DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS BULU
JL. Laks. Yos Sudarso No. 02 Bulu Sukoharjo Jawa Tengah, 57563
Telp. (0271) 7881001 Email : sik_bulu@yahoo.co.id
TENTANG
1
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
KESATU : KEPUTUSAN KEPALA UPT
PUSKESMAS KECAMATAN
PARUNGPANJANG PEDOMAN
PENYELENGGARAAN
IMUNISASI
DITETAPKAN DI : BOGOR
TANGGAL : 03 Januari
2017 Kepala UPT Puskesmas
Kecamatan Parungpanjang
SUSI JUNIAR
LAMPIRAN
KEPUTUSAN KEPALA UPT PUSKESMAS
KECAMATAN PARUNGPANJANG
NOMOR: 440/ /SK-PP/I-2017
TENTANG
KESEHATAN LANJUT USIA
I. PENDAHULUAN
A. Program lmunisasi
Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum perlu diwujudkan sesuai
dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945 melalui
Pembangunan Nasional yang berkesinambungan berdasarkan Pancasila dan UUD
1945. Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat dipengaruhi oleh tersedianya
sumber daya manusia yang sehat, terampil dan ahli, serta disusun dalam satu
program kesehatan dengan perencanaan terpadu yang didukung oleh data dan
informasi epidemiologi yang valid.
Telah ditemukan satu kasus lumpuh karena virus polio liar pada anak umur 20 bulan
di desa Giri Jaya, kecamatan Cidahu, kabupaten Sukabumi, provinsi Jawa Barat
pada tanggal 22 April 2005. Anak tersebut belum pernah mendapat imunisasi polio
meskipun cakupan imunisasi di desa tersebut >80% dan cakupan di kabupaten
Sukabumi tahun 2004 sebesar 95,5%. Ternyata virus penyebab adalah virus dari
Sudan. Sebenarnya sejak bulan Oktober 1995 Indonesia sudah bebas polio, tetapi
karena ditemukannya kasus tersebut kita harus melaksanakan Outbreak Response
of Immunization (ORI) yang dilanjutkan dengan Mop-Up serta Pekan lmunisasi
Nasional (PIN) putaran I pada tanggal 30 Agustus, PIN Putaran II 27 September
2005 dan PIN Putaran Ill pada 30 November 2005 serta tidak tertutup kemungkinan
akan dilanjutkan dengan PIN berikutnya.
Dari uraian di atas jelaslah bahwa upaya imunisasi perlu terus ditingkatkan untuk
mencapai tingkat population immunity (kekebalan masyarakat) yang tinggi sehingga
dapat memutuskan rantai penularan PD31. Dengan kemajuan ilmu pengetahuan
dan
teknologi, upaya imunisasi dapat semakin efektif dan efisien dengan harapan dapat
memberikan sumbangan yang nyata bagi kesejahteraan anak, ibu serta masyarakat
lainnya.
3. Himbauan dari WHO bahwa negara dengan tingkat endemisitas tinggi >8% pada
tahun 1997 diharapkan telah melaksanakan program imunisasi hepatitis B ke
dalam program imunisasi rutin;
5. Konvensi Hak Anak: Indonesia telah meratifikasi Konvensi Hak Anak dengan
Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1999 tertanggal 25 Agustus 1990, yang
berisi antara lain tentang hak anak untuk memperoleh kesehatan dan
kesejahteraan dasar;
6. Resolusi Majelis Kesehatan Dunia (World Health Assembly) tahun 1988 dan
tahun 2000 yang diperkuat dengan hasil pertemuan The Eight Technical
Consultative Group Vaccine Preventable Disease in SEAR tahun 2001 untuk
mencapai Eradikasi Polio pada tahun 2004 untuk regional Asia Tenggara dan
sertifikasi bebas polio oleh WHO tahun 2008;
7. The Millenium Development Goal (MDG) pada tahun 2003 yang meliputi goal 4:
tentang reduce child mortality, goal 5: tentang improve maternal health, goal 6:
tentang combat HIV/AIDS, malaria and other diseases (yang disertai dukungan
teknis dari UNICEF);
8. Resolusi WHA 56.20, 28 Mei 2003 tentang Reducing Global Measles Mortality,
mendesak negara-negara anggota untuk melaksanakan The WHO-UNICEF
Strategic Plan for Measles Mortality Reduction 2001-2005 di negara-negara
dengan angka kematian campak tinggi sebagai bagian EPI;
menurunkan kematian akibat campak menjadi 50% pada akhir tahun 2005
dibandingkan keadaan pada tahun 1999; dan mencapai target The United
Millenium Development Goal untuk mereduksi kematian campak pada anak usia
kurang dari 5 tahun menjadi 2/3 pada tahun 2015 serta mendukung The
10. Pertemuan The Ninth Technical Consultative Group on Polio Eradication and
Polio Eradication and Vaccine Preventable Diseases in South-East Asia Region
tahun 2003 untuk menyempurnakan proses sertifikasi eradikasi polio, reduksi
kematian akibat campak menjadi 50% dan eliminasi tetanus neonatal, cakupan
DPT3 80% di semua negara dan semua kabupaten, mengembangkan strategi
untuk safe injections and waste disposal di semua negara serta memasukkan
vaksin hepatitis B di dalam Program lmunisasi di semua negara;
11. WHO-UNICEF tahun 2003 tentang Joint Statement on Effective Vaccine Store
Management Initiative.
