Anda di halaman 1dari 25

PANDUAN PENEMPATAN PASIEN PENYAKIT

MENULAR DAN IMUNITAS RENDAH /


IMMUNOCOMPROMEISED
RSUD R.A.A. TJOKRONEGORO PURWOREJO

DISUSUN OLEH

KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI RSUD R.A.A


TJOKRONEGORO

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH R.A.A. TJOKRONEGORO


Jl. Soekarno Hatta, Borokulon, Banyuurip, Purworejo - 54171

Telp. (0275) 2973040, E-mail : rsudtjokronegoro@purworejokab.go.id

Website : rsutjokronegoro.purworejokab.go.id

2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI......................................................................................................................................i
PERATURAN DIREKTUR RSUD R.A.A. TJOKRONEGORO PURWOREJO......................ii
BAB I................................................................................................................................................1
DEFINISI........................................................................................................................................1
BAB II..............................................................................................................................................6
RUANG LINGKUP........................................................................................................................6
BAB III.............................................................................................................................................7
TATALAKSANA............................................................................................................................7
BAB IV...........................................................................................................................................18
DOKUMENTASI..........................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................19

i
PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO
DINAS KESEHATAN
RSUD R.A.A. TJOKRONEGORO
Jl. Soekarno Hatta, Borokulon, Banyuurip, Purworejo - 54171
Telp. (0275) 2973040, E-mail : rsudtjokronegoro@purworejokab.go.id
Website : rsutjokronegoro.purworejokab.go.id

PERATURAN DIREKTUR RSUD R.A.A. TJOKRONEGORO PURWOREJO


NOMOR : ............../........../2020

TENTANG
PANDUAN PENEMPATAN PASIEN PENYAKIT MENULAR DAN IMUNITAS
RENDAH /IMMUNOCOMPROMEISED DI RSUD R.A.A. TJOKRONEGORO
PURWOREJO

DIREKTUR RSUD R.A.A. TJOKRONEGORO PURWOREJO,

Menimbang : a. bahwa Rumah Sakit memberikan asuhan


kepada pasien dengan penyakit menular dan
pasien dan pasien imunitas Rendah
( Immunocompromised);
b. bahwa Rumah sakit melindungi
pasien,Pengunjung,dan staf dari penyakit
menular serta melindungi pasien yang
mengalami imunutas rendah tersebut
memilikitingkat risiko masing –masing terhadap
pasiendan staf;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam a dan b perlu ditetapkan
dengan Peraturan Direktur RSUD R.A.A.
Tjokronegoro Purworejotentang kebijakan
penetapan penempatan pasien dengan penyakit
menular dan imunitas rendah atau
Imunocompromised di RSUD RAA Tjokronegoro
Purworejo;
Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
36 tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009
ii
Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan
LembaranNegara Republik Indonesia Nomor
5063);
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5072);
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 298, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5607);
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 27 Tahun 2017 tentang
Pedoman Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi di Fasilitas Kesehatan;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 11 Tahun 2017 tentang
Keselamatan Pasien;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 12 Tahun 2020 tentang
Akreditasi Rumah Sakit;
7. Peraturan Bupati Purworejo Nomor 59 Tahun
2019 tentang Pembentukan, Kedudukan,
Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi,
serta Tata Kerja Rumah Sakit Umum Daerah
Kelas C Kabupaten Purworejo (Berita daerah
Kabupaten Purworejo Tahun 2019 Nomor 59
Seri D Nomor 2);
8. Keputusan Bupati Purworejo Nomor
160.18/689/2019 tentang Penetapan Nama
R.A.A. Tjokronegoro sebagai Nama Identitas
Rumah Sakit Umum Daerah Kelas C
Kabupaten Purworejo.
iii
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PANDUAN PENEMPATAN PASIEN PENYAKIT
MENULAR DAN IMUNITAS RENDAH/
IMMUNOCOMPROMISED DI RSUD R.A.A.
TJOKRONEGORO PURWOREJO.
Pasal 1

Panduan Penempatan Pasien Penyakit Menular dan Imunitas Rendah di


RSUD R.A.A. Tjokronegoro Purworejo sebagaimana terlampir dalam
keputusan ini.

Pasal 2
Kebijakan ini dijadikan sebagai acuan dan pedoman penempatan pasien
penyakit menular dan imunitas rendah di RSUD R.A.A. Tjokronegoro
Purworejo dan akan selalu dievaluasi dan direvisi dengan memperhatikan
berbagai faktor.
Pasal 3
Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dan apabila dikemudian
hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini, akan diadakan
perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Purworejo
pada tanggal Desember 2020

Direktur RSUD R.A.A. Tjokronegoro


Purworejo,

dr. TOLKHA AMARUDDIN, Sp.THT-KL, M.Kes.


