Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Demolisi/ renovasi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memperbarui,
memperbaiki atau mengganti sebagian bangunan rumah sakit untuk mencapai kondisi
yang lebih baik. Sebenarnya, ada kegiatan lain yang juga sering dimasukkan ke dalam
definisi renovasi, yaitu pengembangan. Jika masing-masing istilah ini dipisahkan,
perbedaannya adalah dalam luasan bangunan fisik rumah sakit. Renovasi tidak
mengubah luasan bangunan rumah sakit, sementara pengembangan menambah luasan
bangunan/ fasilitas rumah sakit. Dalam renovasi, bangunan hanya diperbaiki dan
diperbarui dengan material yang baru.

B. Tujuan
Tujuan dari pedoman ini adalah agar dalam pelaksanaan kegiatan demolisi/
renovasi, dapat mengurangi atau bahkan meniadakan resiko infeksi akibat dari kegiatan
demolisi/ renovasi fasilitas pelayanan rumah sakit.

C. Lingkup Area
1. Seluruh bangunan dan fasilitas yang digunakan untuk pelayanan kesehatan, ruangan-
ruangan perawatan, poliklinik, dan semua yang berhubungan dengan pelayanan
terhadap pasien.
2. Setiap pelaksanaan renovasi ruangan/ bangunan akan direncanakan dan dilaksanakan
oleh bagian pemeliharaan material ( harsmat ).
3. Pada pelaksanaan renovasi harus diperhatikan dampak dari pekerjaan renovasi
bangunan tersebut yang mungkin terjadi meliputi polusi udara, infeksi, kebisingan,
getaran dan jika terjadi kejadian yang bersifat emergency.

D. Landasan Hukum
1. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor : 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor : 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1961 / MENKES/VIII/2011
tentang Keselamatan Pasien rumah Sakit
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
1438/MENKES/PER/IX/2010 tentang Standar Pelayanan Kedokteran
5. Pedoman Upaya Peningkatan Mutu Rumah Sakit : Depkes 1994
6. Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Pasien Safety) Depkes 2008
BAB II
PENILAIAN INFEKSI PENGENDALIAN RISIKO (ICRA)
RENOVASI, KONSTRUKSI DAN PEMELIHARAAN BANGUNAN
 
A. Tujuan.
Untuk mengontrol terjadinya penyebaran infeksi yang ditularkan melalui udara dan
air di daerah lingkungan Rumah Sakit selama waktu renovasi, konstruksi dan
pemeliharaan bangunan.
B. Peraturan.
a. Komisi Bersama HAS / SAC, edisi terbaru.
b. Asosiasi Profesional di Pengendalian Infeksi dan Epidemiologi, Inc (APIC).
c. American Institute of Architects (AIA), Pedoman Desain dan Konstruksi Rumah
Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan, AIA, Washington, DC 2001.
C. Kebijakan.
a. ICRA merupakan bagian yang penting pada perencanaan renovasi, konstruksi dan
pemeliharaan bangunan di Rumah Sakit. Assesment ICRA mulai dilakukan sejak
masa perencanaan awal proyek, sebelum konstruksi dimulai, dan pemantauan saat
proyek konstruksi berlangsung sampai dengan akhir dari proyek yang dikerjakan.
b. Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi akan melakukan assessment ICRA secara
proaktif sejak fase awal desain perencanaan sampai fase akhir proyek untuk semua
renovasi, konstruksi dan proyek-proyek pemeliharaan bangunan. Dalam
pelaksanaannya Tim PPI dibantu oleh Bagian Kerumah Tanggan, Penanggung jawab
proyek dan Pengawas proyek yang akan bersama-sama mengawasi jalannya
konstruksi berlangsung serta memantau berjalannya sistem pencegahan dan
pencegahan infeksi.
c. Assesment ICRA difokuskan terutama pada pencegahan, selain itu pemantauan,
pengujian, dan intervensi ketika teridentifikasi terjadinya suatu masalah.
D. Tanggung Jawab.
a. Direktur Rumah Sakit:
1) Menunjuk Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi untuk memastikan secara
ketat tindakan pencegahan di tempat proyek dan setiap kali renovasi, konstruksi
dan pemeliharaan bangunan yang dilakukan di daerah-daerah yang diduduki
dalam Fasilitas Perawatan Pasien.
2) Menyetujui atau menolak hasil rekomendasi mengontrolan infeksi ditempat
proyek untuk memindahkan pasien ke daerah lain dari fasilitas yang tidak
terpengaruh oleh konstruksi.
b. Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi:
1) Mengidentifikasi faktor faktor resiko tinggi yang dapat menyebabkan terjadinya
penyebaran infeksi akibat renovasi, konstruksi dan kegiatan pemeliharaan
bangunan.
2) Menentukan apakah konstruksi menimbulkan peningkatan risiko yang cukup
untuk meminta / menyarankan pasien dipindahkan ke area fasilitas yang tidak
terpengaruh oleh konstruksi.
3) Mengkoordinasikan system pencegahan infeksi pada pembangunan renovasi,
konstruksi dan pemeliharaan bangunan bersama sama dengan penanggung jawab
dan pengawas proyek.
4) Memastikan dokumen kontrak yang ditanda tangani penanggung jawab dan
pengawas proyek untuk melaksanakan semua persyaratan ICRA selama
konstruksi.
5) Setiap desain dan perencanaan untuk setiap proyek konstruksi harus diawali
dengan membuat ICRA.
6) Secara rutin memantau konstruksi dan system pencegahan infeksi dengan ICRA.
7) Memeriksa kembali daerah konstruksi setelah pembersihan akhir dan menyetujui
pembukaan / pembukaan kembali daerah tersebut.
8) Memastikan setiap personil konstruksi menerima orientasi dan pelatihan dalam
langkah-langkah pencegahan dan pengendalian infeksi tentang risiko yang terkait
dengan paparan potensi kontaminasi mikroba, partikulat anorganik, dan bahan
kimia organik yang mudah menguap yang dihasilkan dari kegiatan konstruksi
yang dapat diidentifikasi pada ICRA sebelum memulai pekerjaan.
9) Melakukan pengawasan rutin untuk mengidentifikasi penyakit HAIs, memulai
penyelidikan lingkungan dan epidemiologi (termasuk ulasan retrospektif) untuk
mengidentifikasi dan menghilangkan sumber infeksi jika lebih dari satu kasus
yang ditemukan, menginformasikan kepada dokter yang merawat pasien berisiko
tinggi, dan membangun sistem untuk surveilans prospektif untuk kasus tambahan.
c. Penanggung Jawab dan pengawas proyek:
1) Memberi tahu Tim PPI pada setiap pekerjaan yang direncanakan dan memperoleh
persetujuan sebelum memulai pekerjaan proyek.
2) Mengikuti aturan ICRA yang disetujui untuk meminimalkan pembentukan debu.
3) Memastikan pekerjaan daerah proyek benar-benar dibersihkan setelah pekerjaan
selesai.
d. BPS (Bagian Pemeliharaan Sarana):
1) Bekerja dengan Pengendalian Infeksi untuk mengidentifikasi daerah-daerah yang
perlu dipel basah / dibersihkan dan membersihkan daerah-daerah seperti yang
dijadwalkan.
2) Daerah baru dan direnovasi benar-benar bersih sebelum menerima pelayanan
perawatan pasien.
3) Mengkoordinasikan inspeksi pembersihan akhir dengan Pengendalian Infeksi
sebelum pembukaan / membuka kembali daerah yang telah direnovasi atau
konstruksi..

