Anda di halaman 1dari 27

PANDUAN ICRA BANGUNAN

BADAN LAYANAN UMUM DAERAH

RUMAH SAKIT KONAWE UTARA

2018
DAFTAR ISI

JUDUL Hal
DAFTAR ISI .................................................................................................................i
BAB I
PENDAHULUAN.........................................................................................................6
A. Latar Belakang............................................................................................6
B. Pengertian...................................................................................................6
BAB II RUANG LINGKUP..........................................................................................7
BAB III KEBIJAKAN...................................................................................................8
BAB IV TATA LAKSANA..........................................................................................9
A. Peran Komite PPI.......................................................................................9
B. Kegiatan Pembangunan..............................................................................9
C. Persyaratan Kinerja...................................................................................14
D. Produk Dan Bahan....................................................................................14
E. Barrier/Penghalang...................................................................................15
F. Prosedur Pengendalian Infeksi Secara Umum..........................................16
G. Izin Kerja ICRA........................................................................................17
H. Implementasi Prosedur Pengendalian Infeksi...........................................18
I. Penyelesaian Prosedur Pengendalian Infeksi............................................18
J. Intervensi Berdasarkan Klasifikasi Tingkat..............................................19
K. Pemantauan Lingkungan..........................................................................20
L. Pendidikan Fasilitas Dan Kontraktor ICRA.............................................20
M. Pengawasan...............................................................................................21
N. Yang Bertanggung Jawab Dalam Prosedur..............................................21
O. Keterlibatan Komite PPI/Tim PPI Dalam Aspek Pengendalian Infeksi
Saat Renovasi/Pembangunan Dan Desain Rumah Sakit..........................21
P. Kesimpulan...............................................................................................26
BAB V DOKUMENTASI...........................................................................................28
PEMERINTAH KABUPATEN KONAWE UTARA
BADAN LAYANAN UMUM DAERAH
RUMAH SAKIT KONAWE UTARA
Jl. Poros Kendari-Asera, Desa Lahimbua Kec. Andowia 93353
No. Telp. 082115555892.Email : bludrs_konut@yahoo.com

KEPUTUSAN DIREKTUR BLUD RUMAH SAKIT KONAWE UTARA


NOMOR : 445.117/SK/BLUD-RSKONUT/X1/2018

TENTANG
KEBIJAKAN ICRA BANGUNAN BLUD RUMAH SAKIT
KONAWE UTARA

DIREKTUR BLUD RUMAH SAKIT KONAWE UTARA,

Menimbang :
a. Bahwa dalam upaya meningkatkan pelayanan BLUD
Rumah Sakit Konawe Utara maka, diperlukan
penyelenggaraan pelayanan Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi yang bermutu tinggi;

b. Bahwa agar pelayanan Pencegahan dan Pengendalian


Infeksi di BLUD Rumah Sakit Konawe Utara dapat
terlaksanakan dengan baik, perlu adanya kebijakan
Direktur tentang ICRA (Infeksi Contol Risk Assessement)
Banguan di BLUD Rumah Sakit Konawe Utara

c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud


dalam butir a dan b perlu menetapkan dengan Keputusan
Direktur BLUD Rumah Sakit Konawe Utara tentang
Kebijakan ICRA (Infeksi Contol Risk Assessement)
Kontruksi Bagunan.

Mengingat : 1. Undang–Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang


Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009, Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5063);
2. Undang – Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5072);
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 27 Tahun 2017
tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan;
4. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit;
5. Surat Perintah Bupati Konwe Utara No. 800/3.160 tahun
2018 tanggal 31 Oktober 2018 tentang Pengangkatan
Pelaksana Tugas (plt) Direktur BLUD Rumah Sakit
Konawe Utara

MEMUTUSKAN
Menetapkan : SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT
TENTANG KEBIJAKAN ICRA BANGUNAN DI BLUD
RUMAH SAKIT KONAWE UTARA

KESATU : Memberlakukan Kebijakan ICRA BANGUNAN BLUD


Rumah Sakit Konawe Utara sebagaimana terlampir dalam
keputusan ini

KEDUA : Kebijakan ICRA BANGUNAN ini dimaksudkan sebagai


acuan dalam pelaksanaan kegiatan pelayanan pasien di BLUD
Rumah Sakit Konawe Utara.

KETIGA : Kebijakan ICRA BANGUNAN ini merupakan bagian yang


tidak terpisahkan dari ketentuan Direktur BLUD Rumah Sakit
Konawe Utara.

KEEMPAT : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya dan apabila


dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan di penetapan
ini akan di adakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Wanggudu
Pada tanggal : 01 November 2018
DIREKTUR,

dr.DEWI SARLI TOMBILI, Sp.PD


Lampiran : Keputusan Direktur BLUD Rumah Sakit Konawe Utara
Nomor : 445.117/SK/BLUD-RSKONUT/X1/2018
Tanggal : 01 November 2018
Tentang : Panduan ICRA Bangunan

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tujuan dari Program ICRA adalah untuk meminimalkan risiko terjadinya
Healthcare Associated Infections (HAIs) kepada pasien yang dapat terjadi bila
jamur atau bakteri tersebar ke udara melalui debu atau air aerosolisasi selama
konstruksi, renovasi, atau proses pemeliharaan di area terdekat dan juga untuk
mengontrol penyebaran debu dari komponen bangunan selama renovasi.

