Anda di halaman 1dari 13

BAB I

DEFINISI

Penilaian Resiko Akibat Dampak Renovasi atau atau Konstruksi yang


dikenal sebagai Infection
Control Risk Assessmen adalah suatu proses terdokumentasi yang dilakukan
sebelum memulai kegiatan pemeliharaan ,perbaikan, pembongkaran, konstruksi,
maupun renovasi untuk mengetahui risiko dan dampaknya terhadap kualitas udara
dengan mempertimbangkan potensi pajanan pada pasien.
Sistem HVAC (heating, ventilation, air conditioning) adalah sistem
pemanas, ventilasi, dan pendingin udara di sarana kesehatan yang dirancang untuk
a) menjaga suhu udara dan kelembaban dalam ruangan pada tingkat yang nyaman
untuk petugas, pasien, dan b) kontrol bau c)mengeluarkan udara yang tercemar,
d) memfasilitasi penanganan untuk ,melindungi petugas dan pasien dan
patogen airborne, dan e)meminimalkan risiko transmisi udara dari pasien infeksi.
Sistem HVAC mencakup udara luar inlet, filter, mekanisme modifikasi kelembaban
(misalnya kontrol kelembaban musimpanas, kelembaban musim dingin), pemanas
dan pendingin peralatan, exhaust, diffusers, atau kisi-kisi untuk distribusi udara.
Penurunan kinerja sistem fasilitas kesehatan HVAC, inefisiensi filter, pemasangan
yang tidak benar dan pemeliharaan yang buruk dapat berkontribusi pada
penyebaran infeksi airbone.

Panduan Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi RSUD Kabupaten Pulau Morotai


1
BAB II
RUANGLINGKUP

Ruang lingkup penilaian criteria risiko akibat dampak renovasi atau


konstruksi menggunakan metode ICRA adalah :
2.1 Melakukan identifikasi Tipe Proyek konstruksi.
2.2 Melakukan identifikasi Kelompok Pasien Beresiko yang dapat terkena dampak
konstruksi
2.3 Menentukan Kelas Kewaspadaan
2.4 Melakukan identifikasiarea di sekitar area kerja dan menilai dampak potensial
lainnya
2.5 Menentukan intervensi PPI berdasarkan kelas kewaspadaan

Panduan Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi RSUD Kabupaten Pulau Morotai


2
BAB III
TATA LAKSANA

3.1. Identifikasi Tipe Proyek Konstruksi


Tahap pertama dalam kegiatan ICRA adalah melakukan identifikasi tipe
proyek kontruksi dengan menggunakan Tabel 3.1.1.Tipe proyek kontruksi
ditentukan berdasarkan banyaknya debu yang dihasilkan, potensi aerosolisasi
air, durasi kegiatan, dan system sharing HVAC.
Tabel 3.1.1. Tipe Proyek Konstruksi
Kegiatan pemeriksaan konstruksi dengan resiko rendah, namun
tidak terbatas hanya pada :
a. Pemindahan plafon untuk pemeriksaan visual (debu minimal)
TIPE A b. Pengecatan (bukan pamlesteran)
c. Merapikan pekerjaan listrik, pemasangan pipa kecil, dan aktifiktas
lian yang tidak menimbulkan debu atau mengakses ke langit-
langit selain untuk pemeriksaan visual.
Kegiatan non invansif skala kecil, durasi pendek dengan risiko debu
minimal, namun tidak terbatas hanya pada :
a. Instalalsi kabel telepon dan computer
TIPE B
b. Mengakses “chase spaces”
c. Pemotongan dinding atau plafon dimana penyebaran debu dapat
dikontrol
Kegiatan pembongkaran gedung dan perbaikan gedung yang
menghasilkan debu tingkat tinggi dengan resiko sedang sampai
tinggi, namun tidak terbatas hanya pada :
a. Pemlesteran dinding untuk pengecatan lantai dan plafon
b. Pemindahan untuk pemasangan lantai dan plafon
TIPE C
c. Konstruksi dinding batu
d. Kegiatan pipa kecil atau pemasangan listrik diatas plafon
e. Kegiatan pemasangan kabel besar
f. Kegiatan tipe A, B, or C yang tidak dapat diselesaikan dalam satu
shift kerja
Kegiatan pembangunan proyek konstriksi dan pembongkaran
dengan skala besar :
a. Kegiatan yang menuntut pembongkaran gedung secara besar-
TIPE D
besaran
b. Adanya kegiatan pemasangan/pemindahan system perkabelan
c. Konstruksi baru atau pembangunan gedung baru

