Anda di halaman 1dari 16

PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


Jalan Ujang Fatimah RT.04 Desa Binusan Kecamatan Nunukan
Telepon/fax manajemen 0556 – 2020755; UGD 0556-2020756
Website: rsud.nunukankab.go.id / e-mail: rsu.nunukan@gmail.com
Kode Pos 77482

KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN NUNUKAN
NOMOR : /RSUD-NNK

TENTANG

PANDUAN PELAYANAN PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS


DENGAN STRATEGI DOTS
DI LINGKUNGAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
KABUPATEN NUNUKAN

Menimbang : a. bahwa penyakit tuberkulosis merupakan penyakit menular


yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan
salah satu penyebab kematian sehingga perlu di laksanakan
program pelayanan penanggulangan tuberkulosis secara
berkesinambungan;
b. bahwa agar pelaksanaan program pelayanan tuberkulosis
dapat berjalan dengan baik maka diperlukan panduan yang
mengatur pelaksanaan pelayanan penanggulangan
tuberkulosis dengan strategi DOTS di lingkungan Rumah
Sakit Umum Daerah Kabupaten Nunukan;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana di
maksudkan pada butir a dan b diatas, maka perlu
menetapkan Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum
Kabupaten Nunukan;

Mengingat : 1. Undang undang nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5063);
2. Undang Undang Republik Indonesia nomor 44 tahun 2009
tentang Rumah Sakit Umum;
3. Peraturan Pemerintah kesehatan Republik Indonesia nomor
67 tahun 2016 tentang penanggulangan tuberculosis
4. Peraturan Pemerintah kesehatan Republik Indonesia nomor
43 tahun 2016 tentang standar pelayanan minimal bidang
kesehatan pasal 2 ayat 2
5. Keputusan Menteri Kesehatan nomor 129/menkes/SK/II/2008
tentang standar pelayanan minimal di Rumah Sakit;
6. Surat Edaran MENKES 884/menkes/VII/2007/ perihal :
ekspansi TB dengan strategi DOTS di rumah sakit umum dan
balai kesehatan atau pengobatan penyakit paru;
7. Surat Edaran Bina Yanmed YM.02.08/III/673/07 perihal
pelaksanaan TB di Rumah Sakit;

MEMUTUSKAN:

MENETAPKAN : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM


DAERAH NUNUKAN TENTANG PANDUAN
PELAYANAN PENANGGULANGAN
TUBERKULOSIS DENGAN STRATEGI DOTS DI
LINGKUNGAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
KABUPATEN NUNUKAN.

KESATU : Panduan Pelayanan Penanggulangan Tuberkulosis


dengan Strategi DOTS Di Lingkungan Rumah Sakit
Umum Kabupaten Nunukan sebagaimana terlampir;
KEDUA : Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Nunukan bertanggung jawab untuk melakukan
pembinaan dan pengawasan pelaksanaan panduan
penanggulangan TB dengan strategi DOTS di
lingkungan Rumah Sakit Umum Kabupaten Nunukan
melalui Kepala Bidang Pelayanan Medis dan Kepala
Bidang Keperawatan;
KETIGA : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal di tetapkan.

Ditetapkan di : Nunukan
Pada tanggal :
Direktur
RSUD Kabupaten Nunukan

dr.H. Dulman L. M.Kes, Sp.OG


Nip. 19740623 200312 1 004
Lampiran Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Nunukan tentang Panduan Pelayanan Penanggulangan Tuberkulosis (TB)
dengan strategi DOTS di lingkungan Rumah sakit Umum Daerah Kabupaten
Nunukan
Nomor : ……./RSUD-NNK
Tanggal :

PANDUAN PELAYANAN PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS (TB)