B. Pengertian
ICRA (Infection Control Risk Assessment) adalah proses menetapkan risiko
potensial dari transmisi udara yang bervariasi dan kontaminasi melalui air kotor
dalam fasilitas pelayanan kesehatan selama konstruksi, renovasi dan kegiatan
maintenance.
Kegiatan ICRA merupakan multidisiplin, proses kolaborasi yang
mengevaluasi jenis/macam kegiatan konstruksi dan kelompok risiko untuk
klasifikasi penetapan tingkat.
BAB II
RUANG LINGKUP

1. Komite PPI yang bertugas untuk membuat ICRA dan memberikan pendidikan
dan pelatihan;
2. Bagian Tehnik untuk memfasilitasi dengan memberikan peraturan perundangan
dan perijinan;
3. Sanitasi Lingkungan, terkait dengan pembuangan limbah (baku mutu limbah);
4. Tim K-3 RS untuk melakukan edukasi dan supervisi tentang keamanan dan
keselamatan;
5. Pimpinan Proyek sebagai pelaksana konstruksi dan renovasi bangunan.
BAB III

KEBIJAKAN

Rumah Sakit melaksanakan identifikasi prosedur dan proses asuhan invasif


yang berisiko infeksi serta menerapkan strategi untuk menurunkan risiko infeksi
terkait:

a. Sterilisasi alat
b. Pengelolaan linen/loundry
c. Pengelolaan sampah
d. Penyediaan makanan
e. Kamar jenazah
BAB IV
TATA LAKSANA

A. Peran Komite PPI


Peran Komite PPI pada program ini antara lain :
1. Membuat Infection Control Risk Assessment (ICRA) dampak dari renovasi;
2. Mengembangkan ijin renovasi yang ditanda tangani oleh Ketua KomitePPI,
pimpinan/departemen/unit kerja dari pimpinan proyek;
3. Memberikan edukasi sebelum memulai pekerjaan pada penggunaan Personal
Protective Equipment (PPE/APD);
4. Melakukan supervisi, monitoring dan evaluasi menggunakan check list.
5. Mengikuti pertemuan/rapat selama proses renovasi dengan seluruh tim.

B. Kegiatan Pembangunan
Dalam melakukan kegiatan pembangunan, ditentukan terlebih dahulu
tipe/jenis aktifitas debu yang dihasilkan, potensi terbentuknya aerosol udara,
durasi dari aktifitas, dan jumlah sistem HVAC.
Pedoman Petunjuk Tipe Aktifitas Konstruksi :
1. Langkah Pertama
Menggunakan tabel berikut untuk melakukan identifikasi type/jenis
konstruksi kegiatan proyek (Type A-D).
TYPE KRITERIA
Inspeksi dan kegiatan non-invasif
Termasuk, tetapi tidak terbatas pada :
 Mengganti ubin langit-langit (plafon) untuk inspeksi visual saja.
Misalnya terbatas pada 1 genting/plafon per 50 meter persegi.
TIPE
 Pengecatan (tetapi tidak dengan pengamplasan)
A
 Dinding meliputi pekerjaan listrik, pipa kecil, dan kegiatan yang
tidak menghasilkan debu atau memerlukan pembongkaran
dinding atau akses ke langit-langit selain untuk pemeriksaan
yang kelihatan.
TIPE Skala kecil, kegiatan durasi pendek yang menghasilkan debu
B minimal
Termasuk, tetapi tidak terbatas pada :
 Pembukaan tidak lebih dari satu ceiling ubin per 10 ubin
 Pemasangan kabel telepon dan komputer
 Pembongkaran dinding atau atap dimana penyebaran debu dapat
dikontrol
TYPE KRITERIA
 Renovasi kecil dari suatu ruangan
 Pengamplasan dinding basah
 Akses ke ruang terbuka
Pekerjaan yang menghasilkan debu yang banyak
Termasuk, tapi tidak terbatas pada :
 Pengamplasan dinding kering, untuk pengecatan atau penutup
dinding
 Pembongkaran dinding, merobohkan dinding kering atau
menyelesaikan bangunan, dimana pekerjaan terbatas satu kamar
 Pembongkaran dinding atau pembangunan tembok baru
TIPE  Pekerjaan kecil saluran, pipa, listrik di langit-langit (tidak
C termasuk pembongkaran atau instalasi);
 Renovasi ruangan yang ada
 Menarik kabel utama dari beberapa kamar ke jalur akses yang
dibutuhkan
 Kegiatan apapun yang tidak dapat diselesaikan dalam shift kerja
tunggal.
 Setiap aktifitas yang tidak memerlukan penutup/barrier yang
tidak memenuhi syarat sebagai tipe D
Pembongkaran besar dan proyek–proyek konstruksi utama namun
tidak terbatas pada :
 Kegiatan yang memerlukan penutupan unit/relokasi pasien
 Pembongkaran instalasi kabel lengkap, HVAC, pipa,
perlengkapan gas, atau sistem listrik
 Pembongkaran komponen gedung utama
TIPE
 Konstruksi baru yang terletak di dekat gedung Rumah Sakit
D
(sebagaimana ditentukan oleh TIM ICRA primer)
 Konstruksi baru yang terletak di dekat jalur keluar pasien dari
area perawatan (yang telah ditetapkan oleh TIM ICRA primer )
 Kegiatan penggalian yang jaraknya dekat dengan bangunan
Rumah Sakit (sebagaimana telah ditetapkan oleh Tim ICRA
Primer)
2. Langkah Kedua
Identifikasi group pasien yang berisiko.
Risiko Risiko
Risiko Tinggi Risiko Highest
Rendah Menengah
 Area  Physical  IGD
perkantoran Therapy  Laboratorium  Ruang Isolasi
 Koridor  Radiologi/MRI  Ruang VK Tekanan
Umum  Farmasi Negatif

