Anda di halaman 1dari 23

PANDUAN

PASCA PAJANAN
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK WEMPE

JALAN GUNUNG SARI NO 10 KEL PASIRAN KEC SINGKAWANG BARAT

TELP. (0562) 4644000 EMAIL: rsia_wempe@yahoo.co.id

Kode Pos: 79123


KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK WEMPE SINGKAWANG
NOMOR : 117/RSIAW/PER/DIR/III/ 2018
TENTANG
PANDUAN PASCA PAJANAN
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK WEMPE SINGKAWANGd

DIREKTUR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK WEMPE SINGKAWANG,

Menimbang : a. bahwa perlindungan terhadap setiap petugas kesehatan di Rumah Sakit


Ibu dan Anak WEMPE Singkawang menjadi salah satu faktor penting
dalam pengendalian infeksi di rumah sakit;
b. bahwa Profilaksis Pasca Pajanan menjadi gerbang utama mencegah
transmisi patogen kedalam darah terhadap personil kesehatan yang
bertugas atau pihak terkait yang perlu tindakan profilaksis pasca
pajanan dan panduannya;
c. bahwa sebagaimana yang dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu
ditetapkan dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Ibu
dan Anak WEMPE;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran;
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
3. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga
Kesehatan;
5. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan;
6. Peraturan Presiden Nomor 77 Tahun 2015 tentang Pedoman
Organisasi Rumah Sakit;
7. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
129/MENKES/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal
Rumah Sakit;

i
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 Tahun 2014 tentang
Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit;
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 66 Tahun 2016 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit;
10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 27 Tahun 2017 tentang
Pedoman PPI di Fasilitas Kesehatan;
11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 34 Tahun 2017 tentang
Akreditasi Rumah Sakit;
12. Keputusan Yayasan Wempe Nomor 02/YAWEM–
RSIAW/SK/XII/2014 tentang Pengangkatan Direktur Rumah Sakit
Ibu dan Anak Atas Nama dr. Liau Songkono., Sp. OG;
13. Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Ibu dan Anak WEMPE
Singkawang Nomor 87/RSIAW/PER/DIR/III/ 2018 tentang Tim
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) Rumah Sakit Ibu dan
Anak WEMPE Singkawang Tahun Anggaran 2018;

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK


WEMPE SINGKAWANG TENTANG PANDUAN PASCA PAJANAN
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK WEMPE
SINGKAWANG.
KESATU : Panduan ini menjadi acuan bagi Rumah Sakit Ibu dan Anak
WEMPE untuk penanganan pasca pajanan di Rumah Sakit Ibu dan
Anak WEMPE Singkawang.
KEDUA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila di
kemudian hari terdapat kekeliruan dalam keputusan ini, maka akan
diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Singkawang
Pada Tanggal : 04 – 04 – 2018
Direktur Rumah Sakit Ibu dan Anak WEMPE

dr. Liau Songkono., Sp. OG

NIK : 201412001

ii
HALAMAN PENGESAHAN DAN
PEMBERLAKUAN PANDUAN PASCA PAJANAN
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK WEMPE

Jabatan Nama Tanda Tangan

Disiapkan oleh IPCN Ns. Lusi Yanti


Mayeta.,S.Kep

Diperiksa oleh Ketua Tim PPI dr. Christina Sienny


RS A.

Disahkan oleh Direktur dr. Liau Songkono., Singkawang, 04 April


Sp.OG 2018

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
bimbingan dan petunjuk kepada kami sehingga kami berhasil menyusun Panduan Pasca
Pajanan Rumah Sakit Ibu dan Anak WEMPE. Besar harapan kami, bahwa Panduan Pasca
Pajanan Rumah Sakit Ibu dan Anak WEMPE bisa digunakan sebagai acuan dalam
melaksanakan penanganan pasca pajanan.
Dalam penyelesaian tulisan ini, tim penyusun banyak dibantu oleh berbagai pihak. Oleh
karena itu tim penyusun mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi –
tingginya kepada pejabat struktural maupun fungsional yang telah memberikan banyak
kontribusi dalam penyusunan panduan ini. Terima kasih kepada Direktur RSIA WEMPE serta
seluruh kepala unit dan staf RSIA WEMPE yang terlibat dalam proses penyelesaian
penyusunan buku panduan ini.
Semoga buku “Panduan Pasca Pajanan Rumah Sakit Ibu dan Anak WEMPE” ini
bermanfaat bagi rumah sakit dan pihak-pihak lainnya yang terkait dengan penyelenggaraan
akreditasi rumah sakit. Demi kesempurnaan substansi panduan ini, maka segala bentuk
evaluasi sangat dibutuhkan terhadap isi panduan ini.

