Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
bimbinganNya, Panduan ICRA Bangunan di RSUD Kabupaten Badung dapat diselesaikan
tepat pada waktunya.
Penyusunan buku panduan ini bertujuan sebagai bahan acuan dan standar dalam
melaksanakan ICRA Bangunan di RSUD Kabupaten Badung. Dalam penyusunan buku
panduan ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak untuk
itu penulis mengucapkan banyak terima kasih.
Dalam penyusunan buku panduan ini, penulis menyadari masih jauh dari
kesmpurnaan, untuk itu penulis membuka diri untuk segala kritik dan saran yang
membangun. Akhir kata, semoga buku panduan ini dapat bermanfaat bagi kita semua di
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Badung Mangusada.
1
DAFTAR ISI
Halaman Judul..........................................................................................................1
SK Direktur Tentang Pemberlakuan Buku Panduan ICRA Akibat Dampak
dari Renovasi dan Konstruksi Gedung Rumah Sakit...............................................2
Kata Pengantar.........................................................................................................4
Daftar Isi...................................................................................................................6
BAB I. DEFINISI.................................................................................................8
A. PENGERTIAN.................................................................................8
B. TUJUAN...........................................................................................8
BAB II. RUANG LINGKUP................................................................................9
BAB III. TATA LAKSANA................................................................................10
A. PERAN KOMITE PPI....................................................................10
B. KEGIATAN PEMBANGUNAN...................................................10
C. PERSYARATAN KINERJA.........................................................16
D. PRODUK DAN BAHAN...............................................................17
E. BARRIER/PENGHALANG..........................................................18
F. PROSEDUR PENGENDALIAN INFEKSI SECARA UMUM....18
G. IZIN KERJA ICRA........................................................................21
H. IMPLEMENTASI PROSEDUR PENGENDALIAN INFEKSI....21
I. PENYELESAIAN PROSEDUR PENGENDALIAN INFEKSI....22
J. INTERVENSI BERDASARKAN KLASIFIKASI TINGKAT.....23
K. PEMANTAUAN LINGKUNGAN................................................24
L. PENDIDIKAN FASILITAS DAN KONTRAKTOR ICRA..........24
M. PENGAWASAN............................................................................25
N. YANG BERTANGGUNG JAWAB DALAM PROSEDUR.........25
O. KETERLIBATAN KOMITE PPI DALAM ASPEK
PENGENDALIANINFEKSI SAAT RENOVASI/
PEMBANGUNAN DAN DESAIN RUMAHSAKIT....................26
P. KESIMPULAN..............................................................................33
2
BAB IV. DOKUMENTASI..................................................................................35
Standar Prosedur Operasional (SPO) ICRA Akibat Dampak dari
Renovasi dan Konstruksi Gedung Rumah Sakit di RSU Kartini
Mojosari Mojokerto...............................................................................35
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
DEFINISI
A. PENGERTIAN
ICRA (Infection Control Risk Assessment) adalah proses menetapkan
risiko potensial dari transmisi udara yang bervariasi dan kontaminasi melalui
air kotor dalam fasilitas pelayanan kesehatan selama konstruksi, renovasi dan
kegiatan maintenance.
Kegiatan ICRA merupakan multidisiplin, proses kolaborasi yang
mengevaluasi jenis/macam kegiatan konstruksi dan kelompok risiko untuk
klasifikasi penetapan tingkat.
4
BAB II
RUANG LINGKUP
1. Komite PPI yang bertugas untuk membuat ICRA dan memberikan pendidikan
dan pelatihan;
2. Bagian Tehnik untuk memfasilitasi dengan memberikan peraturan
perundangan dan perijinan;
3. Sanitasi Lingkungan, terkait dengan pembuangan limbah (baku mutulimbah);
4. Tim K-3 RS untuk melakukan edukasi dan supervisi tentang keamanan dan
keselamatan;
5. Pimpinan Proyek sebagai pelaksana konstruksi dan renovasi bangunan.
5
BAB III
TATA LAKSANA
B. KEGIATAN PEMBANGUNAN
Dalam melakukan kegiatan pembangunan, ditentukan terlebih dahulu
tipe/jenis aktifitas debu yang dihasilkan, potensi terbentuknya aerosol udara,
durasi dari aktifitas, dan jumlah sistem HVAC.
Pedoman Petunjuk Tipe Aktifitas Konstruksi :
1. Langkah Pertama
Menggunakan tabel berikut untuk melakukan identifikasi type/jenis
konstruksi kegiatan proyek (Type A-D).
