Anda di halaman 1dari 15

PANDUAN PELAYANAN DAN ASUHAN PASIEN SERAGAM

PANDUAN PELAYANAN PASIEN PENYAKIT MENULAR


RUMAH SAKIT DAERAH MANGUSADA KABUPATEN BADUNG
DAN PENURUNAN DAYA TAHAN
(IMMUNO-SUPPRESSED)
RSD MANGUSADA KABUPATEN BADUNG
TAHUN 2019
KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT DAERAH
MANGUSADA KABUPATEN BADUNG
NOMOR 294 TAHUN 2019

TENTANG

PANDUAN PELAYANAN DAN ASUHAN PASIEN PENYAKIT MENULAR


DAN PENURUNAN DAYA TAHAN (IMMUNO-SUPPRESSED)

DIREKTUR RUMAH SAKIT DAERAH MANGUSADA KABUPATEN BADUNG

Menimbang : a. bahwa pemberian pelayanan dan asuhan pada pasien dengan penyakit
menular dan immuno-suppressed merupakan salah satu upaya untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat;
b. bahwa pemberian pelayanan dan asuhan pada pasien dengan penyakit
menular dan immuno-suppressed dengan memperhatikan prosedur-
prosedur khusus dapat mengurangi risiko penularan penyakit dari pasien
ke pasien lain, dari pasien ke keluarganya dan dari pasien ke petugas,
demikian juga sebaliknya;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan pada poin a, dan b diatas maka perlu
ditetapkan panduan pelayanan pasien penyakit menular dan immuno-
suppressed yang dituangkan dalam buku panduan dan merupakan
kebijakan teknis yang ditetapkan dengan Surat Keputusan Direktur
Rumah Sakit Umum Daerah Mangusada Kabupaten Badung.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-


Daerah Tingkat II dalam Wilayah Daerah-Daerah Tingkat I Bali, Nusa
Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur ( Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1958 Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 1655 );
2. Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437),
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tamabahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
3. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431);
4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehata (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144,Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
5. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072);
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 290/Menkes/Per/III/ 2008 tentang
Persetujuan Tindakan Kedokteran;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1691 /Menkes /Per/ VIII/ 2011
tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit;
8. Peraturan Daerah Kabupaten Badung Nomor 20 Tahun 2016 Tentang
Pembentukan dan susunan perangkat daerah;
9. Peraturan Daerah Kabupaten Badung Nomor 3 Tahun 2018 tentang
Penamaan dan Lambang Rumah Sakit Daerah;
10. Peraturan Daerah Kabupaten Badung Nomor 62 Tahun 2010 tentang
Penetapan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Badung sebagai
Badan Layanan Umum (Lembaran Daerah Kabupaten Badung Tahun
2010 Nomor 42);

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT DAERAH


MANGUSADA KABUPATEN BADUNG TENTANG PANDUAN
PELAYANAN DAN ASUHAN PASIEN PENYAKIT MENULAR
DAN PENURUNAN DAYA TAHAN (IMUNO-SUPRESSED);

KESATU : Panduan sistem Pelayanan dan asuhan pasien penyakit menular dan
penurunan daya tahan (imuno-supressed) supaya dapat diketahui dan
dilaksanakan maka perlu disosialisasikan kepada seluruh jajaran pegawai
Rumah Sakit Daerah Mangusada Kabupaten Badung.

KEDUA : Segala biaya yang dipergunakan untuk kelancaran pelaksanaan panduan


ini dibebankan pada anggaran Rumah Sakit Daerah Mangusada
Kabupaten Badung;

KETIGA : Pada saat Surat Keputusan ini berlaku, maka Surat Keputusan Direktur
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Badung Mangusada Nomor
1334 Tahun 2016 Tentang Panduan sistem Pelayanan dan asuhan pasien
penyakit menular dan penurunan daya tahan (imun-supressed) Dicabut
dan Dinyatakn tidak Berlaku.
KEEMPAT : Keputusan ini mulai berlaku sejak ditetapkan dan bilamana nanti
ditemukan adanya kekeliruan akan dilakukan perbaikan;