Panduan Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi RSUD Kabupaten Pulau Morotai


3
3.2. Identidikasi Kelompok Pasien Beresiko
Selanjutnya identifikasu Kelompok Pasien Beresiko (Tabel 3.2.1) yang
terkena dampak konstruksi.Bila terdapat lebih dari satu kelompok pasien
beresiko, pilih kelompok beresiko yang paling tinggi.Pada semua kelas
konstruksi, pasien harus dipindahkan saat pekerjaan dilakukan.
Tabel 3.2.1 Kelompok Pasien Beresiko
Rendah Sedang Tinggi
 Area  Area TPP  IGD  Area untuk pasien
Perkantoran  Area rawat  VK imunocompromised
/ administrasi jalan  Poli Bedas  Perawatan Luka
 Area Publik  Semua  Stroke Unit bakar
pasien  High Care  Cath lab
yang tidak  ICCU  ISSB
disebutkan  UTD  ICU
pada  NICU/PICU
 Radiologi
kelompok  R. Isolasi tekanan
 Pennatal
risiko negatef
 Pediatrik
tinggi dan
 Kedokteran  R. Kemoterapi
sangat
Nuklir  R. hemodialisis
tinggi
 Fisioterapi  R. Operasi

 Dapur  ICCU

 Echocardiology
 Laboratorium
 Diagnostic
imaging

3.3. Menentukan Kelas Kewaspadaan dan Intervensi PPI


Kelas Kewaspadaan ditentukan melalui pencocokan Kelompok Pasien
Beresiko (R,S,T,ST) dengan Tipe Proyek Konstruksi (A.B.C.D) berdasarkan
matriks pencegahan dan pengendalian infeksi
Tabel 3.3.1 Kelas Kewaspadaan
Tipe Proyek Konstruksi
Kelompok Pasien Berisiko
TIPE A TIBE B TIPE C TIPE D
Rendah I II III III/IV
Sedang I II III IV
Tinggi I II III/IV IV
Sangat Tinggi II III/IV III/IV IV

Panduan Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi RSUD Kabupaten Pulau Morotai


4
3.4. Menentukan Intervensi berdasarkan Kelas Kewaspadaan
Penentuan intervensi PPI dilakukan setelah Kelas Kewaspadaan
diketahui (Tabel 3.5.1) Apabila Kelas Kewaspadaan berada pada Kelas III dan
Kelas IV, maka diperlukan Perizinan kerja dari komite Pencegahan dan
Pengendalian infeksi dan dilakukan identifikasi dampak lain di daerah sekitar
area proyek.

Tabel 3.4.1 Intervensi PPI Berdasarkan Kelas Kewaspadaan


Selama Proyek Kontruksi Setelah Proyek Konstruksi
1. Lakukan pekerjaan konstruksi 1. Pembersihan Lingkungan
dengan metode debu minimal
2. Segera mengganti plafon yang
Kelas I

digunakan untuk pemeriksaan


visual
1. Menyediakan sarana aktif untuk 1. Bersihkan permukaan kerja
mencegah penyebaran debu ke dengan pembersih/Disinfektan
udara 2. Letakkan limnah kontruksi dalam
2. Memberikan kabut air pada wadah yang tertutup rapat
permukaan kerja sebelum dibuang
untuk ,emhemda;olam debu saat 3. Lakukan pengepelan basah dan/
memotong atau vakum dengan HEPA filter
3. Menyegel pinyu yang tidak terpakai sebelum meninggalkan area kerja
dengan lakban 4. Setelah pekerjaan selesai, rapikan
4. Menutup ventilasi udara kembali system HVAC

