Anda di halaman 1dari 31

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK

NORFA HUSADA
Jln. Mayor Ali Rasyid No. 17 ABCD Telp : (0762) 21600 – Fax : (0762) 21672 HP.
082248513243
BANGKINANG
KEPUTUSAN DIREKTUR RSIA NORFA HUSADA
Nomor : NH-ADM/SEK/SK/V/2020/____

TENTANG

PEDOMAN PELAYANAN PONEK


RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK NORFA HUSADA

DENGAN MEMOHON TAUFIK DAN HIDAYAH


ALLAH YANG MAHA KUASA

DIREKTUR RSIA NORFA HUSADA,


Menimbang : a. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit Ibu dan Anak
Norfa Husada , maka diperlukan Pedoman Pelayanan PONEK bahwa agar
pelayanan di RSIA Norfa Husada dapat terlaksana dengan baik, perlu adanya
keputusan Direktur tentang Pemberlakuan Pedoman PONEK;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam a dan b, perlu
ditetapkan dengan Keputusan Direktur Rumah Sakit Ibu dan Anak Norfa Husada.
Mengingat 1. Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara RI
Tahun 200 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 5063);
2. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara
RI Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 5072);
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2014 tentang
Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit;
4. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 1051/ Menkes/ SK/ XI/ 2008
tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi
Komprehensif (PONEK) 24 jam;
5. Akta Pendirian PT. Bumi Damai Mandiri oleh Notaris PPATK Neni Sanitra, SH
Nomor 25 tanggal 19 Februari 2008; dan
6. Akta Pendirian PT. Bumi Damai Mandiri Terbaru oleh Notaris PPATK Neni Sanitra,
SH Nomor 20, 21, 22 tanggal 18 Februari 2016.
MEMUTUSKAN :
Kesatu Keputusan Direktur RSIA Norfa Husada tentang tentang pemberlakuan Buku
Pedoman Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) RSIA
Norfa Husada Edisi 2018;
Kedua Keputusan penggunaan Pedoman Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi
Komprehensif (PONEK) RSIA Norfa Husada Edisi 2018 sebagaimana tercantum
dalam lampiran keputusan ini;
Ketiga Menginstruksikan kepada segenap pegawai RSIA Norfa Husada untuk mengikuti
kebijakan Pedoman Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif
(PONEK) Rumah Sakit Ibu dan Anak Norfa Husada Edisi 2018 dalam pelayanan;
Keempat Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila dikemudian hari
ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan diadakan perbaikan
sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Bangkinang
Pada Tanggal : 2020
DIREKTUR RSIA NORFA HUSADA

dr. Ratih Sari Putri,Sp.OG


NH-D.19820928.2.1
Lampiran: Peraturan Direktur RSIA Norfa
Nomor : NH-ADM/SEK/SK/V/2020/____
Tanggal : 2020

PEDOMAN PELAYANAN PONEK


RSIA NORFA HUSADA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) yang menjadi indikator kualitas
kesehatan masyarakat di suatu negara,masih tergolong tinggi di Indonesia yaitu AKI:307/100.000 KH
(SDKI 2002/2003) dan AKB : 35/10000 KH (SDKI 2002/2003).
Angka Kematian Ibu di Indonesia masih menempati peringkat teratas diantara negara-negara
Asia Tenggara.Penyebab kematian ibu terbanyak adalah perdarahan 28%,Eklampsia 24%,Infeksi
11%,partus macet/lama 8% dan aborsi 5% (SKRT2001).
Di dalam Angka Kematian Bayi tercakup Angka Kematian Perinatal,dimana kematian karena
gangguan perinatal menurut Survey Kesehatan Rumah Tangga 1986 adalah 42,3% dari kematian
bayi pada usia 0-1 bulan.Mengingat kematian bayi khususnya dalam periode perinatal berkaitan erat
dengan kesehatan ibu dimana AKI masih tinggi maka betapa pentingnya pelayanan Maternal dan
Perinatal sebagai kegiatan integrative di Rumah Sakit untuk terus ditingkatkan dalam upaya
menurunkan AKI dan AKB.
Penyebab kematian pada masa prenatal/neonatal pada umumnya berkaitan dengan kesehatan
ibu selama kehamilan,kesehatan janin selama didalam kandungan dan proses pertolongan persalinan
yang bermasalah.
Komplikasi obstetric tidak selalu dapat diramalkan sebelumnya dan mungkin saja terjadi pada
ibu hamil yang diidentifikasi normal. Oleh karena itu perlu strategi penurunan kematian/kesakitan
maternal perinatal dengan meningkatkan kualitas pelayanan serta kualitas dan kuantitas sumber daya
manusia dengan pembekalan pelatihan secara berkala. Pelayanan obstetri dan neonatal regional
merupakan upaya penyediaan pelayanan bagi ibu dan bayi baru lahir secara terpadu dalam
bentuk Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) di Rumah Sakit dan
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Dasar (PONED) di tingkat Puskes

1
Rumah Sakit PONEK 24 Jam merupakan bagian dari sistem rujukan dalam pelayanan
kedaruratan dalam maternal dan neonatal, yang sangat berperan dalam menurunkan angka kematian
ibu dan bayi baru lahir. Kunci keberhasilan PONEK adalah ketersediaan tenaga kesehatan yang sesuai
kompetensi, prasarana,sarana dan manajemen yang handal.
Untuk mencapai kompetensi dalam bidang tertentu, tenaga kesehatan memerlukan pelatihan-
pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perubahan perilaku dalam pelayanan
kepada pasien.

