Anda di halaman 1dari 12

PANDUAN INFECTION CONTROL RISK

ASSESSMENT ( ICRA )

No. Dokumen No. Revisi

YANMED/PAN/015 0
PANDUAN Tanggal Terbit Ditetapkan

KERJA

dr.Yogi Triatmakusuma

Direktur

BAB I
DEFINISI

Infection Control Risk Assessment ( ICRA ) dibagi menjadi 2, yaitu ICRA


untuk kontruksi bangunan dan ICRA untuk pencegahan infeksi di rumah sakit.
ICRA untuk kontruksi pembangunan merupakan proses menetapkan
risiko potensial dari transmisi udara yang bervariasi dan kontaminasi melalui
air kotor dalam fasilitas selama konstruksi, renovasi dan kegiatan
maintenance.
Kegiatan tersebut merupakan multidisiplin, proses kolaborasi yang
mengevaluasi jenis / macam kegiatan kontruksi dan kelompok risiko untuk
klasifikasi penetapan tingkat.
BAB II
RUANG LINGKUP

2.1. RUANG LINGKUP


Ruang lingkup ICRA untuk pencegahan infeksi di rumah sakit adalah
seluruh bagian ruang keperawatan di rumah sakit.

2.1.1. ICRA Konstruksi :


1. Menganalisa faktor resiko dari area yang akan dilakukan
konstruksi atau dibangun
2. Menganalisa kelas resiko berdasarkan kegiatan konstruksi
3. Membuat analisa grading matrix berdasarkan proyek
konstruki
4. Mengidentifikasi kegiatan berdasarkan hasil grading matrix
proyek konstruksi
5. Membuat rekomendasi pelaksanaan kegiatan proyek
6. Memonitor pelaksanaan kegiatan proyek

2.1.2. ICRA Perawatan Bagunan


2.1.3. ICRA Infeksi :
1. Membuat form ICRA
2. Rapat dengan semua link dan penanggung jawab di setiap
unit
3. Menentukan masalah
4. Menetapkan tiga nilai untuk setiap risiko
5. Menentukan scoring dari hasil penilaian ICRA
6. Menentukan prioritas resiko dari hasil scoring
7. Membuat program kegiatan sesuai prioritas sesuai skoring
ICRA
BAB III
LANDASAN HUKUM
MENGINGAT :
1. Undang- undang RI No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
2. Undang-undang RI No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
3. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 129/Menkes/SK/II/2008
tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
4. Peraturan Kementrian Kesehatan Nomor 11 Tahun 2017 Tentang
Keselamatan Pasien
5. Undang - undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
BAB IV
TATA LAKSANA

4.1. ICRA untuk Rekonstruksi Pembangunan


Menggunakan tabel berikut untuk melakukan identifikasi type/jenis
kontruksi kegiatan proyek (type A - D)
Type Kriteria
A Inspeksi dan Kegiatan Non-Invasive.
Termasuk tetapi tidak terbatas pada :
1. Mengganti ubin langit-2 (plafon) untuk inspeksi visual saja.
Misalnya : terbatas pada 1 genting/plafon per 50 meter
persegi.
2. Pengecatan (tetapi tidak pengamplasan)
3. wallcovering, pekerjaan listrik, pipa kecil, dan kegiatan
yang tidak menghasilkan debu atau memerlukan
pemotongan dinding atau akses ke langit-langit selain
untuk pemeriksaan yang kelihatan
B Skala kecil, kegiatan durasi pendek yang menciptakan debu
minimal.
Termasuk, tetapi tidak terbatas pada :
1. Instalasi telepon dan perkabelan komputer.
2. Akses ke ruang terbuka.
3. Pemotongan dinding atau langit-2 dimana migrasi debu
dapat di kontrol
C Pekerjaan yang menghasilkan debu tingkat sedang hingga
tinggi atau memerlukan pembongkaran Atau
pemindahan/penghapusan/ pembersihan Komponen
bangunan tetap atau rakitan.
Termasuk tetapi tidak terbatas pada :
1. Pengampalasan dinding untuk pengecatan atau penutup
dinding
2. pemindahan/penghapusan/pembersihan penutup lantai,
plafon langit-2 dan pekerjaan khusus.
3. Kontruksi dinding baru.
4. Pekerjaan saluran kecil atau pekerjaan listrik di atas langit-
langit
5. Kegiatan kabel utama
6. Kegiatan apapun yang tidak dapat diselesaikan dalam shif
kerja tunggal.
D Pembongkaran dan kontruksi proyek-2 besar.
Termasuk tetapi tidak terbatas pada :
1. Kegiatan yang membutuhkan shif kerja berturut-turut
2. Memerlukan pembongkaran berat atau pemindahan /
penghapusan sistem perkabelan lengkap.
3. Kontruksi baru
4.1.1 Mengidentifikasi Resiko Area
Identifikasi Kelompok Resiko Pasien yang akan terpengaruh. Apabila
lebih dari 1 kelompok resiko, pilih kelompok dengan resiko terbesar :

