Anda di halaman 1dari 11

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT BHAKTI MULIA

NOMOR : Kep/RSBM/II/2019

Tentang

PENETAPAN PANDUAN PRA-CONTRUCTION RISK ASSESSMENT


DI RUMAH SAKIT BHAKTI MULIA

Menimbang : 1. Bahwa dalam kegiatan konstruksi/


pembangunan berpotensi menimbulkan
dampak pada setiap orang di Rumah Sakit dan
pasien dengan kerentanan tubuhnya dapat
menderita dampak terbesar. Kebisingan dan
getaran yang terkait dengan konstruksi dapat
mempengaruhi tingkat kenyamanan pasien
dan istirahat/tidur dapat pula terganggu, baik
bau maupun debu yang mengubah kualitas
udara.

2. Bahwa untuk mencegah dan mengurangi resiko


perlu dilakukan Assessment resiko setiap ada
kegiatan konstruksi, renovasi, maupun
demolisis/ pembongkaran bangunan, sehingga
pada waktu pelaksanaan sudah ada upaya
pengurangan resiko terhadap dampak
konstruksi, renovasi tersebut;

3. Bahwa berdasarkan pertimbangan


sebagaimana dimaksud dengan pernyataan
butir (a) dan butir (b) di atas, maka dipandang
perlu diatur dan ditetapkan dengan Keputusan
Direktur Rumah Sakit Bhakti Mulia;

Mengingat : 1. Undang-undang Republik Indonesia No. 36


tahun 2009 tentang Kesehatan;

2. Undang-undang Republik Indonesia No. 44


tahun 2009 tentang Rumah Sakit;

3. Undang-undang Republik Indonesia No. 24


tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana;

4. Undang-undang Republik Indonesia No. 1


tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja;

5. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.


1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit;

6. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.


876/Menkes/SK/VIII/2001 tentang Pedoman
Teknis Analisis Dampak Kesehatan
Lingkungan;

7. Kepmenkes No. 1335/Menkes


1335/Menkes/SK/X/2002 tentang Standar
Operasional Pengambilan dan Pengukuran
Kualitas Udara Ruangan Rumah Sakit.

8. Kepmenkes RI No.1405/Menkes/SK/XI/2002
tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Kerja Perkantoran dan Industri.

9. Kepmenkes RI No. 907/Menkes/SK/VIII/2002


tentang Syarat-syarat Pengawasan Kualitas Air
Minum.

10. Peraturan Pemerintah No. 10 tahun 1989


tentang penyediaan dan pemanfaatan tenaga
listrik.

11. Peraturan Pemerintah No. 36 tahun 2005


tentang peraturan pelaksanaan undang-
undang no. 28 th 2002 tentang Bangunan
gedung.

12. Peraturan menteri kesehatan no.


363/Menkes/Per/IV/1998 tentang Pengujian
dan kalibrasi alat kesehatan pada sarana
pelayanan kesehatan.

13. Peraturan menteri kesehatan no. 66 tahun


2016 tentang K3 RS.

MENETAPKAN

Menetapkan :

Pertama : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT BHAKTI


MULIA TENTANG PENETAPAN PANDUAN PRA-
CONTRUCTION RISK ASSESSMENT DI RUMAH
SAKIT BHAKTI MULIA.

Kedua : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dan


apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan
dalam penetapan ini akan diadakan perbaikan
sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 27 Februari 2019

Direktur

dr. Antonius T S Prabowo, MARS


Lampirkan Surat Keputusan
Direktur RS. Bhakti Mulia
Nomor : B/043-01/RSBM/XII/2019
Tanggal : 27 Februari 2019

PANDUAN PRA-CONTRUCTION RISK ASSESSMENT


DI RUMAH SAKIT BHAKTI MULIA
BAB I
DEFINISI

Proses pembangunan dan renovasi merupakan hal yang tidak terhindarkan dari
operasional rumah sakit. Adapun proses yang ada pada PCRA renovasi bangunan
adalah:

1. Pembangunan adalah proses membuat struktur bangunan atau prasarana yang


sebelumnya tidak ada dalam pembangunan Rumah Sakit Bhakti Mulia menjadi
ada.
2. Renovasi adalah proses perbaikan suatu struktur bangunan maupun
prasaranayang sebelumnya sudah ada dalam bangunan Rumah Sakit Bhakti
Mulia.
3. System Heating, Ventilation and Air Conditioning (HVAC)/ Sistem Tata
Udara Sistem yang mengondisikan lingkungan melalui pengendalian suhu,
kelembapan, arah pergerakan udara dan mutu udara.
4. Kelembapan nisbi adalah parameter untuk menyatakan banyaknya uap di
dalam udara berupa nisbah antara tekanan uap yang ada saat itu dan tekanan
uap maksimum yang mungkin dicapai dalam suhu dan tekanan udara saat itu.
5. Kelembapan udara adalah banyaknya kandungan uap di atmosfer.
6. Infection Control Risk Assesment (ICRA) adalah proses untuk menetukan
potensial terjadinya penularan infeksi yang dapat terjadi dari udara dan air
melalui kontaminasi geologis di fasilitas selama adanya kegiatan pemeliharaan,
pembongkaran, perbaikan. Pembangunan dan renovasi bangunan dapat
mempertimbangkan.
a. Identifikasi hazard
b. Analisa risiko terkait hazard tersebut
7. Menentukan/ memutuskan cara untuk mengeliminasi dan mengendalikan
hazard
Suatu kegiatan membangun sarana atau prasarana dalam sebuah bidang
arsitektur atau teknik sipil

Adapun tujuan PCRA adalah :

1. Sebagai acuan dalam pelaksanaan pembangunan maupun renovasi di


lingkungan Rumah Sakit Bhakti Mulia
2. Mencegah dan pengendalian bahaya selama berlangsungnya pengerjaan
proyek.
3. Sebagai acuan untuk mengevaluasi pelaksanaan program keselamatan dan
kesehatan kerja.
4. Meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit meliputi, kualitas pelayanan,
manajemen risk clinical governance.

Sasaran PCRA adalah :


Seluruh tugas dapat mengerti dan mampu melaksanakan pembangunan
maupun renovasi di lingkungan Rumah Sakit Bhakti Mulia sesuai panduan
pembangunan atau renovasi dengan mengutamakan keselamatan pasien,
karyawan dan masyarakat disekitar Rumah Sakit Bhakti Mulia

Landasan Hukum
1. Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit
a. Pasal 7 tentang persyaratan;
b. Pasal 8 tentang Lokasi;
c. Pasal 9 tentang Bangunan;
d. Pasal 11 tentang Prasarana
2. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung.
3. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 29/PRT/M/2006 tentang
Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung.
4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2016
Tentang K3 Rumah Sakit.

BAB II
RUANG LINGKUP

Adapun ruang lingkup Pre-Contruction Risk Assesment (PCRA) renovasi bangunan


adalah :
1. Alur Pembangunan atau Renovasi
a. Melakukan tinjauan terhadap lokasi yang akan dibangun.
b. Pembuatan rencana anggaran belanja.
c. Mengajukan usulan pembangunan atau renovasi (proposal).
d. Permohonan persetujuan ke Direktur rumah sakit (membuat analis terhadap
pelayanan)
e. Mengerjakan proyek pembangunan dan renovasi.
f. Pembersihan lokasi pembangunan atau proyek.
g. Serah terima kepada user.
2. Penanggung Jawab Proses Pembangunan atau Renovasi dan Uraian Tugas
a. Pelaksanaan pembangunan atau renovasi Swakelola/pihak ketiga.
b. Penanggung jawab pekerjaan rumah sakit/pihak ketiga (vendor)
c. Uraian tugas penanggung jawab pembangunan dan renovasi.
3. Identifikasi area yang akan dilakukan Pembangunan dan Renovasi.
Proses mencari informasi yang berkaitan dengan pembangunan atau renovasi.
4. Analisa Dampak Proses Pembangunan dan Renovasi Terhadap Pelayanan
Melakukan kajian dan informasi yang didapat pada saat melakukan identifikasi.
5. Langkah-langkah PCRA Renovasi/Pembangunan.
6. Pelaksanaan Proses Pembuangan.
7. Laporan dan Dokumentasi.
8. Lampiran-lampiran.