Ditetapkan di Mangupura
Pada Tanggal 12 Februari 2019
DIREKTUR
RUMAHSAKIT DAERAHMANGUSADA
KABUPATEN BADUNG

dr. I NYOMAN GUNARTA, M.P.H


PEMBINA TK. I
NIP. 19721213 200212 1 005
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Penyakit menular menjadi salah satu penyebab utama kematian di dunia.
Penyebabnya munculnya penyakit baru (new emerging disease) dan munculnya kembali
penyakit menular yang lama (re-emerging disease) membuat Indonesia menanggung
beban berlebih dalam penanggulangan penyakit (triple burden disease) (Kemenkes,
2013).Dalam forum Asian Pasific Economic Comitte (APEC) atau Global health
Security Agenda (GHSA) penyakit infeksi terkait pelayanan kesehatan telah menjadi
agenda yang di bahas. Hal ini menunjukkan bahwa HAIs yang ditimbulkan berdampak
secara langsung sebagai beban ekonomi negara (PMK PPI, 2017).
Masyarakat yang menerima pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan dan
pengunjung di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnyadihadapkan pada
risiko terjadinya infeksi baik karena perawatan ataudatang berkunjung ke rumah sakit.
Angka infeksi nosokomial terus meningkat (Al Varado, 2000) mencapai sekitar 9%
(variasi 3-21%) atau lebih dari 1,4 jutapasien rawat inap di rumah sakit seluruh dunia
(Pedoman PPI, 2011).
Dalam upaya pencegahan dan pengendalian infeksi di fasilitas pelayanan
kesehatan sangat penting bila terlebih dahulu petugas danpengambil kebijakan
memahami konsep dasar penyakit menular dan penyakit penurunan daya tahan
(immuno-suppressed). Oleh karena itu perlu disusun pedoman penyakit menular dan
penyakit immuno-suppressed di RSD Magusada Kabupaten Badung agar terwujud
pelayanankesehatan yang bermutu dan dapat menjadi acuan bagi semua pihakyang
terlibat dalam pelaksanaan pencegahan dan pengendalian infeksi di dalam fasilitas
pelayanan kesehatan serta dapat melindungi masyarakat dan mewujudkan patient safety
yang pada akhirnya juga akan berdampak pada efisiensi pada manajemen fasilitas
pelayanan kesehatan dan peningkatan kualitas pelayanan.

