DISUSUN OLEH
Website : rsutjokronegoro.purworejokab.go.id
2021
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI......................................................................................................................................i
PERATURAN DIREKTUR RSUD R.A.A. TJOKRONEGORO PURWOREJO......................ii
BAB I................................................................................................................................................1
DEFINISI........................................................................................................................................1
BAB II..............................................................................................................................................6
RUANG LINGKUP........................................................................................................................6
BAB III.............................................................................................................................................7
TATALAKSANA............................................................................................................................7
BAB IV...........................................................................................................................................18
DOKUMENTASI..........................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................19
i
PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO
DINAS KESEHATAN
RSUD R.A.A. TJOKRONEGORO
Jl. Soekarno Hatta, Borokulon, Banyuurip, Purworejo - 54171
Telp. (0275) 2973040, E-mail : rsudtjokronegoro@purworejokab.go.id
Website : rsutjokronegoro.purworejokab.go.id
TENTANG
PANDUAN PENEMPATAN PASIEN PENYAKIT MENULAR DAN IMUNITAS
RENDAH /IMMUNOCOMPROMEISED DI RSUD R.A.A. TJOKRONEGORO
PURWOREJO
Pasal 2
Kebijakan ini dijadikan sebagai acuan dan pedoman penempatan pasien
penyakit menular dan imunitas rendah di RSUD R.A.A. Tjokronegoro
Purworejo dan akan selalu dievaluasi dan direvisi dengan memperhatikan
berbagai faktor.
Pasal 3
Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dan apabila dikemudian
hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini, akan diadakan
perbaikan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di Purworejo
pada tanggal Desember 2020
iv
LAMPIRAN
PERATURAN DIREKTURRSUD RAA
TJOKRONEGORO PURWOREJO
NOMOR TAHUN 2020
TENTANG
PANDUAN PENETAPAN PASIEN
PENYAKIT MENULAR DAN IMUNITAS
RENDAH IMMUNOCOMPROMISIED
BAB I
DEFINISI
5
BAB II
RUANG LINGKUP
1. Penempatan Pasien
Penempatan pasien terpisah dengan pasien lainnya berdasarkan
transmisi penularannya
1) Penyakit menular lewat Kontak
Diare, Gangren, Gonorhoe, Herpes simplek, Rubella, MRSA, MRSE,
ESBL, VRE, Hepatitis dengan perdarahan
2) Penyakit menular lewat Droplet
Difteri, Avians Influenza, Pneumonia, Pneumonia Coronavirus nCoV
3) Penyakit menular lewat Udara/ airborne : TBC
4) Imunocompromised
HIV AIDS, SLE, Pasien Kemoterapi, Pasien gagal ginjal dengan
Hemodialisa rutin
5) Bersama pasien lain yang terinfeksi aktif dengan mikroorganisme
yang sama (Dengan Sistem Kohorting)
2. Penempatan dan Transfer pasien Airborne Diseases
3. Penempatan pasien infeksi Airborne saat kamar isolasi bertekanan
negative tidak tersedia
4. Pencegahan kontaminasi silang
5. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) di ruang isolasi
6. Pemrosesan peralatan pasien dan penatalaksanaan linen
7. Pembersihan lingkungan ruang isolasi selama ditempati dan sesudah
pasien pindah atau pulang
8. Edukasi bagi pengunjung dan pasien ruang isolasi
9. Edukasi staff tentang penanganan pasien penyakit menular/ infeksi
10. Penanganan specimen
11. Perawatan kasus meninggal
12. Laporan adanya penderita atau kejadian yang dapat menimbulkan
wabah /outbreak penyakit infeksi airborne
6
BAB III
TATALAKSANA
1. PENEMPATAN PASIEN
1) Penyakit menular lewat Kontak
1. Diare, Gangren, Gonorhoe, Herpes simplek, Rubella, MRSA,
MRSE, ESBL, VRE, Hepatitis dengan perdarahan
2. Tempatkan pasien di kamar tersendiri.
3. Bila tidak tersedia kamar sendiri, tempatkan pasien dalam
kamar bersama dengan pasien yang terinfeksi aktif dengan
mikroorganisme yang sama (Sistem Kohorting) tetapi tidak
boleh dengan pasien infeksi yang berbeda.
4. Bila tidak tersedia kamar tersendiri dan penggabungan dengan
pasien lain tidak diinginkan, pertimbangan sifat epidemiologi
mikroorganisme dan populasi pasien saat menempatkan
pasien, pisahkan dengan jarak sedikitnya 1 meter dengan
pasien lainnya.
