PANDUAN
PENGELOLAAN UTILITAS
RUMAH SAKIT BHAKTI MULIA
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Menjamin ketersediaan system utilitas atau system kunci lainnya yang diperlukan
dalam pemberian asuhan pasien yang terus menerus di rumah sakit.
2. Tujuan Khusus
a. Tersedianya sumber air dari sumber yang diketahui kesinambungan
pasokan air bersih,
b. Tersedianya sumber listrik yang terus menerus, termasuk alternatif
sumber listrik pengganti,
c. Tersedia dan berfungsinya sistem ventilasi, gas medis, sistem PABX
dan system informasi manajemen secara terus menerus.
C. DEFINISI
Sistem utilias adalah sistem pendukung dan sistem kunci/penting yang
sangat dibutuhkan dalam sebagian besar aktivitas pemberian asuhan pasien di
rumah sakit, meliputi pasokan sumber air, pasokan sumber listrik, sistem
ventilasi, sistem gas medis, sistem PABX, dan system informasi manajemen.
BAB II
RUANG LINGKUP
E. SISTEM VENTILASI
1. Penghawaan atau ventilasi di rumah sakit harus mendapat perhatian yang
khusus. Bila menggunakan system pendingin hendaknya dipelihara dan
dioperasikan sesuai buku petunjuk sehingga dapat menghasilkan suhu, aliran
udara dan kelembaban yang nyaman bagi pasien dan karyawan. Untuk rumah
sakit yang menggunakan pengatur udara (AC) sentral harus diperhatian coolong
tower-nya agar tidak menjadi perindukan bakteri Legionella dan untuk AHU (air
handling unit) filter udara harus dibersihkan dari debu dan bakteri atau jamur.
2. Suplai udara dan exhaust hendaknya digerakkan secara mekanis, dan
exhaust fan hendaknya diletakkan pada ujung system ventilasi.
3. Pengambilan supply udara dari luar, kecuali unit ruang individual, hendaknya
diletakkan sejauh mungkin, minimal 7,50 meter dari exhauster atau
perlengkapan pembakaran.
4. Tinggi intake minimal 0,9 meter dari atap.
5. Sistem hendaknya dibuat keseimbangan tekanan.
6. Suplai udara untuk daerah sensitif, ruang operasi, perawatan bayi, diambil
dekat langit-langit dan exhaust dekat lantai, hendaknya ddisediakan 2 (dua) buah
exhaust fan dan diletakkan minimal 7,50 cm dari lantai.
7. Suplai udara di atas lantai.
8. Suplai udara koridor atau buangan exhaust fan dari tiap ruang hendaknya
tidak digunakan sebagai suplai udara kecuali untuk suplai udara ke WC, toilet,
gudang.
9. Penghawaan alamiah, lubang ventilasi diupayakan sistem silang (cross
ventilation) dan dijaga agar aliran udara tidak terhalang.
10. Penghawaan ruang operasi harus dijaga agar tekanannya lebih tinggi
dibandingkan ruang-ruang lain dan menggunakan cara mekanis (air conditioner)
11. Penghawaan mekanis dengan menggunakan exhaust fan atau air conditioner
dipasang pada ketinggian minimum 2,00 meter di atas lantai atau minimum 0,20
meter dari langit-langit.
12. Untuk mengurangi kadar kuman dalam udara ruang (indoor) 1 (satu) kali
sebulan harus disinfeksi dengan menggunakan aerosol (resorcinol, trietylin
glikol), atau disaring dengan elektron presipitator atau menggunakan penyinaran
ultra violet.
13. Pemantauan kualitas udara ruang minimum 2 (dua) kali setahun dilakukan
pengambilan sampel dan pemeriksaan parameter kualitas udara (kuman, debu,
dan gas).
14. Kondisi berikut direkomendasikan untuk ruang operasI :
a. harus mampu mencapai temperatur 200sampai 240C;
b. kelembaban relatif udara harus dijaga antara 50% ~ 60%;
c. tekanan udara harus dijaga positif yang berhubungan dengan ruang
disebelahnya dengan memasok udara lebih dari 15%;
d. pembacaan perbedaan tekanan di ruang harus dipasang untuk
memungkinkan pembacaan tekanan udara dalam ruang. Menyekat
seluruh dinding, langit-langit dan tembusan (penetrasi) pada lantai dan
pintu untuk menjaga kondisi tekanan yang terbaca.
e. Indikator kelembaban udara dan thermometer harus ditempatkan pada
lokasi yang mempermudah observasi (pengamatan).
f. seluruh instalasi harus memenuhi ketentuan yang berlaku.
g. semua udara harus di suplai dari langit-langit dan dibuang atau
dikembalikan pada sekurang-kurangnya 2 lokasi dekat dengan lantai (lihat
tabel 3 untuk laju ventilasi minimum). Bagian bawah dari outlet
pembuangan harus setidaknya 75 mm di atas lantai. Suplai diffuser harus
dari jenis tidak langsung. Induksi yang tinggi pada difuser langit-langit atau
difuser dinding harus dihindari.
h. bahan akustik tidak boleh digunakan sebagai lapisan ducting kecuali
dipasang filter terminal dengan effisiensi minimum 90% arah hilir dari
lapisan. Bagian dalam isolasi unit terminal dapat dikemas dengan bahan
yang disetujui. Peredam suara yang dipasang pada ducting harus dari
jenis tidak terbungkus atau memiliki lapisan film polyester yang diisi
dengan bahan akustik.
i. Setiap penyemprotan yang diterapkan pada insulasi dan kedap api
harus ditangani dengan zat penghambat pertumbuhan jamur.
j. Panjang kedap air dibuat secukupnya, ducting pengering udara dari
bahan baja tahan karat harus dipasang arah hilir dari peralatan humidifier
untuk menjamin seluruh uap air menguap sebelum udara masuk ke dalam
ruangan. Pusat kontrol yang memantau dan memungkinkan penyesuaian
tekanan, temperatur dan kelembaban udara, berada dilokasi meja
pengawas ruang bedah.
