Anda di halaman 1dari 21

-1-

PEMERINTAH KABUPATEN BUOL


UNIT PELAKSANA TEKNIS
PUSKESMAS MOMUNU
Alamat :Desa Lamadong I Kecamatan Momunu Kab. Buol 94565

KEPUTUSAN KEPALA UPT PUSKESMAS MOMUNU


NOMOR : 443.43/ /Pusk

TENTANG
PEDOMAN UPAYA PENGENDALIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)
UPT PUSKESMAS MOMUNU

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA UPT PUSKESMAS MOMUNU,

Menimbang : a. bahwa DBD (demam berdarah dengue) merupakan


penyakit endemik yang berdampak pada kesehatan
masyarakat dengan jumlah kasus yang semakin
meningkat dan dapat menimbulkan potensial KLB
dengan tingkat potensi morbiditas dan mortalitas yang
tinggi, sehingga memerlukan upaya pengendalian yang
berkualitas secara berkesinambungan;

b. bahwa untuk melaksanakan upaya pengendalian DBD,


perlu disusun pedoman upaya DBD yang menjadi dasar
bagi Penanggung jawab dan pelaksana upaya dalam
melaksanaan upaya kesehatan di wilayah kerja UPT
Puskesmas Momunu;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana


dimaksud dalam huruf a dan b, perlu ditetapkan dalam
keputusan Kepala UPT Puskesmas Momunu tentang
Pedoman upaya Pengendalian Demam Berdarah
Dengue;

Mengingat : 1. Undang-undang nomor 51 Tahun 1999 tentang


pembentukan kabupaten Buol, kabupaten Morowali
dan Kabupaten Banggai Kepulauan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999Nomor 179, tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3900)
sebagaimana telah dirubah dengan Undang-undang
Nomor 11 tahun 2000 tentang perubahan Undang-
undang nomor 51 tahun 1999 tentang pembentukan
Kabupaten Buol, Kabupaten Morowali dan Kabupaten
Banggai Kepulauan);

2. Permenkes Republik Indonesia Nomor


1501Menkes/per/X/2010 tentang Jenis Penyakit
Menular Tertentu yang Dapat Menimbulkan Wabah dan
Upaya Penanggulangan;
-2-

3. Permenkes Republik Indonesia Nomor 374/


Menkes/per/III/2010 tentang Pengendalian Vektor;

4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014


Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1676);

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA UPT PUSKESMAS MOMUNU


TENTANG PEDOMAN UPAYA PENGENDALIAN DEMAM
BERDARAH DENGUE (DBD) UPT PUSKESMAS MOMUNU
TAHUN 2019.

Kesatu : Pedoman upaya Pengendalian Demam Berdaarah Dengue


(DBD) UPT Puskesmas Momunu sebagaimana tercantum
dalam lampiran merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari keputusan ini;

Kedua : Pedoman Pengendalian Demam Berdaarah Dengue (DBD) ini


merupakan acuan bagi penanggung jawab dan pelaksana
upaya kesehatan dalam melaksanakan upaya
penanggulangan DBD di wilayah kerja UPT Puskesmas
Momunu;

Ketiga : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan


ketentuan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan akan
diadakan perbaikan / perubahan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Buol
pada tanggal Januari 2017

KEPALA UPT PUSKESMAS MOMUNU,

DIAN HAMID MADUSILA


NIP. 19770510 200003 2 006
-3-

LAMPIRAN
KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS
MOMUNU
NOMOR 800/ /PUSK
TANGGAL JANUARI 2019
TENTANG
PEDOMAN PROGRAM DEMAM BERDARAH
DENGUE (DBD) UPT PUSKESMAS MOMUNU

PEDOMAN PROGRAM DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)