 Ruang Anak  Kamar

 Ruang Interna Operasi

 Ruang
Perawatan Bayi
 Rawat Jalan

3. Langkah Ketiga
IC MATRIX – CLASS OF PRECAUTION : CONTRUCTION
PROJECT BY PATIENS RISK
Contruction Project type
Patiens Risk Group
Type A Type B Type C Type D
Low Risk Group I II II III/IV
Medium Risk Group I II III IV
High Risk Group I II III/IV IV
Highest Risk Group II III/IV III/IV IV

Catatan : Persetujuan IC diperlukan bila kegiatan konstruksi dan tingkat


risiko menunjukkan kelas III atau IV, maka prosedur pengendalian
diperlukan.
4. Langkah Ke Empat
Diperlukan deskripsi tindakan pengendalian infeksi berdasarkan kelas.
Selama Pembangunan
Kelas Setelah Penyelesaian Proyek
Proyek
I. 1. Laksanakan pekerjaan 1. Bersihkan area kerja setelah
dengan metode menyelesaikan tugas.
meminimalisasi timbulnya
debu dari pelaksanaan
kegiatan konstruksi

2. Segera meletakkan kembali


ke tempat semula plafon
Selama Pembangunan
Kelas Setelah Penyelesaian Proyek
Proyek
atap yang diganti untuk
pemeriksaan yang kelihatan
II. 1. Menyediakan sarana aktif 1. Lap permukaan kerja dengan
untuk mencegah debu udara pembersihan/desinfektan;
dari penyebaran ke 2. Wadah yang berisi limbah
atmosfer; konstruksi sebelum di
2. Air kabut permukaan kerja transportasi harus tertutup
untuk mengendalikan debu rapat
pada waktu pemotongan; 3. Pel basah dan/atau vakum
3. Seal pintu yang tidak dengan HEPA filter, vakum
terpakai dengan lakban; sebelum meninggalkan area
4. Blokir dan tutup ventilasi kerja;
udara; 4. Setelah selesai,
5. Tempatkan tirai debu di mengembalikan sistem
pintu masuk dan keluar area HVACdimana pekerjaan
kerja; dilakukan.
6. Hilangkan atau isolasi
sistem HVAC (Heating,
Ventilation, dan Air
Conditioning) yang sedang
dilaksanakan;
III 1. Untuk mencegah 1. Jangan menghilangkan barrier
kontaminasi dari sistem dari area kerja sampai proyek
saluran maka selesai diperiksa oleh Komite
hilangkan/lepaskan atau PPIRS, dibersihkan oleh
isolasi sistem HVAC di bagian kebersihan RS.
area, dimana pekerjaan 2. Hilangkanbarrier material
sedang dilakukan; dengan hati-hati untuk
2. Lengkapi semua barrier meminimalisasi penyebaran
penting yaitu sheetrock, dari kotoran dan puing-puing
playwood, palstik untuk yang terkait dengan konstruksi;
menutup area dari area 3. Vakum area kerja dengan
yang tidak untuk kerja atau HEPA filtered vacuums
menerapkan metode 4. Area untuk lap basah dengan
pengendalian kubus pembersih/disinfektan/cleaner
(gerobak dengan penutup 5. Setelah selesai, kembalikan
plastik dan koneksi disegel sistem HVAC
Selama Pembangunan
Kelas Setelah Penyelesaian Proyek
Proyek
ke tempat bekerja dengan
HEPA vakum untuk
menyedot debu sebelum
keluar) sebelum konstruksi
dimulai;
3. Menjaga tekanan udara
negatif di dalam tempat
kerja dengan menggunakan
HEPA unit yang dilengkapi
dengan penyaringan udara;
4. Wadah tempat limbah
konstruksi sebelum di
transportasi harus tertutup
rapat
5. Tutup wadah transportasi
atau gerobak. Pita penutup,
jika tidak tutup yang kuat;

Identifikasi Daerah sekitar area proyek, menilai dampak potensial


Unit Unit
Lateral Lateral Behind Front
Below Above
Risk Risk Risk Risk Risk Risk
Group Group Group Group Group Group

5. Langkah Ke 5, Identifikasi kegiatan di tempat khusus, misalnya ruang


perawatan, ruang farmasi/obat, dst.
6. Langkah Ke 6, Identifikasi masalah yang berkaitan dengan : ventilasi, pipa
ledeng, listrik dalam hal terjadinya kemungkinan pemadaman.
7. Langkah Ke 7, Identifikasi langkah-langkah pencegahan, menggunakan
penilaian sebelumnya, apa jenis barriernya (misalnya barriernya dinding yang
tertutup rapat). Apakah HEPA filter diperlukan?
Catatan : Selama dilakukan konstruksi maka area yang direnovasi/konstruksi
seharusnya diisolasi dari area yang dipergunakan dan merupakan area negatif
terhadap sekitarnya.
8. Langkah Ke 8, Pertimbangkan potensial risiko dari kerusakan air. Apakah
ada risiko akibat merusak kesatuan struktur (misalnya : dinding, atap, plafon).
9. Langkah Ke 9, Jam kerja : dapat atau pekerjaan akan dilakukan selama
bukan jam pelayanan pasien.
10. Langkah Ke 10, Buat rencana yang memungkinkan untuk jumlah ruang
isolasi/ruang aliran udara negatif yang memadai.
11. Langkah Ke 11, Buat rencana yang memungkinkan untuk jumlah dan tipe
tempat/bak cuci tangan.
12. Langkah Ke 12, Apakah PPIRS/IPCN setuju dengan jumlah minimum
bak/tempat cuci tangan tersebut?
13. Langkah Ke 13, Apakah PPIRS/IPCN setuju dengan rencana relatif terhadap
utilitas ruangan bersih dan kotor.
14. Langkah Ke 14, Rencanakan untuk membahas masalah pencegahan tersebut
dengan tim proyek (misalnya : arus lalu lintas, rumah tangga, pembersihan
puing, bagaimana dan kapan).

