Anda di halaman 1dari 43

PEDOMAN ICRA RENOVASI

RUMAH SAKIT HARAPAN KELUARGA

Jl. Kasuari Raya , Kav.1A & 1B, Kota Jababeka, Cikarang Baru, Kabupaten Bekasi Jawa Barat 17550
Telp. 021-89840745 Fax. 021-89835839
DAFTAR PUSTAKA

Halaman Judul ..................................................................................................... 1


SK Direktur Tentang Pemberlakuan Buku Panduan ICRA Renovasi..................... 2
Kata Pengantar ..................................................................................................... 4
Daftar Isi .............................................................................................................. 6
BAB I. DEFINISI............................................................................................. 8
A. PENGERTIAN .............................................................................. 8
B. TUJUAN ....................................................................................... 8
BAB II. RUANG LINGKUP ............................................................................. 9
BAB III. TATA LAKSANA ............................................................................. 10
A. PERAN KOMITE PPI ................................................................. 10
B. KEGIATAN PEMBANGUNAN.................................................. 10
C. PERSYARATAN KINERJA ........................................................ 16
D. PRODUK DAN BAHAN............................................................. 17
E. BARRIER/PENGHALANG ........................................................ 18
F. PROSEDUR PENGENDALIAN INFEKSI SECARA UMUM ..... 18
G. IZIN KERJA ICRA ..................................................................... 21
H. IMPLEMENTASI PROSEDUR PENGENDALIAN INFEKSI...... 21
I. PENYELESAIAN PROSEDUR PENGENDALIAN INFEKSI .... 22
J. INTERVENSI BERDASARKAN KLASIFIKASI TINGKAT ....... 23
K. PEMANTAUAN LINGKUNGAN ................................................ 24
L. PENDIDIKAN FASILITAS DAN KONTRAKTOR ICRA .......... 24
M. PENGAWASAN ......................................................................... 25
N. YANG BERTANGGUNG JAWAB DALAM PROSEDUR ......... 25
O. KETERLIBATAN KOMITE PPI DALAM ASPEK
PENGENDALIANINFEKSI SAAT RENOVASI/
PEMBANGUNAN DAN DESAIN RUMAHSAKIT ..................... 26
P. KESIMPULAN ........................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA
KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT HARAPAN KELUARGA
Nomor : 028.2/SK_DIR /RSHK/VII/2022

TENTANG
PEMBERLAKUAN PANDUAN ICRA RENOVASI

Direktur Rumah Sakit Harapan Keluarga

Menimbang:

1. Bahwa dalam upaya meningkatkan pelayanan RS Harapan Keluarga


maka, diperlukan penyelenggaraan pelayanan Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi yang bermutu tinggi ;
2. Bahwa agar pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di RS
Harapan Keluarga dapat terlaksanan dengan baik, perlu adanya
kebijakan Direktur RS Harapan Keluarga tentang ICRA ( Infeksi
Contol Risk Assessement) Kontruksi Banguan di RS Harapan
Keluarga;
3. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
butir a dan b perlu ditetapkan dengan Keputusan Direktur RS
Harapan Keluarga tentang Kebijakan ICRA ( Infeksi Contol Risk
Assessement) Kontruksi Bagunan ;

Mengingat:

1. Undang-undang Republik Indonesia nomor 36 tahun 2009


tentangkesehatan;
2. Undang-undang nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
3. Keputusan Kementerian Kesehatan RI Nomor
436/Menkes/SK/VI/1993 tentang Standar Pelayanan rumah Sakit
danStandar Pelayanan Medis ;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269/ Menkes/Per/III/ 2008
tentang Pencegahan dan Pengendalian Infeksi ;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 012/ Menkes/ tahun 2012
tentang Akreditasi Rumah Sakit ;

M EMU TU SK AN

Menetapkan :KEPUTUSAN DIREKTUR RS HARAPAN KELUARGA TENTANG


PEMBERLAKUAN PANDUAN ICRA RENOVASI PADA RS
HARAPAN KELUARGA

KESATU : Keputusan Direktur RS Harapan Keluarga tentang kebijakan ICRA ( Infeksi


Contol Risk Assessement) Kontruksi Bangunan di Rs Harapan Keluarga

KEDUA : Kebijakan ICRA (Infeksi Contol Risk Assessement) Kontruksi Bangunan


sebagai mana dimaksud dalam diktum kesatu tercantum dalam lampiran.

KETIGA : Kebijakan ini mengatur tentang penilaian resiko infeksi yangdapat terjadi
akibat debu pembangunan baru atau perbaikan gedung di Rumah Sakit

KEEMPAT : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila di kemudian
hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan diadakan
perbaikan sebagaimana mestinya

Di tetapkan di : Cikarang

Pada tanggal : 05 juni 2021


Rumah Sakit Harapan Keluarga

Dr.Eko Budi Heryanto,MM


Direktur
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan yang maha Esa sehingga pada akhirnya
penyusunan buku Panduan ICRA Renovasi pada RS Harapan Keluarga dapat terselesaikan dengan
baik. Panduan ini disusun dengan maksud untuk memudahkan dalam melakukan pelayanan
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi.

Panduan ini bersifat dinamis dan dapat ditinjau kembali seiring dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi serta penyempurnaan peraturan yang berlaku untuk
meningkatkan pelayanan di RS Harapan Keluarga Dengan demikian kami mengharapkan kritik
dan saran dari berbagai pihak demi menyempurnakan panduan ini.
BAB I
DEFINISI

A. PENGERTIAN
ICRA (Infection Control Risk Assessment) adalah proses menetapkan risiko potensial
dari transmisi udara yang bervariasi dan kontaminasi melalui air kotor dalam fasilitas
pelayanan kesehatan selama konstruksi, renovasi dan kegiatan maintenance.
Kegiatan ICRA merupakan multidisiplin, proses kolaborasi yang mengevaluasi
jenis/macam kegiatan konstruksi dan kelompok risiko untuk klasifikasi penetapan
tingkat.

B. TUJUAN ICRA (Infection Control Risk Assessment)


Tujuan dari Program ICRA adalah untuk meminimalkan risiko terjadinya Healthcare
Associated Infections (HAIs) kepada pasien yang dapat terjadi bila jamur atau bakteri
tersebar ke udara melalui debu atau air aerosolisasi selama konstruksi, renovasi, atau
proses pemeliharaan di area terdekat dan juga untuk mengontrol penyebaran debu dari
komponen bangunan selama renovasi.
BAB II
RUANG LINGKUP

1. Komite PPI yang bertugas untuk membuat ICRA dan memberikan pendidikan dan
pelatihan;
2. Bagian Tehnik untuk memfasilitasi dengan memberikan peraturan perundangan dan
perijinan;
3. Sanitasi Lingkungan, terkait dengan pembuangan limbah (baku mutulimbah);
4. Tim K-3 RS untuk melakukan edukasi dan supervisi tentang keamanan dan keselamatan;
5. Pimpinan Proyek sebagai pelaksana konstruksi dan renovasi bangunan.
BAB III

TATA LAKSANA

A. PERAN KOMITE PPI


Peran Komite PPI pada program ini antara lain :
1. Membuat Infection Control Risk Assessment (ICRA) dampak dari renovasi;
2. Mengembangkan ijin renovasi yang ditanda tangani oleh Ketua KomitePPI,
pimpinan/ departemen/ unit kerja dari pimpinan proyek;
3. Memberikan edukasi sebelum memulai pekerjaan pada penggunaan Personal
Protective Equipment (PPE/APD);
4. Melakukan supervisi, monitoring dan evaluasi menggunakan check list.
5. Mengikuti pertemuan/rapat selama proses renovasi dengan seluruh tim.

