Anda di halaman 1dari 15

PANDUAN PELAKSANAAN RUJUKAN KE RUMAH SAKIT PONEK

RUMAH SAKIT KRISTEN LINDIMARA

TAHUN 2019
RUMAH SAKIT KRISTEN LINDIMARA
Jl.Prof. DR. W. Z Yohanes No.6 Waingapu-87113- NTT
Telp : (0387) 61064, 61019 ; Fax : (0387) 61742

SURAT KEPUTUSAN
NOMOR: 2141/A.29/SK_DIR/IX/2019
TENTANG
PANDUAN RUJUKAN KE RUMAH SAKIT PONEK
DIREKTUR RS KRISTEN LINDIMARA
Menimbang : a. Bahwa dalam rangka pemantapan kinerja pada kegiatan/ program lingkup
RSK Lindimara
b. Bahwa untuk peningkatan pelayanan di tingkat rumah sakit perlu adanya
penetapan sistem Pengeloaan Rujukan pada RSK Lindimara
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan b
perlu ditetapkan dengan keputusan Direktur RSK Lindimara

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang


Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014
tentang Pusat Kesehatan Masyarakat;
3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1457/MENKES/SK/X/2003 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan di Kabupaten/Kota;
4. PERBUB
ME MUTUSKAN:
Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR RSK LINDIMARA TENTANG PENETAPAN
SISTEM PENGELOLAAN RUJUKAN KE RSK LINDIMARA
KESATU : Untuk kelancaran sistem Pengelolaan Rujukan di RSK Lindimara dibuat
Pedoman Sistem rujukan sebagaimana terlampir yang merupakan bagian
yang tak terpisahkan dari keputusan ini
KEDUA : Segala biaya yang timbul sebagai akibat dari pelaksanaan keputusan ini akan
dibebankan kepada Anggaran RSK Lindimara apabila memungkinkan

KETIGA : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal 27 September 2019 dan apabila
terjadi kekeliruan didalamnya maka akan dilakukan perbaikan sebagaimana
mestinya

Ditetapkan di: Waingapu


Pada Tanggal: 27 September 2019
Direktur RSK Lindimara

dr. Alhairani K.L.Manu Mesa


NIP:19790709 201001 2 013
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Derajat Kesehatan masyarakat merupakan penentu indikator pembangunan
manusia. Peningkatan status kesehatan sangat dipengaruhi oleh banyak faktor yang menjadi
tanggung jawab berbagai pihak. Ditinjau dari aspek pengguna dan penyedia pelayanan
kesehatan, maka ada tanggung jawab masyarakat, swasta dan pemerintah yang berkaitan
dengan kebijakan, sistem pelayanan, sosial budaya serta perilaku yang berlaku di
masyarakat.
Angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) merupakan beberapa
indikator status kesehatan masyarakat. AKI dan AKB di Indonesia masih tinggi diantara
Negara ASEAN dan penurunannya sangat lambat, AKI 359/100.000 KH dan AKB 32/1000
KH (SDKI 2012). Sedangkan target MDGs 2015 mengurangi AKI menjadi 125/100.000 KH
dan AKB menjadi 25/1.000 KH.
Kematian ibu dan bayi sebagian besar dapat diatasi bila persalinan dilakukan di
fasilitas kesehatan yang memadai. Oleh karena itu diperlukan strategi dan kebijakan yang
pelayanannya langsung kepada sasaran yaitu semua persalinan harus ditolong oleh tenaga
kesehatan yang terlatih pada fasilitas kesehatan yang memadai. Ibu hamil yang mengalami
komplikasi ringan dapat ditangani di Puskesmas PONED / Puskesmas Rawat Inap Bersalin
yang memenuhi syarat dan kasus emergency yang tidak dapat ditangani di tingkat pelayanan
dasar segera dirujuk ke Rumah Sakit PONEK untuk mendapatkan penanganan yang lebih
komprehensif. Pelaksanaan rujukan yang tidak terstruktur, tidak tepat dan terlambat tentu
akan berpengaruh besar terhadap angka morbiditas dan mortalitas.

B. DASAR HUKUM
1. UU No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2. UU No.44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. UU No.29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran (Lembaran Negara No.4431 Tahun
2004)
4. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1333/Menkes/Per/SK/II/1988 tentang Standar
Pelayanan Rumah Sakit
5. UU No. 44 Tahun 2004 tentang Sistim Jaminan Sosial nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4456);\
6. SK Menteri Kesehatan No.23/1972 Tentang Sistem Rujukan Kesehatan
C. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
1. VISI
Pada tahun 2015 tercapai Tujuan Pembangunan Millenium (Millenium
Development Goals) yaitu mengurangi AKI menjadi 125/100.000 KH dan AKB menjadi
20/1.000 KH.

2. MISI
Pelaksanaan persalinan di fasilitas kesehatan yang memadai, dengan harapan
kualitas pelayanan bagi ibu yang akan melahirkan selamat dan bayi sehat.

3. TUJUAN
a. Terlaksananya semua persalinan di fasilitas kesehatan yang memadai (Puskesmas
PONED dan Rawat Inap Bersalin) yang memenuhi syarat
b. Terlaksananya pelayanan kegawatdaruratan obstetri dan neonatal secara tepat waktu,
tepat sasaran dan tepat penanganan di semua pelayanan kesehatan yang berstandar
PONED dan PONEK.
c. Tertanganinya semua kasus komplikasi obstetri dan neonatal di fasilitas kesehatan
yang memadai.
d. Terselenggaranya sistim rujukan obstetri Neonatal yang baik bagi ibu hamil, ibu
melahirkan, ibu Nifas dan bayi baru lahir
e. Meningkatnya peran aktif masyarakat dalam upaya penurunan kematian ibu dan bayi
baru lahir.

4. SASARAN
Sasaran program ini adalah semua ibu hamil, ibu bersalin dan ibu nifas serta bayi
baru lahir yang ada di Kota Waingapu
Fasilitas kesehatan yang memadai ditinjau dari 2 sisi yaitu:
a. Penyedia pelayanan (Supply Side) yaitu : RS Kristen lindimara (RS PONEK)
b. Penerima Pelayanan (Demand Side) : Ibu hamil yang akan melahirkan, keluarga dan
masyarakat.

BAB II
PELAKSANAAN RUJUKAN PONEK
A. DEFINISI
Sesuai SK Menteri Kesehatan No.23/1972 pengertian sistem rujukan adalah suatu
sistem penyelenggaraan pelayanan yang melaksanakan pelimpahan tanggungjawab timbal
balik terhadap suatu kasus penyakit atau masalah kesehatan secara vertikal dalam arti dari
unit berkemampuan kurang kepada unit yang lebih mampu, atau secara horizontal dalam arti
antar unit-unit yang setingkat kemampuannya.

B. JENJANG SISTEM RUJUKAN


Sistem rujukan kegawatdaruratan maternal dan neonatal mengacu pada prinsip utama
kecepatan dan ketepatan tindakan, efisien, efektif, dan sesuai kemampuan dan kewenangan
fasilitas pelayanan. Masyarakat dapat langsung memanfaatkan semua fasilitas pelayanan
obstetri dan neonatal, sesuai kondisi pasiennya. Bidan di desa (Bides) dan pondok persalinan
desa (Polindes) dapat memberikan pelayanan langsung terhadap ibu hamil/ibu bersalin/ibu
nifas dan bayi baru lahir (BBL), baik yang datang sendiri atau atas rujukan kader/masyarakat.
Bides dan bidan praktek swasta (BPS) memberikan pelayanan persalinan normal, dan
pengelolaan kasus-kasus tertentu sesuai kewenangan dan kemampuannya, atau melakukan
rujukan pada puskesmas, puskesmas PONED, dan RS PONEK sesuai tingkat pelayanan yang
sesuai.
Puskesmas non PONED atau bisa juga disebut puskesmas jejaring PONED
memberikan pelayanan sesuai kewenangannya dan harus mampu melakukan stabilisasi
pasien dengan kegawatdaruratan sebelum melakukan rujukan ke Puskesmas PONED atau RS
PONEK. Puskesmas PONED memiliki kemampuan untuk memberikan pelayanan langsung
dan dapat melakukan pengelolaan kasus dengan komplikasi tertentu sesuai tingkat
kewenangan dan kemampuannya atau melakukan rujukan pada RS PONEK. RS PONEK 24
jam memiliki kemampuan memberikan pelayanan PONEK langsung terhadap ibu hamil/ibu
bersalin/ibu nifas/BBL baik yang datang sendiri atau atas rujukan kader/masyarakat,
Bides/BPS, Puskesmas, dan Puskesmas PONED

C. PELAYANAN KESEHATAN DI RUMAH SAKIT PONEK


Rumah Sakit PONEK ditunjang dengan ketersediaan alat dan tenaga yang mampu
memberikan pelayanan komprehensif kegawatdaruratan obstetri dan neonatal.

Kriteria Rumah Sakit PONEK :


● Mempunyai tim PONEK yaitu : 1 Dokter spesialis kebidanan/dokter umum terlatih, 1
dokter spesialis anak/dokter umum terlatih, dokter ahli anastesi, bidan dan perawat.
● Mempunyai prosedur tetap penanganan pasien kegawatdaruratan obstetri dan neonatal.
● Mempunyai standar waktu (Respon Time) yaitu : UGD < 10 menit, kamar bersalin < 30
menit, pelayanan darah < 1 jam, Operasi < 30 menit.
● Mempunyai kamar bersalin siaga 24 jam.
● Mempunyai Unit Transfusi Darah.
● Tersedia pelayanan penunjang siaga 24 jam seperti laboratorium, radiologi, ambulance.
● Perlengkapan dan bahan harus berkualitas tinggi dan berfungsi baik serta mengutamakan
sterilitas.

D. PELAYANAN RUJUKAN DI RUMAH SAKIT PONEK


Setiap kasus normal maupun emergensi yang dirujuk oleh puskesmas PONED
atau Non PONED atau datang sendiri langsung ditangani, baru pengurusan administrasi,
pelayanan harus mengikuti protap (Prosedur Tetap).
1. Mekanisme Rujukan
a. Bidan di desa/puskesmas yang merujuk ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, maupun
bayi wajib mendampingi ibu selama perjalanan dengan membawa peralatan
pertolongan yang memadai.
b. Untuk mendapatkan pelayanan yang berkualitas pada pasien yang dirujuk agar

diinformasikan secepatnya kepada RS PONEK.


c. Rumah sakit memberikan pelayanan kepada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas yang
datang sendiri ke RS PONEK.
d. Masyarakat dapat langsung ke RS PONEK bila dalam keadaan gawat darurat. Dapat
menghubungi Call Center Emergency Rumah Sakit PONEK

2. Prinsip Rujukan
a. Prinsip utama adalah mengurangi kepanikan dan kegaduhan yang tidak perlu dengan
cara menyiapkan persalinan (rujukan terencana) bagi yang membutuhkan (pre-
emptive strategy). Sementara itu bagi persalinan emergency harus ada alur yang jelas.
b. Bertumpu pada proses pelayanan KIA yang menggunakan continuum of care dengan
sumber dana.
c. Sarana pelayanan kesehatan dibagi menjadi 3 jenis: RS PONEK 24 jam, Puskesmas
PONED dan Sarana Pelayanan Kesehatan lainnya seperti Puskesmas, bidan praktek,
Rumah Bersalin, Dokter Praktek Umum, dan lain-lain
d. Harus ada RS PONEK 24 jam dengan hotline yang dapat dihubungi 24 jam.
e. Sebaiknya ada hotline di Dinas Kesehatan 24 jam dengan sistem jaga untuk
mendukung kegiatan persalinan di RS.
f. Memperhatikan secara maksimal ibu-ibu yang masuk dalam:
1) Kelompok A. Ibu-ibu yang mengalami masalah dalam kehamilan saat
pemeriksaan kehamilan (ANC) dan di prediksi akan mempunyai masalah dalam
persalinan yang perlu dirujuk secara terencana;
2) Kelompok B. Ibu-ibu yang dalam ANC tidak bermasalah, dibagi menjadi 3:
a) Kelompok B1. Ibu-ibu bersalin yang membutuhkan rujukan emergency ke
RS PONEK 24 jam.
b) Kelompok B2. Ibu-ibu bersalin yang ada kesulitan namun tidak perlu dirujuk
ke RS PONEK 24 jam, dapat dilakukan di puskesmas PONED
c) Kelompok B3. Ibu-ibu yang mengalami persalinan normal.
g. Menekankan pada koordinasi antar lembaga seperti LKMD, PKK, dan pelaku
h. Memberikan petunjuk rinci dan jelas mengenai pembiayaan, khususnya untuk
mendanai ibu-ibu kelompok A dan kelompok B1 dan B2 dan BBL.
i. Juga dilihat bagaimana konsidi bayinya: kelainan lahir, kelainan genetik, gawat janin,
kelainan korgenetik dan anechephali
3. Rujukan Medis
a. Rujukan Pasien
Adalah pengiriman pasien (Maternal dan Neonatal) dilakukan oleh unit pelayanan
yang kurang mampu kepada unit kesehatan yang lebih mampu. Sebaliknya unit
kesehatan yang lebih mampu akan mengembalikan pasien ke unit yang kurang mampu
untuk pengawasan/melanjutkan yang diperlukan.
Persiapan Rujukan pasien :
1) Menyiapkan petugas yang terampil dan terlatih dalam penanganan maternal dan
neonatal
2) Bila sarana dan prasrana tidak memungkinkan dilakukan pertolongan segera buat
surat rujukan dan kartu sehat ke rumah sakit
3) Memberitau/menjelaskan kepada keluarga alasan dirujuk kerumah sakit
4) Alur PONED, bila tidak bisa ditangani rujuk ke RS PONEK
5) Mencatat hasil perimeriksaan dari tindakan yang dilaksanakan didalam penanganan
maternal dan neonatal
6) Pasien didampingi oleh petugas kesehatan berangkat ke rumah sakit
Di Rumah Sakit :
Memberi penjelasan kepada pasien dan keluarganya bahwa segala tindakan yang
dilakukan adalah untuk menyelamatkan ibu dan bayinya.
1) Persiapan pihak keluarga untuk memberikan darah bila diperlukan
2) Ibu, suami dan keluarga diberi penjelasan mengenai akhir perawatan/persalinan
3) Buat persetujuan tindakan medis dan simpan dalam status

b. Rujukan Laboratorium
Adalah pengiriman bahan pemeriksaan laboratorium dari laboratorium yang
kurang mampu ke laboratorium yang lebih mampu/lengkap.

D. Prosedur Rujukan Pasien dari Puskesmas ke RS


A. Prosedur Klinis:

 Melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang medik untuk menentukan
diagnosis utama dan diagnosis banding.

 Memberikan tindakan stabilisasi sesuai kasus berdasarkan Standar Prosedur Operasional (SPO).

 Memutuskan unit pelayanan tujuan rujukan dan memastikan bahwa unit pelayanan tujuan dapat
menerima pasien

 Untuk pasien gawat darurat harus didampingi tenaga kesehatan yang kompeten dibidangnya dan
mengetahui kondisi pasien.

 Pasien (pada point 4) diantar dengan kendaraan ambulans dan diserah terimakan oleh petugas,
agar petugas dan kendaraan pengantar tetap menunggu sampai pasien di IGD mendapat kepastian
pelayanan, apakah akan dirujuk atau ditangani di fasilitas pelayanan kesehatan setempat.

 Rujukan kasus yang memerlukan standart kompetensi tertentu (sub spesialis) Pemberi Pelayanan
Kesehatan tingkat I (Puskesmas,Dokter Praktek, Bidan Praktek, Klinik) dapat merujuk langsung
ke rumah sakit rujukan yang memiliki kompetensi tersebut

B. Prosedur Administratif:

 Dilakukan setelah pasien diberikan tindakan medis.

 Membuat rekam medis pasien.

 Menjelaskan/memberikan Informed Consernt (persetujuan/penolakan rujukan)

 Membuat surat rujukan pasien rangkap 3, lembar pertama dikirim ke tempat rujukan bersama
pasien yang bersangkutan. Lembar kedua untuk surat rujukan balik ke puskesmas, dan yang ke 3
untuk arsip pasien.

 Mencatat identitas pasien pada buku register rujukan pasien.

 Menyiapkan sarana transportasi

 Menghubungi rumah sakit yang akan dituju dengan menggunakan sarana komunikasi dan
menjelaskan kondisi pasien.

 Pengiriman dan penyerahan pasien disertai surat rujukan ke tempat rujukan yang dituju.

C. Prosedur Operasional menerima rujukan balik pasien.


1. Prosedur Klinis:

 Memperhatikan anjuran tindakan yang disampaikan oleh Rumah Sakit yang terakhir merawat
pasien tersebut.

 Melakukan tindak lanjut atau perawatan kesehatan masyarakat dan memantau kondisi klinis
pasien sampai sembuh.
2. Prosedur Administratif:
Meneliti isi surat balasan rujukan dan mencatat informasi tersebut di buku register pasien
rujukan, kemudian menyimpannya pada rekam medis pasien yang bersangkutan dan memberi
tanda tanggal / jam telah ditindaklanjuti.
3. Prosedur Pengelolaan pasien di ambulans
 Pasien yang dirujuk didampingi oleh petugas kesehatan yang mampu mengawasi dan antisipasi
kegawatdaruratan.
 Di dalam ambulan tersedia sarana prasarana life saving ( sesuai kondisi pasien ).
 Adanya komunikasi antar petugas yang ada di ambulan dengan rumah sakit perujuk.
 Pengoperasian mobil ambulan sesuai aturan lalu lintas.
 Perkembangan dan tindakan yang diberikan terhadap pasien di dalam ambulance dicatat dalam
catatan perkembangan pasien/surat rujukan

4. Prosedur sistem informasi rujukan dari Puskesmas ke Rumah Sakit:


a. Surat Rujukan
Tersedia informasi tentang kerjasama dengan fasilitas rujukan lain. Informasi kegiatan rujukan
pasien dibuat oleh petugas kesehatan pengirim dan dicatat dalam surat rujukan pasien yang
dikirimkan ke dokter tujuan rujukan, yang berisikan antara lain: no rujukan, nama
puskesmas/dokter keluarga, nama kabupaten/kota, nama pasien yang dirujuk, status jaminan
kesehatanyang dimiliki pasien baik pemerintah maupun swasta, diagnosa, tindakan dan obat
yang telah diberikan, termasuk pemeriksaan penunjang diagnostik,kemajuan pengobatan,
nama dan tandatangan dokter/bidan yang memberikan pelayanan serta keterangan tambahan
yang dianggap perlu dan penting.

b. BalasanRujukan
Informasi balasan rujukan dibuat oleh dokter yang telah merawat pasien rujukan tulisan
balasan rujukan harus jelas dan dapat dibaca oleh petugas kesehatan di Puskesmas. Surat
balasan rujukan yang dikirimkan kepada pengirim pasien rujukan, memuat : nomor surat,
tanggal, status jaminan kesehatan yang dimiliki, tujuan rujukan penerima, nama dan identitas
pasien, hasil diagnosa setelah dirawat, kondisi pasien saat keluar dari perawatan dan tindak
lanjut yang diperlukan. (format surat balasan rujukan terlampir).

c. RujukanSpesimen
Informasi rujukan spesimen dibuat oleh pihak pengirim dengan mengisi surat rujukan
spesimen, yang berisikan antara lain : nomor surat, tanggal, status jaminan kesehatan yang
dimiliki, tujuan rujukan penerima, jenis/bahan/asal spesimen, nomor spesimen yang dikirim,
tanggal pengambilan spesimen, jenis pemeriksaan yang diminta, nama dan identitas pasien,
serta diagnosis klinis. (Lihat format R/2, Surat Rujukan Spesimen). Informasi balasan hasil
pemeriksaan bahan / spesimen yang dirujuk dibuat oleh pihak laboratorium penerima dan
segera disampaikan pada pihak pengirim dengan menggunakan format yang berlaku di
laboratorium yang bersangkutan.

5. Prosedur Rujukan Gawat Darurat untuk Kasus KIA


Rujukan pada kasus KIA sangatlah sensitif karena menyangkut dua nyawa, dimana pasien datang
berdua dan haruslah kembali minimal 2 orang atau lebih tidak boleh kurang. Sehingga kecepatan
rujukan sangat penting, terutama untuk kasus-kasus gawat darurat. Pada awal kehamilan tenaga
medis yang melakukan ANC baik bidan maupun dokter umum di puskesmas harus memberikan
edukasi apakah ibu termasuk dalam kategori beresiko seperti memiliki :
 Hiperemesis Gravidarum
 Hipertensi Dalam Kehamilan
o Hipertensi dalam kehamilan

o Pre-eklamsi
 Gejala dan Penyakit lain yang memerlukan manajemen khusus
o Sesak

o Riwayat Diabetes Melitus

o Memiliki Resiko HIV

o Demam Tinggi

o dll

 Pertumbuhan janin terhambat (PJT) : tinggi fundus tidak sesuai usia kehamilan

 Kelainan kehamilan (hubungan yang abnormal antara janin dan panggul)


o Gemelli

o Kelainan letak, posisi

o DKP (Disproporsi Kepala Panggul)

Apabila terdapat ibu hamil dengan kasus tersebut maka wajib bagi puskesmas untuk mengedukasi
ibu agar melakukan persalinan di Rumah Sakit PONEK terdekat dari lokasi tinggal, tidak di
puskesmas, hal ini perlu dilakukan agar penanganan kegawatan dapat segera diberikan.

Namun untuk kasus – kasus gawat darurat seperti


 Perdarahan pada kehamilan dini
o Abortus imminen

o Abortus inkompletus dan missed abortion

o Mola hidatidosa

o Kehamilan Ektopik

o Abortus kompletus

 Perdarahan Pada Trimester 3

 Perdarahan Ante Partum


o Abrupsio Plasenta

 Perdarahan Post Partum


o Atonia Uteri

o Retensi Plasenta

o Ruptur Perineum Derajat Iii –Iv Atau Robekan Serviks

 Hipertensi (PEB atau Eklampsia)

 Penyulit Pada Persalinan


o Tali Pusat Menumbung

o Fetal Distress

o Distosia Bahu

o Presentasi Majemuk

 Penyakit Lain Yang Mengancam Keselamatan Ibu Bersalin


o Sesak ( Asma Serangan )

o Krisis Tiroid

o Demam Tinggi/Ketuban Pecah8 Jam

 Persalinan Pre-Term <37 Minggu

 Partus Macet/Kemajuan Persalinan Tidak Normal


o Grafik Partograf Menunjukan Persalinan Mendekati Garis Bertindak

o Persalinan Per Vaginam melalui Induksi Atau Stimulasi

o Persalinan Pervaginam Dengan Tindakan

Pada kasus-kasus gawat darurat tersebut puskesmas atau bidan dapat segera merujuk ke Rumah
Sakit PONEK terdekat untuk segera dilakukan tindakan, tanpa perlu menelepon, dan Rumah Sakit
PONEK wajib melakukan tindakan pada pasien itu. Pertimbangan untuk memilih Rumah Sakit
PONEK adalah
 Jarak yang dekat
 Kompetensi serta kelengkapan peralatan rumah sakit

 Jaminan kesehatan yang dapat digunakan, apabila RS PONEK tujuan bekerja sama dengan
BPJS maka lebih baik

6. Prosedur Administratif rujukan KIA pada ibu yang diprediksi bermasalah:


 Puskesmas atau bidan melaporkan daftar ibu-ibu gawat darurat ke sudinkes melalui laporan
K1-K4
 Dinas Kesehatan menyerahkan data ibu-ibu kelompok A ke RS PONEK 24 jam untuk
persiapan pelayanan medis sesuai pedoman pelayanan klinis (PPK) atau clinical guidelines
yang dikembangkan oleh tim klinik.
 Dilakukan perencanaan persalinan di RS PONEK oleh tim rujukan. Pertemuan perencanaan
minimal dilakukan sebulan sekali, sekaligus sebagai monitoring.
 Dilakukan koordinasi dengan Dokter Spesialis yang memimpin rapat-rapat teknis medik di RS
untuk menyiapkan tindakan kepada ibu-ibu yang akan masuk ke RS.
 Pada hari yang ditentukan ibu-ibu yang bermasalah diantar sehingga ibu-ibu ini dapat sampai
di rumahsakit dan mendapat pelayanan. Dimasyarakat perlu ada tim pengantar. Tim pengantar
ini sebaiknya didanai oleh masyarakat. Bidan desa akan mengantar sampai ke rumahsakit dan
melakukan serah terima.
 Setelah mendapat pelayanan persalinan di rumahsakit, ibu dan bayi yang selamat akan
kembali ke rumah dengan pengantaran dari rumahsakit atau dijemput kembali oleh
masyarakat.
 Dengan demikian Ibu-ibu yang termasuk ke dalam kelompok bermasalah perlu mendapat
rujukan terencana, karena merupakan kasus yang telah diprediksi dapat menimbulkan
komplikasi apabila ditangani di fasilitas kesehatan primer atau oleh bidan.
 Ibu-ibu yang bermasalah dapat pula bersalin dengan normal, apabila ternyata tidak terjadi
komplikasi yang telah diprediksi sebelumnya

7. Prosedur administratif Rujukan KIA pada ibu dengan kondisi Gawat Darurat

 Puskesmas/bidan menerima ibu hamil yang akan bersalin

 Apabila ternyata ada penyulit pada persalinan, maka bidan/dokter penolong pertama harus
memutuskan secara cepat dan tepat untuk melakukan rujukan setelah dilakukan stabilisasi

 Pasien / ibu bersalin yang telah didiagnosis memiliki komplikasi pada persalinan segera
dipersiapkan untuk dirujuk ke rumah sakit PONEK

 Bidan menelpon atau SMS ke RS PONEK 24 jam sembari merujuk pasien


8. Prosedur Rujukan Khusus untuk Pasien dengan kondisi sakit menetap
Pasien yang termasuk dalam kategori ini adalah pasien dengan kondisi sakit menetap sehingga
dikhawatirkan mobilisasi terlalu banyak dapat memperburuk kondisinya tersebut. Contoh
kondisi pasien yang masuk didalam kategori ini adalah
 Pasien dengan penyakit kanker yang memerlukan kemoterapi rutin
 Pasien dengan cacat tubuh menetap
 Pasien gagal ginjal kronis yang membutuhkan cuci darah rutin
 Pasien lain dengan kondisi sakit menetap

9. Prosedur Administratif:

 Mencatat di buku register hasil pemeriksaan untuk arsip sebagai pasien dengan kondisi
tetap

 Pasien dapat dirujuk tanpa perlu datang ke puskesmas

10. Prosedur rujukan horizontal (Puskesmas ke Puskesmas)


Rujukan horizontal dilakukan pada kondisi tertentu dimana puskesmas tidak memiliki
kelengkapan yang seharusnya ada didalam puskesmas seperti, reagen guna tes mantoux,
pemeriksaan rontgen thorax, pemeriksaan EKG pada saat kertas EKG habis maupun rusak,
pemeriksaan laboratorium darah pada saat reagen habis, dll. Biaya untuk puskesmas rujukan
akan diambil dari kapitasi puskesmas yang merujuk.
11. Prosedur Merujuk Spesimen
 Pemeriksaan Spesimen dan Penunjang Diagnostik lainnya dapat dirujuk apabila
pemeriksaannya memerlukan peralatan medik/teknik pemeriksaan laboratorium dan penunjang
diagnostik yang lebih lengkap. Spesimen dapat dikirim dan diperiksa tanpa disertai pasien yang
bersangkutan.
 Rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan yang menerima rujukan spesimen tersebut harus
mengirimkan laporan hasil pemeriksaan spesimen yang telah diperiksanya.Prosedur standar
pengiriman rujukan spesimen dan Penunjang Diagnostik lainnya

12. Prosedur Klinis:


 Menyiapkan pasien/spesimen untuk pemeriksaan lanjutan.