Langkah 1. Gunakan tabel berikut untuk mengidentifikasi jenis konstruksi.


  Definisi Kegiatan Konstruksi
 
Jenis konstruksi Deskripsi
A Inspeksi dan kegiatan non-invasif. Termasuk, namun tidak terbatas
pada penghapusan ubin langit-langit untuk inspeksi visual, terbatas
1 genteng per 50 kaki persegi; melukis dengan produksi debu
minimal; menginstal dinding meliputi; langsing listrik dan
pekerjaan saluran air kecil; dan kegiatan yang tidak menghasilkan
debu atau memerlukan pemotongan dinding atau akses ke langit-
langit selain untuk inspeksi visual.
B Kegiatan skala kecil, durasi pendek yang menciptakan debu
minimal. Termasuk, namun tidak terbatas pada instalasi telepon dan
komputer kabel, akses untuk mengejar ruang, pemotongan dinding
atau langit-langit di mana migrasi debu dapat dikendalikan.
C Setiap pekerjaan yang menghasilkan moderat untuk jumlah tingkat
tinggi debu atau memerlukan pembongkaran atau penghapusan
komponen bangunan tetap atau rakitan. Termasuk, namun tidak
terbatas pada pengamplasan dinding untuk lukisan atau dinding
penutup, penghapusan penutup lantai, langit-langit ubin dan bekerja
kasus, konstruksi dinding baru, saluran kecil atau pekerjaan listrik
di atas langit-langit, kegiatan kabel utama, dan aktivitas apapun
yang tidak dapat diselesaikan dalam shift kerja tunggal.
D Pembongkaran dan pembangunan proyek-proyek besar. Termasuk
namun tidak terbatas pada kegiatan yang membutuhkan shift kerja
berturut-turut, memerlukan pembongkaran berat atau penghapusan
sistem langit-langit lengkap, dan konstruksi baru.

Langkah 2. Gunakan tabel berikut untuk mengidentifikasi kelompok berisiko tinggi.