Pembina
NIP. 19750307 200902 1 00

iv
LAMPIRAN
PERATURAN DIREKTURRSUD RAA
TJOKRONEGORO PURWOREJO
NOMOR TAHUN 2020
TENTANG
PANDUAN PENETAPAN PASIEN
PENYAKIT MENULAR DAN IMUNITAS
RENDAH IMMUNOCOMPROMISIED

PANDUAN PENETAPAN PASIEN PENYAKIT MENULAR DAN IMUNITAS


RENDAH IMMUNOCOMPROMISED

BAB I

DEFINISI

1. Healthcare Associated Infections (HAIs) adalah infeksi yang didapat


dari pekerjaan, HAIs merupakan masalah yang sangat serius. Untuk
pencegahan dan pengendalian penularan infeksi maka kewaspadaaan
isolasi sangat diperlukan dalam kegiatan pelayanan kepada pasien
dirumah sakit.
2. Penyakit Menular atau Infeksi adalah penyakit infeksi tertentu yang
dapat berpindah dari satu orang ke orang lain, baik secara langsung
maupun tidak langsung.
3. Immunocompromised adalah kondisi abnormal dimana kemampuan
seseorang untuk melawan infeksi menurun, hal ini dapat disebabkan
oleh proses penyakit, obat-obatan tertentu atau kondisi yang hadir
saat lahir atau diklasifikasikan menjadi 2 (dua) yaitu imunodefisiensi
primer dan imunodefisiensi skunder.
4. Kewaspadaan Standart ini dirancang untuk kegiatan rutin dalam
perawatan seluruh pasien di rumah sakit baik yang terdiagnosa
infeksi, diduga infeksi ataupun kolonisasi.
5. Kewaspadaan Berbasis Transmisi adalah sebagai tambahan dari
kewaspadaan standart terutama pada kegiatan pelayanan terhadap
pasien yang sudah terdiagnosa jenis infeksinya.
6. Kohort adalah menempatkan pasien dengan infeksi aktif yang sama,
tidak ada infeksi lain di kamar atau ruangan yang sama
1
7. Penularan Kontak adalah agen infeksi ditularkan langsung atau tidak
langsung dari seseorang yang terinfeksi atau koloni seseorang pada
penjamu yang sensitive, sering melalui tangan petugas
8. Penularan Melalui Percikan adalah kontak pada selaput lendir
hidung, mulut atau mata dengan partikel infeksi ukuran > 5μm bisa
dikeluarkan melalui batuk, bersin, atau tindakan penghisapan lendir,
penyebaran infeksi melalui udara dengan jarak 1 meter atau kurang
9. Kontak Melalui Udara adalah transfer partikel < 5μm melalui udara
baik percikan maupun debu yang mengandung mikroorganisme dapat
dikeluarkan melalui batuk, bersin dan bicara. Mikroorganisme dapat
bertahan beberapa jam dan menyebar didalam kamar.
10. Wabah Penyakit Menular yang selanjutnya disebut wabah adalah
kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat
yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi daripada
keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu.
11. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya disingkat KLB adalah
timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan dan/ atau kematian
yang bermakna secara epidemiologi pada suatu daerah dalam kurun
waktu tertentu, dan merupakan keadaan yang dapat menjurus pada
terjadinya wabah.
12. Penderita adalah seseorang yang menderita karena penyakit yang
dapat menimbulkan wabah.
13. Penyelidikan Epidemiologi adalah penyelidikan yang dilakukan
untuk mengenal sifat- sifat penyebab, sumber dan cara penularan
serta faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya wabah.
14. Kolera merupakan kejadian diare yang ditandai dengan buang air
besar yang mengucur seperti cairan beras dan berbau khas
sehingga dalam waktu singkat tubuh kekurangan cairan
(dehidrasi). Pada pemeriksaan spesimen tinja ditemukan kuman
kolera (vibrio cholerae) dan atau dalam darah ditemukan zat
antinya.
15. Pes Bubo merupakan penyakit yang mempunyai gejala demam
tinggi, tubuh dingin, menggigil, nyeri otot, sakit kepala hebat dan
ditandai dengan pembengkakan kelenjar getah bening di lipat paha,
ketiak dan leher (bubo)
2
16. Demam Berdarah Dengue mempunyai gejala demam tinggi
mendadak 2-7 hari, disertai tanda-tanda perdarahan berupa bintik-
bintik merah, mimisan, perdarahan pada gusi, muntah darah,
berak darah. Pemeriksaan laboratorium dari sediaan hematokrit
naik 20% dan trombosit < 100.000/mm3 dan serologi positif.
