PASCA PAJANAN
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK WEMPE
i
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 Tahun 2014 tentang
Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit;
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 66 Tahun 2016 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit;
10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 27 Tahun 2017 tentang
Pedoman PPI di Fasilitas Kesehatan;
11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 34 Tahun 2017 tentang
Akreditasi Rumah Sakit;
12. Keputusan Yayasan Wempe Nomor 02/YAWEM–
RSIAW/SK/XII/2014 tentang Pengangkatan Direktur Rumah Sakit
Ibu dan Anak Atas Nama dr. Liau Songkono., Sp. OG;
13. Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Ibu dan Anak WEMPE
Singkawang Nomor 87/RSIAW/PER/DIR/III/ 2018 tentang Tim
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) Rumah Sakit Ibu dan
Anak WEMPE Singkawang Tahun Anggaran 2018;
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di : Singkawang
Pada Tanggal : 04 – 04 – 2018
Direktur Rumah Sakit Ibu dan Anak WEMPE
NIK : 201412001
ii
HALAMAN PENGESAHAN DAN
PEMBERLAKUAN PANDUAN PASCA PAJANAN
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK WEMPE
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
bimbingan dan petunjuk kepada kami sehingga kami berhasil menyusun Panduan Pasca
Pajanan Rumah Sakit Ibu dan Anak WEMPE. Besar harapan kami, bahwa Panduan Pasca
Pajanan Rumah Sakit Ibu dan Anak WEMPE bisa digunakan sebagai acuan dalam
melaksanakan penanganan pasca pajanan.
Dalam penyelesaian tulisan ini, tim penyusun banyak dibantu oleh berbagai pihak. Oleh
karena itu tim penyusun mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi –
tingginya kepada pejabat struktural maupun fungsional yang telah memberikan banyak
kontribusi dalam penyusunan panduan ini. Terima kasih kepada Direktur RSIA WEMPE serta
seluruh kepala unit dan staf RSIA WEMPE yang terlibat dalam proses penyelesaian
penyusunan buku panduan ini.
Semoga buku “Panduan Pasca Pajanan Rumah Sakit Ibu dan Anak WEMPE” ini
bermanfaat bagi rumah sakit dan pihak-pihak lainnya yang terkait dengan penyelenggaraan
akreditasi rumah sakit. Demi kesempurnaan substansi panduan ini, maka segala bentuk
evaluasi sangat dibutuhkan terhadap isi panduan ini.
Tim Penyusun
iv
DAFTAR ISI
HAL JUDUL
SURAT KETERANGAN DIREKTUR ............................................................ i
HAL PENGESAHAN DAN PEMBERLAKUAN.............................................. iii
KATA PENGANTAR..................................................................................... iv
DAFTAR ISI.................................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. LATAR BELAKANG........................................................................... 1
B. TUJUAN ............................................................................................ 1
C. PENGERTIAN ................................................................................... 2
BAB II TATA LAKSANA ............................................................................... 4
A. METODE PELAPORAN PASCA PAJANAN...................................... 4
B. JENIS PAJANAN ............................................................................... 4
C. TATA LAKSANA PASCA PAJANAN ................................................. 4
D. ALUR PASCA PAJANAN LUKA TUSUK / CAIRAN TUBUH ............. 5
E. TATA LAKSANA PASCA PAJANAN HEPATITIS B .......................... 6
F. EVALUASI PASCA PAJANAN HEPATITIS C VIRUS........................ 7
G. RISIKO PPENULARAN HIV .............................................................. 7
H. TATA LAKSANA PASCA PAJANAN HIV .......................................... 7
BAB III DOKUMENTASI ............................................................................... 12
BAB IV PENUTUP........................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 16
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pencegahan dan pengendalian infeksi bertujuan untuk melindungi pasien, petugas
kesehatan, serta pengunjung ataupun masyarakat sekitar rumah sakit. Petugas kesehatan
mempunyai risiko tertular penyakit saat menjalankan tugasnya sebagai pemberi layanan
kesehatan. Penularan penyakit infeksi kepada petugas kesehatan bisa karena percikan
cairan tubuh pasien (darah, nanah, urine , feses) yang tercemar melalui mukosa, kulit
yang luka, maupun tertusuk jarum bekas pakai yang terkontaminasi. Menurut data
penyakit infeksi masih merupakan salah satu penyebab utama tingginya angka kesakitan
dan kematian di dunia.
