SANTO YUSUF
Member : MetroHospitalsGroup
1
KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK ST.
YUSUF
Nomor :89 /RSIA-Dir/SK/XII/2021
tentang
PEMBERLAKUAN PEDOMAN PENYELENGGARAAN PONEK 24 JAM
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK ST. YUSUF
Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit Ibu dan
Anak Santo Yusuf, maka perlu diperlukan penyelenggaraan pelayanan
yang bermutu tinggi;
b. bahwa panduan pelayanan Rumah Sakit Ibu dan Anak Santo Yusuf
tersebut dapat sebagai landasan bagi penyelenggaraan pelayanan pasien
di Rumah Sakit Ibu dan Anak Santo Yusuf;
c. bahwa berdasarkan bitir a dan b diatas, perlu ditetapkan dengan
Keputusan Direktur.
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 21 Desember 2021
Rumah Sakit Ibu dan Anak St. Yusuf
Pedoman Pelayanan PONEK ini memuat acuan dan ketentuan untuk operasional Pelayanan
PONEK dalam menjalankan tugasnya. Pedoman ini diharapkan dapat membantu team PONEK dalam
menyiapkan dan melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.
Seiring dengan berkembangnya pengetahuan Pelayanan dan standarisasi peningkatan mutu dan
keselamatan pasien yang senantiasa mengalami perubahan yang begitu cepat, tentunya buku pedoman ini
akan memerlukan penyesuaian dan perbaikan terus menerus.
Kami sebagai penyusun menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan pedoman ini.
Untuk itu kami sangat mengharapkan masukan atau kritikan serta saran untuk penyempurnaan pedoman
ini.
Akhir kata kami mengucapkan terima kasih bagi semua pihak terkait yang telah memberikan
banyak masukan dalam penyusunan pedoman ini.
5
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG.
Angka kematian ibu (AKI) atau Maternal Mortality Rate (MMR) merupakan indikator yang
digunakan untuk mengukur status kesehatan ibu pada suatu wilayah. Kematian ibu adalah
kamatian selama kehamilan atau dalam periode 42 hari setelah kehamilan akibat semua sebab
yang terkait dengan atau diperberat oleh kehamilan atau penangananya, tetapi bukan disebabkan
oleh kecelakaan atau cedera.
World Health Organization (WHO) memperkirakan terdapat 216 kematian ibu setiap 100.000
kelahiran hidup akibat komplikasi kehamilan dan persalinan tahun 2015. Jumlah total kematian
ibu diperkirakan mencapai 303.000 kematian di seluruh dunia. MMR di Negara berkembang
mencapai 239/100.000 kelahiran hidup, 20 kali lebih tinggi dibandingkan Negara maju. Negara
berkembang menyumbang sekitar 90 % atau 302.000 dari seluruh total kematian ibu yang
diperkirakan terjadi pada tahun 2015. Indonesia termasuk salah satu negara berkembang sebagai
penyumbang tertinggi angka kematian ibu di dunia.
WHO memperkirakan di Indonesia terdapat sebesar 126 kematian ibu setiap 100.000 kelahiran
hidup dengan jumlah total kematian ibu sebesar 6400 pada tahun 2015. Angka ini sudah terjadi
penurunan dari angka kematian ibu menurut SDKI 2012 yaitu sebesar 359 per 100.000
Pada Konferensi Tingkat Tinggi Perserikatan Bangsa - Bangsa pada tahun 2000 disepakati bahwa
terdapat 8 Tujuan Pembangunan kelahiran hidup.Disamping itu Index Pembangunan Manusia di
Indonesia berada pada urutan ke 107 dibandingkan dengan bangsa lain dan selama 5 tahun
terakhir ini mengalami perbaikan namun sangat lambat.
Millenium (Millenium Development Goals) pada tahun 2015. Dua diantara tujuan tersebut
mempunyai sasaran dan indikator yang terkait dengan kesehatan ibu, bayi dan anak yaitu :
1. Mengurangi angka kematian bayi dan balita. Kematian bayi baru lahir umumnya dapat
dihindari penyebabnya seperti Berat Badan Lahir Rendah (40,4%), asfiksia (24,6%) dan
infeksi (sekitar 10%). Hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh keterlambatan
pengambilan keputusan, merujuk dan mengobati. Sedangkan kematian ibu umumnya
disebabkan perdarahan (25%), infeksi (15%), preeklampsia / eklampsia (15%), persalinan
macet dan abortus. Mengingat kematian bayi mempunyai hubungan erat dengan mutu
penanganan ibu, maka proses persalinan dan perawatan bayi harus dilakukan dalam sistem
terpadu di tingkat nasional dan regional. Pelayanan obstetri dan neonatal regional
merupakan upaya penyediaan pelayanan bagi ibu dan bayi baru lahir secara terpadu dalam
bentuk Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) di Rumah Sakit
dan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Dasar (PONED) di tingkat Puskesmas.
