Anda di halaman 1dari 31

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH R.A BASOENI


KABUPATEN MOJOKERTO

PANDUAN PELAYANAN
KESEHATAN KERJA KARYAWAN

TAHUN 2021

JLN. RAYA GEDEG NO. 17 KABUPATEN MOJOKERTO


TELP. (0321) 364752 FAX. (0321) 361341

i
DAFTAR ISI

Halaman Judul ........................................................................... i


Daftar Isi ..................................................................................... ii
SK Pemberlakuan Panduan Pelayanan ........................................ iv
BAB I Definisi .......................................................................... 1
BAB II Ruang Lingkup ..............................................................
BAB III Tata Laksana .................................................................
BAB IV Dokumentasi .................................................................

ii
PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO
RSUD RA BASOENI KABUPATEN MOJOKERTO
Jalan Raya Gedeg No.17 Mojokerto, Kode Pos 61351 Jawa Timur
Telp. (0321)364752 Fax. (0321) 361341

KEPUTUSAN DIREKTUR
RSUD RA BASOENI KABUPATEN MOJOKERTO
NOMOR : 188/ /416-208/2021

TENTANG
PEMBERLAKUAN PANDUAN KESEHATAN KERJA KARYAWAN

DIREKTUR RSUD RA BASOENI KABUPATEN MOJOKERTO,

Menimbang : a. Bahwa untuk meningkatkan mutu pelayanan


dan keselamatan pasien dengan Kesehatan
Kerja Karyawandi RSUD R.A Basoeni
Kabupaten Mojokerto,
b. Bahwa untuk kepentingan tersebut di atas,
perlu diterbitkan Peraturan Direktur tentang
Kebijakan Pemberlakuan Panduan Kesehatan
Kerja Karyawandi RSUD RA Basoeni
Kabupaten Mojokerto.

Mengingat : 1. Undang Undang Republik Indonesia No.29


Tahun 2004 Praktik Kedokteran;
2. Undang Undang Republik Indonesia No.44
Tahun 2009 Rumah Sakit;
3. Undang Undang Republik Indonesia No.36
Tahun 2009 Kesehatan;

Memperhatikan : Keputusan Bupati Mojokerto Nomor


188.45/HK/416-012/2012 tentang
Pendelegasian Wewenang Penandatanganan
Keputusan Bupati.
MEMUTUSKAN :

Menetapkan :
KESATU : KEPUTUSAN DIREKTUR TENTANG
PEMBERLAKUAN PANDUAN KESEHATAN KERJA
KARYAWAN DI RSUD R.A BASOENI
KEDUA : Panduan Kesehatan Kerja Karyawandi RSUD R.A
BASOENI sebagaimana Diktum kesatu tercantum
dalam lampiran keputusan ini.
KETIGA : Panduan sebagaimana dimaksud Diktum Kedua
agar digunakan sebagai acuan bagi RSUD R.A
Basoeni dalam pelaksanaan Pengelolaan Pasien TB
Paru
KEEMPAT : Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal
ditetapkan dan apabila di kemudian hari terdapat
kesalahan atau kekeliruan dalam Surat Keputusan
ini akan ditinjau kembali dan akan dilakukan
perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Mojokerto
Pada tanggal : 11 Januari 2021

DIREKTUR RSUD RA. BASOENI


KABUPATEN MOJOKERTO

ULUM ROKHMAT ROKHMAWAN

iv
PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO
RSUD RA BASOENI KABUPATEN MOJOKERTO
Jalan Raya Gedeg No.17 Mojokerto, Kode Pos 61351 Jawa Timur
Telp. (0321)364752 Fax. (0321) 361341
BAB I
DEFINISI

