Anda di halaman 1dari 39

LEMBAR PENGESAHAN

Keputusan Direktur Utama No 210/Kep/XVI/11/2015

Tentang

PEDOMAN PENGORGANISASIAN
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI)
RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA CEMPAKA PUTIH

Disusun oleh :

( Dr. Faisal Syarifuddin, Sp. PD )


Ketua Komite PPI

Disetujui oleh :

( Dr. Umi Sjarqiah, Sp. KFR )


Autorized Person

Ditetapkan oleh :

( Dr. Prastowo Sidi Pramono, Sp. A )


Direktur Utama

i
KEPUTUSAN
DIREKTUR UTAMA RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA CEMPAKA PUTIH
Nomor : 210/Kep/XVI/11/2015

Tentang

PEDOMAN PENGORGANISASIAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI)


RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA CEMPAKA PUTIH

Direktur Utama Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih (RSIJCP).


Menimbang : a. bahwa untuk meminimalkan risiko terjadinya infeksi di rumah sakit,
perlu diterapkan pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI).
b. bahwa upaya pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI) di rumah sakit
perlu adanya sumber daya manusia untuk mengelola program PPI di
rumah sakit, yang diatur dalam Pedoman Pengorganisasian Pencegahan
Dan Pengendalian Infeksi (PPI).
c. bahwa untuk mencapai sebagaimana dimaksud dalam butir di atas
dipandang perlu menetapkan Pedoman Pengorganisasian Pencegahan
Dan Pengendalian Infeksi (PPI) di RSIJCP yang ditetapkan dalam suatu
Keputusan Direktur Utama.

Mengingat : 1. Undang-undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.


2. Undang-undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
3. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 270/Menkes/SK/III/2007 tentang
Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah
Sakit dan Fasilitas Kesehatan Lainnya.
4. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 382/Menkes/SK/III/2007 tentang
Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan
Fasilitas Kesehatan Lainnya.
5. Keputusan Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan
No. HK.02.04/I/2790/11 tentang Standar Akreditasi Rumah Sakit.

ii
6. Keputusan Badan Pelaksana Harian (BPH) RSIJ No.
020/KEP/I.6.AU/D/2015 tanggal 16 Juni 2015 tentang Struktur
Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih.
7. Keputusan Pimpinan Pusat Muhammadiyah No. 235/KEP/I.0/D/2013
tanggal 12 Desember 2013 tentang Penetapan Direksi RSIJCP masa
Jabatan 2013 – 2017.

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR UTAMA RSIJCP TENTANG PEDOMAN


PENGORGANISASIAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI)
dengan ketentuan sebagai berikut :
Pertama : Memberlakukan Pedoman Pengorganisasian Pencegahan Dan
Pengendalian Infeksi (PPI) sebagaimana terlampir dalam Keputusan ini.
Kedua : Pedoman Pengorganisasian Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi (PPI) ini
harus dijadikan acuan dalam menerapkan upaya PPI di RSIJCP.

Ketiga : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila di kemudian
hari ternyata terdapat kekeliruan dalam keputusan ini, akan diadakan
perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di: Jakarta


pada tanggal : 15 Safar 1437 H.
27 November 2015 M.

iii
Dr. Prastowo Sidi Pramono, Sp.A.
Direktur Utama

Tembusan :
1. Anggota Direksi.
2. Ketua Panitia Akreditasi RSIJCP Versi 2012.
3. Ka. Komite Mutu dan Manajemen Risiko.
4. Ka. Komite Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi.
5. Manajer SDI.

iv
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Bismillahirrahmanirrahim.
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, atas selesainya Pedoman
Pengorganisasian Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) Rumah Sakit Islam Jakarta
Cempaka Putih di Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih, pedoman ini merupakan
salah satu acuan dalam Akreditasi.

Tujuan penulisan pedoman ini adalah sebagai pedoman atau referensi bagi tenaga medis
Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih dalam upaya menurunkan risiko infeksi
Nosokomial dan memutuskan rantai penularan.

Pada akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada Direksi RSIJCP yang telah
memberikan kepercayaan dan dukungan untuk menyelesaikan pedoman ini untuk acuan
Akreditasi.

Kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan
Pedoman Pengorganisasian Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) Rumah Sakit di
masa yang akan datang.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Penyusun

v
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN............................................................................................................i
KEPUTUSAN DIREKTUR UTAMA RSIJCP..................................................................................ii
KATA PENGANTAR..................................................................................................................v
DAFTAR ISI.............................................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG..............................................................................................1
B. TUJUAN.............................................................................................................2
C. RUANG LINGKUP...............................................................................................3
BAB II GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA CEMPAKA PUTIH (RSIJCP)....4
A. SEJARAH BERDIRI..............................................................................................4
B. KONDISI SAAT INI..............................................................................................5
BAB III VISI, MISI, FALSAFAH, TUJUAN, MOTTO DAN NILAI-NILAI BUDAYA ORGANISASI...8
A. VISI....................................................................................................................8
B. MISI...................................................................................................................8
C. FALSAFAH..........................................................................................................8
D. TUJUAN.............................................................................................................9
E. MOTTO..............................................................................................................9
F. NILAI-NILAI DAN BUDAYA ORGANISASI............................................................9
BAB IV STRUKTUR ORGANISASI RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA CEMPAKA PUTIH..........11
BAB V STRUKTUR ORGANISASI KOMITE PPI.....................................................................12
A. STRUKTUR ORGANISASI..................................................................................12
B. URAIAN JABATAN............................................................................................14
BAB VI TATA HUBUNGAN KERJA........................................................................................18
A. TATA HUBUNGAN KERJA INTERN UNIT KERJA................................................18
B. TATA HUBUNGAN KERJA EKSTERN UNIT KERJA.............................................18
BAB VII POLA KETENAGAAN DAN KUALIFIKASI KOMITE PPI..............................................23
A. STANDARISASI KETENAGAAN.........................................................................23
B. KONDISI KETENAGAAN...................................................................................24
C. DASAR PERHITUNGAN KETENAGAAN.............................................................25
D. REKRUTMEN DAN SELEKSI..............................................................................25

vi
E. PENGEMBANGAN SDI.....................................................................................25
BAB VIII KEGIATAN ORIENTASI............................................................................................26
A. ORIENTASI RUMAH SAKIT...............................................................................26
B. ORIENTASI DI UNIT KERJA...............................................................................27
BAB IX PERTEMUAN ATAU RAPAT.....................................................................................28
BAB X PELAPORAN............................................................................................................29
BAB XI PENUTUP................................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................31

vii
Lampiran
Keputusan Direktur Utama RSIJCP
Nomor : 210/Kep/XVI/11/2015
Tentang : Pedoman Pengorganisasian Pencegahan dan pengendalian Infeksi (PPI)

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Oleh karena itu rumah sakit dituntut
untuk dapat memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang sudah
ditentukan.