17. Campak, Measles atau Rubeola adalah penyakit virus akut yang
disebabkan oleh virus campak.
18. Polio mempunyai gejala demam disertai dengan lumpuh layuh
mendadak dan pada pemeriksaan tinja ditemukan virus Polio.
19. Difteri mempunyai gejala demam disertai adanya selaput tipis
(pseudomembran) putih keabu-abuan pada tenggorokan (laring,
faring, tonsil) yang tak mudah lepas, tetapi mudah berdarah.
20. Pertusis adalah infeksi saluran pernapasan yang ditandai dengan
batuk keras yang tidak terkontrol yang menyebabkan kesulitan
bernapas dan dapat menimbulkan suara batuk rejan sewaktu
menarik nafas.
21. Rabies mempunyai gejala patoknomonik takut air (hydrophobia),
takut sinar matahari (photophobia), takut suara dan takut udara
(aerophobia). Gejala tersebut disertai dengan air mata berlebihan
(hiperlakrimasi), air liur berlebihan (hipersaliva), timbul kejang bila
ada rangsangan, kemudian lumpuh dan terdapat tanda bekas
gigitan hewan penular Rabies.
22. Malaria penyakit yang mempunyai gejala demam, menggigil, dan
sakit kepala. Pemeriksaan sediaan darah terdapat parasit malaria
(plasmodium)
Malaria merupakan penyakit infeksi akut hingga kronik yang
disebabkan oleh satu atau lebih spesies plasmodium, ditandai
dengan panas tinggi bersifat intermiten, anemi, dan hepato-
splenomegali.
23. Avian Influensa H5N1 adalah penyakit yang menyerang terutama
saluran pernafasan yang disebebkan oleh virus Influenza A H5N1
24. Antraks adalah penyakit menular akut dan sangat mematikan
yang disebabkan oleh bacteri bacillus antracis dalam bentuk yang
paling ganas.
25. Lepstopirosis penyakit yang mempunyai gejala demam tinggi,
3
joundice, nyeri otot betis dan air kencing berwarna coklat.
Pemeriksaan laboratorium darah ditemukan zat anti.
26. Hepatitis adalah penyakit yang disebabkan oleh virus hepatitis
dengan gejala klinis demam, badan lemas, mual, selaput mata
berwarna kuning, atau air kencing berwarna seperti air teh.
27. Influenza A baru (H1N1)/ Pandemi 2009 adalah penyakit pada
saluran pernapasan yang ditandai dengan demam >38 oC dan
spektrum penyakit mulai dari influenza-like ilnees (ILI) sampai
pneumonia.
28. Meningitis adalah peradangan pada selaput otak dan syaraf spinal
yang dapat disebabkan karena virus, bakteri, atau jamur yang
menyebar melalui peredaran darah dan berpindah ke dalam cairan
otak.
29. Yellow Fever adalah penyakit akibat virus yang menyebabkan
demam berdarah, ditularkan melalui gigitan nyamuk yang
terinfeksi virus penyebab (flavivirus).
30. Cikungunya adalah penyakit virus yang ditularkan melalui gigitan
nyamuk aedes aegypti dan aedes albopictus, dua spesies yang juga
dapat menyebarkan virus demam berdarah
31. TBC/ Tuberkulosis adalah penyakit menular mealaui udara
(airborne) yang menyebar melalui percik renik (droplet nuclei) yang
disebabkan oleh kuman Mycrobacterium tuberculosis.
32. Varicella Zoster adalah penyakit cacar air yang disebabkan oleh
virus Varicella Zoster.
33. Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh kutu/tungai
(Sarcoptes scabiei).
34. Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) adalah penyakit
virus pernapasan asal zoonis yang disebabkan oleh coronavirus
SARS (SARS-CoV).
35. Pneumonia Coronavirus nCoV adalah peradangan pada parenkim
paru yang diduga disebabkan oleh Coronavirus
36. Methicillin Resistant Staphylococcus Aureus (MRSA) adalah
bakteri yang bertanggung jawab untuk beberapa infeksi yang sulit
diobati pada manusia.
37. Vancomycin Resistant Enterococcus (VRE) adalah merupakan
4
strain bakteri dari genus Enterococcus yang resisten terhadap
vancomycin antibiotic.
38. Extended Spectrum Beta-lactamase (ESBL) adalah enzim yang
dapat membuat bakteri yang memproduksinya resisten terhadap
beberapa jenis antibiotik seperti sefalosporin dan penisilin.
39. Ebola adalah penyakit yang disebabkan oleh sejenis virus dari
genus ebolavirus, familia filoviridae.