Menurut data CANADA COMUNICABLE DISEASE REPORT 2001, akibat
tertusuk jarum pada petugas kesehatan mempunyai persentase terhadap infeksi sebagai
berikut: HBV 10-35%, HCV 2,7%, HIV 0,3%. Menurut penelitian di beberapa rumah
sakit di Jakarta 2003 (Costy Panjaitan), petugas kesehatan yang terpajan berdasarkan
tindakan yang dilakukan antara lain pemasangan infus 26,6%, menyuntik 36,9%,
tindakan operasi 14,9% dan tindakan medis lainnya 33%.
Dari data di atas Rumah Sakit Ibu dan Anak WEMPE menaruh perhatian terhadap
hal ini, dengan cara memberikan perlindungan kesehatan terhadap petugas kesehatan. Hal
– hal yang telah dilakukan antara lain, pemeriksaan kesehatan berkala, pencegahan
penularan infeksi terhadap petugas kesehatan, penyediaan sarana kewaspadaan standar,
pemberian imunisasi/ profilaksis terhadap petugas khusus serta penatalaksanaan pasca
pajanan.
B. Tujuan
1. Tujuan umum dari penatalaksanaan pasca pajanan adalah melindungi petugas dari
risiko infeksi atau risiko lain akibat kecelakaan/ kejadian yang dialami saat
menjalankan tugasnya.
2. Tujuan secara khusus adalah:
a. Petugas bisa menjaga sikap dan perilaku yang sesuai sehingga dapat mencegah
atau meminimalkan kecelakaan kerja.
1
b. Petugas yang mengalami kecelakaan kerja atau terkena pajanan saat
menjalankan tugasnya dapat mengetahui apa yang harus dilakukan.
c. Mengetahui risiko – risiko yang ditimbulkan akibat pajanan.
d. Memahami tindakan perlindungan terhadap bahaya penyakit menular pada
petugas kesehatan.
e. Mampu menerapkan kewaspadaan untuk keselamatan petugas.
C. Pengertian
1. Pajanan adalah peristiwa / kejadian yang menimbulkan risiko penularan.
2. Profilaksis pasca pajanan adalah penggunaan obat untuk mencegah timbulnya infeksi
pasca pajanan (setelah terjadi peristiwa berisiko).
3. Imunoglobulin Hepatitis B (HBIG) adalah kekebalan tubuh manusia berupa globulin
(kelompok protein yang digunakan untuk produksi antibodi) yang digunakan untuk
mencegah perkembangan hepatitis B.
4. Antibodi adalah suatu zat yang dibentuk oleh tubuh, yang berasal dari protein darah
jenis gama globulin dan berfungsi untuk melawan antigen (zat asing/ protein asing)
yang masuk ke dalam tubuh.
5. Serokonversi adalah perubahan dari keadaan tidak ada antibodi dalam darah menjadi
keadaan ada antibodi dalam darah, perkembangan antibodi yang dapat dideteksi pada
mikroorganisme dalam serum sebagai akibat dari infeksi atau imunisasi.
6. Enzim Immunoassay (EIA) anti – Hepatitis C Virus merupakan uji yang
digunakan untuk mendeteksi dan mengukur molekul antigen , suatu cara
pemeriksaan untuk mengukur derajat imunitas atau kadar anti bodi dan antigen
dalam cairan tubuh atau serum seseorang. EIA dapat digunakan pada sebagian besar
jenis sampel biologi seperti plasma, serum, urine, dan ekstrak sel.
7. HIV adalah (Human Immunodeficiency Virus) adalah retrovirus yang termasuk
golongan virus RNA yaitu virus yang menggunakan RNA sebagai molekul pembawa
informasi genetik. Virus HIV ditemukan dalam cairan tubuh terutama pada darah,
cairan sperma, cairan vagina dan air susu ibu dan virus ini ditularkan melalui
hubungan seksual. Virus tersebut merusak sistem kekebalan tubuh manusia dan
mengakibatkan turunnya atau hilangnya daya tahan tubuh sehingga mudah
terjangkit infeksi. HIV menyebabkan Acquired Imuno Deficiency Syndrome
(AIDS).
2
8. Antiretroviral adalah pengobatan untuk perawatan infeksi akibat retrovirus.
9. Protease inhibitor adalah golongan obat yang menghambat atau mencegah pekerjaan
enzim protease.
10. Periode jendela (window period) adalah waktu antara timbulnya infeksi HIV dan
munculnya antibodi yang dapat dideteksi.
11. Kusta adalah penyakit yang menahun dan disebabkan oleh kuman kusta
(mycobacterium leprae) yang menyerang syaraf tepi, kulit dan jaringan tubuh
lainnya.