UPT PUSKESMAS MOMUNU

BAB. I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit DBD merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah
kesehatan masyarakat dan endemis di hampir seluruh Kota/Kabupaten di
Indonesia. Sejak ditemukan pertama kali pada tahun 1968 hingga saat ini
jumlah kasus DBD dilaporkan meningkat dan penyebarannya semakin
meluas mencapai seluruh provinsi di Indonesia (33 provinsi). Penyakit ini
seringkali menimbulkan KLB di beberapa daerah endemis tinggi DBD.
Situasi DBD tahun 2017 jumlah kasus DBD sebesar 59.047 (IR= 22,6/
100.000 pddk) dan yang meninggal 444 (CFR= 0,75). Awal tahun 2018
dilaporkan jumlah penderita sebesar 6.167 dan yang meninggal 43 kasus.
Sedangkan pada tahun awal tahun 2019 (per 29 januari 2019) meningkat
dimana tercatat jumlah penderita sebesar 13.683 dari 34 provinsi dengan
132 kasus diantaranya meninggal.
Untuk Provinsi sulawesi tengah, tiga kabupaten dengan peringkat
tertinggi angka kesakitan DBD adalah (1) Kota Palu IR=150,10/100.000
pddk); (2) Kabupaten Buol IR=136,06/100.000 pddk; (3) Kabupaten Toli-toli
IR=65,27/100.000 pddk.
Situasi DBD di kabupaten Buol bulan januari-Maret tahun 2015
dilaporkan IR=18,42/100.000 pddk dan CFR=0,60%, sedangkan empat
kecamatan dengan angka kesakitan DBD tertinggi adalah : 1. Kelurahan
Biau (84 kasus); 2. Kecamatan Bokat (50 kasus); 3. Kecamatan Bunobogu
(22 kasus); 4. Kecamatan Paleleh (20 kasus).
Untuk kecamatan Momunu pada tahun 2016 meningkat dimana
IR=338/100.000 pddk dan angka kematian sebanyak 1/54 kasus
(CFR=1,85%.) yang terjadi di desa Pajeko. Hal ini disebabkan oleh
beberapa faktor diantaranya desa Pajeko belum memiliki kader jumantik,
-4-

kurangnya kerjasama lintas sektor, dan belum optimalnya kegiatan PSN.


Pada tahun 2017 IR menurun yaitu 41,8/ 100.000 penduduk dan CFR=
0%. Sedangkan pada tahun 2018 IR= 33/ 100.000 penduduk dan CFR=0%.
Hal ini disebabkan oleh karena kegiatan pemantauan jentik berkala sudah
dilaksanakan secara rutin oleh petugas puskesmas, dan adanya
penyuluhan tentang DBD di wilayah UPT puskesmas Momunu, selain itu
hampir semua desa melaksanakan jumat bersih di lingkungan masing-
masing.
Hal ini perlu dipertahankan agar indikator kinerja/ target pengendalian
DBD yang tertuang dalam rencana aksi program pengendalian penyakit
dan penyehatan lingkungan tahun 2015-2019 yaitu IR DBD adalah
49/100.000 pddk dan CFR=<1%, serta ABJ > 95% dapat dicapai.
B. Tujuan
a. Umum
Untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mencegah dan
melindungi diri dari penularan DBD melalui perubahan perilaku (PSN
DBD) dan kebersihan lingkungan.
b. Khusus
1. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pencegahan dan
pengendalian DBD
2. Menurunkan jumlah kelompok masyarakat yang berisiko terhadap
penularan DBD
3. Melaksanakan penanganan penderita sesuai standar
4. Menurunkan angka kesakitan DBD
5. Menurunkan angka kematian akibat DBD

C. Sasaran
1. Individu, keluarga dan masyarakat di tujuh tatanan dalam PSN yaitu
tatanan rumah tangga, institusi pendidikan, tempat kerja, tempat-
tempat umum, tempat penjual makanan, fasilitas olah raga dan fasilitas
kesehatan yang secara keseluruhan di daerah terjangkit DBD mampu
mengatasi masalah termasuk melindungi diri dari penularan DBD di
dalam wadah organisasi kemasyarakatan yang ada dan mengakar di
masyarakat.
2. Lintas program dan lintas sektor terkait termasuk swasta/dunia usaha,
LSM dan organisasi kemasyarakatan mempunyai komitmen dalam
penanggulangan penyakit DBD.
-5-