Rumah Sakit PONEK 24 Jam merupakan bagian dari sistem rujukan dalam pelayanan
kedaruratan dalam maternal dan neonatal, yang sangat berperan dalam menurunkan angka
kematian ibu dan bayi baru lahir. Kunci keberhasilan PONEK adalah ketersediaan tenaga
2. Kesehatan yang sesuai kompetensi, prasarana,sarana dan manajemen yang handal. Untuk
mencapai kompetensi dalam bidang tertentu, tenaga kesehatan memerlukan pelatihan-
pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perubahan perilaku dalam
pelayanan kepada pasien. Pada tahun 2005 telah dilakukan penyusunan buku Pedoman
Manajemen Penyelenggaraan PONEk 24 jam di Rumah Sakit Kabupaten/Kota yang
melibatkan Departemen Kesehatan, Dinas Kesehatan Propinsi dan sektor terkait Iainnya.
6
Telah pula dilakukan bimbingan teknis tentang manajemen PONEK 24 jam di RS
Kabupaten/Kota pada RSUD di 4 Propinsi (Riau, Sumatera Barat, Kalimantan Selatan dan
Kalimantan Timur) untuk mempersiapkan penyelenggaraan PONEK 24 jam. Pada tahun
2006 dilanjutkan dengan penyelenggaraan Lokakarya Upaya Peningkatan Kesehatan Ibu,
Bayi dan Anak melalui Strategi Making Pregnancy Safer (MPS) yang melibatkan 12
Propinsi meliputi 6 propinsi Wilayah Timur dengan AKI dan AKB tertinggi (NTB,
Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Maluku dan Papua) dan 6
propinsi yang telah dibina melalui program bantuan HSP (NAD,Jawa Barat,DKI Jakarta,
Sumatera Utara, Jawa Timur). Pada tahun 2007 telah dilakukan pelatihan ketrampilan bagi
tim PONEK di Rumah Sakit Kabupaten/Kota (dokter spesialis Anak, dokter spesialis
kebidanan dan kandungan, Bidan dan Perawat) di 6 propinsi di Wilayah Timur dengan AKI
tertinggi (NTB, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Maluku dan
Papua). dengan melibatkan JNPK-KR, POGI dan IDAI, dalam rangka mendukung
pelaksanaan program PONEK di RSU Kabupaten/Kota yang merupakan target UKP
Departemen Kesehatan RI. yaitu 75% RS Kabupaten dapat menyelenggarakan PONEK
pada tahun 2009. Pelatihan yang sangat bermanfaat tersebut mendapatkan respon sangat
besar terutama dari wilayah Indonesia Timur karena hampir selama 15 tahun bidan dan
perawat tidak pernah mendapatkan pelatihan kedaruratan maternal dan neonatal. Pelatihan
tersebut akan dilanjutkan dengan kegiatan On the Job Training (OJT) di masing - masing
Rumah Sakit yang dilatih yang semula direncanakan 3 (tiga) tahap menjadi I (satu) tahap
akibat keterbatasan dana. Sebagai tindak lanjut perlu dilakukan pelatihan serupa pada tahap
berikutnya di propinsi Iainnya hingga tahun 2009 untuk meningkatkan keterampilan bagi
tim PONEK di RS Kab/Kota (Dsp, Anak, Dsp. Kebidanan dan Kandungan, Bidan dan
Perawat) dalam rangka mendukung pelaksanaan program PONEK di RSU Kabupaten/Kota
yang merupakan target IJKP Departemen Kesehatan sebesar 75% pada tahun 2009 dengan
melibatkan JNPK-KR, POGI dan IDAL Diharapkan dari ke dua tahap Pelatihan PONEK
tersebut dihasilkan para pelatih regional yang mampu menjadi pelatih bagi Tim PONEK
Rumah Sakit yang belum dilatih di wilayah masing-masing. Dengan demikian jumlah Tim
PONEK Rumah Sakit yang dilatih dapat cepat bertambah dengan dukungan dana
dekonsentrasi pemerintah daerah untuk akselerasi pencapaian target tahun 2009 tersebut.