Kesehatan Karyawan adalah adanya jaminan kesehatan pada


saat melakukan pekerjaan. Menurut WHO/ILO (1995), kesehatan
kerja bertujuan untuk peningkatan dan pemeliharaan derajat
kesehatan fisik, mental dan sosial yang setinggi-tingginya bagi
pekerja di semua jenis pekerjaan, pencegahan terhadap gangguan
kesehatan pekerja yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan;
perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaannya dari risiko akibat
faktor yang merugikan kesehatan; dan penempatan serta
pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja yang
disesuaikan dengan kondisi fisiologi dan psikologisnya. Secara
ringkas merupakan penyesuaian pekerjaan kepada manusia dan
setiap manusia kepada pekerjaan atau jabatannya.
Petugas kesehatan berisiko terinfeksi bila terekspos saat
bekerja, juga dapat mentransmisikan infeksi kepada pasien maupun
petugas kesehatan yang lain. Fasilitas kesehatan harus memiliki
program pencegahan dan pengendalian infeksi bagi petugas
kesehatan. Saat menjadi karyawan baru seorang petugas kesehatan
harus diperiksa riwayat pernah infeksi apa saja, status
imunisasinya. Imunisasi yang dianjurkan untuk petugas kesehatan
adalah hepatitis B, dan bila memungkinkan hepatitis A, influenza,
campak, tetanus, difteri, rubella. Mantoux test untuk melihat adakah
infeksi TB sebelumnya, sebagai data awal. Pada kasus khusus, dapat
diberikan varicella. Alur paska pajanan harus dibuat dan pastikan
dipatuhi untuk HIV, HBV, HCV, Neisseria meningitidis, MTB,
Hepatitis A, Difteri, Varicella zoster, Bordetella pertusis, Rabies.
BAB II
RUANG LINGKUP

Kesehatan Karyawan memiliki ruang lingkup di ruangan : dari


gerbang Rumah Sakit sampai pada bangunan paling belakang atau
rukti jenazah. Semua petugas yang bekerja di rumah sakit harus
memahami bahwa pasien yang dirawat memiliki resiko terkena
infeksi. Dan semua petugas tersebut memiliki peran untuk
mencegah infeksi.
BAB III
TATA LAKSANA

A. Pajanan terhadap virus H5N1


Bila terjadi pajanan H5N1 diberikan oseltamivir 2x75mg selama 5
hari. Monitor kesehatan petugas yang terpajan sesuai dengan
formulir yang tersedia.

B. Pajanan terhadap virus HIV


Risiko terpajan 0,2 – 0,4% per injuri
Upaya menurunkan risiko terpajan patogen melalui darah dapat
melalui:
1. Rutin menjalankan Kewaspadaan Standar, memakai APD yang
sesuai
2. Menggunakan alat dengan aman, membuang limbah pada
wadah yang tepat
3. Edukasi petugas tentang praktek aman menggunakan jarum,
benda tajam.

Faktor yang dapat meningkatkan terjadinya infeksi paska


pajanan:
1. Tusukan yang dalam
2. Tampak darah pada alat penimbul pajanan
3. Tusukan masuk ke pembuluh darah
4. Sumber pajanan mengandung virus kadar tinggi
5. Jarum berlubang ditengah.

Tindakan pencegahan harus terinformasi kepada seluruh


petugas. Peraturannya harus termasuk memeriksa sumber pajanan,
penatalaksanaan jarum dan alat tajam yang benar, alat pelindung
diri, penatalaksanaan luka tusuk, sterilisasi dan disinfeksi. Alur
penatalaksanaan pajanan di rumah sakit harus termasuk
pemeriksaan laboratorium yang harus dikerjakan, profilaksis paska
pajanan harus telah diberikan dalam waktu 4 jam paska pajanan,
dianjurkan pemberian antiretroviral (ARV) kombinasi AZT
(zidovudine), 3TC (lamivudine) dan Indinavir atau sesuai pedoman
lokal.
Paska pajanan harus segera dilakukan pemeriksaan HIV serologi
dan dicatat sampai jadwal pemeriksaan monitoring lanjutannya
kemungkinan serokonversi. Petugas terinformasi tentang sindroma
ARV akut, mononukleosis akut pada 70-90% infeksi HIV akut,
melaporkan semua gejala sakit yang dialami dalam 3 bulan.
Kemungkinan risiko pajanan dapat terjadi kapan saja tetapi
konseling, pemeriksaan laboratorium dan pemberian ARV harus
difasilitasi dalam 24 jam. Penelusuran paska pajanan harus standar
sampai waktu 1 tahun. Diulang tiap 3 bulan sampai 9 bulan
ataupun 1 tahun.

C. Pajanan terhadap virus Hepatitis B


Probabilitas infeksi Hepatitis B paska pajanan antara 1,9 – 40%
per pajanan. Segera paska pajanan harus dilakukan pemeriksaan.
Petugas dapat terjadi infeksi bila sumber pajanan positif HbsAg
atau HbeAg.
1. Profilaksis Paska Pajanan
a. Tidak perlu divaksinasi bila petugas telah mengandung Anti
HBs lebih dari 10mIU/ml.
b. HB imunoglobulin IM segera, dianjurkan dalam waktu 48 jam
dan >1 minggu PP, dan 1 seri vaksinasi Hepatitis B dan
dimonitor dengan tes serologik.
c. Hepatitis D timbul pada individu dengan Hepatitis B,
ditransmisikan dengan cara yang sama demikian dengan cara
memonitornya.