TYPE KRITERIA
Inspeksi dan kegiatan non-invasif
Termasuk, tetapi tidak terbatas pada :
Mengganti ubin langit-langit (plafon) untuk inspeksi visual saja.
Misalnya terbatas pada 1 genting/plafon per 50 meter persegi.
TIPE
Pengecatan (tetapi tidak dengan pengamplasan)
A
Dinding meliputi pekerjaan listrik, pipa kecil, dan kegiatan yang
tidak menghasilkan debu atau memerlukan pembongkaran
dinding atau akses ke langit-langit selain untuk pemeriksaan
yang kelihatan.
TIPE Skala kecil, kegiatan durasi pendek yang menghasilkan debu
B minimal
Termasuk, tetapi tidak terbatas pada :
Pembukaan tidak lebih dari satu ceiling ubin per 10 ubin
Pemasangan kabel telepon dan komputer
Pembongkaran dinding atau atap dimana penyebaran debu dapat
dikontrol
6
TYPE KRITERIA
Renovasi kecil dari suatu ruangan
Pengamplasan dinding basah
Akses ke ruang terbuka
Pekerjaan yang menghasilkan debu yang banyak
Termasuk, tapi tidak terbatas pada :
Pengamplasan dinding kering, untuk pengecatan atau penutup
dinding
Pembongkaran dinding, merobohkan dinding kering atau
menyelesaikan bangunan, dimana pekerjaan terbatas satu kamar
Pembongkaran dinding atau pembangunan tembok baru
TIPE Pekerjaan kecil saluran, pipa, listrik di langit-langit (tidak
C termasuk pembongkaran atau instalasi);
Renovasi ruangan yang ada
Menarik kabel utama dari beberapa kamar ke jalur akses yang
dibutuhkan
Kegiatan apapun yang tidak dapat diselesaikan dalam shift kerja
tunggal.
Setiap aktifitas yang tidak memerlukan penutup/barrier yang
tidak memenuhi syarat sebagai tipe D
Pembongkaran besar dan proyek–proyek konstruksi utama namun
tidak terbatas pada :
Kegiatan yang memerlukan penutupan unit/relokasi pasien
Pembongkaran instalasi kabel lengkap, HVAC, pipa,
perlengkapan gas, atau sistem listrik
Pembongkaran komponen gedung utama
TIPE
Konstruksi baru yang terletak di dekat gedung Rumah Sakit
D
(sebagaimana ditentukan oleh TIM ICRA primer)
Konstruksi baru yang terletak di dekat jalur keluar pasien dari
area perawatan (yang telah ditetapkan oleh TIM ICRA primer )
Kegiatan penggalian yang jaraknya dekat dengan bangunan
Rumah Sakit (sebagaimana telah ditetapkan oleh Tim ICRA
Primer)
2. Langkah Kedua
Identifikasi group pasien yang berisiko.
Risiko
Risiko Menengah Risiko Tinggi Risiko Highest
Rendah
Area Cardiology HCU Tempat
perkantora Echocardigraphy IGD Perawatan
n Endoscopy Laboratorium Pasien
Koridor Nuclear Klinik, Imunosupresan
Umum Medicine Spesimen Bank Darah
Ruang Tekanan
3. Langkah Ketiga
IC MATRIX – CLASS OF PRECAUTION : CONTRUCTION
PROJECT BY PATIENS RISK
Contruction Project type
Patiens Risk Group Type
Type B Type C Type D
A
Low Risk Group I II II III/IV
Medium Risk Group I II III IV
High Risk Group I II III/IV IV
Highest Risk Group II III/IV III/IV IV
4. Langkah Ke Empat
Diperlukan deskripsi tindakan pengendalian infeksi berdasarkan kelas.
Kela Selama Pembangunan
Setelah Penyelesaian Proyek
s Proyek
I. 1. Laksanakan pekerjaan 1. Bersihkan area kerja setelah
Kela Selama Pembangunan
Setelah Penyelesaian Proyek
s Proyek
dengan metode menyelesaikan tugas.
meminimalisasi timbulnya
debu dari pelaksanaan
kegiatan konstruksi
2. Segera meletakkan kembali
ke tempat semula plafon
atap yang diganti untuk
pemeriksaan yang kelihatan
II. 1. Menyediakan sarana aktif 1. Lap permukaan kerja dengan
untuk mencegah debu udara pembersihan/desinfektan;
dari penyebaran ke 2. Wadah yang berisi limbah
atmosfer; konstruksi sebelum di
2. Air kabut permukaan kerja transportasi harus tertutup
untuk mengendalikan debu rapat
pada waktu pemotongan; 3. Pel basah dan/atau vakum
3. Seal pintu yang tidak dengan HEPA filter, vakum
terpakai dengan lakban; sebelum meninggalkan area
4. Blokir dan tutup ventilasi kerja;
udara; 4. Setelah selesai,
5. Tempatkan tirai debu di mengembalikan sistem
pintu masuk dan keluar area HVACdimana pekerjaan
kerja; dilakukan.