Selanjutnya diharapkan Pedoman Penyelenggaraan PONEK di Rumah Sakit ini dapat
dijadikan panduan bagi Tim PONEK Rumah Sakit dalam pelaksanaan program PONEK di
RS Kabupaten / Kota serta bagi Dinas Kesehatan Propinsi / Kabupaten / Kota dapat
dipergunakan untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi
(AKB) di wilayah kerjanya.
B. TUJUAN PEDOMAN.
a. Umum
Meningkatkan Pelayanan Maternal dan Perinatal yang bermutu dalam upaya penurunan
Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi di Indonesia
b. Khusus
1. Terlaksananya manajemen pelayanan maternal dan perinatal dari aspek administrasi &
manajemen,kompetensi SDM, fasilitas dan sarana serta prosedur pelayanan di RS
2. Terklaksananya system rujukan pelayanan maternal dan perinatal
3. Pembinaan dan pengawasan pelayanan maternal dan perinatal di RS
7
C. RUANG LINGKUP PELAYANAN.
Upaya Pelayanan PONEK
1. Stabilisasi di UGD dan persiapan untuk pengobatan definitif.
2. Penanganan kasus gawat darurat oleh tim PONEK RS di ruang tindakan.
3. Penangananoperatifcepat dan tepat meliputi laparotomi, dan sectio caesaria.
4. Perawatan intensif ibu dan bayi.
5. Pelayanan Asuhan Ante Natal Risiko Tinggi
D. BATASAN OPERASIONAL.
1. PONEK merupakan singkatan dari Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif
2. Regionalisasi Pelayanan Obstetri dan Neonatal adalah suatu sistem pembagian wilayah kerja
rumah sakit dengan cakupan area pelayanan yang dapat dijangkau oleh masyarakat dalam
waktu kurang dari I jam, agar dapat memberikan tindakan darurat sesuai standar.
Regionalisasi menjamin agar sistem rujukan kesehatan berjalan secara optimal.
3. Rujukan adalah pelimpahan tanggung jawab timbal balik dua arah dari sarana pelayanan
primer kepada sarana kesehatan sekunder dan tersier.
4. Rumah Sakit PONEK 24 Jam adalah Rumah sakit yang menyelenggarakan pelayanan
kedaruratan maternal dan neonatal secara komprehensif dan terintegrasi 24 jam.
5. Periode Perinatal adalah jangka waktu dari masa kehamilan 22 minggu sampai 7 hari setelah
lahir. Sebagai batasan operasional periode perinatal dimulai pada usia kehamilan 28 minggu
hingga bayi baru lahir usia 0-7 hari.
6. Perinatologi adalah ilmu yang mempelajari tumbuh kembang manusia sejak masa konsepsi
hingga 1 bulan setelah kelahiran, sehat, utuh, serta sanggup berkembang secara optimal
sehingga tercipta generasi masa depan yang berkualitas.
7. Kematian Perinatal adalah kematian yang terjadi pada janin dalam kandungan usia 28
minggu sampai bayi baru Iahir usia 0-7 hari.
8. Kematian Maternal adalah kematian yang terjadi pada ibu hamil, ibu bersalin, sampai masa
nifas (42 hari setelah melahirkan) tidak memandang usia dan letak kehamilan, disebabkan
atau berhubungan dengan kehamilan atau penanganannya tetapi bukan disebabkan
kecelakaan.
E. LANDASAN HUKUM.
a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan.
c. Undang — Undang Nomor 64 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementrian Kesehatan.
d. Peraturan Presiden Nomor 77 tahun 2015 tentang Pedoman Pengorganisasian Rumah Sakit.
e. Peraturan Mentri Kesehatan Nomor 2052 tahun 2011 tentang Izin Praktik dan Pelaksanaan
Praktik Kedokteran.
f. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor. 56 tahun 2014 Tentang Klasifikasi
dan perizinan Rumah Sakit.
g. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1051/MENKES/SKfXI/2008
Tentang Pedoman Penyelenggaraan / Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi
Komprehensif (PONEK) 24 Jam Di Rumah Sakit.
h. Keputusan Menteri Kesehatan No. 43 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Minimal
Bidang Kesehatan.
i. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 604/Menkes/SK/VII/2008
Tentang Pedoman Pelayanan Metrnal Perinatal pada Rumah Sakit
8
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
Berdasarkan buku Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan PONEK, maka standar tenaga di Rumah Sakit
Ibu dan Anak Santo Yusuf dijabarkan sebagai berikut :
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN.