B. Tujuan Pedoman
1. Umum
Meningkatkan Pelayanan Maternal dan Perinatal yang bermutu dalam upaya penurunan Angka
Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi di Indonesia
2. Khusus
a. Terlaksananya manajemen pelayanan maternal dan perinatal dari aspek administrasi &
manajemen,kompetensi SDM, fasilitas dan sarana serta prosedur pelayanan di RS
b. Terlaksananya system rujukan pelayanan maternal dan perinatal
c. Pembinaan dan pengawasan pelayanan maternal dan perinatal di RS

C. Ruang Lingkup Pelayanan


1. Stabilisasi di UGD dan persiapan untuk pengobatan definitif.
2. Penanganan kasus gawat darurat oleh tim PONEK RS di ruang tindakan.
3. Penanganan operatif cepat dan tepat meliputi laparotomi, dan sectio caesaria.
4. Perawatan intensif ibu dan bayi.
5. Pelayanan Asuhan Ante Natal RisikoTinggi

D. Batasan Operasional
1. PONEK merupakan singkatan dari Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif
Regionalisasi Pelayanan Obstetri dan Neonatal adalah suatu sistem pembagian wilayah kerja rumah
sakit dengan cakupan area pelayanan yang dapat dijangkau oleh masyarakat dalam waktu
kurang dari 1 jam, agar dapat memberikan tindakan darurat sesuai standar. Regionalisasi
menjamin agar sistem rujukan kesehatan berjalan secara optimal.
2. Rujukan adalah pelimpahan tanggung jawab timbal balik dua arah dari sarana pelayanan primer
kepada sarana kesehatan sekunder dan tersier.
3. Rumah Sakit PONEK 24 Jam adalah Rumah sakit yang menyelenggarakan pelayanan kedaruratan
maternal dan neonatal secara komprehensif dan terintegrasi 24 jam.
4. Periode Perinatal adalah jangka waktu dari masa kehamilan 22 minggu sampai 7 hari setelah lahir.
Sebagai batasan operasional periode perinatal dimulai pada usia kehamilan 28 minggu hingga bayi

2
baru lahir usia 0-7hari.
5. Perinatologi adalah ilmu yang mempelajari tumbuh kembang manusia sejak masa konsepsi hingga 1
bulan setelah kelahiran, sehat, utuh, serta sanggup berkembang secara optimal sehingga tercipta
generasi masa depan yang berkualitas.
4. Kematian Perinatal adalah kematian yang terjadi pada janin dalam kandungan usia 28 minggu sampai
bayi baru lahir usia 0-7 hari.
5. Kematian Maternal adalah kematian yang terjadi pada ibu hamil, ibu bersalin, sampai masa nifas (42
hari setelah melahirkan) tidak memandang usia dan letak kehamilan, disebabkan atau berhubungan
dengan kehamilan atau penanganannya tetapi bukan disebabkan kecelakaan.

E. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang RumahSakit.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
3. Peraturan Pemerintah No 32 tahun 1996 tentang TenagaKesehatan.
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor. 340/Menkes/PER/III/2010 Tentang
Klasifikasi RumahSakit.
5. Kepmenkes. RI No. 1045/Menkes/Per/ XI/2006 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit di
Lingkungan Departemen Kesehatan.
6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1051/MENKES/SK/XI/2008 Tentang
Pedoman Penyelenggaraan / Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) 24 Jam
Di RumahSakit.
7. Keputusan Menteri Kesehatan No. 129 Tahun 2008 Tentang Standar Pelayanan Minimal RumahSakit.
8. Pedoman Rumah Sakit Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) 24 Jam
Direktorat Jendreral Bina Pelayanan Medik Departemen Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2007.

3
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Kualifikasi sumber daya manusia di Tim PONEK adalah :
KUALIFIKASI
NAMA JABATAN
FORMAL NON FORMAL

Ketua Tim PONEK Dokter spesialis Kebidanan Pelatihan PONEK


dan Penyakit Kandungan

Ka.Instalasi IGD Pendidikan dokter Pelatihan PONEK

KaRu Poli Kebidanan DIII Kebidanan Pelatihan PONEK

KaRu bersalin dan nifas DIII Kebidanan Pelatihan PONEK

KaRu Perinatologi DIII Kebidanan Pelatihan PONEK

B. Distribusi Ketenagaan
Pelayanan PONEK dipimpin oleh dokter dan staf yang terdiri dari tenaga medis, tenaga keperawatan yang
berkualitas untuk menjamin dilaksanakannya pelayanan yang telah ditentukan, yang dapat dijabarkan
sebagaiberikut:
1. Ketua Tim PONEK adalah spesialis kebidanan dan penyakit kandungan yang terlatih
2. Ka.Instal IGD adalah dokter umum yang bertugas di IGD
3. KaRu Poli kebidanan adalah lulusan DIII Kebidanan, masa kerja minimal 3 tahun
4. KaRu bersalin dan nifas adalah lulusan DIII Kebidanan, masa kerja minimal 3 tahun.
5. KaRu Pelayanan Perinatologi adalah lulusan DIII Kebidanan masa kerja minimal 3 tahun

4
C. Pengaturan Jaga
1. Dokter spesialis kebidanan dan kandungan siap 24 jam menangani kasus maternal (terjadwal).
2. Dokter spesialis anak siap 24 jam menangani kasus neonatal dan pediatric (terjadwal).
3. Dalam pengaturan jaga pelaksana (dokter, bidan, perawat, radiographer, analis) pelayanan PONEK
terbagi 3 shift :
a. Dinas Pagi : 08.00-14.00
b. Dinas Siang : 14.00-20.30
c. Dinas Malam : 20.30-08.00

5
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruangan

Ruangan yang berhubungan dengan pelayanan obstetric neonatal emergency komprehensif Ruang
bersalin

Tempat
Ruang Tindakan Loker
W WC
Petugas
Resusitas C Petuga
i Bayi Ps s
Ruang Observasi
TT 1
TT 1
TT 2
TT2

TT 3
Midwife Station TT 3

B. Standar Fasilitas
1. Kriteria Umum Rumah Sakit PONEK
a. Ada dokter jaga yang terlatih di IGD untuk mengatasi kasus emergency baik secara umum
maupun emergency obstetrik neonates.
b. Dokter, bidan dan perawat telah mengikuti pelatihan tim PONEK di rumah sakit meliputi
resusitasi neonatus, kegawat-daruratan obstetrik dan neonatus.
c. Mempunyai Standar Operating Prosedur penerimaan dan penanganan pasien kegawat-
daruratan obstetrik danneonatus.
d. Kebijakan tidak ada uang muka bagi pasien kegawat-daruratan obstetrik dan neonatus.
e. Mempunyai standar respon time di IGD selama 10 menit, di kamar bersalin kurang dari 30
menit, pelayanan darah kurang dari 1jam.
f. Tersedia kamar operasi yang siap (siaga 24 jam) untuk melakukan operasi, bila ada kasus
emergency obstetrik atauumum.
g. Tersedia kamar bersalin yang mampu menyiapkan operasi dalam waktu kurang dari 30 menit.
h. Memiliki kru/petugas yang siap melakukan operasi atau melaksanakan tugas sewaktu-waktu,