BAB III
TATA LAKSANA

A. Alur Pembangunan Atau Renovasi


Pembangunan atau renovasi dikerjakan oleh RSIA Mutiara Bunda Ciledug

KKKa.Unit/Ruangan/ B Bagian Umum


Instalasi

8. 1. Internal 1. Manajer Umum: Inspeksi oleh K3RS, KPPI,


9. 2.Pihak 2. 1. Melakukan penggambaran Kesling
ketiga/Vendor 3. 2. Menyusun RAB (Budget)
4. 3. Persetujuan ke Direktur RS
5. 4. Waktu Pelaksanaan
6. 5. Pemberitahuan ke K3, KPPI
7. 6. Dll.

Analisa dampak terhadap


pelayanan (melibatkan
K3RS, KPPI, kesling)

Pengerjaan proyek
pembangunan/renovasi

Evaluasi dari Pembersihan sisa proyek


Serah Terima
Komite K3
B. Uraian Tugas Penanggung Jawab Pelaksana Pembangunan Atau Renovasi
1. Pelaksanaan Pembangunan atau renovasi
a. Swakelola
Pelaksana pembangunan atau renovasi dilakukan sendiri oleh pihak Rumah
Sakit Bhakti Mulia
b. Pihak ketiga/vendor
Pelaksana pembangunan diserahkan kepada pihak lain di luar (pihak ketiga)
tidak dilakukan oleh Rumah Sakit Bhakti Mulia
2. Penanggung jawab proses pembangunan dan renovasi terdiri dari pihak Rumah
Sakit Bhakti Mulia
a. Penanggung jawab : Manajer Umum
b. Tugas :
1) Menyusun perencanaan proses pengerjaan termasuk menyusun
gambar teknik dan anggaran.
2) Melakukan analisa dampak terhadap proses pelayanan bersama
dengan Komite PPI dan Kesehatan dan Keselamatan rumah sakit
(K3RS).
3) Melakukan koordinasi dengan pihak user selama proses
pengerjaan.
4) Melakukan pengawasan terhadap pihak kontraktor ke user setelah
pekerjaan selesai.
5) Mengawasi proses serah terima dari kontraktor ke user setelah
pekerjaan selesai.
6) Melakukan dokumentasi proses kontruksi/ renovasi.
3. Pihak Kontraktor
a. Penanggung Jawab
Pimpinan proyek atau perwakilan perusahaan kontraktor yang bertanggung
jawab atas proses pengerjaan.
b. Tugas
1) Berkoordinasi dengan pihak Rumah Sakit Bhakti Mulia dalam
perencanaan pengerjaan sehubungan dengan hasil analisa dampak
serta melakukan antisipasi terhadap kemungkinan dampak tersebut.
2) Berkoordinasi dengan pihak Rumah Sakit Bhakti Mulia sehubungan
dengan pengadaan dan penempatan material yang diperlukan untuk
proses kontruksi dan renovasi yang akan dilakukan.
3) Memastikan bahwa seluruh pekerja dan proses pengerjaan yang
terjadi mengikuti standar keselamatan dan pencegahan serta
pengendalian infeksi yang berlaku di Rumah Sakit Bhakti Mulia
4) Mengawasi pengerjaan proyek dari hari ke hari.
5) Memastikan bahwa proses pengerjaan berlangsung sesuai dengan
rencana.
6) Melakukan pembersihan berkala sesuai perencanaan.
7) Melakukan koordinasi harian dengan pihak Rumah Sakit Bhakti Mulia.
8) Melakukan penyerahan hasil proyek kepada pihak Rumah Sakit
Bhakti Mulia.

c. Identifikasi Perencanaan Pembangunan Atau Renovasi


1. Fasilitas yang akan dibangun.
Pembangunan atau renovasi diluar gedung atau didalam gedung dengan
menyebutkan unit atau area.
2. Luas area yang akan dibangun
Disebutkan dengan besaran ukuran misalkan m2
3. Material apa yang digunakan, contoh : semen, kayu, batu bata dll
4. Lama pekerjaan : hari, minggu, bulan, atau tahunan.
5. Unit terkait dalam pembuatan pembangunan atau renovasi.
6. Izin-izin yang terkait dengan pembangunan atau renovasi contohnya :
IMB, Izin Penggunaan Air Tanah dll.
7. Hasil koordinasi atau notulen rapat dengan K3RS dan Komite PPI.
8. Potensi kecelakaan kerja yang kemungkinan terjadi seperti: terjatuh
tertimpa, terpotong, terlindas, dll.