3
BAB II
TATA LAKSANA
B. Jenis Pajanan
1. Percikan air tubuh bisa mengenai mukosa kulit, jika ini terjadi maka tindakan awal
yang harus dilakukan adalah :
a. Bila mengenai mata, segera bilas dengan air mengalir selama 15 menit.
b. Bila mengenai kulit, segera bilas dengan air mengalir selama 1 menit.
c. Bila mengenai mulut, segera kumur- kumur dengan air bersih selama 1 menit.
d. Setelah tindakan awal, segera lapor sesuai dengan alur yang ditentukan.
2. Tertusuk jarum atau tergores alat medis bekas pakai, jika ini terjadi maka
tindakan awal yang harus dilakukan adalah :
a. Cuci dengan air mengalir menggunakan sabun atau cairan antiseptik, tanpa
melakukan pemijatan.
b. Berikan cairan antiseptik pada area tertusuk atau luka.
c. Setelah tindakan awal segera lapor sesuai dengan alur yang ditentukan.
4
4. Bila status sumber pajanan bebas HIV, petugas terpajan tetap dilakukan konseling
dan pemeriksaan ulang dilakukan 6 minggu, 3 bulan , dan 6 bulan.
5. Dapat minum obat ARV( Anti Retro Viral ) untuk memperkecil risiko penularan,
jika luka tusuk kurang dari 4 jam.
6. Bila status sumber pajanan positif HIV atau HBV atau HCV, maka tentukan status
petugas terpajan HIV atau HBV atau HCV.
7. Sebelum dilakukan pre test dan post test terhadap petugas yang terpajan harus
dilakukan konseling lebih dulu.
8. Jika hasil pre test petugas terpajan positif HIV atau HBV atau HCV maka rujuk ke
spesialis.
9. Jika hasil pre test petugas terpajan negatif sementara sumber pajanan positif HBV,
maka diberikan imunisasi HBV, bila sumber pajanan positif HIV maka rujuk tim
AIDS.
10. Beri dukungan kepada petugas terpajan.
IGD/ POLIKLINIK
TIM PPI
PERIKSA
SESUAI
KETENTUAN
5
E. Tatalaksana Pasca Pajanan Hepatitis B
Profilaksis pasca pajanan untuk Hepatitis B Virus dapat sangat efektif dalam
mencegah penularan virus setelah pajanan. Profilaksis pasca pajanan untuk Hepatitis B
Virus didasarkan pada vaksin hepatitis B, baik Hepatitis B sendiri atau dikombinasikan
dengan imunoglobulin hepatitis B (HBIG).
Supaya profilaksis pasca pajanan menjadi efektif, dosis awal vaksin harus diberikan
segera setelah pajanan, semakin lama jarak antara pajanan dan pemberian vaksin
profilaksis pasca pajanan menjadi kurang efektif . Beberapa penelitian telah meneliti
waktu maksimum pemberian vaksin Profilaksis Pasca Pajanan setelah terpajan kurang
dari 7 hari untuk tusukan jarum infus.
6
c. Jika petugas terpajan sudah menerima immunoglobulin hepatitis B dalam waktu
3-4 bulan sebelumnya, tes antibodi tidak dapat digunakan untuk mengevaluasi
respon tubuh terhadap vaksin.
7
H. Tatalaksana Pasca Pajanan HIV
Petugas terpajan dengan risiko penularan dirujuk kepada dokter untuk evaluasi medis,
penilaian risiko dan resep profilaksis pasca pajanan. Keputusan tentang apakah
profilaksis pasca pajanan perlu atau tidak diambil harus berdasarkan rekomendasi yang
telah ditunjukkan pada tabel 2 dan tabel 3, informasi yang tepat dan konseling tentang
kepatuhan dan efek samping obat anti retroviral.
8
h. Cairan perkardial
i. Cairan ketuban
5. Pajanan melalui satu atau lebih hal 5. Pajanan tidak menimbulkan risiko
berikut : transmisi , karena :
a. Penetrasi kulit dengan a. Hanya kulit utuh terkena cairan
perdarahan spontan atau tusukan tubuh yang berpotensi menular
yang dalam. b. Petugas yang terpajan sudah HIV
b. Percikan sejumlah besar cairan positif
melalui selaput lendir
c. Kontak berkepanjangan dari zat
berisiko dengan kulit tidak utuh.