 
Pengendalian Infeksi Penilaian Risiko (Lingkaran Satu)
Rendah Medium Menengah-tinggi Tinggi
 Daerah kantor  Semua daerah  Ruang Gawat  Pasien
 Lainnya: perawatan pasien Darurat Transplantasi
(kecuali  Radiologi / MRI  Kamar operasi
dinyatakan dalam  Buruh &  PACU
media ke daerah- Pengiriman  Area Pengolahan
daerah berisiko  Pembibitan Steril
tinggi atau tinggi)  Pediatri  Semua ICU
 Lainnya:  Kedokteran Nuklir  Katerisasi
 Penerimaan / Unit jantung /
Discharge Angiography di
 Fisioterapi (daerah Area
tangki)  Fungsi paru
 Makan Fasilitas  Unit dialisis
 Laboratorium  Area Endoskopi
(spesimen)  Area Farmasi
 Prosedur Khusus Campuran
 Lainnya:  Unit Onkologi
 Lainnya:

Langkah 3. Gunakan tabel berikut untuk menentukan risiko.


 
Matrix Penilaian Risiko
  Kegiatan konstruksi
Kelompok risiko A B C D
Rendah I II II III / IV
Medium I II III IV
Menengah-tinggi I II / IV III / IV IV
Tinggi II III / IV III / IV IV
 
Langkah 4. Lengkapi Pengendalian Infeksi Izin Konstruksi.
 
Pengendalian Infeksi Izin Konstruksi
Deskripsi Proyek / Nomor: Jenis proyek:
____Maintenance ____Renovation
____Demolition ____Construction
____Other:
 
Perkiraan Tanggal Mulai: Perkiraan Tanggal Penyelesaian:
 
Fasilitas Project Manger: Nomor Telepon:
 
Proyek Kontraktor: Nomor Telepon:
 
Pengendalian Infeksi Petugas:
 
Lokasi: Area Nomor Supe Supervisor / Telepon:
Konstruksi Jenis:               Risiko Kelompok: Penilaian Risiko:
(Lingkaran Satu) (Lingkaran Satu) (Lingkaran Satu)
     
ABCD Sedang Rendah I II III III / IV IV
Sedang-Tinggi Tinggi
 
 

Proyeksi Utilitas Pemadaman berdampak Pengendalian Infeksi (Mark semua yang


berlaku)
Elektris Air minum HVAC Vacuum medis Penjahit Lainnya:
 
 
 
 
 

Daftar Semua Peralatan Konstruksi yang mungkin Menghasilkan Kebisingan, Getaran,


dan / atau Interferensi dengan Peralatan Medis (Electro Magnetic Interference)
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Pencegahan dan Pengendalian Tindakan (Mark semua yang berlaku)
Penilaian Risiko  
I __ Praktek Gunakan pekerjaan yang akan meminimalkan generasi debu
dari operasi konstruksi.
__ Segera mengganti ubin langit-langit pengungsi untuk inspeksi visual.
 
II __ Menyediakan sarana (misalnya, api dinilai terpal plastik) untuk
mencegah debu udara dari menyebar ke atmosfer.
__ Permukaan kerja kabut Air untuk mengontrol debu saat memotong.
__ Kursi pintu yang tidak terpakai dengan taktik yang rendah.
__ Blok off dan menutup ventilasi udara.
__ Lap permukaan dengan desinfektan.
__ Mengandung limbah konstruksi sebelum transportasi dalam wadah
tertutup rapat.
__ Pel basah dan / atau vakum dengan vacuum HEPA disaring sebelum
meninggalkan area kerja.
__ Tempat tikar debu di pintu masuk area kerja dan keluar.
__ Sistem Isolat HVAC di area kerja.  
III __ Sistem Isolat HVAC di area kerja.
__ Instal hambatan-api dinilai atau menerapkan metode kontrol kubus
sebelum konstruksi dimulai.
__ Menjaga tekanan udara negatif dalam area kerja, memanfaatkan HEPA
dilengkapi filtrasi udara unit.
__ Perlu hambatan dalam bijaksana sampai proyek selesai dan daerah yang
dibersihkan oleh rumah tangga.
__ Area kerja Vacuum dengan Vacuums HEPA-disaring sering.
__ Lap permukaan dengan desinfektan.
__ Hapus hambatan hati-hati untuk meminimalkan penyebaran kotoran
dan puing-puing yang terkait dengan konstruksi.
__ Mengandung limbah konstruksi sebelum transportasi.
__ Kontainer transportasi limbah Penutup atau gerobak, tape penutup jika
tutup atau cover yang tidak ketat.
 