3. Penanggung jawab program mampu membuat dan menetapkan


kebijakan operasional dan menyusun prioritas dalam pengendalian DBD.
SDM bidang kesehatan Kabupaten/Kota, Kecamatan dan
Desa/Kelurahan
D. Ruang Lingkup Pelayanan.
a. Penemuan kasus secara dini/ penyelidikan epidemiologi DBD
b. Pengendalian vektor
c. Sosialisasi dan Penyuluhan DBD kepada Masyarakat dan Pemangku
Kepentingan Lainnya
d. Penggalangan dukungan masyarakat dan Lintas sektor
E. Batasan Operasional
a. Penemuan kasus secara dini/penyelidikan Epidemiologi
Kegiatan pencarian penderita DBD atau tersangka DBD lainnya dan
pemeriksaan jentik nyamuk penular DBD di tempat tingal penderita
dan rumah/bangunan sekitar termasuk tempat-tempat umum dalam
radius sekurang-kurangnya 100 meter.
b. Pengendalian vektor
Upaya pengendalian vektor dilaksanakan pada fase nyamuk dewasa
dan jentik nyamuk. Pada fase nyamuk dewasa dilakukan dengan cara
pengasapan untuk memutuskan rantai penularan antara nyamuk yang
terinfeksi kepada manusia. Pada fase jentik dilakukan upaya PSN
dengan kegiatan 3M Plus :
1. Secara fisik dengan menguras, menutup dan memanfaatkan barang
bekas
2. Secara kimiawi dengan larvasidasi
3. Secara biologis dengan pemberian ikan
4. Cara lainnya (menggunakan repellent, obat nyamuk bakar,
kelambu, memasang kawat kasa dll)
Kegiatan pengamatan vektor di lapangan dilakukan dengan cara :
1. Mengaktifkan peran dan fungsi Juru Pemantau Jentik (Jumantik)
dan dimonitor olah petugas Puskesmas.
2. Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) setiap 3 bulan sekali dan
dilaksanakan oleh petugas Puskesmas.
3. Pemantauan wilayah setempat (PWS) dan dikomunikasikan kepada
pimpinan wilayah pada rapat bulanan POKJANAL DBD, yang
menyangkut hasil pemeriksaan Angka Bebas Jentik (ABJ).
-6-

4. Sosialisasi dan Penyuluhan DBD kepada Masyarakat dan


Pemangku Kepentingan Lainnya
Penyuluhan dilaksanakan secara perorangan dan kelompok di desa
yang memiliki suspek infeksi dengue maupun penderita DBD
5. Penggalangan dukungan masyarakat dan Lintas sektor
Disadari bahwa penyakit DBD tidak dapat diselesaikan hanya oleh
sektor kesehatan saja, tetapi peran lintas program dan lintas sektor
terkait sangat besar. Untuk UPTD Puskesmas Momunu direncanakan
akan dibentuk Kelompok kerja Operasional (POKJANAL) pada bulan
Agustus 2017.
F. Landasan Hukum
- Permenkes Republik Indonesia Nomor 1501Menkes/per/X/2010
tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu yang Dapat Menimbulkan
Wabah dan Upaya Penanggulangan
- Permenkes Republik Indonesia Nomor 374/ Menkes/per/III/2010
tentang Pengendalian Vektor

- Keputusan Direktur jenderal pengendalian penyakit dan penyehatan


lingkungan nomor: HK 02.03/D1/I.1/2088/2015 tentang Rencana
Aksi program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
tahun 2014-2019.
-7-

BAB. II STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Sumber daya manusia dalam penyelenggaraan pelayanan
pengendalian DBD  meliputi tenaga kesehatan dengan pendidikan
Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) peminatan epidemiologi.

B. Distribusi Ketenagaan
NO SDM Kompetensi Ijazah KET
1 Epidemiologi - S1 - Melaksanakan
Kesehatan Kesmas seluruh kegiatan
Peminata dalam ruang
n lingkup DBD
Epidemiol yaitu : Orientasi
ogi kepada kader
kesehatan (kader
Jumantik),
pemantauan
jentik berkala,
pemberantasan
larva
(larvasidasi),
pelaksanaan
penyelidikan
epidemiologi
DBD.
2 Sanitarian DIII Kesehatan Pelaksana pemantauan
Lingkungan jentik berkala,
pemberantasan larva
(larvasidasi)
3 Tenaga S1 Kesmas Penyuluhan
Promkes kelompok/massal tentang
program kesehatan
masyarakat (DBD),
penggerakan masyarakat
-8-

untuk mendukung
program kesehatan
(Pemberantasan Sarang
Nyamuk (PSN), Kesling,
PHBS)

C. Jadwal kegiatan
N Waktu Pelaksanaan
o Nama Kegiatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Tempat
1 Orientasi kepada 16 Desa
kader kesehatan X X
(kader Jumantik)
2 pemantauan jentik 1200
X X X
berkala rumah
3 Pemberantasan 374
X X X
larva (larvasidasi), rumah
4 Pelaksanaan 12 Desa
penyelidikan X X X X X X
epidemiologi DBD

5 Penyuluhan 12 Desa
kelompok/massal
tentang program X X X X X X
kesehatan
masyarakat (DBD)
6 penggerakan 12 Desa
masyarakat untuk
mendukung
program
kesehatan X X X X X X
(Pemberantasan
Sarang Nyamuk
(PSN), Kesling,
PHBS)
-9-

BAB III
STANDAR FASILITAS

A.    Denah Ruang

  

B.     Standar Fasilitas

1. Atap

Atap terbuat dari bahan....., tidak bocor dan menjadi tempat perindukan
nyamuk.