6. Jika penetrasi kulit terjadi, pajanan
adalah dari jarum lubang berongga
yang baru digunakan atau benda
tajam lainnya tampak
terkontaminasi dengan darah.
9
arteri atau vena
10
parah : rejimen dua
Pajanan volume
yang kecil
Pajanan cairan
yang tidak
menular ( cairan
cerebrospinal )
Apabila petugas terpajan memenuhi kriteria yang harus dilakukan profilaksis pasca
pajanan petugas dirujuk ke klinik VCT (Voluntary Counseling and Testing) untuk
tindak lanjut.
1. Tindak Lanjut Dari Pajanan HIV
Seseorang petugas kesehatan yang terpajan harus mencari atau dirujuk untuk tindak
lanjut secara medis. Tujuan dari tindak lanjut tersebut adalah :
a. Dukungan kepatuhan terhadap profilaksis pasca pajanan
b. Mencegah atau mengobati efek samping profilaksis pasca pajanan
c. Mengidentifikasi kemungkinan serokonversi :
1) Test antibodi HIV pada awal, kemudian 6 minggu dan 6 bulan setelah pajanan
2) Uji antibodi HIV jika penyakit sesuai dengan terjadinya sindrom retroviral
akut
3) Ulangi test untuk antibodi HIV pada 6 minggu dan 6 bulan setelah pajanan,
jika serokonversi terjadi, rujuk petugas terpajan untuk pengobatan,
perencanaan dan dukungan.
4) Berikan saran kepada siapa saja yang terkena untuk menggunakan tindakan
pencegahan sehingga mencegah penularan sekunder selama masa tindak lanjut.
Tindakan pencegahan tersebut meliputi:
- Menghindari kehamilan
- Mencari alternatif yang aman untuk menyusui
- Menghindari donor darah dan menggunakan kondom untuk melakukan
hubungan seksual sampai test pada 6 bulan menunjukkan bahwa petugas
yang terpajan tetap test negatif.
11
5) Evaluasi petugas yang menggunakan profilaksis pasca pajanan dalam waktu 72
jam untuk memantau efek samping obat yang mungkin dan kepatuhan
pengobatan. Ikuti perkembangan sampai dua minggu.
12
BAB III
DOKUMENTASI
1. Formulir A dibuat rangkap dua atau dikopi. Formulir ini diisi oleh petugas yang terpajan,
1 lembar diserahkan ke Uni Gawat Darurat atau Poliklinik dimana petugas yang terpajan
mendapatkan perawatan dan pengobatan dan lembar kedua diserahkan ke tim PPI.
2. Formulir B dibuat rangkap dua atau dikopi. Formulir ini diisi oleh petugas yang merawat,
1 lembar diserahkan ke atasan petugas terpajan dimana petugas yang terpajan bekerja dan
lembar kedua diserahkan ke tim PPI.
13
BAB IV
PENUTUP
Panduan Pasca Pajanan ini disusun sebagai acuan untuk melindungi petugas yang sedang
menjalankan tugasnya sehari-hari. Diharapkan melalui Panduan Pasca Pajanan ini, dapat
tercipta keseragaman pemahaman dan persepsi, dalam tata laksana pasca pajanan di rumah
sakit secara nyata.
Dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan,
berjalan seiring dengan perkembangan penyakit di masyarakat. Petugas kesehatan mempunyai
risiko pajanan yang lebih besar daripada petugas lain yang berada di rumah sakit, untuk itu
perlu adanya tindak lanjut yang tepat terhadap petugas kesehatan yang mengalami pajanan.
Dengan perkembangan ilmu pula buku ini akan direvisi secara berkesinambungan, untuk
itu mohon masukan dari semua pihak demi terwujudnya Buku Panduan Pasca Pajanan yang
bermutu. Setiap masukan demi perbaikan Buku Panduan Pasca Pajanan ini akan diterima
secara terbuka untuk mewujudkan pelayanan yang berkualitas.
Ditetapkan di : Singkawang
Pada Tanggal : 04 – 04 - 2018
Direktur Rumah Sakit Ibu dan Anak WEMPE
NIK : 201412001
14
FORMULIR LAPORAN PASCA PAJANAN
LAPORAN PAJANAN
Formulir A
1. Formulir A dibuat rangkap dua/ dikopi. Formulir diisi oleh petugas tenaga kesehatan yang terpajan , diserahkan ke
instalasi Gawat atau Poliklinik dan tembusan ke tim PPI
Formulir B
2. Untuk perhatian
Tanggal :
16
DAFTAR PUSTAKA
17