6
meskipun oncall.
i. Adanya dukungan semua pihak dalam tim pelayanan PONEK, antara lain dokter kebidanan,
dokter anak, dokter/petugas anestesi, dokter penyakit dalam, dokter spesialis lain serta dokter
umum, bidan dan perawat.
j. Tersedia pelayanan darah yang siap 24 jam.
k. Tersedia pelayanan penunjang lain yang berperan dalam PONEK, seperti laboratorium dan
radiologi selama 24 jam, recovery room 24 jam, obat dan alat penunjang yang selalu siap
tersedia.
l. Perlengkapan
m. semua perlengkapan harus bersih (bebas, debu, kotoran, bercak, cairan, dll)
n. permukaan metal harus bebas karat atau bercak
o. semua perlengkapan harus kokoh (tidak ada bagian yang longgar atau tidak stabil)
p. permukaan yang dicat harus utuh dan bebas dari goresan besar
q. roda perlengkapan (jika ada) harus lengkap dan berfungsi baik
r. instrumen yang siap digunakan harusdisterilisasi
s. semua perlengkapan listrik harus berfungsi baik (saklar, kabel dan steker menempel kokoh)
t. Bahan. Semua bahan harus berkualitas tinggi dan jumlahnya cukup untuk memenuhi
kebutuhan unit ini.

2. KriteriaKhusus
a. Prasarana dan sarana. Dalam rangka Program Menjaga Mutu pada penyelenggaraan PONEK
diperlukan:
- Ruang rawat inap yang leluasa dan nyaman
- Ruang tindakan gawat darurat dengan instrumen dan bahan yang lengkap.
- Ruang pulih / observasi pasca tindakan.
- Protokol pelaksanaan dan uraian tugas pelayanan termasuk koordinasi internal
b. Kriteria umum ruangan:
1. Sruktur Fisik
- Lantai dari porselin atau plastik
- Dinding di cat dengan bahan yang bias di cuci
2. Kebersihan
- Cat dan lantai berwarna terang sehingga kotoran dapat terlihat dengan mudah.
- Ruang bersih dan bebas debu, kotoran, sampah atau limbah rumah sakit.
- Hal tersebut berlaku pula untuk lantai, mebel, perlengkapan, instrumen, pintu,
jendela, dinding, steker listrik dan langit-langit.

7
3. Pencahayaan
- Pencahayaan terang dari cahaya alami atau listrik.
- Semua jendela diberi kawat nyamuk agar serangga tidak masuk.
- Listrik berfungsi baik, kabel dan steker tidak membahayakan dan semua lampu
berfungsi baik dan kokoh.
- Tersedia peralatan gawat darurat.
- Ada cukup lampu untuk setiap neonates
4. Ventilasi
- Ventilasi, termasuk jendela cukup jika dibandingkan dengan ukuran ruang.
- Kipas angin atau pendingin ruang harus berfungsi baik.
- Suhu ruangan harus dijaga 24-26ºC.
- Pendingin ruang harus dilengkapi filter (sebaiknya anti bakteri).
5. Pencucian tangan
- Wastafel harus dilengkapi dengan dispenser sabun atau desinfektan yang
dikendalikan dengan siku atau kaki.
- Wastafel, kran dan dispenser harus dipasang pada ketinggian yang sesuai (dari
lantai dan dinding).
- Tidak boleh ada saluran pembuangan air yangterbuka.
- Pasokan air panas harus cukup dan dilengkapi pemanas air yang dipasang kokoh di
dinding, pipa ledeng sesuai dan tidak ada kawat terbuka.
- Harus ada handuk (kain bersih) atau tisu untuk mengeringkan tangan, diletakkan di
sebelah wastafel.
c. Kriteria khusus ruangan
1. Area cuci tangan di ruang obstetrik dan neonatus
Di ruang dengan lebih dari satu tempat tidur, jarak tempat tidur adalah 6 meter dengan
wastafel.
2. Area resusitasi dan stabilisasi di Ruang Obstetri dan Neonatus/IGD
- Paling kecil, ruangan berukuran 6 meter dan ada di dalam Unit Perawatan Khusus
- Kamar PONEK di unit gawat darurat harus terpisah dari kamar gawat darurat lain.Sifat
privasi ini penting untuk kebutuhan ibu bersalin dan bayi.
- Tujuan kamar ini ialah: memberikan pelayanan darurat untuk stabilisasi kondisi pasien,
misalnya syok, henti jantung, hipotermi, asfiksia dan apabila perlu menolong darurat serta
resusitasi.
- Perlu dilengkapi dengan meja resusitasi bayi, dan inkubator.

8
- Kamar PONEK membutuhkan:
 lemari dan troli darurat
 tempat tidur bersalin serta tiang infus.
 Incubator transport
 Pemancar pemanas
 meja, kursi
 aliran udara bersih dan sejuk
 pencahayaan
 lampu sorot dan lampu darurat
 mesin isap
 defibrillator
 oksigen dan tabungnya atau berasal dari sumber dinding (outlet)
 lemari isi : perlengkapan persalinan, vakum, forceps, kuret,obat/infus
 alat resusitasi dewasa danbayi
 wastafel dengan air mengalir dan antiseptic
 alat komunikasi dan telepon ke kamar bersalin
 nurse station dan lemari rekam medik
 USG mobile
 Sarana pendukung, meliputi : toilet, kamar tunggu keluarga, kamr persiapan
peralatan (linen dan instrument), , kamar jaga, ruang sterilisator dan jalur ke
ruang bersalin/kamar operasi terletak saling berdekatan dan merupakan bagian
dari unit gawat darurat.

3. Ruangan Maternal.
a. Kamar Bersalin
i. Lokasi berdekatan dengan kamar operasi danIGD
ii. Luas minimal : 6 m² per orang. Berarti bagi 1 pasien, 1 penunggu dan 2 penolong
diperlukan 4x4m²=16m².
iii. Paling kecil, ruangan berukuran 12 m² (6 m² untuk masing- masing pasien).
iv. Harus ada tempat untuk isolasi ibu di tempat terpisah.
v. Tiap ibu bersalin harus punya privasi agar keluarga dapat hadir.
vi. Ruangan bersalin tidak boleh merupakan tempat lalu lalang orang.
vii. Minimal 2 kamar bersalin terdapat pada setiap rumah sakit umum.
viii. Kamar bersalin terletak sangat dekat dengan kamar neonatal, untuk memudahkan
transport bayi dengan komplikasi ke ruang rawat.
9
ix. Idealnya sebuah ruang bersalin merupakan unit ter- integrasi : kala1, kala2 dan
kala 3 yang berarti setiap pasien diperlakukan utuh sampai kala 4 bagi ibu
bersama bayinya secara privasi. Bila tidak memungkinkan, maka diperlukan dua
kamar kala 1 dan sebuah kamar kala2.
x. Kamar bersalin harus dekat dengan ruang jaga perawat (nurse station agar
memudahkan pengawasan ketat setelah pasien partus sebelum dibawa ke ruang
rawat (post partum). Selanjutnya bila diperlukan operasi, pasien akan dibawa ke
kamar operasi yang berdekatan dengan kamar bersalin.
xi. Harus ada kamar mandi-toilet berhubungan kamar bersalin
xii. Ruang post partum harus cukup luas,
xiii. Ruang tersebut terpisah dari fasilitas: toilet, kloset, lemari.
xiv. Pada ruang dengan banyak tempat tidur, jarak antar tempat tidur minimum 1 m s.d
2 m dan antara dinding 1m.
xv. Jumlah tempat tidur per ruangan maksimal 4.
xvi. Tiap ruangan harus mempunyai jendela sehingga cahaya dan udara cukup.
xvii. Harus ada fasilitas untuk cuci tangan pada tiap ruangan.
xviii. Tiap pasien harus punya akses ke kamar mandi privasi (tanpa kekoridor)
xix. Ruang perawat (nurse station) berisi meja, telepon, lemari berisi perlengkapan
darurat atau obat.

b. Pojok Laktasi
Terdapat ruangan yang berisi meja, kursi

c. Ruang Operasi
- Instalasi kamar operasi diperlukan untuk tindakan operasi seksio sesaria dan
laparatomi.
- Disediakan unit komunikasi dengan kamar bersalin. Di dalam kamar operasi tersedia:
pemancar panas dan perlengkapan resusitasi dewasa danbayi.
- Kamar pulih ialah ruangan bagi pasien pasca bedah berisi: meja, kursi, perawat,
lemari obat, mesin pemantau tensi/nadi oksigen dan sebagainya, tempat rekam medic,
trolidarurat.
- Pengawasan langsung dari meja perawat ke tempat pasien.
- Fasilitas pelayanan berikut untuk unit operasi:
1. Nurse station yang juga berfungsi sebagai tempat pengawas lalu lintas orang.
2. Ruang kerja kotor yang terpisah dari ruang kerja bersih ruang ini berfungsi
membereskan alat dan kain kotor, tempat cuci wastafel besar untuk cuci tangan
dan fasilitas air panas atau dingin, ada meja kerja dan kursi kursi,troli.
3. Saluran pembuangan kotoran atau cairan.
10
4. Ruang tunggu keluarga
5. Kamar sterilisasi yang berhubungan dengan kamar operasi.Ada autoklaf besar
berguna bila darurat.
6. Kamar obat berisi lemari dan meja untuk distribusi obat.
7. Ruang cuci tangan (scrub) sekurangnya untuk 2 orang terdapat di depan kamar
operasi atau kamar bersalin. Wastafel itu dirancang agar tidak membuat basah
lantai. Air cuci tangan haruslah steril.
8. Ruang kerja bersih . Ruang ini berisi meja dan lemari berisi linen, baju dan
perlengkapan opersi. Juga terdapat troli pembawa linen.
9. Kamar ganti

4. Ruangan penunjang harus disediakan seperti:


a Ruang perawat / bidan
b Kantor perawat
c Ruang rekam medic
d Toilet staf
e Ruang stafmedic
f Ruang lokerstaf / perawat
g Ruang rapat / konferensi
h Ruang keluarga pasien
i Ruang cuci
j Ruang persiapan diperlukan bila ada kegiatan persiapan alat / bahan
k Gudang peralatan
l Ruang linen bersih
5. Unit tranfusi darah (Bank Darah) 24 jam
6. Laboratorium 24 jam
7. Radiologi

11
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Pelayanan Rawat Jalan


Tata Laksana pelayanan perinatal resiko tinggi dalam ruang lingkup pelayanan rawat jalan
terkait dengan kegiatan terprogram dari instalasi rawat jalan yaitu dalam pelayanan di Poli
Kebidanan dan Kandungan. Poliklinik Anak yang terjadwal setiap hari kerja Senin sampai dengan
Kamis jam12.00 sampai dengan jam13.00.
Kegiatan Pelayanan Rawat Jalan adalah:
1. Poli klinik Anak
a. Imunisasi
Layanan imunisasi di poliklinik anak meliputi program imunisasi
Wajib dan imunisasi yang dianjurkan. Pemeriksaan rutin bayi baru lahir dan perawatan tali
pusat.
Pemeriksaan rutin bayi baru lahir dilakukan setiap hari kerja pukul 07.00 sampai dengan
14.00 WIB oleh dokter spesialis anak meliputi penimbangan berat badan, pemeriksaan
kondisi umum dan fisik, pemantauan pemberian ASI dan kemampuan minum bayi.
Pada saat perawatan tali pusat, dilakukan juga pemeriksaan tanda-tanda adanya infeksi tali
pusat, serta edukasi mengenai cara perawatan tali pusat yang benar kepada orangtua.
Dalam pemantauan pada bayi kurang bulan dilakukan pemantauan secara berkala terhadap
pertumbuhan dan perkembangan apakah sudah dapat tumbuh kejar pada kronologis
pertumbuhannya, komplikasi atau gangguan perkembangan yang mungkinterjadi.