C. Persyaratan Kinerja
1. Pengendalian Infeksi sangat penting dalam semua bidang fasilitas konstruksi,
renovasi, dan pemeliharaan karena menyebabkan gangguan debu yang ada,
atau menciptakan debu baru, sehingga harus ditutup dengan ketat untuk
mencegah setiap aliran partikel ke daerah pasien.
2. Pemilik membutuhkan kontraktor yang terikat dengan kebijakan ini, sehingga
sebelum kegiatan dimulai pemilik dan kontraktor harus mengadakan
pertemuan terlebih dahulu sehingga kontraktor dapat menjalankan renovasi
atau konstruksi sesuai dengan prosedur yang berlaku.
3. Infection Control (IC) dapat mengubah persyaratan kinerja dari ICRA sesuai
yang diperlukan dengan kondisi lapangan. Modifikasi ini tidak mengubah
maksud dan kebijakan yang ada.

D. Produk Dan Bahan


1. Tipe Barrier :
Untuk menghindari kebakaran Polyethylene, biasanya ketebalan 6-mil,
dinding gypsum, fiberglass diperkuat plastik (mirip dengan Api-X
Glassboard), kayu lapis dan masonite (harus dicat dengan cat tahan api)
sebagaimana ditentukan dalam ijin kerja ICRA.
2. Bleach :
Sebuah disinfektan berbasis air dengan bahan natrium hipoklorit, biasanya
dengan ukuran1 bagian pemutih di 10 bagian air (1 ¾ cangkir pemutih dalam
1 galon air).Harus dibuat baru setiap 24 jam.
3. Carpet Vacuum; dengan HEPA Filter
4. Control Cube
5. Jenis Pintu;
Pintu kayu maupun logam harus berbingkai logam, handel pintu dipolietilena,
atau polietilena masuk tumpang/tindih ganda sebagaimana ditentukan dalam
ijin ICRA.
6. Exhaust Selang :
Fleksible, baja yang kuat, Ventilasi Blower Hose, WPG
7. HEPA Vacuum;
Harus dapat melakukan penyaringan sampai dengan @ 0,5 mikron
8. Mesin tekanan negatif :
Harus mampu menyaring 200-2000 kaki kubik permenit.
9. Kipas angin tekanan negatif :
Bertekanan udara tinggi, tekanan statis, tanpa filter.
10. Walk-off mats;
Sediakan karpet ukuran minimal 18 inci x 24 inci dibasahi dengan larutan
pemutih untuk akses jalan petugas sehingga mencegah debu keluar dari zona.