DENGAN STRATEGI DOTS
DI LINGKUNGAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
KABUPATEN NUNUKAN

BAB l
DEFINISI
A. Definisi kasus
1. T B C atau tuberkulosis (TB) adalah penyakit
i n f e k s i y a n g d i s e b a b k a n o l e h b a k t e r i Mycobacterium
tuberculosis.
2. Directly Observed Treatment Short Course (DOTS) adalah
strategi penanganan TB yang ditetapkan oleh
pemerintah Indonesia dengan cara pengobatan
j a n g k a p e n d e k y a n g termonitoring lewat pengawas minum
obat (PMO)
3. Sputum adalah cairan kental yang berasal dari saluran pernapasan
atau paru yang dikeluarkan saat pasien batuk.
4. OAT adalah obat-obat TB yang ditetapkan oleh standar
internasional.
5. P M O a d a l a h p e t u g a s a t a u k e l u a r g a y a n g d i t u g a s k a n
u n t u k m e n g a w a s i k e p a t u h a n p a s i e n dalam meminum obat
6. M D R a t a u m u l t i d r u g s r e s i s t a n c e adalah suatu keadaan pada
pasien dimana tejadi kekebalan terhadap obat-obat TB yang standar
PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


Jalan Ujang Fatimah RT.04 Desa Binusan Kecamatan Nunukan
Telepon/fax manajemen 0556 – 2020755; UGD 0556-2020756
Website: rsud.nunukankab.go.id / e-mail: rsu.nunukan@gmail.com
Kode Pos 77482

KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN NUNUKAN
NOMOR : /RSUD-NNK

TENTANG

PANDUAN PELAYANAN PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS


DENGAN STRATEGI DOTS
DI LINGKUNGAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
KABUPATEN NUNUKAN

Menimbang : a. bahwa penyakit tuberkulosis merupakan penyakit menular


yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan
salah satu penyebab kematian sehingga perlu di laksanakan
program pelayanan penanggulangan tuberkulosis secara
berkesinambungan;
b. bahwa agar pelaksanaan program pelayanan tuberkulosis
dapat berjalan dengan baik maka diperlukan panduan yang
mengatur pelaksanaan pelayanan penanggulangan
tuberkulosis dengan strategi DOTS di lingkungan Rumah
Sakit Umum Daerah Kabupaten Nunukan;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana di
maksudkan pada butir a dan b diatas, maka perlu
menetapkan Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum
Kabupaten Nunukan;

