Anda di halaman 1dari 19

PANDUAN

RUANG ISOLASI
RUMAH SAKIT KUSTA ALVERNO

JL. GUNUNG SARI NO. 70

SINGKAWANG – KALIMANTAN BARAT 79123

Telp. 0562-632634, fax 0562-636070

e-mail : rskalv_skw@yahoo.com
KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT KUSTA ALVERNO SINGKAWANG
NOMOR : 15 / RSKA – SK / DIR – PPI / I / 2018
TENTANG
PANDUAN RUANG ISOLASI
RUMAH SAKIT KUSTA ALVERNO SINGKAWANG

DIREKTUR RUMAH SAKIT KUSTA ALVERNO SINGKAWANG,

Menimbang : a. bahwa penularan penyakit terjadi melalui pasien dan petugas


yang dapat ditransmisikan melalui udara, percikan dan kontak
langsung;
b. bahwa untuk menghindari penularan tersebut diperlukan
penempatan pasien dengan penyakit menular di ruangan
khusus yang sesuai standar;
c. bahwa sebagaimana yang dimaksud dalam huruf a dan huruf
b, perlu ditetapkan dengan keputusan Direktur Rumah Sakit
Kusta Alverno;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran;
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
3. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga
Kesehatan;
5. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan;
6. Peraturan Presiden Nomor 77 Tahun 2015 tentang Pedoman
Organisasi Rumah Sakit;
7. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
129/MENKES/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal
Rumah Sakit;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 Tahun 2014 tentang
Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit;
9. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 56
Tahun 2015 tentang Tata Cara dan Peryaratan Teknis
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun dari
Fasilitas Pelayanan Kesehatan;

i
10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 27 Tahun 2017 tentang
Pedoman PPI di Fasilitas Kesehatan;
11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 34 Tahun 2017 tentang
Akreditasi Rumah Sakit;
12. Keputusan Pengurus Yayasan Karya Kesehatan Santo
Vincentius Nomor 017/YKKSV–ALV/SK/SP/III/2017 tentang
Pengangkatan Direktur RSK. Alverno Atas Nama dr. Barita P.
Ompusunggu, MKM;
13. Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Kusta Alverno
Singkawang Nomor 34/RSKA–SK/DIR–PPI/XII/2017 tentang
Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) Rumah
Sakit Kusta Alverno Singkawang Tahun Anggaran 2018;

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT KUSTA ALVERNO


SINGKAWANG TENTANG PANDUAN RUANG ISOLASI RUMAH
SAKIT KUSTA ALVERNO SINGKAWANG.
KESATU : Panduan ini menjadi acuan bagi Rumah Sakit Kusta Alverno untuk
melaksanakan transportasi dan penempatan dengan penyakit
menular di ruang isolasi atau kohorting di Rumah Sakit Kusta
Alverno Singkawang.
KEDUA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila di
kemudian hari terdapat kekeliruan dalam keputusan ini, maka
akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Singkawang
Pada Tanggal : 23 – 01 – 2018
Direktur Rumah Sakit Kusta Alverno