B. KEGIATAN PEMBANGUNAN
Dalam melakukan kegiatan pembangunan, ditentukan terlebih dahulu tipe/jenis aktifitas
debu yang dihasilkan, potensi terbentuknya aerosol udara, durasi dari aktifitas, dan jumlah
sistem HVAC.
Pedoman Petunjuk Tipe Aktifitas Konstruksi :
1. Langkah Pertama
Menggunakan tabel berikut untuk melakukan identifikasi type/jenis konstruksi
kegiatan proyek (Type A-D).
TYPE KRITERIA
Inspeksi dan kegiatan non-invasif
Termasuk, tetapi tidak terbatas pada :
 Mengganti ubin langit-langit (plafon) untuk inspeksi visual saja.
TIPE
Misalnya terbatas pada 1 genting/plafon per 50 meter persegi.
A
 Pengecatan (tetapi tidak dengan pengamplasan)
 Dinding meliputi pekerjaan listrik, pipa kecil, dan kegiatan yang tidak
menghasilkan debu atau memerlukan pembongkaran dinding atau akses
ke langit-langit selain untuk pemeriksaan yang kelihatan.
TIPE Skala kecil, kegiatan durasi pendek yang menghasilkan debu minimal
B Termasuk, tetapi tidak terbatas pada :
TYPE KRITERIA
 Pembukaan tidak lebih dari satu ceiling ubin per 10 ubin
 Pemasangan kabel telepon dan komputer
 Pembongkaran dinding atau atap dimana penyebaran debu dapat
dikontrol
 Renovasi kecil dari suatu ruangan
 Pengamplasan dinding basah
 Akses ke ruang terbuka
Pekerjaan yang menghasilkan debu yang banyak
Termasuk, tapi tidak terbatas pada :
 Pengamplasan dinding kering, untuk pengecatan atau penutup dinding
 Pembongkaran dinding, merobohkan dinding kering atau menyelesaikan
bangunan, dimana pekerjaan terbatas satu kamar
 Pembongkaran dinding atau pembangunan tembok baru
TIPE
 Pekerjaan kecil saluran, pipa, listrik di langit-langit (tidak termasuk
C
pembongkaran atau instalasi);
 Renovasi ruangan yang ada
 Menarik kabel utama dari beberapa kamar ke jalur akses yang
dibutuhkan
 Kegiatan apapun yang tidak dapat diselesaikan dalam shift kerja tunggal.
 Setiap aktifitas yang tidak memerlukan penutup/barrier yang tidak
memenuhi syarat sebagai tipe D

Pembongkaran besar dan proyek–proyek konstruksi utama namun tidak


terbatas pada :
 Kegiatan yang memerlukan penutupan unit/relokasi pasien
 Pembongkaran instalasi kabel lengkap, HVAC, pipa, perlengkapan gas,
TIPE atau sistem listrik
D  Pembongkaran komponen gedung utama
 Konstruksi baru yang terletak di dekat gedung Rumah Sakit
(sebagaimana ditentukan oleh TIM ICRA primer)
 Konstruksi baru yang terletak di dekat jalur keluar pasien dari area
perawatan (yang telah ditetapkan oleh TIM ICRA primer )
TYPE KRITERIA
 Kegiatan penggalian yang jaraknya dekat dengan bangunan Rumah Sakit
(sebagaimana telah ditetapkan oleh Tim ICRA Primer)

2. Langkah Kedua
Identifikasi group pasien yang berisiko.

Risiko
Risiko Menengah Risiko Tinggi Risiko Highest
Rendah
 Area  Cardiology  HCU  Tempat Perawatan
perkantoran  Echocardigraphy  IGD Pasien
 Koridor  Endoscopy  Laboratorium Imunosupresan
Umum  Nuclear Medicine Klinik, Spesimen  Bank Darah

 Physical Therapy  Medical Units  Klinik Lab

 Radiologi/MRI  Ruang RR Mikrobiologi,

 Respiratory  Farmasi Virologi

Therapy  Ruang Anak  HCU

 Surgical Units  Ruang Isolasi

 Ruang Perawatan Tekanan Negatif

Bayi  Oncology

 Rawat Jalan  Ruang Operasi


3. Langkah Ketiga
IC MATRIX – CLASS OF PRECAUTION : CONTRUCTION PROJECT BY
PATIENS RISK
Contruction Project type
Patiens Risk Group
Type A Type B Type C Type D
Low Risk Group I II II III/IV
Medium Risk Group I II III IV
High Risk Group I II III/IV IV
Highest Risk Group II III/IV III/IV IV

Catatan : Persetujuan IC diperlukan bila kegiatan konstruksi dan tingkat risiko


menunjukkan kelas III atau IV, maka prosedur pengendalian diperlukan
4. Langkah Ke Empat
Diperlukan deskripsi tindakan pengendalian infeksi berdasarkan kelas.

Kelas Selama Pembangunan Proyek Setelah Penyelesaian Proyek


I. 1. Laksanakan pekerjaan dengan 1. Bersihkan area kerja setelah
metode meminimalisasi menyelesaikan tugas.
timbulnya debu dari pelaksanaan
kegiatan konstruksi
2. Segera meletakkan kembali ke
tempat semula plafon atap yang
diganti untuk pemeriksaan yang
kelihatan
II. 1. Menyediakan sarana aktif untuk 1. Lap permukaan kerja dengan
mencegah debu udara dari pembersihan/desinfektan;
penyebaran ke atmosfer; 2. Wadah yang berisi limbah
2. Air kabut permukaan kerja untuk konstruksi sebelum di
mengendalikan debu pada waktu transportasi harus tertutup rapat
pemotongan; 3. Pel basah dan/atau vakumdengan
3. Seal pintu yang tidak terpakai HEPA filter, vakum sebelum
dengan lakban; meninggalkan area kerja;
4. Blokir dan tutup ventilasi udara; 4. Setelah selesai, mengembalikan
5. Tempatkan tirai debu di pintu sistem HVACdimana pekerjaan
masuk dan keluar area kerja; dilakukan.
6. Hilangkan atau isolasi sistem
HVAC (Heating, Ventilation, dan
Air Conditioning) yang sedang
dilaksanakan;
III 1. Untuk mencegah kontaminasi dari 1. Jangan menghilangkan
sistem saluran maka barrier dari area kerja
hilangkan/lepaskan atau isolasi sampai proyek
selesai diperiksa oleh Komite
Kelas Selama Pembangunan Proyek Setelah Penyelesaian Proyek
sistem HVAC di area, dimana PPIRS, dibersihkan oleh bagian
pekerjaan sedang dilakukan; kebersihan RS.
2. Lengkapi semua barrier penting 2. Hilangkanbarrier material dengan
yaitu sheetrock, playwood, palstik hati-hati untuk meminimalisasi
untuk menutup area dari areayang penyebaran dari kotoran dan
tidak untuk kerja atau menerapkan puing-puing yang terkait dengan
metode pengendalian kubus konstruksi;
(gerobak dengan penutup plastik 3. Vakum area kerja dengan HEPA
dan koneksi disegel ke tempat filtered vacuums
bekerja dengan HEPA vakum 4. Area untuk lap basah dengan
untuk menyedot debu sebelum pembersih/disinfektan/cleaner
keluar) sebelum konstruksi 5. Setelah selesai, kembalikan
dimulai; sistem HVAC
3. Menjaga tekanan udara negatif di
dalam tempat kerja dengan
menggunakan HEPA unit yang
dilengkapi dengan penyaringan
udara;
4. Wadah tempat limbah konstruksi
sebelum di transportasi harus
tertutup rapat
5. Tutup wadah transportasi atau
gerobak. Pita penutup, jika tidak
tutup yang kuat;