7. Suspek TB adalah seseorang dengan gejala atau tanda TB.


8. Gejala umum TB adalah batuk produktif lebuh dari 2 minggu yang
di sertai gejala pernapasan (sesak napas, nyeri dada, hemoptisis)
dan atau gejala tambahan seperti tidak ada nafsu makan,
penurunan berat badan, keringat malam dan mudah lelah.
Dalam menentukan suspek TB harus di pertimbangkan faktor seperti
usia pasien, status hiv atau prevalens HIV dalam populasi.
KASUS TB adalah :
1. Kasus TB pasti yaitu pasien TB dengan ditemukan Mycobacterium
Tuberkulosis Complex yang diidentifikasi dari spesimen klinik
(jaringan, cairan tubuh, usap tenggorok dll) dan kultur. Pada negara
dengan keterbatasan laboratorium dalam mengidentifikasi
Mycobacterium Tuberculosis Complex maka kasus TB paru dapat di
tegakkan apabila di temukan satu atau lebih dahak BTA positif.
2. Seorang pasien yang telah dilakukan pemeriksaan penunjang untuk
TB sehingga di diognosis TB oleh Dokter maupun petugas kesehatan
dan diobati dengan panduan serta lama pengobatan yang lengkap.
B. KLASIFIKASI TUBERKULOSIS
Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe pasien TB, memerlukan suatu
definisi kasus yang meliputi 4 determinan, yaitu:
1. Lokasi atau organ tubuh yang sakit.
2. Bakteriologi (hasil pemeriksaan dahak secara mikroskopis): BTA
positif atau BTA negatif.
3. Tingkat keparahan penyakit; Ringan atau berat.
4. Riwayat pengobatan TB sebelumnya; baru atau sudah pernah di obati
Klasifikasi penyakit di tentukan oleh organ yang terkena, hasil
pemeriksaan dahak dan tingkat keparahan penyakit. Tipe pasien
ditentukan oleh riwayat pengobatan TB sebelumnya.
Adapun manfaat dan tujuan menentukan klasifikasi dan tipe adalah;
Menentukan panduan pengobatan yang sesuai, untuk:
1. Menghindari terapi yang tidak adekuat (undertreatment) sehingga
mencegah timbulnya resistensi.
2. Menghindari pengobatan yang tidak perlu (overtreatment) sehingga
meningkatkan pemakaian sumber daya lebih efektif (cost-effective).
3. Registrasi kasus secara benar.
4. Analisis kohort hasil pengobatan.
a. Berdasarkan letak anatomi penyakit
1) Tuberkulosis paru adalah kasus TB yang mengenai parenkim
paru. TB milier diklasifikasikan sebagai tb paru karena letak
lesi nya ada di dalam paru.
2) TB ekstra paru adalah kasus TB yang mengenai organ lain
selain paru seperti pleura, kelenjar getah bening ( termasuk
mediastinum dan hilus ), abdomen, traktus genitourinarius,
kulit, sendi, tulang dan selaput otak.
b. Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak dan bakteriologi.
1) Tuberkulosis paru BTA positif apabila :
a) Minimal satu dari sekurang kurang nya dua kali
pemeriksaan dahak menunjukkan hasil positif pada
laboratorium yang memenuhi syarat quality external
assurance (EQA). Sebaiknya satu kali pemeriksaan dahak
tersebut berasal dari dahak pagi hari.
b) Pada daerah yang belum memiliki laboratorium dengan
syarat EQA, maka TB paru BTA positif adalah :
(1) Dua atau lebih pemeriksaan dahak BTA positif atau
(2) Satu hasil pemeriksaan dahak BTA positif dan
didukung hasil pemeriksaan foto dada sesuai dengan
gambaran TB yang ditetapkan oleh klinisi atau
(3) Hasil pemeriksaan dahak BTA positif ditambah hasil
kultur mycobacterium tuberculosis complex positif.
2) Tuberkulosis paru BTA negatif, apabila:
a) Hasil pemeriksaan dahak negatif tetapi hasil kultur positif.
(1) Sedikitnya dua hasil pemeriksaan dahak BTA negatif
pada laboratorium yang memenuhi syarat EQA.
(2) Dianjurkan pemeriksaan kultur pada hasil pemeriksaan
dahak BTA negatif untuk memastikan diagnosis
terutama pada daerah dengan pevalen HIV<1% atau
pasien TB dengan kehamilan > 5%.
b) Jika hasil pemeriksaan dahak BTA dua kali negatif di
daerah yang belum memiliki fasilitas kultur micobacterium
tubeulosis.
c) Memenuhi kriteria sebagai berikut :
Hasil foto dada sesuai dengan gambaran TB aktif dan di
sertai hasil pemeriksaan HIV positif atau secara
laboratorium HIV atau jika HIV negatif tidak menunjukkan