Resiko Resiko Sedang Resiko Tinggi Resiko Tertinggi


rendah

Area Area perawatan IGD, Kamar bersalin, Area dengan paien


kantor, pasien selain laboratorium, ruang immunocompromised,
kamar padan resiko bedah minorpoli perawatan luka bakar,
ranap tinggi atau bedah, perinatologi, Cath lab jantung,
kosong, resiko tertinggi, farmasi, kamar CSSD, ICU, kamar
area umum rawat jalan pemulihan/recofery isolasi bertekanan
(kecuali okologi room, bangsal negatif, kamar operasi.
dan bedah), umum (yang tidak
bagian tercantum pada
pendafaran, area resiko
rehab medik, tertimggi)
radiologi

4.1.2. Grading Matrix


Padankan antara Kelompok Resiko Pasien dengan Tipe Proyek
Konstruksi pada matrix berikut, untuk mendapatkan Kelas
Pencegahan atau Level Aktifitas Pencegahan Infeksi yang diperlukan
Patient Construction Project Type
Risk Group Type A Type B Type C Type D
Resiko I II II III/IV
rendah
Resiko I II III IV
sedang
Resiko I II III/IV IV
tinggi
Resiko II III/IV III/V IV
tertinggi

Persetujuan dari Panitia Pencegahan dan Pengendalian Infeksi


diperlukan bila aktifitas konstruksi dan level resiko mencapai Kelas III
atau Kelas IV dan membutuhkan prosedur pencegahan infeksi.

4.1.3. Aktifitas Pencegahan Infeksi yang Dibutuhkan Berdasarkan Kelas


1. Diperlukan deskripsi tindakan pengendalian infeksi berdasarkan kelas

Kelas Selama Pembangunan Proyek Setelah Penyelesaian Proyek

I 1. Laksanakan pekerjaan Bersihkan area kerja setelah


dengan metode timbulnya menyelesaikan
debu dari pelaksanaan
kegiatan konstruksi.

2. Segera meletakan kembali


ketempat semula plafon
atap yang diganti untuk
pemeriksaan yang
kelihatan.

II 1. Menyediakan sarana aktif 1. Lap permukaan kerja


untuk mencegah debu dengan
udara dari penyebaran ke pembersih/desinfektan.
atmosfer.

2. Air kabut permukaan kerja


2. Wadah yang berisi limbah
untuk mengendalikan
konstruksi sebelum
debu pada waktu
ditransportasi harus
pemotongan
tertutup rapat.
3. Seal pintu yang tidak
3. Pel basah sebelum
terpakai dengan lakban
meninggalkan area kerja
4. Blokir dan tutup ventilasi
4. Setelah selesai
udara
mengembalikan sistem
5. Tempatkan tirai debu HVAC dimana pekerjaan
didepan pintu masuk dan dilakukan
keluar area kerja.

6. Hilangkan atau isolasi


sistem HVAC (Heating,
Ventilation dan Air
Conditioning ) yang
sedang dilaksanakan.