6. Hilangkan atau isolasi
sistem HVAC (Heating,
Ventilation, dan Air
Conditioning) yang sedang
dilaksanakan;
III 1. Untuk mencegah 1. Jangan menghilangkan barrier
kontaminasi dari sistem dari area kerja sampai proyek
saluran maka selesai diperiksa oleh Komite
hilangkan/lepaskan atau PPIRS, dibersihkan oleh
isolasi sistem HVAC di bagian kebersihan RS.
area, dimana pekerjaan 2. Hilangkanbarrier material
sedang dilakukan; dengan hati-hati untuk
2. Lengkapi semua barrier meminimalisasi penyebaran
penting yaitu sheetrock, dari kotoran dan puing-puing
playwood, palstik untuk
Kela Selama Pembangunan
Setelah Penyelesaian Proyek
s Proyek
menutup area dari area yang terkait dengan konstruksi;
yang tidak untuk kerja atau 3. Vakum area kerja dengan
menerapkan metode HEPA filtered vacuums
pengendalian kubus 4. Area untuk lap basah dengan
(gerobak dengan penutup pembersih/disinfektan/cleaner
plastik dan koneksi disegel 5. Setelah selesai, kembalikan
ke tempat bekerja dengan sistem HVAC
HEPA vakum untuk
menyedot debu sebelum
keluar) sebelum konstruksi
dimulai;
3. Menjaga tekanan udara
negatif di dalam tempat
kerja dengan menggunakan
HEPA unit yang dilengkapi
dengan penyaringan udara;
4. Wadah tempat limbah
konstruksi sebelum di
transportasi harus tertutup
rapat
5. Tutup wadah transportasi
atau gerobak. Pita penutup,
jika tidak tutup yang kuat;
C. PERSYARATAN KINERJA
1. Pengendalian Infeksi sangat penting dalam semua bidang fasilitas konstruksi,
renovasi, dan pemeliharaan karena menyebabkan gangguan debu yang ada,
atau menciptakan debu baru, sehingga harus ditutup dengan ketat untuk
mencegah setiap aliran partikel ke daerah pasien.
2. Pemilik membutuhkan kontraktor yang terikat dengan kebijakan ini, sehingga
sebelum kegiatan dimulai pemilik dan kontraktor harus mengadakan
pertemuan terlebih dahulu sehingga kontraktor dapat menjalankan renovasi
atau konstruksi sesuai dengan prosedur yang berlaku.
3. Infection Control (IC) dapat mengubah persyaratan kinerja dari ICRA sesuai
yang diperlukan dengan kondisi lapangan. Modifikasi ini tidak mengubah
maksud dan kebijakan yang ada.
E. BARRIER/PENGHALANG
1. Ada pintu yang dapat menjadi penghalang ICRA bagi pekerja proyek dengan
paparan ruangan. Ini akan dapat dilaksanakan dengan memperhatikan
kontruksi ruang, jenis kegiatan, dan kelompok risiko.
2. Penghalang yang mengkin ditentukan :
a. A. Polyethylene;
b. Halaman, disamping pintu masuk zona kerja;
c. Menutup langit-langit, ruangan, tempat-tempat interstitial,dan lain-lain;
d. Metode penutupan lain yang sesuai dengan ketentuan ICRA.
3. Penghalang plastik dapat dipakai dengan bingkai logam menggunakan
semprot perekat, sekrup,dan lain-lain;
4. Hambatan dinding kering bisa dengan memiliki sendi dan sekrup ditutupi
atau disegel;
5. Flaps Polyethylene ganda yang digunakan sebagai pintu masuk ke tempat
kerja harus tumpang tindih maksimal 2 meter;
6. Jika pintu masuk berengsel digunakan untuk pintu penghalang, sebuah mesin
udara 2000 CFM negatif yang besar harus digunakan untuk memastikan 100
kaki permenit udara keluar dari ruang kerja, ini dapat dimodifikasi dengan
ruangan yang kecil;
7. Bukaan pintu ganda mungkin diperlukan sebagai airlock dan PPE area.
Hanya satu pintu yang boleh dibuka pada suatu waktu, pengecualian dibuat
untuk pengiriman barang besar. Dua pintu dibuka secara bersamaan harus
diminimalkan.