IV __ Sistem Isolat HVAC di area kerja.
__ Instal hambatan-api dinilai atau menerapkan metode kontrol kubus
sebelum konstruksi dimulai.
__ Menjaga tekanan udara negatif dalam area kerja, memanfaatkan HEPA
dilengkapi filtrasi udara unit.
__ Lubang Seal, pipa, saluran, dan tusukan tepat.
__ Membangun ruang tunggu dan membutuhkan semua personil untuk
melewati ruangan ini sehingga kemudian bisa disedot dengan HEPA
vacuum cleaner sebelum meninggalkan area kerja, atau memakai kain atau
baju kertas yang dikeluarkan setiap kali mereka meninggalkan area kerja.
__ Membutuhkan semua personil memasuki area kerja untuk memakai
sepatu mencakup.
__ Perlu hambatan dalam bijaksana sampai proyek selesai dan dibersihkan
oleh rumah tangga.
__ Vacuum bekerja dengan HEPA-disaring Vacuums harian atau lebih
sering sesuai kebutuhan.
__ Daerah sekitarnya pel basah dengan disinfektan setiap hari atau lebih
sering sesuai kebutuhan.
__ Hapus hambatan dengan cara untuk meminimalkan penyebaran kotoran
dan puing-puing yang terkait dengan konstruksi.
__ Mengandung limbah konstruksi sebelum transportasi.
__ Kontainer transportasi limbah Penutup atau gerobak, tape penutup jika
tutup atau cover yang tidak ketat.
 
 
Strategi Risiko-Pengurangan lainnya

__ Jauhkan pintu pasien berdekatan dengan daerah konstruksi ditutup.


__ Seal jendela eksterior untuk meminimalkan infiltrasi dari puing-puing penggalian.
__ Tentukan rute alternatif di fasilitas yang memutar staf, pasien, dan pengunjung di sekitar
lokasi pembangunan.
__ Jadwal proyek konstruksi besar selama musim dingin ketika risiko infeksi jamur adalah
terendah.
__ Tentukan konstruksi-satunya lift, pintu masuk, dan jalan untuk kru konstruksi.
__ Hapus puing-puing konstruksi melalui jendela di lantai atas permukaan tanah.
__ Relokasi pasien berisiko tinggi ke daerah dihapus dari situs konstruksi.
__ Posting signage terkait dengan non-resmi masuk ke area kerja.
__ Area penyimpanan Tentukan untuk bahan bangunan.
__ Melatih dan mendidik staf kesehatan, pekerja fasilitas, pekerja konstruksi (Mark semua yang
berlaku): Pengendalian Infeksi Pengendalian Paparan Rencana, Kimia Berbahaya, Hidup
Keselamatan, Pelaporan Kecelakaan, First Aid, Alat Pelindung Diri, Pelaporan darurat
lingkungan yang tak terduga (misalnya, memimpin cat, asbes, dll)
__ Lain:
Langkah 5. Pemantauan harian Lengkap untuk memastikan pekerja / kontraktor
mengikuti pedoman pengendalian infeksi dan kebijakan.
 
Checklist Pengendalian Infeksi
Selama Konstruksi / Renovasi
Inspektur: Lokasi: Tanggal: Waktu:
 
 
Hambatan Penanganan Air
  Tanda-tanda pembangunan diposting   Semua jendela belakang penghalang ditutup
  Pintu ditutup dan disegel dengan benar   Tekanan udara negatif di pintu masuk
penghalang
  Lubang, pipa, saluran, tusukan, dll disegel   Unit aliran udara portabel yang digunakan
  Hambatan debu utuh dan disegel untuk mempertahankan tekanan berjalan
negatif
  Lantai dan permukaan horisontal bebas Sampah dan Puing
dari debu
  Ubin langit-langit bebas dari kelembaban   Tidak ada bukti nyata dari serangga (lalat)
Traffic Control   Sampah ditempatkan dalam wadah yang tepat
  Semua pintu dan keluar bebas dari kotoran   Pembersihan rutin dilakukan di wilayah kerja
  Terbatas untuk pekerja konstruksi dan staf   "Sticky" tikar debu tepat ditempatkan / bersih
penting   Tidak ada bukti debu di luar area konstruksi
Alat Pelindung Diri (APD)   Puing dihapus dalam wadah tertutup harian
  Pekerja mengenakan APD yang sesuai   Diatur kontainer limbah medis dikeluarkan
dari area kerja sebelum pekerjaan dimulai
KOMENTAR / TINDAKAN:
Langkah 6. Lengkap pemeriksaan pengendalian infeksi akhir setelah selesai
konstruksi / renovasi.
 
Checklist Pengendalian Infeksi
Setelah akhir Penyelesaian Konstruksi / Renovasi
Inspektur: Lokasi: Tanggal: Waktu:
 
 
Peralatan
  Dispenser sabun terpasang dan diisi   Handuk dispenser terpasang dan diisi
  Tenggelam fungsional   Wadah benda tajam terpasang dengan baik
Rumah tangga
  Limbah dan kelebihan peralatan /   Permukaan dan lantai bebas debu
perlengkapan dihapus
Ventilasi
  Hubungan tekanan yang sesuai   Air intake / exhaust ventilasi bebas dari
diverifikasi penutup pelindung
 