d. Penilaian Risiko Pembangunan Atau Renovasi Terhadap Pelayanan


Penilaian dampak :
1. Penilaian dampak dilakukan seobjektif mungkin dengan mengumpulkan
informasi sebelum menilai risiko dari suatu aktivitas.
2. Informasi tentang suatu aktifitas (durasi, frekuensi, lokasi dan siapa yang
melakukan).
3. Tindakan pengendalian risiko yang telah ada peralatan atau mesin yang
digunakan untuk melakukan aktivitas.
e. Langkah-langkah PCRA Renovasi/Pembangunan
1. Langkah 1 : Meeting Koordinasi Proyek
Adalah melakukan pertemuan dengan seluruh pihak terkait proyek
renovasi/ pembangunan. Saat pertemuan ini dibahas mengenai proyek
yang akan dilaksanakan, mulai dari denah proyek, jadwal proyek, pekerja
proyek dan jenis proyek.

2. Langkah 2 : Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko


Selanjutnya adalah tahap identifikasi bahaya disetiap kegiatan proyek,
dari peletakan batu pertama hingga serah terima hasil pekerjaan. Pada
tahap ini diharapkan kontraktor menyerahkan atau menjelaskan seluruh
tahapan proses pembangunan/ renovasi. Kemudian K3RS akan
melakukan identifikasi bahayanya dan penilaian risikonya. Risiko yang
sudah teridentifikasi harus ditentukan peringkatnya (grading) dengan
memperhatikan :
a. Tingkat peluang/ frekuensi kejadian (likelihood)
Tingkat Risiko Deskripsi peluang/Frekuensi
1 Sangat jarang/rare (> 5 tahun/kali)
2 Jarang/unlikeliy (> 2-5 tahun/kali)
3 Sedang (1-2 tahun/kali)
4 Sering/likely (beberapa kali/tahun)
5 Sangat sering/almost certain (tiap
minggu/bulan)

b. Tingkat dampak yang dapat/ sudah ditimbulkan (consequence)


Rating Tingkat Efek Terhadap Efek Efek Pada
Konsekuensi Konsekuensi Manusia Terhadap Lingkungan
Perusahaan
5 Fatality Cacat tetap atau Perusahaan Menimbulkan
dapat berenti/ tutup kerusakan
mengakibatkan atau rugi lingkungan
kematian mulai dari yang sangat
Rp 1 miliar besar dalam
ke atas luas, bersifat
permanen
(berdampak
jangka
panjang dan
tidak
direhabilitasi)
serta
memberikan
dampak
langsung
terhadap
masyarakat
luas
4 Berat Epidemic, cedera Menghentika Menimbulkan
yang berakibat n proses di kerusakan
hari hilang dan beberapa lingkungan
berakibat cacat bagian atau yang besar
sebagian rugi <Rp 1 dan luas,
miliar dan terus menerus
mulai dari dalam jangka
Rp 100juta waktu yang
panjang dapat
direhabilitasi
tetapi
memerlukan
biaya yang
mahal
3 Sedang Cedera yang Mengehentik Menimbulkan
berakibat hari an proses di kerusakan
hilang (lost time) suatu bagian lingkungan
tanpa berakibat atau rugi < yang besar
cacat Rp 100juta (melebihi nilai
dan mulai baku mutu
dari Rp 1juta lingkungan/
ketentuan
lainnya) dan
luas
(menyebar
sampai keluar
lokasi/ tempat
kejadian)
namun tidak
bersifat
permanen
2 Ringan Cedera ringan Menghentika Menimbulkan
mendapat P3K n proses kerusakan
atau perawatan sebagaian lingkungan di
medis dan dapat kecil atau wilayah
berkerja kembali rugi < Rp 1 setempat
di waktu shiftnya juta dan yang dapat
mulai dari segera
Rp 1juta ditangani dan
tidak bersifat
permanen
1 Near miss Hanya Tidak ada Tidak ada
memerlukan pengaruh polusi yang
penanganan P3K signifikan dan
dapat
diabaikan