D. Program lmunisasiRabies
Penyakit anjing gila atau dikenal dengan nama rabies merupakan suatu penyakit
infeksi akut pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh virus rabies yang dapat
ditularkan oleh anjing, kucing dan kera. Penyakit ini bila sudah menunjukkan gejala
klinis pada hewan dan manusia selalu diakhiri dengan kematian, sehingga
mengakibatkan timbulnya rasa cemas dan takut bagi orang-orang yang terkena
gigitan dan kekhawatiran serta keresahan bagi masyarakat pada umumnya. Vaksin
rabies dapat mencegah kematian pada manusia bila diberikan secara dini pasca
gigitan.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, pemerintah secara intensif dan sistematis
melakukan program pembebasan secara bertahap. Sampai pada tahun 2005
penyakit tersebut tersebar luas di 22 provinsi, dengan jumlah kasus gigitan yang
cukup tinggi dalam 3 tahun terakhir, setiap tahunnya rata-rata 14.000 kasus gigitan
dan hanya 11 provinsi di Indonesia yang tidak ada laporan kasus. Provinsi-provinsi
tersebut ialah Bali, Nusa Tenggara Barat, lrian Jaya Barat, Papua, Bangka Belitung,
Riau Kepulauan, Banten, OKI Jakarta, DI Yogyakarta, Jawa Tengah dan Jawa
Timur. Penanggulangan rabies yang menyangkut hewan menjadi tugas dan
tanggung jawab Departemen Pertanian cq. Direktorat Jenderal Peternakan,
sedangkan yang menyangkut manusia menjadi tugas dan tanggung jawab
Departemen Kesehatan.
A. Tujuan Umum
Turunnya angka kesakitan, kecacatan dan kematian bayi akibat Penyakit yang
Dapat Dicegah Dengan lmunisasi (PD31).
B. Tujuan Khusus
C. Sasaran
Jenis-jenisPenyakit yang Dapat Dicegah dengan lmunisasi(PD31)
Jenis-jenis penyakit yang dapat dicegah melalui pemberian imunisasi meliputi
penyakit menular tertentu.
a. Jenis-jenis penyakit menular tertentu sebagaimana dimaksud meliputi
antara lain penyakit Tuberkulosis, Difteri, Pertusis, Campak, Polio, Hepatitis
B, Hepatitis A, Meningitis meningokokus, lnfluenzae, Haemophilus
influenzae tipe b, Ko/era, Rabies, Japanese Encephalitis, Titus Abdominalis,
Pneumoni Pneumokokus, Yellow Fever (Demam Kuning), Shigellosis,
Rubbella, Varicella, Parotitis Epidemica, Rotavirus.
1) lmunisasi Rutin
• Bayi (di bawah satu tahun)
• Wanita usia subur (WUS) ialah wanita berusia 15-39 tahun,
termasuk ibu hamil (Bumil) dan calon pengantin (Catin)
• Anak usia sekolah dasar
2) lmunisasi Tambahan
• Bayi dan anak
kematian yang terjadi dalam masa satu bulan setelah imunisasi, yang diduga
ada hubungannya dengan pemberian imunisasi.