Masyarakat yang menerima pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan dan pengunjung


di rumah sakit dan fasilitas keesehatan lainnya dihadapkan pada risiko terjadinya
infeksi baik perawatan atau dating berkunjung ke rumah sakit. Angka infeksi
noskomial terus meningkat (Al Varado, 2000) mencapai sekitar 9% (variasi 3-21%)
atau lebih dari 1,4 juta pasien rawat inap di rumah sakit seluruh dunia. Hasil survey
point prevalensi dari 11 Rumah Sakit di DKI Jakarta yang dilakukan oleh Perdalin Jaya
dan Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso Jakarta pada tahun 2003
didapatkan angka infeksi nosokomial untuk ILO (Infeksi Luka Operasi) 18,9%, ISK
(Infeksi Saluran Kemih) 15,1%, IADP (Infeksi Aliran Darah Primer) 26,4%, Pneumonia
24,5% dan Infeksi Saluran Napas lain 15,1% serta infeksi lain 32,1%.

Untuk meminimalkan risiko terjadinya infeksi di rumah sakit dan fasilitas kesehatan
lainnya perlu diterapkan pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI), yaitu kegiatan
yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pembinaan, pendidikan dan pelatihan,
serta monitoring dan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit (PPIRS)
sangat penting karena menggambarkan mutu pelayanan rumah sakit. Apalagi akhir-
akhir ini muncul berbagai penyakit infekis baru (new emerging, emerging diseases
dan re-emerging diseases) .

Pedoman Pengorganisasian Pencegahan dan pengendalian Infeksi (PPI) 1


Wabah atau Kejadian Luar Biasa (KLB) dari penyakit infeksi sulit diperkirakan
datangnya, sehingga kewaspadaan melalui surevilans dan tindakan pencegahan dan
pengendaliannya perlu terus ditingkatkan. Selain itu infeksi yang terjadi di rumah
sakit tidak saja dapat dikendalikan tetapi juga dapat dicegah dengan melakukan
langkah-langkah yang sesuai dengan prosedur yang berlaku.

Walaupun belum ada angka yang pasti secara nasional ternyata beberapa rumah
sakit telah melaksanakan pengendalian infeksi nosokomial beberapa tahun yang lalu.
Sehubungan dengan hal itu maka perlunya adanya pedoman manajerial Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit yang merupakan salah satu factor
pendukung yang sangat penting untuk mendapat dukungan dan komitmen dari
pimpinan rumah sakit dan seluruh petugas yang ada di rumah sakit.

B. TUJUAN

1. Tujuan Umum
Meningkatkan mutu layanan Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih melalui
pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit dan fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya, yang dilaksanakan oleh semua unit di RS. Islam Jakarta
Cempaka Putih meliputi kualitas pelayanan, manajemen risiko, clinical
govermance, serta kesehatan dan keselamatan kerja.

2. Tujuan Khusus
a. Menggerakkan segala sumber daya yang ada di pelayanan Rumah Sakit Islam
Jakarta Cempaka Putih secara efektif dan efisien dalam pelaksanaan
pencegahan dan pengendalian infeksi.
b. Menurunkan angka kejadian infeksi di Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka
Putih.
c. Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan program pencegahan dan
pengendalian infeksi.

Pedoman Pengorganisasian Pencegahan dan pengendalian Infeksi (PPI) 2


C. RUANG LINGKUP

1. Tanggung jawab dan tugas pokok


2. Struktur organisasi RS dan Komite PPI
3. Uraian jabatan
4. Tata hubungan kerja
5. Pola ketenagaan dan kualifikasi personel
6. Kegiatan orientasi
7. Pertemuan atau rapat
8. Pelaporan

Pedoman Pengorganisasian Pencegahan dan pengendalian Infeksi (PPI) 3


BAB II
GAMBARAN UMUM
RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA CEMPAKA PUTIH (RSIJCP)

A. SEJARAH BERDIRI

Berdirinya Rumah Sakit Islam Jakarta merupakan keinginan besar dari sebagian orang
– orang Islam dan atau anggota Muhammadiyah untuk mempunyai rumah sakit yang
bernapaskan Islam. Keinginan ini terinspirasi ketika Dr.H. Kusnadi mengunjungi Bapak
KH. Wahid Hasyim yang pada waktu itu menjabat sebagai Menteri Agama RI saat
beliau dirawat di Rumah Sakit nonmuslim (RS. Boromeus Bandung) pada tahun 1951.
Melihat pelayanan di rumah sakit tersebut Bapak Dr. Kusnadi trenyuh, dan dalam hati
beliau berkata “Seandainya kita (umat Islam) mempunyai Rumah Sakit tentu Pak
Wahid Hasyim tidak perlu dibawa ke Rumah Sakit ini (nonmuslim), tetapi beliau akan
dirawat di Rumah Sakit Islam, alangkah senang dan bangganya kita (umat Islam)
mempunyai sebuah Rumah Sakit. Orang – orang Muhammadiyah atau umat Islam
akan bisa berobat ke Rumah Sakitnya sendiri”.

Semangat ini terus bergejolak dalam pikiran Dr.H. Kusnadi, sehingga dari semangat
yang terus bergelora inilah akhirnya Dr.H. Kusnadi mengajak beberapa koleganya
antara lain : Drs. Sadad Siswowidjojo, H. Mahmud, Ir.M. Sanusi, Prof.KH. Farid Ma’ruf,
KH. Fakih Usman, Mr. Loebis, H. Bakrie Sjudja, Sulaeman Sumitakusuma, Ir. Oemar
Tusin, Dr. Nurhay Abdurahman, A. Idid Djunaidi, Dr. Sulastomo, Kridoharsojo, Suharto
Puspohartono,SH dan Sudarma, untuk berusaha mewujudkan cita – cita luhur ini
yaitu mendirikan Rumah Sakit Islam Jakarta, dan diawali dengan membuat Panitia
yang dikukuhkan dalam bentuk Yayasan dengan nama Yayasan Rumah Sakit Islam
Jakarta.

Yayasan Rumah Sakit Islam Jakarta berdiri tanggal 18 April 1967, berdasarkan Akte
No. 36 Tahun 1967 dengan Notaris R. Soerojo Wongsowidjojo SH, yang diketuai
Dr.H. Kusnadi. Terobosan awal yang dilakukan adalah dengan mencari bantuan dana
antara lain ke Nederlanche Organisatie Voor Internationale Behulpzaamheid (NOVIB)
yaitu suatu lembaga pemerintah Belanda dan juga atas jasa para pengusaha muslim

Pedoman Pengorganisasian Pencegahan dan pengendalian Infeksi (PPI) 4


di Jakarta.
Dari dana yang terkumpul dan berkat bantuan Pemerintah DKI Jakarta serta
dukungan dari Ir. M. Sanusi yang pada saat itu menjabat sebagai Menteri
Perindustrian Tekstil dan Kerajinan Rakyat yang juga salah seorang Anggota
Muhammadiyah dan selaku Panitia (Yayasan) mendapat wakaf tanah seluas 4,2 Ha di
daerah Cempaka Putih.

Selanjutnya untuk dana pembangunannya serta peralatan Rumah Sakit, Yayasan


kembali mencari bantuan ke luar Negeri yaitu ke Departemen Luar Negeri
Pemerintah Belanda State Committee for Coordinating Foreign Aid (SCCFA). Pada
tanggal 7 Maret 1968 didapat kesepakatan bahwa SCCFA siap membantu 75% dari
keseluruhan dana yang dibutuhkan dengan penandatanganan perjanjian dari SCCFA
oleh B. J. Oeding dan dari Yayasan RSIJ oleh Dr.H. Kusnadi selaku Ketua Yayasan serta
Drs. Haiban selaku Sekretaris Yayasan Rumah Sakit Islam Jakarta.