E. Barrier/Penghalang
1. Ada pintu yang dapat menjadi penghalang ICRA bagi pekerja proyek dengan
paparan ruangan. Ini akan dapat dilaksanakan dengan memperhatikan
kontruksi ruang, jenis kegiatan, dan kelompok risiko.
2. Penghalang yang mengkin ditentukan :
a. A. Polyethylene;
b. Halaman, disamping pintu masuk zona kerja;
c. Menutup langit-langit, ruangan, tempat-tempat interstitial,dan lain-lain;
d. Metode penutupan lain yang sesuai dengan ketentuan ICRA.
3. Penghalang plastik dapat dipakai dengan bingkai logam menggunakan
semprot perekat, sekrup,dan lain-lain;
4. Hambatan dinding kering bisa dengan memiliki sendi dan sekrup ditutupi
atau disegel;
5. Flaps Polyethylene ganda yang digunakan sebagai pintu masuk ke tempat
kerja harus tumpang tindih maksimal 2 meter;
6. Jika pintu masuk berengsel digunakan untuk pintu penghalang, sebuah mesin
udara 2000 CFM negatif yang besar harus digunakan untuk memastikan 100
kaki permenit udara keluar dari ruang kerja, ini dapat dimodifikasi dengan
ruangan yang kecil;
7. Bukaan pintu ganda mungkin diperlukan sebagai airlock dan PPE area.
Hanya satu pintu yang boleh dibuka pada suatu waktu, pengecualian dibuat
untuk pengiriman barang besar. Dua pintu dibuka secara bersamaan harus
diminimalkan.
F. Prosedur Pengendalian Infeksi Secara Umum
1. Fasilitas (pelaksana) kegiatan dan IC akan diberitahu sejak awal perencanaan
atau desain tahap dari proyek;
2. Untuk memenuhi persyaratan ICRA, TIM ICRA primer kalau perlu tim Ad
hoc ICRA akan meninjau proyek lingkup pekerjaan, desain, lokasi sekitar
dan dampak dari sistem utilitas. Konstruksi jenis kegiatan, group risiko, dan
klasifikasi tingkat akan ditugaskan;
3. Seluruh tahapan proyek berdasarkan ICRA dapat revisi, tergantung kondisi;
4. TIM ICRA Primer bertanggung jawab untuk mengembangkan ICRA dan
menyikapi kebutuhan lain diluar ICRA;
5. Pengawas proyek (PM) akan mengevaluasi setiap proyek untuk menentukan
klasifikasi peringkat. PM dan IC akan mengevaluasi setiap III tingkat dan IV
tingkat.
6. Fasilitas pemeliharaan dan petugas akan mengikuti intervensi ICRA untuk
proyek tingkat I dan II secara rutin tanpa penilaian ICRA resmi atau izin
kerja. Untuk tingkat II dan IV proyek mereka harus mendapatkan izin kerja
ICRA dari PM atau IC;
7. Jika mesin udara negatif bermasalah, PM, IC, dan kontraktor akan meninjau
intalasi sebelum koneksi;
8. Kontraktor bertanggung jawab untuk memperoleh surat izin ICRA sebelum
memulai bekerja., posting dipintu masuk zona kerja, informasikan
persyaratan ICRA kepada orang sekitar yang terkena dampak;
9. Kontraktor bertanggung jawab menyediakan tenaga kerja dan peralatan
sesuai yang disyaratkan oleh ICRA;
10. Kontraktor bertanggung jawab untuk menjaga peralatan mereka termasuk
penggantian HEPA dan filter sesuai program sertifikasi filter;
11. Tergantung pada lingkup pekerjaan, fase pekerjaan, dan lokasi pembuangan
udara tanpa filter udara negatif dapat diizinkan;
12. Kontraktor bertanggung jawab untuk menjamin penghalang ICRA sesuai
standar;
13. Pada setiap awal shift, ketika tekanan udara diperlukan petugas harus dapat
memenuhi semuanya;
14. Kontraktor harus dapat menyediakan peralatan dan tenaga kerja sesuai
kebutuhan untuk pembersihan area kerja sehingga dapat mencegah
akumulasi debu dan puing;
15. Penetrations (pipa, saluran, kabel), dan lain-lain harus disegel;
16. Penghalang harus ada pada lift atau tangga yang ada di zona kerja;
17. Investigasi yang mungkin memerlukan pembukaan ubin atau langit-langit
harus segera diganti setelah selesai penyelidikan dan ketika tanpa
pengawasan;
18. Pekerjaan yang dilakukan di ICRA bisa diberi penghalang sementara, tapi
harus segera dipindahkan dan dibersihkan setelah proses selesai;
19. Jika cube pengendalian wajib memiliki udara negatif, sebuah sertifikat mesin
udara negatif harus digunakan;
20. Mesin udara negatif dapat dihubungkan ke daya normal atau darurat dan
harus dijalankan terus menerus;
21. Efektifitas penghalang harus dipantau dan penghalang diperbaiki atau
ditingkatkan untuk mencegah debu dan puing-puing keluar dari zona;
22. HVAC register dan ventilasi dalam bidang konstruksi harus capped kecuali
khusus disetujui oleh PM atau IC;
23. Metode untuk menyerap debu ketat harus menahan tekanan udara statis;
24. Wadah transportasi, gerobak, kotak peralatan, dan lain-lain harus bebas dari
debu;
25. Debu harus dibersihkan dari zona kerja dalam wadah tertutup rapat dan
diangkut melalui rute yang diidentifikasi dan ditentukan oleh ICRA;
26. Kontraktor dan bahan yang tidak boleh melewati area pasien harus ditunjuk
elevator;
27. Kontraktor harus bebas dari debu sebelum keluar dari zona kerja, jika
menggunakan coverral harus dibersihkan dizona kerja sebelum keluar ke
ruang ante;
28. Karpet untuk berjalan harus selalu bersih, diganti setiap hari atau lebih
sering lebih efektif;
29. Peralatan kontraktor harus dibersihkan dengan cairan pemutih untuk
mencegah debu keluar dari zona kerja;
30. Kontraktor wajib segera membersihkan debu yang keluar dari zona kerja;
31. Semua debu yang harus dilakukan dengan menggunakan vacum HEPA
disaring.

G. Izin Kerja ICRA


1. Tulis ICRA IMTA diperlukan untuk pekerjaan tingkat III dan IV, tapi bisa
juga mungkin untuk tingkat II;
2. Ditulis Infection Control Risk Mitigation Plan (ICRMR) untuk semua
konstruksi baru dan renovasi besar dari kamar pasien, atau ruang perawatan;
3. Formulir izin kerja dan intervensi yang terdaftar dapat dimodifikasi sesuai
yang diperlukan;
4. IC akan mengeluarkan nomor izin kerja, dan kemudian memberikan kepada
PM;
5. Izin kerja akan ditanda tangani oleh PM, disimpan di file proyek dan IC akan
diberi salinannya;
6. Salinan akan ditempel ditempat kerja, dan akan ditampilkan untuk durasi
proyek;
7. PM dan IC dapat menambahkan rincian komentar atau persyaratan yang
diperlukan untuk pekerjaan tertentu;
8. Kontraktor harus mematuhi semua intervensi komentar tambahan, persyaratan
kalau perlu intervensi tambahan Pengendalian Infeksi.