Identifikasi Daerah sekitar area proyek, menilai dampak potensial


Unit Unit
Lateral Lateral Behind Front
Below Above
Risk Risk Risk Risk Risk Risk
Group Group Group Group Group Group

5. Langkah Ke 5, Identifikasi kegiatan di tempat khusus, misalnya ruang perawatan,


ruang farmasi /obat,dst.
6. Langkah Ke 6, Identifikasi masalah yang berakitan dengan : ventilasi, pipa ledeng,
listrik dalam hal terjadinya kemungkinan pemadaman.
7. Langkah Ke 7, Identifikasi langkah-langkah pencegahan, menggunakan penilaian
sebelumnya, apa jenis barriernya (misalnya barriernya dinding yang tertutup rapat ).
Apakah HEPA filter diperlukan ?
Catatan : Selama dilakukan konstruksi maka area yang direnovasi/konstruksi
seharusnya diisolasi dari area yang dipergunakan dan merupakan area negatif terhadap
sekitarnya.
8. Langkah Ke 8, Pertimbangkan potensial risiko dari kerusakan air. Apakah ada risiko
akibat merusak kesatuan struktur (misalnya : dinding, atap, plafon).
9. Langkah Ke 9, Jam kerja : dapat atau pekerjaan akan dilakukan selama bukan jam
pelayanan pasien.
10. Langkah Ke 10, Buat rencana yang memungkinkan untuk jumlah ruang isolasi/ruang
aliran udara negatif yang memadai.
11. Langkah Ke 11, Buat rencana yang memungkinkan untuk jumlah dan tipe tempat/bak
cuci tangan.
12. Langkah Ke 12, Apakah PPIRS/IPCN setuju dengan jumlah minimum bak/tempat
cuci tangan tersebut ?
13. Langkah Ke 13,Apakah PPIRS/ IPCN setuju dengan rencana relatif terhadap utilitas
ruangan bersih dan kotor.
14. Langkah Ke 14, Rencanakan untuk membahas masalah pencegahan tersebut dengan
tim proyek (misalnya :arus lalu lintas, rumah tangga, pembersihan puing, bagaimana
dan kapan).
C. PERSYARATAN KINERJA
1. Pengendalian Infeksi sangat penting dalam semua bidang fasilitas konstruksi, renovasi,
dan pemeliharaan karena menyebabkan gangguan debu yang ada, atau menciptakan
debu baru, sehingga harus ditutup dengan ketat untuk mencegah setiap aliran partikel
ke daerah pasien.
2. Pemilik membutuhkan kontraktor yang terikat dengan kebijakan ini, sehingga sebelum
kegiatan dimulai pemilik dan kontraktor harus mengadakan pertemuan
terlebih dahulu sehingga kontraktor dapat menjalankan renovasi atau konstruksi sesuai
dengan prosedur yang berlaku.
3. Infection Control (IC) dapat mengubah persyaratan kinerja dari ICRA sesuai yang
diperlukan dengan kondisi lapangan. Modifikasi ini tidak mengubah maksud dan
kebijakan yang ada.

D. PRODUK DAN BAHAN


1. Tipe Barrier :
Untuk menghindari kebakaran Polyethylene, biasanya ketebalan 6-mil, dinding
gypsum, fiberglass diperkuat plastik (mirip dengan Api-X Glassboard ), kayu lapis dan
masonite (harus dicat dengan cat tahan api) sebagaimana ditentukan dalam ijin kerja
ICRA.
2. Bleach :
Sebuah disinfektan berbasis air dengan bahan natrium hipoklorit, biasanya dengan
ukuran1 bagian pemutih di 10 bagian air (1 ¾ cangkir pemutih dalam 1 galon
air).Harus dibuat baru setiap 24 jam.
3. Carpet Vacuum; dengan HEPA Filter
4. Control Cube
5. Jenis Pintu;
Pintu kayu maupun logam harus berbingkai logam, handel pintu dipolietilena, atau
polietilena masuk tumpang/tindih ganda sebagaimana ditentukan dalam ijin ICRA.
6. Exhaust Selang :
Fleksible, baja yang kuat, Ventilasi Blower Hose, WPG
7. HEPA Vacuum;
Harus dapat melakukan penyaringan sampai dengan @ 0,5 mikron
8. Mesin tekanan negatif :
Harus mampu menyaring 200-2000 kaki kubik permenit.
9. Kipas angin tekanan negatif :
Bertekanan udara tinggi, tekanan statis, tanpa filter.
10. Walk-off mats;
Sediakan karpet ukuran minimal 18 inci x 24 inci dibasahi dengan larutan pemutih
untuk akses jalan petugas sehingga mencegah debu keluar dari zona.

E. BARRIER/PENGHALANG
1. Ada pintu yang dapat menjadi penghalang ICRA bagi pekerja proyek dengan paparan
ruangan. Ini akan dapat dilaksanakan dengan memperhatikan kontruksi ruang, jenis
kegiatan, dan kelompok risiko.
2. Penghalang yang mengkin ditentukan :
a. A. Polyethylene;
b. Halaman, disamping pintu masuk zona kerja;
c. Menutup langit-langit, ruangan, tempat-tempat interstitial,dan lain-lain;
d. Metode penutupan lain yang sesuai dengan ketentuan ICRA.
3. Penghalang plastik dapat dipakai dengan bingkai logam menggunakan semprot
perekat, sekrup,dan lain-lain;
4. Hambatan dinding kering bisa dengan memiliki sendi dan sekrup ditutupi atau disegel;
5. Flaps Polyethylene ganda yang digunakan sebagai pintu masuk ke tempat kerja harus
tumpang tindih maksimal 2 meter;
6. Jika pintu masuk berengsel digunakan untuk pintu penghalang, sebuah mesin udara
2000 CFM negatif yang besar harus digunakan untuk memastikan 100 kaki permenit
udara keluar dari ruang kerja, ini dapat dimodifikasi dengan ruangan yang kecil;
7. Bukaan pintu ganda mungkin diperlukan sebagai airlock dan PPE area. Hanya satu
pintu yang boleh dibuka pada suatu waktu, pengecualian dibuat untuk pengiriman
barang besar. Dua pintu dibuka secara bersamaan harus diminimalkan.