2. Pajanan terhadap virus Hepatitis C


a. Transmisi sama dengan Hepatitis B.
b. Belum ada terapi profilaksis paska pajanan yang dapat
diberikan, tetapi perlu dilakukan monitoring pemeriksaan
adakah serokonversi dan didokumentasikan.
c. Sumber pajanan juga harus diperiksa.
Segala pajanan patogen yang terjadi saat okupasi harus
dilakukan konseling, pemeriksaan klinis dan harus dimonitor
dengan pemeriksaan serologis.

D. Infeksi Neisseria meningitidis


1. N meningitidis dapat ditransmisikan lewat sekresi respiratorik,
jarang terjadi saat okupasi.
2. Perlu terapi profilaksis bila telah terjadi kontak erat petugas
dengan pasien misal saat resusitasi mulut ke mulut, diberikan
Rifampisin 2 X 600 mg selama 2 hari atau dosis tunggal
Ciprofloxacyn 500 mg atau Cefriaxon 250 mg IM.

A. Mycobacterium tuberculosis
1. Transmisi kepada petugas lewat airborne droplet nuclei
biasanya dari pasien TB paru.
2. Sekarang perlu perhatian hubungan antara TB, Infeksi HIV
dan MDR TB.
3. Petugas yang paska terekspos perlu di tes Mantoux bila
indurasinya > 10 mm perlu diberikan profilaksis INH sesuai
rekomendasi lokal.

A. Infeksi lain (Varicella, Hepatitis A, Hepatitis E, Influensa,


Pertusis, Difteria dan Rabies)
Transmisinya tidak biasa, tetapi harus dibuat penatalaksanaan
untuk petugas. Dianjurkan vaksinasi untuk petugas terhadap
Varicella dan Hepatitis A, Rabies untuk daerah yang endemis.
B. Kesehatan petugas dan pencegahan HAI’s

Kewaspadaan Masa Petugas


Menular selama/
No Penyakit Masa Inkubasi Cara Transmisi yang perlu diliburkan/
Virus shedding
dijalankan Rekomendasi
1 Abses Selama luka Kontak langsung Kontak
mengeluarkan langsung
cairan tubuh
2 Acinetobacter Luka bakar yang a. Flora N kulit Standar dan
baumanii dihydroterapi manusia, Kontak
mukus
membran dan
tanah.
b. Bertahan di
tempat
lembab dan
kering sampai
berbulan –
bulan.
c. Menular
melalui
peralatan
rawat
respirasi,
tangan
petugas,
humidifier,
stetoskop,
termometer,
matras,
bantal,
permukaan
tempat tidur,
mop, gorden,
tempat
mandi, luka
terbuka.
3 Adenovirus type 1- 6-9 hari Sekret saluran Droplet, Kontak
7 napas langsung

4 Aspergilosis Infeksi jaringan Inhalasi stadium Kontak dan


luas dengan cairan airborne, conidia airborne
berlebihan
5 Candidiasis Standar, Kontak
6 Chlamidia C Standar, Kontak
trachomatis langsung
termasuk
seksual
7 Congenital Rubella Sampai umur 1 Kontak dengan Standar, Kontak
tahun bahan nasofaring
dan urin
8 Conjungtivitis 5 – 12 hari 14 hari setelah Kontak dengan Kontak, Standar Sampai mata tidak
*Adenovirus type 8 onset tangan, alat keluar kotoran
terkontaminasi
9 Campak 5 – 21 hari 3 – 4 hari setelah Droplet yang Transmisi udara Restriksi 7 hari
bercak timbul besar (kontak setelah bercak merah
melalui nasofaring dekat) & udara timbul (yg imun) 5
hari setelah ekspos -
21 hari setelah
ekspos
10 Campilobacter Standar
11 Clostridium Kontak
difficile
12 Cytomegalovirus Tidak diketahui Tahan di Kontak dengan Standar, Hand Tidak perlu
lingkungan dalam sekresi & Hygiene
waktu pendek ekskresi : saliva
dan urin
13 Difteria Sekresi dari Droplet, kontak  Sampai terapi
mulut antibiotika telah
mengandung C. lengkap dan
Difteriae sampai 2 kultur
berjarak 24 jam
dinyatakan
negatif.
 Perlu imunisasi
tiap 10 th.
14 Gastroenteritis Kontak pasien, Standar atau Tidak mengolah
*Salmonella Konsumsi kontak makanan sampai 2x
*Shigella makanan/ air jarak 24 jam kultur
*Yenterocolitica terkontaminasi feses negatif
15 Giardia lamblia Feses Kontak
16 Hepatitis A 15 – 50 hari 2 minggu, kadang- Fekal oral, Standar Libur di area
kadang sampai 6 melalui feses perawatan/
bulan (prematur) pengolahan
makanan, 1 minggu
setelah sakit kuning
imunisasi paska
ekspos
17 Hepatitis B, D B : 6 – 24 Akut atau kronik Perkutaneus, Standar Tidak perlu dibatasi
minggu dengan HbsAG mukosa, kulit sampai HbsAg
D : 3 – 7 minggu positif yang tidak utuh negatif.
kontak dengan
darah, semen,
cairan vagina,
cairan tubuh
yang lain.