Singkawang, 04 April 2018

Tim Penyusun

iv
DAFTAR ISI

HAL JUDUL
SURAT KETERANGAN DIREKTUR ............................................................ i
HAL PENGESAHAN DAN PEMBERLAKUAN.............................................. iii
KATA PENGANTAR..................................................................................... iv
DAFTAR ISI.................................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. LATAR BELAKANG........................................................................... 1
B. TUJUAN ............................................................................................ 1
C. PENGERTIAN ................................................................................... 2
BAB II TATA LAKSANA ............................................................................... 4
A. METODE PELAPORAN PASCA PAJANAN...................................... 4
B. JENIS PAJANAN ............................................................................... 4
C. TATA LAKSANA PASCA PAJANAN ................................................. 4
D. ALUR PASCA PAJANAN LUKA TUSUK / CAIRAN TUBUH ............. 5
E. TATA LAKSANA PASCA PAJANAN HEPATITIS B .......................... 6
F. EVALUASI PASCA PAJANAN HEPATITIS C VIRUS........................ 7
G. RISIKO PPENULARAN HIV .............................................................. 7
H. TATA LAKSANA PASCA PAJANAN HIV .......................................... 7
BAB III DOKUMENTASI ............................................................................... 12
BAB IV PENUTUP........................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 16

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pencegahan dan pengendalian infeksi bertujuan untuk melindungi pasien, petugas
kesehatan, serta pengunjung ataupun masyarakat sekitar rumah sakit. Petugas kesehatan
mempunyai risiko tertular penyakit saat menjalankan tugasnya sebagai pemberi layanan
kesehatan. Penularan penyakit infeksi kepada petugas kesehatan bisa karena percikan
cairan tubuh pasien (darah, nanah, urine , feses) yang tercemar melalui mukosa, kulit
yang luka, maupun tertusuk jarum bekas pakai yang terkontaminasi. Menurut data
penyakit infeksi masih merupakan salah satu penyebab utama tingginya angka kesakitan
dan kematian di dunia.
Menurut data CANADA COMUNICABLE DISEASE REPORT 2001, akibat
tertusuk jarum pada petugas kesehatan mempunyai persentase terhadap infeksi sebagai
berikut: HBV 10-35%, HCV 2,7%, HIV 0,3%. Menurut penelitian di beberapa rumah
sakit di Jakarta 2003 (Costy Panjaitan), petugas kesehatan yang terpajan berdasarkan
tindakan yang dilakukan antara lain pemasangan infus 26,6%, menyuntik 36,9%,
tindakan operasi 14,9% dan tindakan medis lainnya 33%.
Dari data di atas Rumah Sakit Ibu dan Anak WEMPE menaruh perhatian terhadap
hal ini, dengan cara memberikan perlindungan kesehatan terhadap petugas kesehatan. Hal
– hal yang telah dilakukan antara lain, pemeriksaan kesehatan berkala, pencegahan
penularan infeksi terhadap petugas kesehatan, penyediaan sarana kewaspadaan standar,
pemberian imunisasi/ profilaksis terhadap petugas khusus serta penatalaksanaan pasca
pajanan.

B. Tujuan
1. Tujuan umum dari penatalaksanaan pasca pajanan adalah melindungi petugas dari
risiko infeksi atau risiko lain akibat kecelakaan/ kejadian yang dialami saat
menjalankan tugasnya.
2. Tujuan secara khusus adalah:
a. Petugas bisa menjaga sikap dan perilaku yang sesuai sehingga dapat mencegah
atau meminimalkan kecelakaan kerja.

1
b. Petugas yang mengalami kecelakaan kerja atau terkena pajanan saat
menjalankan tugasnya dapat mengetahui apa yang harus dilakukan.
c. Mengetahui risiko – risiko yang ditimbulkan akibat pajanan.
d. Memahami tindakan perlindungan terhadap bahaya penyakit menular pada
petugas kesehatan.
e. Mampu menerapkan kewaspadaan untuk keselamatan petugas.