5. Letakkan dust mat (leset debu) di


pintu masuk dan keluar area kerja
6. Menutup system HVAC (heating
ventilation air conditioning) diarea
dimana pekerjaan sedang
dilakukan.
Kelas II

Panduan Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi RSUD Kabupaten Pulau Morotai


5
1. Mengisolasi sistem HVAC di area 1. Pembatas area kerja harus tetap
kerja untuk mencegah kontaminasi dipasang sampai proyek selesai
sistem saluran diperkirakan K3, KKPI, dan
2. Siapkan pembatas area kerja atau dilakukan pembersihan oleh
terapkan metode control kubus petugas kebersihan
(menutup area dengan plastik dan 2. Lakukan pembongkaran bahan-
menyegel dengan vakum HEPA bahan pembatas area kerja
untuk menyedot debu keluar) dengan hati-hati untuk
sebelum kontruksi dimulai meminimalkan penyebaran
3. Menjaga tekanan udara negatef kotoran dari puing-puing
falam tempat kerja dengan konstruksi
menggunakan unit penyaringan 3. Vakum area kerja dengan
udara HEPA panyaring HEPA
4. Letakkan limbah kontruksi dalam 4. Lakukan pengepalan basah
wadah yang tertutup rapat sebelum dengan pembersih/ disifektan
dibuang 5. Setelah pekerjaan selesai, rapikan
Kelas III

5. Tutup wadah atau gerobak kembali sistem HVAC


transportasi limbah

Panduan Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi RSUD Kabupaten Pulau Morotai


6
1. Mengisolasi sistem HVAC area 1. Pembatas area kerja harus tetap
kerja untuk mecegah kontaminasi dipasang sampai proyek selesai
sistem saluran diperiksa oleh komite K3, KKPI,
2. Siapkan pembatas area kerja atau dan dilakukan pembersihan oleh
terapkan metode kontrol kubus petugas kebersihan.
(menutup area kerja dengan plastic 2. Lakukan pembongkaran bahan-
dan menyegel dengan vakum bahan pembatas area kerja
HEPA untuk menyedot debu keluar dengan hati-hati untuk
sebelum kontruksi dimulai) meminimalkan penyebaran
3. Menjaga tekanan udara negative kotoran dan puing-puing
dalam tempat kerja dengan konstruksi
menggunakan unit penyaringan 3. Letakkan limbah konstruksi dalam
udara HEPA wadah yang tertutup rapat
4. Menyegel lubang pipa dan saluran sebelum dibuang
5. Membuat anteroom dan 4. Tutup wadah atau gerobak
mewajibkan semua personil disedot transportasi
menggunakan vacuum cleaner 5. Vakum area kerja dengan
HEPA sebelum meninggalkan penyaring HEPA
tempat kerja atau mereka bisa 6. Lakukan pengepelan basah
memakai pakaian kerja yang lepas dengan pembersih atau
setiap kali mereka meninggalkan disifenktan
tempat kerja 7. Setelah pekerjaan selesai, rapikan
6. Semua personil memasuki tempat kembali sistem HVAC
kerja diwajibkan memakai penutup.
Kelas IV

Sepatu harus diganti setiap kali


keluar dari area kerja.

3.5. Identifikasi Area Disekitar Kerja Dan Menilai Dampak Potensial


Pada kelas kewaspadaan III dan IV, perlu dilakukan identifikasi daerah
sekitar area proyek dan tingkat rasio lokasi tersebut. Identifikasi dampak
potensial lain dapat diketahui dengan mengisi table 3.5.1

Tabel 3.5.1.Identifikasi area di sekitar area kerja dan dampak potensial.