18 Hepatitis C, F, G Perkutaneus, Standar


mukosa, kulit
yang tidak utuh
kontak dengan
darah, semen,
cairan vagina,
cairan tubuh
yang lain.
19 Herpes Simplex 2 – 14 hari Asimptomatik dapat Kontak dengan Standar, kontak Retriksi tidak perlu,
mengeluarkan virus ludah karier tangan tapi batasi kontak
mengandung dengan pasien.
virus langsung/
lewat sekresi luka
aberasi / cairan
vesikel.
20 HIV Perkutaneus, Standar
mukosa, kulit
yang tidak utuh
kontak dengan
darah, semen,
cairan vagina,
cairan tubuh
yang lain.
21 Helicobacter pylori Standar
22 MDRO ( MRSA, Kontak luka Kontak
VRE, VISA, ESBL,
Strep Pneumonia )
23 Influenza 1 – 5 hari Infeksius pd 3 hari Airborne, kontak Kontak Vaksinasi pd petugas
pertama sakit. Virus langsung atau yg rentan.
dapat dikeluarkan droplet dengan
sebelum gejala sekresi saluran
timbul sampai 7 napas.
hari setelah mulai
sakit, lebih panjang
pd anak dan orang.
24 Hemophilus Standar
influenzae : Droplet
*Dewasa
*Anak-anak
25 Human Batuk non Droplet sekret Kontak, droplet
metapneumovirus produktif, kongesti respirasi
(HMPV) nasal wheezing,
bronkhiolitis,
pneumonia pada
anak +11,5 tahun
26 Novovirus 12 – 48 jam Diare, KLB Makanan, air Kontak,
terkontaminasi makanan, air
feses
27 N Meningitidis 2 – 10 hari Kontak dengan Transmisi Libur sampai 24 jam
sekret sal napas melalui droplet setelah terapi paska
ekspos.
Rifamycin 2X 500mg
2 hari ; Ciprofloxacyn
2X500mg atau
Ceftriaxone 250mg IM
28 Parotitis/ Mumps 16 – 18 hari Community Kontak dengan Transmisi  Vaksinasi efektif,
(12 – 25 hari) acquired, virus droplet atau droplet MMR retriksi
berada dalam saliva langsung dengan sampai 9 hari
6-7 hari sebelum sekret saluran setelah onset
parotitis sampai 9 napas, saliva, parotitis.
hari setelah onset hidung & mulut  Petugas rentan :
pasien 12 hari paska
imunocompromise ekspos pertama
sampai 25 hari
setelah ekspos
terakhir
29 Parvovirus/ B19 6 – 10 hari Menular sebelum Kontak dengan Transmisi Tidak perlu retriksi
bercak merah droplet besar, droplet
sampai 7 hari muntahan
setelah onset
30 Pertusis 7 – 10 hari F catarrhal sangat Kontak dengan Transmisi Vaksin
menular sekresi saluran droplet sampai direkomendasikan
napas, droplet 5 hari menerima umur 11–64th
besar kontak antibiotik. petugas dengan
dekat pertusis : Restriksi
fase catarrhal sampai
minggu ketiga setelah
onset atau 5 hari
setelah terapi
antibiotik kontak saja
tidak perlu retriksi.