C. Pengertian
1. Pajanan adalah peristiwa / kejadian yang menimbulkan risiko penularan.
2. Profilaksis pasca pajanan adalah penggunaan obat untuk mencegah timbulnya infeksi
pasca pajanan (setelah terjadi peristiwa berisiko).
3. Imunoglobulin Hepatitis B (HBIG) adalah kekebalan tubuh manusia berupa globulin
(kelompok protein yang digunakan untuk produksi antibodi) yang digunakan untuk
mencegah perkembangan hepatitis B.
4. Antibodi adalah suatu zat yang dibentuk oleh tubuh, yang berasal dari protein darah
jenis gama globulin dan berfungsi untuk melawan antigen (zat asing/ protein asing)
yang masuk ke dalam tubuh.
5. Serokonversi adalah perubahan dari keadaan tidak ada antibodi dalam darah menjadi
keadaan ada antibodi dalam darah, perkembangan antibodi yang dapat dideteksi pada
mikroorganisme dalam serum sebagai akibat dari infeksi atau imunisasi.
6. Enzim Immunoassay (EIA) anti – Hepatitis C Virus merupakan uji yang
digunakan untuk mendeteksi dan mengukur molekul antigen , suatu cara
pemeriksaan untuk mengukur derajat imunitas atau kadar anti bodi dan antigen
dalam cairan tubuh atau serum seseorang. EIA dapat digunakan pada sebagian besar
jenis sampel biologi seperti plasma, serum, urine, dan ekstrak sel.
7. HIV adalah (Human Immunodeficiency Virus) adalah retrovirus yang termasuk
golongan virus RNA yaitu virus yang menggunakan RNA sebagai molekul pembawa
informasi genetik. Virus HIV ditemukan dalam cairan tubuh terutama pada darah,
cairan sperma, cairan vagina dan air susu ibu dan virus ini ditularkan melalui
hubungan seksual. Virus tersebut merusak sistem kekebalan tubuh manusia dan
mengakibatkan turunnya atau hilangnya daya tahan tubuh sehingga mudah
terjangkit infeksi. HIV menyebabkan Acquired Imuno Deficiency Syndrome
(AIDS).

2
8. Antiretroviral adalah pengobatan untuk perawatan infeksi akibat retrovirus.
9. Protease inhibitor adalah golongan obat yang menghambat atau mencegah pekerjaan
enzim protease.
10. Periode jendela (window period) adalah waktu antara timbulnya infeksi HIV dan
munculnya antibodi yang dapat dideteksi.
11. Kusta adalah penyakit yang menahun dan disebabkan oleh kuman kusta
(mycobacterium leprae) yang menyerang syaraf tepi, kulit dan jaringan tubuh
lainnya.

3
BAB II
TATA LAKSANA

A. Metode Pelaporan Pasca Pajanan


1. Pelaporan dilakukan oleh petugas kesehatan yang terpajan dengan mengisi form
laporan pajanan formulir A rangkap 2 (terlampir), kemudian lembar 1 diserahkan ke
petugas Unit Gawat Darurat atau Poliklinik yang menangani pasca pajanan dan
lembar 2 diserahkan ke Tim/Tim PPI.
2. Petugas Unit Gawat Darurat atau Petugas Poliklinik yang menangani petugas
kesehatan yang terpajan, mengisi form laporan formulir B rangkap 2 (terlampir),
kemudian diserahkan kepada petugas yang terpajan untuk selanjutnya lembar 1
diserahkan kepada atasannya langsung dan lembar 2 diserahkan ke Tim PPI.

B. Jenis Pajanan
1. Percikan air tubuh bisa mengenai mukosa kulit, jika ini terjadi maka tindakan awal
yang harus dilakukan adalah :
a. Bila mengenai mata, segera bilas dengan air mengalir selama 15 menit.
b. Bila mengenai kulit, segera bilas dengan air mengalir selama 1 menit.
c. Bila mengenai mulut, segera kumur- kumur dengan air bersih selama 1 menit.
d. Setelah tindakan awal, segera lapor sesuai dengan alur yang ditentukan.
2. Tertusuk jarum atau tergores alat medis bekas pakai, jika ini terjadi maka
tindakan awal yang harus dilakukan adalah :
a. Cuci dengan air mengalir menggunakan sabun atau cairan antiseptik, tanpa
melakukan pemijatan.
b. Berikan cairan antiseptik pada area tertusuk atau luka.
c. Setelah tindakan awal segera lapor sesuai dengan alur yang ditentukan.

