Anda di halaman 1dari 8

PEMERINTAH KABUPATEN PASURUAN

DINAS KESEHATAN
UOBF PUSKESMAS PURWODADI
Jl. Lingkar AMD no 1– Purwodadi Pasuruan Jawa Timur 67163
Telp. (0343) 613959 Fax. (0343) 613049 e-mail: pkmpurwodadi1999@gmail.com

KEPUTUSAN
KEPALA UOBF PUSKESMAS PURWODADI
NOMOR : 440/88/424.072.03/2023

TENTANG

PEDOMAN PROGRAM TUBERCULOSIS

Menimbang : a. bahwa dalam rangka pemberian pelayanan kesehatan yang


berkualitas dan mampu memberikan kepuasan bagi
masyarakat merupakan kewajiban yang harus dilakukan;
b. bahwa Puskesmas sebagai fasilitas kesehatan pelayanan
Tuberkulosis memerlukan petugas pelaksana Tuberkulosis
yang melaksanakan tugas sesuai pedoman program
tuberculosis;
c. bahwa sehubungan yang dimaksud pada huruf a dan b di atas,
diperlukan surat keputusan Kepala Puskesmas Purwodadi.

Mengingat : 1. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 67 Tahun 2021


tentang Penanggulangan Tuberkulosis;
2. peraturan Menteri Kesehatan Nomor 67 Tahun 2016 tentang
Penanggulangan Tuberkulosis;
3. Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit tentang
Petunjuk Teknis Penanganan Infeksi Laten Tuberkulosis tahun
2021;
4. Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit tentang
Petunjuk Teknis Investigasi Kontak tahun 2021;
5. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 1 Tahun 2016
Tentang Sistem Kesehatan Provinsi;
6. Peraturan Bupati Kabupaten Pasuruan Nomor 17 Tahun 2013
Tentang Kabupaten Sehat;

1
MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA UOBF PUSKESMAS PURWODADI


TENTANG PEDOMAN PROGRAM TUBERCULOSIS

Kesatu : Pedoman Program Tuberculosis sebagaimana tercantum dalam


lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
lampiran ini;

Kedua : Pemegang program dan pelaksana klinis wajib mengikuti


pedoman ini dalam pelayanan pasien Tuberculosis;

Ketiga : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan, dan apabila
dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam ketetapan ini akan
diperbaiki sesuai ketentuan.

Ditetapkan di : Pasuruan
Pada Tanggal : 3 Maret 2023

Kepala UOBF Puskesmas Purwodadi


Kabupaten Pasuruan

dr Meita Devi R.M.Kes


NIP. 196405171989032011

2
Lampiran : Keputusan Kepala UOBF Puskesmas
Purwodadi
Nomor : 440/88/424.072.03/2023
Tanggal : 03 Maret 2023

Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur


kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pembangunan kesehatan
bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup
sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya
manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. (UU RI No. 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan).
Bahwa setiap orang berkewajiban ikut mewujudkan,
mempertahankan, dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
setinggi-tingginya yang meliputi upaya kesehatan perseorangan, upaya
kesehatan masyarakat, dan pembangunan berwawasan kesehatan. Setiap
orang berkewajiban menghormati hak orang lain dalam upaya memperoleh
lingkungan yang sehat, baik fisik, biologi, maupun sosial, juga berkewajiban
berperilaku hidup sehat untuk mewujudkan, mempertahankan, dan
memajukan kesehatan yang setinggi-tingginya. (UU RI No. 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan). Untuk itu sanitasi juga merupakan salah satu dasar
sebagai penunjang pembangunan kesehatan.
Menurut Bloom (1974) dalam Notoatmodjo (2012: 13) secara garis
besar faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan seseorang baik individu,
kelompok maupun masyarakat digolongkan menjadi 4 yakni: lingkungan,
perilaku, pelayanan kesehatan, dan hereditas atau keturunan. Hal ini
menunjukkan bahwa kontribusi lingkungan dalam mewujudkan derajat
kesehatan merupakan hal yang essensial di samping masalah perilaku
masyarakat, pelayanan kesehatan dan faktor keturunan. Lingkungan
memberikan kontribusi terbesar terhadap timbulnya masalah kesehatan
masyarakat.
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75
Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat menjelaskan bahwa
Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif
dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-

3
tingginya di wilayah kerjanya. Derajat kesehatan merupakan salah satu
faktor yang sangat berpengaruh pada kualitas sumber daya manusia.
Program TBC adalah salah satu program pokok puskesmas yang
memutuskan rantai penularan , menurunkan angka kesakitan dan kematian,
serta mencegah berkembangnya MDR-TB. Upaya Kesehatan Perorangan
yang dilakukan di bidang TBC yaitu kegiatan konseling dan pengobatan di
Puskesmas
Dengan adanya panduan program TBC Puskesmas Purwodadi tahun
2023 ini, maka diharapkan mampu merencanakan kegiatan TBC sesuai
dengan permasalahan dan kegiatan program TBC Puskesmas Purwodadi
yang telah direncanakan dapat terlaksana secara menyeluruh.