31 Poliomyelitis Non paralitik : 3 Saluran napas 1 Kontak cairan Transmisi Imunisasi


– 6 hari minggu setelah saluran napas, kontak direkomendasikan
Paralitik : 7 – 21 gejala muncul, benda
hari dalam feses terkontaminasi
beberapa minggu feses
bulan setelah gejala
muncul
32 Rubella 12 – 23 hari, Sangat menular Kontak dengan Transmisi 5 hari setelah bintik
bintik merah saat bintik merah droplet droplet dan keluar; petugas
timbul 14 – 16 keluar, virus dilepas nasofaring pasien kontak dengan rentan 7 hari setelah
hari setelah 1 minggu sebelum cairan saluran ekspos pertama
ekspos sampai 5–7 hari napas. sampai 21 hari
setelah onset, setelah ekspos
congenital rubella terakhir.
bisa melepas virus
berbulan–bulan
bertahun-tahun
33 RSV (Infeksi Virus 2 – 8 (tersering Orang sakit dapat Tangan Transmisi Batasi kontak dengan
respiratorik) 4 – 6 hari) mengeluarkan virus terkontaminasi kontak erat pasien rawat dan
selama 3 – 8 hari, saat merawat dengan droplet lingkungan bil ada
bisa terjadi pada pasien atau atau aerosol KLB RSV Restriksi
anak 3-4 minggu menyentuh partikel kecil sampai gejala akut
benda mati, hilang.
transmisi RSV
bila menyentuh
mata atau hidung
34 MRSA Kontak tangan Standar Retriksi perawatan
petugas, mungkin transmisi, pasien dan
karier nares kontak dapat pengolahan makanan
anterior, tangan, airborne. bila petugas dengan
axilla, perineum, lesi kulit basah.
nasofaring, Tidak perlu retriksi
orofaring bila kolonisasi.
35 Streptococcus A Kontak sisi Kulit, faring, Standar, Retriksi perawatan
terinfeksi dan rektum, vagina berdasar pasien & pengolahan
mensekresi transmisi makanan sp 24 jam
setelah mendapat
terapi antibiotik.
Tidakperlu retriksi
petugas dengan
kolonisasi.
36 Salmonella, Orang-orang
Shigella lewat fekal oral,
air /makanan
terkontaminasi,
37 Syphilis Kontak langsung Kontak
dengan lesi
primer atau
sekunder syphilis
38 Tuberkulosis Sampai 1 bulan Inhalasi droplet Airborne, Sampai terbukti non
minum OAT nuklei Kontak infeksius
(mengeluarkan
C tubuh
infeksius)
39 Varicella Sp lesikering dan Airborne, 8 hari paska kontak
berkrusta Kontak, Standar sampai 21 hari paska
kontak ,beri
Imnuglobulin IV
paska kontak,
imunisasi petugas
paska pajanan
dalam 4 hari.

40 Vibrio kolera Kontak feses


41 Zozter :
*Lokal Tutupi lesi,jangan Retriksi sampai lesi
kontak dengan mengering dan
pasien rawat. mengelupas.

*Menyeluruh atau Jangan kontak Retriksi sampai


Imunokompromais dengan pasien. semua lesi mengering
dan mengelupas.

*Paska pajanan Jangan kontak Dari hari ke 10


(person yang dengan pasien paska pajanan
rentan) rawat. pertama sampai hari
ke 21, atau hari ke
28 bila diberi lagi
atau sampai lesi
kering dan
mengelupas.
A. Tindakan pertama pada pajanan bahan kimia atau cairan
tubuh :
1. Mata : Bilas dengan air mengalir selama 15 menit.
2. Kulit : Bilas dengan air mengalir selama 1 menit.
3. Mulut: Segera kumur – kumur selama 1 menit.
4. Lapor ke Komite PPI,K3 RS atau ke dokter karyawan.

A. Program kesehatan pada petugas kesehatan


Adalah program sebagai strategi preventif terhadap infeksi yang
dapat ditransmisikan dalam kegiatan pelayanan kesehatan,
antara lain:
1. Monitoring dan support kesehatan petugas
2. Vaksinasi bila dibutuhkan
3. Vaksinasi terhadap infeksi saluran napas akut bila
memungkinkan
4. Menyediakan antivirus profilaksis
5. Surveilans membantu mengenal tanda awal transmisi infeksi
salaluran napas akut dari manusia-manusia
6. Terapi dan follow up epi/pandemic infeksi saluran napas akut
pada petugas
7. Rencanakan petugas diperbolehkan masuk sesuai pengukuran
risiko bila terkena infeksi.
8. Upayakan support psikososial.