12
b. Poliklinik Kebidanan dan Kandungan.
- Pelayanan pasien di poliklinik kebidanan dan kandungan dilakukan oleh dokter spesialis
kebidanan dan kandungan setiap hari kerja 07.30 sampai dengan 14.00 meliputi:
• Perawatan masa hamil yang meliputi kondisi kandungan.Pada kasus tertentu
dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium dan USG.
• Perawatan masa nifas bagi ibu post partum, meliputi pencatatan keluhan,
pemeriksaan fisik, perawatan luka episiotomi atau luka post operasi.
• Dalam pelayanan pasien di poliklinik ini dilakukan juga deteksi dini kehamilan
yang mempunyai resiko tinggi serta penatalaksanaannya bahkan pencegahan
komplikasi lebih lanjut dengan intervensi pengobatan yang diperlukan, dilakukan
pencatatan serta perencanaan dalam proses persalinan untuk resiko tinggi.
- Pelayanan KB.
• sasaran : setiap pasangan suami istri usia produktif, untuk mengatur kehamilan
• jenis pelayanan kontrasepsi : IUD, pil KB, implan atau susuk, suntik, kondom.
- Kandungan.
• Pelayanan pemeriksaan wanita dengan gangguan ginekologis , misalnya mioma ,
kista uter

13
B. Pelayanan Rawat Inap.
Berbagai klasifikasi kasus yang dapat menjadi bagian dalam pelayanan perinatal resiko
tinggi adalah:
Kasus terkait dengan kehamilan ibu:
1. Kehamilan normal
2. Pelayanan Kesehatan Maternal dengan masalah yaitu:
 syok
 perdarahan pada kehamilan muda
 perdarahan pada kehamilan lanjut dan persalinan
 perdarahan pasca persalinan
 nyeri kepala, gangguan penglihatan, kejang dan ataukoma tekanan darah tinggi
 persalinan lama
 malpresentasi dan malposisi
 demam dalam kehamilan dan persalinan
 demam pasca persalinan
 nyeri perut pada kehamilan muda, pada kehamilan lanjut dan persalinan
 gerak janin tidak dirasakan
 ketuban pecah dini
 gawat janin dalam persalinan

14
a. Neonatus normal
b. Neonatus bermasalah:
- Asfiksia neonatorum
- Tetanus neonatorum
- sepsis
- trauma lahir
- sindroma gangguan pernapasan
- bayi berat lahir rendah
- kelainan kongenital

15
BAB V
LOGISTIK

A. Perencanaan Pengadaan Peralatan


1. Kepala Bagian Keperawatan mengirimkan surat beserta blangko perencanaan pengadaan
peralatan ke seluruh bagian keperawatan dan kebidanan setiap akhir tahun.
2. Kepala unit masing-masing membuat daftar nama barang / alat dengan spesifikasi dan
jumlah yang akan dibutuhkan untuk keperluan dibagiannya beserta alasan berdasarkan
pedoman penghitungan kebutuhan alat :
a. Frekwensi penggunaan alat
b. BOR ( Bed Occupancy Rate )
c. TOI ( Turn Over Interval )
d. Pola penyakit dan jenis pelayanan
e. Standar peralatan
3. Kepala bagian mengirimkan blanko perencanaan pengadaan peralatan yang telah diisi dan
ditandatangani Kepala Bagian Keperawatan.
4. Tim Pembelian fasilitas dan peralatan merekapitulasi laporan perencanaan pengadaan
peralatan dari seluruh bagian
5. Tim Pembelian fasilitas dan peralatan menyerahkan hasil rekapitulasi perencanaan dan
pengadaan peralatan ke Kepala Bagian Keperawatan.
6. Kepala Bagian Keperawatan bersama Tim Pembelian fasilitas dan peralatan membuat
prioritas perencanaan pengadaan peralatan tertentu di masing-masing ruang keperawatan
dan kebidanan yang harus segera dipenuhi.
7. Kepala Bagian Keperawatan mengajukan surat permohonan perencanaan pengadaan alat
berdasarkan prioritas yang telah dibuat ke Direktur dan tim pembelian alat.

B. Tatalaksana Pengadaan Peralatan


1. Direktur dan tim pembelian alat mengadakan pertemuan bersama Kepala Bagian Keperawatan
dan Tim Pembelian fasilitas dan peralatan.
2. Setelah permohonan perencanaan pengadaan alat disetujui maka tim pembelian alat akan
memesan barang melalui logistik rumah sakit.
3. Jika biaya pembelian alat diluar anggaran belanja Rumah Sakit maka tim pembelian alat
mengajukan proposal.
4. Bagian logistik Rumah Sakit memberitahu kepala Bagian Keperawatan untuk mengambil peralatan
yang dipesan setelah peralatan yang dipesan telah datang.

16
5. Tim Pembelian fasilitas dan peralatan menerima dan menginventaris peralatan yang datang,
meliputi :
a. Jumlah
b. Jenis
c. Spesifikasi
d. Uji fungsi
6. Tim Pembelian fasilitas dan peralatan memberitahu Kepala bagian yang bersangkutan secara
tertulis bahwa peralatan yang dipesan bisa diambil.
7. Untuk peralatan tertentu, Tim Pembelian fasilitas dan peralatan bekerjasama dengan produsen
alat tersebut mengadakan pelatihan cara penggunaan alat sebelum alat tersebut dikirim ke bagian
yang menggunakan.

C. Tatalaksana Penggunaan Alat


1. Setiap ruang keperawatan dan kebidanan mempunyai SPO penggunaan alat.
2. Penggunaan alat dilaksanakan oleh petugas sesuai dengan SPO penggunaan alat.
3. Untuk alat-alat tertentu / khusus yang memerlukan kalibrasi harus ada catatan frekwensi
penggunaan alat secara teratur dan berkala oleh petugas yang melaksanakan.
4. Penggunaan alat tertentu / khusus harus dilakukan oleh tenaga terlatih.

D. Tatalaksana Pemeliharaan Alat


1. Setiap ruang keperawatan dan kebidanan mempunyai SPO pemeliharaanalat.
2. Pemeliharaan alat dilaksanakan oleh petugas sesuai dengan SPO pemeliharaan alat.
3. Ruang keperawatan dan kebidanan berkoordinasi dengan bagian pemeliharaan untuk
mengupayakan perbaikan segera tehadap alat yang rusak.