Pelayanan PONEK dipimpin oleh dokter dan staf yang terdiri dari tenaga medis, tenaga keperawatan
yang berkualitas untuk menjamin dilaksanakannya pelayanan yang telah ditentukan, yang dapat
dijabarkan sebagai berikut:
1. Ketua Tim PONEK adalah spesialis kebidanan dan penyakit kandungan yang terlatih
2. Anggota Tim PONEK :
a. Dokter spesialis Obstretik dan Ginekologi
b. Dokter Spesialis Anak
c. Dokter Urnurn yang bertugas di IGD
d. Kebidanan
e. Keperawatan Perinatologi
9
C. PENGATURAN JAGA/ DINAS.
Jam dinas:
10
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. DENAH RUANG.
Ruangan yang berhubungan dengan pelayanan obstetric neonatal emergency komprehensif (terlampir)
1. Ruang bersalin
2. Ruang Nifas
3. Ruang Bayi
4. Pojok Laktasi
5. Ruang Imunisasi
6. Poli Kebidanan dan Kandungan
11
2. Kriteria Khusus
Prasarana dan sarana.
Dalam rangka Program Menjaga Mutu pada penyelenggaraan PONEK diperlukan :
Ruang rawat inap yang Ieluasa dan nyaman
Ruang tindakan gawat darurat dengan instrumen dan bahan yang lengkap.
Ruang pulih/observasi pasca tindakan.
Protokol pelaksanaan dan uraian tugas pelayanan termasuk koordinasi internal
3. Kriteria umum ruangan
1) Sruktur Fisik
▪ Lantai dari porselin atau Plastik
▪ Dinding di cat dengan bahan yang bisa dicuci
2) Kebersihan
• Cat dan lantai berwarna terang sehingga kotoran dapat terlihat dengan mudah.
• Ruang bersih dan bebas debu, kotoran, sampah atau limbah rumah sakit.
• Hal tersebut berlaku pula untuk lantai, mebel, perlengkapan, instrumen, pintu, jendela,
dinding, steker listrik dan langit-langit.
3) Pencahayaan
• Pencahayaan terang dari cahaya alarni atau listrik.
• Semua jendela diberi kawat nyamuk agar serangga tidak masuk. Listrik berfungsi baik,
kabel dan steker tidak membahayakan dan semua lampu berfungsi baik dan kokoh.
Tersedia peralatan gawat darurat.
• Ada cukup Iampu untuk setiap neonatus
4) Ventilasi
• Ventilasi, termasuk jendela cukup jika dibandingkan dengan ukuran
• ruang.
• Kipas angin atau pendingin ruang harus berfungsi baik.
• Suhu ruangan harus dijaga 24-260C.
• Pendingin ruang harus dilengkapi filter (sebaiknya anti bakteri) Peneueian tangan
• Wastafel harus dilengkapi dengan dispenser sabun atau desinfektan yang dikendalikan
dengan siku atau kaki.
• Wastafel, kran dan dispenser harus dipasang pada ketinggian yang sesuai (dari Iantai dan
dinding).
• Tidak boleh ada saluran pernbuangan air yang terbuka.
• Harus ada handuk (kain bersih) atau tisu untuk mengeringkan tangan, diletakkan di
sebelah wastafel.
12
4. Kriteria khusus ruangan
1. Area cuci tangan di ruang obstetrik dan neonatus
Di ruang dengan lebih dari satu tempat tidur, jarak tempat tidur adalah 6 meter
dengan wastafel.
2. Area resusitasi dan stabilisasi di Ruang Obstetri dan Neonatus/IGD Paling kecil,
ruangan berukuran 6 meter dan ada di dalam Unit Perawatan Khusus
▪ Kamar PONEK di unit gawat darurat harus terpisah dari karnar gawat darurat Iain.Sifat
privasi ini penting untuk kebutuhan ibu bersalin dan bayi. Tujuan kamar ini ialah:
memberikan pelayanan darurat untuk stabilisasi kondisi pasien, misalnya syok, henti
jantung, hipotermi, asfiksia dan apabila perlu menolong darurat serta resusitasi.