F. PROSEDUR PENGENDALIAN INFEKSI SECARA UMUM


1. Fasilitas (pelaksana) kegiatan dan IC akan diberitahu sejak awal perencanaan atau
desain tahap dari proyek;
2. Untuk memenuhi persyaratan ICRA, TIM ICRA primer kalau perlu tim Ad hoc ICRA
akan meninjau proyek lingkup pekerjaan, desain, lokasi sekitar dan dampak dari sistem
utilitas. Konstruksi jenis kegiatan, group risiko, dan klasifikasi tingkat akan
ditugaskan;
3. Seluruh tahapan proyek berdasarkan ICRA dapat revisi, tergantung kondisi;
4. TIM ICRA Primer bertanggung jawab untuk mengembangkan ICRA dan menyikapi
kebutuhan lain diluar ICRA;
5. Pengawas proyek (PM) akan mengevaluasi setiap proyek untuk menentukan
klasifikasi peringkat. PM dan IC akan mengevaluasi setiap III tingkat dan IV tingkat.
6. Fasilitas pemeliharaan dan petugas akan mengikuti intervensi ICRA untuk proyek
tingkat I dan II secara rutin tanpa penilaian ICRA resmi atau izin kerja. Untuk tingkat
II dan IV proyek mereka harus mendapatkan izin kerja ICRA dari PM atau IC;
7. Jika mesin udara negatif bermasalah, PM, IC, dan kontraktor akan meninjau intalasi
sebelum koneksi;
8. Kontraktor bertanggung jawab untuk memperoleh surat izin ICRA sebelum memulai
bekerja., posting dipintu masuk zona kerja, informasikan persyaratan ICRA kepada
orang sekitar yang terkena dampak;
9. Kontraktor bertanggung jawab menyediakan tenaga kerja dan peralatan sesuai yang
disyaratkan oleh ICRA;
10. Kontraktor bertanggung jawab untuk menjaga peralatan mereka termasuk penggantian
HEPA dan filter sesuai program sertifikasi filter;
11. Tergantung pada lingkup pekerjaan, fase pekerjaan, dan lokasi pembuangan udara
tanpa filter udara negatif dapat diizinkan;
12. Kontraktor bertanggung jawab untuk menjamin penghalang ICRA sesuai standar;
13. Pada setiap awal shift, ketika tekanan udara diperlukan petugas harus dapat
memenuhi semuanya;
14. Kontraktor harus dapat menyediakan peralatan dan tenaga kerja sesuai kebutuhan
untuk pembersihan area kerja sehingga dapat mencegah akumulasi debu dan puing;
15. Penetrations (pipa, saluran, kabel), dan lain-lain harus disegel;
16. Penghalang harus ada pada lift atau tangga yang ada di zona kerja;
17. Investigasi yang mungkin memerlukan pembukaan ubin atau langit-langit harus
segera diganti setelah selesai penyelidikan dan ketika tanpa pengawasan;
18. Pekerjaan yang dilakukan di ICRA bisa diberi penghalang sementara, tapi harus
segera dipindahkan dan dibersihkan setelah proses selesai;
19. Jika cube pengendalian wajib memiliki udara negatif, sebuah sertifikat mesin udara
negatif harus digunakan;
20. Mesin udara negatif dapat dihubungkan ke daya normal atau darurat dan harus
dijalankan terus menerus;
21. Efektifitas penghalang harus dipantau dan penghalang diperbaiki atau ditingkatkan
untuk mencegah debu dan puing-puing keluar dari zona;
22. HVAC register dan ventilasi dalam bidang konstruksi harus capped kecuali khusus
disetujui oleh PM atau IC;
23. Metode untuk menyerap debu ketat harus menahan tekanan udara statis;
24. Wadah transportasi, gerobak, kotak peralatan, dan lain-lain harus bebas dari debu;
25. Debu harus dibersihkan dari zona kerja dalam wadah tertutup rapat dan diangkut
melalui rute yang diidentifikasi dan ditentukan oleh ICRA;
26. Kontraktor dan bahan yang tidak boleh melewati area pasien harus ditunjuk elevator;
27. Kontraktor harus bebas dari debu sebelum keluar dari zona kerja, jika menggunakan
coverral harus dibersihkan dizona kerja sebelum keluar ke ruang ante;
28. Karpet untuk berjalan harus selalu bersih, diganti setiap hari atau lebih sering lebih
efektif;
29. Peralatan kontraktor harus dibersihkan dengan cairan pemutih untuk mencegah debu
keluar dari zona kerja;
30. Kontraktor wajib segera membersihkan debu yang keluar dari zona kerja;
31. Semua debu yang harus dilakukan dengan menggunakan vacum HEPA disaring.

G. IZIN KERJA ICRA


1. Tulis ICRA IMTA diperlukan untuk pekerjaan tingkat III dan IV, tapi bisa juga
mungkin untuk tingkat II;
2. Ditulis Infection Control Risk Mitigation Plan (ICRMR) untuk semua konstruksi
baru dan renovasi besar dari kamar pasien, atau ruang perawatan;
3. Formulir izin kerja dan intervensi yang terdaftar dapat dimodifikasi sesuai yang
diperlukan;
4. IC akan mengeluarkan nomor izin kerja, dan kemudian memberikan kepada PM;
5. Izin kerja akan ditanda tangani oleh PM, disimpan di file proyek dan IC akan diberi
salinannya;
6. Salinan akan ditempel ditempat kerja, dan akan ditampilkan untuk durasi proyek;
7. PM dan IC dapat menambahkan rincian komentar atau persyaratan yang diperlukan
untuk pekerjaan tertentu;
8. Kontraktor harus mematuhi semua intervensi komentar tambahan, persyaratan kalau
perlu intervensi tambahan Pengendalian Infeksi.
H. IMPLEMENTASI PROSEDUR PENGENDALIAN INFEKSI
1. PM dan pemilik akan mengatur untuk relokasi persediaan, peralatan, mebel, dan lain-
lain dari zona kerja sebelum penghalang dibuat;
2. Segel jendela, area masuk bangunan harus terjamin untuk meminimalkan infiltrasi
dari luar yang mencemari ketika zona kerja berada dibawah tekanan negatif;
3. Kontraktor akan menjalankan mesin udara negatif di zona kerja sebelum penghalang
dipasang;
4. Izin kerja akan ditunjukkan sebelum memasang penghalang di area debu ketat;
5. Kontraktor akan memasang penghalang sesuai dengan persyaratan yang disetujui
ICRA;
6. Serambi akan dibangun untuk menjaga aliran udara dari sisi bersih melalui serambi
dan masuk ke zona kerja;
7. ICRA akan menunjukkan apakah perangkat pemantauan tekanan udara negatif
diperlukan, kontraktor akan mengatur untuk instalasi;
8. Setelah menyelesaikan barrier, kontraktor akan memverikasi tekanan negatif
diterima;

I. PENYELESAIAN PROSEDUR PENGENDALIAN INFEKSI


PM akan memverifikasi bahwa utilitas serta sistem mekanik yang ditugaskan dan/atau
berfungsi sesuai spesifikasi :
1. Setelah pembersihan semua peralatan kontraktor, kontraktor akan mengecek semua
pipa dengan membilas semua perlengkapan selama 5 menit kemudian disiram ke toilet
selama beberapa kali;
2. Setelah pembilasan pipa, penghalang, peralatan dan seluruh zona kerja dibersihkan.
3. Setelah membersihkan penghalang, IC atau PM yang ditunjuk akan melakukan
pemeriksaan;
4. HVAC akan dibersihkan dan ditutup, serta dimatikan. Penutup udara pasokan akan
dibersihkan sebelum penutup udara kembali dilepas. Jika tindakan ini menghasilkan
debu atau kotoran pembersihan dan pemeriksaan akan diulang;
5. Pembersihan hambatan ICRA harus dilakukan dengan hati-hati untuk mencegah
kontaminasi daerah sekitarnya;
6. Untuk meminimalkan debu aerosolisasi selama pembersihan hambatan, polietilena
mungkin ringan semprot dengan larutan pemutih;
7. Kontraktor harus melipat polietyline dengan meminimalkan debu yang mungkin
bertebaran;
8. Puing-puing harus ditempatkan diwadah tertutup untuk proses transportasi;
9. Pembersihan penghalang segera dilakukan jika penghalang akan diambil;
10. Bersihkan mesin udara negatif;
11. Sedot dengan mesin HEPA debu atau kotoran yang dihasilkan saat pembersihan;
12. Seimbangkan sistem HVAC;
13. Pembersihan penghalang dilihat dan disetujui oleh IC atau PM yang ditunjuk;

