TAHUN 2019
RUMAH SAKIT KRISTEN LINDIMARA
Jl.Prof. DR. W. Z Yohanes No.6 Waingapu-87113- NTT
Telp : (0387) 61064, 61019 ; Fax : (0387) 61742
SURAT KEPUTUSAN
NOMOR: 2141/A.29/SK_DIR/IX/2019
TENTANG
PANDUAN RUJUKAN KE RUMAH SAKIT PONEK
DIREKTUR RS KRISTEN LINDIMARA
Menimbang : a. Bahwa dalam rangka pemantapan kinerja pada kegiatan/ program lingkup
RSK Lindimara
b. Bahwa untuk peningkatan pelayanan di tingkat rumah sakit perlu adanya
penetapan sistem Pengeloaan Rujukan pada RSK Lindimara
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan b
perlu ditetapkan dengan keputusan Direktur RSK Lindimara
KETIGA : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal 27 September 2019 dan apabila
terjadi kekeliruan didalamnya maka akan dilakukan perbaikan sebagaimana
mestinya
A. LATAR BELAKANG
Derajat Kesehatan masyarakat merupakan penentu indikator pembangunan
manusia. Peningkatan status kesehatan sangat dipengaruhi oleh banyak faktor yang menjadi
tanggung jawab berbagai pihak. Ditinjau dari aspek pengguna dan penyedia pelayanan
kesehatan, maka ada tanggung jawab masyarakat, swasta dan pemerintah yang berkaitan
dengan kebijakan, sistem pelayanan, sosial budaya serta perilaku yang berlaku di
masyarakat.
Angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) merupakan beberapa
indikator status kesehatan masyarakat. AKI dan AKB di Indonesia masih tinggi diantara
Negara ASEAN dan penurunannya sangat lambat, AKI 359/100.000 KH dan AKB 32/1000
KH (SDKI 2012). Sedangkan target MDGs 2015 mengurangi AKI menjadi 125/100.000 KH
dan AKB menjadi 25/1.000 KH.
Kematian ibu dan bayi sebagian besar dapat diatasi bila persalinan dilakukan di
fasilitas kesehatan yang memadai. Oleh karena itu diperlukan strategi dan kebijakan yang
pelayanannya langsung kepada sasaran yaitu semua persalinan harus ditolong oleh tenaga
kesehatan yang terlatih pada fasilitas kesehatan yang memadai. Ibu hamil yang mengalami
komplikasi ringan dapat ditangani di Puskesmas PONED / Puskesmas Rawat Inap Bersalin
yang memenuhi syarat dan kasus emergency yang tidak dapat ditangani di tingkat pelayanan
dasar segera dirujuk ke Rumah Sakit PONEK untuk mendapatkan penanganan yang lebih
komprehensif. Pelaksanaan rujukan yang tidak terstruktur, tidak tepat dan terlambat tentu
akan berpengaruh besar terhadap angka morbiditas dan mortalitas.
B. DASAR HUKUM
1. UU No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2. UU No.44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. UU No.29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran (Lembaran Negara No.4431 Tahun
2004)
4. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1333/Menkes/Per/SK/II/1988 tentang Standar
Pelayanan Rumah Sakit
5. UU No. 44 Tahun 2004 tentang Sistim Jaminan Sosial nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4456);\
6. SK Menteri Kesehatan No.23/1972 Tentang Sistem Rujukan Kesehatan
C. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
1. VISI
Pada tahun 2015 tercapai Tujuan Pembangunan Millenium (Millenium
Development Goals) yaitu mengurangi AKI menjadi 125/100.000 KH dan AKB menjadi
20/1.000 KH.
2. MISI
Pelaksanaan persalinan di fasilitas kesehatan yang memadai, dengan harapan
kualitas pelayanan bagi ibu yang akan melahirkan selamat dan bayi sehat.
3. TUJUAN
a. Terlaksananya semua persalinan di fasilitas kesehatan yang memadai (Puskesmas
PONED dan Rawat Inap Bersalin) yang memenuhi syarat
b. Terlaksananya pelayanan kegawatdaruratan obstetri dan neonatal secara tepat waktu,
tepat sasaran dan tepat penanganan di semua pelayanan kesehatan yang berstandar
PONED dan PONEK.
c. Tertanganinya semua kasus komplikasi obstetri dan neonatal di fasilitas kesehatan
yang memadai.
d. Terselenggaranya sistim rujukan obstetri Neonatal yang baik bagi ibu hamil, ibu
melahirkan, ibu Nifas dan bayi baru lahir
e. Meningkatnya peran aktif masyarakat dalam upaya penurunan kematian ibu dan bayi
baru lahir.