2) Penyakit menular lewat Droplet
1. Difteri, Avians Influenza, Pneumonia, Pneumonia Coronavirus
nCoV
2. Tempatkan pasien di kamar tersendiri.
3. Bila tidak tersedia kamar tersendiri, tempatkan pasien dalam
kamar bersama dengan pasien yang terinfeksi aktif dengan
makroorganisme yang sama (Sistem Kohorting) tetapi tidak
boleh dengan infeksi yang berbeda.
4. Bila tidak tersedia kamar tersendiri dan tidak ingin
menggabungkan dengan pasien lain, maka pisahkan dengan
jarak sedikitnya 1 meter dengan pasien lainnya.
5. Tidak dibutuhkan penanganan udara dan ventilasi khusus
dan pintu boleh tetap terbuka.
3) Penyakit menular lewat Udara/ airborne
Kriteria pasien masuk kamar isolasi penularan melalui udara
7
1. Pasien yang masuk ke ruang rawat isolasi penyakit menular
melalui udara yaitu Penyakit TB paru yang disebabkan oleh
Micobacterium Tuberculosis,
2. Skrining dilakukan mulai pasien datang ke Poliklinik rawat
jalan dan Instalasi Gawat Darurat (IGD ), pasien dengan gejala
batuk kronik 2 minggu atau batuk darah langsung diberika
masker bedah
3. Diagnose tersebut ditegakkan di IGD/ Poliklinik rawat jalan
oleh dokter yang bertugas
4. Pasien dengan TB paru masuk kamar isolasi tekanan negatif
( Isolasi Airborne , dan Isolasi Airborne ) apabila hasil TCM
Positif/ negative dengan dicurigai TB, suspek TB Paru dan TB
yang klinis dan radiologis mengarah adanya TB yang infeksius.
5. Khusus untuk TB MDR yang membutuhkan dirawat di ruang
Intensif Care Unit pasien dirujuk ke RS Moewardi
6. Tempatkan pasien di kamar tersendiri yang memiliki syarat
sebagai berikut :
• Kamar isolasi penularan melalui udara bertekanan negative,
• Kamar isolasi dilengkapi filter udara
• Tekanan udara dimonitor menggunakan magnehelic,
• Suhu dan kelembaban udara kamar dimonitor menggunakan
hygrometer thermometer dan didokumentasikan.
• Bertekanan udata negatif dibanding dengan ruangan
sekitarnya
• Memiliki saluran pengeluaran udara kelingkungan yang
memadai ventilasi yang memadai, minimal terjadi pertukaran
udara 12x/jam
• Pintu ke arah dalam harus selalu tertutup
7. Bila tidak tersedia kamar tersendiri, tempatkan pasien
bersama pasien lain yang terinfeksi aktif dengan
mikroorganisme yang sama (Kohort). pisahkan dengan jarak
sedikitnya 2 meter dengan pasien lainnya ( Ditempatkan di
Ruang Kolibri
Kriteria pasien keluar kamar isolasi penularan melalui udara
8
8. Pasien dengan TB paru boleh dipindahkan dari ruang isolasi
ke ruang perawatan.
9. Sedangkan pasien TB yang telah mendapat terapi OAT secara
efektif berdasarkan analisis resiko tidak berpotensi
menularkan TB baru dapat dikumpulkan dengan pasien lain
4) Imunocompromised
Pasien yang masuk ke kamar isolasi imunosupresi adalah
pasien dengan gangguan imunologi (antara lain Infeksi Human
Immunodefidiensi Virus [HIV], Sindrom defisiensi imun
kongenital, penyakit-penyakit kronik [diabetes melitus, kanker,
emfisema, gagal jantung] atau terapi imunosupresi (antara lain
radiasi, kemoterapi sitotoksik, medikasi antirejeksi,
pengobatan steroid) dengan hasil laboratorium neutrophil <
500sel/µl.
pasien yang oleh dokter penanggung jawab pasien dinyatakan
imunocompromised berdasarkan hasil pemeriksaan
ditempatkan dalam ruangan yang mempermudah
terlaksananya tindakan pencegahan transmisi infeksi (Ruang
isolasi jenis P / tekanan positif) Anteroom tekanan negative
sedangkan ruang rawat tekanan positif
Untuk pasien yang yang sedang menjalani pengobatan
dikelompokkan/ kohorting di satu ruang untuk mencegah
resiko tertular penyakit menular
Kamar isolasi pasien imunosupresi bertekanan positif
menggunakan air conditioner sehingga udara dalam kamar
isolasi lebih dingin dibandingkan udara luar kamar.