J. INTERVENSI BERDASARKAN KLASIFIKASI TINGKAT


1. Tingkat 1
a. Izin kerja tidak diperlukan, tetapi PM dapat membuat jika diperlukan;
b. PM dan kontraktor bertanggung jawab untuk mengidentifikasi tingkat intervensi
yang berlaku, jika belum jelas bisa berkonsultasi dengan IC;
c. PM dan kontraktor memverifikasi dan bertanggung terhadap proyek yang
dilakukan;
2. Tingkat 2
a. Izin kerja ICRA tidak diperlukan, tetapi bisa membuat jika diinginkan;
b. Kontraktor dan PM bertanggung jawab untuk mengidentifikasi intervensi tingkat
II,jika belum jelas bisa berkonsultasi dengan IC;
3. Tingkat 3
Harus mematuhi semua tingkat I dan II;
a. PM dan IC diperlukan untuk menyelesaikan ICRA.
4. Tingkat 4
Patuhi semua tingkat IV, III, II, dan I
a. PM dan IC kembali diminta untuk melengkapi ICRA;
b. PM dan IC diperlukan untuk menyelesaikan ICRMR untuk semua konstruksi baru
dan renovasi kamar perawatan pasien;
c. Setelah kegiatan debu hasil dari pembongkaran/konstruksi, dan sepatu
dibersihkan;
Jika intervensi dilakukan di lokasi risikotertinggi (OK, CSSD, Bone Transplantasi
Sumsum/BMT, dan lain-lain):
1. Jika pekerjaan dilakukan di Ruang Operasi, kontraktor harus mematuhi intervensi
pengendalian infeksi yang diterapkan didaerah berisiko tinggi yang ditetapkan oleh
Tim ICRA Primer;
2. Semua peralatan yang akan masuk ke ruang risiko tinggi harus dilakukan penyekaan
dengan desinfektan sampai bebas debu dan kotoran;
3. Kontraktor harus memakai pakaian sesuai dengan ketetapan Ruang Operasi atauCSSD;
4. Semua pekerjaan yang dilakukan dalam lokasi risiko tertinggi harus dijadwalkan oleh
PM dan perawat manager atau yang ditunjuk oleh mereka;
5. Semua pekerjaan yang dilakukan diatas langit-langit atau pekerjaan yang menciptakan
debu dan air aerosolisasi harus dilakukan dalam pengawasan atau Control Cube
memanfaatkan HEPA mesin udara negatif yang bersertifikat;

K. PEMANTAUAN LINGKUNGAN
1. PM, Keselamatan Departemen, IC akan menentukan kapan sampling udara
diperlukan;
2. Kontraktor mendokumentasikan visual konfirmasi tekanan negatif pada Negatif Air
Presure Log Verifikasi;
3. Pemilik boleh memilih untuk memonitor kualitas udara seluruh proyek;
4. PM dan kontraktor mungkin diperlukan untuk menyelesaikan setiap hari Check List
monitor kepatuhan konstruksi pengendalian infeksi sehari-hari.

L. PENDIDIKAN FASILITAS DAN KONTRAKTOR ICRA


1. Semua kontraktor dan PM harus mengikuti pelatihan ICRA;
2. Pendidikan ICRA harus diberlakukan sebelum pekerjaan awal individu;
3. Kontraktor terlatih harus dikawal ICRA terlatih, persetujuan untuk menggunakannon-
kontraktor ICRA terlatih harus disetujui oleh PM;
4. Sesi pelatihan akan ditawarkan dalam kuliah formal atau disetujui oleh IC dalam
presentasi;
5. Kontraktor yang telah melakukan pelatihan mendapat sertifikat yang berlaku selama
satu tahun;
6. Pendidikan harus diulang setiap satu tahun;
7. Tes tertulis harus diberikan untuk memastikan bahwa poin yang bersangkutan telah
dipelajari.

M. PENGAWASAN
1. PM, IC dan fasilitas kesehatan akan memastikan kepatuhan dalam menjalankan
kebijakan ini, dan mereka mempunyai wewenang untuk menghentikan semua
pekerjaan jika kegiatan berisiko terhadap pasien, staf, dan publik;
2. Individu yang tidak bersertifikat tidak mempunyai pelatihan valid diminta untuk
meninggalkan fasilitas;
3. ICRA memantau kepatuhan konstruksi dengan melihat inspeksi dari ICRA dan zona
kerja;
4. Ketidakpatuhan akan segera ditindaklanjuti melalui komunikasi verbal dan kemudian
melalui dokumen tertulis. Rincian pelanggaran akan dikirim ke PM, IC, dan Fasilitas
Departemen dan akan ditempatkan di file proyek. Selanjutnya ulasan akan dibahas
dalam proyek dan pertemuan konstruksi;
5. Pelanggaran kebijakan ini dapat mempengaruhi status sebagai kontraktor yang
berkualitas untuk panawaran selanjutnya;
6. PM akan memberitahukan Assosiated Director sesuai facilities jika kontraktor
melakukan pelanggaran ulang;

N. YANG BERTANGGUNG JAWAB DALAM PROSEDUR


1. Epidemiologi Rumah Sakit;
2. Koordinator IC;
3. Fasilitas yang ditunjuk oleh PM;
4. Asosiasi Direktur Fasilitas Perencanaan dan Konstruksi;
5. Direktur Pemeliharaan Fasilitas;
6. Direktur Keselamatan
O. INFEKSISAAT RENOVASI/PEMBANGUNAN DAN DESAIN RUMAH SAKIT
1. Prinsip Dasar
• Pencegahan infeksi terhadap pasien, staf rumah sakit, pekerja bangunan dan
pengunjung akibat gangguan kualitas lingkungan saat renovasi/pembangunandan
sesudahnya;
• Desain harus memungkinkan staf melaksanakan pedoman PPI (IPC Guidelines);
Masalah yang terjadi saat renovasi/pembangunan rumah sakit adalah :
a. Debu;
Renovasi/pembangunan akan mengotori udara sehingga berdebu dengan konsentrasi
spora jamur (Aspergillus sp) dan kuman (Legionella sp) tinggi (CONSTRUCTION
RELATED NOSOCOMIAL INFECTIONS).

ASPERGILLUS FUMIGATUS

Gambar III – 1 :Spora Jamur Aspergillus Fumigatus

ASPERGILLUS FUMIGATUS
• Penyebab tersering Aspergillosis :
- Invasive;
- Non Invasive.
• > 50% Invasive Aspergillosis;
• Mampu berkembang sampai suhu 55⁰ C;
• Terdapat dimana mana (lembab);
• Invasive Aspergillosis;
- Diagnosis Sulit;
P. KETERLIBATAN KOMITE PPI/TIM PPI DALAM ASPEK PENGENDALIAN
Mortalitas > 50 %.