 KOMENTAR / TINDAKAN:
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

BAB III
KESELAMATAN PASIEN

A. Pengertian.
Keselamatan pasien adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat
asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk asesmen resiko, identifikasi dan
pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis
insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi
solusi untuk meminilkan timbulnya resiko.
Sedangkan insiden keselamatan pasien adalah setiap kejadian atau situasi
yang dapat mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan harm (penyakit,
cidera, cacat, kematian dan lain-lain) yang tidak seharusnya terjadi.
B. Tujuan.
Tujuan sistem ini adalah mencegah terjadinya cidera yang disebabkan
oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan
yang seharusnya diambil. Selain itu sistem keselamatan pasien ii mempunyai
tujuan agar tercipta budaya keselamatan pasien dirumah sakit, meningkatkan
akuntanbilitas rumah skait terhadap pasien da masyarakat, menurunnya kejadian
tidak diharapakan dirumah sakit, dan terlaksananya program-program pencegahan
sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian tidak diharapakan.
C. Tata Laksana Keselamatan Pasien secara Umum.
Dalam melaksanakan keselamatan pasien terdapat tujuh langkah menuju
keselamatan pasien rumah sakit. Adapun tujuh langkah tersebut adalah :
1. Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien, Menciptakan
kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan adil.
2. Memimpin dan mendukung karyawan. Membangun komitmen dan focus
yang kuat dan jelas tentang keselamatan pasien.
3. Mengintregasikan aktivitas pengelolaa resiko. Mengembangkan sistem dan
proses pengelolaan resiko, serta melakukan identifikasi dan pengkajian hal
potensial bermasalah.
4. Mengembangkan sistem pelaporan. Memastikan karyawan agar dengan
mudah dapat melaporkan kejadian/insiden, serta rumah sakit mengatur
pelaporan kepada komite keselamatan pasien Rumah Sakit.
5. Melibatkan dan berkomunikasi dengtan pasien. Mengembangkan cara-cara
komunikasi yang terbuka dengan pasien.
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien menggunakan
informasi yang ada tentang kejadian atau masalah untuk melakukan
perubahan pada sistem pelayanan.
BAB IV
KESELAMATAN KERJA

