Anda di halaman 1dari 7

PANDUAN PENGELOLAAN UTILITAS

1. PENDAHULUAN
Sistem utilitas menyiapkan pelayanan penting yang dibutuhkan oleh RSUD Lasinrang
Pinrang untuk mendukung standar pelayanan pasien yang berkualitas tinggi dengan
memanfaatkan sumber daya secara efisien dan biaya yang efektif. Dokumen ini
mengidentifikasi Perencanaan Manajemen Utilitas yang digunakan untuk memastikan
bahwa layanan penting ini selalu tersedia. 

2. CAKUPAN
Panduan ini berlaku di RSUD Lasinrang Pinrang meliputi Pengelolaan air bersih,
Listrik dan Gas medis

3. KETERSEDIAAN AIR 24 JAM 7 HARI


3.1. RSUD Lasinrang Pinrang juga mempunyai dua sumur pompa air tanah dengan
kapasitas 100-150 m3 per sumur per hari. Air sumur tanah disimpan di tandon air
yang berjumah 4 buah dengan kapasitas masing-masing 8000 liter dan 7 buah tandon
yang terbuat dari fiber dengan kapasitas 1000 liter ada di lantai 3 diatas bangsal Arofah
dengan kapasitas , tandon air yang ada di atas bangsal Ibnu Shina dengan kapasitas .
Kebutuhan air saat ini di RSUD Lasinrang Pinrang adalah 100 m3 per hari / tergantung
jumlah BOR. Dengan demikian, kebutuhan air untuk RSUD Lasinrang Pinrang
terjamin selama 24 jam 7 hari.
3.2. Dalam kondisi PDAM dan air sumur tanah tidak dapat digunakan, RSUD Lasinrang
Pinrang masih dapat membeli air bersih dengan mengunakan mobil tangki air dari
perusahaan-perusahaan yang memasok air bersih.
3.3. Kebutuhan air minum RSUD Lasinrang Pinrang selain memasak juga dengan
pengiriman secara rutin oleh perusahaan distributor air minum yang ditunjuk dan di
kuatkan dengan bentuk MoU, setiap harinya selalu mengirim untuk kebutuhan air
minum baik karyawan maupun pelayanan pasien.

1
PANDUAN PENGELOLAAN UTILITAS

4. KETERSEDIAAN LISTRIK 24 JAM 7 HARI

4.1. RSUD Lasinrang Pinrang dipasok oleh tenaga listrik dari PLN dengan kapasitas 197
KVA melalui tegangan 380 V / 220 V dan ditransformasikan melalui transformator 250
KVA menjadi 380 Volt, 50 Hz. 
4.2. Tenaga listrik untuk unit ICU dan IBS didukung oleh Uninterruptible Power Supply
(UPS) yang hanya bekerja bila terjadi pengalihan tenaga listrik dari PLN ke generator
darurat dan sebaliknya. UPS Pemadaman listrik dari PLN ke generator membutuhkan
waktu maksimal 15 detik, dan unit critical dipasok oleh UPS sehingga unit critical tadi
selalu diberi tenaga listrik sepanjang waktu.
4.3. RSUD Lasinrang Pinrang memiliki Generator Set 2 x 250 KVA yang dipergunakan
ketika pasokan listrik dari PLN terhenti. Generator mampu beroperasional secara terus
menerus 24 jam 7 hari sepanjang tahun. Generator tersebut digunakan untuk :
4.3.1 mendukung sistem pencahayaan rute keluar dengan sumber listrik darurat yang
dapat diandalkan. 
4.3.2 mendukung sistem komunikasi darurat. 
4.3.3 menyediakan sumber tenaga listrik darurat yang dapat diandalkan di beberapa
unit termasuk : Kamar Bersalin, Kamar Bayi, Unit Gawat Darurat, ICU,Cardiac
Centre, Kamar Operasi dan Ruang Pemulihan
4.3.4 menyediakan sumber tenaga listrik darurat yang dapat diandalkan untuk sistem
penting lainnya namun tidak terbatas pada: sistem udara medis, sistem vakum
medis, penyimpanan darah, area dimana sistem pendukung kehidupan pasien
digunakan dan sistem yang mempengaruhi keselamatan pasien, pengunjung,
dan staf. 
4.3.5 Selain itu, di setiap rute keluar darurat RSUD Lasinrang Pinrang tersedia lampu
darurat dengan tenaga baterai yang menyala ketika listrik padam, sehingga rute
tersebut tetap dapat diakses dengan pencahayaan cukup di setiap kondisi.

