Anda di halaman 1dari 10

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO

DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS BULU
JL. Laks. Yos Sudarso No. 02 Bulu Sukoharjo Jawa Tengah, 57563
Telp. (0271) 7881001 Email : sik_bulu@yahoo.co.id

Kerangka Acuan Kerja ( KAK ) Imunisasi

UPTD PUSKESMAS BULU

SKPD : Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan


Program : Upaya Kesehatan Mayarakat
Kegiaatan : Imunisasi
Capaian Program : Menurunnya Angka Kematian Dan Kecacatan Pada Bayi
Input (Masukan) : Data Balita
Output : Terlasananya Kegiatan Imunisasi
Outcome (Hasil) :Meningkatnya Pelayanan Imunisasi

A. Pendahuluan
Landasan Hukum Tugas Fungsi / Kebijakan
1. Undang-undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan.
2. Undang-undang No. 4 tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular.
3. Keputusan Menkes No. 1611/Menkes/SK/XI/2005 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Imunisasi.
4. Keputusan Menkes No. 1626/ Menkes/SK/XII/2005 tentang Pedoman
Pemantauan dan Penanggulangan Kejadian Ikutan Paska Imunisasi
5. (KIPI)Himbauan UNICEF, WHO dan UNFPA tahun 1999 untuk mencapai
target Eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal (MNTE) pada tahun 2005
di Negara berkembang;
6. Himbauan dari WHO bahwa negara dengan tingkat endemisitas tinggi > 8%
 pada tahun 1997 diharapkan telah melaksanakan program imunisasi
hepatitis B ke dalam program imunisasi rutin;
7. The Millenium Development Goal (MDG) pada tahun 2003 yang meliputi
goal 4 : tentang reduce child mortality, goal 5: tentang improve maternal
health, goal 6: tentang combat HIV/AIDS, malaria and other diseases (yang
disertai dukungan teknis dari UNICEF);
8. Resolusi WHA 56.20, 28 Mei 2003 tentang Reducing Global Measles
Mortality, mendesak negara-negara anggota untuk melaksanakan The
WHO-UNICEF Strategic Plan for Measles Mortality Reduction 2001-2005
di negara-negara dengan angka kematian campak tinggi sebagai bagian
EPI;UU No.36 Tahun 2009 pasal 126 dan pasal 131 tentang kesehatan Ibu
dan Anak
9. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
10. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
11. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan
dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4400);
12. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3637);
13. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran
 Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran
 Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
14. Peraturan pemerintah Daerah Kabupaten Bintan Nomor 11 Tahun 2013
tanggal 23 Desember 2013 tentang anggaran pendapatan dan Belanja
Daerah Kabupaten Bintan Tahun Anggaran 2014
15. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5063);
16. Permenkes No. 12 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Imunisasi.

17. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4235);

18. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 40 tahun 1991 tentang Penangulangan Wabah
Penyakit Menular (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1991 Nomor 49,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3447);

B. Latar Belakang
Imunisasi telah diakui sebagai upaya pencegahan penyakit yang paling mendekati
kesempurnaan dan sangat berdampak terhadap peningkatan kesehatan masyarakat.
Salah satu upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam
 bidang kesehatan adalah upaya kesehatan untuk bayi yaitu imunisasi.

Program imunisasi di Indonesia kemudian diperbaharui dan dikembangkan semenjak


tahun 1977 dengan tujuan memberikan perlindungan terhadap 7 macam penyakit: TBC,
Difteri, Pertusis, Tetanus, Campak, Polio dan Hepatitis B melalui antigen BCG, DPT, Polio,
Campak, Hepatitis B dan TT.

Di Indonesia, program imunisasi diatur oleh Kementerian Kesehatan Republik


Indonesia. Pemerintah, bertanggungjawab menetapkan sasaran jumlah
 penerima imunisasi, kelompok umur serta tatacara memberikan vaksin pada sasaran.
Pelaksaan program imunisasi dilakukan oleh unit pelayanan kesehatan
 pemerintah dan swasta. Institusi swasta dapat memberikan pelayanan imunisasi
sepanjang memenuhi persyaratan perijinan yang telah ditetapkan oleh Kementerian
Kesehatan,

C. Tujuan Umum dan Tujuan

Khusus Tujuan Umum:


Turunnya angka kesakitan, kecacatan dan kematian bayi akibat penyakit
yang dapat di cegah dengan iunisasiPD3I.
Tujuan Khusus:

1. Tercapainya target Universal Child Immunization yaitu cakupan imunisasi


lengkap minimal 80% secara merata pada bayi di 100% desa/ kelurahan
 pada tahun 2010
2. Tercapainya Eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal (insiden di bawah 1
 per 1.000 kelahiran hidup dalam satu tahun) pada tahun 2005.
3. ERAPO (Eradikasi polio) diharapkan untuk tidak ada lagi virus polio di
Indonesi pada tahun 2014.
4. Tercapainya reduksi campak (RECAM) dimana angka kesakitan campak
turun sampai 95% disbanding sebelum ada program imunisasi.
5. Mutu pelayanan sesuai standar WHO.
6. Pemeratan pelayanan sampai kedesa-desa.
7. Tercapainya komitmen global.
D. Kegiatan Pokok dan Rincian Kegiatan
Penyelenggaran Imunisasi dilaksanakan oleh Puskesmas Kijang
1. Fungsi dan Peran Puskesmas :
Kepala Puskesmas sebagai penanggung jawab dan mengkoordinir
 pelaksanaan Imunisasi di Wilayah kerjanya. Bidan/tenaga kesehatan
 bertanggung jawab dalam pelaksanaan Imunisasi (identifikasi balita yang
akan di imunisasi, mengkoordinasi dengan stakeholder , fasilitasi pertemuan)
2. Fasilitator dan Pelaksana
Fasilitator imunisasi adalah bidan atau petugas kesehatan yang telah mendapat
 pelatihan imunisasi
3. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang diperlukan untuk melaksanakan Imunisasi adalah:

- Ruang imunisasi kira kira


- Buku pegangan fasilitator,
4mx5m, dengan ventilasi dan
- Tikar / Karpet
 pencahayaan yang cukup.
- Vaksin, spuit, kapas, alcohol,
- Alat tulis menulis
tempat sampah.
- Buku KIA
- Bantal, kursi ( jika ada)
Idealnya kelengkapan sarana dan prasarana seperti tersebut diatas,
namun apabila tidak ada ruangan khusus, dimanapun tempatnya bisa
dilaksanakan sesuai kesepakatan antara ibu hamil dan fasilitator.

4. Tahapan Pelaksanaan Imunisasi


a. Fasilitator atau pelaksana dipersiapkan untuk melaksanakan kelas ibu
 balita, fasilitator imunisasi adalah bidan atau petugas kesehatan yang telah
mendapatkan pelatihan imunisasi.
 b. Sosialisasi kelas imunisasi pada tokoh agama, tokoh masyarakat dan
stakeholder sebelum imunisasi dilaksanakan.
5. Persiapan pelaksanaan Imunisasi
Hal –  hal yang perlu disiapkan sebelum pelaksanaan imunisasi:
a. Melakukan identifikasi / mendaftar semua balita yang akan dilakukan
imunisasi ada diwilayah kerja.
 b. Mempersiapkan tempat dan sarana pelaksanaan imunisasi, misalnya
tempat di Puskesmas , Poskesdes, Posyandu, atau dirumah salah satu
warga masyarakat.
c. Mempersiapkan materi, alat bantu penyuluhan, dan jadwal pelaksanaan
imunisasi .
d. Persiapan peserta balita yang akan diimunisasi mengundang ibu balita.
6. Pelaksanaan Imunisasi
Pelaksanaan imunisasi dilakukan sesuai dengan kesepakatan antara
 bidan/petugas kesehatan dengan peserta /ibu balita dengan tahapan
 pelaksanaan.
E. Cara Melaksanakan Kegiatan

Kebutuhan dalam masyarakat di tempat


Memilih materi an dibutuhkan

Pertemuan Persiapan

Bentuk Tim

Sosialisasi IMunisasi

Persiapan

Pelaksanaan Imunisasi dan Pelaporan

Monitorin

Evaluasi

F. Sasaran
a. Bayi dibawah umur 1 tahun (0-11 bulan)
 b. Ibu hamil (awal kehamilan - 8 bulan)
c. Wanita usia subur (calon mempelai wanita)
d. Anak sekolah dasar (kelas I-VI)
G. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan

H. Rencana Pembiayaan Program


Rencana pembiayaan kelas ibu hami yang dianggarkan oleh Puskesmas Kijang
adalah sebesar Rp 6.000.000, 00 dengan perincian pengambilan vaksin ke
kabupaten transportasi sebesar Rp. 2.500.000,00 Lupsum sebesar Rp
2.500.000,00 (10 kali) dan konsultasi program imunisasi ke kabupaten untuk
transportasi sebesar 500.000 dan lumpsung 500.000 (2 kali)
I. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan dan Pelaporan
Evaluasi dilakukan untuk melihat keluaran dan dampak baik positif maupun
negatif pelaksanaan imunisasi berdasarkan indikator. Dari hasil evaluasi tersebut
 bisa dijadikan sebagai bahan pembelajaran guna melakukan perbaikan dan
 pengembangan imunisasi berikutnya.
Evaluasi oleh pelaksana (bidan/koordinator bidan) dilakukan setiap selesai
 pertemuan. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota serta Dinas Kesehatan Provinsi
dapat melakukan evaluasi bersama-sama misalnya 1 kali setahun.

J. Pencatatan, Pelaporan dan Evaluasi Kegiatan


1. Monitoring
Monitoring dilakukan dalam rangka melihat perkembangan dan pencapaian,
serta masalah dalam pelaksanaan imunisasi, hasil monitoring dapat dijadikaan
 bahan acuan untuk perbaikan dan pengembangan imunisasi selanjutnya.
Kegiatan monitoring dilakukan secara berkala dan berjenjang mulai dari
tingkat Desa, Kecamatan, Kabupaten/ Kota dan Provinsi. Monitoring di
tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota dilakukan minimal setiap 3 (tiga) bulan
sekali.
Hal-hal yang perlu dimonitor :
a) Peserta(keadaan dan minat peserta, kehadiran peserta, keaktifan bertanya)
 b) Sarana prasarana (tempat, fasilitas belajar)
c) Fasilitator
d) Waktu (mulai tepat waktu, efektif )

2. Evaluasi
Cara melakukan evaluasi pelaksanaan imunisasi:
a. Evaluasi Kemampuan Fasilitator Pelaksanaan imunisasi.
1) Untuk mengetahui kemampuan fasilitator dalam memfasilitas
 pelaksanaan imunisasi dilakukan evaluasi harian/setiap kali
 pertemuan.
2) Evaluasi dilakukan setiap akhir pertemuan
3) Evaluasi dilakukan oleh bidan dan koordinator bidan atau Dinas
4) Kesehatan Kabupaten atau Dinas Kesehatan Provinsi.
2. Pelaporan
Seluruh rangkaian hasil proses pelaksanaan imunisasi sebaiknya dibuatkan
laporan. Pelaporan hasil pelaksanaan imunisasi dijadikan sebagai dokumen,
sehingga dapat dijadikan sebagai bahan informasi dan pembelajaran bagi
 pihak-pihak yang berkepentingan. Pelaporan disusun pada setiap selesai
melaksanakan imunisasi.
Isi laporan minimal memuat tentang :
1) Waktu pelaksanaan
2) Jumlah peserta
3) Proses pertemuan
4) Masalah dan hasil capaian pelaksanaan
5) Hasil evaluasi
Pelaporan dilakukan secara berkala dan berjenjang dari bidan/tenaga
kesehatan pelaksana imunisasi ke Puskesmas –  Dinas Kesehatan
Kabupaten – 
Dinas Kesehatan Provinsi  –   Kementerian Kesehatan. Pelaporan oleh

 bidan/pelaksana pertemuan imunisasi dilakukan setiap selesai pertemuan atau


setiap angkatan pelaksanaan imunisasi, Kabupaten dan Provinsi palaporan
disusun setiap 3 (tiga) bulan sekali dan laporan tahunan.
Ditetapkan di : Bulu
Pada Tanggal : 1 Maret 2016 KEPALA
UPTD PUSKESMAS BULU
Dr. SUGENG TRIYONO

NIP 19780705 201406 1 001

Anda mungkin juga menyukai