2. Langit-langit

Langit-langit kuat, berwarna putih dan mudah dibersihkan

3. Dinding

Material dinding berupa beton, kedap air, tidak menyebabkan silau dan
mudah dibersihkan.

4. Lantai

Lantai terbuat dari tegel, permukaannya rata dan mudah dibersihkan.

5. Pintu dan jendela

Lebar bukaan pintu minimal 90 cm. Pintu terbuka ke luar

6. Sistem pencahayaan

Untuk ruangan program/ ruang rapat tingkat pencahayaannya 200 lux

7. Sistem kelistrikan

Sumber daya listrik berlangganan PLN

8. Sistem komunikasi

Alat komunikasi yang digunakan adalah telepon selular dam Wipi


puskesmas
- 10 -

9. Sistem proteksi kebakaran

Alat pemadam kebakaran kapasitas 2 kg yang diletakkan pada dinding


dengan ketinggian 15 cm dari permukaan lantai.

10. Sistem transportasi vertikal

Yang dimaksud transportasi vertikal adalah tangga yang persyaratannya


sudah sesuai dengan Permenkes nomor 75 tahun 2014.

11. Alat pemeriksaan DBD (tes cepat/ RDT) dan Larvasida

Alat pemeriksaan DBD (tes cepat/ RDT) berupa IgG/IgM, Ns1, Combo
virotec (IgG/IgM+Ns1) yang disimpan di gudang obat puskesmas.

Larvasida adalah obat kimiawi yang bertujuan untuk membunuh larva


nyamuk aedes aegepty. Untuk tahun 2018 dan 2019 larvasida yang
diberikan oleh Dinas kesehatan PP dan KB adalah BACTIVEC SL.
- 11 -

BAB IV

TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Lingkup Kegiatan Pelayanan

1. Pelayanan dalam gedung

Pelayanan pada penderita /suspek DBD yang berkunjung ke


puskesmas.

2. Pelayanan luar gedung

a. Orientasi kepada kader kesehatan (kader Jumantik)

Kegiatan orientasi kepada kader kesehatan adalah kegiatan yang


dilaksanakan oleh petugas kesehatan untuk meningkatkan
pengetahuan kader jumantik dalam hal penyakit DBD, mengenai
nyamuk penular DBD serta mampu memberikan informasi dan
memotivasi masyarakat untuk melaksanakan pemberantasan
sarang nyamuk demam berdarah dengue (PSN DBD).

b. Pemantauan jentik berkala

Pemeriksaan Jentik Berkala adalah Kegiatan pemeriksaan jentik di


100 rumah tangga tiap desa secara acak dan semua tempat Umum
yang dilaksanakan setiap 3 (tiga) bulan sekali oleh petugas
puskesmas.

c. Pemberantasan larva (larvasidasi)


Kegiatan larvasidasi adalah pengendalian larva (jentik) nyamuk
dengan pemberian larvasida yang bertujuan untuk membunuh
larva tersebut
d. Pelaksanaan penyelidikan epidemiologi (PE) DBD

Kegiatan pencarian penderita DBD atau tersangka DBD lainnya


dan pemeriksaan jentik nyamuk penular DBD di tempat tingal
penderita dan rumah/bangunan sekitar termasuk tempat-tempat
umum dalam radius sekurang-kurangnya 100 meter

e. Penyuluhan kelompok/massal tentang program kesehatan


masyarakat (DBD)
- 12 -

Penyuluhan dilaksanakan secara kelompok/ massal di desa yang


memiliki suspek infeksi dengue maupun penderita DBD.
Penyuluhan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan
masyarakat tentang penyakit DBD.

f. penggerakan masyarakat untuk mendukung program kesehatan


(Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), Kesling, PHBS)
Gerakan PSN DBD adalah kegiatan terencana yang dilakukan oleh
seluruh masyarakat bersama pemerintah dan pemerintah daerah
untuk mencegah penyakit DBD melalui kegiatan PSN secara terus-
menerus dan berkesinambungan. Gerakan PSN DBD ini
merupakan kegiatan yang paling efektif untuk mencegah terjadinya
penyakit DBD serta mewujudkan kebersihan lingkungan dan
perilaku hidup sehat.