3. Langkah 3 : Analisa Risiko


Analisa dilakukan dengan menentukan skor risiko tersebut untuk
menentukan prioritas penanganan dan level manajemen yang harus
bertanggung jawab untuk mengelola/ mengendalikan risiko tersebut
termasuk dalam kategori biru/hijau/kuning/merah.
a. Risiko atau insiden yang sudah dianalisis akan dievaluasi lebih lanjut
sesuai skor dan grading yang didapat dalam analisis.
b. Penentuan tingkat memerlukan keterampilan dan pengetahuan yang
sesuai dan meliputi proses berikut:
1) Menilai secara objektif beratnya/dampak/akibat dan
memerlukan suatu skor
2) Menilai secara objektif kemungkinan/peluang/frekuensi suatu
peristiwa terjadi dan menentukan suatu skor.
3) Mengalihkan dua parameter untuk memberi skor risiko
c. Penilaian risiko akan dilaksanakan sebagai berikut :
1) Risiko dinilai oleh K3RS, yang akan mengindentifikasi bahaya,
efek yang mungkin terjadi dan pemeringkatan risiko.
2) Risiko dinilai oleh unit/bagian/instalasi/bagian/komite terkait.
3) Setelah risiko ditetapkan, maka kemudian risiko akan dilakukan
grading/pemeringkatan untuk mendapatkan nilai tingkat
peluang terjadi dan tingkat dampaknya. Setelah didapat, maka
akan dikalikan dengan rumus berikut :
Skor risiko = dampak x peluang
d. Analisa Risiko
1. Risiko dinilai oleh K3RS
2. Risiko dinilai oleh unit/instalasi/bagian/komite terkait.
Setelah mendapatkan skor risiko, maka K3RS akan menganalisa
risiko tersebut dengan menggunakan Risk Grading Matrix.

Risk Grading Matrix


Frekuensi/ likelihood Potential consequences
Nearmiss Ringan Sedang Berat Fatal
1 2 3 4 5

Sangat sering terjadi Moderate Moderate High Extreme Extreme


(tiap minggu/bulan)
5
Sering terjadi Moderate Moderate High Extreme Extreme
(beberapa
kali/tahun)
4
Sedang (sekali Low Moderate High Extreme Extreme
dalam 1-2 tahun)
3
Jarang terjadi Low Low Moderate High Extreme
(terjadi 2-5 tahun
sekali)
2
Sangat jarang terjadi Low Low Moderate High Extreme
(terjadi >5 tahun
sekali)
1

Keterangan :
Extreme : Harus selalu monitor (setiap akan ada pekerjaan terkait/ setiap
hari)
High : Harus selalu dimonitor (seminggu sekali)
Meoderate : Secara periodic dimonitor (sebulan sekali)
Low : Sesekali dimonitor (setiap enam bulan sekali)

4. Langkah 4: Menentukan Jenis Pengendalian Risiko


Setelah risiko sudah teranalisa, maka tahap selanjutnya adalah menentukan
jenis pengendalian risiko. Menurut hierarki pengendalian bahaya, ada lima
jenis cara pengendalian bahaya, yaitu :
a. Eliminasi
b. Subtitusi
c. Rekayasa
d. Administrasi
e. Alat Pelindung Diri (APD)

5. Langkah 5: Menentukan Penanggung Jawab dan Tanggal


Penyelesaian Pengendalian Risiko
Penanggung jawab merupakan orang yang ditunjuk untuk melaksanakan
langkah pengendalian risiko dan untuk tanggal penyelesaian adalah
waktu yang ditentukan untuk batas akhir pengerjaan langkah perbaikan
sebelum pekerjaan proyek dilaksanakan.

6. Langkah 6: Pengesahan PCRA


Pengesahan PCRA dilakukan setelah dokumen PCRA lengkap.
Dokumen PCRA sendiri terdiri dari :
a. Formulir PCRA
b. Dokumen ICRA
c. Formulir Inspeksi Proyek
Setelah dokumen tersebut lengkap, kemudian ditandatangani oleh
Pimpinan Proyek, Ketua K3RS dan Direktur Rumah Sakit.

BAB IV
DOKUMENTASI

Pencatatan penilaian kriteria risiko akibat dampak renovasi atau konstruksi dengan
menggunakan metode PCRA dilakukan oleh Bagian Umum dan K3RS bila terdapat
proyek pemeliharaan, perbaikan, pembongkaran, konstruksi maupun renovasi di
Rumah Sakit Bhakti Mulia.

Pelaporan pemantauan penilaian kriteria risiko akibat dampak renovasi atau konstruksi
dilakukan oleh K3RS bekerjasama dengan Bagian Umum dan dilaporkan ke Direktur
setiap 6 (enam) bulan sekali.

Direktur

dr. Antonius T S Prabowo, MARS

Anda mungkin juga menyukai