F. SISTEM GAS MEDIS
1. Penyediaan Gas Medis di sarana pelayanan kesehatan dapat dilakukan
melalui tabung Gas Medis dan/atau penyaluran melalui instalasi pipa Gas Medis.
2. Instalasi gas medis di sarana pelayanan kesehatan harus memenuhi
persyaratan keamanan, desain, lokasi, penyimpanan dan alat penunjang lainnya.
3. Instalasi pipa Gas Medik dan jumlah outlet Gas Medis, dipasang sesuai
kebutuhan pelayanan yang diberikan oleh sarana pelayanan kesehatan.
4. Desain instalasi pipa Gas Medik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
dilengkapi kran-kran, pressure, gauge, alarm, dan tanda peringatan spesifikasi.
5. Lokasi sentral gas medis harus jauh dari sumber panas dan oli serta mudah
dijangkau sarana transportasi, aman dan harus terletak di lantai dasar.
6. Ruang sentral gas medis harus memiliki luas yang cukup, mudah dilakukan
pemeliharaan, dilengkapi ventilasi, pencahayaan yang memadai, memenuhi
persyaratan spesifikasi.
7. Gas medis sebelum dialirkan melalui pipa distribusi harus dilengkapi
penyaring (filter).
d. Penyimpanan
1) Tabung-tabung gas medis harus disimpan berdiri, dipasang
penutup kran dan dilengkapi tali pengaman untuk menghindari
jatuh pada saat terjadi goncangan.
2) Lokasi penyimpanan harus khusus dan masing – masing gas
medis dibedakan tempatnya.
3) Penyimpanan tabung gas medis isi dan tabung gas medis
kosong dipisahkan, untuk memudahkan pemeriksaan dan
penggantian.
4) Lokasi penyimpanan diusahakan jauh dari sumber panas, listrik
dan oli atau sejenisnya .
5) Gas medis yang sudah cukup lama disimpan agar dilakukan uji /
test kepada produsen, untuk mengetahui kondisi gas medis
tersebut.
e. Pendistribusian.
1) Distribusi gas medis dilayani dengan menggunakan Trolly yang
biasa ditempatkan berdekatan dengan pasien.
2) Pemakaiangasdiaturmelaluiflowmeterpadaregulator.
3) Regulator harus ditest dan kalibrasi.
4) Penggunaan gas medis sistem tabung hanya bisa dilakukan satu
tabung untuk satu orang.
5) Tabung gas beserta trolly harus bersih dan memenuhi syarat
sanitasi / Hygiene
BAB III
KEBIJAKAN
Kebijakan Penyediaan Utilitas di RS Bhakti Mulia
1. Rumah Sakit menyediakan sistem utilitas berupa air minum dan sumber listrik yang
dapat beroperasional 24 jam penuh atau 7 hari dalam seminggu untuk memenuhi
kebutuhan utama asuhan pasien.
2. Rumah Sakit harus menyediakan sistem utilitas, baik secara reguler maupun
alternatif yang rutin maupun urgen/darurat.
3. Rumah Sakit Menyediakan Sumber Daya Manusia, Fasilitas, sarana dan prasarana
yang dapat berfungsi dan operasional penuh selama 24 jam atau 7 hari dalam
seminggu.
4. Rumah Sakit mempunyai sistem/daftar area dan pelayanan yang berisiko paling
tinggi bila terjadi kegagalan listrik atau air minum dan berusaha untuk mengurangi
risikonya.
5. Rumah Sakit memiliki prosedur, proses emergency dan langkah perbaikan untuk
melindungi penghuni rumah sakit dari kejadian terganggunya, terkontaminasi atau
kegagalan sistem pengadaan air minum dan listrik.
6. Peralatan medis yang menunjang fungsi vital harus disediakan Uninterrupted Power
Supplies (UPS) yang dapat berfungsi sedikitnya 15 (lima belas) menit ketika aliran listrik
mati.
7. Rumah Sakit wajib melakukan uji coba sistem emergensi utilitas dari air minum dan
listrik secara berkala, minimal 6 bulan sekali dan dapat berjalan dengan baik dan sesuai
ketentuan.
8. Dibentuk tim pengawas yang berjaga selama 24 jam dengan sistem shift yang dapat
melakukan pengawasan terhadap sistem utilitas, melibatkan beberapa unit dan ahli
dibidangnya.
9. Melakukan kerjasama atau MOU dengan pihak penyedia sumber alternatif bilamana
terjadi kegagalan fungsi dari sistem utilitas rumah sakit yang tersedia sekarang ini.
BAB IV
TATA LAKSANA