perbaikan setelah antibiotik spektrum luas.
d) Kasus bekas TB :
Hasil pemeriksaan BTA negatif (biakan juga negatif bila
ada) dengan gambaran radiologi paru menunjukkan lesi
TB.
c. Berdasarkan tingkat keparahan penyakit
1). TB paru BTA (-) foto dada menunjukkan gambaran proses
spesifik, dibagi berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya
yaitu:
a) Berat, bila gambaran foto dada menunjukkan gambaran
kerusakan paru yang luas (far advanced) atau keadaan
umum pasien yang jelek.
b) Ringan
2). TB ekstra paru
Di bagi berdasarkan tingkat keparahan penyakit, yaitu:
a) TB ekstra paru ringan, misalnya; limfadenitis TB, pleuritis
eksudatif unilateral, tulang (kecuali tulang belakang), sendi
dan kelenjar adrenal.
b) TB ekstra paru berat; misalnya meningitis TB, TB milier,
perikarditis, peritonitis, pleuritis aksudativa bilateral, TB
tulang belakang, TB usus, TB saluran kencing dan alat
kelamin.
Bila seseorang pasien TB paru juga mempunyai TB ekstra paru
maka untuk kepentingan pencatatan pasien tersebut harus di
catat sebagai pasien TB paru.
d. Riwayat pengobatan sebelumnya
Tipe pasien di tentukan berdasarkan riwayat pengobatan
sebelumnya, ada beberapa tipe pasien yaitu ;
1) Kasus baru
Yaitu pasien yang belum pernah di obati dengan OAT atau
sudah pernah menelan OAT kurang dari 1 bulan.
2). Kambuh (relaps)
Adalah pasien TB yang sebelumnya pernah mendapat
pengobatan TB, dan telah di nyatakan sembuh atau
pengobatan lengkap, didiagnosis kembali dengan BTA (+)
(sediaan apus dahak atau biakan)
3) Kasus lalai berobat
Adalah kasus yang telah berobat lebih dari sebulan dan putus
berobat 2 bulan atau lebih, datang lagi dengan BTA (+).
4) Gagal kasus
a) Pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau
kembali menjadi positif pada 1 bulan sebelum akhir
pengobatan dan pada akhir pengobatan (AP)
b) Pasien BTA (-) dan foto dada menunjukkan gambaran
proses spesifik setelah diobati pada akhir tahap awal menjdi
BTA (-).
5) Kasus pindahan
Pasien yang pindah berobat dari Rumah Sakit/UPK atau
kabupaten/kota yang memiliki register TB lain untuk
menunjukkan pengobatannya.
e. Status HIV
Adalah semua kasus TB yang tidak memenuhi ketentuan diatas.
Dalam kelompok ini termasuk: TB kronis, yaitu pasien dengan hasil
pemeriksaan masih BTA (+) setelah selesai pengobatan ulangan.
Diagnosis TB pada orang dengan HIV/AIDS (ODHA)
Pada ODHA sulit menemukan kasus TB dengan cara seperti
diuraikan diatas, misalnya bila hanya mengandalkan pemeriksaan
dahak mikroskopis. Spesimen dahak dari ODHA yang menderita
TB, biasanya BTA (-). Pemeriksaan biakan dapat memberikan
hasil positif, tetapi pemeriksaan biakan tersebut memerlukan waktu
cukup lama. Angka kematian ODHA dengan TB jauh lebih tinggi
dari pada pasien TB dengan HIV (-). Oleh karena itu, penegakan
diagnosis TB pada ODHA tidak boleh terlambat supaya
pengobatan TB dapat segera di mulai, dengan demikian resiko
kematian dapat diminimalkan, yaitu dengan cara melakukan
rujukan ke RS yang lebih tinggi dan biasa melakukan perawatan
HIV AIDS.
BAB II
RUANG LINGKUP
Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan TB dengan strategi DOTS di
rumah sakit umum daerah Kab. Nunukan secara optimal dengan
mengupayakan kesembuhan dan pemulihan pasien, maka ruang lingkup
pelayanan TB dengan strategi DOTS, meliputi:
1. Internal, terdiri dari:
a. Pasien rawat jalan
Yaitu pasien dari instalasi gawat darurat dan rawat jalan (poliklinik)
yang memerlukan pengobatan TB.
b. Pasien rawat inap
Yaitu pasien dari rawat inap yang memerlukan pengobatan TB
c. Laboratorium
Yaitu pasien dari instalasi gawat darurat, rawat jalan (poliklinik) dan
rawat inap yang memerlukan pemeriksaan laboratorium.
2. Eksternal, yaitu:
Rumah sakit umum daerah Kab. Nunukan sudah bekerjasama dengan
jejaring puskesmas yang ada di wilayah Kabupaten Nunukan untuk
mengoptimalkan pelayanan dan pengobatan TB.
BAB III
TATA LAKSANA