5
BAB II

RUANG LINGKUP

1. Penempatan Pasien
Penempatan pasien terpisah dengan pasien lainnya berdasarkan
transmisi penularannya
1) Penyakit menular lewat Kontak
Diare, Gangren, Gonorhoe, Herpes simplek, Rubella, MRSA, MRSE,
ESBL, VRE, Hepatitis dengan perdarahan
2) Penyakit menular lewat Droplet
Difteri, Avians Influenza, Pneumonia, Pneumonia Coronavirus nCoV
3) Penyakit menular lewat Udara/ airborne : TBC
4) Imunocompromised
HIV AIDS, SLE, Pasien Kemoterapi, Pasien gagal ginjal dengan
Hemodialisa rutin
5) Bersama pasien lain yang terinfeksi aktif dengan mikroorganisme
yang sama (Dengan Sistem Kohorting)
2. Penempatan dan Transfer pasien Airborne Diseases
3. Penempatan pasien infeksi Airborne saat kamar isolasi bertekanan
negative tidak tersedia
4. Pencegahan kontaminasi silang
5. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) di ruang isolasi
6. Pemrosesan peralatan pasien dan penatalaksanaan linen
7. Pembersihan lingkungan ruang isolasi selama ditempati dan sesudah
pasien pindah atau pulang
8. Edukasi bagi pengunjung dan pasien ruang isolasi
9. Edukasi staff tentang penanganan pasien penyakit menular/ infeksi
10. Penanganan specimen
11. Perawatan kasus meninggal
12. Laporan adanya penderita atau kejadian yang dapat menimbulkan
wabah /outbreak penyakit infeksi airborne

6
BAB III

TATALAKSANA

1. PENEMPATAN PASIEN
1) Penyakit menular lewat Kontak
1. Diare, Gangren, Gonorhoe, Herpes simplek, Rubella, MRSA,
MRSE, ESBL, VRE, Hepatitis dengan perdarahan
2. Tempatkan pasien di kamar tersendiri.
3. Bila tidak tersedia kamar sendiri, tempatkan pasien dalam
kamar bersama dengan pasien yang terinfeksi aktif dengan
mikroorganisme yang sama (Sistem Kohorting) tetapi tidak
boleh dengan pasien infeksi yang berbeda.
4. Bila tidak tersedia kamar tersendiri dan penggabungan dengan
pasien lain tidak diinginkan, pertimbangan sifat epidemiologi
mikroorganisme dan populasi pasien saat menempatkan
pasien, pisahkan dengan jarak sedikitnya 1 meter dengan
pasien lainnya.
2) Penyakit menular lewat Droplet
1. Difteri, Avians Influenza, Pneumonia, Pneumonia Coronavirus
nCoV
2. Tempatkan pasien di kamar tersendiri.
3. Bila tidak tersedia kamar tersendiri, tempatkan pasien dalam
kamar bersama dengan pasien yang terinfeksi aktif dengan
makroorganisme yang sama (Sistem Kohorting) tetapi tidak
boleh dengan infeksi yang berbeda.
4. Bila tidak tersedia kamar tersendiri dan tidak ingin
menggabungkan dengan pasien lain, maka pisahkan dengan
jarak sedikitnya 1 meter dengan pasien lainnya.
5. Tidak dibutuhkan penanganan udara dan ventilasi khusus
dan pintu boleh tetap terbuka.
3) Penyakit menular lewat Udara/ airborne
 Kriteria pasien masuk kamar isolasi penularan melalui udara

7
1. Pasien yang masuk ke ruang rawat isolasi penyakit menular
melalui udara yaitu Penyakit TB paru yang disebabkan oleh
Micobacterium Tuberculosis,
2. Skrining dilakukan mulai pasien datang ke Poliklinik rawat
jalan dan Instalasi Gawat Darurat (IGD ), pasien dengan gejala
batuk kronik 2 minggu atau batuk darah langsung diberika
masker bedah
3. Diagnose tersebut ditegakkan di IGD/ Poliklinik rawat jalan
oleh dokter yang bertugas
4. Pasien dengan TB paru masuk kamar isolasi tekanan negatif
( Isolasi Airborne , dan Isolasi Airborne ) apabila hasil TCM
Positif/ negative dengan dicurigai TB, suspek TB Paru dan TB
yang klinis dan radiologis mengarah adanya TB yang infeksius.
5. Khusus untuk TB MDR yang membutuhkan dirawat di ruang
Intensif Care Unit pasien dirujuk ke RS Moewardi
6. Tempatkan pasien di kamar tersendiri yang memiliki syarat
sebagai berikut :
• Kamar isolasi penularan melalui udara bertekanan negative,
• Kamar isolasi dilengkapi filter udara
• Tekanan udara dimonitor menggunakan magnehelic,
• Suhu dan kelembaban udara kamar dimonitor menggunakan
hygrometer thermometer dan didokumentasikan.
• Bertekanan udata negatif dibanding dengan ruangan
sekitarnya
• Memiliki saluran pengeluaran udara kelingkungan yang
memadai ventilasi yang memadai, minimal terjadi pertukaran
udara 12x/jam
• Pintu ke arah dalam harus selalu tertutup
7. Bila tidak tersedia kamar tersendiri, tempatkan pasien
bersama pasien lain yang terinfeksi aktif dengan
mikroorganisme yang sama (Kohort). pisahkan dengan jarak
sedikitnya 2 meter dengan pasien lainnya ( Ditempatkan di
Ruang Kolibri
 Kriteria pasien keluar kamar isolasi penularan melalui udara