Melakukan identifikasi area dengan aktifitas khusus, misalnya kamar pasien,
ruang obat-obatan, dll

Melakukan identifikasi masalah yang berkaitan dengan ventilasi, pipa air, dan
kemungkinan pemadaman listrik akibat kontruksi

Panduan Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi RSUD Kabupaten Pulau Morotai


7
Melakukan identifikasi tindakan balasan pembatasan, menggunakan penilaian
sebelumnya
Apakah jenis pembatas yang digunakan? (Misalnya dinding pembatas solid)

Apakah HEPA filter diperlukan? (catatan Area renovasi/konstruksi hatus


diisolasi dari area sekitarnya

Pertimbangkan potensi resiko kerusakan air. Apakah ada risiko akibat


perubahan struktur? (Misalnya dinding, plafon, atap)

Apakah pekerjaan dapat dilakukan diluar jam perawatan pasien?

Apakah perencaan memungkinkan jumlah kamar isolasi/ tekanan udara


negative yang cukup?

Apakah perencaan memungkinkan jumlah dan jenis washtafel untuk cuci


tangan ?

Apakah PPI menyetujui jumlah minimal washtafel untuk proyek ini ?

Apakah PPI setuju dengan rencana relative terhadap bersih dan kotor kamar
utilitas?

Lakukan perencanaan untuk membahas masalah pembatasan dengan tim


proyek.
Misalnya arus lalu lintas rumah tangga, pembuangan puing (bagaimana dan
kapan)

Panduan Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi RSUD Kabupaten Pulau Morotai


8
BAB IV
DOKUMENTASI

Pencatatan penilaian kriteria resiko akibat dampak renovasi atau kontruksi


dengan menggunakan metode ICRA dilakukan oleh IPSRS dan dilaporkan ke KPPI
bila terdapat proyek pemeliharaan, perbaikan, pembongkaran, kontruksi, maupun
renovasi di RSUD Kabupaten Pulau Morotai Selatan. Pada kelas Kewaspadaan III
dan IV, petugas konstruksi harus mendapatkan persetujuan izin kerja (infection
Control Work Permit) dari KKPI.
Pelaporan pematauan penilaian kriteria risiko akibat dampak renovasi atau
kontruksi dilakukan oleh KPPI dan dilaporkan ke Direktur Utama setiap 6 bulan
sekali.

DIREKTUR
RSUD KABUPATEN PULAU MOROTAI
JULYS GISCARD KROONS
NIP 19800704 200804 1 001

Panduan Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi RSUD Kabupaten Pulau Morotai


9
Persetujuan Izin Kerja dari KPPI

Lokasi Konstruksi : Izin No :

Koordinator Proyek : Perkiraan Durasi

Pekerjaan Konstruksi : Perkiraan kadaluwarsa

Supervisor : Telephone :

Ya Tidak AKTIFITAS KONSTRUKSI Ya Tidak KELOMPOK BERISIKO :

Tipe A : Ispeksi, aktifitas non Kelompok 1 : Berisiko


invasive
Tipe B : skala kecil, durasi Kelompok 2 : berisiko
pendek, tingkat sedang – tinggi Sedang
Tipe C : Kegiatan yang Kelompok 3 : Risiko tinggi
menghasilkan debu tingkat
sedang hingga tinggi
membutuhkan waktu
penyelesaian lebih dari 1 shift
Tipe D : Kegiatan konstruksi level Kelompok 4 : Risiko
tinggi membutuhkan waktu sangat tinggi
penyelesaian panjang
Kelas I 1. Lakukan sarana aktif (peralatan
lengkap) untuk mencegah
penyebaran denu ke udara
2. Segera mengganti plafon yang
digunakan untuk pemeriksaan
visual
Kelas II 1. Menyediakan sara aktif 6. Letakkan limbah kontruksi dalam
(peralayan lengkap) untuk wadah yang tertutup rapat sebelum
mencegah penyebaran debu ke dibuang
udara 7. Lakukan pengepelan basan dan atau
2. Memberikan kabut air pada vakum dengan HEPA filter sebelum
permukaan kerja buntuk meninggalkan area kerja
mengendalikan debu saat 8. Letakkan dust mat (keset debu) dipintu
proses pemotongan masuk dan keluar area kerja
3. Menyegel pintu yang tidak 9. Isolasi system HVAC didaerah dimana
terpakai dengan lakban pekerjaan sedang dilakukan, rapikan
4. Menutup ventilasi udara kembali setelah pekerjaan selesai.
5. Bersihkan permukaan kerja
dengan pembersih /
disenfektan