PALING PENTING : CEGAH TERPAPAR


RISIKO “OUTBREAKS” ASPERGILLOSIS
• Semua aktifitas yang mengakibatkan peningkatan spora di udara :
Pembangunan Gedung, Konstruksi, Renovasi, Perbaikan;
• Permukaan Lembab.

Gambar III – 2 : Atap Rumah dengan Permukaan Lembab

b. Kontaminasi Air dan Sistem Pendingin Udara;


Saat renovasi terkontaminasi patogen Legionella Sp
(CONSTRUCTION RELATED NOSOCOMIAL INFECTIONS).

Gambar III – 3 : Contoh Salurah Pipa yang Rusak


LEGIONELLA Sp.
• Airborne & Waterborne Transmission;
• Umum Terdapat dalam Sumber Air Natural;
• Berakumulasi dalam “BIOFILM” Pipa Air, Bak Penampungan;
• Berkembang Biak pada Suhu 20° - 45° C.

Gambar III – 4 : Kuman Legionella Sp.

c. Pasien “High Risk”.


• Pasien Transplantasi;
• Pasien di Bangsal Hematologi dan Onkologi Neutropenia;
• Pasien dengan Pengobatan Corticosteroid;
• Pasien “Immunocompromised” Lainnya (DM, ODHA, dll).

Gambar III – 5 :Pasien High Risk


1. Sumber Mikroorganisme Penyebab Infeksi
a. Debu dan Tanah;
b. Pipa Saluran Air;
c. Sistem Ventilasi.
Pencegahan :
a. Kurangi Debu;
b. Cegah Migrasi Debu dari Lokasi :“Barrier” Plastik dari Lantai sampai Langit
Langit.
Gambar III – 6 :Contoh “Barrier” Plastik dari Lantai

c. “Pre-Construction“(Sebelum Kegiatan Dimulai)


 Konsultasi kepada Komite PPIRS;
 Identifikasi Kemungkinan Kerusakan Saluran Pipa Air atau Sistem AC;
 Identifikasi dan Peta Pasien“High Risk”;
 Pelatihan Pekerja;
 Tentukan Alur Gerakan Pekerja.
d. “Construction” (Saat Kegiatan)
 Awasi Alur Pasien, Kalau Perlu Gunakan Masker N-95 / Respirator kepada
Pasien;
 Tutup Rapat Pintu dan Jendela, Tambahkan “Seal”;
 “Barrier” Debu;
 Tekanan Negatif Area Kerja;
 Hepa Filter di Bangsal Pasien “High Risk”.
 Awasi Kegiatan dengan Ketat :
- Alur Material dan Bahan Sisa/Sampah;
- Kepatuhan Pekerja;
- Risiko Kontaminasi Pipa Air atau Sistem AC.
e. “Post Construction” (Pasca Kegiatan)
 Area Harus Bersih dan Bebas Debu;
 IPCO Menilai Area Sebelum Digunakan;
 Kalau Perlu Lakukan “Air Sampling” dan “Kultur Lingkungan”
2. Faktor “Design” yang Mempengaruhi Transmisi Infeksi Rumah Sakit
a. Jumlah Pasien dan Perawat;
b. Jumlah dan Jenis Pemeriksaan / Prosedur;
c. Ruangan yang Tersedia;
d. Jumlah dan Jenis Kamar;
e. Jumlah Tempat Tidur per Kamar;
f. Lantai dan “Permukaan”;
g. Air, Listrik dan Sanitasi;
h. Ventilasi dan Kualitas Udara;
i. Pengelolaan Alat Medis;
j. Pengelolaan Makanan, Laundry dan Limbah.

 Jumlah Pasien dan Perawat;


Rasio Pasien – Perawat
1 : 3 – 10
 Jumlah dan Jenis Pemeriksaan / Prosedur;
Desain Ketersediaan Alat Medis dan APD (Jumlah dan Jenis) yang Dibutuhkan.
 Ruangan yang Tersedia;
Ruang Tunggu, Ruang Petugas, Ruang Rawat, Ruang Isolasi (di tiap-tiap
Bangsal);
 Jumlah dan Jenis Kamar;
- Maksimum 40 Tempat Tidur setiap Bangsal / Ruangan;
- Tersedia “Single Room” untuk Isolasi Pasien Infeksius.
 Jumlah Tempat Tidur per Kamar;
- 2 – 4 Tempat Tidur (Jarak Minimum 1 Meter);
Ideal : 1 Tempat Tidur Tiap Kamar;
- Tiap Kamar Tersedia Fasilitas Alcohol – Based Hand Rub (ABHR);
Ideal : Tiap Tempat Tidur;
- Toilet dan Shower tiap Kamar.
 Lantai dan “Permukaan”;
- Mudah Dibersihkan;
- Tidak Ada Karpet;
- Rekomendasi : Vinyl.
 Air, Listrik dan Sanitasi;
- Air Minum Diperiksa Secara Berkala;
- Air Bersih dan Listrik Tersedia 24 Jam / Hari;
- Pengelolaan Air Unit Khusus (Hemodialisis, Bangsal Transplant) --- Cegah
Perkembangan Kuman Legionella, Pseudomonas, Jamur dan Mikroorganisme
Lingkungan Lainnya.
 Ventilasi dan Kualitas Udara;
- Who Menyarankan Ventilasi Alamiah untuk PPI – TB ( 2009 );
- Mampu Mencegah Transmisi Airborne.
 Pengelolaan Alat Medis;
- “Clean” & “Dirty” Harus Terpisah;
- Tindakan Mempersiapkan Infus dan Injeksi di Ruang Bersih dan Terpisah;
- Alat Steril Disimpan di Lemari Tertutup.
 Pengelolaan Makanan, Laundry dan Limbah.
- Lantai Dapur dan “ Permukaan “ Harus Terbuat dari Bahan yang Mudah
Dibersihkan;
- Makanan Hangat Segera Dikonsumsi atau Didinginkan Sebelum Disimpan;
- Linen dan Pakaian Kerja Petugas Sudah Terkontaminasi Cuci di Rumah
Sakit;
Alasan WHO Menyarankan 1 Kamar - 1 Tempat Tidur (Single Bed Rooms)
- Kwalitas Tidur Lebih Baik;
- Privasi Meningkat;
- Tingkat Kebisingan Menurun;
- Transmisi Mikroorganisme Menurun;
- Kesalahan Pemberian Obat Menurun;
- Proteksi Data Pasien Lebih Baik.