8
8. Pasien dengan TB paru boleh dipindahkan dari ruang isolasi
ke ruang perawatan.
9. Sedangkan pasien TB yang telah mendapat terapi OAT secara
efektif berdasarkan analisis resiko tidak berpotensi
menularkan TB baru dapat dikumpulkan dengan pasien lain
4) Imunocompromised
 Pasien yang masuk ke kamar isolasi imunosupresi adalah
pasien dengan gangguan imunologi (antara lain Infeksi Human
Immunodefidiensi Virus [HIV], Sindrom defisiensi imun
kongenital, penyakit-penyakit kronik [diabetes melitus, kanker,
emfisema, gagal jantung] atau terapi imunosupresi (antara lain
radiasi, kemoterapi sitotoksik, medikasi antirejeksi,
pengobatan steroid) dengan hasil laboratorium neutrophil <
500sel/µl.
 pasien yang oleh dokter penanggung jawab pasien dinyatakan
imunocompromised berdasarkan hasil pemeriksaan
ditempatkan dalam ruangan yang mempermudah
terlaksananya tindakan pencegahan transmisi infeksi (Ruang
isolasi jenis P / tekanan positif) Anteroom tekanan negative
sedangkan ruang rawat tekanan positif
 Untuk pasien yang yang sedang menjalani pengobatan
dikelompokkan/ kohorting di satu ruang untuk mencegah
resiko tertular penyakit menular
 Kamar isolasi pasien imunosupresi bertekanan positif
menggunakan air conditioner sehingga udara dalam kamar
isolasi lebih dingin dibandingkan udara luar kamar.
5) Bersama pasien lain yang terinfeksi aktif dengan mikroorganisme
yang sama (Dengan Sistem Kohorting)
1. Tempatkan pasien di ruang untuk satu pasien dengan ventilasi
yang memadai.
2. Bila memungkinan, tempatkan pasien dengan jarak terpisah
minimal 1 meter dari pasien lainnya
3. Gabungan (Kohorting) pasien-pasien yang didiagnosis
penyebab penyakitnya sama.

9
4. Lakukan pengendalian sumber infeksi pada pasien saat batuk
dan pembersihan tangan setelah kontak dengan sekresi
pernafasan.

2. PENEMPATAN DAN TRANSFER PASIEN AIRBORNE DISEASES


1) Pasien dengan penyakit menular melalui udara/ Airborne saat
di IGD ditempatkan di ruang BATUK
2) Petugas yang memberikan pelayanan menggunakan Masker
N95 dan pasien di beri masker bedah
3) Pelayanan pasien “FAST TRACK”sesegera mungkin di pindah
ke ruang isolasi yang dituju
4) Petugas yang memindahkan pasien dengan penyakit menular
melalui udara harus menggunakan masker N.95, sedangkan
pasiennya menggunakan masker bedah. Sedangkan APD, yang
digunakan untuk memindahkan pasien dengan penyakit
menular melalui droplet baik pasien maupun petugas
menggunakan masker bedah
5) Tempat penerimaan harus diberitahu sesegera mungkin
sebelum kedatangan pasien mengenai diagnosis pasien
tersebut serta kewaspadaan yang diperlukan.
6) Batasi pemindahan dan transportasi pasien dari kamar
khusus yang tersedia hanya untuk hal yang sangat penting
saja.
7) Bila dibutuhkan pemindahan dan transportasi, perkecil
penyebaran droplet dengan memakai masker bedah pada
pasien.
8) Gunakan jalur transport yang mengurangi pajanan staf, pasien
lain, dan pengunjung (Menggunakan Lift berbeda dan segera
dilakukan pembersihan )
9) Bila dibutuhkan pemindahan dan transportasi, pastikan
kewaspadaan tetap terjaga.

3. PENEMPATAN PASIEN INFEKSI AIRBORNE SAAT KAMAR ISOLASI


BERTEKANAN NEGATIVE TIDAK TERSEDIA
1) Tempatkan pasien di ruang terpisah yang berventilasi baik.
10
2) Kamar harus terletak di tempat yang jelas terpisah dari tempat
perawatan pasien lainnya.
3) Prosedur yang menimbulkan aerosol yang berkaitan dengan
penularan patogen harus dilakukan menggunakan APD yang
sesuai pencegahan patogen yang ditularkan melalui udara.