Panduan Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi RSUD Kabupaten Pulau Morotai


10
Kelas III 1. Memperoleh perizinan dari 6. Vakum area kerja dengan
KPPI sebelum kegiatan penyaringan HEPA
konstruksi dimulai 7. Lakukan pengepelan bahan dengan
2. Mengisolasi sistem HVAC di pembersih / disenfektan
area kerja untuk mencegah 8. Lakukan pembongkaran bahan-
kontaminasi pada sistem bahan meminimalkan penyebaran
saluran kotoran dan puing-puing konstruksi
3. Siapkan pembatas area kerja 9. Letakkan limbah konstruksi dalam
atau terapkan metode kontrol wadar yantg tertutup rapat sebelum
kubus (menutup area kerja dobuang
dengan plastic dan menyegel 10. Tutup wadaf atau gerobak
dengan vakum HEPA untuk transportasi limbah
menyedot debu keluar) 11. Setelah pekerjaan selesai, rapikan
sebelum konstruksi dimulai kembali sistem HVAC
4. Menjaga tekanan udara
negative dalam area kerja
dengan menggunakan unit
penyaringan udara HEPA
5. Pembatas area kerja harus
tetap dipasang sampai proyek
selesai diperiksa oleh komite
K3, KPPI, dan dilakukan
pembersihan oleh petugas
kebersihan.
KELAS IV 1. Memperoleh perizinan dari 7. Semua personil memasuki tempat
KPPI sebelum kegiatan kerja diwajibkan memakai penutup.
konstruksi dimulai Sepatu harus diganti setiap kali keluar
2. Mengisolasi sistem HVAC area dari area kerja. Pembatas area kerja
kerja untuk mecegah harus tetap dipasang sampai proyek
kontaminasi sistem saluran selesai diperiksa oleh komite K3,
3. Siapkan pembatas area kerja KKPI, dan dilakukan pembersihan oleh
atau terapkan metode kontrol petugas kebersihan.
kubus (menutup area kerja 8. Vakum area kerja dengan penyaring
dengan plastic dan menyegel HEPA
dengan vakum HEPA untuk 9. Lakukan pengepelan basah dengan
menyedot debu keluar sebelum pembersih atau disifenktan
kontruksi dimulai) 10.Lakukan pembongkaran bahan-bahan
4. Menjaga tekanan udara pembatas area kerja dengan hati-hati
negative dalam tempat kerja untuk meminimalkan penyebaran
dengan menggunakan unit kotoran dan puing-puing konstruksi
penyaringan udara HEPA 11.Letakkan limbah konstruksi dalam
5. Menyegel lubang pipa dan wadah yang tertutup rapat sebelum
saluran dibuang
6. Membuat anteroom dan 12.Tutup wadah atau gerobak
mewajibkan semua personil transportasi
disedot menggunakan vacuum 13.Setelah pekerjaan selesai, rapikan
cleaner HEPA sebelum kembali sistem HVAC
meninggalkan tempat kerja
atau mereka bisa memakai
pakaian kerja yang lepas setiap
kali mereka meninggalkan
tempat kerja

Panduan Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi RSUD Kabupaten Pulau Morotai


11
Persyaratan tambahan

Tanggal Paraf Tanggal Pengecualian /


paraf penambahan izin dicatat
pada memorandum
terlampir

Permintaan izin oleh : Pemberian izin oleh :

Tanggal : Tanggal :

Panduan Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi RSUD Kabupaten Pulau Morotai


12
DAFTAR PUSTAKA

Kementrian Kesehatan RI, 2011. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di


Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya

Panduan Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi RSUD Kabupaten Pulau Morotai


13

Anda mungkin juga menyukai