B. PENGERTIAN
1. Pengertian Penyakit Menular
Penyakit menular merupakan penyakit yang disebabkan oleh bibit penyakit
tertentu atau oleh produk toxin yang didapatkan melalui penularan bibit penyakit atau
toxon yang diproduksi oleh bibit penyakit tersebut dari orang yang terinfeksi, dari
binatang atau reservoir kepada orang yang rentan; baik secara langsung maupun tidak
langsung melalui tumbuh-tumbuhan atau binatang pejamu, melalui vector atau
melalui lingkungan.
Dalam medis, penyakit menular atau penyakit infeksi adalah sebuah penyakit
yang disebabkan oleh sebuah agen biologi (seperti virus, bakteri atau parasit), bukan
disebabkan factor fisik (seperti luka bakar) atau kimia (seperti keracunan). Penyakit
jenis ini merupakan masalah kesehatan yang besar di hamper semua Negara
berkembang karena angka kesakitan dan kematiannya yang relative tinggi dalam
kurun waktu yang relatif singkat. Penyakit menular umumnya bersifat akut
(mendadak) dan menyerang semua lapisan masyarakat. Penyakit jenis ini
diprioritaskan mengingta sifat menularnya yang bisa menyebabkan wabah dan
menimbulkan kerugian yang besar. Penyakit menular merupakan hasil perpaduan
berbagai factor yang saling mempengaruhi. (Widoyono, 2011 :3).
Cara-cara penularan penyakit antara lain melalui :
a. Media Langsung dari Orang ke Orang (Permukaan Kulit)
Jenis penyakit yang ditularkan antara lain:
1) Penyakit kelamin
2) Rabies
3) Trakoma
4) Scabies
5) Erysipelas
6) Antraks
7) Gas-gangren
8) Infeksi luka aerobic
9) Penyakit pada kaki dan mulut pada penyakit kelamin seperti GO, sifilis dan
HIV, agen penyakit ditularkan langsung dan seorang yang infeksius ke orang
lain melalui hubungan intim.
b. Melalui Media Udara Penyakit yang Dapat Ditularkan dan Menyebar Secara
Langsung Maupun Tidak langsung Melalui Udara Pernafasan Disebut Sebagai
Airborne Disease.
Jenis penyakit yang ditularkan antara lain :
1) TBC paru
2) Varicella
3) Difteri
4) Influenza
5) Variola
6) Morbili
7) Meningitis
8) Demam scarlet
9) Meumps
10) Rubella
11) Pertussis
c. Melalui Media Air Penyakit Dapat Menular dan Menyebar Secara Langsung
Maupun Tidak Langsung Mellaui Air. Penyakit-penyakit yang Ditularkan Melalui
air Disebut Sebagai Water Borne Disease atau Water Related Disease. Agen
penyakit antara lain :
1) Virus : hepatitis virus, poliomyelitis
2) Bakteri : kolera, disentri, tifoid, diare
3) Protozoa : amubiasis, giardiasis
4) Helmintik : askariasis, penyakit cacing cambuk, penyakit hidatid
5) Leptospira : penyakit weil pejamu akuatik :
 Bermultiplikasi di air : skistosomiasis (vector keong)
 Tidak bermultiplikasi : Guinea’s dan fis tape worm (vector cyclop)
Penyakit-penyakit yang berhubungan dengan air, dapat dibagi dalam 4 kelompok
menurut cara penularannya, yaitu :
1) Waterborne Mechanism
Kuman pathogen yang berada dalam air dapat menyebabkan penyakit pada
manusia, ditularkan melalui mulut atau system pencernaan. Contoh kolera,
tifoid, hepatitis virus, disentri basiler dan poliomyelitis.
2) Water Washed Mechanism
Jenis penyakit water washed mechanism yang berkaitan dengan kebersihan
individu dan umum dapat berupa :
 Infeksi melalui alat pencernaan, seperti diare pada anak-anak
 Infeksi melalui kulit dan mata, seperti scabies dan trakoma
 Penyakit melalui gigitan binatang pengerat, seperti leptospirosis
3) Water Based Mechanism
Jenis penyakit dengan agen penyakit yang menjalani sebagian siklus hidupnya
di dalam tubuh vector atau sebagai pejamu intermediate yang hidup di dalam
air. Contoh skistosomiasis, dracunculus medinensis
4) Water Related Insect Vector Mechanism
Jenis penyakit yang ditularkan melalui gigitan serangga yang berkembang
biak did ala air. Contoh filariasis, dengue, malaria, demam kuning (yellow
fever)

2. Penyakit Immunosuppressed
Gangguan imunodefisiensi dapat disebabkan oleh defek atau defisiensi pada sel-
sel fagositik, limfosit B, limfosit T atau komplemen. Imunodefisiensi dapat
diklarifikasikan sebagai kelaianan yang primer atau sekunder dan dapat pula dipilah
berdasarkan komponen yang terkena pada system imun tersebut :
a. Imunodefisiensi Primer
Imunodefisiensi primer merupakan kelainan langka yang penyebabnya bersifat
genetic dan terutama ditemukan pada bayi serta anak-anak kecil. Gejala biasanya
timbul pada awal kehidupan setelah perlindungan oleh antibody maternal
menurun. Tanpa terapi, bayi dan anak-anak yang menderita kelaianan ini jarang
dapat bertahan hidup sampai usia dewasa. Kelaianan ini dapat mengenai satu atau
lebih komponen pada system imun.
b. Imunodefisiensi Sekunder
Imunodefisiensi sekunder lebih sering menjumpai dibandingkan defisiensi primer
dan kerap kali terjadi sebagai akibat dari proses penyakit yang mendasarnya atau
akibat dari terapi terhadap penyakit ini. Penyebab umum imunodefisiensi
sekunder adalah malnutrisi, stress kronik, luka bakar, uremia, diabetes mellitus,
kelaianan autoimun tertentu, kontak dengan obat-obatan serta zat kimia yang
imunotoksik. Penyakit AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) merupakan
imunodefisiensi sekunder yang paling sering ditemukan. Penderita imunosupresi
dan sering disebut sebagai hospes yang terganggu kekebalannya
(immunocompromised host). Intervensi untuk mengatasi imunodefisiensi sekunder
mencakup upaya menghilangkan factor penyebab, mengatasi keadaan yang
mendasari dan menggunakan prinsip-prinsip pengendalian infeksi yang nyaman.
BAB II
RUANG LINGKUP