H. Implementasi Prosedur Pengendalian Infeksi


1. PM dan pemilik akan mengatur untuk relokasi persediaan, peralatan, mebel,
dan lain-lain dari zona kerja sebelum penghalang dibuat;
2. Segel jendela, area masuk bangunan harus terjamin untuk meminimalkan
infiltrasi dari luar yang mencemari ketika zona kerja berada dibawah tekanan
negatif;
3. Kontraktor akan menjalankan mesin udara negatif di zona kerja sebelum
penghalang dipasang;
4. Izin kerja akan ditunjukkan sebelum memasang penghalang di area debu
ketat;
5. Kontraktor akan memasang penghalang sesuai dengan persyaratan yang
disetujui ICRA;
6. Serambi akan dibangun untuk menjaga aliran udara dari sisi bersih melalui
serambi dan masuk ke zona kerja;
7. ICRA akan menunjukkan apakah perangkat pemantauan tekanan udara negatif
diperlukan, kontraktor akan mengatur untuk instalasi;
8. Setelah menyelesaikan barrier, kontraktor akan memverikasi tekanan negatif
diterima;

I. Penyelesaian Prosedur Pengendalian Infeksi


PM akan memverifikasi bahwa utilitas serta sistem mekanik yang ditugaskan
dan/atau berfungsi sesuai spesifikasi :
1. Setelah pembersihan semua peralatan kontraktor, kontraktor akan mengecek
semua pipa dengan membilas semua perlengkapan selama 5 menit kemudian
disiram ke toilet selama beberapa kali;
2. Setelah pembilasan pipa, penghalang, peralatan dan seluruh zona kerja
dibersihkan.
3. Setelah membersihkan penghalang, IC atau PM yang ditunjuk akan
melakukan pemeriksaan;
4. HVAC akan dibersihkan dan ditutup, serta dimatikan. Penutup udara pasokan
akan dibersihkan sebelum penutup udara kembali dilepas. Jika tindakan ini
menghasilkan debu atau kotoran pembersihan dan pemeriksaan akan diulang;
5. Pembersihan hambatan ICRA harus dilakukan dengan hati-hati untuk
mencegah kontaminasi daerah sekitarnya;
6. Untuk meminimalkan debu aerosolisasi selama pembersihan hambatan,
polietilena mungkin ringan semprot dengan larutan pemutih;
7. Kontraktor harus melipat polietyline dengan meminimalkan debu yang
mungkin bertebaran;
8. Puing-puing harus ditempatkan diwadah tertutup untuk proses transportasi;
9. Pembersihan penghalang segera dilakukan jika penghalang akan diambil;
10. Bersihkan mesin udara negatif;
11. Sedot dengan mesin HEPA debu atau kotoran yang dihasilkan saat
pembersihan;
12. Seimbangkan sistem HVAC;
13. Pembersihan penghalang dilihat dan disetujui oleh IC atau PM yang ditunjuk;

J. Intervensi Berdasarkan Klasifikasi Tingkat


1. Tingkat 1
a. Izin kerja tidak diperlukan, tetapi PM dapat membuat jika diperlukan;
b. PM dan kontraktor bertanggung jawab untuk mengidentifikasi tingkat
intervensi yang berlaku, jika belum jelas bisa berkonsultasi dengan IC;
c. PM dan kontraktor memverifikasi dan bertanggung terhadap proyek yang
dilakukan;
2. Tingkat 2
a. Izin kerja ICRA tidak diperlukan, tetapi bisa membuat jika diinginkan;
b. Kontraktor dan PM bertanggung jawab untuk mengidentifikasi intervensi
tingkat II,jika belum jelas bisa berkonsultasi dengan IC;
3. Tingkat 3
Harus mematuhi semua tingkat I dan II;
a. PM dan IC diperlukan untuk menyelesaikan ICRA.
4. Tingkat 4
Patuhi semua tingkat IV, III, II, dan I
a. PM dan IC kembali diminta untuk melengkapi ICRA;
b. PM dan IC diperlukan untuk menyelesaikan ICRMR untuk semua
konstruksi baru dan renovasi kamar perawatan pasien;
c. Setelah kegiatan debu hasil dari pembongkaran/konstruksi, dan sepatu
dibersihkan;
Jika intervensi dilakukan di lokasi risikotertinggi (OK, CSSD, Bone
Transplantasi Sumsum/BMT, dan lain-lain):
1. Jika pekerjaan dilakukan di Ruang Operasi, kontraktor harus mematuhi
intervensi pengendalian infeksi yang diterapkan didaerah berisiko tinggi yang
ditetapkan oleh Tim ICRA Primer;
2. Semua peralatan yang akan masuk ke ruang risiko tinggi harus dilakukan
penyekaan dengan desinfektan sampai bebas debu dan kotoran;
3. Kontraktor harus memakai pakaian sesuai dengan ketetapan Ruang Operasi
atau CSSD;
4. Semua pekerjaan yang dilakukan dalam lokasi risiko tertinggi harus
dijadwalkan oleh PM dan perawat manager atau yang ditunjuk oleh mereka;
5. Semua pekerjaan yang dilakukan diatas langit-langit atau pekerjaan yang
menciptakan debu dan air aerosolisasi harus dilakukan dalam pengawasan
atau Control Cube memanfaatkan HEPA mesin udara negatif yang
bersertifikat;

K. Pemantauan Lingkungan
1. PM, Keselamatan Departemen, IC akan menentukan kapan sampling udara
diperlukan;
2. Kontraktor mendokumentasikan visual konfirmasi tekanan negatif pada
Negatif Air Presure Log Verifikasi;
3. Pemilik boleh memilih untuk memonitor kualitas udara seluruh proyek;
4. PM dan kontraktor mungkin diperlukan untuk menyelesaikan setiap hari
Check List monitor kepatuhan konstruksi pengendalian infeksi sehari-hari.

L. Pendidikan Fasilitas Dan Kontraktor ICRA


1. Semua kontraktor dan PM harus mengikuti pelatihan ICRA;
2. Pendidikan ICRA harus diberlakukan sebelum pekerjaan awal individu;
3. Kontraktor terlatih harus dikawal ICRA terlatih, persetujuan untuk
menggunakan non-kontraktor ICRA terlatih harus disetujui oleh PM;
4. Sesi pelatihan akan ditawarkan dalam kuliah formal atau disetujui oleh IC
dalam presentasi;
5. Kontraktor yang telah melakukan pelatihan mendapat sertifikat yang berlaku
selama satu tahun;
6. Pendidikan harus diulang setiap satu tahun;
7. Tes tertulis harus diberikan untuk memastikan bahwa poin yang bersangkutan
telah dipelajari.
M. Pengawasan
1. PM, IC dan fasilitas kesehatan akan memastikan kepatuhan dalam
menjalankan kebijakan ini, dan mereka mempunyai wewenang untuk
menghentikan semua pekerjaan jika kegiatan berisiko terhadap pasien, staf,
dan publik;
2. Individu yang tidak bersertifikat tidak mempunyai pelatihan valid diminta
untuk meninggalkan fasilitas;
3. ICRA memantau kepatuhan konstruksi dengan melihat inspeksi dari ICRA
dan zona kerja;
4. Ketidakpatuhan akan segera ditindaklanjuti melalui komunikasi verbal dan
kemudian melalui dokumen tertulis. Rincian pelanggaran akan dikirim ke PM,
IC, dan Fasilitas Departemen dan akan ditempatkan di file proyek.
Selanjutnya ulasan akan dibahas dalam proyek dan pertemuan konstruksi;
5. Pelanggaran kebijakan ini dapat mempengaruhi status sebagai kontraktor yang
berkualitas untuk panawaran selanjutnya;
6. PM akan memberitahukan Assosiated Director sesuai facilities jika kontraktor
melakukan pelanggaran ulang;

N. Yang Bertanggung Jawab Dalam Prosedur


1. Epidemiologi Rumah Sakit;
2. Koordinator IC;
3. Fasilitas yang ditunjuk oleh PM;
4. Asosiasi Direktur Fasilitas Perencanaan dan Konstruksi;
5. Direktur Pemeliharaan Fasilitas;
6. Direktur Keselamatan.

O. Keterlibatan Komite PPI/Tim PPI Dalam Aspek Pengendalian Infeksi Saat


Renovasi/Pembangunan Dan Desain Rumah Sakit
1. Prinsip Dasar
• Pencegahan infeksi terhadap pasien, staf rumah sakit, pekerja bangunan
dan pengunjung akibat gangguan kualitas lingkungan saat
renovasi/pembangunan dan sesudahnya;
• Desain harus memungkinkan staf melaksanakan pedoman PPI (IPC
Guidelines);
Masalah yang terjadi saat renovasi/pembangunan rumah sakit adalah :
a. Debu;
Renovasi/pembangunan akan mengotori udara sehingga berdebu dengan
konsentrasi spora jamur (Aspergillus sp) dan kuman (Legionella sp) tinggi
(CONSTRUCTION RELATED NOSOCOMIAL INFECTIONS).
ASPERGILLUS FUMIGATUS

Gambar III – 1 : Spora Jamur Aspergillus Fumigatus

ASPERGILLUS FUMIGATUS
• Penyebab tersering Aspergillosis :
- Invasive;
- Non Invasive.
• > 50% Invasive Aspergillosis;
• Mampu berkembang sampai suhu 55⁰ C;
• Terdapat dimana mana (lembab);
• Invasive Aspergillosis;
- Diagnosis Sulit;
- Mortalitas > 50 %.
PALING PENTING : CEGAH TERPAPAR
RISIKO “OUTBREAKS” ASPERGILLOSIS
• Semua aktifitas yang mengakibatkan peningkatan spora di udara :
Pembangunan Gedung, Konstruksi, Renovasi, Perbaikan;
• Permukaan Lembab.

Gambar III – 2 : Atap Rumah dengan Permukaan Lembab


b. Kontaminasi Air dan Sistem Pendingin Udara;
Saat renovasi terkontaminasi patogen Legionella Sp

(CONSTRUCTION RELATED NOSOCOMIAL INFECTIONS).

Gambar III – 3 : Contoh Salurah Pipa yang Rusak


LEGIONELLA Sp.
• Airborne & Waterborne Transmission;
• Umum Terdapat dalam Sumber Air Natural;
• Berakumulasi dalam “BIOFILM” Pipa Air, Bak Penampungan;
• Berkembang Biak pada Suhu 20° - 45° C.

Gambar III – 4 : Kuman Legionella Sp.


c. Pasien “High Risk”.
• Pasien Transplantasi;
• Pasien di Bangsal Hematologi dan Onkologi  Neutropenia;
• Pasien dengan Pengobatan Corticosteroid;
• Pasien “Immunocompromised” Lainnya (DM, ODHA, dll).
Gambar III – 5 :Pasien High Risk
2. Sumber Mikroorganisme Penyebab Infeksi
a. Debu dan Tanah;
b. Pipa Saluran Air;
c. Sistem Ventilasi.
Pencegahan :
a. Kurangi Debu;
b. Cegah Migrasi Debu dari Lokasi :“Barrier” Plastik dari Lantai sampai
Langit Langit.