Undang-undang nomor 36 tahun 2009 pasal 164 ayat (1) menyatakan bahwa upaya
kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari
gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan. Rumah sakit
adalah tempat kerja yang termasuk dalam kategori sepertyi tersebut diatas, berarti wajib
menerapkan upaya keselamatan dan kesehatan kerja. Program keselamatan dan kesehatan
kerja ini bertujuan melindungi karyawan dari kemungkinan terjadinya kecelakaan didalam
dan diluar rumah sakit.
Dalam undang-undang dasar 1945 pasal 27 ayat (2) disebutkan bahwa “Setiap wraga
Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Dalam hal ini
yang dimaksud pekerjaan adalah pekerjaan yang bersifat manusiawi, yang memugkinkan
pekerja berada dalam kondisi sehat dan selamat, bebas dari kecelakaan dan penyakit akibat
kerja, sehingga dapat hidup layak sesuai dengan martabat manusia.
Keselamatan dan kesehatan kerja atau K3 merupakan bagian integral dari
perlindungan terhadap pekerja, dalam hal ini tim pelayanan pasien dan pelindungan terhadap
rumah sakit. Pegawai adalah bagian integral dari rumah sakit. Jaminan keselamatan dan
kesehatan kerja akan meningkatkan produktivitas pegawai dan meningkatkan produktivitas
rumah sakit.
1. Undang-undang nomor 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja dimaksudkan untuk
menjamin :
a. Agar pegawai dan setiap orang yang berada ditempat kerjaselalu berada dalam
keadaan sehat dan selamat.
b. Agar faktor-faktor produksi dapat dipakai dan digunakan secara efisien.
c. Agar proses produksi dapat berjalan secara lancar tanpa hambatan.
2. Faktor-faktor yang menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat digolongkan
pada tiga kelompok, yaitu :
a. Kondisi dan lingkungan kerja.
b. Kesadaran dan kualitas pekerja
c. Peranan dan kualitas manajemen.
3. Dalam kaitannya dengan kondisi dan lingkungan kerja, kecelakaan dan penyakit akibat
kerja dapat terjadi bila :
a. Peralatan yang ada tidak memenuhi standar kualitas atau bila sudah aus.
b. Ruang kerja terlalu sempit, ventilasi udara kurang memadai, ruangan terlalu panas atau
terlalu dingin.
c. Tidak tersedia alat-alat pengadaan.
d. Kurang memperhatikan persyaratan penanggulangan bahaya kebakaran dan lain-lain.
4. Perlindunagan Keselamatan kerja dan kesehatan petugas kesehatan.
a. Petugas kesehatan yang merawat pasien menular harus mendapatkan pelatihan
mengenai cara penularan dan penyebaran penyakit, tindakan pencegahan dan
pengendalian infeksi yang sesuai dengan protocol jika terpajan.
b. Petugas yang tidak terlibat langsung dengan pasien harus diberikan penjelasan umum
mengenai penyakit tersebut.
c. Petugas kesehatan yang kontak dengan pasien penyakit menular melalui udara harus
menjaga fungsi saluran pernafasan (tidak merokok, tidak minum dingin) dengan baik
dan menjaga kebersihan tangan.
5. Petunjuk Pencegahan Infeksi untuk petugas kesehatan.
a. Untuk mencegah tranmisi penyakit menular dalam tatanan pelayanan kesehatan,
petugas harus menggunakan APD (Alat Pelindung diri) yang sesuai untuk
kewaspadaan standar dan kewaspadaan isolasi (berdasarkan penularan secara kontak,
droplet, atau udara) sesuai dengan penyebaran penyakit.
b. Semua petugas kesehatan harus mendapatkan pelatihan tentang gejala penyakit
menular yang sedang dihadapi.
c. Semua petugas kesehatan dengan penyakit seperti flu harus dievaluasi untuk
memastikan agen penyebab, Kemudian ditentukan apakah perlu dipindah tugaskan
dari kontak bangsal dengan pasien, terutama mereka yang bertugas di instalasi
pelayanan intensif (IPI), ruang rawat anak dan ruang bayi.
d. Semua petugas harus menggunakan apron, penutup kepala dan pelindung kaki (sandal
sepatu boot), sebelem masuk ruangan yang berpenyakit menular. Termasuk harus
mengenakan APD tersebut hal ini bertujuan untuk mengurangi kontaminasi atau
penularan.
6. Prinsip keselamatan kerja karyawan dalam proses penyelenggaraan pelayanan pasien.
a. Pengendalian teknis mencakup.
1) Letak, bentuk dan kontruksi alat sesuai dengan kegiatan dan memenuhi syarat yang
telah ditentukan.
2) Perlengkapan alat kesehatan yang cukup disertai tempat penyimpanan yang
praktis.
3) Penerapan dan ventilasi yang cukup memenuhi syarat.
4) Tersediaannya ruang istirahat untuk karyawan.
b. Adannya pengawasan kerja yang dilakukan oleh penanggung jawab dan terciptannya
kebiasaan kerja yang baik oleh karyawan.
c. Pekerjaan yang ditugaskan hendaknya sesuai dengan kemampuan kerja dari karyawan.
d. Volume kerja yang dibebankan disesuaikan dengan jam kerja yang telah ditetapkan.
e. Maintenance (perawatan) alat dilakukan secara rutin oleh petugas instalasi
pemeliharaan sarana sesuai jadwal.
f. Adanya pendidikan mengenai keselamatan kerja bagi karyawan.
g. Adanya fasilitas atau peralatan pelindung dan peralatan pertolongan pertama yang
cukup.
7. Prosedur keselamatan kerja.
a. Keamanan kerja diruang ini meliputi :
1) Menggunaka alat pembuka peti/bungkus menurut cara yang tepat.
2) Barang yang berat selalu ditempatkan dibagian bawah dan angkatlah dengan alat
penggangkut yang gtersedia untuk barang tersebut.
3) Tidak diperkenankan merokok diruang perawatan.
4) Lampu harus dimatikan bila tidak dipergunakan/ diperlukan.
5) Tidak mengangkat barang berat, bila tidak sesuai dengan kemampuan.
6) Tidak mengangkat barang dalam jumlahyang besar, yang dapat membahayakan
badan dan kualitas barang.
7) Membersihkan bahan yang tumpah atau keadaanklien diruang perawat.
8. Pencatatan dan Pelaporan.
Pencatatan dan pelaporan panitia PPI diperlukan dalam perencaan, pemantauan dan
evaluasi serta pengambilan keputusan untuk pencegahan resiko infeksi akibat atau dampak
dari renovasi atau pembangunan di lingkungan rumah sakit.
ICRA RENOVASI RS. WATES HUSADA
2022
LANGKAH 1

Tipe Kegiatan Renovasi

Tipe A PEMERIKSAAN DAN KEGIATAN PEMELIHARAAN UMUM


Termasuk namun tidak terbatas pada:
 Pengangkatan plafon untuk inspeksi visual ( terbatas untuk 1 ubin per 5m2);
 pengecatan (tetapi bukan pengamplasan);
 Instalansi penutup dinding
 Pekerjaan listrik; Pekerjaan pipa saluran air yang ringan;
 Kegiatan apa saja yang tidak menghasilkan debu atau perlu memotong dinding
atau akses ke langit-langit, selain untuk pemeriksaan visual.

Tipe B SKALA KECIL, KEGIATAN JANGKA PENDEK, YANG MENGHASILKAN


DEBU SEDIKIT Termasuk, tetapi tidak terbatas pada, instalasi pemasangan kabel
telepon dan komputer, akses ke ruang chase, memotong dinding atau langit-langit di
mana migrasi debu dapat dikendalikan.

Tipe C KERJA APAPUN YANG MENGHASILKAN DEBU SEDANG ATAU


TINGKAT TINGGI
Termasuk, tetapi tidak terbatas pada:

 Pembongkaran atau pengangkatan komponen bangunan built-inatau rakitan,


 Pengamplasan dinding untuk mengeca tatau memasang lapisan dinding,
 Pengangkatan lapisan lantai/wallpaper, plafon, dancasework
 Konstruksi dinding baru,
 Pekerjaan ringan saluran dan listrik di plafon
 Kegiatan perkabelan yang banyak.