C. Tata Laksana Pasca Pajanan


1. Tentukan status HIV, HBV, dan HCV dari sumber pajanan.
2. Periksa status HIV, HBV, dan HCV dari petugas yang terpajan.
3. Bila status sumber pajanan bebas HBV, HCV dan bukan dalam masa inkubasi tidak
perlu tindakan khusus untuk petugas terhadap HBV, HCV, tetapi petugas tetap
konseling.

4
4. Bila status sumber pajanan bebas HIV, petugas terpajan tetap dilakukan konseling
dan pemeriksaan ulang dilakukan 6 minggu, 3 bulan , dan 6 bulan.
5. Dapat minum obat ARV( Anti Retro Viral ) untuk memperkecil risiko penularan,
jika luka tusuk kurang dari 4 jam.
6. Bila status sumber pajanan positif HIV atau HBV atau HCV, maka tentukan status
petugas terpajan HIV atau HBV atau HCV.
7. Sebelum dilakukan pre test dan post test terhadap petugas yang terpajan harus
dilakukan konseling lebih dulu.
8. Jika hasil pre test petugas terpajan positif HIV atau HBV atau HCV maka rujuk ke
spesialis.
9. Jika hasil pre test petugas terpajan negatif sementara sumber pajanan positif HBV,
maka diberikan imunisasi HBV, bila sumber pajanan positif HIV maka rujuk tim
AIDS.
10. Beri dukungan kepada petugas terpajan.

D. Alur Pasca Pajanan Luka Tusuk / Pajanan Cairan Tubuh

TERTUSUK PETUGAS TERPAJAN CAIRAN


JARUM TERPAJAN TUBUH

CUCI DENGAN AIR LAPOR ATASAN


CUCI
MENGALIR
DENGAN AIR
MENGALIR
BUAT LAPORAN
ISI FORM B
BUAT LAPORAN ISI FORM A (2LBR) (2LBR)

IGD/ POLIKLINIK
TIM PPI

PERIKSA
SESUAI
KETENTUAN

5
E. Tatalaksana Pasca Pajanan Hepatitis B
Profilaksis pasca pajanan untuk Hepatitis B Virus dapat sangat efektif dalam
mencegah penularan virus setelah pajanan. Profilaksis pasca pajanan untuk Hepatitis B
Virus didasarkan pada vaksin hepatitis B, baik Hepatitis B sendiri atau dikombinasikan
dengan imunoglobulin hepatitis B (HBIG).
Supaya profilaksis pasca pajanan menjadi efektif, dosis awal vaksin harus diberikan
segera setelah pajanan, semakin lama jarak antara pajanan dan pemberian vaksin
profilaksis pasca pajanan menjadi kurang efektif . Beberapa penelitian telah meneliti
waktu maksimum pemberian vaksin Profilaksis Pasca Pajanan setelah terpajan kurang
dari 7 hari untuk tusukan jarum infus.

Tabel 1. Profilaksis Pasca Pajanan Hepatitis B Virus dan tindak lanjut


imunisasi dalam situasi kerja.

Tindakan yang dilakukan menurut status vaksinasi


petugas terpajan
Keadaan
Tidak vaksinasi atau
Sumber Pajanan Divaksinasi (3 atau lebih
vaksin tidak lengkap (<3
dosis)
dosis)
Mulai dan selesaikan
Tidak diketahui vaksinasi.
Tidak perlu Profilaksis
atau hepatitis B Berikan hepatitis B
Pasca pajanan
positif imunologlobulin (jika
ada)
Mulai dan selesaikan Tidak perlu Profilaksis
Negatif
vaksinasi pasca pajanan

1. Tindak Lanjut Dari Pajanan Hepatitis B Virus


a. Lakukan tindak lanjut menguji antibodi terhadap hepatitis B pada petugas yang
terpajan setelah menerima vaksin hepatitis B dalam merespon pajanan.
b. Lakukan pengujian ulang terhadap antibodi setelah 1-2 bulan setelah dosis vaksin
yang terakhir.