▪ Perlu dilengkapi dengan meja resusitasi bayi, dan inkubator.
▪ Kamar PONEK membutuhkan :
▪ Ruang berukuran 15 m2
▪ Berisi : lernari dan troli darurat
▪ Tempat tidur bersalin serta tiang infus, Incubator transport
▪ Pemancar pemanas
▪ Meja, kursi
▪ Aliran udara bersih dan sejuk
▪ Pencahayaan
▪ Lampu sorot dan Iampu darurat
▪ Mesin isap
▪ Oksigen dan tabungnya atau berasal dari sumber dinding ( outlet) Lemari isi :
perlengkapan persalinan, vakum, forceps, kuret, obat/infus
▪ Alat resusitasi dewasa dan bayri
▪ Wastafel dengan air mengalir dan antiseptic
▪ Alat komunikasi dan telepon ke kamar bersalin
3. Ruangan Maternal.
a. Kamar Bersalin.
Lokasi berdekatan dengan kamar operasi
• Luas minimal : 6 m2 per orang. Berarti bagi 1 pasien, I penunggu dan 2 penolong
diperlukan 4x4m2=16 rn2
• Paling kecil, ruangan berukuran 12 rn2 (6 rn2 untuk masing-masing pasien).
• Tiap ibu bersalin harus punya privasi agar keluarga dapat hadir.
• Ruangan bersalin tidak boleh merupakan tempat lalu Ialang orang. Bila kamar
operasi juga ada dalam lokasi yang sama,upayakan tidak ada keharusan melintas pada
ruang bersalin.
• Minimal 2 kamar bersalin terdapat pada setiap rumah sakit umum. Kamar bersalin
terletak sangat dekat dengan kamar neonatal, untuk memudahkan transport bayi
dengan komplikasi ke ruang rawat.
13
• Idealnya sebuah ruang bersalin merupakan unit ter-integrasi : kala I, kala 2 dan kala
3 yang berarti setiap pasien diperlakukan utuh sampai kala 4 bagi ibu bersama bayinya
secara privasi.Bila tidak memungkinkan, maka diperlukan dua kamar kala I dan
sebuah kamar kala 2.
• Kamar bersalin harus dekat dengan ruang jaga perawat (nurse station agar
memudahkan pengawasan ketat setelah pasien partus sebelum dibawa ke ruang
rawat (post partum).SeIanjutnya bila diperlukan operasi, pasien akan dibawa ke
karnar operasi yang berdekatan dengan kamar bersalin.
• Ruang post partum harus cukup luas,
• Ruang tersebut terpisah dari fasilitas : toilet, kloset, lemari.
• Pada ruang dengan banyak tempat tidur, jarak antar tempat tidur minimum I m s.d 2
m dan antara dinding I m.
• Jumlah tempat tidur per ruangan maksimal 6.
• Tiap ruangan harus mempunyai jendela sehingga cahaya dan udara cukup.
• Harus ada fasilitas untuk cuci tangan pada tiap ruangan.
• Tiap pasien harus punya akses ke kamar mandi privasi (tanpa ke koridor)
• Ruang perawat (nurse station) berisi meja, telepon, lemari berisi perlengkapan darurat
atau Obat
b. Pojok Laktasi
Terdapat ruangan yang berisi meja, kursi, wastafel.
c. Ruang Operasi
1. Instalasi kamar operasi diperlukan untuk tindakan operasi seksio sesaria dan laparatomi.
• Disediakan unit komunikasi dengan kamar bersalin. Di dalam kamar operasi
tersedia: pemancar panas dan perlengkapan resusitasi dewasa dan bayi.
• Kamar pulih ialah ruangan bagi pasien pasca bedah berisi: meja, kursi, perawat,
lemari obat, mesin pemantau tensi/nadi oksigen dan sebagainya, tempat rekam
medic, troli darurat. Pengawasan langsung dari meja perawat ke tempat pasien.
• Fasilitas pelayanan berikut untuk unit operasi :
• Nurse station yang juga berfungsi sebagai tempat pengawas lalu lintas orang.
2. Ruang kerja kotor yang terpisah dari ruang kerja bersih ruang ini berfungsi
membereskan alat dan kain kotor, tempat cuci wastafel besar untuk cuci tangan dan
fasilitas air panas atau dingin, ada meja kerja dan kursi kursi,troli.
