PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini isu penting dan global dalam Pelayanan Kesehatan adalah Keselamatan
Pasien (Patient Safety). Isu ini praktis mulai dibicarakan kembali pada tahun 2000-an, sejak
laporan dan Institute of Medicine (IOM) yang menerbitkan laporan: to err is human, building
a safer health system. Keselamatan pasien adalah suatu disiplin baru dalam pelayanan
kesehatan yang mengutamakan pelaporan, analisis, dan pencegahan medical error yang
sering menimbulkan Kejadian Tak Diharapkan (KTD) dalam pelayanan kesehatan.
Organisasi kesehatan dunia WHO juga telah menegaskan pentingnya keselamatan
dalam pelayanan kepada pasien: “Safety is a fundamental principle of patient care and a
critical component of quality management.” (World Alliance for Patient Safety, Forward
Programme WHO, 2004), sehubungan dengan data KTD di Rumah Sakit di berbagai negara
menunjukan angka 3 – 16% yang tidak kecil.
Dalam upaya meningkatkan Keselamatan Pasien (Patient Safety) salah satunya
adalah dengan dilaksanakannya akreditasi rumah sakit. Akreditasi Rumah Sakit adalah suatu
pengakuan yang diberikan oleh pemerintah pada manajemen rumah sakit, karena telah
memenuhi standar yang ditetapkan. Adapun tujuan akreditasi rumah sakit adalah
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, sehingga sangat dibutuhkan oleh masyarakat
Indonesia yang semakin selektif dan berhak mendapatkan pelayanan yang bermutu.
Sejalan dengan amanat dalam Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 pasal 40 ayat
1, menyatakan bahwa, dalam upaya peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit wajib
dilakukan akreditasi secara berkala minimal 3 (tiga) tahun sekali. Dalam hal ini Kementerian
Kesehatan RI khususnya Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan memilih dan
menetapkan sistem akreditasi yang mengacu pada Joint Commission International (JCI)
karena lembaga akreditasi tersebut merupakan badan yang pertama kali terakreditasi oleh
International Standart Quality (ISQua) selaku penilai lembaga akreditasi. Standar akreditasi
ini selain sebagian besar mengacu pada sistem JCI, juga dilengkapi dengan muatan lokal
berupa program prioritas nasional yang berupa program Millenium Development Goals
(MDG’s) meliputi PONEK, HIV dan TB DOTS dan standar-standar yang berlaku di 2
marak dan menjadi semakin nyata dengan berdirinya rumah sakit – rumah sakit milik
pemodal asing maupun investor dalam negeri. Jasa pelayanan kesehatan telah berubah
fungsi sosial.
b. Tujuan
a) Tersedianya dokumen pedoman pengorganisasian Komite Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi (PPI).
b) Tersedianya pedoman dalam melaksanakan tugas dan fungsi Komite Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi (PPI).
c) Tersedianya suatu tolak ukur dalam melakukan evaluasi dan penilaian kinerja.
C. Landasan Hukum
Landasan hukum yang menjadi dasar pertimbangan dalam penyusunan pedoman
pengorganisasian Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) Rumah Sakit Islam
Assyifa Sukabumi ini adalah sebagai berikut :
1. Undang - undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
2. Undang - undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
3. Undang undang Nomor. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran.
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1045/MENKES/PER/XI/2006 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit Di
Lingkungan Departemen Kesehatan.
5. Peraturan Presiden RI Nomor 77 Tahun 2015 tentang Pedoman Organisasi Rumah
Sakit.
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 56 tahun 2014 tentang
Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit.
7. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor. 759/MENKES/SK/VI/2010 tentang
6
Penetapan Kelas Rumah Sakit Umum Islam Assyifa Sukabumi Milik Yayasan Assyifa
Sukabumi dengan Klasifikasi Rumah Sakit KELAS C.
17. menyelenggarakan kerja sama dengan masyarakat, institusi pendidikan, perusahaan dan
9
instansi.
Tugas Rumah Sakit Islam Assyifa Sukabumi adalah melaksanakan upaya kesehatan
secara berdaya guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan dan pemulihan yang
dilaksanakan secara serasi dan terpadu sesuai standar yang telah ditentukan dengan
upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan.
2. FUNGSI
PERINATOLOGI SUITE
3% ROOM
RUANG I C
1%U
4%
ISOLASI
2%
VVIP
13% VIP
7%
KELAS I
20%
KELAS II
13%
JUMLAH TEMPAT TIDUR
NO NAMA SUITE VVIP VIP UTM I II III ICU ISO PERI JML
RUANGAN ROO
M
1 MARWAH 1 14 15
2 ARAFAH I 3 4 2 3 1 2 19
3 ARAFAH II 4 4 4 10 1 2 27
4 ARAFAH III 10 1 11 12
5 MINA I 4 8 12
6 MINA II 14 14
BAB III
VISI, MISI, FALSAFAH, NILAI DAN TUJUAN RUMAH SAKIT
16
DIREKTUR
1. Direktur adalah Kepala Rumah Sakit yang merupakan pimpinan tertinggi dalam rumah
sakit.
2. Direktur merupakan seorang tenaga medis yang mempunyai kemampuan dan keahlian di
bidang perumahsakitan dan atau ilmu manajemen.
3. Dalam kedudukannya sebagai pimpinan tertinggi dalam rumah sakit, Direktur diangkat
dan bertanggung jawab kepada Pengurus Yayasan.
BIDANG
1. Bidang adalah unsur organisasi rumah sakit yang mengelola pelayanan medis dan
keperawatan serta pelayanan penunjang medis (revenue center) yang berada di bawah
dan bertanggung jawab kepada Direktur Rumah Sakit.
2. Unit kerja Bidang dalam struktur organisasi ini terdiri dari :
17
a. Bidang Pelayanan Medis dan Keperawatan ;
b. Bidang Penunjang Medis.
1. Bagian adalah unsur organisasi rumah sakit yang mengelola pelayanan administrasi
keuangan, sarana prasarana penunjang non medis dan administrasi kepegawaian (cost
center) yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Rumah Sakit.
2. Unit kerja Bagian dalam struktur organisasi ini terdiri dari :
a. Bagian Penunjang Non Medis ;
b. Bagian Administrasi Umum ;
c. