Anda di halaman 1dari 5

EP.4.3.1.

b KERANGKA ACUAN
KERANGKA ACUAN TERKAIT
PROGRAM IMUNISASI

I. Pendahuluan
Landasan Hukum Tugas Fungsi/ Kebijakan
1. Undang Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Keputusan Menteri Kesehatan No. 1611/Menkes/SK/XI/2005 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi
3. Keputusan Menteri Kesehatan No. 1626/Menkes/SK/XII/2005 tentang
Pedoman Pemantauan dan Penanggulangan Kejadian Ikutan Pasca
Imunisasi (KIPI)
4. Himbauan UNICEF, WHO, dan UNFPA tahun 1999 untuk mencapai
target Eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal ( MNTE) pada tahun
2005 di negara berkembang
5. Himbauan dari WHO bahwa negara dengan tingkat endemisitas tinggi >
8 % pada tahun 1997 diharapkan telah melaksanakan program
imunisasi hepatitis B dalam program imunisasi rutin
6. The Millenium Development Goals (MDGs) pada tahun 2003 yang
meliputi goal 4 tentang reduce child mortality, goal 5 tentang improve
maternal health, goal 6 tentang comat HIV/AIDS, malaria and other
disease ( yang disertai dukungan teknis dari UNICEF

II. Latar Belakang


Imunisasi telah diakui sebagai upaya pencegahan penyakit yang paling
mendekati kesempurnaan dan sangat berdampak terhadap peningkatan
kesehatan masyarakat. Salah satu upaya peningkatan kualitas sumber
daya manusia dalam bidang kesehatan adalah upaya kesehatan untuk bayi
yaitu imunisasi.
Program imunisasi di Indonesia kemudian diperbaharui dan
dikembangkan semenjak tahun 1997 dengan tujuan memberikan
perlindungan terhadap 7 macam penyakit : TBC, Difteri, Pertusis,
Tetanus,Campak, Polio dan Hepatitis B melaui antigen BCG, DPT, Polio,
Campak dan Hepatitis B dan TT.
Di Indonesia program imunisasi diatur oleh Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia. Pemerintah bertanggung jawab menetapkan sasaran
jumlah penerima imunisasi, kelompok umur serta tata cara memberikan
vaksin pada sasaran. Pelaksanaan program imunisasi dilakukan oleh unit
pelayana kesehatan pemerintah dan swasta. Institusi swasta dapat
memberikan pelayanan imunisasi sepanjang memenuhi persyaratan
perijinan yang telah ditetapkan oleh Kementrian Kesehatan.

III. TUJUAN UMUM DAN TUJUAN KHUSUS


1. Tujuan Umum
Turunnya angka kesakitan, kecacatan dan kematian bayi akibat
penyakit yang dapat dicegah dengam imunisasi (PD3I)
2. Tujuan Khusus
1. Tercapainya target Universal Child Immunization (UCI) yaitu cakuoan
imunisasi lengkap minimal 80 % secara merata pada bayi di 100 %
desa/kelurahan pada tahun 2010
2. Tercapainya Eliminasi Tetanus Maternal Neonatal ( insiden dibawah
1/1000 kelahiran hidup dalam satu tahun) pada tahun 2005
3. ERAPO ( Eradikasi Polio) diharapkan untuk tidak ada lagi virus polio
di Indonesia pada tahun 2014
4. Tercapainya reduksi campak (RECAM) dimana angka kesakitan
campak turun sampai 95 % dibandingkan sebelum ada program
imunisasi
5. Mutu pelayanan sesuai standar WHO
6. Pemerataan sampai ke desa-desa
7. Tercapainya komitmen global

IV. SASARAN KERANGKA ACUAN


1. Tenaga Perawat, Bidan Puskesmas dan Tenaga Kesehatan lainnya
diPuskesmas
2. Pengelola Program Kesehatan dan Lintas Sektor terkait

V. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN


Penyelenggaran Imunisasi dilaksanakan oleh Puskesmas Banja Loweh
1. Fungsi dan Peran Puskesmas
Kepala Puskesmas sebagai penanggung jawab dan mengkoordinir
pelaksanaan imunisasi di wilayah kerjanya. Bidan/tenaga kesehatan
bertanggung jawab dalam pelaksanaan imunisasi ( identifikasi balita
yang akan di imunisasi, mengkoordinasi dengan stakeholder, fasilitasi
pertemuan )
2. Fasilitator dan pelaksana
Fasilitator imunisasi adalah bidan atau petugas kesehatan yang telah
mendapat pelatihan imunisasi
3. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang diperlukan untuk melaksnakan imunisasi
adalah
- Ruang imunisasi
- Alat tulis
- Buku KIA
- Buku pegangan fasilitator
- Vaksin, spuit, kapas alkohol, tempat sampah
Idealnya kelengkapan sarana dan prasarana seperti tersebut diatas,
namun apabila tidak ada ruangan khusus, dimanapun tempatnya bisa
dilaksanakan sesuai kesepakatan.
4. Tahapan Pelaksanaan Imunisasi
a. Fasilitator atau pelaksana dipersiapkan umtuk melaksanakan kelas
ibu balita, fasilitator imunisasi adalah bidan atau petugas kesehatan
yang telah mendapatkan pelatihan imunisasi
b. Sosialisasi imunisasi pada tokoh agama, tokoh masyarakat
stakeholder sebelum imunisasi dilaksanakan
5. Persiapan Pelaksanaan Imunisasi
Hal – hal yang perlu dipersiapkan sebelum pelaksanaan imunisasi
a. Melakukan identifikasi / mendaftar semua balita yang akan
dilakukan imuisasi di wilayah kerja
b. Mempersiapkan tempat dan sarana pelaksanaan imunisasi, misalnya
tempat di Puskesmas, Poskesri, Posyandu atau di rumah salah satu
warga masyarakat
c. Mempersiapkan materi, alat bantu dan jadwal pelaksanaan imunisasi
d. Persiapan peserta balita yang akan di imunisasi dengan mengundang
ibu balita
6. Pelaksanaan Imunisasi
Pelaksanaan imunisasi dilakukan sesuai dengan kesepakatan antara
bidan/petugas kesehatan dengan peserta/ibu balita dengan tahapan
pelaksanaan

VI. CARA PELAKSANAAN KEGIATAN

Kebutuhan dalam masyarakat di tempat


Memilih materi yang dibutuhkan

Pertemuan Persiapan

Bentuk Tim
Sosialisasi Imunisasi

Persiapan

Pelaksanaan Imunisasi dan Pelaporan

Monitoring

Evaluasi

VII. SASARAN
a. Bayi dibawah umur satu tahun (0-11 bulan )
b. Ibu hamil ( awal kehamilan – 8 bulan)
c. Wanita usia subur ( calon mempelai wanita)

VIII. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN


a. Imunisasi dilaksanakan setiap bulan di Posyandu
b. Sweeping

IX. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN


Evaluasi dilakukan untuk melihat keluaran dan dampak baik positif
maupun negarif pelaksnaan imunisasi berdasarkan indikator. Dari hasil
evaluasi tersebut bisa dijadikan sebagai bahan pembelajaran guna
melakukan perbaikan dan pengembangan imunisasi berikutnya
Evaluasi oleh pelaksana (Koordinator Imunisasi ) dilakukan setiap selesai
pertemuan. Dinas Kesehatan Kabupten/Kota serta Dinas Kesehatan
Provinsi dapat melakukan evaluasi bersama-sama misalnya 1 kali setahun

X. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN


1. Monitoring
Monitoring dilakukan dalam rangka melihat perkembangan dan
pencapaian serta masalah dalam pelaksanaan imunisasi, hasil
monitoring dapat dijadikan bahan acuan untuk perbaikan dan
penngembangan imunisasi selanjutnya. Kegiatan monitoring dilakukan
secara berkala dan berjenjang mulai dari tingkat Desa, Kecamatan,
Kabupaten/Kota dan Provinsi. Monitoring di tingkat Provinsi dan
Kabupaten/Kota dilakukan minimal setiap 3 (tiga) bulan sekali.
Hal- hal yang perlu di monitor :
a) Peserta ( keadaan dan minat peserta, kehadiran peserta, keaktifan
bertanya
b) Saran dan prasarana ( tempat, fasilitas belajar)
c) Fasilitator
d) Waktu (mulai tepat waktu, efektif )

2. Evaluasi
Cara melakukan evaluasi pelaksanaan imunisasi
a. Evaluasi kemampuan fasilitator pelaksanaan imunisasi
1) Untuk mengetahui kemampuan fasilitator dalam memfasilitasi
pelaksanaan imunisasi dilakukan evaluasi harian / setiap kali
pertemuan
2) Evaluasi dilakukan setiap akhir pertemuan
3) Evaluasi dilakukan oleh bidan koordinator atau koordinator
imunisasi
4) Dinas kesehatan Kabupaten/Kota atau Dinas Kesehatan Provinsi
b. Pelaporan
Seluruh rangkaian proses pelaksanaan imunisasi sebaiknya
dibuatkan laporan. Pelaporan pelaksanaan imunisasi dijadikan
sebagai dokumen sehingga dapt dijadikan sebagai bahan informasi
dan pembelajaran bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Pelaporan
disusun pada setiap selesai melaksanakan imunisasi
Isi laporan minimal memuat tentang :
1) Waktu pelaksanaan
2) Jumlah peserta
3) Proses pertemuan
4) Masalah dan hasil capaian pelaksanaan
5) Hasil evaluasi
Pelaporan dilakukan secara berkala dan berjenjang dari
bidan/tenaga kesehatan pelaksana imunisasi ke Puskesmas-Dinas
kesehatan Kabupaten/Kota- Dinas kesehatan Provinsi- Kementrian
Kesehatan. Pelaporan oleh bidan/pelaksana imunisasi dilakukan
setiap selesai pelaksanaan Imunisasi.

Anda mungkin juga menyukai