Tipe PENGHANCURAN BESAR DAN PROYEK KONSTRUKSI


D Termasuk, tetapi tidak terbatas pada, penghancuran berat, penghapusan sistem plafon
yang lengkap, dan konstruksi baru. 

TIPE KEGIATAN RENOVASI: TIPE D


LANGKAH 2

IDENTIFIKASI PENGENDALIAN RISIKO INFEKSI BERDASARKAN LOKASI

KELOMPOK 1 KELOMPOK 2 KELOMPOK 3 KELOMPOK 4


RENDAH SEDANG SEDANG TINGGI
TINGGI
- Area kantor - Perawatan pasien - UGD - Unit Onkologi
- Tanpa pasien/ dan tidak tercakup - Radiology - Terapi Radiasi
area resiko dalam Grup 3 atau 4 - Recovery Rooms - Area klinis
rendah yang - Laundry - Ruang - Chemo Infusion
tidak terdaftar - Cafeteria Maternitas / VK - Transplant
dimanapun - Dietary - High Dependency - Pharmacy Admixture -
- Manajemen Material Unit Ruang bersih
- PT/OT/Speech - Kamar bayi - Kamar Operasi
- Penerimaan/ - Pediatrik - Departemen Proses
Pemulangan - Lab Microbiologi Sterilisasi
- MRI - Unit sub-akut - Kateterisasi Jantung
- Obat-obatan nuklir jangka panjang - Kamar prosedur invasif
- Echocardiography - Farmasi pasien rawat jalan
- Laboratorium tidak - Dialisis - Area Anastessi & pompa
spesifik seperti Grup 3 - Endoskopi jantung
- Koridor Umum - Area - Newborn Intensive Care
(yang dilewati pasien, Bronchoskopi Unit (NICU)
suplai, dan linen) - Semua Intensive Care
Unit

IDENTIFIKASI PENGENDALIAN RISIKO INFEKSI BERDASARKAN LOKASI:

KELOMPOK 3

LANGKAH 3

MATRIKS AKTIVITAS KONSTRUKSI


LEVEL
RESIKO TIPE A TIPE B TIPE C TIPE D
AKTIFITAS
KONSTRUKSI
GRUP 1 Kelas I Kelas II Kelas II Kelas III/IV
GRUP 2 Kelas I Kelas II Kelas II Kelas IV
GRUP 3 Kelas I Kelas II Kelas III/IV Kelas IV
GRUP 4 Kelas II Kelas III/IV Kelas III/IV Kelas IV

MATRIK AKTIVITAS KONTRUKSI : KELAS IV

LANGKAH 4

Pengendalian Infeksi Izin Konstruksi


Deskripsi Proyek / Nomor: Jenis proyek:
Pembangunan Gedung Baru RS Wates Husada 2 lantai Pembangunan Gedung Baru RS
No. Surat Ijin Mendirikan Bangunan : Wates Husada
503.5.1/ /437.74/2022  
Perkiraan Tanggal Mulai: 01/08/2022 Perkiraan Tanggal Penyelesaian:
  -+ tahun 2024
Fasilitas Project Manager: Nomor Telepon:
 
Proyek Kontraktor: Nomor Telepon:
 
Pengendalian Infeksi Petugas:
 
Lokasi: Jl. Raya Wates Utara-Kedungpring,
Area Nomor Supe Supervisor / Telepon:
Balongpanggang, Gresik (031) 7922351
Konstruksi Jenis:               Risiko Kelompok: Penilaian Risiko:
(Lingkaran Satu) (Lingkaran Satu) (Lingkaran Satu)
   Sedang Rendah  
ABC D   Sedang-Tinggi I II III III / IV IV
 

Proyeksi Utilitas Pemadaman berdampak Pengendalian Infeksi (Mark semua yang


berlaku)
Elektris Air minum HVAC Vacuum Penjahit Lainnya:
medis
 
 
 
 
 

Daftar Semua Peralatan Konstruksi yang mungkin Menghasilkan Kebisingan, Getaran,


dan / atau Interferensi dengan Peralatan Medis (Electro Magnetic Interference)

ESKAVATOR
ROTARY DRILLING
 
 
 
 
 
 
 
 
 