4. PENCEGAHAN KONTAMINASI SILANG


1) Petugas yang berwenang menentukan pasien dirawat di
kamar isolasi atau keluar kamar isolasi adalah dokter
penanggung jawab pasien (DPJP).
2) Tatalaksana kamar isolasi dengan pencegahan kontaminasi
silang
3) Lakukan kebersihan tangan sebelum kontak dengan pasien,
sebelum melakukan tindakan aseptik, sesudah kontak dengan
pasien, sesudah terkena cairan tubuh pasien, sesudah
meninggalkan lingkungan pasien, segera setelah melepas Alat
Pelindung Diri (APD )
4) Tanda peringatan kewaspadaan standar berdasarkan
transmisi harus terpasang di pintu masuk ruang isolasi.

5. PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DI RUANG ISOLASI


1) APD yang digunakan adalah sesuai dengan APD untuk
mencegah penularan infeksi melalui udara, terdiri dari :
2) Petugas dan pengunjung menggunakan masker N95
3) Bila pasien keluar kamar isolasi menggunakan masker bedah
4) APD yang lain digunakan sesuai dengan risiko pajanan.
5) Perlengkapan APD diletakan di ruang antara (anteroom)
isolasi.
6) APD harus digunakan dalam konteks strategi dan rekomendasi
pencegahan dan pengendalian infeksi berdasarkan
kewaspadaan standar, kontak, droplet dan udara.
7) Penggunaan kembali perlengkapan APD sekali pakai harus
dihindari.
8) Pemilihan APD harus sesuai dengan perkiraan risiko terjadi
pajanan, perkiraan risiko terpajan cairan tubuh atau area
11
terkontaminasi sebelum melakukan kegiatan perawatan
kesehatan
9) Kenakan APD sebelum kontak dengan pasien, yaitu sebelum
memasuki ruangan. Gunakan dengan hati-hari, jangan
menyebarkan kontaminasi
10) Tangan harus selalu dibersihkan meskipun menggunakan APD
11) Lepas dan ganti bila perlu segala perlengkapan APD yang
dapat digunakan kembali yang sudah rusak atau sobek segera
setelah Anda mengetahui APD tersebut tidak berfungsi
optimal.
12) Lepaskan semua APD sesegera mungkin setelah selesai
memberikan pelayanan dan hindari kontaminasi : Lingkungan
di luar ruang isolasi, Para pasien atau pekerja lain, diri anda
sendiri
13) Buang semua perlengkapan APD dengan hati – hati dan segera
lakukan Hand Hygiene.
14) Penggunaan Sarung Tangan : Pencegahan kontaminasi tangan
personil kesehatan ketika :
 Mengantisipasi kontak langsung dengan darah atau cairan
tubuh, selaput lendir.
 Lepas sarung tangan dengan benar untuk mencegah
kontaminasi tangan.
 Lakukan kebersihan tangan segera setelah melepaskan
sarung tangan.
15) Penggunaan Masker :
 Masker efisiensi tinggi (N95) direkomendasikan bila
penyaringan udara dianggap penting (misalnya kasus flu
burung atau SARS) dan TB paru.
 Lakukan fit test setiap saat sebelum memakai masker
efisiensi tinggi.
 Masker bedah harus terpasang erat di wajah menutupi
hidung dan mulut pemakai dan harus segera dibuang
setelah dipakai (Maksimal 4 jam), Bila masker basah atau
kotor terkena sekret harus segera diganti.
16) Gaun Pelindung
12
 Penggunaan gaun pelindung harus diutamakan untuk
pelaksanaan prosedur yang menimbulkan aerosol yang
berkaitan dengan risiko penularan patogen dan untuk
kegiatan yang berdekatan dengan pasien atau bila ada
kemungkinan seringnya kontak langsung dengan pasien.
 Bila gaun pelindung tidak mencukupi, gaun pelindung
petugas kesehatan bisa dipakai untuk pelayanan lebih dari
satu pasien di ruang rawat gabungan saja, dan bila gaun
pelindung tidak bersentuhan langsung dengan pasien.
17) Pelindung Mata
 Kacamata biasa tidak dirancang untuk perlindungan
percikan terhadap mukosa mata dan tidak boleh
digunakan sebagai pelindung mata.
 Alat pelindung mata yang dapat dipakai ulang bisa
digunakan (google, faceshield), dan harus dibersihkan dan
didekontaminasi dengan benar setelah digunakan sesuai
dengan petunjuk.
 Pembersihan harus dilakukan sebelum disinfeksi.