Q. KESIMPULAN
1. IPCO Harus Dilibatkan dalam Perencanaan, Pelaksanaan dan Pengawasan;
2. Pelatihan terhadap Pekerja Bangunan;
3. Tentukan Alur Pekerja, Bahan Material dan Sampah Bangunan;
4. Pekerjaan Tidak Boleh Dimulai Sebelum “Penilaian Risiko” Lengkap Dilakukan;
5. Waspada Terhadap “CONSTRUCTION RELATED NOSOCOMIAL INFECTIONS”
 Aspergillosis;
 Legionellosis.
6. Fokus Perhatian
 Lingkungan Sekitar Area;
 Sistem Pipa Air;
 Sistem Ventilasi.
7. Renovasi di Rumah Sakit berbeda karena Pasien lebih Memerlukan Kualitas Udara
yang Baik;
8. Syarat Penting dalam Desain
 Suplai Air Bersih dan Listrik Konstan 24 Jam / Hari;
 Jumlah dan Jarak Tempat Tidur Adekuat;
 Ventilasi sesuai Prinsip PPI;
 Sanitasi Untuk :
- Pasien;
- Pengunjung;
- Staf Rumah Sakit;
- Lantai dan Permukaan;
- Bahan yang Mudah Dibersihkan.
BAB IV DOKUMENTASI

ICRA DAMPAK
DARI RENOVASI DAN KONSTRUKSI

No. Dokumen Revisi ke- Halaman

017/SPO/RSHK/VII/2022 0 1/3
Tanggal Terbit Ditetapkan,
Standar Prosedur Direktur
Operasional

05 Juni 2022
(dr. Eko Budi Heryanto, MM)

Pengertian Suatu proses untuk mencegah risiko penularan penyakit melalui udara, uap
air dari fasilitas rumah sakit pada saat pembangunan, renovasi dan
pemeliharaan

Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk meminimalkan risiko


terjadinya penularan penyakit kepada pasien, petugas, dan pengunjung
akibat dari adanya jamur atau bakteri tersebar keudara melalui debu atau
aerosolisasi udara selama konstruksi, renovasi ataupun proses
pemeliharaan di area terdekat
Sssuai yang di atur dalam Surat Keputusan (SK) Direktur:
Kebijakan 017/SPO/RSHK/VII/2022 Tentang ICRA dampak Dari renovasi dan
konstruksi. Bersis Kebijakan direktur/Pedoman/Panduan yang mendasari
terkait SPO tersebut
ICRA DAMPAK
DARI RENOVASI DAN KONSTRUKSI

No. Dokumen Revisi ke- Halaman

017/SPO/RSHK/VII/2022 0 2/3

Prosedur 1. Tentukan tipe kegiatan proyek yang akan dilakukan;


2. Tentukan tingkat risiko lokasi kerja, jika lebih dari satu tingkat,
pilih tingkat risiko yang lebih tinggi;
3. Cocokkan antara tingkat risiko dan tipe kegiatan untuk
mengidentifikasi klasifikasi tingkat ICRA;
4. Identifikasi tingkat risiko di daerah sekitarnya, jika lebih dari satu,
pilih tingkat risiko yang lebih tinggi;
5. Identifikasi tempat tertentu yang akan dikerjakan, misalnya ruang
pasien, koridor, dll;
6. Identifikasi masalah yang berkaitan dengan HVAC, pipa, dan listrik
yang mungkin perlu pemadaman dan berdampak pada perawatan
pasien;
7. Tunjukkan potensi risiko kerusakan udara diluar zona kerja;
8. Kenali tindakan penahanan ICRA yang diperlukan;
9. Tetapkan jam kerja kegiatan, apakah dilakukan dalam jam
kerja, atau ada pada waktu selain itu;
ICRA DAMPAK
DARI RENOVASI DAN KONSTRUKSI

No. Dokumen Revisi ke- Halaman

017/SPO/RSHK/VII/2022 0 3/3

Prosedur 10. Lakukan koordinasi dengan PPI pada desain yang berkaitan

dengan ; kamar bersih dan kotor, ruang dan fasilitas untuk

cuci tangan, ruang layanan khusus, ruang isolasi (tekanan

positif), ruangan tekanan negatif, dinding dan lantai tertutup,

dan jenis ubin;

11. Pertahankan tempat kerja selalu bersih setiap hari dengan

membersihkan dan melepas penghalang setiap hari, dengan

cara memasang protokol pembersihan

Ruang Lingkup 1. Semua Unit;


2. Perencanaan;
3. PPI/IPCN;
4. K3;
5. Pihak Kontraktor
ICRA DAMPAK DARI RENOVASI DAN KONSTRUKSI

LEVEL I
No. Dokumen Revisi ke- Halaman

018/SPO/RSHK/VII/2022 0 1/2

Tanggal Terbit Ditetapkan,


Standar Direktur
Prosedur
Operasional (dr. Eko Budi
05 Juni 2022 Heryanto, MM)

Pengertian Suatu Proses untuk mencegah risiko penularan penyakit akibat dari
tindakan konstruksi dan renovasi bangunan Level I.

Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk meminimalkan risiko


terjadinya penularan penyakit kepada pasien akibat dampak dari proses
tindakan konstruksi dan renovasi bangunan Level I.
Sesuai yang di atur dalam Surat Keputusan (SK) Direktur:
Kebijakan 034/SPO/RSHK/VII/2022 Tentang ICRA dampak dari renovasi dan
konstruksi level I berisi Kebijakan di rektur/Pedoman/ Panduan terkait
yang mendasari SPO tersebut.

Prosedur 1. Laksanakan pekerjaan dengan metode meminimalisasi timbulnya


debu dari pelaksanaan kegiatan konstruksi;
2. Segera meletakkan kembali ketempat semula plafon atap yang
diganti untuk pemeriksaan yang kelihatan;
3. Bersihkan area kerja setelah menyelesaikan tugas.
ICRA DAMPAK DARI

RENOVASI DAN KONSTRUKSI LEVEL I

No. Dokumen Revisi ke- Halaman

018/SPO/RSHK/VII 0 2/2
/2022
Tanggal Terbit Ditetapkan,
Standar Prosedur Direktur
Operasional

05 Juni 2022
(dr. Eko Budi Heryanto, MM)
Ruang Lingkup 1. Semua Unit;
2. Perencanaan;
3. PPI/IPCN;
4. Pihak Kontraktor;
5. K3.
ICRA DAMPAK DARI

RENOVASI DAN KONSTRUKSI LEVEL II

No. Dokumen Revisi ke- Halaman

019/SPO/RSHK/VII/2022 0 1/2
Tanggal Terbit Ditetapkan,
Standar Prosedur Direktur
Operasional

05 juni 2022
(dr. Eko Budi Heryanto, MM)

Pengertian Suatu proses untuk mencegah risiko penularan penyakit akibat dari tindakan
konstruksi dan renovasi bangunan Level II.