Pada tanggal 23 Juni 1971 diresmikan berdirinya Rumah Sakit Islam Jakarta oleh
Presiden Soeharto dengan gedung perawatan 56 tempat tidur, ruang kantor,
poliklinik, laboratorium, apotek dan dapur. Ini merupakan cikal bakal dari usaha awal
berdirinya Yayasan Rumah Sakit Islam Jakarta. Atas ridho Allah SWT dan usaha
Yayasan dalam mencari dana, orang – orang muslim dan pemerintah berdatangan
memberikan perhatian yang baik dan dana terus mengucur, sehingga berdirilah
sebuah Rumah Sakit Islam Jakarta yang cukup megah dengan peralatan dan
infrastruktur yang dapat dibanggakan.

B. KONDISI SAAT INI

RSIJCP merupakan Amal Usaha Muhammadiyah yang memiliki 411 tempat tidur
dengan moto “Bekerja sebagai ibadah dan Ihsan dalam pelayanan”, dan berdasarkan
Keputusan Menteri Kesehatan RI No. HK.02.03/I/3627/2014 tanggal 12 November
2014 RSIJCP ditetapkan sebagai Rumah Sakit Pendidikan Utama Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Jakarta.

Pedoman Pengorganisasian Pencegahan dan pengendalian Infeksi (PPI) 5


Komitmen RSIJCP untuk meningkatkan mutu pelayanan secara berkesinambungan
dibuktikan dengan menerapkan sisitem manajemen mutu International Standard
Organization (ISO) 9001 dan Akreditasi oleh KARS.
RSIJCP sejak tahun 1996 telah memperoleh sertifikat Akreditasi sebanyak 4 kali,
terakhir pada tahun 2012 untuk 16 pelayanan dengan status Akreditasi Lulus Tingkat
Lengkap. Saat ini sedang menyiapkan untuk penilaian Standar Akreditasi versi 2012
yang mengacu pada penerapan standar Joint Comission International (JCI).

RSIJCP memiliki 411 tempat tidur, dengan kegiatan pelayanan meliputi :


1. Pelayanan Rawat Inap
Pelayanan rawat inap dibagi dalam beberapa kelas, yaitu VIP, Utama, I, II, dan III.
2. Pelayanan Rawat Jalan
Pelayanan rawat jalan melayani pasien dengan berbagai jenis penjamin, yaitu
perorangan, instansi, dan asuransi. Pelayanan rawat jalan terdiri dari Unit Gawat
Darurat, 51 ruang klinik pagi dan sore dengan 17 spesialisasi.

Pelayanan Preventif dan Rehabilitasi Medis terdiri dari Terapi Okupasi (OT),
Terapi Wicara (TW), dan Fisioterapi .
3. Pelayanan Penunjang Medis
Pelayanan Penunjang Medis terdiri dari pelayanan farmasi, radiologi, diagnostik,
dan laboratorium.
4. Pelayanan Khusus
Pelayanan Khusus terdiri dari pelayanan intensif (ICCU, ICU, Perina/NICU/PICU,
HCU), kamar bedah, hemodialisis, stroke, luka bakar, dan kemoterapi.

Selain pelayanan inti, RSIJCP juga melakukan pelayanan Nafsul Muthmainnah dengan
kegiatan sebagai berikut :
1. Pengurusan jenazah dari dalam, dan luar RSIJCP (anggota dan non anggota)
2. Pelatihan pengurusan jenazah.

Untuk memenuhi kompetensi pegawai, RSIJCP juga menyelenggarakan diklat


eksternal bagi rumah sakit atau institusi pelayanan kesehatan lain berupa Pelatihan

Pedoman Pengorganisasian Pencegahan dan pengendalian Infeksi (PPI) 6


Perawat Intensif Ginjal Dialisis & Hipertensi dan Pelatihan Perawat Bedah Dasar.
Pelatihan tersebut bersertifikat Kementerian Kesehatan dan perhimpunan profesi.

Penyelenggaraan kegiatan dakwah pasien dan informasi kesehatan dilakukan melalui


media CC Radio dan RSIJ TV. Dakwah pasien juga dilakukan melalui kegiatan
ceramah/ bimbingan langsung ke pasien yang dilaksanakan oleh petugas Binroh.
Selain itu, layanan dakwah dan informasi kesehatan juga dilakukan melalui Layanan
Kesehatan Keliling.

Saat ini persaingan dunia perumahsakitan semakin ketat. Oleh karena itu, RSIJCP
melakukan upaya-upaya yang lebih komprehensif untuk menhadapi tangtangan
tersebut dan dengan moto “Bekerja sebagai ibadah dan Ihsan dalam pelayanan”,
manajemen RSIJCP bertekad untuk mewujudkan visinya, yaitu “menjadi Rumah Sakit
kepercayaan masyarakat yang berfungsi sebagai Pusat Pendidikan Kedokteran dan
Perkaderan Persyarikatan Muhammadiyah di Bidang Kesehatan”.

Pedoman Pengorganisasian Pencegahan dan pengendalian Infeksi (PPI) 7


BAB III
VISI, MISI, FALSAFAH, TUJUAN, MOTTO DAN NILAI-NILAI
BUDAYA ORGANISASI

Berdasarkan SK. BPH. RSIJ NO: 021/KEP/I.6.AU/C/2013Tanggal 14 November 2013


tentang Falsafah, Visi, Misi, Motto & Tujuan RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA CEMPAKA
PUTIH.

A. VISI

Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih menjadi Rumah Sakit kepercayaan
masyarakat yang berfungsi sebagai Pusat Pendidikan Kedokteran dan Perkaderan
Persyarikatan Muhammadiyah di Bidang Kesehatan.

B. MISI

1. Pelayanan kesehatan yang islami, professional dan bermutu dengantetap peduli


pada kaum du’afa.
2. Mampu memimpin pengembangan rumah sakit Islam lainnya.
3. Mampu menyelenggarakan Pendidikan Kedokteran dan Perkaderan bagi tenaga
kesehatan lainnya.

C. FALSAFAH

Perwujudan dari iman sebagai amal shaleh kepada Allah SWT dan menjadikannya
sebagai sarana ibadah “dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang
beriman dan berbuat baik bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-
sungai di dalamnya”(QS. Al Baqarah ayat 25).

Pedoman Pengorganisasian Pencegahan dan pengendalian Infeksi (PPI) 8


D. TUJUAN

1. Mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi semua lapisan


masyarakat melalui pendekatan pemeliharaan kesehatan (promotif),
pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan
pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara menyeluruh sesuai
dengan peraturan perundang-undangan serta tuntunan ajaran Islam dengan
tidak memandang agama, golongan dan kedudukan.
2. Menyelenggarakan Pendidikan Kedokteran yang bermutu dan sesuai ajaran
Islam.

E. MOTTO

Bekerja Sebagai Ibadah, Ihsan Dalam Pelayanan.