6. PEMROSESAN PERALATAN PASIEN DAN PENATALAKSANAAN


LINEN
1) Bila peralatan digunakan kembali, ikuti prosedur umum
disinfeksi dan sterilisasi sesuai dengan jenis penggunaannya
(kritikal, semi kritikal, dan non kritikal).
2) Peralatan makan dan minum pasien cukup dicuci dengan
menggunakan air panas dan detergent.
3) Perlengkapan sekali pakai harus dibuang sebagai limbah.
4) Semua linen bekas pakai dari ruang isolasi yang tidak terpapar
cairan tubuh pasien dikelola sebagai linen kotor dan linen
yang terpapar cairan tubuh dikelola sebagai linen
terkontaminasi.
5) Jangan memilah linen di tempat perawatan pasien, manipulasi
minimal dan jangan mengibas-ibaskan untuk menghindari
kontaminasi udara dan orang.

13
6) Semua petugas yang menangani peralatan yang sudah
digunakan dan linen kotor harus menerapkan kewaspadaan
standar dan membersihkan tangan setelah memakai APD.

7. PEMBERSIHAN LINGKUNGAN RUANG ISOLASI SELAMA


DITEMPATI DAN SESUDAH PASIEN PINDAH ATAU PULANG
1) Untuk Ruang yang digunakan untuk perawatan pasien
airborne dan mobil ambulans yang digunakan tansfer
dbersihkan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan yaitu :
2) Terminal dekontaminasi dilakukan secara dekontaminasi
permukaan menggunakan H2O2 0.5%-1.4% atau
menggunakan dry mist, atau
3) Pembersihan noda (tumpahan cairan tubuh) dibersihkan
dengan larutan klorin 0,5%
4) Permukaan yang tidak terkena cairan tubuh dibersihkan
dengan klorin 0.05%
5) Kemudian diulang dengan dibersihkkan meggunakan deterjen
dan air
6) Permukaan horizontal di ruang isolasi, terutama tempat tidur
dan barang yang sering disentuh oleh pasien harus
dibersihkan setiap hari dan setelah pasien meninggalkan
rumah sakit.
7) Hindari pembersihan aerosolisasi patogen, harus dilakukan
pembersihan lembab, jangan menggunakan pembersihan
kering atau menyapu.
8) Peralatan yang digunakan untuk pembersihan dan disinfeksi
harus dibersihkan dan dikeringkan setelah digunakan.
9) Untuk mempermudah pembersihan setiap hari, singkirkan
persediaan dan peralatan yang tidak perlu dari lokasi di
sekitar pasien.
10) Petugas yang membersihkan kamar isolasi pasien menular
melalui udara harus menggunakan sarung tangan rumah
tangga dan masker N 95.

14
8. EDUKASI BAGI PENGUNJUNG DAN PASIEN RUANG ISOLASI
1) Pengunjung harus menggunakan APD sesuai standar di fasilitas
pelayanan dan harus diberi petunjuk mengenai cara
penggunaannya serta mengenai praktek kebersihan tangan
sebelum memasuki ruang isolasi.
2) Pemberian informasi tentang kewaspadaan standar, kebersihan
tangan, etika batuk, dan strategi pencegahan infeksi rutin lainnya
disediakan pada saat pasien masuk RS.
3) Penyediaan informasi dalam bentuk pamflet, dan materi cetakan
lainnya yang mencakup informasi tentang dasar pemikiran
pencegahan infeksi.
4) Pendidikan Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) terhadap pengunjung
dan pasien ruang isolasi secara rutin dan terjadwal.

9. EDUKASI STAFF TENTANG PENANGANAN PASIEN PENYAKIT


MENULAR/ INFEKSI
1) Pelatihan tentang penanganan infeksi diberikan kepada
semua petugas yang memiliki kesempatan untuk kontak
dengan pasien ataupun peralatan medis.
2) Petugas harus mendapatkan pelatihan yang sesuai mengenai
penggunaan APD.
10. PENANGANAN SPECIMEN
1) Petugas kesehatan yang mengambil specimen dari pasien
harus mengenakan APD sesuai kewaspadaan standar.
2) Spesimen yang akan dibawa harus dimasukan kantong
spesimen anti bocor (kantong plastik speimen biohazard).
3) Spesimen harus dibawa dengan tangan bila memungkinkan,
sistem tabung pneumonik tidak boleh digunakan untuk
membawa speimen.
4) Formulir permintaan harus menyatakan dengan jelas “Suspek
ISPA yang dapat menimbulkan kekhawatiran” dan
laboratorium harus diinformasikan bahwa spesimen tersebut
dengan dalam perjalanan.