3. Saluran pembuangan kotoran atau cairan.
4. Ruang tunggu keluarga
5. Kamar sterilisasi yang berhubungan dengan kamar operasi. Ada autoklaf besar berguna
bila darurat.
6. Kamar obat berisi lemari dan meja untuk distribusi obat.
7. Ruang cuci tangan (scrub) sekurangnya untuk 2 orang terdapat di depan kamar operasi
atau kamar bersaIin.WastafeI itu dirancang agar tidak membuat basah lantai.Air cuci
tangan haruslah steril.
8. Ruang kerja bersih .Ruang ini berisi meja dan lemari berisi linen, baju dan
perlengkapan opersi Juga terdapat troli pernbawa linen.
9. Kamar ganti.
14
4. Ruangan penunjang harus disediakan seperti:
• Ruang perawat/bidan
• Konter perawat
• Ruang rekam medik
• Toilet staf
• Ruang staf medik
• Ruang loker staf/perawat
• Ruang rapat/konferensi
• Ruang keluarga pasien
• Ruang cuci
• Ruang persiapan diperlukan bila ada kegiatan persiapan alat/bahan
• Gudang peralatan
• Ruang linen bersih
5. Laboratorium 24 jam
6. Radiologi
7. Peralatan Esensial
15
Tabel Peralatan Maternal Esensial
NO HPP KIT JML
1 Cairan Infus RL 2
2 Blood Set 2
3 Venoceth No. 16 atau 18 2
4 spuit 3, 5, 10 cc 3,3,5
5 Oxytocin 2
6 Metergin 2
7 Misoprostol 10
8 Sarung tangan panjang steril 4
9 Sarung tangan pendek steril 10
10 Aquabides 2
11 Kondom 2
12 Kateter No. 24,16/18 1/1
13 Urin Bag 1
14 Gelofusin atau Hemacell 1
15 Benang talipusat/umbilikal 1
16 Tampon bulat 1
17 Rol tampon 1
18 Cepazolin Inj Igr 1
NO PEB KIT
1 MgS04 40 0/0 2
2 Aquabides 2
4 Nifedipin 10 mg 10
5 Dopamet 2
9 Blood set 2
10
II Venoceth No.16/18 0/0
12 Kateter urin 1
13 Urine bag 1
14 Phenobarbital Inj/diazepam 2
15 Gudel/tongue spatel 1
16 Plester coklat 1
17 Perban fixasi 5 cm 1
16
NO ANAFILAKTIK SYOK KIT
1
2 Nacl 0/0 1
3 Blood set 1
5 Spuit 1, 3, 5, 10 cc 3,3,3
6 Urin bag 1
Il Adrenalin/Epineprin inj 4
12 Decadril Inj 10 mg 0
13 Dexamethason Inj 2
14 Aminopilin 0
15 Aqua for inj steril 2
4 Stetoskop dewasa 1
5 Timer 0
6 Tabung oksigen 1
7 Selang oksigen 1
8 Gudel (000, ) 1
11 RL 1
12 Nacl 0/0 500 cc 1
13 Blood set 1
14 Abocath No.16/18 1
15 Urine bag 1
16 kateter urine No. 16/18 1/1
17 Spuit 3 cc 3
17
18 Spuit 10 cc 3
19 Adrenalin 4
20 Aqua for Inj steril 2
18
19
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
Tata Laksana pelayanan perinatal resiko tinggi dalam ruang lingkup pelayanan rawat
jalan terkait dengan kegiatan terprogram dari instalasi rawat jalan yaitu dalam pelayanan di Poli
Kebidanan dan Kandungan. Poliklinik Anak yang terjadwal setiap hari kerja Senin sampai
dengan Sabtu Kegiatan Pelayanan Rawat Jalan adalah :
1. Poliklinik Anak
a. Imunisasi
Layanan imunisasi di poliklinik anak meliputi program imunisasi
Wajib dan imunisasi yang dianjurkan.PeIaksanaan imunisasi di atas dilakukan setiap
hari kerja
20
2. Poliklinik Kebidanan dan Kandungan.
a. Pelayanan pasien di poliklinik kebidanan dan kandungan dilakukan oleh dokter spesialis
kebidanan dan kandungan setiap hari kerja 07.00 sampai dengan 12.00 dan 14.00 sampai
dengan 19.00
▪ Perawatan masa hamil yang meliputi kondisi kandungan.Pada kasus tertentu
dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium dan USG.