F. NILAI-NILAI DAN BUDAYA ORGANISASI

1. Nilai
Nilai merupakan landasan moral yang dijadikan pedoman dalam pelaksanaan
kegiatan di rumah sakit. Menggali dan meningkatkan budaya organisasi yang
meliputi, budaya Ihsan, budaya ta’awun, budaya tafdhil/tafawuq, budaya
istikmal bidawan dan sistem nilai Islami lainnya ke dalam seluruh aktifitas
keluarga besar BPH RSIJ sehingga dapat menjadi uswatun hasanah atau suri
tauladan yang baik dalam mewujudkan kehidupan yang islami di lingkungan
umat Islam di tanah air tercinta.

2. Budaya Organisasi
Mempertimbangkan pada nilai-nilai Budaya Organisasi yang sudah dimiliki oleh
masing-masing rumah sakit di lingkungan BPH RSIJ, mengacu pada pesan-pesan
Al Quran dan As-Sunnah serta paham agama, ideologi, visi & misi serta
Keputusan Persyarikatan Muhammadiyah dan dengan memperhatikan Visi
terbaru RSIJ “Menjadi Rumah Sakit Kepercayaan Masyarakat” maka dengan
memahami nilai inti dari visi tersebut adalah nilai “TRUST atau KEPERCAYAAN”

Pedoman Pengorganisasian Pencegahan dan pengendalian Infeksi (PPI) 9


maka Core Value RSIJ yang akan menjadi acuan dalam membangun Budaya
Organisasi RSIJ adalah nilai AMANAH.
Mengapa AMANAH (sesuai visi RSIJ yang baru) dijadikan Core Value di RSIJ,
karena :
a. “Amanah” adalah salah satu nilai kunci dari sukses dakwah Rasulullah
Muhammad SAW.
b. Suatu organisasi terlebih lagi organisasi yang bergerak pada jasa layanan
kesehatan hanya akan sukses bila mampu memperolah kepercaayan dari
ummat. Bila kepercayaan dari ummat gagal diperoleh, organisasi tersebut
akan hancur.
c. Kata “AMANAH” mudah dimengerti oleh pegawai RSIJ maka akan lebih
mudah pula dalam sosialisasi, internalisasi dan implementasi.

Adapun penjelasan dari nilai AMANAH adalah sebagai berikut :

NO. KATA PENJABARAN /ARTI


1 AMANAH Adil Proporsional, Objektif, Transparan, Akuntabel,
Responsibility
Mulia Memuliakan, respect, bermartabat/ beradab,
empati, antusias, peduli
Arif Profesional, Faktual, Kreatif & Inovatif, Solusi,
Istikmal
Nurani Shidiq / jujur / integritas, ramah, sabar,
melayanani dengan hati
Aman Ihsan, Akurat/ Terukur/ Cepat, Disiplin, Halal
Hikmah Komunikatif/ Tabligh, Relationship, Bermakna

Pedoman Pengorganisasian Pencegahan dan pengendalian Infeksi (PPI) 10


BAB IV
STRUKTUR ORGANISASI
RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA CEMPAKA PUTIH

Struktur organisasi RSIJCP berdasarkan SK Badan Pelaksana Harian (BPH) Rumah Sakit
Islam Jakarta No. 020/KEP/I.6.AU/D/2015 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja
RSIJCP sebagai berikut :

BADAN PELAKSANA
HARIAN RS ISLAM
JAKARTA

DIREKTUR UTAMA

1. Komite Medik
Panitia-panitia KOMITE-KOMITE 2. Komite Keperawatan
3. Komite Etik RS
4. Komite Etik Penelitian
5. Komite Pendidikan
Humas & Legal 6. Komite Mutu & Manajemen Risiko (KMMR)
7. Komite Promosi Kesehatan Rumah Sakit(PKRS)
8. Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi RS

Penelitian dan Pengembangan Satuan Pemeriksa Internal

Direktur
Pelayanan & Direktur
Direktur Direktur Sumber Daya
Pendidikan Medik
Penunjang Medik Keuangan Insani (SDI )
Asdir Asdir Medis & PKL
Keperawatan

Bakordik

Manajer Manajer Manajer Manajer Manajer


Manajer Manajer
Pelayanan
Manajer
Radiologi dan Farmasi & Manajer Manajer Manajer Manajer Manajer
Sistem
Manajer Manajer Manajer Manajer
Rawat Jalan Rawat Inap Laboratorium Pemeliharaan Yan Um dan
Medis Khusus diagnostik Sterilisasi Gizi Logistik Keuangan Akuntansi Informasi Kes . Pemasaran SDI Binroh Diklat
& Kesling Perkantoran

Pedoman Pengorganisasian Pencegahan dan pengendalian Infeksi (PPI) 11


BAB V
STRUKTUR ORGANISASI KOMITE PPI

A. STRUKTUR ORGANISASI

Direktur Utama

Ketua Komite PPI

Sekretaris Komite PPI

Anggota Komite PPI

Tim PPI :
IPCN

IPCLN

Organisasi Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) disusun agar dapat mencapai
visi, misi dan tujuan dari penyelenggaraan PPI. PPI dibentuk berdasarkan kaidah
organisasi yang miskin struktur dan kaya fungsi dan dapat menyelenggarakan tugas,
wewenang dan tanggung jawab secara efektif dan efisien. Efektif dimaksud agar
sumber daya yang ada di rumah sakit dapat dimanfaatkan secara optimal.

Pedoman Pengorganisasian Pencegahan dan pengendalian Infeksi (PPI) 12


Pimpinan dan petugas kesehatan dalam Komite dan Tim PPI diberi kewenangan
dalam menjalankan program dan menentukan sikap pencegahan dan pengendalian
infeksi.

1. Komite PPI disusun minimal terdiri dari Ketua, Sekretaris dan Anggota.
a. Ketua sebaiknya dokter (IPCO/Infection Prevention and Control Officer),
mempunyai minat, kepedulian dan pengetahuan, pengalaman, mendalami
masalah mikrobiologi klinik, atau epidemiologi klinik.
b. Sekretaris sebaiknya perawat senior (IPCN/ Infection Prevention and Control
Nurse), yang disegani, berminat, mampu memimpin, dan aktif.
c. Anggota yang dapat terdiri dari :
1) Dokter wakil dari tiap SMF (Staf Medis Fungsional).
2) Dokter ahli epidemiologi.
3) Dokter Mikrobiologi / Patologi Klinik.
4) Petugas Laboratorium.
5) Petugas Farmasi.
6) Perawat PPI / IPCN (Infection Prevention and Control Nurse).
7) Petugas CSSD.
8) Petugas Laundry.
9) Petugas Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit (IPS-RS).
10) Petugas Sanitasi.
11) Petugas House Keeping.
12) Petugas Gizi.
13) Petugas K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja).
14) Petugas Kamar Jenazah.

2. Tim PPI terdiri dari Perawat PPI / IPCN dan 1 (satu) dokter PPI tiap 5 (lima)
Perawat PPI.
3. IPCN
Rumah sakit harus memiliki IPCN yang bekerja purna waktu, dengan ratio 1
(satu) IPCN untuk tiap 100 – 150 tempat tidur di rumah sakit.