A. Identifikasi susp TB pada pasien dewasa


Pasien datang pada RSUD kab. Nunukan dengan berbagai keluhan dan
gejala, yang mungkin akan menunjukkan bahwa yang bersangkutan
termasuk susp. TB paru.
1. Gejala utama: batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih.
2. Gejala tambahan yang di jumpai :
a) Gejala respiratorik: dahak bercampur darah, batuk darah, sesak
napas dan rasa nyeri dada.
b) Gejala sistemik: badan lemah, nafsu makan menurun, keringat
malam walaupun tanpa kegiatan, demam meriang lebih dari
sebulan.
3. Gejala gejala tersebut dapat di jumpai pula pada penyakit paru selain
TB, seperti bronkiektasis, bronkitis kronik, asma, kanker paru, dll.
4. Di Negara endemik TB seperti Indonesia, setiap orang yang datang ke
RS dengan gejala tersebut diatas, harus dianggap sebagai seorang
suspek TB dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara
mikroskopis langsung.
5. Gejala TB ekstra paru tergantung dari organ yang terkena, misalnya
limfadenitis TB akan ditemukan pembesaran pada kelenjar getah
bening.
6. Pada ODHA yang menderita TB gejala klinis adalah perlu dicari
kemungkinan juga menderita TB.
B. Penemuan dan diagnosis TB
1. Penemuan kasus TB di RS
a. Prinsip penemuan pasien TB dilakukan secara pasif dengan
penyuluhan yang aktif, artinya penjaringan pasien dengan susp.
TB hanya dilakukan pada mereka yang datang berkunjung ke RS.
Namun penyuluhan kesehatan yang aktif dilakukan di masyarakat
tetap di lakukan.
b. Setiap orang yang berkunjung ke RSU dengan gejala batuk
berdahak 2-3 minggu atau lebih, tanpa penyebab yang jelas harus
di berlakukan sebagai suspek TB.
c. Semua kontak dengan pasien TB paru BTA positif yang
mempunyai gejala TB harus diperiksa dahaknya.
2. Diagnosis TB paru dewasa.
Semua susp. TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu minimal 2
hari berturut turut yaitu sewaktu–pagi–sewaktu (SPS). Jika mungkin
paling tidak satu specimen harus berasal dari dahak pagi hari.
a. Sewaktu: dahak di kumpulkan pada saat susp. TB datang
berkunjung pertama kali. Pada saat pulang klien membawa
sebuah pot dahak untuk mengumpulkan dahak pagi pada hari ke
dua.
b. Pagi: dahak dikumpulkan pada pagi hari ke dua, segera setelah
bangun tidur. Pot dahak dibawa dan diserahkan sendiri kepada
petugas laboratorium.
c. Sewaktu: dahak dikumpulkan di laboratorium pada hari kedua,
saat menyerahkan dahak pagi,
Pengambilan 3 spesimen dahak masih di utamakan di banding
dengan 2 spesimen dahak mengingat masih belum optimalnya
fungsi sistem dan hasil jaminan mutu eksternal pemeriksaan
laboratorium.
Diagnostik TB paru pada orang dewasa di tegakkan dengan
penemuan kuman TB (BTA). Pada program nasional
penanggulangan TB, penemuan BTA melalui pemeriksaan dahak
mikroskopis merupakan cara diagnosis yang utama. Pemeriksaan
lain seperti foto dada dan biakan dapat di gunakan sebagai
penunjang diagnosis sepanjang sesuai dengan indikasinya.
Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan pada
pemeriksaan foto dada saja. Foto dada tidak selalu memberikan
gambaran yang spesifik pada TB paru.
3. Diagnosis TB ekstra paru dewasa
a. Di curigai TB ekstra paru apabila di temukan gejala-gejala antara
lain: nyeri dada (TB pleura/pleuritis), pembesaran kelenjar getah
bening (limfadenitis TB), gibbus (spondilitis TB) dan lain lain.
b. Diagnosis pasti sering sulit ditegakkan, sedangkan diagnosis kerja
dapat di tegakkan berdasarkan gejala klinis TB yang kuat
(presumtif) dengan menyingkirkan kemungkinan penyakit yang
lain. Ketepatan diagnosis tergantung pada metode pengambilan
bahan pemeriksaan dan ketersediaan alat alat diagnostik, misal
nya uji mikrobiologi, patologi anatomi, serologi, foto dada dan lain
lain.
c. Seorang pasien TB ekstra paru sangat mungkin juga menderita TB
paru, oleh karena itu perlu dilakukan pemeriksaan dahak. Jika
hasil pemeriksaan dahak negatif, dapat dilakukan pemeriksaan
foto dada dan histopatologi