Dr. BARITA P. OMPUSUNGGU, MKM


NIK : 2017010401

ii
HALAMAN PENGESAHAN DAN PEMBERLAKUAN
PANDUAN RUANG ISOLASI
RUMAH SAKIT KUSTA ALVERNO

Jabatan Nama Tanda Tangan

Disiapkan oleh IPCN Azmi, A. Md. Kep

Diperiksa oleh Ketua Komite dr. Nurtanti Indriyani,


PPI RS MPH

Disahkan oleh Direktur dr. Barita P. Singkawang, 23 Januari


Ompusunggu, MKM 2018

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan bimbingan dan petunjuk kepada kami sehingga kami berhasil menyusun
Panduan Ruang Isolasi Rumah Sakit Kusta Alverno. Panduan Ruang Isolasi ini
dimaksudkan untuk memberikan panduan dan acuan bagaimana penempatan
pasien dengan penyakit menular yang benar di ruang isolasi atau kohort di rumah
sakit.
Dalam penyelesaian tulisan ini, tim penyusun banyak dibantu oleh berbagai
pihak. Oleh karena itu tim penyusun mengucapkan terima kasih dan penghargaan
yang setinggi – tingginya kepada pejabat struktural maupun fungsional yang telah
memberikan banyak kontribusi dalam penyusunan panduan ini. Terima kasih
kepada Direktur RS Kusta Alverno serta seluruh kepala unit dan staf RS Kusta
Alverno yang terlibat dalam proses penyelesaian penyusunan buku panduan ini.
Semoga buku “Panduan Ruang Isolasi Rumah Sakit Kusta Alverno” ini
bermanfaat bagi rumah sakit dan pihak-pihak lainnya yang terkait dengan
penyelenggaraan akreditasi rumah sakit. Demi kesempurnaan substansi panduan ini,
maka segala bentuk evaluasi sangat dibutuhkan terhadap isi panduan ini.

Singkawang, 23 Januari 2018

Tim Penyusun

iv
DAFTAR ISI

HAL JUDUL
SURAT KETERANGAN DIREKTUR ............................................................ i
HAL PENGESAHAN DAN PEMBERLAKUAN.............................................. iii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv
DAFTAR ISI.................................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG ........................................................................... 1
B. TUJUAN ............................................................................................ 2
C. LANDASAN HUKUM ......................................................................... 2
BAB II DEFINISI ........................................................................................... 3
A. PENGERTIAN ISOLASI .................................................................... 3
B. SYARAT RUANG ISOLASI ............................................................... 3
C. SYARAT PETUGAS RUANG ISOLASI ............................................. 3
D. SYARAT PERALATAN RUANG ISOLASI ......................................... 4
E. KATEGORI ISOLASI ......................................................................... 4
F. LAMA ISOLASI .................................................................................. 6
G. PROSEDUR KELUAR RUANG PERAWATAN ISOLASI................... 6
H. KRITERIA PINDAH RAWAT DARI RUANG ISOLASI KE RUANG ....
PERAWATAN BIASA ........................................................................ 6
BAB III RUANG LINGKUP............................................................................ 7
BAB IV TATA LAKSANA .............................................................................. 8
A. PRINSIP ............................................................................................ 8
B. ALUR PASIEN PERAWATAN RUANG ISOLASI .............................. 8
C. MANAJEMEN PERAWATAN PASIEN DI RUANG ISOLASI ............. 9
BAB V DOKUMENTASI................................................................................ 11
BAB V PENUTUP......................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 13

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit menular adalah penyakit yang dapat ditularkan, yang ditandai
dengan adanya agen atau penyebab penyakit yang hidup dan dapat berpindah.
penularan ini disebabkan proses infeksi oleh kuman.
Infeksi merupakan invasi tubuh oleh patogen yang mampu menyebabkan
sakit. rumah sakit merupakan tempat pelayanan pasien dengan berbagai
penyakit diantaranya penyakit karena infeksi dari mulai yang ringan sampai yang
berat dengan begitu hal ini dapat menyebabkan resiko penyebaran infeksi dari
satu pasien ke pasien yang lainnya. Penularan dapat melalui beberapa cara
diantaranya cairan tubuh.
Tenaga medis yang bekerja difasilitas kesehatan sangat beresiko terpapar
infeksi yang secara potensial membahayakanb jiwanya, karena tenaga medis
dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien dapat kontak langsung
dengan cairan tubuh atau darah pasien dan dapat menjadi tempat dimana agen
infeksius dapat hidup dan berkembang biak yang kemudian menularkan infeksi
dari satu pasien ke pasien yang lain.
Seluruh masyarakat yang dirawat dirumah sakit merupakan individu yang
rentan terhadap penularan penyakit. Hal ini karena daya tahan tubuh yang relatif
menurun. Penularan penyakit terhadap pasien yang dirawat dirumah sakit
disebut infeksi nosokomial. Infeksi ini dapat disebabkan oleh kelalaian tenaga
medis atau penularan dari pasien lain. Pasien yang dengan penyakit infeksi
menular dapat menularkan penyakitnya selama dirawat dirumah sakit.
Penularannya dapat melalui cairan tubuh, makanan dan sebagainya.
Meningkatnya angka kejadian infeksi dirumah sakit, baik terhadap petugas
kesehatan atau pasien yang dirawat di rumah sakit, mengharuskan
diwujudkannya suatu langkah pencegahan sehingga angka infeksi dirumah sakit
dapat menurun. salah satu upaya adalah menyediakan fasilitas isolasi yang
bertujuan untuk merawat pasien dengan penyakit infeksi yang dianggap
berbahaya disuatu ruangan tersendiri, terpisah dari pasien yang lain, dan
memiliki aturan khusus dalam prosedur pelayanannya.

1
B. Tujuan
1. Sebagai pedoman pelaksanaan isolasi pada pasien dengan penyakit
menular, yang merupakan salah satu upaya rumah sakit dalam mencegah
infeksi.
2. Mencegah terjadinya infeksi pada petugas kesehatan.
3. Mencegah terjadinya infeksi pada pasien rawat inap atau pasien dengan
penurunan daya tahan tubuh.

C. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran;
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
3. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan;
5. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan;
6. Peraturan Presiden Nomor 77 Tahun 2015 tentang Pedoman Organisasi
Rumah Sakit;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 27 Tahun 2017 tentang Pedoman PPI
di Fasilitas Kesehatan;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 34 Tahun 2017 tentang Akreditasi
Rumah Sakit;
9. Keputusan Pengurus Yayasan Karya Kesehatan Santo Vincentius Nomor
017/YKKSV–ALV/SK/SP/III/2017 tentang Pengangkatan Direktur RSK.
Alverno Atas Nama dr. Barita P. Ompusunggu, MKM;
10. Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Kusta Alverno Singkawang Nomor
34/RSKA–SK/DIR–PPI/XII/2017 tentang Komite Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi (PPI) Rumah Sakit Kusta Alverno Singkawang Tahun
Anggaran 2018;

2
BAB II
DEFINISI

A. Pengertian Isolasi
Isolasi adalah usaha pencegahan penularan dan penyebaran kuman
patogen dari sumber infeksi (petugas,pasien,pengunjung) ke orang lain. Sesuai
dengan rekomendasi WHO dan CDC tentang kewaspadaan isolasi untuk pasien
dengan penyakit infeksi airbone yang berbahaya seperti H5N1, kewaspadaan
yang perlu dilakukan adalah meliputi :
1. Kewaspadaan standar
Perhatikan kebersihan tangan dengan mencuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan pasien aupun alat yang terkontaminasi sekret
pernafasan.
2. Kewaspadaan kontak
Gunakan sarung tangan dan gaun pelindung selama kontak dengan pasien.
Gunakan peralatan terpisah untuk setiap pasien, seperti termometer, dan
lain-lain.
3. Pelindungan mata
Gunakan kaca mata muka apabila berada dengan jarak minimal.

B. Syarat Ruang Isolasi:


1. Lingkungan tenang
2. Sirkulasi udara baik
3. Penerangan baik
4. Tersedia wc dan kamar mandi
5. Kebersihan lingkungan terjaga
6. Tempat sampah tertutup
7. Bebas dari serangga
8. Tempat linen kotor tertutup

C. Syarat Petugas Ruang Isolasi:


1. Sehat
2. Mengetahui prinsip antiseptik
3. Pakaian bersih dan rapi
4. Tidak memakai perhiasan
5. Kuku harus pendek

3
6. Cuci tangan sebelum masuk kamar isolasi
7. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
8. Berbicara seperlunya
9. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan

D. Syarat Peralatan Ruang Isolasi:


1. Alat yang butuhkan cukup tersedia
2. Selalu dalam keadaan steril
3. Dari bahan yang mudah dibersihkan
4. Alat suntik bekas di dibuang pada tempatnya lalu dibakar
5. Alat yang tidak habis pakai dicuci dan disterilkan kembali
6. Linen bekas dimasukan kedalam tempat tertutup

E. Kategori Isolasi
Kategori yang dilakukan sesuai dengan patogenesis dan cara penularan kuman
terdiri dari isolasi ketat, isolasi kontak, isolasi saluran pernafasannya. Tindakan
pencegahan interik dan tindakan pencegahan sekresi. Secara umum kategori
isolasi membutuhkan kamar terpisah, sedangkan tindakan pencegahan tidak
memerlukan kamar terpisah
1. Isolasi Ketat
Tujuan isolasi ini adalah mencegah penyebaran semua penyakit yang sangat
menular baik melalui kontak langsung maupun peredaran udara. Teknik ini
mengharuskan pasien berada dikamar tersendiri dan petugas yang bertugas
harus memakai seragam, masker dan sarung tangan serta mematuhi aturan
pencegahan ketat. Alat yang terkontaminsi bahan infeksius harus dibuang
atau dibungkus dan diberi label sebelum dikirim untuk diproses selanjutnya.
Isolasi ketat diperlukan pada pasien dengan penyakit antraks, cacar, difteri,
pes, varicella dan herpes zooster diseminata atau pada pasien
imunocompromised.
Prinsip kewaspadaan airborne harus diterapkan disetiap ruang perawatan
umum, yaitu:
 Ruang rawat harus dipantau agar tetap dalam tekanan negatif dibanding
tekanan koridor.
 pergantian sirkulasi udara dalam 6-12 kali per jam.
 Udara harus dibuang keluar, atau diresirkulasi dengan menggunakan filter
HEPA (High-Efficiency Particular Air).

4
Setiap pasien yang dirawat tersendiri pasien tidak boleh membuang ludah
atau dahak dilantai, gunakan penampung dahak tertutup sekali pakai
(disposable).
2. Isolasi Kontak
Bertujuan untuk mencegah penularan penyakit infeksi yang mudah ditularkan
melalui kontak langsung. Pasien perlu kamar sendiri, masker perlu dipakai
bila mendekati pasien, jubah dipakai bila ada kemungkinan kotor, sarung
tangan diipakai setiap menyentuh badan infeksius. Cuci tangan sesudah
melepas sarung tangan dan sebelum merawat pasien lain. Alat yang
terkontaminasi diperlakukan seperti isolasi ketat. Isolasi kontak diperlukan
pada pasien bayi baru lahir denga konjungtivitis gonorhoea, pasien dengan
endometritis pneumonia, atau infeksi kulit oleh streptococus grup A, herpes
simpleks diseminata, infeksi oleh bakteri yang resisten terhadap antibiotik,
rabies, rubella.
3. Isolasi Saluran Pernafasan
Tujuan untuk mencegah penyebaran patogen dari saluran pernafasan
dengan cara kontak langsung dan peredaran udara. Cara ini mengaharuskan
pasien dalam kamar terpisah, memakai masker dan dilakukan tindakan
pencegahan khusus terhadap buangan sputum, misalnya pada pasien
pertusis, campak, TBC. infeksi H.influenza.
4. Tindakan Pencegahan Enterik
Tujuan untuk mencegah infeksi patogen yang berjangkit karena kontak
langsung atau tidak langsung dengan tinja yang mengandung kuman
penyakit menular. Pasien ini dapat bersama dengan pasien yang lain dalam
satu kamar, tetapi dicegah kontaminasi silang melalui mulut dan dubur.
Tindakan pencegahan enterik dilakukan pada pasien dengan diare infeksius
atau gastroenteritis yang disebabkan oleh kolera, salmonella, shigella,
amuba, camylobacter, crytosporidium, E coli patogen.
5. Tindakan Pencegahan Sekresi
Tujuan untuk mencegah penularan infeksi karena kontak langsung atau tidak
langsung dengan bahan purulen, sekresi atau drainase dari bagian badan
yang terinfeksi. Pasien tidak perlu ditempatkan dikamar sendiri. Petugas
yang berhubungan langsung harus memakai jubah, masker dan sarung
tangan. Tangan harus segera dicuci setelah melepas sarung tangan atau
sebelum merawat pasien lain. Tindakan pencegahan khusus harus dilakukan
pada waktu penggantian balutan. Tindakan pencegahan sekresi ini perlu

5
untuk penyakit infeksi yang mengeluarkan bahan purulen, drainase atau
sekresi yang infeksius.
6. Isolasi Proektif
Tujuan unuk mencegah kontak antara patogen yang berbahaya dengan
orang yang daya rentannya semakin besar atau melindungi seseorang
tertentu terhadap segala jenis patogen, yang biasanya dapat dilawannya.
Pasien harus ditempatkan dalam lingkungan yang mempermudah
terlaksananya tindakan pencegahan yang perlu, misalnya pada pasien yang
sedang menjalani pengobatan sitostatia atau imunosupresi.

F. Lama Isolasi
Lama isolasi tergantung jenis penyakit, kuman penyebab dan fasilitas
laboratorium, yaitu:
1. Sampai biakan kuman negatif (misalnya pada difteri, antraks)
2. Sampai penyakit sembuh (misalnya herpes, limfogranuloma venerum,
khusus untuk luka atau penyakit kulit sampai tidak mengeluarkan bahan
menular)
3. Selama pasien dirawat diruang rawat (misalnya hepatitis A dan B,
leptospirosis).
4. Sampai 24 jam setelah dimulainya pemberian antibiotik yang efektif (misal
sifilis, konjungtivitis gonore pada neonatus).

G. Prosedur Keluar Ruang Perawatan Isolasi


1. Perlu disediakan ruang ganti khusus unuk melepaskan APD
2. Pakaian bedah / masker masih tetap dipakai
3. Lepaskan baju pasien bedah dan masker diruang ganti umum, masukan
dalam kantung linen berlabel infeksius
4. mandi, cuci rambut
5. Pintu keluar ruang perawatan isolasi harus terpisah dari pintu masuk.

H. Kriteria Pindah Rawat Dari Ruang Isolasi ke Ruang Perawatan Biasa


1. Terbukti bukan kasus isolasi
2. Pasien telah dinyatakan tidak menular atau dibolehkan dirawat diruang biasa
3. Pertimbangan lain dari dokter

6
BAB III
RUANG LINGKUP

1. Pengunaan kamar isolasi diterapkan kepada semua pasien rawat inap yang
mengidap penyakit infeksi menular yang dianggap mudah menular dan
berbahaya.
2. Pelaksana panduan ini adalah semua elemen rumah sakit beserta pasien dan
keluarga.

7
BAB IV
TATA LAKSANA

A. Prinsip
1. Setiap pasien dengan penyakit infeksi menular dan dianggap berbahaya
dirawat di ruang terpisah dari pasien lainnya yang mengidap penyakit bukan
infeksi.
2. Pengunaan alat pelindung diri diterapkan kepada setiap pengunjung dan
petugas kesehatan terhadap pasien yang dirawat di ruang isolasi.
3. Pasien yang rentan infeksi seperti pasien luka bakar, pasien dengan
penurunan sistem imun dikarenakan pengobatan dan penyakitnya, dirawat
diruang terpisah isolasi rumah sakit.
4. Pasien yang yang tidak masuk kriteia diatas dirawat diruang rawat inap biasa
5. Pasien yang dirawat diruang isolasi, dapat dipindahkan ke ruang rawat inap
biasa apabila telah dinyatakan bebas dari penyakit, atau berdasarkan
pertimbangan lain dokter.