K. PEMANTAUAN LINGKUNGAN
1. PM, Keselamatan Departemen, IC akan menentukan kapan sampling udara
diperlukan;
2. Kontraktor mendokumentasikan visual konfirmasi tekanan negatif pada
Negatif Air Presure Log Verifikasi;
3. Pemilik boleh memilih untuk memonitor kualitas udara seluruh proyek;
4. PM dan kontraktor mungkin diperlukan untuk menyelesaikan setiap hari
Check List monitor kepatuhan konstruksi pengendalian infeksi sehari-hari.
M. PENGAWASAN
1. PM, IC dan fasilitas kesehatan akan memastikan kepatuhan dalam
menjalankan kebijakan ini, dan mereka mempunyai wewenang untuk
menghentikan semua pekerjaan jika kegiatan berisiko terhadap pasien, staf,
dan publik;
2. Individu yang tidak bersertifikat tidak mempunyai pelatihan valid diminta
untuk meninggalkan fasilitas;
3. ICRA memantau kepatuhan konstruksi dengan melihat inspeksi dari ICRA
dan zona kerja;
4. Ketidakpatuhan akan segera ditindaklanjuti melalui komunikasi verbal dan
kemudian melalui dokumen tertulis. Rincian pelanggaran akan dikirim ke
PM, IC, dan Fasilitas Departemen dan akan ditempatkan di file proyek.
Selanjutnya ulasan akan dibahas dalam proyek dan pertemuan konstruksi;
5. Pelanggaran kebijakan ini dapat mempengaruhi status sebagai kontraktor
yang berkualitas untuk panawaran selanjutnya;
6. PM akan memberitahukan Assosiated Director sesuai facilities jika
kontraktor melakukan pelanggaran ulang;
ASPERGILLUS FUMIGATUS
ASPERGILLUS FUMIGATUS
• Penyebab tersering Aspergillosis :
- Invasive;
- Non Invasive.
• > 50% Invasive Aspergillosis;
• Mampu berkembang sampai suhu 55⁰ C;
• Terdapat dimana mana (lembab);
• Invasive Aspergillosis;
- Diagnosis Sulit;
- Mortalitas > 50 %.
PALING PENTING : CEGAH TERPAPAR
RISIKO “OUTBREAKS” ASPERGILLOSIS
• Semua aktifitas yang mengakibatkan peningkatan spora di udara :
Pembangunan Gedung, Konstruksi, Renovasi, Perbaikan;
• Permukaan Lembab.
LEGIONELLA Sp.
• Airborne & Waterborne Transmission;
• Umum Terdapat dalam Sumber Air Natural;
• Berakumulasi dalam “BIOFILM” Pipa Air, Bak Penampungan;
• Berkembang Biak pada Suhu 20° - 45° C.
Gambar III – 4 : Kuman Legionella Sp.
Q. KESIMPULAN
1. IPCO Harus Dilibatkan dalam Perencanaan, Pelaksanaan dan Pengawasan;
2. Pelatihan terhadap Pekerja Bangunan;
3. Tentukan Alur Pekerja, Bahan Material dan Sampah Bangunan;
4. Pekerjaan Tidak Boleh Dimulai Sebelum “Penilaian Risiko” Lengkap
Dilakukan;
5. Waspada Terhadap “CONSTRUCTION RELATED NOSOCOMIAL
INFECTIONS”
Aspergillosis;
Legionellosis.
6. Fokus Perhatian
Lingkungan Sekitar Area;
Sistem Pipa Air;
Sistem Ventilasi.
7. Renovasi di Rumah Sakit berbeda karena Pasien lebih Memerlukan Kualitas
Udara yang Baik;
8. Syarat Penting dalam Desain
Suplai Air Bersih dan Listrik Konstan 24 Jam / Hari;
Jumlah dan Jarak Tempat Tidur Adekuat;
Ventilasi sesuai Prinsip PPI;
Sanitasi Untuk :
- Pasien;
- Pengunjung;
- Staf Rumah Sakit;
- Lantai dan Permukaan;
- Bahan yang Mudah Dibersihkan.
BAB IV
DOKUMENTASI
Standar Prosedur Operasional (SPO) ICRA Akibat Dampak dari Renovasi dan
Konstruksi Gedung Rumah Sakit, terlampir
26
DAFTAR PUSTAKA