Upaya pemberdayaan masyarakat dengan melaksanakan kegiatan


PSN 3M Plus (menguras bak mandi, menutup penampungan air,
memanfaatkan kembali/ mendaur ulang barang bekas, mengubur
kaleng-kaleng bekas) serta Plus seperti memelihara ikan pemakan
jentik, memakai anti nyamuk, memakai kelambu.

Tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan peran serta


keluarga dan masyarakat dalam pencegahan dan pengendalian
DBD melalui pembudayaan PSN 3M Plus.

B.     Metode Pelayanan

1. Kunjungan rumah penderita DBD

2. Pemeriksaan jentik berkala yang dilaksanakan disetiap rumah tangga


yang dipilih secara Acak

3. Penyuluhan perorangan dan penyuluhan kelompok

C.     Langkah Kegiatan

Langkah kegiatan Program DBD di UPT Puskesmas Momunu meliputi


kegiatan :

1. Perencanaan
- 13 -

Perencanaan kegiatan Pelayanan Kesehatan DBD diPuskesmas


dilakukan melalui tahapan antara lain

a. Pengumpulan dan pencatatan data

1. Tahap persiapan meliputi pengumpulan dan pencatatan


dilakukan setiap hari, bila ada laporan tersangka DBD dan
penderita DD,
2. Sumber data yang diterima puskesmas berasal dari : rumah
sakit, dinas kesehatan kabupaten,
3. Hasil penyelidikan epidemiologi (kasus tambahan jika sudah
ada konfirmasi dari rumah sakit
4. untuk pencatatan tersangka DBD dan penderita DD, DBD
menggunakan buku catatan harian atau buku register DBD

b.      Analisis Situasi
Tahap ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai
keadaan dan mengidentifikasi masalah yang terkait dengan
program DBD.
g. Perumusan Masalah
Dari hasil analisis data, dilaksanakan perumusan masalah dimana
langkah-langkah adalah sebagai berikut :
1. Identifikasi masalah
2. Menetapkan urutan prioritas masalah
3. Mencari akar penyebab masalah
4. Menetapkan cara pemecahan masalah

2. Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan (RUK)

RUK disusun berdasarkan hasil evaluasi data tahun sebelumnya dan


hasil analisis masalah yang ditemukan di masyarakat

3. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan

RPK disusun secara terpadu/terintegrasi dengan semua kegiatan yang


dilaksanakan di Puskesmas secara utuh merinci kegiatan-kegiatan
yang dibiayai dari berbagai sumber di Kabupaten/Kota yang
bersangkutan

4. Penggerakkan dan Pelaksanaan Kegiatan


- 14 -

Penggerakkan dan Pelaksanaan kegiatan DBD yaitu kegiatan


pemberantasan sarang nyamuk (PSN) yang dilakukan secara terus
menerus dan berkesinambungan mengikuti perkembangan sasaran,
serta proses membantu sasaran agar sasaran tersebut berubah dari
tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek knowledge), dari tahun
menjadi mau (aspek attitude), dari mau menjadi mampu melaksanakan
perilaku yang diperkenalkan (aspek practice).
- 15 -

BAB V
LOGISTIK

Kebutuhan dana dan logistik untuk pelaksanaan kegiatan Program


DBD berasal dari dana BOK maupun JKN sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan.
Adapun komponen pembiayaan yang diperlukan antara lain :
1. Transport petugas kesehatan dalam melaksanakan kegiatan
2. Pencetakan kartu jentik, formulir laporan mingguan, bulanan DBD,
formulir/ format survey jentik, dll
3. Pengadaan PSN kit
4. Pengadaan RDT DBD yaitu IgG/IgM, Ns1, Combo virotec oleh Dinas
kesehatan PP dan KB
5. Pengadaan larvasida (BACTIVEC R SL) oleh Dinas kesehatan PP dan
KB
- 16 -

BAB VI
KESELAMATAN SASARAN

Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan kegiatan Program


DBD  perlu diperhatikan keselamatan sasaran dengan melakukan identifikasi
resiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan
kegiatan.
 Upaya  pencegahan resiko terhadap sasaran program DBD yaitu :

1. Kegiatan fogging focus adalah memastikan semua masyarakat tidak


terpapar dengan kebisingan, keracunan (pusing, mual, muntah).