Gambar III – 6 :Contoh “Barrier” Plastik dari Lantai


c. “Pre-Construction“(Sebelum Kegiatan Dimulai)
 Konsultasi kepada Komite PPIRS;
 Identifikasi Kemungkinan Kerusakan Saluran Pipa Air atau Sistem
AC;
 Identifikasi dan Peta Pasien“High Risk”;
 Pelatihan Pekerja;
 Tentukan Alur Gerakan Pekerja.
d. “Construction” (Saat Kegiatan)
 Awasi Alur Pasien, Kalau Perlu Gunakan Masker N-95 / Respirator
kepada Pasien;
 Tutup Rapat Pintu dan Jendela, Tambahkan “Seal”;
 “Barrier” Debu;
 Tekanan Negatif Area Kerja;
 Hepa Filter di Bangsal Pasien “High Risk”.
 Awasi Kegiatan dengan Ketat :
- Alur Material dan Bahan Sisa/Sampah;
- Kepatuhan Pekerja;
- Risiko Kontaminasi Pipa Air atau Sistem AC.
e. “Post Construction” (Pasca Kegiatan)
 Area harus bersih dan bebas debu;
 IPCO menilai area sebelum digunakan;
 Kalau perlu lakukan “air sampling” dan “kultur lingkungan”
3. Faktor “Design” yang Mempengaruhi Transmisi Infeksi Rumah Sakit
a. Jumlah pasien dan perawat;
b. Jumlah dan jenis pemeriksaan / prosedur;
c. Ruangan yang tersedia;
d. Jumlah dan jenis kamar;
e. Jumlah tempat tidur per kamar;
f. Lantai dan “Permukaan”;
g. Air, listrik dan sanitasi;
h. Ventilasi dan kualitas udara;
i. Pengelolaan alat medis;
j. Pengelolaan makanan, laundry dan limbah.
 Jumlah Pasien dan Perawat;
Rasio Pasien – Perawat
1 : 3 – 10
 Jumlah dan Jenis Pemeriksaan / Prosedur;
Desain ketersediaan alat medis dan APD (Jumlah dan Jenis) yang
Dibutuhkan.
 Ruangan yang Tersedia;
Ruang Tunggu, Ruang Petugas, Ruang Rawat, Ruang Isolasi;
 Jumlah dan Jenis Kamar;
- Maksimum 40 Tempat Tidur setiap Bangsal / Ruangan;
- Tersedia “Single Room” untuk Isolasi Pasien Infeksius.
 Jumlah Tempat Tidur per Kamar;
- 2 – 4 Tempat Tidur (Jarak Minimum 1 Meter);
Ideal : 1 Tempat Tidur Tiap Kamar;
- Tiap Kamar Tersedia Fasilitas Alcohol – Based Hand Rub (ABHR);
Ideal : Tiap Tempat Tidur;
- Toilet dan Shower tiap Kamar.
 Lantai dan “Permukaan”;
- Mudah Dibersihkan;
- Tidak Ada Karpet;
- Rekomendasi : Vinyl.
 Air, Listrik dan Sanitasi;
- Air Minum Diperiksa Secara Berkala;
- Air Bersih dan Listrik Tersedia 24 Jam / Hari;
- Pengelolaan Air Unit Khusus (Hemodialisis, Bangsal Transplant) ---
Cegah Perkembangan Kuman Legionella, Pseudomonas, Jamur dan
Mikroorganisme Lingkungan Lainnya.
 Ventilasi dan Kualitas Udara;
- Who Menyarankan Ventilasi Alamiah untuk PPI – TB ( 2009 );
- Mampu Mencegah Transmisi Airborne.
 Pengelolaan Alat Medis;
- “Clean” & “Dirty” Harus Terpisah;
- Tindakan Mempersiapkan Infus dan Injeksi di Ruang Bersih dan
Terpisah;
- Alat Steril Disimpan di Lemari Tertutup.
 Pengelolaan Makanan, Laundry dan Limbah.
- Lantai Dapur dan “ Permukaan “ Harus Terbuat dari Bahan yang
Mudah Dibersihkan;
- Makanan Hangat Segera Dikonsumsi atau Didinginkan Sebelum
Disimpan;
- Linen dan Pakaian Kerja Petugas Sudah Terkontaminasi à Cuci di
Rumah Sakit;
Alasan WHO Menyarankan 1 Kamar - 1 Tempat Tidur (Single Bed
Rooms)
- Kwalitas Tidur Lebih Baik;
- Privasi Meningkat;
- Tingkat Kebisingan Menurun;
- Transmisi Mikroorganisme Menurun;
- Kesalahan Pemberian Obat Menurun;
- Proteksi Data Pasien Lebih Baik.

P. Kesimpulan
1. IPCO Harus Dilibatkan dalam Perencanaan, Pelaksanaan dan Pengawasan;
2. Pelatihan terhadap Pekerja Bangunan;
3. Tentukan Alur Pekerja, Bahan Material dan Sampah Bangunan;
4. Pekerjaan Tidak Boleh Dimulai Sebelum “Penilaian Risiko” Lengkap
Dilakukan;
5. Waspada Terhadap “CONSTRUCTION RELATED NOSOCOMIAL
INFECTIONS”
 Aspergillosis;
 Legionellosis.
6. Fokus Perhatian
 Lingkungan Sekitar Area;
 Sistem Pipa Air;
 Sistem Ventilasi.
7. Renovasi di Rumah Sakit berbeda karena Pasien lebih Memerlukan Kualitas
Udara yang Baik;
8. Syarat Penting dalam Desain
 Suplai Air Bersih dan Listrik Konstan 24 Jam / Hari;
 Jumlah dan Jarak Tempat Tidur Adekuat;
 Ventilasi sesuai Prinsip PPI;
 Sanitasi Untuk :
- Pasien;
- Pengunjung;
- Staf Rumah Sakit;
- Lantai dan Permukaan;
- Bahan yang Mudah Dibersihkan.
BAB V
DOKUMENTASI

Standar Prosedur Operasional (SPO) ICRA bangunan, terlampir

DIREKTUR,

dr.DEWI SARLI TOMBILI, Sp.PD

Anda mungkin juga menyukai