14. Tenaga pelaksana adalah petugas atau pengelola yang telah memenuhi standar
kualifikasi sebagai tenaga pelaksana di setiap tingkatan dan telah mendapat
• Stadium lntoksikasi
Gejala perdarahan seperti rrurmsan, perdarahan gusi, muntah darah hitam,
berak darah hitam. Disertai gagal ginjal dan hati. Berakibat fatal pada 20%-50%
kasus ikterik.
D. Program lmunisasiRabies
Rabies (penyakit anjing gila) adalah penyakit infeksi akut pada susunan saraf pusat
yang disebabkan oleh virus rabies dan ditularkan melalui gigitan hewan penular
rabies terutama anjing, kucing dan kera.
IV. RUANG LINGKUP
1. Pedoman ini mengatur tentang penyelenggaraan imunisasi dasar, imunisasi
lanjutan serta imunisasi tambahan terhadap penyakit-penyakit yang sudah masuk
ke dalam
program imunisasi yaitu Tuberkulosis, Difteri, Tetanus, Pertusis, Polio, Campak dan
Hepatitis B.
2. Pedoman ini mengatur tentang penyelenggaraan imunisasi Meningitis
Meningokokus, Demam Kuning dan Rabies.
3. Pedoman ini berlaku untuk semua institusi pemerintah maupun swasta yang
menyelenggarakan pelayanan imunisasi seperti puskesmas, puskesmas pembantu,
rumah sakit, polindes, rumah bersalin dan klinik swasta.
4. lnstitusi swasta dapat memberikan pelayanan imunisasi terhadap PD31 selain yang
termasuk dalam program imunisasi sepanjang memenuhi persyaratan perijinan
yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.
A.2. Strategi
• Memberikan akses (pelayanan) kepada swasta dan masyarakat.
B. Program lmunisasiMeningitisMeningokokus
Sesuai International Health Regulation setiap calon jemaah haji harus sudah
diimunisasi Meningitis Meningokokus, dengan dibuktikan International Certificate of
Vaccination (ICV) yang berlaku maksimal 2 tahun.
C. Program lmunisasi Demam Kuning
Sesuai International Health Regulation setiap orang yang masuk Indonesia berasal
atau melewati daerah diduga terjangkit demam kuning serta daerah terjangkit telah
diimunisasi demam kuning, yang dibuktikan dengan International Certificate of
Vaccination (ICV) yang masih berlaku. Masa berlaku ICV 10 tahun.
a. BacklogFighting
Backlog fighting adalah upaya aktif melengkapi imunisasi dasar pada anak
yang berumur 1-3 tahun pada desa non UCI setiap 2 (dua) tahun sekali.
b.Crash Program
Kegiatan ini ditujukan untuk wilayah yang memerlukan intervensi secara
cepat karena masalah khusus seperti :
• Angka kematian bayi tinggi, angka PD31 tinggi.
• lnfrastruktur (tenaga, sarana, dana) kurang.
• Untuk memberikan kekebalan pada kelompok sasaran yang
belum mendapatkan pada saat imunisasi rutin.
Karena biasanya kegiatan ini menggunakan biaya dan tenaga yang banyak
serta waktu yang relatif panjang, maka perlu diikuti pemantauan, supervisi
dan evaluasi. lndikatornya perlu ditetapkan misalnya cakupan DPT-1 dan
DPT-3/Campak untuk indikator pemantauan cakupan dan angka morbiditas
dan atau angka mortalitas untuk indikator penilaian dampak (evaluasi).
Hasil sebelum dan sesudah crash program menunjukkan keberhasilan
program tersebut. Hasil evaluasi ini akan menentukan bentuk follow up dari
kegiatan ini.
17
rantai penularan, juga berguna sebagai booster atau imunisasi ulangan
polio.
yang belum pernah diimunisasi atau yang imunisasinya sudah lebih dari 10
tahun. Setelah divaksinasi, diberi ICV dan tanggal pemberian vaksin dan yang
bersangkutan setelah itu harus menandatangani di ICV. Bagi yang belum dapat
19
menandatangani (anak-anak), maka yang menandatanganinya orang tua yang
mendampingi bepergian.