Pedoman Pengorganisasian Pencegahan dan pengendalian Infeksi (PPI) 13


4. IPCLN
Dalam bekerja IPCN dapat dibantu beberapa IPCLN (Infection Prevention and
Control Link Nurse) dari tiap unit perawatan.

B. URAIAN JABATAN

1. Direktur Utama.
Tugas Direktur Utama :
a. Membentuk Komite dan Tim PPIRS dengan Surat Keputusan.
b. Bertanggung jawab dan memiliki komitmen yang tinggi terhadap
penyelenggaraan upaya pencegahan dan pengendalian infeksi.
c. Bertanggung jawab terhadap tersedianya fasilitas sarana dan prasarana
termasuk anggaran yang dibutuhkan.
d. Menentukan kebijakan pencegahan dan pengendalian infeksi.
e. Mengadakan evaluasi kebijakan pencegahan dan pengendalian infeksi
berdasarkan saran Komite PPIRS.
f. Mengadakan evaluasi kebijakan pemakaian antibiotika yang rasional dan
disenfektan di rumah sakit berdasarkan saran dari Komite PPIRS.
g. Dapat menutup suatu unit perawatan atau instalasi yang dianggap potensial
menularkan penyakit untuk beberapa waktu sesuai kebutuhan berdasarkan
saran dari Komite PPIRS.
h. Mengesahkan Standar Prosedur Operasional (SPO) untuk PPIRS.

2. Komite PPI :
Tugas dan Tanggung Jawab Komite PPI :
a. Menyusun dan menetapkan serta mengevaluasi kebijakan PPI.
b. Melaksanakan sosialisasi kebijakan PPIRS, agar kebijakan dapat dipahami
dan dilaksanakan oleh petugas kesehatan rumah sakit.
c. Membuat SPO PPI.
d. Menyusun program PPI dan mengevaluasi pelaksanaan program tersebut.
e. Bekerjasama dengan Tim PPI dalam melakukan investigasi masalah atau KLB
Healthcare Associated Infections (HAIs).

Pedoman Pengorganisasian Pencegahan dan pengendalian Infeksi (PPI) 14


f. Memberi usulan untuk mengembangkan dan meningkatkan cara
pencegahan dan pengendalian infeksi.
g. Memberikan konsultasi pada petugas kesehatan rumah sakit dalam PPI.
h. Mengusulkan pengadaan alat dan bahan yang sesuai dengan prinsip PPI dan
aman bagi yang menggunakan.
i. Mengidentifikasi temuan di lapangan dan mengusulkan pelatihan untuk
meningkatkan kemampuan sumber daya menusia (SDM) rumah sakit dalam
PPI.
j. Melakukan pertemuan berkala, termasuk evaluasi kebijakan yang ada di PPI
k. Menerima laporan dari Tim PPI dan membuat laporan kepada Direktur.
l. Berkoordinasi dengan unit terkait lain.
m. Memberikan usulan kepada Direktur untuk pemakaian antibiotika yang
rasional di rumah sakit berdasarkan hasil pantauan kuman dan resistensi
terhadap antibiotika dan menyebar-luaskan data resistensi antibiotika.
n. Turut menyusun kebijakan clinical governance dan patient safety.
o. Mengembangkan, mengimplementasi dan secara periodik mengkaji kembali
rencana manajemen PPI apakah telah sesuai kebijakan manajemen rumah
sakit.
p. Memberikan masukan yang menyangkut kontruksi bangunan dan
pengadaan alat dan bahan kesehatan, renovasi ruangan, cara pemrosesan
alat, penyimpanan alat dan linen sesuai dengan prinsip PPI.
q. Membuat rekomendasi untuk penutupan ruangan rawat bila diperlukan
karena potensial menyebarkan infeksi.
r. Melakukan pengawasan terhadap tindakan-tindakan yang menyimpang dari
standar prosedur / monitoring surveilans proses.
s. Melakukan investigasi, menetapkan dan melaksanakan penanggulangan
infeksi bila ada KLB di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.

3. IPCO (Infection Prevention and Control Officer)


Tugas IPCO :
a. Berkontribusi dalam diagnosis dan terapi infeksi yang benar.
b. Turut menyusun pedoman penulisan resep antibiotika dan surveilans.

Pedoman Pengorganisasian Pencegahan dan pengendalian Infeksi (PPI) 15


c. Mengidentifikasi dan melaporkan kuman pathogen dan pola resistensi
antibiotika.
d. Bekerjasama dengan Perawat PPI memonitor kegiatan surveilans infeksi dan
memdeteksi serta menyelidiki KLB.
e. Membimbing dan mengajarkan praktek dan prosedur PPI yang berhubungan
dengan terapi.
f. Turut memonitor cara kerja tenaga kesehatan dalam merawat pasien.
g. Turut membantu semua petugas kesehatan untuk memahami pencegahan
dan pengendalian infeksi.

4. IPCN (Infection Prevention and Control Nurse)


Tugas dan Tanggung Jawab IPCN :
a. Mengunjungi ruangan setiap hari untuk memonitor kejadian infeksi yang
terjadi di rumah sakit.
b. Memonitor pelaksanaan PPI, penerapan SPO, kepatuhan petugas dalam
menjalankan kewaspadaan isolasi.
c. Melaksanakan surveilans infeksi dan melaporkan kepada Komite PPI.
d. Bersama Komite PPI melakukan pelatihan petugas kesehatan tentang PPI di
rumah sakit.
e. Melakukan investigasi terhadap KLB dan bersama-sama Komite PPI
memperbaiki kesalahan yang terjadi.
f. Memonitor kesehatan petugas kesehatan untuk mencegah penularan infeksi
dari petugas kesehatan ke pasien atau sebaliknya (berkoordinasi dengan K3).
g. Bersama Komite menganjurkan prosedur isolasi dan memberi konsultasi
tentang pencegahan dan pengendalian infeksi yang diperlukan pada kasus
yang terjadi di rumah sakit.
h. Audit Pencegahan dan Pengendalian Infeksi termasuk terhadap
penatalaksanaan limbah, laundry, gizi dan lain-lain dengan menggunakan
daftar tilik.
i. Memonitor kesehatan lingkungan
j. Memonitor terhadap pengendalian penggunaan antibiotika yang rasional.

Pedoman Pengorganisasian Pencegahan dan pengendalian Infeksi (PPI) 16


k. Mendesain, melaksanakan, memonitor dan mengevaluasi surveilans infeksi
yang terjadi di rumah sakit.
l. Membuat laporan surveilans dan melaporkan ke Komite PPI.
m. Memberikan motivasi dan teguran tentang pelaksanaan kepatuhan PPI.
n. Memberikan saran desain ruangan rumah sakit agar sesuai dengan prinsip
PPI.
o. Meningkatkan kesadaran pasien dan pengunjung rumah sakit tentang PPIRS.
p. Memprakarsai penyuluhan bagi petugas kesehatan, pengunjung dan
keluarga tentang topik infeksi yang sedang berkembang di masyarakat,
infeksi dengan insiden tinggi.
q. Sebagai coordinator antara bagian / unit dalam mendetekasi, mencegah dan
infeksi di rumah sakit.