2. Kegiatan pengendalian vektor dengan larvasidasi adalah memastikan


semua masyarakat tidak terpapar dengan keracunan (pusing, mual,
muntah).

  
- 17 -

BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan kegiatan Program


DBD perlu diperhatikan keselamatan kerja petugas puskesmas dan lintas
sektor terkait dengan melakukan identifikasi resiko terhadap segala
kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan kegiatan.
Upaya pencegahan resiko terhadap pelaksana kegiatan DBD adalah
memastikan semua pelaksana kegiatan menggunakan alat pelindung diri (APD)
misalnya masker pada saat melaksanakan kegiatan yang menimbulkan resiko
(fogging focus dan larvasidasi).
- 18 -

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Kinerja pelaksanaan program DBD dan dievaluasi dengan menggunakan


indikator nasional DBD sebagai berikut :
1. Angka Kesakitan (IR) penderita DBD per 100.000 penduduk tahun 2015 –
2019 adalah 49/100.000 penduduk

2. Angka kematian (CFR) penderita DBD adalah ˂1%.

3. Angka bebas Jentik (ABJ) ≥95%, digunakan untuk mengukur keberhasilan


penggerakan PSN DBD di tempat pemukiman.

4. Pengobatan penderita adalah 100%.

Permasalahan dibahas pada tiap pertemuan lokakarya mini tiap bulan.


- 19 -

BAB IX
PENUTUP

Pedoman ini sebagai acuan bagi penanggung jawab dan pelaksana


program DBD UPT Puskesmas Momunu dan lintas sektor terkait dalam
pelaksanaan kegiatan DBD dengan tetap memperhatikan prinsip proses
pembelajaran dan manfaat.

Keberhasilan kegiatan program DBD tidak dapat diselesaikan hanya oleh


sektor kesehatan saja, tetapi peran lintas program dan lintas sektor sangat
besar dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat dalam mengendalikan faktor faktor resiko, sehingga dapat
menurunkan angka kesakitan dan angka kematian akibat DBD.

KEPALA UPT PUSKESMAS MOMUNU,

DIAN HAMID MADUSILA


NIP. 19770510 200003 2 006
- 20 -

DAFTAR PUSTAKA

1. Permenkes Nomor 75 tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat

2. Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Demam Dengue dan Demam


Berdarah Dengue Tahun 2003. Diterbitkan Atas Kerjasama WHO Dan
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

3. Pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue (PSN DBD) oleh


juru pemantau jentik (Jumantik) Tahun 2006. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Direktorat jenderal pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan.

4. Pedoman Penggerakan PSN DBD dalam Kelompok Kerja Operasional


Demam Berdarah Dengue (POKJANAL DBD). Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, Direktorat jenderal Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan

5. Modul Pengendalian Demam Berdarah Dengue Tahun 2014. Dinas


kesehatan Provinsi Sulawesi tengah

6. Panduan Peningkatan Peran Serta Masyarakat Dalam Pemberantasan


Sarang Nyamuk DBD Di Kabupaten/ Kota tahun 2014. Kementerian
Kesehatan Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan

7. Petunjuk Teknis Pengabutan Panas (Thermal Fogging) dan Pengkabutan


Dingin (Ultra Low Volume/ ULV) Tahun 2014. Kementerian Kesehatan
republik Indonesia, Direktoral jenderal Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan lingkungan . Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber
Binatang. Subdirektorat Pengendalian Arbovirosis.

8. Panduan SDGs untuk Pemerintah Daerah (Kota dan Kabupaten) dan


Pemangku Kepentingan Daerah. November 2015

9. Rencana aksi program pengendalian penyakit dan penyehatan


lingkungan tahun 2015-2019. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit
dan Penyehatan Lingkungan tahun 2015.

10. Petunujuk teknis implementasi PSN 3M-Plus dengan Gerakan 1


rumah 1Jumantik. Kementrian Kesehatan RI, Direktorat Jenderal
- 21 -

pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Direktorat Pencegahan dan


Pengendalian Penyakit Tula Vektor dan Zoonotik tahun 2016.

11. Data dan informasi Profil kesehatan indonesia tahun 2017.


Kementerian kesehatan RI.

Anda mungkin juga menyukai