E. Tatalaksana Evaluasi Fasilitas


1. Ruang keperawatan dan kebidanan berkoordinasi dengan bagian pemeliharaan alat
elektromedis dalam mengupayakan kalibrasi alat secara rutin.
2. Pemeliharaan alat tertentu / khusus harus dilakukan oleh tenaga terlatih.
3. Petugas logistik dan tim peralatan ruangan menginventarisasi peralatan diruangannya setiap
akhir bulan.
4. Petugas logistik dan tim peralatan ruangan mengevaluasi peralatan yang ada diruangannya
berdasarkan sebab-sebab kerusakan peralatan yang ditemukan, antara lain :
a. Apakah kwalitas barang yang digunakan kurang baik
b. Apakah kwantitas barang yang ada diruangan tidak sesuai dengan frekwensi
penggunaanalat.
c. Apakah penggunaan dan pemeliharaan preventif tidak dilaksanakan sesuai prosedur.
17
5. Petugas logistik dan tim peralatan ruangan melaporkan ke kepala bagian apabila ditemukan
peralatan yang rusak atau sudah tidak layak pakai.
6. Petugas logistik dan tim peralatan ruangan berwenang mengajukan usulan kepada kepala bagian
mengenai jenis dan jumlah fasilitas dan peralatan yang digunakan oleh ruangan sesuai standar
dan prosedur yang berlaku.
F. Tatalaksana Permintaan Stensilan
1. Petugas membuat daftar nama barang/alat di blangko permintaan barang yang akan diminta ke
bagian logistik rangkap 3 ( tiga).
2. Petugas meminta persetujuan kepada kepala bagian untuk disetujui dan ditanda tangani.
3. Petugas mengirim daftar nama barang yang diminta ke bagian logistik untuk disetujui oleh kepala
bagian gudang.
4. Petugas mengambil barang yang diminta ke bagian gudang.
5. Petugas mengecek nama barang dan jumlah barang yang diterima.
6. Petugas menandatangani bon tanda terima dan penyerahan barang yang disediakan bagian
logistik.

G. Tatalaksana Permintaan Barang Rutin Ke Gudang Logistik


1. Petugas membuat daftar nama barang / alat dengan spesifikasinya dan jumlah yang akan diminta
ke bagian logistik dengan blangko permintaan rutin.
2. Petugas menyerahkan daftar nama barang yang akan diminta / dibutuhkan kepada Kepala Seksi
Rawat Inap / kalau perlu ke Kepala Bagian Keperawatan rangkap 2 ( dua ) untuk disetujui dan
ditandatangani.
3. Petugas mengirim daftar nama barang / alat yang akan diminta ke bagian logistik untuk diproses,
setelah disetujui oleh kepala bagian yang berwenang,
4. Petugas mengambil barang yang diminta / dibutuhkan ke bagian gudang rumah tangga setelah
ada pemberitahuan dari bagian logistik bahwa barang yang diminta / dibutuhkan dapat diambil.
5. Petugas mengecek nama barang dan jumlah barang.
6. Petugas menandatangani bon tanda terima dan penyerahan barang yang disediakan bagian
logistik rumah tangga.
7. Petugas melakukan inventarisasi di ruangan.

H. Tatalaksana Permintaan Barang Stok Tidak Rutin Ke Gudang Logistik


1. Petugas membuat daftar nama barang / alat dengan spesifikasinya dan jumlah yang akan diminta
ke bagian logistik dengan blangko permintaan tidak rutin.
2. Untuk barang yang jarang dipakai di bagian, agar ditanyakan dahulu kebagian gudang, ada stock
atau tidak.
3. Petugas menyerahkan daftar nama barang yang akan diminta / dibutuhkan kepada Kepala Seksi
Rawat Inap untuk disetujui dan ditanda tangani.
18
4. Petugas mengirim daftar nama barang yang diminta / dibutuhkan ke bagian logistik untuk disetujui
oleh kepala bagian gudang .
5. Petugas mengambil barang yang diminta / dibutuhkan ke bagian gudang rumah tangga.
6. Petugas mengecek nama barang dan jumlah barang yang diterima.
7. Petugas menandatangani bon tanda terima dan penyerahan barang yang disediakan bagian
logistik rumah tangga.
8. Petugas melakukan inventarisasi di ruangan.

I. Tatalaksana Permintaan Alat Tenun


1. Petugas mengisi bon permintaan alat tenun yang telah ditandatangani oleh Kepala Seksi
Rawat Inap/Kepala Bagian Keperawatan.
2. Petugas menyerahkan bon permintaan ke kepala bagian kamar jahit.
3. Petugas kamar jahit menyeleksi alat-alat tenun yang harus dipenuhi dahulu.
4. Petugas kamar jahit menghubungi kepala bagian yang bersangkutan untuk mengambil alat
tenun yang telah ada.
5. Petugas mengambil alat tenun di kamar jahit.
6. Petugas menandatangani bon permintaan alat tenun oleh kepala bagian ruangan /
petugas.

J. Tatalaksana Perbaikan Barang/Alat Rusak


1. Petugas membuat surat permintaan service rangkap 2 disertai dengan data kerusakannya.
2. Petugas menyerahkan kepada Kepala Pelaksana Harian di ruangan untuk ditanda tangani.
3. Petugas mengantar surat permintaan service sesuai dengan barang, jika alat elektromedik surat
permintaan service diantar ke ATEM untuk alat yang non elektromedik ke bagian Instalasi
Pemeliharaan Sarana rumah Sakit.

19
BAB V
KESELAMATAN PASIEN

A. Definisi.
Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu system dimana rumah sakit membuat
asuhan pasien lebihaman.

B. Tujuan.
- Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumahsakit
- Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
- Menurunnya kejadian tidak diharapakan (KTD) diRS
- Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian
tidak diharapkan

C. Standar Patient Safety.


Standar keselamatan pasien (patient safety) untuk pelayanan instalasi rawat inap ibu dan anak:
1. Ketepatan Identitas
Target 100%.Label identitas tidak tepat apabila: tidak terpasang, salah pasang, salah
penulisan nama,salah penulisan gelar (Tn/Ny/An), salah jenis kelamin, salah alamat.
2. Terpasang gelang identitas pasien rawat inap.
Target 100% pasien yang masuk ke rawat inap terpasang gelang identitas pasien.
3. Pelaksanaan SBAR
Target 100% konsul ke dokter via telpon menggunakan metode SBAR.
4. Ketepatan penyampaian hasil pemeriksaan penunjang.
Target 100%.Yang dimaksud tidak tepat apabila: salah ketik hasil, mengetik terbalik dengan
hasil lain,hasil tidak terketik, salah identitas.
5. Ketepatan pemberianobat.
Target 100%.Yang dimaksud tidak tepat apabila: salah obat, salah jumlah, salah jenis, kurang
/ kelebihan dosis, salah rute pemberian, salah identitas pada etiket,salah pasien.
6. Ketepatan tranfusi
Target 100%.Yang dimaksud tidak tepat apabila: salah identitas pada permintaan, salah tulis
jenis produk darah, salah pasien.