4. SASARAN
Sasaran program ini adalah semua ibu hamil, ibu bersalin dan ibu nifas serta bayi
baru lahir yang ada di Kota Waingapu
Fasilitas kesehatan yang memadai ditinjau dari 2 sisi yaitu:
a. Penyedia pelayanan (Supply Side) yaitu : RS Kristen lindimara (RS PONEK)
b. Penerima Pelayanan (Demand Side) : Ibu hamil yang akan melahirkan, keluarga dan
masyarakat.
BAB II
PELAKSANAAN RUJUKAN PONEK
A. DEFINISI
Sesuai SK Menteri Kesehatan No.23/1972 pengertian sistem rujukan adalah suatu
sistem penyelenggaraan pelayanan yang melaksanakan pelimpahan tanggungjawab timbal
balik terhadap suatu kasus penyakit atau masalah kesehatan secara vertikal dalam arti dari
unit berkemampuan kurang kepada unit yang lebih mampu, atau secara horizontal dalam arti
antar unit-unit yang setingkat kemampuannya.
2. Prinsip Rujukan
a. Prinsip utama adalah mengurangi kepanikan dan kegaduhan yang tidak perlu dengan
cara menyiapkan persalinan (rujukan terencana) bagi yang membutuhkan (pre-
emptive strategy). Sementara itu bagi persalinan emergency harus ada alur yang jelas.
b. Bertumpu pada proses pelayanan KIA yang menggunakan continuum of care dengan
sumber dana.
c. Sarana pelayanan kesehatan dibagi menjadi 3 jenis: RS PONEK 24 jam, Puskesmas
PONED dan Sarana Pelayanan Kesehatan lainnya seperti Puskesmas, bidan praktek,
Rumah Bersalin, Dokter Praktek Umum, dan lain-lain
d. Harus ada RS PONEK 24 jam dengan hotline yang dapat dihubungi 24 jam.
e. Sebaiknya ada hotline di Dinas Kesehatan 24 jam dengan sistem jaga untuk
mendukung kegiatan persalinan di RS.
f. Memperhatikan secara maksimal ibu-ibu yang masuk dalam:
1) Kelompok A. Ibu-ibu yang mengalami masalah dalam kehamilan saat
pemeriksaan kehamilan (ANC) dan di prediksi akan mempunyai masalah dalam
persalinan yang perlu dirujuk secara terencana;
2) Kelompok B. Ibu-ibu yang dalam ANC tidak bermasalah, dibagi menjadi 3:
a) Kelompok B1. Ibu-ibu bersalin yang membutuhkan rujukan emergency ke
RS PONEK 24 jam.
b) Kelompok B2. Ibu-ibu bersalin yang ada kesulitan namun tidak perlu dirujuk
ke RS PONEK 24 jam, dapat dilakukan di puskesmas PONED
c) Kelompok B3. Ibu-ibu yang mengalami persalinan normal.
g. Menekankan pada koordinasi antar lembaga seperti LKMD, PKK, dan pelaku
h. Memberikan petunjuk rinci dan jelas mengenai pembiayaan, khususnya untuk
mendanai ibu-ibu kelompok A dan kelompok B1 dan B2 dan BBL.
i. Juga dilihat bagaimana konsidi bayinya: kelainan lahir, kelainan genetik, gawat janin,
kelainan korgenetik dan anechephali
3. Rujukan Medis
a. Rujukan Pasien
Adalah pengiriman pasien (Maternal dan Neonatal) dilakukan oleh unit pelayanan
yang kurang mampu kepada unit kesehatan yang lebih mampu. Sebaliknya unit
kesehatan yang lebih mampu akan mengembalikan pasien ke unit yang kurang mampu
untuk pengawasan/melanjutkan yang diperlukan.
Persiapan Rujukan pasien :
1) Menyiapkan petugas yang terampil dan terlatih dalam penanganan maternal dan
neonatal
2) Bila sarana dan prasrana tidak memungkinkan dilakukan pertolongan segera buat
surat rujukan dan kartu sehat ke rumah sakit
3) Memberitau/menjelaskan kepada keluarga alasan dirujuk kerumah sakit
4) Alur PONED, bila tidak bisa ditangani rujuk ke RS PONEK
5) Mencatat hasil perimeriksaan dari tindakan yang dilaksanakan didalam penanganan
maternal dan neonatal
6) Pasien didampingi oleh petugas kesehatan berangkat ke rumah sakit
Di Rumah Sakit :
Memberi penjelasan kepada pasien dan keluarganya bahwa segala tindakan yang
dilakukan adalah untuk menyelamatkan ibu dan bayinya.
1) Persiapan pihak keluarga untuk memberikan darah bila diperlukan
2) Ibu, suami dan keluarga diberi penjelasan mengenai akhir perawatan/persalinan
3) Buat persetujuan tindakan medis dan simpan dalam status
b. Rujukan Laboratorium
Adalah pengiriman bahan pemeriksaan laboratorium dari laboratorium yang
kurang mampu ke laboratorium yang lebih mampu/lengkap.
Melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang medik untuk menentukan
diagnosis utama dan diagnosis banding.
Memberikan tindakan stabilisasi sesuai kasus berdasarkan Standar Prosedur Operasional (SPO).
Memutuskan unit pelayanan tujuan rujukan dan memastikan bahwa unit pelayanan tujuan dapat
menerima pasien
Untuk pasien gawat darurat harus didampingi tenaga kesehatan yang kompeten dibidangnya dan
mengetahui kondisi pasien.
Pasien (pada point 4) diantar dengan kendaraan ambulans dan diserah terimakan oleh petugas,
agar petugas dan kendaraan pengantar tetap menunggu sampai pasien di IGD mendapat kepastian
pelayanan, apakah akan dirujuk atau ditangani di fasilitas pelayanan kesehatan setempat.
Rujukan kasus yang memerlukan standart kompetensi tertentu (sub spesialis) Pemberi Pelayanan
Kesehatan tingkat I (Puskesmas,Dokter Praktek, Bidan Praktek, Klinik) dapat merujuk langsung
ke rumah sakit rujukan yang memiliki kompetensi tersebut
B. Prosedur Administratif:
Membuat surat rujukan pasien rangkap 3, lembar pertama dikirim ke tempat rujukan bersama
pasien yang bersangkutan. Lembar kedua untuk surat rujukan balik ke puskesmas, dan yang ke 3
untuk arsip pasien.
Menghubungi rumah sakit yang akan dituju dengan menggunakan sarana komunikasi dan
menjelaskan kondisi pasien.
Pengiriman dan penyerahan pasien disertai surat rujukan ke tempat rujukan yang dituju.
Memperhatikan anjuran tindakan yang disampaikan oleh Rumah Sakit yang terakhir merawat
pasien tersebut.
Melakukan tindak lanjut atau perawatan kesehatan masyarakat dan memantau kondisi klinis
pasien sampai sembuh.
2. Prosedur Administratif:
Meneliti isi surat balasan rujukan dan mencatat informasi tersebut di buku register pasien
rujukan, kemudian menyimpannya pada rekam medis pasien yang bersangkutan dan memberi
tanda tanggal / jam telah ditindaklanjuti.
3. Prosedur Pengelolaan pasien di ambulans
Pasien yang dirujuk didampingi oleh petugas kesehatan yang mampu mengawasi dan antisipasi
kegawatdaruratan.
Di dalam ambulan tersedia sarana prasarana life saving ( sesuai kondisi pasien ).
Adanya komunikasi antar petugas yang ada di ambulan dengan rumah sakit perujuk.
Pengoperasian mobil ambulan sesuai aturan lalu lintas.
Perkembangan dan tindakan yang diberikan terhadap pasien di dalam ambulance dicatat dalam
catatan perkembangan pasien/surat rujukan
b. BalasanRujukan
Informasi balasan rujukan dibuat oleh dokter yang telah merawat pasien rujukan tulisan
balasan rujukan harus jelas dan dapat dibaca oleh petugas kesehatan di Puskesmas. Surat
balasan rujukan yang dikirimkan kepada pengirim pasien rujukan, memuat : nomor surat,
tanggal, status jaminan kesehatan yang dimiliki, tujuan rujukan penerima, nama dan identitas
pasien, hasil diagnosa setelah dirawat, kondisi pasien saat keluar dari perawatan dan tindak
lanjut yang diperlukan. (format surat balasan rujukan terlampir).
c. RujukanSpesimen
Informasi rujukan spesimen dibuat oleh pihak pengirim dengan mengisi surat rujukan
spesimen, yang berisikan antara lain : nomor surat, tanggal, status jaminan kesehatan yang
dimiliki, tujuan rujukan penerima, jenis/bahan/asal spesimen, nomor spesimen yang dikirim,
tanggal pengambilan spesimen, jenis pemeriksaan yang diminta, nama dan identitas pasien,
serta diagnosis klinis. (Lihat format R/2, Surat Rujukan Spesimen). Informasi balasan hasil
pemeriksaan bahan / spesimen yang dirujuk dibuat oleh pihak laboratorium penerima dan
segera disampaikan pada pihak pengirim dengan menggunakan format yang berlaku di
laboratorium yang bersangkutan.
o Pre-eklamsi
Gejala dan Penyakit lain yang memerlukan manajemen khusus
o Sesak
o Demam Tinggi
o dll
Pertumbuhan janin terhambat (PJT) : tinggi fundus tidak sesuai usia kehamilan
Apabila terdapat ibu hamil dengan kasus tersebut maka wajib bagi puskesmas untuk mengedukasi
ibu agar melakukan persalinan di Rumah Sakit PONEK terdekat dari lokasi tinggal, tidak di
puskesmas, hal ini perlu dilakukan agar penanganan kegawatan dapat segera diberikan.