III 1. Untuk mencegah 1. Jangan menghilangkan


kontaminasi dari sistem barier dari area kerja
saluran maka sampai proyek selsesai
hilangkan/lepaskan atau diperiksa oleh Tim PPI
isolasi sistem HVAC di area RS. Dibersihkan oleh
dimana pekerjaan sedang bagian UPSRS.
dilaksanakan.
2. Lengkapi semua barier
penting atau
2. Hilangkan barier
sheetrock,plywood,
material dengan hati-
plastik untuk menutup
hati untuk meminimalisir
area dari area yang tidak
penyebaran dari kotoran
untuk kerja atau
dan puing-puing yang
menerapkan metode
terkait dengan
pengendalian kubus
konstruksi.
(gerobak dengan penutup
lastik & koneksi disegel
ketempat bekerja dengan
HEPA vakum untuk
menyedot debu sebelum
keluar) sebelum
konstruksi dimulai.

3. Menjaga tekanan udara


negatif didalam tempat
3. Vacum area kerja dengan
kerja dengan meggunakan
HEPA filtered Vacum.
HEPA unit yang dilengkapi
dengan penyaring udara.

4. Wadah tempat limbah 4. Area tempat bekerja


kosntruksi sebelum dilap basah dengan
ditransportasi harus pembersih/ disinfektan/
tertutup rapat. cleaner.

5. Tutup wadah transportasi 5. Setelah selesai,


atau gerobak. Pita mengembalikan sitem
penutup jika tutup tidak HVAC
kuat.

IV 1. Untuk mencegah 1. Jangan menghilangkan


Kontaminasi sistem barier dari area kerja
saluran maka isolasi sampai proyek selesai
sistem HVAC di area diperiksa oleh Tim PPI
dimana pekerjaan sedang RS. Dibersihkan oleh
dilakukan bagian UPSRS.

2. Lengkapi semua barier 2. Hilngkn barier material


penting yaitu sheetrock, dengan hati-hati untuk
plywood, plastic untuk meminimalisasi
menutup area dari area penyebaran dari kotoran
yang tidak untuk kerja dan puing-puing yang
atau menerapkan metode terkait dengan
pengendalian kubus
(gerobak dengan konstruksi.
penutupan plastik &
3. Wadah untuk limbah
koneksi disegel ke tempat
konstruksi harus ditutup
bekerja dengan HEPA
rapat sebelum
vakum untuk menyedot
konstruksi.
debu sebelum keluar)
sebelum konstruksi 4. Wadah transportasi atau
dimulai. gerobak agar ditutup
rapat.
3. Menjaga tekanan udara
negatif di dalam tempat 5. Vakum area kerja
kerja dengan dengan vakum HEPA
menggunakan HEPA unit filter.
yang dilengkapi dengan
penyaring udara. 6. Area dipel dengan pel
basah dengan
4. Segel lubang pipa, saluran desinfektan.
dan lubang-lubang kecil
yang bisa menyebabkan 7. Setelah selesai
kebocoran. mengembalikan sitem
HVAC dimana pekerjaan
5. Membangun serambi dilakukan
/ruangan dan semua
personil melewati ruangan
ini sehingga dapat disedot
debunya dengan vakum
cleaner HEPA sebelum
meninggalkan tempat
kerja atau mereka bisa
memakai kain atau baju
kertas yang dilepas setiap
kali mereka meninggalkan
tempat kerja.

6. Semua personil memasuki


tempat kerja diwajibkan
untuk mengenakan
penutup sepatu. Penutup
sepatu harus diganti
setiap kali pekerja keluar
dari area kerja.

2. Identifikasi kegiatan ditempat khusus misalnya ruang perawatan,


ruang farmasi/obat
3. Identifikasi masalah yang berkaitan dengan : ventilasi, pipa
ledeng, listrik dalam hal terjadinya kemungkinan pemadaman.

4. Identifikasi langkah-langkah pencegaha, menggunakan penilaian


sebelumnya, apa jenis bariernya (misalnya bariernya dinding
yang terurup rapat). Apakah HEPA filter diperlukan atau tidak.

(catatan : selama dilakukan konstruksi maka area yang


direnovasi/konstruksi seharusnya diisolasi dari area yang
dipergunakan dan merupakan area negatif terhadap daerah
sekitarnya).

5. Pertimbangkan potensial resiko dari kerusakan lain. Apakah ada


resiko akibat merusak kesatuan (misal : dinding, atap, flavon)

6. Jam Kerja : dapat atau pekerjaan akan dilakukan selama bukan


jam pelayanan pasien.