5. IPCLN (Infection Prvention and Control Link Nurse)


IPCLN sebagai perawat pelaksana harian / penghubung bertugas :
a. Mengisi dan mengumpulkan formulir surveilans setiap pasien di unit rawat
inap masing-masing, kemudian menyerahkan-nya kepada IPCN .
b. Memberikan motivasi dan teguran tentang pelaksanaan kepatuhan
pencegahan dan pengendalian infeksi pada setiap personil ruangan di unit
rawatnya masing-masing.
c. Memberitahukan kepada IPCN apabila ada kecurigaan adanya HAIs pada
pasien.
d. Berkoordinasi dengan IPCN saat terjadi infeksi potensial KLB, penyuluhan
bagi pengunjung di ruang rawat masing-masing, konsultasi prosedur yang
harus dijalankan bila belum paham.
e. Memonitor kepatuhan bagi petugas kesehatan yang lain dalam menjalankan
Standar Isolasi.

Pedoman Pengorganisasian Pencegahan dan pengendalian Infeksi (PPI) 17


BAB VI
TATA HUBUNGAN KERJA

Tata hubungan kerja di Komite PPI meliputi hubungan kerja intern unit kerja dan ekstern
unit kerja.

A. TATA HUBUNGAN KERJA INTERN UNIT KERJA

Ketua
Komite PPI

Anggota
TIM PPI
Komite PPI

IPCLN

B. TATA HUBUNGAN KERJA EKSTERN UNIT KERJA

Hubungan kerja Komite PPI dengan seluruh bagian/unit di Rumah Sakit Islam
Jakarta Cempaka Putih, adalah sebagai berikut :

Pedoman Pengorganisasian Pencegahan dan pengendalian Infeksi (PPI) 18


Binroh SDI Diklat Komite Medis

Rawat Jalan
KMMR

Yanmedsus (IGD,
ICCU,ICCU, KPKRS
NICU/Perina, SC,
HCU) KOMITE PPI
Pemasaran
Rawat Inap

Farmasi & Gizi


Sterilisasi

Kamar Bedah/OK Logistik


& Anestesi

Radiologi & Pemeliharaan


Haemodialisa Laboratorium
Diagnostik & Kesling

Semua bagian/unit yang ada di RSIJCP harus memahami dan melaksanakan pelayanan
pencegahan dan pengendalian infeksi diantaranya mampu memahami dan melaksanakan
tentang kewaspadaan standar dan kewaspadaan transmisi.

BAGIAN/UNIT TATA HUBUNGAN KERJA

Komite Medis (SMF) Komite PPI memiliki hubungan kerja dengan Komite Medis
(SMF) dalam hal ini para Dokter, terkait dengan
rekomendasi hasil pemetaan kuman dan penggunaan
antimikroba yang rasional dan berkoordinasi dalam
menetapkan adanya infeksi berdasarkan data klinis pasien
dan melaksanakan prosedur tindakan berdasarkan standar

Pedoman Pengorganisasian Pencegahan dan pengendalian Infeksi (PPI) 19


BAGIAN/UNIT TATA HUBUNGAN KERJA

prosedur operasional dalam rangka mencegah dan


mengendalikan infeksi rumah sakit.
KMMR Komite PPI memiliki hubungan kerja dengan KKMR dalam
hal ini terkait dengan rekomendasi hasil resiko infeksi yang
ada di RS dan berkoordinasi dalam meningkatkan mutu
pelayanan RS. Komite PPI juga memiliki hubungan kerja
dengan KMMR terkait penerapan Univesal Precaution dan
berkoordinasi dalam hal pemantauan kecelakaan kerja
akibat terpajan limbah tajam infeksius atau diduga
infeksius agar dapat ditindaklanjuti.
Rawat Inap Komite PPI memiliki hubungan kerja dengan bagian rawat
inap terkait dengan surveilans pasien rawat inap,
kewaspadaan isolasi dan penerapan Universal Precaution.
Rawat Jalan Komite PPI memiliki hubungan kerja dengan penerapan
Universal Precaution dan koordinasi dengan PKRS terkait
PPI ke pasien, petugas dan pengunjung RS.
Komite Promosi Kesehatan PPI memiliki hubungan kerja dengan Komite Promosi
Rumah Sakit Kesehatan Rumah Sakit terkait program pencegahan dan
pengendalian infeksi untuk mengurangi risiko infeksi yang
terkait pelayanan kesehatan dan untuk meningkatkan mutu
pelayanan dan keselamatan pasien.
Yanmedsus (UGD, ICU, Komite PPI memiliki hubungan kerja dengan ICU terkait
ICCU, NICU/PICU/PERINA, dengan surveilans pasien di ruang intensif, Kewaspadaan
SC, HCU) Isolasi dan penerapan Universal Precaution.
Haemodialisa Komite PPI memiliki hubungan kerja dengan HD terkait
dengan Kewaspadaan Isolasi, penerapan Universal
Precaution dan penggunaan pada alat single use dan reuse
di Unit Haemodialisa.
Kamar Bedah / OK dan Komite PPI memiliki hubungan kerja dengan OK terkait
Anestesi dengan pemeriksaan berkala untuk sterilisasi dan
desinfeksi kamar bedah, Kewaspadaan Isolasi dan

Pedoman Pengorganisasian Pencegahan dan pengendalian Infeksi (PPI) 20


BAGIAN/UNIT TATA HUBUNGAN KERJA

penerapan Universal Precaution.


Farmasi Komite PPI memiliki hubungan kerja dengan Farmasi,
dalam pemantauan penggunaan antimikroba yang benar,
tepat, dan rasional dan berkoordinasi dalam hal
pemantauan penggunaan antiseptik, disinfektan dan
pemusnahan obat kadaluarsa atau rusak di RSIJCP.
Diklat Komite PPI memiliki hubungan kerja dengan Bagian Diklat
terkait program pelatihan dan sosialisasi bagi petugas
kesehatan dan karyawan.
Laboratorium Komite PPI memiliki hubungan kerja dengan Laboratorium
terkait dengan pembuatan pola kuman dan resistensi yang
akan membantu pemantauan penggunaan antimikroba di
RSIJCP.
Radiologi dan Diagnostik Komite PPI memilki hubungan kerja dengan Radiologi dan
Diagnostik terkait dengan penerapan Universal Precaution.
Sterilisasi Komite PPI memiliki hubungan kerja dengan Sterilisasi
terkait dengan penerapan Universal Precaution, metode
sterilisasi dan desinfeksi.
Kesling Komite PPI memiliki hubungan kerja dengan bagian
kesehatan lingkungan terkait dengan manajemen limbah
dan penerapan Universal Precaution.
Laundry Komite PPI memiliki hubungan kerja dengan bagian
Laundry terkait dengan manajemen linen dan penerapan
Universal Precaution.
Gizi Komite PPI memiliki hubungan kerja dengan bagian Gizi
terkait pemantauan persiapan, pengadaan, pengolahan
makanan dan penyajian yang sesuai dengan HACCP.
Sarana Fisik Komite PPI memiliki hubungan kerja dengan bagian Sarana
Fisik terkait pembongkaran, pembangunan, dan renovasi
menggunakan kriteria risiko yang membahas dampaknya
pada mutu udara, pencegahan dan pengendalian infeksi
serta kebisingan dan getaran.