20
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

A. Pengertian.
Keselamatan kerja merupakan suatu sistem dimana rumah sakit membuat kerja / aktifitas
karyawan lebih aman. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang
disebabkan oleh kesalahan pribadi ataupun rumah sakit.

B. Tujuan.
a. Terciptanya budaya keselamatan kerja di RSIA Norfa Husada
b. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses
kerjanya.
c. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya
kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

C. Tata Laksana Keselamatan Karyawan.


Setiap petugas medis maupun non medis menjalankan prinsip pencegahan infeksi, yaitu:
1. Menganggap bahwa pasien maupun dirinya sendiri dapat menularkan infeksi
2. Menggunakan alat pelindung (sarung tangan, kacamata, sepatu boot/alas kaki tertutup,
celemek, masker dll) terutama bila terdapat kontak dengan spesimen pasien yaitu: urin,
darah, muntah, sekret,dll
3. Melakukan perasat yang aman bagi petugas maupun pasien, sesuai prosedur yang ada,
mis: memasang kateter, menyuntik, menjahit luka, memasang infus,dll
4. Mencuci tangan dengan sabun antiseptik sebelum dan sesudah menangani pasien

21
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Persalinan Dan Perinatologi (Kecuali Rumah Sakit Khusus Di Luar Rumah Sakit Ibu Dan Anak)
1. Pemberi Pelayanan Persalinan Normal

Judul Pemberi Pelayanan Persalinan Normal

Dimensi mutu Kompetensi tehnis


Tujuan Tersedianya Pelayanan persalinan normal oleh tenaga yang kompeten
Definisi operasional Pemberi Pelayanan persalinan normal adalah dokter Sp.OG, dokter umum terlatih
(asuhan persalinan normal) dan bidan
Frekuensi 1bulan
pengumpulandata
Periode analisis 3bulan
Numerator Jenis tenaga yang memberikan persalinan normal
Denominator Tidak ada
Sumber data Kepegawaian, SMF Kebidanan
Standar Dokter Sp.OG, Dokter umum, dan bidan
Penanggung jawab Kepala SMF Kebidanan

2. Pemberi Pelayanan Persalinan DenganPenyulit

Judul Pemberi Pelayanan Persalinan Dengan Penyulit

Dimensi mutu Kompetensitehnis


Tujuan Tersedianya Pelayanan persalinan dengan penyulit oleh tenaga yang kompeten

22
Definisi operasional Pemberi Pelayanan persalinan dengan penyulit adalah Tim PONEK yang terdiri dari
dokter Sp.OG, dengan dokter umum, bidan dan perawat yang terlatih)
Penyulit dalam persalinan antara lain meliputi partus lama, ketuban pecah dini,
kelainan letak janin, berat badan janin diperkirakan kurang dari 2500 gr, kelainan
panggul, perdarahan ante partum, eklampsia dan preeklampia berat, tali pusat
menumbung
Frekuensi 1bulan
pengumpulan data
Periode analisis 3bulan
Numerator Tersedianya tim dokter SpOG, dokter umum, bidan dan perawat terlatih
Denominator Tidak ada
Sumber data Kepegawaian, rekam medis, SMF Kebidanan
Standar Tersedia
Penanggung jawab Kepala SMF Kebidanan

3. Pemberi Pelayanan Persalinan Dengan Tindakan Operasi

Judul Pemberi Pelayanan Persalinan Dengan Tindakan Operasi

Dimensi mutu Kompeten sitehnis


Tujuan Tersedianya Pelayanan persalinan dengan tindakan operasi oleh tenaga yang
kompeten
Definisi operasional Pemberi Pelayanan persalinan dengan tindakan operasi adalah dokter Sp.OG,
dokter spesialis anak, dokter spesialis anastesi.
Frekuensi 1bulan
pengumpulan data
Periode analisis 3bulan
Numerator Jenis tenaga yang memberikan pertolongan persalinan dengan tindakan operatif
Denominator Tidak ada
Sumber data Kepegawaian, rekam medis, SMF Kebidanan
Standar Tim yang terdiri dari dokter Sp.OG, dokter spesialis anak, dokter spesialis
anastesi.

23
Penanggungjawab Kepala SMFKebidanan

4. Kemampuan Menangani BBLR 1500 Gr – 2500Gr

Judul Kemampuan Menangani BBLR 1500 Gr – 2500Gr

Dimen simutu Efektifitas dan keselamatan


Tujuan Tergambarnya kemampuan rumah sakit dalam menangani BBLR
Definisi operasional BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan 1500 gr – 2500gr

Frekuensi 1bulan
pengumpulan data
Periode analisis 3bulan
Numerator Jumlah BBLR 1500 gr – 2500 gr yang berhasil ditangani
Denominator Jumlah seluruh BBLR 1500 gr – 2500 gr yang ditangani
Sumber data Rekam medis
Standar 100 %
Penanggungjawab Komite medik/ komitemutu

5. Pertolongan Persalinan Normal

Judul Pertolongan persalinan normal

Dimensi mutu Efektifitas, keselamatan dan efisiensi


Tujuan Tergambarnya pertolongan persalinan di rumah sakit yang sesuai dengan indikasi
dan efisien
Definisi operasional Seksio cesaria adalah tindakan persalinan melalui pembedahan abdominal baik
elektif maupun emergensi.
Frekuensi 1bulan
pengumpulan data
Periode analisis 3bulan
Numerator Proses pertolongan persalinan normal
Denominator Tidak ada

24
Sumber data Rekam medis,observasi
Standar Sesuai dengan Asuhan Persalinan Normal(APN)
Penanggung jawab Ketua SMF Kebidanan