1. Pengelolaan pasien dengan Hepatitis B dan C


2. Penanganan pasien HIV / AIDS
3. Pengelolaan pasien dengan kewaspadaan berbasis transmisi airborne (udara)
4. Pengelolaan pasien dengan kewaspadaan berbasis transmisi droplet (percikan)
5. Pengelolaan pasien dengan kewaspadaan berbasis transmisi kontak
BAB III
KEBIJAKAN

Rumah Sakit Daerah Mangusada Kabupaten Badung memberikan pelayanan dan


asuhan pasien penyakit menular dan immuno-suppressed dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Skrining penyakit menular melalui airborne dilakukan mulai dari pasien melakukan
pendaftaran, yang dilakukan oleh petugas loket pendaftaran dengan memakaikan masker
2. Pasien yang teridentifikasi dengan penyakit menular melalui airborne di IGD, proses
pemeriksaan dan observasi sebelum rawat inap dilakukan di ruang isolasi IGD dengan
ruangan bertekanan negatif dan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) sesuai dengan
standar Pengendalian dan Pencegahan Infeksi (PPI) dan keluarga serta pasien di edukasi
tentang cara pencegahan penularan yang tercatatat di form edukai terintegrasi
3. Pasien dengan penyakit menular dan immuno-suppressed yang memerlukan perawatan
rawat inap dirawat di ruang isolasi rawat inap
4. Pelaksanaan asuhan pasien dengan penyakit menular dan immuno-suppressed di rawat
inap selalu memperhatikan penggunaan APD sesuai dengan standar PPI
5. Dalam kondisi ruang isolasi rawat inap penuh maka pasien dengan penyakit menular dan
immuno-suppressed yang masuk dari rawat jalan atau IGD dapat dirujuk atau pindah
rawat ke rumah sakit lain dengan fasilitas isolasi, atas persetujuan pasien dan atau
keluarga
6. Semua proses asuhan pasien dengan penyakit menular dan immuno-suppressed dicatat
pada rekam medis pasien.
BAB IV
TATA LAKSANA

A. PENGELOLAAN PASIEN DENGAN HEPATITIS B DAN C


1. Melakukan kewaspadaan universal (universal precaution) apabila pasien belum
terdiagnosa Hepatitis B atau C
2. Apabila sudah terdiagnosa Hepatitis B atau C maka :
a. Lakukan hand hygiene
b. Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) antara lain :
1) Sarung tangan, digunakan :
a) Bila akan menyentuh darah / cairan tubuh lain
b) Bila menangani benda-benda atau alat-alat yang tercemar oleh darah atau
cairan tubuh pasien
c) Bila melakukan tindakan invasif
2) Masker atau pelindung wajah, dipakai untuk mencegah pajanan pada mukosa,
mulut, hidung dan mata
3) Apron, dipakai pada tindakan yang dapat menimbulkan percikan atau
tumpahan darah atau cairan
3. Setelah pasien pulang/ dirujuk/ meninnggal, lakukan :
a. Dekontaminasi seluruh mebelair (tempat tidur pasien, kursi, meja, tiang infus)
yang kontak dengan pasien dan petugas dengan klorin 0.5% / desinfectan spray
(tidak direkomendasikan fogging ruangan)
b. Linen yang kontak dengan darah pasien dimasukkan dalam tempat linen infeksius
yang dilapisi dengan plsatik warna kuning
c. Instrument yang terkontaminasi dengan darah pasien dilakukan dekontaminasi
dengan klorin 0.5%
d. Alat kesehatan yang digunakan pasien Hepatitis B dan C tidak boleh digunakan
untuk pasien lain
e. Setelah ruangan bersih, ruangan siap digunakan

B. PENGELOLAAN PASIEN DENGAN HIV/AIDS


1. Melakukan cuci tangan dengan cara prosedural setiap melakukan tindakan sesuai five
moment
2. Menggunakan alat pelindung diri sesuai kebutuhan
3. Melakukan penanganan gawat darurat pasien HIV/AIDS yang emergency
4. Setelah pasien stabil, bila memerlukan rujukan dilakukan edukasi kepada pasien dan
keluarga terlebih dahulu
5. Melakukan pembersihan ruangan sesuai prosedur segera setelah pasien pulang/
dirujuk/ meninggal
6. Melakukan perendaman instrument bekas pasien HIV/AIDS yang terkontaminasi oleh
darah dan cairan tubuh dengan klorin 0.5% selama 10 menit sebelum dicuci biasa
kemudian di bawa ke CSSD untuk didekontaminasi dan di sterilisasi.

