada tanggal 8 Februari 2020 )
Suparyono. (2013). Etiologi dan Penangahan Gastritis. Jakarta: Jurnal kesehatan
Sujarwani. (2014). Motode Penelitian: Lengkap, Praktis Dan Mudah Dipahami.
Yogyakarta: Pustaka Baru Press
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Manajemen. Bandung: Alfabeta
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. Bandung: Alfabeta, CV
Shenoy Rajgopal, K., & Nileshwar, Anitha. (2014). Buku Ajar Ilmu Bedah Ilustrasi
Berwarna Edisi Ketiga. Tangerang Selatan: KARISMA Publishing Grup
Wijaya, Andra., & Yessie Mariza Putri. (2013). Keperawatan Medikal Bedah :
Keperawatan Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha Medika
Windy, C. S., & Sabir, M. (2016). Perbandingan Antara Suhu Tubuh, Kadar Leukosit, dan
Platelet Distribution Width (PDW) Pada Apendisitis Akut dan Apendisitis Perforasi Di
Rumah Sakit Umum Anutapura Palu. Jurnal Kesehatan Taduloka Vol.2 Nomor.2, Juli 2016
2016: 1-72 (http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/HealthyTadulako/article/view/8329.
Diakses Pada Tanggal 8 Februari 2020 )
Rencana Jadwal Penelitian
Tahun 2019-2020
Bulan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan Judul
2 Studi Pendahuluan
3 Konsultasi Proposal
4 Ujian Proposal
5 Revisi Proposal
5 Ijin Penelitian
6 Pengambilan Data
7 Analisis Data
8 Pembuatan Laporan
9 Konsultasi Hasil
10 Ujian KTI
11 Revisi
LAMPIRAN
LEMBAR PERSETUJUAN SEBAGAI RESPONDEN
Setelah mendapat informasi tentang penelitian yang berjudul“ Asuhan Keperawatan Pada
Pasien Post Operasi Appendiktomi di RSU Islam Klaten, saya yang bertanda tangan di
bawah ini :
Nama :
Umur :
Alamat:
Dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan, saya BERSEDIA / TIDAK BERSEDIA
menjadi responden dalam penelitian ini.
*) Coret yang tidak perlu
Klaten, 2020
Responden
( )
Lembar Penjelasan Untuk Responden
Dengan hormat,
Sehubung dengan penyusunan karya tulis ilmiah Program Studi DIII Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Klaten, dengan ini saya:
NIM : 1702110
Akan melakukan studi kasus dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post
Operasi Appendiktomi di RSU Islam Klaten.”
1. Judul penelitian
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post Opearasi Appendiktomi di RSU
Islam Klaten.
2. Tujuan
a. Tujuan umum
Tujuan umum dilakukan studi kasus ini untuk mempelajari dan
melaksanakan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post Operasi Appendiktomi.
b. Tujuan khusus
1) Melakukan pengkajian keperawatan pada Pasien Post Operasi
Appendiktomi.
2) Menentukan diagnosa keperawatan pada Pasien Post Operasi
Appendiktomi.
3) Menyusun perencanaan keperawatan pada Pasien Post Operasi
Appendiktomi.
4) Melaksanakan tindakan keperawatan pada Pasien Post Operasi
Appendiktomi.
5) Melakukan evaluasi keperawatan pada Pasien Post Operasi Appendiktomi.
6) Membandingkan teori dengan kasus nyata pada Pasien Post Operasi
Appendiktomi.
3. Perlakukan yang diterapkan pada pasien
Studi kasus ini merupakan penelitian menggunakan pendekatan kualitatif,
yaitu penelitian yang tidak mengadakan perhitungan. Studi kasus merupakan
penelitian mengenai manusia (dapat suatu kelompok, organisasi maupun individu),
peristiwa, latar secara mendalam, tujuan dari penelitian mendapatkan gambaran
yang mendalam tentang suatu kasus yang sedang diteliti, pengumpulan datanya
diperoleh dari wawancara, observasi dan dokumentasi.
Klaten, 2020