6
c. Jika petugas terpajan sudah menerima immunoglobulin hepatitis B dalam waktu
3-4 bulan sebelumnya, tes antibodi tidak dapat digunakan untuk mengevaluasi
respon tubuh terhadap vaksin.

F. Evaluasi Pasca Pajanan Hepatitis C Virus


Risiko penularan hepatitis C virus melalui mukosa. Hepatitis C virus jarang ditularkan
dari pajanan selaput lendir atau kulit tidak utuh dan darah yang terkontaminasi.
1. Tatalaksana Pasca Pajanan Hepatitis C Virus
Profilaksis pasca pajanan tidak direkomendasi untuk pajanan darah hepatitis C virus
positif. Imunoglobulin dan anti virus tidak direkomendasikan sebagai profilaksis
pasca pajanan dan tidak ada vaksin terhadap hepatitis C virus. Sebaliknya
propilaksisnya adalah untuk mengidentifikasi infeksi sesegera mungkin dan
merujuk petugas terpajan melalui pilihan pengobatan. Tidak ada pedoman
pemberian terapi untuk hepatitis C. Menurut beberapa studi menunjukkan bahwa
terapi anti virus mungkin menguntungkan bila dimulai pada awal perjalanan infeksi.
Langkah-langkah yang diambil setelah terpajan hepatitis C virus hanya untuk
melakukan pengujian awal antibodi terhadap hepatitis C virus dan SGOT.
2. Tindak Lanjut Dari Pajanan Hepatitis C Virus
Tidak ada yang spesifik yang dilakukan di Rumah Sakit Ibu dan Anak WEMPE
untuk tindak lanjut dari pasca pajanan hepatitis C virus kecuali test untuk hepatitis C
dan SGOT 4-6 bulan setelah pajanan.

G. Risiko Penularan HIV


Risiko tertular infeksi HIV setelah pajanan melalui kulit (misalnya percikan) darah
diketahui terinfeksi HIV adalah sekitar 0,3%. Angka ini berasal dari studi yang dilakukan
di negara-negara dengan latar belakang prevelansi HIV rendah. Risiko ini dapat lebih
besar di negara-negara dengan prevelansi lebih tinggi atau dalam situasi yang memiliki
sumber daya terbatas, dimana penggunaan kembali obat- obatan dan perubahan tinggi dan
standart keamanan secara keseluruhan rendah.

7
H. Tatalaksana Pasca Pajanan HIV
Petugas terpajan dengan risiko penularan dirujuk kepada dokter untuk evaluasi medis,
penilaian risiko dan resep profilaksis pasca pajanan. Keputusan tentang apakah
profilaksis pasca pajanan perlu atau tidak diambil harus berdasarkan rekomendasi yang
telah ditunjukkan pada tabel 2 dan tabel 3, informasi yang tepat dan konseling tentang
kepatuhan dan efek samping obat anti retroviral.

Tabel 2. Profilaksis Pasca Pajanan HIV

Profilaksis Pasca Pajanan Profilaksis Pasca Pajanan Tidak


Direkomendasikan Direkomendasikan
Pofilaksis pasca pajanan dianjurkan Profilaksis pasca pajanan tidak
jika pajanan memenuhi semua kriteria dianjurkan jika ada salah satu kondisi
berikut : berikut:
1. Paparan masih dalam waktu 72 1. Pajanan lebih dari 72 jam
jam
2. Petugas yang terpajan tidak 2. Petugas yang terpapar sudah HIV
diketahui terinfeksi HIV positif
3. Sumber pajanan terinfeksi HIV atau 3. Pajanan cairan tubuh dari sumber
tidak diketahui pajanan yang diketahui HIV negatif (
kecuali sumber pajanan ini
diidentifikasi berisiko tinggi baru
terinfeksi dan dalam periode jendela)
4. Pajanan tubuh non infeksi cairan
4. Terjadi pajanan satu atau lebih dari ( misalnya faeces, air liur, urine atau
hal berikut : keringat )
a. Darah
b. Jaringan tubuh
c. Tampak cairan bernoda
darah
d. Cairan cerebrospinal
e. Cairan sinovial
f. Cairan pleura
g. Cairan peritoneal