5. AREA RESIKO TINGGI KEGAGALAN LISTRIK


5.1. Area Pelayanan Pasien :
5.1.1 ICU
5.1.2 Cardiac Centre
5.1.3 Nicu

Hal. 2 dari 7
PANDUAN PENGELOLAAN UTILITAS

5.1.4 Ruang Operasi


5.1.5 IGD

5.2. Area Bukan Pelayanan Pasien :


5.2.1 Pusat CCTV
5.2.2 Ruang Server
5.2.3 Personal Computer yang terkait untuk bagian keuangan
5.2.4 Lampu evakuasi
5.2.5 Sistem Alarm Kebakaran termasuk detektor panas
5.3. Seluruh area beresiko tinggi tersebut terhubung dengan pasokan listrik alternative,
sehingga dalam kondisi listrik dari PLN terputus, area tersebut tetap menerima aliran
listrik.

6. PENGUJIAN SUMBER LISTRIK DAN AIR ALTERNATIVE


6.1. Untuk menjamin ketersediaan listrik dan air alternative, RSUD Lasinrang Pinrang
melakukan pengujian secara teratur setiap bulan untuk sistim tenaga listrik dan air
alternative. Hasil pengujian tersebut dicatat dan disimpan di Unit Pemeliharaan.
6.2. Untuk sumber listrik alternative selalu dilakukan test running genset tanpa beban,
dalam 1 minggu 2 kali.
6.3. Untuk pengujian air alternative, dalam beberapa waktu menggunakan air pasokan dari
PDAM ataupun pasokan dari rekanan penyedia air minum yang ditunjuk.

7. PENGUJIAN BIOKIMIA AIR


Untuk melakukan pemantauan terhadap kualitas air, kadar biokimia air di RSUD
Lasinrang Pinrang diuji setiap 1 bulan. Pemeriksaan itu dilakukan oleh Balai Besar
Teknik Kesehatan Lingkungan (BTKL). Hasil pengujian dicatat dan disimpan di Unit
Sanitasi.

8. SISTIM UTILITAS LAINNYA


Selain listrik dan air, sistim utilitas yang tercakup dalam perencanaan ini adalah:
8.1. Gas Medis
Gas Medis adalah gas dengan spesifikasi khusus yang dipergunakan untuk pelayanan
medis pada sarana kesehatan di RSUD Lasinrang Pinrang. Kebutuhan gas medis

Hal. 3 dari 7
PANDUAN PENGELOLAAN UTILITAS

tersedia selama 24 jam 7 hari dalam seminggu, dengan dikuatkan dalam bentuk MoU
maupun KSO
Jenis gas medis yang digunakan dalam pelayanan medis di RSUD Lasinrang Pinrang
meliputi :
8.1.1 Oxygen (O2) gas dan liquid dengan tabung warna putih
8.1.2 Nitrous Oksida (N2O) dengan tabung warna biru
8.1.3 Nitrogen (N2) dengan tabung warna hitam
8.1.4 Udara tekan warna hijau
8.1.5 Udara vacuum warna kuning
RSUD Lasinrang Pinrang mempunyai instalasi gas medis tersendiri. Instalasi gas
medis adalah seperangkat sentral gas medis dan instalasi pipa gas medis sampai outlet
sebagai titik akhir. Sentral gas medis berada di lantai I disamping Pakir Ambulance.

8.2. HVAC (Heating, Ventilation, Air Conditioning)


8.2.1 Sistem pengkondisian udara RSUD Lasinrang Pinrang menggunakan system
Air Conditioning / AC split di beberapa ruangan.
8.2.2 Fan berjumlah 82 unit, secara keseluruhan digunakan di kamar perawatan dan
ruanga kecil
8.2.3 Ventilasi gedung menggunkan jendela juga beberapa menggunakan exhaust fan
yang terpasang sedemikian rupa yang digunakan sebagai intake fan maupun
exhaust fan sesuai peruntukannya.

8.3. Telepon
Untuk kebutuhan komunikasi menggunakan telephone di RSUD Lasinrang Pinrang
system telpon tersentral di ruang telpon/Ruang PABX di lantai 1. Telpon berlangganan
dari PT. Telkom Indonesia dengan menggunakan system analog dan digital/ISDN.
Sistem analog dari PT. Telkom Indonesia menggunakan jaringan kabel tembaga
sejumlah 20 line. Line analog ini digunakan dikasir untuk mesin pembayaran
menggunkan kartu. Sistem digital/ISDN dari PT. telkom Indonesia menggunakan
jaringan Fibre Optic dan berlangganan 2 channel ISDN. 1 Channel ISDN mempunyai
30 jaringan dan 100 extension. Sentral Telpon diatur dengan mesin PABX merk
Siemens type HIPATH 4000 buatan Jerman dengan tahun buatan 2007.