Alur diagnosis TB paru dewasa

Susp TB paru

Pemeriksaan dahak mikroskopis sewaktu–pagi-sewaktu

Hasil BTA Hasil BTA


Hasil BTA

+++ +- - -- -

Antibiotik non OAT

Tidak ada Ada


perbaikan perbaikan

Foto dada dan


pertimbangan dokter Pemeriksaan dahak
mikroskopis

Hasil BTA Hasil BTA


+++
---

Foto dada dan


pertimbangan dokter

TB BUKAN TB
C. Indikasi pemeriksaan foto dada
Penjaringan pertama suspek TB dilakukan melalui pemeriksaan dahak
mikroskopis. Pada sebagian besar TB paru, diagnosis ditegakkan hanya
dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopis dan tidak memerlukan
foto dada. Namun pada kondisi tertentu pemeriksaan foto dada perlu
dilakukan sesuai dengan indikasi sebagai berikut:
1. Hanya 1 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif. Pada
kasus ini pemeriksaan foto dada diperlukan untuk mendukung
diagnosis TB paru BTA Positif.
2. Pemeriksaan 3 spesimen dahak SPS pertama hasilnya negatif,
setelah pemberian antibiotika non OAT 2 minggu tidak ada perbaikan
dan hasil pemeriksaan dahak ulangnya tetap negatif.
3. Pasien yang mengalami komplikasi antara lain: sesak napas berat
(pneumothoraks, pleuritis eksudativa, efusi perikarditis, atau efusi
pleura) dan pasien yang mengalami hemoptisis berat (untuk
menyingkirkan bronkiektasis atau aspergiloma).
D. Indukasi pemeriksaan biakan dan uji kepekaan
Pemeriksaan biakan bukan merupakan pemeriksaan rutin dalam
mendiagnosis TB karena belum menjadi kebijakan program
penanggulangan TB nasional. Pemeriksaan biakan dan uji kepekaan di
indikasikan pada kasus:
1. Gagal terapi
2. TB kronik
3. TB HIV
4. TB BTA ( - )
E. Pada ODHA, diagnosis TB paru dan TB ekstra paru ditegakkan sebagai
berikut:
1. TB paru BTA positif yaitu hasil pemeriksaan dahak (+)
2. TB paru BTA negatif yaitu hasil pemeriksaan dahak negatif, gambaran
klinis dan radiologis mendukung TB atau BTA (-) dengan hasil kulltur
TB (+).
3. TB ekstra paru, pada ODHA ditegakkan dengan pemeriksaan klinis,
bakteriologis, dan atau histopatologi yang diambil dari jaringan tubuh
yang terkena.
ALUR DIAGNOSIS TB PARU PADA ODHA YANG RAWAT JALAN

Pasien rawat jalan dengan batuk 2-3 minggu dan tanpa tanda tanda bahaya

Periksa dahak mikroskopis


Kunjungan 1

kunjungan 1
HIV + atau status HIV nya tidak di ketahui

Kunjungan 2

BTA (+) BTA (-)

Pengobatan TB Mendukung TB Foto dada, sputum BTA


pemberian CPT dan kultur

Kunjungan 3
Tidak Mendukung TB

Pengobatan cpc
penentuan status HIV

Pengobatan infeksi bakterial


penentuan stadium HIV

KETERANGAN :