8
h. Cairan perkardial
i. Cairan ketuban
5. Pajanan melalui satu atau lebih hal 5. Pajanan tidak menimbulkan risiko
berikut : transmisi , karena :
a. Penetrasi kulit dengan a. Hanya kulit utuh terkena cairan
perdarahan spontan atau tusukan tubuh yang berpotensi menular
yang dalam. b. Petugas yang terpajan sudah HIV
b. Percikan sejumlah besar cairan positif
melalui selaput lendir
c. Kontak berkepanjangan dari zat
berisiko dengan kulit tidak utuh.
6. Jika penetrasi kulit terjadi, pajanan
adalah dari jarum lubang berongga
yang baru digunakan atau benda
tajam lainnya tampak
terkontaminasi dengan darah.

Tabel 3. Evaluasi Risiko Infeksi HIV

Status Sumber HIV


Jenis Pajanan Positif Tidak Diketahui Negatif
Perkutan: parah Merekomendas Pertimbangkan Tidak
Yang termasuk ikan dua obat prevalensi HIV merekomendasikan
perkutan parah : rejimen dalam populasi profilaksis pasca
 Cidera jarum atau sub pajanan asalkan tidak
berongga lubang kelompok ada risiko sumber
besar pajanan kemungkinan
 Tusukan yang dalam
dalam pereode jendela
 Darah yang
terdapat pada alat,
jarum yang
digunakan untuk

9
arteri atau vena

Perkutan: tidak Merekomendas i Jangan Tidak


parah dua obat rejimen merekomendasik merekomendasikan
Yang termasuk an profilaksis profilaksis pasca
perkutan kurang pasca pajanan pajanan
parah:
 Cidera karena
jarum lubang
kecil
 Cidera
superfisial
Percikan : parah Merekomendas Pertimbangkan Tidak
Yang termasuk ikan dua obat prevalensi HIV merekomendasikan
percikan parah : rejimen dalam populasi profilaksis pasca
 Pajanan selaput atau kelompok pajanan asalkan tidak
lendir alat ada risiko sumber
kelamin atau pajanan kemungkinan
pajanan kulit non dalam
intak pereode jendela.
 Pajanan darah
atau air mani
volume besar

Percikan : tidak Tidak Tidak Tidak


parah merekomendas merekomendasik merekomendasikan
Yang termasuk ikan profilaksis an profilaksis pasca pajanan
pajanan tidak pasca pajanan pasca pajanan

10
parah : rejimen dua
 Pajanan volume
yang kecil
 Pajanan cairan
yang tidak
menular ( cairan
cerebrospinal )

Apabila petugas terpajan memenuhi kriteria yang harus dilakukan profilaksis pasca
pajanan petugas dirujuk ke klinik VCT (Voluntary Counseling and Testing) untuk
tindak lanjut.
1. Tindak Lanjut Dari Pajanan HIV
Seseorang petugas kesehatan yang terpajan harus mencari atau dirujuk untuk tindak
lanjut secara medis. Tujuan dari tindak lanjut tersebut adalah :
a. Dukungan kepatuhan terhadap profilaksis pasca pajanan
b. Mencegah atau mengobati efek samping profilaksis pasca pajanan
c. Mengidentifikasi kemungkinan serokonversi :
1) Test antibodi HIV pada awal, kemudian 6 minggu dan 6 bulan setelah pajanan
2) Uji antibodi HIV jika penyakit sesuai dengan terjadinya sindrom retroviral
akut
3) Ulangi test untuk antibodi HIV pada 6 minggu dan 6 bulan setelah pajanan,
jika serokonversi terjadi, rujuk petugas terpajan untuk pengobatan,
perencanaan dan dukungan.
4) Berikan saran kepada siapa saja yang terkena untuk menggunakan tindakan
pencegahan sehingga mencegah penularan sekunder selama masa tindak lanjut.
Tindakan pencegahan tersebut meliputi:
- Menghindari kehamilan
- Mencari alternatif yang aman untuk menyusui
- Menghindari donor darah dan menggunakan kondom untuk melakukan
hubungan seksual sampai test pada 6 bulan menunjukkan bahwa petugas
yang terpajan tetap test negatif.