PEDOMAN PENCEGAHAN DARI INFEKSI KONTROL

KELA
SI  Melaksanakan pekerjaan dengan metode yang meminimalkan debu dari lokasi
konstruksi.
 Mengganti plafon yang dilepaskan untuk inspeksi visual sesegera mungkin.
KELA
S II  Menyediakan sarana aktif untuk mencegah debu terbang ke dalam atmosfer.
 Segel pintu yang tidak terpakai dengan lakban.
 Tempatkan sampah konstruksi dalam wadah yang tertutup rapat sebelum
dipindahkan.
 Pel basah dan/atau vakum dengan alat vacuum dengan filter HEPA.
 Tempatkan keset dipintu masuk dan keluar dari area kerja, dan diganti atau
dibersihkan ketika sudah tidak efektif.
 Isolasi sistem HVAC pada lokasi tempat berlangsungnya pekerjaan.
 Pembersihan area kerja dan permukaan horizontal pada penyelesaian proyek.
KELA
S III  Isolasi sistem HVAC pada lokasi tempat berlangsungnya pekerjaan untuk mencegah
kontaminasi sistem saluran.
 Lengkapi semua barier konstruksi sebelum konstruksi dimulai.
 Pertahankan tekanan udara negatif di lokasi kerja menggunakan unit ventilasi
dengan filter HEPA atau metode lain untuk mempertahankan tekanan negatif.
Keamanan publik akan memonitor tekanan udara.
 Jangan menghilangkan barier dari area kerja sampai proyek selesai dibersihkan
secara menyeluruh.
 Pelbasah atau vakum dua kaliper 8 jam pada kegiatan konstruksi, atau sebagaimana
diharuskan untuk meminimalkan pelacakan.
 Buang material barier dengan hati-hati untuk meminimalkan penyebaran kotoran dan
debris yang terkait dengan konstruksi. Material barier harus diseka basah, divacum
dengan HEPA atau disemprot air sebelum dibuang.
 Tempatkan sampah konstruksi dalam wadah yang tertutup rapat sebelum
dipindahkan
 Tempatkan keset di pintu masukdan keluar dari area kerja, dan diganti atau
dibersihkan ketika sudah tidak efektif.
 Bersihkan area kerja dan permukaan horizontal pada penyelesaian proyek.
KELA
S IV  Isolasi sistem HVAC pada lokasi tempat berlangsungnya pekerjaan untuk mencegah
kontaminasi sistem saluran.
 Lengkapi semua barier konstruksi sebelum konstruksi dimulai.
 Pertahankan tekanan udara negatif di lokasi kerja menggunakan unit ventilasi
dengan filter
 HEPA atau metode lain untuk mempertahankan tekanan negatif. Keselamatan publik
akan memonitor tekanan udara.
 Segel lubang, pipa, saluran, atau tusukan untuk mencegah migrasi debu
 Buat ruang serambi/ anteroom dan pastikan semua personil untuk melewati ruangan
ini. Pelbasah atau vacuum dengan HEPA setiap hari.
 Selama pembongkaran, untuk kerja yang menghasilkan debu atau pekerjaan di
langit-langit, sepatu sekali pakai dan baju harus dipakai dan dibuang diSerambi/
anteroom ketika meninggalkan area kerja.
 Jangan menghilangkan barier dari area kerja sampai proyek selesai dibersihkan
secara menyeluruh.
 Buang material barier dengan hati-hati untuk meminimalkan penyebaran kotoran dan
debris yang terkait dengan konstruksi
 Material barier harus diseka, divacum dengan HEPA atau disemprot air sebelum
dibuang.
 Tempatkan sampah konstruksi dalam wadah yang tertutup rapat sebelum
dipindahkan
 Tempatkan keset di pintu masuk dan keluar dari area kerja, dan diganti atau
dibersihkan ketika sudah tidak efektif.
 Pertahankan lokasi kerja tetap bersih dengan menyapu dan membersihkan debris
setiap hari.
 Pel basah seluruh area keras dengan disinfektan setelah proyek selesai.
 Vacuum seluruh area berkarpet dengan HEPA seletah proyek
 Bersihkan area kerja dan permukaan horizontal pada penyelesaian proyek.
FORMULIR PEMANTAUAN SELAMA RENOVASI / KONSTRUKSI BANGUNAN

Area Renovasi :

Tanggal pemantauan :

KELAS IV

NO KEGIATAN YA TIDA NA KETERANGAN


K

1 Menyediakan sarana aktif untuk √


mencegah debu terbang ke dalam
atmosfer
2 Menyegel pintu yang tidak terpakai √
dengan lakban
3 Menempatkan sampah konstruksi √
dalam wadah yang tertutup rapat
sebelum dipindahkan
4 Mengepel basah dan/ atau vakum √
dengan alat vacuum dengan filter
HEPA
5 Menempatkan keset dipintu masuk dan √
keluar dari area kerja, dan diganti atau
dibersihkan ketika sudah tidak efektif

6 Mengisolasi sistem HVAC pada lokasi √


tempat berlangsungnya pekerjaan

7 Membersihkan area kerja dan √


permukaan horizontal pada penyelesaian
proyek

Petugas Yang Mengobservasi


(………………………………………)

BAB V
PENUTUP

Demikian pedoman dan pengkajian ICRA ini dibuat untuk digunakan sebagaimana
mestinya agar dampak negative dari pelaksanaan kegiatan demolisi/ renovasi fasilitas rumah
sakit dapat ditekan sekecil mungkin.

Anda mungkin juga menyukai