BAB I
Tinjauan Pustaka
a. Tuberkulosis
Tuberkolosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan
oleh kuman dari ycobacterium yaitu Mycobacterium tubercolosis (M.tb).
Beberapa spesies Mycobacterium, antara lain: M. tubercolosis, M.
Africanum, M. bovis, M. leprea dsb, yang juga disebut dengan bakteri
tahan asam (TCM). (Murtiwi, 2006)
1) Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena :
a. Tuberkulosis paru. Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang
menyerang jaringan (parenkim) paru. tidak termasuk pleura (selaput
paru) dan kelenjar pada hilus.
b. Tuberkulosis ekstra paru. Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh
lain selain paru, misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung
(pericardium), kelenjar lymfe,tulang, persendian, kulit, usus, ginjal,
saluran kencing, alat kelamin, dan lain-lain.
2) Klasifikasi berdasarkan tipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat
pengobatan sebelumnya
a. Kasus baru. Pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau
sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (4 minggu).
b. Kasus kambuh (relaps). Pasien tuberkulosis yang sebelumnya
pernah mendapatpengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan
sembuh tetapi kambuh lagi.
c. Kasus setelah putus berobat (default). Pasien yang telah berobat dan
pututs 2 bulan atau lebih dengan TCM positif
d. Kasus setelah gagal (failure). Pasien yang hasil pemeriksaan
dahaknya tetappositif atau kembali menjadi positif pada bulan
kelima atau lebih selama pengobatan

4
e. Kasus lain. Semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas,
dalam kelompok ini termasuk kasus kronik, yaitu pasien dengan hasil
pemeriksaan masih TCM positif setelah selesai pengobatan ulangan
b. Tanda dan Gejala
Tanda-tanda yang di temukan pada pemeriksaan fisik tergantung
luas dan kelainan struktural paru. Pada lesi minimal, pemeriksaan fisis
dapat normal atau dapat ditemukan tanda konsolidasi paru utamanya
apeks paru. Tanda pemeriksaan fisik paru tersebut dapat berupa: fokal
fremitus meingkat, perkusi redup, bunyi napas bronkovesikuler atau
adanya ronkhi terutama di apeks paru. Pada lesi luas dapat pula
ditemukan tanda-tanda seperti: deviasi trakea ke sisi paru yang
terinfeksi, tanda konsolidasi, suara napas amporik pada cavitas atau
tanda adanya penebalan pleura.
1) Gejala sistemik/umum
a. Penurunan nafsu makan dan berat badan.
b. Perasaan tidak enak (malaise), lemah.
c. Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya
dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang
serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul.
2) Gejala khusus
a. Bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju
ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang
membesar, akan menimbulkan suara "mengi", suara nafas
melemah yang disertai sesak.
b. Jika ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat
disertai dengan keluhan sakit dada

c. Pemeriksaan dahak mikroskopik


keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi penularan.
Pemeriksaan dahak untuk penegakan diagnosis dilakukan dengan
mengumpulkan 3 spesimen dahak yang dikumpulkan dalam dua hari
kunjungan yang berurutan sewaktu-pagi sewaktu (SPS) :
1) S (Sewaktu); dahak ditampung pada saat terduga pasien TB
berkunjung pertama kali. Pada saat pulang, terduga pasien
membawa sebuah pot dahak untuk menampung ahal pagi pada hari
kedua
2) P (Pagi); dahak ditampung dirumah pada pagi hari kedua, segera
stelah bangun tidur
3) S (Sewaktu); dahak ditampung pada hari kedua, saat menyerahkan
dahak pagi.

5
d. Penetapan diagnosis TB pada pasien dewasa
1. Pemeriksaan bakteriologis terlebih dahulu (pemeriksaan
mikroskopis langsung, biakan dan test cepat)
Apabila negatif maka dilakukan pemeriksaan penunjang (foto toraks)
2. Sarana terbatas; penegakan diagnosis secara klinis dilakukan
setelah pemberian terapi antibiotik spektrum luas (Non OAT dan
Non Kuinolon) yang tidak
3. Apabila hasil tes TCM positif maka dilakukan tes hiv dan gula darah
dan berikan obat sesuai kategori.
4. Apabila hasil tes menunjukkan negatif namun ada curiga TB beri
antibiotik spektrum luas.
5. Bila ada perbaikan bukan TB, bila tidak ada dilakukan pemeriksaan
TCM ulang.
6. Jika hasil TCM menunjukkan negatif dilakukan foto thorak dan jika
hasil TCM menunjukkan positif dilakukan pengobatan TB Paru sesuai
kategori.
7. Jika hasil foto thorak negatif artinya bukan TB, jika hasil foto thorak
positif dilakukan pengobatan TB Paru sesuai kategori
8. Pasien dengan pengobatan tb program dilakukan follow up
pemeriksaan BTA pada bulan ke2,5,6
9. Jika hasil tcm positif rifres maka diulang tcm,bila hasil ulangan tcm
rifres positif maka terdiagnosis TB RO,pasien diberikan rujukan ke
rumah sakit
10. Pasien dengan pengobatan TB RO program melakukan kegiatan
minum obat di bawah pengawasan petugas
puskesmas yang ditunjuk rumah sakit sebagai pengawas