Pedoman Pengorganisasian Pencegahan dan pengendalian Infeksi (PPI) 21


BAGIAN/UNIT TATA HUBUNGAN KERJA

Logistik Komite PPI memiliki hubungan kerja dengan bagian Logistik


terkait pengadaan dan prasarana Komite PPI.
Pemasaran Komite PPI memiliki hubungan kerja dengan bagian
Pemasaran terkait dengan pembuatan media edukasi dan
promosi kesehatan tentang PPI.
SDI Komite PPI memiliki hubungan kerja dengan Bagian SDI
terkait program orientasi, pelatihan dan pengembangan
terkait PPI bagi pegawai dan komite PPI.
Binroh Komite PPI memiliki hubungan kerja dengan bagian Binroh
terkait dengan pelayanan jenazah dan penerapan Universal
Precaution.

Pedoman Pengorganisasian Pencegahan dan pengendalian Infeksi (PPI) 22


BAB VII
POLA KETENAGAAN DAN KUALIFIKASI
KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI

A. STANDARISASI KETENAGAAN

Nama Kualifikasi
No Formal Sertifikat Kriteria Pendukung
Jabatan
1. Ketua Dokter  Pelatihan  Pengalaman kerja 2
Komite PPI ahli/spesialis PPI dasar tahun,
 Pelatihan  Mempunyai minat
PPI dalam PPI,
lanjutan  Memiliki
kemampuan
leadership,

2. IPCN Perawat dengan  Pelatihan  Memiliki komitmen


pendidikan PPI dasar dibidang PPI.
minimal D3  Pelatihan  Memiliki
PPI pengalaman sebagai
lanjutan Kepala Ruangan
atau setara.
 Memilki
kemampuan
leadership, inovatif
dan confident.
 Bekerja purna
waktu.

3. IPCLN Perawat dengan Pelatihan  Memiliki komitmen


pendidikan PPI dasar dibidang PPI.
minimal D3  Memiliki
pengalaman sebagai

Pedoman Pengorganisasian Pencegahan dan pengendalian Infeksi (PPI) 23


Nama Kualifikasi
No Kriteria Pendukung
Formal Sertifikat
Jabatan
Kepala Ruangan
atau setara.
 Memilki
kemampuan
leadership.

B. KONDISI KETENAGAAN

No Nama Kualifikasi Keterangan


Jabatan Dan Kriteria Pendukung
1. Ketua 1. Dokter Spesialis Penyakit Ada
Komite PPI Dalam.
2. Pengalaman kerja lebih
dari 2 tahun.
3. Pelatihan PPI dasar.
4. Pelatihan PPI lanjutan.
2. IPCN 1. Pendidikan minimal Ada
Kesehatan D3.
2. Pengalaman kerja lebih
dari 10 tahun.
3. Pelatihan PPI dasar.
4. Pelatihan PPI lanjutan.
3. IPCLN 1. Pendidikan minimal D3. Ada
2. Pengalaman minimal 5
tahun.
3. Pelatihan PPI dasar
4. Diklat internal PPI.

C. DASAR PERHITUNGAN KETENAGAAN

Berdasarkan Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Di Rumah


Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya, yang diterbitkan oleh KEMENKES RI

Pedoman Pengorganisasian Pencegahan dan pengendalian Infeksi (PPI) 24


Bekerjasama dengan PERDALIN Tahun 2011, ratio setiap 100 – 150 tempat tidur di
rumah sakit memerlukan 1 (satu) IPCN. Pada saat ini Rumah Sakit Islam Jakarta
Cempaka Putih memiliki 411 Tempat Tidur, sehingga IPCN yang diperlukan sebanyak
3 orang.

D. REKRUTMEN DAN SELEKSI

Berdasarkan Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Di Rumah


Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya, yang diterbitkan oleh KEMENKES RI
Bekerjasama dengan PERDALIN Tahun 2011, struktur PPI terdiri dari perwakilan tiap-
tiap unit kerja (Dokter wakil dari tiap SMF (Staf Medis Fungsional), Dokter ahli
epidemiologi, Dokter Mikrobiologi / Patologi Klinik, Petugas Laboratorium, Petugas
Farmasi, Perawat PPI / IPCN (Infection Prevention and Control Nurse), Petugas
Sterilisasi, Petugas Laundry, Petugas Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit (IPS-
RS), Petugas Sanitasi, Petugas House Keeping, Petugas Gizi, Petugas K3 (Kesehatan
dan Keselamatan Kerja), dan Petugas Kamar Jenazah)

E. PENGEMBANGAN SDI

Setiap anggota harus mengikuti perkembangan IPTEK terkini yang terkait dengan
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi, seperti:
1. Pelatihan Dasar PPI
2. Pelatihan Lanjutan PPI
3. Pelatihan ICRA

Pedoman Pengorganisasian Pencegahan dan pengendalian Infeksi (PPI) 25


BAB VIII
KEGIATAN ORIENTASI

A. ORIENTASI RUMAH SAKIT

Mutu pelayanan rumah sakit ditentukan oleh ketersediaan dan kualitas sumber daya
yang dimiliki oleh rumah sakit.Salah satu sumber daya yang sangat menentukan
terletak pada kualitas sumber daya insani yang melaksanakan pelayanan
tersebut.Untuk mendapatkan pegawai yang berkualitas maka system recruitment
dan seleksi penerimaan pegawai baru (tenaga magang) menjadi penting untuk
disesuaikan dengan kebutuhan rumah sakit yang berorientasi pada pemenuhan
kebutuhan masyarakat yang berkualitas.
Pelaksanaan recruitment dan seleksi di RSIJCP merupakan suatu rangkaian kegiatan
melalui beberapa tahapan kegiatan,yaitu,perencanaan,pelaksanaan seleksi dan tahap
orientasi pegawai baru/tenaga magang.
Tahap orientasi bertujuan agar pegawai baru/tenaga magang mengenal secara baik
keberadaan organisasi RSIJCP dan dapat menyesuaikan dengan tuntutan
pekerjaan/keahlian serta sikap mengenal secara baik keberadaan organisasi RSIJCP
dan dapat menyesuaikan dengan tuntutan pekerjaan/keahlian serta sikap kerja
dalam unit kerja tertentu sesuai dengan standar kompetensi pegawai dan kebutuhan
RSIJCP.
Orientasi PPI merupakan kegiatan pengenalan mengenai pencegahan dan
pengendalian infeksi di rumah sakit yang meliputi tentang kebijakan PPI, susunan
organisasi, tata kerja serta prosedur tetap di Komite Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi (KPPI). Kegiatan orientasi tentang pencegahan dan pengendalian infeksi :

1. Tujuan
a. Agar calon pegawai di rumah sakit mengetahui / memahami falsafah dan
tujuan serta kebijakan pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial.
b. Mengetahui Struktur Organisasi dan Tata Kerja di KPPI.
c. Mengetahui dan memahami Prosedur Kerja di KKPI.

Pedoman Pengorganisasian Pencegahan dan pengendalian Infeksi (PPI) 26


2. Metode
a. Ceramah, Tanya jawab.
b. Melihat langsung pelaksanaan kegiatan pencegahan dan pengendalian
infeksi nosokomial.