11
5) Evaluasi petugas yang menggunakan profilaksis pasca pajanan dalam waktu 72
jam untuk memantau efek samping obat yang mungkin dan kepatuhan
pengobatan. Ikuti perkembangan sampai dua minggu.

12
BAB III
DOKUMENTASI

1. Formulir A dibuat rangkap dua atau dikopi. Formulir ini diisi oleh petugas yang terpajan,
1 lembar diserahkan ke Uni Gawat Darurat atau Poliklinik dimana petugas yang terpajan
mendapatkan perawatan dan pengobatan dan lembar kedua diserahkan ke tim PPI.
2. Formulir B dibuat rangkap dua atau dikopi. Formulir ini diisi oleh petugas yang merawat,
1 lembar diserahkan ke atasan petugas terpajan dimana petugas yang terpajan bekerja dan
lembar kedua diserahkan ke tim PPI.

13
BAB IV
PENUTUP

Panduan Pasca Pajanan ini disusun sebagai acuan untuk melindungi petugas yang sedang
menjalankan tugasnya sehari-hari. Diharapkan melalui Panduan Pasca Pajanan ini, dapat
tercipta keseragaman pemahaman dan persepsi, dalam tata laksana pasca pajanan di rumah
sakit secara nyata.
Dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan,
berjalan seiring dengan perkembangan penyakit di masyarakat. Petugas kesehatan mempunyai
risiko pajanan yang lebih besar daripada petugas lain yang berada di rumah sakit, untuk itu
perlu adanya tindak lanjut yang tepat terhadap petugas kesehatan yang mengalami pajanan.
Dengan perkembangan ilmu pula buku ini akan direvisi secara berkesinambungan, untuk
itu mohon masukan dari semua pihak demi terwujudnya Buku Panduan Pasca Pajanan yang
bermutu. Setiap masukan demi perbaikan Buku Panduan Pasca Pajanan ini akan diterima
secara terbuka untuk mewujudkan pelayanan yang berkualitas.

Ditetapkan di : Singkawang
Pada Tanggal : 04 – 04 - 2018
Direktur Rumah Sakit Ibu dan Anak WEMPE

dr. Liau Songkono., Sp. OG

NIK : 201412001

14
FORMULIR LAPORAN PASCA PAJANAN

LAPORAN PAJANAN
Formulir A

1. Formulir A dibuat rangkap dua/ dikopi. Formulir diisi oleh petugas tenaga kesehatan yang terpajan , diserahkan ke
instalasi Gawat atau Poliklinik dan tembusan ke tim PPI

2. Tanggal laporan : ……………. Jam : …………….


3. Tanggal Pajanan : ……………. Jam :……………..
4. Tempat Kejadian : …………….
5. Unit kerja terpajan :…………….
6. Identitas
Nama : Alamat :
Nama Kepala Ruangan :
7. Rute pajanan :
Tusukan jarum suntik Gigitan Mulut

Luka pada kulit Mata Lain-lain


8. Sumber pajanan :
Darah Sputum Air Liur

Faeces Urine Lain-lain

9. Bagian tubuh yang terpajan, sebutkan secara jelas.......................................


10. Jelaskan urutan kejadian…………………………………………………………
……………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………….
11. Imunisasi Hepatitis B Sudah Belum
12. Alat Pelindung Diri Dipakai Tidak dipakai Jenis
……
13. Pertolongan Pertama Ada Tidak
14. Tempat Pertolongan : …………………………………………………………..
Tanggal :

Tanda Tangan Terpajan


15
LAPORAN PAJANAN

Formulir B

1. Setiap kotak diisi

Diperiksa dokter IGD Diperiksa dokter poliklinik

Menolak diperiksa dokter IGD Menolak diperiksa dokter poliklinik

Memilih untuk mencari pertolongan dokter pribadi

2. Untuk perhatian

Tim PPI Poliklinik

Lain- lain (sebutkan)

3. Pasien sumber pajanan


Nama : No Reg/ RM :
Unit :
4. Pemantauan pajanan:
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
5. Tanggal pemberitahuan kepada atasan langsung tenaga kesehatan yang terpajan

Tanggal :

Tanda Tangan Petugas

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Republik Indonesia. 2017. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.


27 Tahun 2017 tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Kemenkes RI. Jakarta

17

Anda mungkin juga menyukai