e. Pemeriksaan Dahak Mikroskopis Langsung


1) Uji dahak SPS
2) Ditetapkan sebagai pasien TB apabila minimal 1 (satu) dari
pemeriksaan contoh uji dahak SPS hasilnya TCM positif
f. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Tuberkolosis
Penularan utama TB adalah melalui cara dimana kuman TB
(Mycobacterium tuberculosis) tersebar melalui diudara melalui percik
renik dahak saat pasien TB paru atau TB laring batuk, berbicara,
menyanyi maupun bersin. Percik renik tersebut berukuran antara 1-5
mikron sehingga aliran udara memungkinkan percik renik tetap
melayang diudara untuk waktu yang cukup lama dan menyebar
keseluruh ruangan. Kuman TB pada umumnya hanya ditularkan melalui
udara, bukan melalui kontak permukaan.Infeksi terjadi apabila
seseorang yang rentan menghirup percik renik yang mengandung

6
kuman TB melalui mulut atau hidung, saluran pernafasan atas, bronchus
hingga mencapai alveoli. Mencegah penularan tuberkulosis pada semua
orang yang terlibat dalam pemberian pelayanan pada pasien TB harus
menjadi perhatian utama. Penatalaksanaan Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi (PPI) TB bagi petugas kesehatan sangatlah
penting peranannya untuk mencegah tersebarnya kuman TB ini. Salah
satu risiko utama terkait dengan penularan TB di tempat pelayanan
kesehatan adalah yang berasal dari pasien TB yang belum
teridentifikasi. Akibatnya pasien tersebut belum sempat dengan segera
diperlakukan sesuai kaidah PPI TB yang tepat. Salah satu upaya yang
dapat dilakukan dengan mengguankan strategi TOSS TB (TEMukan
pasien secepatnya, Pisahkan secara aman, Obati secara tepat).
Penerapan mudah dan tidak membutuhkan biaya yang besar, dan idela
untuk diterapkan. Dengan menggunakan strategi TOSS TB akan
mengurangi resiko penularan kasus TB dan TB Resistan obat yang
belum teridentifikasi. Untuk mencegah adanya kasus TB dan TB
resistan obat yang tidak terdiagnosis, dilaksanakan strategi TOSS
TB dengan skrining bagi semua pasien dengan gejala batuk.

g. Langkah-Langkah Strategi TOSS TB sebagai berikut:


1) Temukan pasien secepatnya. Strategi TOSS TB secara khusus
memanfaatkan petugas programmer tbc untuk mengidentifikasi
terduga TB dan segera dirujuk ke laboratorium.
2) 0bati pasien sesuai kategori. Pengobatan merupakan tindakan paling
penting dalam mencegah penularan TB kepada orang lain. Pasien
TB dengan terkonfirmasi bakteriologis, segera diobati sesuai dengan
panduan nasional sehingga menjadi tidak infeksius

3) Sampai sembuh. Pengobatan pasien dengan pemeiksaan BTA untuk


follow up bulan ke 2,5,6 ,apabila sampai akhir pengobatan hasil
pemeriksaan folow up BTA negatif dinyatakan sembuh

BAB II
RUANG LINGKUP

Di dalam poli TB di Puskesmas Purwodadi terdapat beberapa personel


yang memiliki tanggung jawab dalam pekerjaanya, tersedia alat tulis kantor, rak
meja kerja yang di dalamnya terdapat pencatatan dan pelaporan pasien TB
program dan skrining TB, lampu penerangan, almari untuk menyimpan
beberapa dokumen.
Setiap harinya terdapat pekerjaan rutin dilakukan didalamnya antara lain :

7
1. Skrining pasien TBC
2. Pengobatan rutin pasien TBC
3. Penyuluhan pasien TBC
4. Pelaporan SITB

BAB III
TATA LAKSANA

Adapun Langkah-langkah yang dilakukan di poli TB sebelum dan sesudah :


1. Pengobatan pasien rawat jalan
2. Pemberian surat rujukan ke RS bila diperlukan
3. Pemberian surat pengantar apabila memerlukan pemeriksaan
penunjang ke fasilitas pemeriksaan lainnya.
4. Pemberian surat keterangan sakit dan surat keterangan berobat jika
diperlukan.

BAB IV
DOKUMENTASI, PENCATAN DAN PELAPORAN

Dokumentasi yang ada di poli TB antara lain :


1. Buku Form TB 01
2. Buku bantu pasien TB program
3. Buku penyuluhan cara minum obat dan PHBS
4. Laporan SITB

Kepala UOBF Puskesmas Purwodadi


Kabupaten Pasuruan

dr Meita Devi R.M.Kes


NIP. 196405171989032011

Anda mungkin juga menyukai