▪ Perawatan masa nifas bagi ibu post partum, meliputi pencatatan keluhan,
pemeriksaan fisik, perawatan Iuka episiotomi atau Iuka post operasi.
▪ Dalam pelayanan pasien di poliklinik ini dilakukan juga deteksi dini
kehamilan yang mempunyai resiko tinggi serta penatalaksanaannya bahkan
pencegahan komplikasi lebih lanjut dengan intervensi pengobatan yang
diperlukan, dilakukan pencatatan serta perencanaan dalam proses persalinan
untuk resiko tinggi.
b. Pelayanan KB.
▪ Sasaran : setiap pasangan suami istri usia produktif, untuk mengatur kehamilan
▪ Jenis pelayanan kontrasepsi : iud, pil kb, implan atau susuk, suntik, kondom,
MOW
c. Kandungan.
▪ Pelayanan pemeriksaan wanita dengan gangguan ginekologis, misalnya mioma,
kista uteri, endometriosis
1. Klasifikasi Penyakit.
Berbagai klasifikasi kasus yang dapat menjadi bagian dalam pelayanan perinatal resiko
tinggi adalah:
Kasus terkait dengan kehamilan ibu:
- Kehamilan normal
Pelayanan Kesehatan Maternal dengan masalah yaitu:
- Syok
- Perdarahan pada kehamilan muda
- Persalinan lama
- Malpresentasi dan malposisi
- Demarn dalam kehamilan dan persalinan
21
- Demam pasca persalinan
- Nyeri perut pada kehamilan muda, pada kehamilan Ianjut dan persalinan
- Gerak janin tidak dirasakan
- Ketuban pecah dini
- Gawat janin dalam persalinan
1. Neonatus normal
2. Neonatus bermasalah : - Asfiksia neonatorum
- Tetanus neonatorum
- Sepsis
- Trauma lahir
- Sindroma gangguan pernapasan
- Bayi berat lahir rendah
- Ikterus neonatorum
- Bayi lahir dengan ibu bermasalah : infeksi hepatitis b, diabetus melitus dan ibu
dengan tbc
1. Pengertian Rujukan
Sistem Rujukan merupakan penyelenggaraan kesehatan yang mengatur pelimpahan
tugas dan tanggung jawab secara timbal balik vertikal maupun horizontal, maupun struktural
dan fungsional terhadap kasus penyakit atau masalah penyakit atau permasalahan
kesehatan.Kegiatan rujukan mencakup:
a. Rujukan Pasien
• Rujukan pasien internal adalah rujukan antar spesialis dalam satu rumah
sakit.
• Rujukan eksternal adalah rujukan antar spesialis keluar rumah sakit dengan
mengikuti sistem rujukan yang ada
22
b. Rujukan Manajemen
Dapat berupa permintaan kepada unit yang lebih mampu atau bantuan kepada unit
yang kurang mampu untuk menyelesaikan suatu masalah tertentu yang tidak dapat diatasi
sendiri.
23
V. LOGISTIK
1 Pantry
Jumlah Deskripsi
2 Bed Gynecologi Manaul
1 Kursi bulat beroda
18 Kursi Pasien
1 Telpon
1 Dispenser
2 Lemari Pasien
1 Lemari Kaca untuk Instrumen
1 Lemari Panjang untuk Obat-obatan, perlengkapan infus dan injeksi
6 Tempat Sampah Medis
2 Tempat Sampah B3
2 Trolley Stainlees Empat Persegi Panjang
1 Timbangan Bayi Electric
6 Job aid
5 Televisi dan Remote Control
0 I Kogel Tang
0 I Ring Tang
24
0 I Tampon Tang
ı Suction Electric
Radian Warmer
ı Skin Probe
Examination Lamp
ı Gunting
ı Stetoscope Neonatus
Infuse set
Cairan infuse DI O %
ı Neopap
ı OGT no 3,5 no 5
Set umbilical
1 Mandrain
ı Epinephrine
ı Selang 02 bayi
Meteran
25
VI KESELAMATAN PASIEN
1. Definisi.
Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu system dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman.