5) Bersama pasien lain yang terinfeksi aktif dengan mikroorganisme
yang sama (Dengan Sistem Kohorting)
1. Tempatkan pasien di ruang untuk satu pasien dengan ventilasi
yang memadai.
2. Bila memungkinan, tempatkan pasien dengan jarak terpisah
minimal 1 meter dari pasien lainnya
3. Gabungan (Kohorting) pasien-pasien yang didiagnosis
penyebab penyakitnya sama.
9
4. Lakukan pengendalian sumber infeksi pada pasien saat batuk
dan pembersihan tangan setelah kontak dengan sekresi
pernafasan.
13
6) Semua petugas yang menangani peralatan yang sudah
digunakan dan linen kotor harus menerapkan kewaspadaan
standar dan membersihkan tangan setelah memakai APD.
14
8. EDUKASI BAGI PENGUNJUNG DAN PASIEN RUANG ISOLASI
1) Pengunjung harus menggunakan APD sesuai standar di fasilitas
pelayanan dan harus diberi petunjuk mengenai cara
penggunaannya serta mengenai praktek kebersihan tangan
sebelum memasuki ruang isolasi.
2) Pemberian informasi tentang kewaspadaan standar, kebersihan
tangan, etika batuk, dan strategi pencegahan infeksi rutin lainnya
disediakan pada saat pasien masuk RS.
3) Penyediaan informasi dalam bentuk pamflet, dan materi cetakan
lainnya yang mencakup informasi tentang dasar pemikiran
pencegahan infeksi.
4) Pendidikan Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) terhadap pengunjung
dan pasien ruang isolasi secara rutin dan terjadwal.
15
11. PERAWATAN KASUS MENINGGAL
1) Petugas kesehatan harus menjalankan kewaspadaan standar
ketika menangani pasien yang meninggal akibat penyakit
menular
2) APD lengkap harus digunakan petugas yang menangani
jenazah jika pasien tersebut meninggal dalam masa penularan
3) Jenazah harus terbungkus seluruhnya dalam kantong jenazah
yang tidak mudah tembus sebelum dipindahkan ke kamar
jenazah
4) Jangan ada kebocoran cairan tubuh yang mencemari bagian
luar kantong jenazah
5) Pindahkan sesegera mungkin ke kamar jenazah setelah
meninggal dunia
6) Jika keluarga pasien ingin melihat jenazah, diijinkan untuk
melakukannya sebelum jenazah dimasukan kedalam kantong
jenazah dengan menggunakan APD
7) Petugas harus memberi penjelasan kepada pihak keluarga
tentang penanganan khusus bagi jenazah yang meninggal
dengan penyakit menular. Sensitivitas adat istiadat dan
budaya harus diperhatikan ketika seorang pasien dengan
penyakit menular meninggal dunia
8) Jenazah tidak boleh dibalsem atau disuntik pengawet
9) Jika akan diotopsi harus dilakukan oleh petugas khusus, jika
diijinkan oleh keluarga
10) Jenazah hendaknya diantar oleh mobil jenazah khusus
11) Jenazah sebaiknya tidak lebih dari 4 jam disemayangkan
dipemulasaran jenazah
12. LAPORAN ADANYA PENDERITA ATAU KEJADIAN YANG DAPAT
MENIMBULKAN WABAH /OUTBREAK PENYAKIT INFEKSI
AIRBORNE
Dilakukan pengelolaan dari internal rumah sakit melalui tahapan
berikut :
1) Penggumpulan data
2) Penatalaksanaan penderita, mencakup kegiatan :
16
pemeriksaan, pengobatan, perawatan dan isolasi penderita,
termasuk tindakan karantina
3) Tindakan pencegahan/ vaksinasi/ imunisasi
4) Pemusnahan penyebab penyakit
5) Penanganan jenazah akibat wabah
6) Penyuluhan kepada, Pasien, Pengunjung & staf rumah sakit
7) Upaya penanggulangan :
a) Upaya penanggulangan secara dini, dilakukan kurang
dari 24 jam terhitung sejak dinyatakan sebagai KLB.
17
keberhasilan penaggulangan KLB/ Wabah dan
d) Melakukan bimbingan teknis terhadap tindakan
penanggulangan KLB/ Wabah.
18
BAB IV
DOKUMENTASI
19
DAFTAR PUSTAKA
20