15
11. PERAWATAN KASUS MENINGGAL
1) Petugas kesehatan harus menjalankan kewaspadaan standar
ketika menangani pasien yang meninggal akibat penyakit
menular
2) APD lengkap harus digunakan petugas yang menangani
jenazah jika pasien tersebut meninggal dalam masa penularan
3) Jenazah harus terbungkus seluruhnya dalam kantong jenazah
yang tidak mudah tembus sebelum dipindahkan ke kamar
jenazah
4) Jangan ada kebocoran cairan tubuh yang mencemari bagian
luar kantong jenazah
5) Pindahkan sesegera mungkin ke kamar jenazah setelah
meninggal dunia
6) Jika keluarga pasien ingin melihat jenazah, diijinkan untuk
melakukannya sebelum jenazah dimasukan kedalam kantong
jenazah dengan menggunakan APD
7) Petugas harus memberi penjelasan kepada pihak keluarga
tentang penanganan khusus bagi jenazah yang meninggal
dengan penyakit menular. Sensitivitas adat istiadat dan
budaya harus diperhatikan ketika seorang pasien dengan
penyakit menular meninggal dunia
8) Jenazah tidak boleh dibalsem atau disuntik pengawet
9) Jika akan diotopsi harus dilakukan oleh petugas khusus, jika
diijinkan oleh keluarga
10) Jenazah hendaknya diantar oleh mobil jenazah khusus
11) Jenazah sebaiknya tidak lebih dari 4 jam disemayangkan
dipemulasaran jenazah
12. LAPORAN ADANYA PENDERITA ATAU KEJADIAN YANG DAPAT
MENIMBULKAN WABAH /OUTBREAK PENYAKIT INFEKSI
AIRBORNE
Dilakukan pengelolaan dari internal rumah sakit melalui tahapan
berikut :
1) Penggumpulan data
2) Penatalaksanaan penderita, mencakup kegiatan :
16
pemeriksaan, pengobatan, perawatan dan isolasi penderita,
termasuk tindakan karantina
3) Tindakan pencegahan/ vaksinasi/ imunisasi
4) Pemusnahan penyebab penyakit
5) Penanganan jenazah akibat wabah
6) Penyuluhan kepada, Pasien, Pengunjung & staf rumah sakit
7) Upaya penanggulangan :
a) Upaya penanggulangan secara dini, dilakukan kurang
dari 24 jam terhitung sejak dinyatakan sebagai KLB.

b) Dalam penanggulangan KLB/Wabah, RSUD R A A


Tjokronegoro bekerja sama dengan RSUD dr
Tjitrowardoyo,dan sebagai upaya penanggulangan
KLB, RSUD Tjiktrowardoyo dijadikan sebagai tempat
rujukan jika RSUD R A A Tjokronegoro tidak dapat
menangani KLB secara menyeluruh.
8) Membuat laporan KLB ke Dinas kesehatan setempat
untuk membentuk tim gerak cepat jika ditemukan KLB/
Wabah di RSUD R A ATjokronegoro
9) Dalam keadaan KLB/ Wabah Rumah Sakit Kasih Ibu
wajib memberikan pelayanan terhadap penderita atau
tersangka penderita, rumah sakit tidak boleh menolak
pasien yang datang karena kejadian KLB
10) Dalam keadaan KLB/ Wabah, RSUD R.A.A Tjokronegoro
dapat bekerjasama dengan dinas kesehatan dalam
menyediakan perbekalan meliputi bahan, alat, obat dan
vaksin serta bahan/ alat pendukung lainnya
11) Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap
penanggulangan KLB/ Wabah :
a) Meningkatan kemampuan dan ketrampilan petugas
dalam penanggulanagn KLB/ Wabah
b) Meningkatan jejaring kerjasama dengan RS sekitar
RSUD R A ATjokronegoro dalam upaya penggulangan
KLB/ Wabah
c) Melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap

17
keberhasilan penaggulangan KLB/ Wabah dan
d) Melakukan bimbingan teknis terhadap tindakan
penanggulangan KLB/ Wabah.

18
BAB IV

DOKUMENTASI

Untuk pelaksanaan panduan penyakit menular dan imunocompromised


maka harus dilakukan pendokumentasian dan formulir sebagai berikut :
1. Formulir Pemantauan Penempatan Pasien AirBorne Desease di IGD
2. Formulir Pemantauan Penempatan Pasien Air Borne Desease di
Rawat Inap
3. Formulir Penempatan Pasien immunocompromised
4. Formulir Pemantauan Ruangan Tekanan negatif

19
DAFTAR PUSTAKA

Panduan Pencegahan Infeksi Untuk Fasilitas Pelayanan Kesehatan dengan


Sumber Daya Terbatas, 2004.

Pedoman Pelaksanaan Kewaspadaan Universal di Pelayanan Kesehatan,


Depkes, Cetakan II, 2005

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Pencegahan Infeksi


di Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya,
Kesiapan Menghadapi Emerging Infectious Disease Cetakan ketiga,
2011

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2017


Tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan

20

Anda mungkin juga menyukai