Vll.MEKANISME PENYELENGGARAAN
A. Program lmunisasi
A.1. Penyusunan Perencanaan
Perencanaan merupakan bagian yang sangat penting dalam pengelolaan
program imunisasi. Masing-masing kegiatan terdiri dari analisis situasi,
alternatif pemecahan masalah, alokasi sumber daya (tenaga, dana, sarana dan
waktu) secara efisien untuk mencapai tujuan program. Perencanaan disusun
mulai dari puskesmas, kabupaten/kota, provinsi dan pusat.
21
sampai tingkat provinsi. Untuk selanjutnya pengelola program
imunisasi melakukan proyeksi untuk mendapatkan jumlah penduduk
Aksesibilitas/JangkauaPnrogram (Cakupan
DPT-1) Kelompokkan wilayah kerja dalam 3
kelompok:
a. Wilayah I, adalah wilayah yang dapat dijangkau pelayanan
imunisasi secara teratur, minimal 4 kali dalam setahun.
b. Wilayah II, adalah wilayah yang dapat dijangkau pelayanan
imunisasi namun kurang dari 4 kali setahun atau tidak teratur.
c. Wilayah Ill, adalah wilayah yang tidak terjangkau pelayanan
imunisasi.
23
TingkatPerlindungan
Program a. (Cakupan
DPT-3/Campak)
25
inilah pembulatan ke atas dari jumlah kemasan vaksin dilakukan
setelah disesuaikan dengan volume penyimpanan vaksin setempat.
A.2. Pelaksanaan
Pelayanan imunisasi meliputi kegiatan-kegiatan :
PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO
DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS BULU
JL. Laks. Yos Sudarso No. 02 Bulu Sukoharjo Jawa Tengah, 57563
Telp. (0271) 7881001 Email : sik_bulu@yahoo.co.id
27
• Daftar bayi dan ibu hamil/WUS dilakukan oleh kader, dukun
terlatih, petugas KB, bidan di desa.
Sumber: kelurahan, form registrasi bayi/ibu hamil, PKK.
• Daftar murid sekolah tingkat dasar melalui kegiatan UKS.
Sumber : Kantor Dinas Pendidikan/SD yang bersangkutan.
• Daftar calon pengantin di seluruh wilayah kerja
puskesmas. Sumber: KUA, kantor catatan sipil.
• Daftar murid sekolah menengah umum/Aliyah melalui kegiatan
UKS.
Sumber : Kantor Dinas Pendidikan/SMU Aliyah yang
bersangkutan.
• Daftar WUS di tempat kerja/pabrik.
Sumber: Dinas Tenaga Kerja/perusahaan yang bersangkutan.
29
Pada bayi
Hepatitis B, BCG, Polio, DPT dan Campak.
Pada anak
DT , Campak dan TT.
sekolah Pada
TT.
WUS
Jadwal pemberian imunisasi baik pada bayi, anak sekolah dan wanita
usia subur berdasarkan jadwal pada tabel berikut.
Campak
Tabel 1 b. Jadwal Pemberian lmunisasi Pada Bayi Dengan Menggunakan Vaksin DPT dan
HB Dalam Bentuk Terpisah, Menurut Frekuensi
dan Selang Waktu dan Umur Pemberian
SELANG WAKTU
PEMBERIAN
VAKSIN PEMBERIAN UMUR KETERANGAN
IMUNISASI
MINIMAL
31
Campak 1X - 9-11 bulan
Kelas 2 TT 0,5 cc
Kelas 3 TT 0,5 cc
PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO
DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS BULU
JL. Laks. Yos Sudarso No. 02 Bulu Sukoharjo Jawa Tengah, 57563
Telp. (0271) 7881001 Email : sik_bulu@yahoo.co.id
33
dikemukakan oleh keluarga harus dibicarakan agar tindakan yang tepat dapat
diberikan. Misalnya imunisasi campak tidak perlu diberikan pada anak yang pernah
menderita campak yang ditandai dengan gejala pathognomonis campak yaitu
hiperpigmentasi dan deskuamasi
PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO
DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS BULU
JL. Laks. Yos Sudarso No. 02 Bulu Sukoharjo Jawa Tengah, 57563
Telp. (0271) 7881001 Email : sik_bulu@yahoo.co.id
A.2.d. Koordinasi
35
• Bentuk lain dari koordinasi lintas sektoral adalah peran bantu PKK,
LSM.