 Untuk spesimen, perlu dikemas sesuai dengan kondisi bahan yang akan dikirim dengan
memperhatikan aspek sterilitas, kontaminasi penularan penyakit, keselamatan pasien dan
orang lain serta kelayakan untuk jenis pemeriksaan yang diinginkan.

 Memastikan bahwa pasien/spesimen yang dikirim tersebut sudah sesuai dengan kondisi
yang diinginkan dan identitas yang jelas (dilengkapi jam pengambilan).

13. Prosedur Administratif:

 Mengisi format dan surat rujukan spesimen/penunjang diagnostik lainnya secara cermat
dan jelas termasuk nomor surat dan jaminan kesehatan baik pemerintah maupun swasta,
informasi jenis spesimen/penunjang diagnostik lainnya pemeriksaan yang diinginkan,
identitas pasien dan diagnosa sementara serta identitas pengirim.

 Mencacat informasi yang diperlukan di buku register yang telah ditentukan masing-
masing intansinya.

 Mengirim surat rujukan spesimen/penunjang diagnostik lainya ke alamat tujuan dan


lembar kedua disimpan sebagai arsip.
14. Prosedur Menerima Rujukan Spesimen
Prosedur standar menerima rujukan spesimen dan penunjang diagnostik lainnya
 Prosedur Klinis
o Menerima dan memeriksa spesimen/penunjang diagnostik lainnya sesuai dengan kondisi
pasien/bahan yang diterima dengan memperhatikan aspek : sterilisasi, kontaminasi
penularan penyakit, keselamatan pasien, orang lain dan kelayakan untuk pemeriksaan.
o Memastikan bahwa spesimen yang diterima tersebut layak untuk diperiksa sesuai
dengan permintaan yang diinginkan.
o Mengerjakan pemeriksaan laboratoris atau patologis dan penunjang diagnostik lainnya
dengan mutu standar dan sesuai dengan jenis dan cara pemeriksaan yang diminta oleh
pengirim.

 Prosedur Administratif
o Meneliti isi surat rujukan spesimen dan penunjang diagnostik lainnya yang diterima
secara cermat dan jelas termasuk nomor surat dan jaminan kesehatan baik pemerintah
maupun swasta, informasi pemeriksaan yang diinginkan, identitas pasien dan diagnosa
sementara serta identitas pengiriman
o apabila specimen yang diterima tidak layak, maka spesimen tersebut dikembalikan.

o Mencacat informasi yang diperlukan di buku register / arsip yang telah ditentukan
masing-masing instansinya.
o Memastikan kerahasiaan pasien terjamin.

o Mengirimkan hasil pemeriksaan tersebut secara tertulis dengan format standar masing-
masing sarana kepada pimpinan institusi pengirim.
BAB III
PENUTUP
Penguatan sistem rujukan hanya bisa dilakukan kalau dinas kesehatan kabupaten/kota
dengan RS kabupaten/kota berada dalam sebuah tim inti yang kompak dan harmonis. Perlu
peningkatan frekuensi pertemuan pemantapan sistem rujukan untuk menyusun rencana kegiatan
bersama untuk mengembangkan sistem pembinaan teknis kebidanan dan kesehatan neonatal bagi
dokter/bidan puskesmas/bides/perawat, berupa antara lain pertemuan AMP, upaya pemenuhan
kebutuhan darah, kegiatan supervisi/penyeliaan, dll.
Penting adanya laporan rutin RS PONEK ke dinas kesehatan kabupaten/kota yang
meliputi jumlah persalinan, jumlah kasus dan komplikasi kegawatdaruratan obstetri dan neonatal
yang dikelola, jumlah tindakan seksio sesaria, jumlah kematian ibu dan perinatal beserta
penyebabnya.
Dengan adanya sistem rujukan yang baik diharapkan pelayanan kesehatan maternal
neonatal lebih maksimal serta penurunan AKI dan AKB dapat segera mencapai terget. Kerjasama
antara RS PONEK, Puskesmas PONED dan layanan kesehatan lainnya sangat membantu dalam
upaya pencapaian MDGs 2015.

Anda mungkin juga menyukai