7. Buat rencana yang memungkinkan untuk jumlah ruang


isolasi/ruang aliran udara negatif yang memadai

8. Buat rencana yang memungkinkan untuk jumlah dan tipe


tempat/bak cuci tangan.

9. Apakah PPIRS/IPCN setuju dengan jumlah minimum bak/tempat


cuci tangan tersebut.

10. Apakah PPIRS/IPCN setuju dengan rencana relatif terhadap


utilitas ruangan bersih dan kotor

11. Rencanakan untuk membahas masalah pencegahan tersebut


dengan tim proyek (misalnya arus lalu lintas, rumah tangga,
pembersihan puing (bagaimana dan kapan)
4.2. ICRA untuk pencegahan Infeksi di Rumah Sakit
1. Membuat form ICRA
2. Rapat dengan semua link dan penanggung jawab di setiap unit
3. Menentukan masalah
4. Menetapkan tiga nilai untuk setiap risiko 1.)
Probability
TINGKAT DESKRIPSI
RISIKO
1 Sangat jarang/ rare (> 5 tahun/kali)
2 Jarang/unlikely (> 2 –5 tahun/kali)
3 Mungkin/ Posible (1 -2 tahun/kali)
4 Sering/Likely (beberapa kali/tahun)
5 Sangat sering/ almost certain (tiap minggu/ bulan)

2.) Risk/impact
Impact considerations
• Mengancam jiwa dan atau kesehatan
• Disruption of services
• Kehilangan fungsi
• Kehilangan kepercayaan komunikasi
• Dampak keuangan
• Legal issues
• Dampak regulatory
• Standard/persyarat
Risk/Impact
5 = Catastrophic Loss
(Life/Limb/function/financial)
4 = Serious Loss (Function/Financial/Legal)
3 = Prolonged Length of Stay
2
3.3. = Moderate Clinical/Financial
1 = Minimal Clinical Financial
Tingkat Deskripsi Dampak
Resiko
1 Tidak significant Tidak ada cedera
2 Minor Cedera ringan , misal luka lecet
Dapat diatasi dengan P3K
3 Moderat Cedera sedang, misal : luka robek
Berkurangnya fungsi
motorik/sensorik/psikologis atau
intelektual (reversibel. Tidak
berhubungan dengan penyakit
Setiap kasus yg meperpanjang
perawatan
4 Mayor Cedera luas/berat, misal : cacat,
lumpuh
Kehilangan fungsi motorik/sensorik/
psikologis atau intelektual (ireversibel),
tidak berhubungan dengan penyakit
5 Katatropik Kematian yang tdk berhubungan
dengan perjalanan penyakit

3). Current system/ Preparednes


a. kebijakan dan prosedur saat ini
b. implementasi dari rencana
c. status training
d. indikator outcome atau proses
e. tersedianya backup sistem
f. community/public health resources
Current system
5 = None
4 = Poor
3 = Fair
2 = Good
1 = Solid

5. menentukan scoring dari hasil penilaian ICRA


6. menentukan prioritas resiko dari hasil scoring
7. membuat program kegiatan sesuai prioritas scoring ICRA
BAB V
DOKUMENTASI

5.1. Pendokumentasian ICRA Rekonstruksi Pembangunan


- Bagian UPSRS dan Ketua Pembangunan Rekonstruksi pembangunan mengajukan
permohonan usulan ke PPI
- Tim PPI memberi Permit ICRA untuk Konstruksi Pembangunan
- Permit tersebut diisi dan ditandatangi oleh pengaju
- Selanjutnya pengisian permit ( rekomendasi dari tim PPI ) serta tanda tangan dari
ketua PPI
- Setelah itu permit diajukan kepada direktur untuk mendapat persetujuan
- Setelah persetujuan direktur di dapat selanjutnya pembangunan dapat berjalan
sesuai dengan rekomendasi PPI

5.2. Pendokumentasian ICRA Pencegahan Infeksi di Rumah Sakit


- Formulir ICRA Pencegahan Infeksi di Rumah Sakit diisi oleh tim PPI RS
- Selanjutnya formulir diajukan kepada direktur untuk mendapatkan persetujuan
- Setelah mendapat persetujuan dari direktur, tim PPI RS mengadakan rapat ulang
untuk menindaklanjuti.

Anda mungkin juga menyukai