Hal. 4 dari 7
PANDUAN PENGELOLAAN UTILITAS

8.4. Saluran pembuangan air limbah


Pembuangan air limbah domestic yaitu air bekas dan kotor berasal dari kamar mandi
dan kloset, dapur gizi diolah dalam system STP (sewage Treatment Plan) dengan
kapasitas total 220 m3/hari. Letak Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di lantai 1.
Sistem yang digunakan aerob dengan reactor Biodetox bakteri pengurai yang ramah
lingkungan, teknoogy dari Jerman . pemantauan dilakukan setiap hari oleh Unit sanitasi
untuk parameter debit hasil air limbah, Ph limbah outlet terakhir dan secara berkala
melakukan pelaporan ke instansi berwenang yaitu BPLH dengan mengirim sample
hasil olahan air limbah ke laboratorium yang telah terakreditasi. Air limbah hasil
olahan STP dibuang langsung ke saluran kota.

9. INSPEKSI, PENGUJIAN DAN PEMELIHARAAN SISTIM UTILITAS


9.1. Bagian Penunjang Non Medis mempunyai tanggung jawab untuk mengelola
keseluruhan pemeriksaan, pengujian dan proses pemeliharaan utilitas.

9.2. Sebagai bagian dari proses penerimaan untuk sistem utilitas baru atau upgrade dari
sistem utilitas yang ada, kontraktor atau vendor diharuskan untuk menunjukkan bahwa
sistem dan komponen operasi kritisnya sesuai untuk pelayanan, dibuktikan dengan
lulus tes penerimaan. Karena variasi yang luas dari sistem dan komponen, tidak ada tes
penerimaan terstandar. Parameter spesifik dari kinerja harus ditentukan untuk setiap tes.
Semua sistem dan komponen diuji sebelum penggunaan awal. Setelah penerimaan
sistem atau komponen dari kontraktor, Manajer Penunjang non Medis menilainya untuk
dimasukkan dalam persediaan Program Manajemen Sistem utilitas dan Program
Pemeliharaan Preventif.

9.3. Sistem pemeliharaan preventif terkomputerisasi digunakan untuk menetapkan


pemeriksaan, pengujian dan jadwal pemeliharaan. Sistem Pemeliharaan preventif
terkomputerisasi digunakan untuk menetapkan jadwal terprogram yang memenuhi
kebutuhan spesifik setiap komponen berkaitan dengan inspeksi, pengujian atau
pemeliharaan preventif. Sistem ini menghasilkan perintah kerja untuk setiap kegiatan
yang diprogram, data alat, lokasi alat, riwayat alat.

Hal. 5 dari 7
PANDUAN PENGELOLAAN UTILITAS

9.4. Supervisor Pemeliharaan memberikan jadwal dan perintah kerja. Staf Pemeliharaan
melaksanakan perintah pekerjaan yang ditugaskan dan mengembalikan perintah kerja
yang telah selesai kepada Supervisor. Perintah kerja yang telah selesai digunakan
untuk menunjukkan bahwa pekerjaan telah dilakukan. Beberapa pekerjaan yang
dijadwalkan dilakukan oleh kontraktor luar. Dokumentasi pekerjaan kontraktor dan
setiap sertifikasi yang diperlukan dikumpulkan oleh Unit pemeliharaan, yang
bertanggung jawab dan ditinjau serta dipelihara.

9.5. Unit Pemeliharaan dapat dihubungi di extension 254 dan 259 dan atau menggunakan
saluran HT dengan pelayanan 24 jam sehari, 7 hari seminggu.

10. PROGRAM ORIENTASI DAN PENDIDIKAN


Staf Pemeliharaan memiliki program pelatihan spesifik pekerjaan untuk
mempertahankan pengetahuan dan kesiapan dalam rangka mendukung dan
mengoperasikan sistem utilitas dengan cara yang aman dan terpercaya. Manager
Penunjang Non Medis bertanggung jawab untuk memberikan pelatihan pada sistem
Utilitas. Contoh pendidikan tersebut meliputi: Proses untuk melaporkan permasalahan,
Prosedur untuk menjaga fungsi-fungsi penting selama kegagalan utilitas, Lokasi
pengendalian penghentian operasional alat darurat prosedur pada kerusakan lift, dan
lain-lain.

11. PEMANTAUAN DAN KEPATUHAN


Kinerja pengelolaan utilitas dipantau pada saat audit internal. Kepatuhan dengan
kebijakan dan prosedur dinilai dan dilaporkan kepada Manager Penunjang Non Medis
untuk disamapiakan ke Wakil Direktur Penunjang Medis.

12. REFERENSI
12.1. Peraturan Umum Instalasi Listrik tahun 2000

Hal. 6 dari 7
PANDUAN PENGELOLAAN UTILITAS

12.2. Pergub No. 122 tahun 2005, Tentang : Pengelolaan Air Limbah domestic di Provinsi
Daerah Khusus Jakarta

12.3. Pergub DKI No. 68 tahun 2005 tentang : Pembuatan Sumur Resapan

12.4. Pergub No. 57 Th. 2003, Tentang: Petunjuk Pelaksanaan IPLC

12.5. Kep Menkes No. 1439/MENKES/SK/XI/2002, Tentang : Gas Medis

Hal. 7 dari 7

Anda mungkin juga menyukai