6. Pertolongan Persalinan Melalui Seksio Cesaria

Judul Pertolongan persalinan melalui seksio cesaria

Dimensi mutu Efektifitas, keselamatan dan efisiensi


Tujuan Tergambarnya pertolongan persalinan di rumah sakit yang sesuai dengan indikasi
dan efisien
Definisi operasional Seksio cesaria adalah tindakan persalinan melalui pembedahan abdominal baik
elektif maupun emergensi.
Frekuensi 1bulan
pengumpulan data
Periode analisis 3bulan
Numerator Jumlah persalinan dengan seksio cesaria dalam 1bulan
Denominator Jumlah seluruh persalinan dalam 1bulan
Sumber data Rekam medis
Standar ≤20%
Penanggungjawab Komite mutu

7. Pelayanan Kontrasepsi Mantap Yang Dilakukan Oleh Tenaga Kompeten

Judul Pelayanan kontrasepsi mantap yang dilakukan oleh tenaga kompeten

Dimensi mutu Kompetensi tehnis, keselamatan


Tujuan Tergambarnya profesionalisme dalam pelayanan kontrasepsi mantap
Definisi operasional Kontrasepsi mantap adalah vasektomi dan tubektomi. Tenaga yang kompeten
adalah dokter spesialis Kebidanan dan Kandungan, dokter spesialis bedah, dan
dokter umum yang terlatih.

25
Frekuensi 1bulan
pengumpulan data
Periode analisis 3bulan
Numerator Jumlah kumulatif peserta KB kontrasepsi mantap yang ditangani oleh tenaga yang
kompeten dalam satu bulan
Denominator Jumlah seluruh peserta KB kontrasepsi mantap dalam satu bulan
Sumber data Survei
Standar 100 %
Penanggung jawab Ketua komite mutu / tim mutu

8. Pelayanan Konseling Pada Akseptor KontrasepsiMantap

Judul Pelayanan konseling pada akseptor kontrasepsi mantap

Dimensi mutu Kompetensi tehnis,keselamatan


Tujuan Tergambarnya profesionalisme dalam pelayanan kontrasepsi mantap
Definisi operasional Kontrasepsi mantap adalah vasektomi dan tubektomi. Konseling dilakukan
minimal oleh tenaga bidan terlatih
Frekuensi 1bulan
pengumpulan data
Periode analisis 3bulan
Numerator Jumlah kumulatif peserta KB kontrasepsi mantap yang mendapat konseling oleh
tenaga bidan terlaih dalam satubulan
Denominator Jumlah seluruh peserta KB kontrasepsi mantap dalam satu bulan
Sumber data Survei
Standar 100 %
Penanggungjawab Ketua komite mutu / tim mutu

26
9. Kejadian Kematian Ibu Karena Persalinan

Judul Kejadian Kematian Ibu Karena Persalinan

Dimensi mutu Keselamatan


Tujuan Mengetahui mutu pelayanan rumah sakit terhadap pelayanan kasus persalinan

Definisi operasional Kematian ibu melahirkan yang disebabkan karena pendarahan, pre-eklamsia,
eklampsia, dansepsis.
Pendarahan adalah pendarahan yang terjadi pada saat kehamilan semua skala
persalinan dannifas.
Pre-eklampsia dan eklampsia mulai terjadi pada kehamilan tri mester kedua, pre-
eklampsia dan elampsia merupakan kumpulan dari dua dari tiga tanda, yaitu:
 Tekanan darah sistolik > 160 mmHg dan diastolik > 110mmHg
 Protein uria > 5 gr/24 jam 3+/4+ pada pemeriksaankualitatif
 Oedemtungkai
Eklampsia adalah tanda pre eklampsi yang disertai dengan kejang dan atau
penurunankesadaran.
Sepsis adalah tanda-tanda sepsis yang terjadi akibat penanganan aborsi, persalinan
dan nifas yang tidak ditangani dengan tepat oleh pasien atau penolong.
Frekuensi Tiap bulan
pengumpulan data
Periode analisis Tiap tiga bulan
Numerator Jumlah kematian pasien persalinan karena pendarahan, pre-
eklampsia / eklampsia, sepsis (masing-masing penyebab)
Denominator Jumlah pasien-pasien persalinan dengan pendarahan, pre-
eklampsia / eklampsia dan sepsis
Sumber data Rekam medis Rumah Sakit
Standar Pendarahan ≤1 %, pre-eklampsia ≤30%, Sepsis ≤ 0,2%
Penanggungjawab Komite medic

27
10. KepuasanPelanggan

Judul Kepuasan Pelanggan

Dimensi mutu Kenyamanan


Tujuan Tergambarnya persepsi pasien terhadap mutu pelayanan persalinan
Definisi operasional Kepuasan pelanggan adalah pernyataan puas oleh pelanggan terhadap
pelayanan persalinan
Frekuensi pengumpulan 1bulan
data
Periode analisis 3bulan
Numerator Jumlah kumulatif hasil penilaian kepuasan dari pasien yang disurvei (dalam
prosen)
Denominator Jumlah total pasien yang disurvei (n minial 50)
Sumber data Survei
Standar ≥80%
Penanggungjawab Ketua komite mutu/timmutu

28
BAB IX
PENUTUP

Perawatan perinatal tidak dapat dipisahkan dengan riwayat kehamilan seorang ibu, sedangkan
angka kematian maternal sendiri masih sangat tinggi yang banyak disebabkan karena perdarahan , infeksi
dan hipertensi. Oleh sebab itu peningkatan kualitas dari pelayanan obstetric dari pusat rujukan adalah
sangat penting. RSIA Norfa Husada perinatal resiko tinggi berperan juga untuk meningkatkan kualitas
pelayanannya dalam keikut sertaan untuk menurunkan angka kematian maternal neonatal.
Telah disusun suatu Pedoman Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif sebagai
acuan untuk melaksanakan dan mengelola pelayanan kesehatan maternal neonatal di ruang lingkup RSIA
Norfa Husada.

Ditetapkan di : Bangkinang
Pada Tanggal : 2020
DIREKTUR RSIA NORFA HUSADA

dr. Ratih Sari Putri,Sp.OG


NH-D.19820928.2.1

Anda mungkin juga menyukai