C. PENGELOLAAN PASIEN DENGAN KEWASPADAAN BERBASIS TRANSMIISI


AIRBORNE (UDARA)
1. Menempatkan pasien di ruangan isolasi bertekanan negative
2. Membatasi gerakan transport pasien hanya kalu diperlukan saja dan berikan masker
bedah
3. Memakai APD masker bedah saat melakukan pemeriksaan atau tindakan
4. Membatasi jumlah pengunjung
5. Memberikan edukasi kepada keluarga pasien bahwa orang orang yang rentan tidak
diperbolehkan masuk ruangan pasien
6. Memberikan edukasi kepada keluarga pasien tentang cara pemakaian APD masker
bedah
7. Memberikan edukasi tentang etika batuk dan bersin
8. Memakai goggle (kaca mata) saat melakukan tindakan dengan kemungkinan timbul
aerosol
9. Melakikan dekontaminasi dan pembersihan ruangan dengan cara :
a. Mengganti gorden pasien dengan gorden yang bersih
b. Membersihkan dengan klorin 0.5% / desinfectant spray semua dinding, mebelair
ruangan yang kontak dengan petugas dan pasien
c. Membersihkan exhaust fan
d. Memasukkan linen kotor pada wadah linen infeksius
e. Mengganti gorden pasien dengan goden yang bersih
D. PENGELOLAAN PASIEN DENGAN KEWASPADAAN BERBASIS TRANSMISI
DROPLET (PERCIKAN)
1. Menempatkan pasien di ruang terpisah sejauh mungkin atau paling pinggir / pojok,
bila tidak mengkin kohorting
2. Membatasi gerak dan transportasi pasien
3. Membatasi droplet dari pasien dengan menggunakan masker pada pasien
4. Menganjurkan pasien untuk menerapkan Hygiene Respirasi / etika batuk dengan
benar
5. Memakai masker bedah bila bekerja dalam radius 1 meter terhadap pasien
6. Peralatan untuk perawatan pasien tidak perlu penanganan khusus, karena mikroba
tidak bergerak jarak jauh

E. PENGELOLAAN PASIEN DENGAN KEWASPADAAN BERBASIS TRANSMISI


KONTAK
1. Menempatkan pasien di ruang rawat terpisah, atau letakkan pasien di tempat paling
pinggir atau pojok atau diberi jarak > 1 meter antar Tempat Tidur
2. Menjaga agar tidak ada kontaminasi silang ke lingkungan dan pasien lain
3. Membatasi gerak dan transport pasien hanya kalau perlu saja
4. Memakai sarung tangan bersih non steril jika melakukan tindakan ke pasien
5. Mengganti sarung tangan setelah kontak dengan bahan infeksius, misalnya feses,
cairan drain, dan segera lepas sarung tangan tersebut
6. Melepas sarung tangan sebelum keluar dari kamar pasien dan cuci tangan dengan
sabun
7. Menjaga agar tidak ada kontaminasi silang ke lingkungan dan pasien lain
8. Bila memungkinkan peralatan non kritikal dipakai 1 pasien atau pasien dengan
mikroba yang sama
9. Membersihkan dan mendesinfeksi peralatan sebelum dipakai untuk pasien lain
BAB V

DOKUMENTASI

Pelayanan dan asuhan pasien dengan penyakit menular dan imuno suppressed di
Rumah Sakit Daerah Mangusada Kabupaten Badung dicatat dan didokumentasikan dalam
semua form rekam medis yang sama dengan pasien dengan diagnosis yang lain seperti di
ruang rawat inap antara lain mulai dari form asesmen awal rawat inap, asesmen ulang di
CPPT, edukasi terintegrasi, pemantauan dengan EWS dan lain-lain.

Anda mungkin juga menyukai