3. Waktu
Waktu kegiatan orientasi disesuaikan dengan jadwal orientasi bagi pegawai baru
rumah sakit dan jadwal tenaga praktik/magang di rumah sakit.

4. Alokasi Biaya
Biaya disesuaikan dan dibebankan pada anggaran Rumah Sakit Islam Jakarta
Cemapaka Putih dan direncanakan dalam RAPB RSIJCP.

B. ORIENTASI DI UNIT KERJA

Setiap unit kerja harus memahami pentingnya pencegahan dan pengendalian infeksi
Rumah Sakit.

Pedoman Pengorganisasian Pencegahan dan pengendalian Infeksi (PPI) 27


BAB IX
PERTEMUAN ATAU RAPAT

Rapat merupakan suatu pertemuan yang terdiri dari beberapa orang yang memiliki
kepentingan dan tujuan yang sama untuk membicarakan atau memecahkan suatu
masalah tertentu.

Tujuan Umum :
Membantu terselenggaranya program kerja Komite PPI yang ada di Rumah Sakit Islam
Jakarta Cempaka Putih.

Tujuan Khusus :
1. Dapat menggali segala permasalahan yang terkait dengan program kerja Komite PPI
di unit pelayanan.
2. Dapat mencari jalan keluar atau pemecahan permasalahan yang terkait dengan
program kerja Komite PPI guna peningkatan mutu pelayanan rumah sakit.

Sedangkan pertemuan rapat di keanggotaan Komite PPI dan Tim PPI dilakukan :
1. Rapat Terjadwal
Rapat terjadwal merupakan rapat yang diadakan oleh Komite PPI/Tim PPI setiao
bulan sekali dengan perencanaan yang telah dibuat selama 1 tahun serta agenda
rapat yang telah ditentukan oleh Komite PPI/Tim PPI.

2. Rapat Tidak Terjadwal


Rapat tidak terjadwal merupakan raapat yang sifatnya insidentil dan diadakan oleh
Komite PPI/Tim PPI untuk membahas atau menyelesaikan permasalahan di
pelayanan dikarenakan adanya permasalahan yang bersifat insidentil yang
membutuhkan penanganan cepat.

Pedoman Pengorganisasian Pencegahan dan pengendalian Infeksi (PPI) 28


BAB X
PELAPORAN

Pelaporan merupakan sistem atau metode yang dilakukan untuk melaporkan segala
bentuk kegiatan yang ada terkait dengan program kerja Komite PPI di Rumah sakit Islam
Jakarta Cempaka Putih. Pelaporan data dimasukkan untuk memberi informasi serta
menunjukkan kepada personil yang bergerak di bidang pelayanan medik dan administrasi
rumah sakit akan adanya masalah infeksi nosokomial yang memerlukan tindakan
intervensi.

Informasi yang diperoleh disebarkan secara teratur kepada pihak yang berwenang dalam
rangka menurunkan angka kejadian infeksi nosokomial di rumah sakit.

Laporan dibuat oleh Komite atau Tim PPI yang terdiri dari laporan :
1. Laporan Bulanan
Laporan yang dibuat dalam bentuk tertulis setiap bulannya dan diserahkan kepada
Direktur rumah sakit, dilanjutkan ke Kemenkes oleh Medical Record.

2. Laporan Triwulan
Laporan yang dibuat dalam bentuk tertulis setiap bulannya dan diserahkan kepada
Direktur rumah sakit.

3. Laporan Persemester (6 bulan)


Laporan Antibiotik dan Pola Kuman, yang dibuat dalam bentuk tertulis oleh IPCN
untuk setiap bulannya diserahkan ke ka Panitia PPI dan hasil analisa dilaporkan
kepada Direktur rumah sakit.

4. Laporan Tahunan
Laporan yang dibuat dalam bentuk tertulis setiap tahun diserahkan kepada Direktur
rumah sakit.

Pedoman Pengorganisasian Pencegahan dan pengendalian Infeksi (PPI) 29


BAB XI
PENUTUP

Demikian Pedoman Pengorganisasian Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit


Islam Jakarta Cempaka Putih ini dibuat sebagai acuan pengorganisasian bagi karyawan di
RSIJCP umumnya. Semoga dengan adanya Pedoman Pengorganisasian ini, dapat lebih
memudahkan semua pihak yang terkait dengan penyelenggaraan kegiatan dan pelayanan
internal maupun eksternal bagian. Semoga Allah senantiasa memberikan kita semua
limpahan Taufik dan Hidayah-Nya kepada hamba-hamba yang selalu berlomba dalam
kebaikan dan berusaha secara terus menerus memperbaiki amaliahnya, Aamiiin.

Ditetapkan di: Jakarta


pada tanggal : 15 Safar 1437 H.
27 November 2015 M.

Dr. Prastowo Sidi Pramono, Sp.A.


Direktur Utama

Pedoman Pengorganisasian Pencegahan dan pengendalian Infeksi (PPI) 30


DAFTAR PUSTAKA

Ayliffe, G. A. J, et al, 1999, Hospital Acquired Infection Principles and Prevention, 3rd
Edition. London, Butterworth-Helnemann.

Ayliffe, G. A. J, et al, 2000, Control of Hospital Infection A : Practical Hand Book, 4th
Edition. London, Arnold.

Barbara M. S, 1993, APIC Curiculum for Infection Control Practice, Volume 1, lowa,
Kendall/Hunt Pub Co.

Departemen Kesehatan RI, 1999, Standar Pelayanan Rumah Sakit, Jakarta, Depkes RI.

Departemen Kesehatan RI – JHPIEGO, 2004, Panduan Pencegahan Infeksi untuk Fasilitas


Pelayanan dengan Sumber Daya Terbatas, Jakarta, Depkes RI.

Handbook of Infection Control for Health Care Worker, 2004.

Horan-Murphy E, et al, 1999, APIC/CHICA – CANADA Infection control and epidemiologi ;


Profesional and Practise standards, AJIC am J Infect Control, 27 ; 47-51.

Kementerian Kesehatan RI, 2011, Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian


Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya, Jakarta, Kementerian
Kesehatan RI.

Kementerian Kesehatan RI, 2011, Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di


Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya, Jakarta, Kementerian Kesehatan
RI.

Pottinger J, M, et al, 1997, Basic of surveillance-An Overview, Infection Control and


Hospital Epidemiology; 18 : 513-27.

Turner JG, et al, 1999, Analysis 1996 : Infection control professional, Certication Board In
Infection Control and Epidemiology, Inc, 1996 Job Analysis Committee, Am J Infect
Control; 27 (2) : 14557.

Pedoman Pengorganisasian Pencegahan dan pengendalian Infeksi (PPI) 31


World Health Organization, 2007, Interim guideline : Infection Prevention and Control of
Epidemic and Pandemic Prone Acute Respiratory Disease In Health Care,
WHO/CDS/EPR/2007.6. Available online at URL : http : //www.
Who.int/csr/recources/publications/WHO_CDS_EPR_2007_6c.pdf.

Pedoman Pengorganisasian Pencegahan dan pengendalian Infeksi (PPI) 32

Anda mungkin juga menyukai