1) Pengadaan
Pengadaan vaksin untuk program imunisasi dilakukan oleh Direktorat
Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan
Lingkungan dari sumber APBN dan BLN (Bantuan Luar Negeri).
Pelaksanaan pengadaan vaksin dilakukan sesuai dengan prosedur
Kepres no.80 tahun 2003. Vaksin yang berasal dari luar negeri pada
umumnya diterima di Indonesia apabila ada kegiatan khusus (seperti
Catch Up Campaign Campak) dan vaksin tersebut telah lolos uji dari
Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM).
2) Penyimpanan
Setiap unit dianjurkan untuk menyimpan vaksin tidak lebih dari stok
maksimalnya, untuk menghindari terjadinya penumpukan vaksin.
Bila frekuensi distribusi vaksin ke provinsi 1 (satu) kali setiap 3 (tiga)
bulan, maka stok maksimal vaksin di provinsi adalah kebutuhan
vaksin untuk 4 (empat) bulan. Bila frekuensi pengambilan vaksin ke
provinsi 1 (satu) kali per bulan maka stok minimal di kabupaten
PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO
DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS BULU
JL. Laks. Yos Sudarso No. 02 Bulu Sukoharjo Jawa Tengah, 57563
Telp. (0271) 7881001 Email : sik_bulu@yahoo.co.id
adalah 1 (satu) bulan dan stok maksimal adalah 3 (tiga) bulan, dan
37
bulan maka stok maksimal di puskesmas 1 (satu) bulan 1
(satu)
A.6.a. Pencatatan
Untuk masing-masing tingkat administrasi perlu diperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO
DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS BULU
JL. Laks. Yos Sudarso No. 02 Bulu Sukoharjo Jawa Tengah, 57563
Telp. (0271) 7881001 Email : sik_bulu@yahoo.co.id
a.1) TingkatDesa
a) Sasaran lmunisasi
Pencatatan bayi dan ibu hamil untuk persiapan pelayanan
imunisasi. Petugas mengkompilasikan data tersebut ke dalam
buku pencatatan hasil imunisasi bayi dan ibu.
ibu.
Untuk anak sekolah, imunisasi DT, campak atau TT yang
diberikan, dicatat pada buku catatan khusus, 1 kopi diberikan
kepada sekolah. Untuk masing-masing anak sekolah, diberikan
kartu TT seumur hidup yang berisi catatan pemberian tetanus
toxoid. Bila saat bayi terbukti pernah mendapat DPT, maka
dimulai dari DPT2 dapat dicatat sebagai TT1 dan DPT3 sebagai
TT2 pada kartu TT seumur hidup, sehingga pemberian DT/TT di
sekolah dicatat sebagai TT3. Bila tidak terbukti pernah
mendapat suntikan DPT maka DT dicatat sebagai TT1.
a.2) TingkatPuskesmas
a) Hasil Cakupan lmunisasi
• Hasil kegiatan imunisasi di lapangan (buku kuning dan
merah) ditambah laporan dari puskesmas pembantu di
rekap di buku pencatatan imunisasi puskesmas (buku biru).
• Hasil imunisasi anak sekolah di rekap di buku hasil imunisasi
anak sekolah.
• Hasil kegiatan imunisasi di komponen statik dicatat untuk
sementara di buku bantu, pada akhir bulan direkap ke buku
kuning atau merah sesuai dengan desa asal sasaran.
• Laporan hasil imunisasi di balai pengobatan swasta dicatat
di buku biru dari bulan yang sesuai.
33
• Setiap catatan dari buku biru ini dibuat rangkap dua. Lembar
ke 2 dibawa ke kabupaten sewaktu mengambil vaksin/
konsultasi.
PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO
DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS BULU
JL. Laks. Yos Sudarso No. 02 Bulu Sukoharjo Jawa Tengah, 57563
Telp. (0271) 7881001 Email : sik_bulu@yahoo.co.id
b) Pencatatan Vaksin
Keluar masuknya vaksin terperinci menurut jumlah nomor batch
dan tanggal kadaluarsa harus dicatat ke dalam kartu stok. Sisa
atau stok vaksin harus selalu dihitung pada setiap kali
penerimaan dan pengeluaran vaksin. Masing-masing jenis
vaksin mempunyai kartu stok tersendiri. Selain itu kondisi WM
sewaktu menerima dan mengeluarkan vaksin juga perlu dicatat
di SBBK (Surat Bukti Barang Keluar).