2. Tujuan.
• Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
• Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
• Menurunnya kejadian tidak diharapakan (KTD) di RS
• Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
kejadian tidak diharapkan.
3. Standar Patient Safety.
Standar keselamatan pasien (patient safety) untuk pelayanan instalasi rawat inap ibu dan anak:
1. Ketepatan Identitas pasien
26
BAB
1. Pengertiam
Keselamatan kerja merupakan şuanı sistem dimana rumah sakit membuat kerja
/ aktifitas karyawan lebih aman. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya
cedera yang disebabkan oleh kesalahan pribadi ataupun rumah sakit.
2. Tujuan.
a. Terciptanya budaya keselamatan kerja di RS. RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK ST.
YUSUF.
b. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
c. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses
kerjanya.
d. Menyesuaikan dan menyempumakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya
kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.
27
BAB
Definisi Kejadian kematian ibu persalinan karena sepsis adalah jumlah kematian ibu
Operasional melahirkan yang di sebabkan sepsis. Sepsis yang dimaksud adalah tanda tanda
sepsis yang terjadi akibat aborsi, persalinan dan nifas yang tidak di tangani
dengan tepat oleh tenaga kesehatan.
28
BAB
Defmişi
Operasional
Kejadian kematian ibu persalinan karena perdarahan adalah jumlah kematian
İbu melahirkan yang di sebabkan perdarahan. Perdarahan yang dimaksud
adalah pcrdarahan yang terjadi pada saat kehamilan skala persalinan dan nifas.
29
Judul Indikator
Kejadian kematian ibu persalinan karena Pre eklampsia/eklampsia
30
Periode Analisa 3 Bulan
Sumber Data Rekam Medik
Standar
MUTU PERINATOLOGI
Judul Indikator Perawatan metode kamguru (PMK) pada bayi baru Iahir
Definisi Merupakan perawatan untuk bayi berat Iahir rendah atau Iahiran
Operasional prematur dengan melakukan kontak langsung antara kulit bayi dengan
kulit ibu atau skin ti skin contact, dimana ibu menggunakan suhu
tubuhnya untuk menghangatkan bayi, metode perawatan ini juga terbukti
mempermudah pemberian ASI
31
Sumber Data Rekam Medik
Standar 1000/0
Defmişi Pemberian Air susu ibu saja kepada bayi umr 0-6 bulan tanpa diberikan
Operasional makanan ata minuman tambahan selain obat untuk terapi ( pengobatan
penyakit) selama masa rawat İnap
32
Judul Indikator inisiasi Menyusi Dini ( IMD) pada bayi baru Iahir
Definisi inisiaasi Menyusu Dini adalah bayi baru lahir diberi kesempatan untuk
Operasional memulai atau inisiasi sendiri segera setelah lahir dengan membiarkan
kontak kulit bayi dan ibu setidaknya satu jam atau sampai menyusu
pertama selesai.
Kriteria Ekslusi bayi baru Iahir dengan permsalahan keehatan seperti BBLR, Asfiksia,
Hidrocephalus, labio palato skisis, omvalokel/tidak ada dinding perut,
bayi lahir dengan secsio secaria
Numerator Jumlah kejadian tidak dilakukan inisiasi Menyusi Dini ( IMD) pada bayi
baru Iahir dalam sat bulan
Denumenator jumlah bayi lahir sehat dalam satu bulan
Formula Pen Numerator dan denumerator X 100%.
Frekuensi Bulanan
Pengumpulan Data
Periode Analisa 3 Bulan
Sumber Data Rekam Medik
Standar 100%
33
BAB IX PENUTUP
Perawatan perinatal tidak dapat dipisahkan dengan riwayat kehamilan seorang ibu, sedangkan
angka kematian maternal sendiri masih sangat tinggi yang banyak disebabkan karena perdarahan , infeksi
dan hipertensi. Oleh sebab itu peningkatan kualitas dari pelayanan obstetric dari pusat rujukan adalah
sangat penting. RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK ST. YUSUF sebagai tempat pelayanan yang terkait
secara khusus dalam pelayanan perinatal resiko tinggi berperan juga untuk meningkatkan kualitas
pelayanannya dalam keikutsertaan untuk menurunkan angka kematian maternal neonatal.
Telah disusun suatu Pedoman Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif sebagai
acuan untuk melaksanakan dan mengelola pelayanan kesehatan maternal neonatal di ruang lingkup
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK ST. YUSUF.
34