A. Tujuannya
1. Menjamin keselamatan petugas di lingkungan rumah sakit
2. Memelihara kesehatan petugas kesehatan
3. Mencegah ketidakhadiran petugas, ketidakmampuan bekerja,
kemungkinan medikolegal dan KLB

A. Unsur yang dibutuhkan


1. Petugas yang berdedikasi
2. SPO yang jelas dan tersosialisasi
3. Administrasi yang menunjang
4. Koordinasi yang baik antar instalasi/unit
5. Penanganan paska pajanan infeksius
6. Pelayanan konseling
7. Perawatan dan kerahasiaan medical record

A. Evaluasi sebelum dan setelah penempatan


Meliputi :
1. Status imunisasi
2. Riwayat kesehatan yang lalu
3. Terapi saat ini
4. Pemeriksaan fisik
5. Pemeriksaan Laboratorium dan Radiologi

A. Edukasi
Sosialisasi SPO pencegahan dan pengendalian infeksi misal:
Kewaspadaan Isolasi, Kewaspadaan standar dan Kewaspadaan
berbasis transmisi, Kebijakan Departemen Kesehatan tentang
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) .

B. Program imunisasi
Keputusan pelaksanaan imunisasi petugas tergantung pada:
1. Risiko ekspos petugas
2. Kontak petugas dengan pasien
3. Karakteristik pasien Rumah Sakit
4. Dana Rumah Sakit
5. Riwayat imunisasi yang tercatat baik secara periodik
menyiapkan apakah seorang petugas memerlukan booster atau
tidak. Imunisasi Influenza dianjurkan sesuai dengan strain
yang ada.

A. Penyakit akibat kerja dan penyakit paska pajanan


Seyogyanya rumah sakit memiliki tata cara pelaporan dan
manajemen yang mudah serta difahami semua petugas.
Dapat berupa pedoman, alur, yang diinformasikan kepada
petugas secara detail hingga berapa lama meliburkan petugas paska
pajanan serta membantu petugas dalam kecemasan atau rasa takut.
Tata cara dapat meliputi:
a. Informasi risiko ekspos
b. Alur manajemen dan tindak lanjut
c. Penyimpanan data.

B. Penerapan program
Perlu suatu pengukuran sebelum program diimplementasikan.
Pelaksanaannya harus merupakan cara yang paling efisien dan cost-
efektif dimulai dengan survei dengan memakai kuesioner tingkat
imunitas suatu penyakit yang akan dicegah. Hasil survei dapat
dipakai untuk perencanaan dana termasuk pemeriksaan serologi dan
vaksin yang dibutuhkan.

A. Strategi program
1. Langkah demi langkah pengetrapan program harus
dikalkulasi, sehingga budget dapat disiapkan, didiskusikan.
2. Prosedur dijalankan setelah pemikiran, identifikasi kasus,
peraturan pelayanan, langkah pencegahan, manajemen paska
pajanan menjamin kesuksesan implementasi program. Hal ini
juga mencegah terjadinya dana yang terbuang percuma.

A. Jalinan kinerja
1. Jalinan kinerja yang baik diantara petugas dan manajemen
membantu pelaksanaan program.
2. Kepercayaan pihak manajemen kepada Komite PPI berupa
dukungan moral dan finansial akan membantu program
terlaksana efektif.
3. Komunikasi dan kolaborasi yang berkesinambungan dari
Komite Medik dan seluruh Unit/Departemen akan penting bagi
upaya deteksi dini masalah PPI serta ketidak patuhan sehingga
kesalahan dapat segera diperbaiki dan mencegah kegagalan
program PPI.

A. Pelaksanaan program dengan dana minimal :


Perlindungan yang minimal bagi petugas adalah imunisasi
Hepatitis B, Imunisasi massal dan diulang tiap 5 tahun paska
imunisasi, disertai dengan program manajemen paska pajanan
tusukan tajam dan percikan bagi petugas, meliputi :
a. Tes pada pasien sebagai sumber pajanan.
b. Tes HBsAg dan Anti HBs bagi petugas.
c. Tes serologi yang tepat.
d. Penanganan yang tepat paska pajanan, dalam 48 jam diberi
imunoglobulin hepatitis B.
e. Bila perlu diberi booster.
f. Penelitian dan pencegahan harus melingkupi seluruh petugas.
BAB IV
DOKUMENTASI

Pendokumentasian laporan Kesehatan Karyawan dilakukan setiap


adanya pelaporan pajanan dari ruangan.
Hasil laporan disampaikan ke Direktur setiap triwulan dan tahunan.

Anda mungkin juga menyukai