35
d) Pencatatan Logistik lmunisasi
Keluar masuknya vaksin harus dicatat di buku stok vaksin.
Nomor batch untuk vaksin, serta nomor seri untuk sarana cold
chain (lemari es, mini freezer, vaccine carrier, container) harus
dicatat ke dalam kolom keterangan. Untuk peralatan habis pakai
seperti ADS, safety box dan spare part cukup dicatat jumlah
dan jenisnya.
37
b) Pencatatan Vaksin
Keluar masuknya vaksin terperinci menurut jumlah, nomor
A.6.b. Pelaporan
Pelaporan dilakukan oleh setiap unit yang melakukan kegiatan
imunisasi, mulai dari puskesmas pembantu, puskesmas, rumah sakit
umum, balai imunisasi swasta, rumah sakit swasta, rumah bersalin
swasta kepada pengelola program di tingkat administrasi yang sesuai.
Unit yang di bawah melaporkan hasil rangkapnya ke unit yang di
atasnya. Lihat skema pelaporan di bawah ini.
SUBDIT IMUNISASI
DIT JEN PPM & PL
~ 1 X /bu Ian selambat•
JAKARTA lambatnya tgl 15
tembusan
DINAS ~
KESEHATAN 1 x I bulan
PROVINS! selambat•
lambatnya tgl 1 O
tembusan
DINAS KESEHATAN ~
KABUPATEN/KOTA
1 x I bulan selambat- lambatnya tgl 5
PUSKESMAS f--
PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO
DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS BULU
JL. Laks. Yos Sudarso No. 02 Bulu Sukoharjo Jawa Tengah, 57563
Telp. (0271) 7881001 Email : sik_bulu@yahoo.co.id
KESEH.ATAN
REPUBUK INDONIESIA
37
PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO
DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS BULU
JL. Laks. Yos Sudarso No. 02 Bulu Sukoharjo Jawa Tengah, 57563
Telp. (0271) 7881001 Email : sik_bulu@yahoo.co.id
KESEH.ATAN
REPUBUK INDONIESIA
adalah :
Jawab n
check
an
list ini
superv
isi ini
dapat
dikuan
tifikasi
sehing
ga
dapat
diukur,
diband
ingkan
,
denga
n
demiki
an
memu
dahka
n
analisi
s,
umpan
balik
serta
pelapo
rannya
.
Keluar
an
yang
dihara
pkan
dari
superv
isi
denga
• antuan dan kerja sama lintas sektoral.
P
e Dalam pelaksanaannya yang dipantau melalui check list
n supervisi adalah :
i •
n Pengo
g lahan
k PWS.
a
t • Analisis dan
a tindak lanjut PWS.
n • Pencatatan
dan pelaporan.
m
u • Cold
t Chain dan
u logistik.
• Peralatan dan
m pelayanan imunisasi .
a
n • Tindak lanjut dan pemantauan dampak
a program lmunisasi.
j •
e
m K
e e
n m
i
p
r t
o r
g a
r a
a n
m .
.
•t•ekni
Evaluasi
s
Pdean
ri
npgrok
agtran
m .mut
u
pelaya
nan
dan
segi
•
P
e
n
i
n
g
k
a
t
a
n
b
PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO
DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS BULU
JL. Laks. Yos Sudarso No. 02 Bulu Sukoharjo Jawa Tengah, 57563
Telp. (0271) 7881001 Email : sik_bulu@yahoo.co.id
KESEH.ATAN
REPUBUK INDONIESIA
44
KESEH.ATAN
REPUBUK INDONIESIA
Untuk setiap antigen grafik cakupan per tahun dapat memberikan
gambaran secara keseluruhan tentang adanya kecendrungan:
SUSI JUNIAR
PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO
DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS BULU
JL. Laks. Yos Sudarso No. 02 Bulu Sukoharjo Jawa Tengah, 57563
Telp. (0271) 7881001 Email : sik_bulu@yahoo.co.id
46