B. Alur Pasien Perawatan Ruang Isolasi

PASIEN

POLIKLINIK

UGD

1. Suspek penyakit
menular yang berbahaya
2. Luka bakar indikasi
rawat
3. Penurunan sistem imun

Rawat Inap Ruang Isolasi


/ Ruang Kohorting

8
C. Manajemen Perawatan Pasien di Ruang Isolasi
1. Sebelum membawa pasien
Pakaikan masker pada pasien (terutama pasien dengan airborne disease)
2. Sebelum kontak pada setiap pasien
 Gunakan masker
 Mencuci tangan
 Gunakan pelindung mata, apron dan sarung tangan bila ada resiko
terkena cipratan lendir dari pasien
3. Sebelum membawa pasien keruangan lain (misal: laboratorium)
 Batasi alur keluar masuk dan perhatikan rambu kendali infeksi
 Sediakan perlengkapan khusus pasien jika ada
 Pastikan jarak kurang dari 1 meter antar pasien dan area pengunjung
 Pastikan dipatuhinya tata tertib setempat dalam pergantian linen dan
kebersihan ruangan
4. Sebelum memasui area khusus (misal: laboratorium)
 Mencuci tangan
 Gunakan APD
5. Sebelum meninggalkan area khusus (misal: laboratorium)
 Lepaskan APD
 Buanglah barang yang memang harus dibuang sesuai dengan peraturan
setempat
 Mencuci tangan
 Mencuci dan mensterilkan peralatan untuk pasien dan perlengkapan
pribadi pasien yang dikenakan psien
 Buanglah sampah yang terkontaminasi sesuai dengan peraturan tentang
sampah medis
6. Sebelum meninggalkan pasien suspek atau positif
 Beritahukan instruksi dan materi untuk pasien / petugas terkait mengenai
pernafasan higienis / etika batuk atau bersin
 Beritahukan peraturan diruang isolasi, kendali infeksi dan pembatasan
kontak sosial
 Catat alamat dan nomor telepon pasien
7. Setelah pasien pulang
 Buang atau bersihkan peralatan khusus untuk pasien isolasi sesuai
peraturan

9
 Masukan linen kotor ke tempat linen infeksius dan ganti dengan linen
bersih
 Bersihkan ruangan sesuai peraturan setempat
 Buanglah sampah yang terkontaminsi sesuai aturan tentang sampah
infeksius

10
BAB V
DOKUMENTASI

Dokumentasi dilakukan pada saat:


1. Pencatatan hasil monitoring secara rutin untuk pasien infeksius yang
membutuhkan isolasi.
2. Pendokumentasian kegiatan pendidikan staf/petugas.
Kegiatan audit kepatuhan khususnya standar prosedur operasional untuk
penempatan pasien dengan penyakit menular ini dilakukan secara periodik enam
bulan sekali. Kegiatan monitoring dilaksanakan oleh IPCLN dan IPCN selanjutnya
dievaluasi dan dilaporkan kepada Komite PPI RS. Melalui Komite PPIRS maka akan
dilaporkan kepada Direktur.

11
BAB VI
PENUTUP

1. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit (PPIRS) merupakan suatu


kegiatan yang sangat penting dan salah satu faktor pendukung untuk
meningkatkan kualitas pelayanan dan erat kaitannya dengan citra rumah sakit
khususnya Rumah Sakit Kusta Alverno Singkawang.
2. Salah satu upaya untuk menekan kejadian infeksi adalah dengan melaksanakan
Penempatan pasien dengan penyakit menular dengan benar dan sesuai
prosedur. Sehingga risiko terhadap hal yang dapat memberatkan kepada pasien,
petugas di Rumah Sakit dapat diturunkan secara signifikan dan akan
menurunkan angka infeksi di rumah sakit.

Ditetapkan di : Singkawang
Pada Tanggal : 23 – 01 – 2018
Direktur Rumah Sakit Kusta Alverno

Dr. BARITA P. OMPUSUNGGU, MKM


NIK : 2017010401

12
DAFTAR PUSTAKA

1. Republik Indonesia. 2017. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.


27 Tahun 2017 tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Kemenkes RI. Jakarta
2. Republik Indonesia. 2010. .Pedoman Pelaksanaan Kewaspadaan Universal di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Depkes RI. Cetakan III. Jakarta

13

Anda mungkin juga menyukai