1. Tanda tanda bahaya yaitu bila di jumpai salah satu dari tanda tanda
Kunjungan 4
berikut; frekuensi pernapasan > 30 x/menit, demam > 39 C. denyut
nadi > 120 x/menit, tidak dapat Perbaikan
Tidak ada berjalan
perbaikan tanpa
atau bantuan.
Perbaikan perbaikan
2. Untuk negara atau daerah dengansebagian
angka pravelensi HIV pada orang
dewasa > 1 %, atau prevalensi HIV diantara pasien TB > 5%.
3. Bila tidak tersedia tes HIV atau status HIV tidak di ketahui (misal
pasien menolak untukPemeriksaan
di periksa).
ulangPenentuan
TB stadium klinis HIV
tergantung kebijakan nasional.
4. BTA (+) sekurang kurangnya 1 sediaan hasilnya (+).
5. CPT: Cotrimoxazole Preventif Therapy
6. Termasuk penentuan stadium klinis (clinical staging) perhitungan CD
4 (bila tersedia fasilitas) dan rujukan untuk layanan HIV
7. Pemeriksaan pemeriksaan dalam kotak tersebut harus dikerjakan
secara bersamaan (bila memungkinkan) supaya jumlah kunjungan
dapat dikurangi sehingga mempercepat penegakan diagnosis.
8. Pemberian antibiotik (jangan golongan fluoroquinolones) untuk
mengatasi infeksi bakteri tipikal atau atipikal
9. PCP : pneumocystic carinii pneumonia
F. Penatalaksanaan
Kategori Penderita TB Alternatif
Therapy Regimen Terapi
TB TB
Fase inisial Fase lanjutan
(setiap hari atau (setiap hari
3 x seminggu) atau 3 x
/minggu)
I - Kasus baru - BTA positif 2 RHZE ( RHZS ) 4 RH
- Kasus baru - BTA 6 HE
negatif
- Konkomintan HIV berat
atau
- TB ekstrapulmoner berat
II Sputum hapusan (+) ; 2 RHZES +1 5R3H3E3
- Kambuh RHZE
- Gagal terapi
- Putus berobat
III - Kasus baru – BTA (-) 2 RHZE 4 RH
selain kategori 1 6 HE
- TB ekstrapulmoner tidak
berat
IV Kasus kronis Merujuk panduan
WHO
menggunakan
obat lini kedua

Etambutol dapat di hilangkan pada fase inisial pada penderita non kavitas,
TB paru BTA negatif dengan HIV negatif,

Obat esensial Rekomendasi dosis (dose range mg/kgBB)


Setiap Hari
Isonazid ( H) 5 (4-6)
Rifampisin (R) 10 (8-12 )
pirazinamid (Z ) 25 ( 20 – 30 )
Streptomisin (S ) 15 ( 12 – 18 )
Etambutol ( E ) 15 (12 – 18 )
Tiosetazon ( T ) 25
BAB IV
DOKUMENTASI

Dalam melaksanakan tugasnya Tim Tuberculasis dengan strategi DOTS di


rumah sakit umum daerah Kabupaten Nunukan melakukan sistem
pencatatan dan pelaporan baku yang dilaksanakan dengan baik dan benar,
dengan maksud mendapatkan data yang sah dan valid untuk diolah,
dianalisis, diinterpretasi, disajikan dan disebarluaskan untuk dimanfaatkan
sebagai dasar perbaikan program. Sedangkan dalam pelayanan pasien TB di
rumah sakit umum daerah Kabupaten Nunukan untuk proses
pendokumentasiannya, dimana pasien yang dirujuk dari puskesmas ke
RSUD Nunukan, memerlukan formulir rujukan yang dijadikan satu dalam
berkas yang berisikan status riwayat rekam medic pasien dan beberapa hasil
pemeriksaan seperti laboratorium, radiologi, dan pemeriksaan penunjang
yang lain dan di sertakan juga laporan perawatan pasien HIV/AIDS dan
berkas berkas konseling.

Sedangkan untuk pasien yang dirujuk balik ke puskesmas dibawakan


surat rujuk balik dengan penulisan diagnose dan therapy atau penanganan
sebelumnya di RSUD Nunukan.

KEGIATAN TB dengan strategi DOTS


Proporsi TB Ekstra Paru periode Januari - Desember 2017
Bulan Jumlah Keterangan
Poli anak Poli Paru
Januari - 17 Ekstra paru
Februari - 16 Ekstra paru
Maret - 15 Ekstra paru
April - 22 Ekstra paru
Mei - 14 Ekstra paru
Juni - 21 Ekstra paru
Juli 6 org 15 Ekstra paru
Agustus 3 org 13 Ekstra paru
September 28 org 17 Ekstra paru
Oktober 34 org 22 Ekstra paru
Nopember 31 org 21 Ekstra paru
Desember 22 org 26 Ekstra paru
Total 124 219 Ekstra paru

Anda mungkin juga menyukai