o Mola hidatidosa
o Kehamilan Ektopik
o Abortus kompletus
o Retensi Plasenta
o Fetal Distress
o Distosia Bahu
o Presentasi Majemuk
o Krisis Tiroid
Pada kasus-kasus gawat darurat tersebut puskesmas atau bidan dapat segera merujuk ke Rumah
Sakit PONEK terdekat untuk segera dilakukan tindakan, tanpa perlu menelepon, dan Rumah Sakit
PONEK wajib melakukan tindakan pada pasien itu. Pertimbangan untuk memilih Rumah Sakit
PONEK adalah
Jarak yang dekat
Kompetensi serta kelengkapan peralatan rumah sakit
Jaminan kesehatan yang dapat digunakan, apabila RS PONEK tujuan bekerja sama dengan
BPJS maka lebih baik
7. Prosedur administratif Rujukan KIA pada ibu dengan kondisi Gawat Darurat
Apabila ternyata ada penyulit pada persalinan, maka bidan/dokter penolong pertama harus
memutuskan secara cepat dan tepat untuk melakukan rujukan setelah dilakukan stabilisasi
Pasien / ibu bersalin yang telah didiagnosis memiliki komplikasi pada persalinan segera
dipersiapkan untuk dirujuk ke rumah sakit PONEK
9. Prosedur Administratif:
Mencatat di buku register hasil pemeriksaan untuk arsip sebagai pasien dengan kondisi
tetap
Untuk spesimen, perlu dikemas sesuai dengan kondisi bahan yang akan dikirim dengan
memperhatikan aspek sterilitas, kontaminasi penularan penyakit, keselamatan pasien dan
orang lain serta kelayakan untuk jenis pemeriksaan yang diinginkan.
Memastikan bahwa pasien/spesimen yang dikirim tersebut sudah sesuai dengan kondisi
yang diinginkan dan identitas yang jelas (dilengkapi jam pengambilan).
Mengisi format dan surat rujukan spesimen/penunjang diagnostik lainnya secara cermat
dan jelas termasuk nomor surat dan jaminan kesehatan baik pemerintah maupun swasta,
informasi jenis spesimen/penunjang diagnostik lainnya pemeriksaan yang diinginkan,
identitas pasien dan diagnosa sementara serta identitas pengirim.
Mencacat informasi yang diperlukan di buku register yang telah ditentukan masing-
masing intansinya.
Prosedur Administratif
o Meneliti isi surat rujukan spesimen dan penunjang diagnostik lainnya yang diterima
secara cermat dan jelas termasuk nomor surat dan jaminan kesehatan baik pemerintah
maupun swasta, informasi pemeriksaan yang diinginkan, identitas pasien dan diagnosa
sementara serta identitas pengiriman
o apabila specimen yang diterima tidak layak, maka spesimen tersebut dikembalikan.
o Mencacat informasi yang diperlukan di buku register / arsip yang telah ditentukan
masing-masing instansinya.
o Memastikan kerahasiaan pasien terjamin.
o Mengirimkan hasil pemeriksaan tersebut secara tertulis dengan format standar masing-
masing sarana kepada pimpinan institusi pengirim.
BAB III
PENUTUP
Penguatan sistem rujukan hanya bisa dilakukan kalau dinas kesehatan kabupaten/kota
dengan RS kabupaten/kota berada dalam sebuah tim inti yang kompak dan harmonis. Perlu
peningkatan frekuensi pertemuan pemantapan sistem rujukan untuk menyusun rencana kegiatan
bersama untuk mengembangkan sistem pembinaan teknis kebidanan dan kesehatan neonatal bagi
dokter/bidan puskesmas/bides/perawat, berupa antara lain pertemuan AMP, upaya pemenuhan
kebutuhan darah, kegiatan supervisi/penyeliaan, dll.
Penting adanya laporan rutin RS PONEK ke dinas kesehatan kabupaten/kota yang
meliputi jumlah persalinan, jumlah kasus dan komplikasi kegawatdaruratan obstetri dan neonatal
yang dikelola, jumlah tindakan seksio sesaria, jumlah kematian ibu dan perinatal beserta
penyebabnya.
Dengan adanya sistem rujukan yang baik diharapkan pelayanan kesehatan maternal
neonatal lebih maksimal serta penurunan AKI dan AKB dapat segera mencapai terget. Kerjasama
antara RS PONEK, Puskesmas PONED dan layanan kesehatan lainnya sangat membantu dalam
upaya pencapaian MDGs 2015.