Tujuan Untuk meminimalkan risiko terjadinya penularan penyakit kepada pasien


akibat proses tindakan konstruksi dan renovasi bangunan Level II.
Sesuai yang di atur dalam Surat Keputusan Direktur:
Kebijakan 036/SPO/RSHK/VII/2022 Tentang ICRA Dampak Dari Renovasi Dan
Konstruksi Level II berisi kebijakan direktur/Pedoman/Panduan terkait yang
mendasari SPO tersebut

Prosedur 4. Sediakan sarana aktif untuk mencegah debu udara dari penyebaran ke
atmosfer;
5. Air kabut permukaan kerja untuk mengendalikan debu pada waktu
pemotongan;
6. Seal pintu yang tidak terpakai dengan lakban;
7. Tempatkan tirai debu di pintu masuk dan keluar area kerja;
SPO ICRA DAMPAK DARI

RENOVASI DAN KONSTRUKSI LEVEL II

No. Dokumen Revisi ke- Halaman

019/SPO/RSHK/VII/2022 0 2/2
Prosedur 8. Hilangkan atau isolasi sistem HVAC (Heating, Ventilation, dan Air
Conditioning) yang sedang dilaksanakan;
9. Setelah selesai kegiatan, lap permukaan kerja dengan pembersihan /
desinfektan;
10. Tutup wadah yang berisi limbah konstruksi sebelum dipindahkan
harus tertutup rapat;
11. Pel basah atau vacuum dengan HEPA filter, vakum sebelum
meninggalkan area;
6. Kembalikan sistem HVAC dimana pekerjaan dilakukan setelah semua
pekerjaan selesai
Ruang Lingkup 7. Semua Unit;
8. Perencanaan;
9. PPI/IPCN;
Pihak Kontraktor;
10. K3.
ICRA DAMPAK

DARI RENOVASI DAN KONSTRUKSI LEVEL III

No. Dokumen Revisi ke- Halaman

020/SPO/RSHK/VII/2022 0 1/1
Tanggal Terbit Ditetapkan,
Standar Prosedur Direktur
Operasional

05 Juni 2022
(dr. Eko Budi Heryanto, MM)

Pengertian Suatu proses untuk mencegah risiko penularan penyakit akibat dari tindakan
konstruksi dan renovasi bangunan Level III.

Tujuan Untuk meminimalkan risiko terjadinya penularan penyakit kepada pasien


akibat proses tindakan konstruksi dan renovasi bangunan Level III.
Sesuai yang di atur Surat Keputusan (SK) Direktur: 020/SPO-
Kebijakan PPI/RSHK/VII/2022 Tentang ICRA dampak dari renovasi dan konstruksi
level III berisi Kebijakan di rektur /Pedoman/Panduan terkait yang mendasari
SPO
Tersebut
Prosedur 1. Hilangkan / lepaskan atau isolasi sistem HVAC diarea, dimana pekerjaan
sedang dilakukan untuk mencegah kontaminasi dari system saluran;
2. Lengkapi semua barrier/penghalang penting yaitu sheetrock, plywood,
plastik untuk menutup area dari area yang tidak untuk kerja atau
menerapkan metode pengendalian kubus (gerobak dengan penutup plastic
dan koneksi disegel ketempat bekerja dengan HEPA vakum untuk
menyedot debu sebelum keluar) sebelum konstruksi dimulai;
3. Vakum area kerja dengan HEPA filtered vacums;
SPO ICRA DAMPAK DARI

RENOVASI DAN KONSTRUKSI LEVEL III

No. Dokumen Revisi Halaman


ke-
020/SPO/RSHK/VII/2022 1/1
0
Standar Prosedur Tanggal Terbit Ditetapkan,
Operasional Direktur

05 Juni 2022
(dr. Eko Budi Heryanto, MM)
Prosedur 4. Jaga tekanan udara negatif di dalam tempat kerja dengan
menggunakan HEPA unit yang dilengkapi dengan penyaringan;
5. Tutup dengan rapat wadah tempat limbah konstruksi sebelum di
transportasikan kalau perlu diberi tali jika penutup tidak kuat;
6. Jangan menghilangkan barier/penghalang dari area kerja sampai
proyek selesai diperiksa oleh Komite PPIRS (pembersihan oleh
bagian kebersihan RS);
7. Hilangkan barier/penghalang material dengan hati-hati untuk
meminimalisasi penyebaran dari kotoran dan puing –puing yang
terkait dengan konstruksi
8. Bersihkan area kegiatan dengan lap basah dan desinfektan;
9. Kembalikan sistem HVAC setelah semua kegiatan selesai.
Ruang Lingkup 11. Semua Unit;
12. Perencanaan;
13. PPI/IPCN;
14. Pihak Kontraktor;
15. K3.
ICRA DAMPAK

DARI RENOVASI DAN KONSTRUKSI LEVEL IV

No. Dokumen Revisi ke- Halaman

021/SPO/RSHK/VII/2022
0 1/3
Tanggal Terbit Ditetapkan,
Standar Prosedur Direktur
Operasional

05 Juni 2022
(dr. Eko Budi Heryanto, MM)

Pengertian Suatu proses untuk mencegah risiko penularan penyakit akibat dari
tindakan konstruksi dan renovasi bangunan Level IV.

Tujuan Untuk meminimalkan risiko terjadinya penularan penyakit kepada pasien


akibat proses tindakan konstruksi dan renovasi bangunan Level IV.
Sesuai yang di atur dalam Surat Keputusan (SK) Direktur:
Kebijakan 021/SPO/RSHK/VII/2022 Tentang ICRA dampakdari renovasi dan
konstruksi level IV Kebijakan direktur/Pedoman/Panduan terkait yang
mendasari SPO tersebut

Prosedur 10. Isolasi sistem HVAC di area kegiatan untuk mencegah kontaminasi
system saluran;
11. Lengkapi semua barieer penting yaitu sheetrock, plywood, plastic
untuk menutup area dari area yang tidak untuk kerja atau menerapkan
metode pengendalian kubus (gerobak dengan penutup plastik dan
koneksi disegel ketempat bekerja dengan HEPA vakum untuk
menyedot debu sebelum keluar) sebelum konstruksi dimulai;
ICRA DAMPAK

DARI RENOVASI DAN KONSTRUKSI LEVEL IV

No. Dokumen Revisi Halaman


ke-
021/SPO/RSHK/VII/2022 2/3
0
Prosedur 12. Jaga tekanan udara negatif di dalam tempat kerja dengan
menggunakan HEPA Unit yang dilengkapi dengan penyaringan
udara;
13. Segel lubang, pipa, saluran dan lubang – lubang kecil yang bias
menyebabkan kebocoran;
1. Bangun serambi /ruangan untuk menyedot debu dari semua personil
yang melewati ruangan ini dengan vakum cleaner HEPA sebelum
meninggalkan tempat kerja
2. Lepas baju kerja, baju kertas setiap kali petugas meninggalkan area
kerja;
3. Pakai penutup sepatu bagi semua personil yang memasuki
area kerja, dan ganti setiap kali personil keluar dari area kerja;

4. Tutup wadah limbah konstruksi dengan rapat sebelum transportasi


keluar;
5. Vakum area kerja dengan vakum HEPA filter;
6. Bersihkan/ pel area kerja dengan pembersih / desinfektan;
7. Mengembalikan sistem HVAC dimana pekerjaan dilakukan setelah
pekerjaan selesai;
8. Jangan menghilangkan barier/penghalang dari area kerja sampai
proyek selesai diperiksa oleh Komite PPIRS (pembersihan oleh
bagian kebersihan RS);
ICRA DAMPAK

DARI RENOVASI DAN KONSTRUKSI LEVEL IV

No. Dokumen Revisi Halaman


ke-
021/SPO/RSHK/VII/2022 2/3
0
Prosedur 9. Hilangkan barier/penghalang material dengan hati-hati untuk
meminimalisasi penyebaran dari kotoran dan puing –puing yang terkait
dengan konstruksi;
10. Vakum area kerja dengan HEPA filtered vacums;
11. Bersihkan area kegiatan dengan lap basah dan desinfektan;
14. Kembalikan sistem HVAC setelah semua kegiatan selesai
Ruang Lingkup 16. Semua Unit;
17. Perencanaan;
18. PPI/IPCN;
19. Pihak Kontraktor;
20. K3;

Anda mungkin juga menyukai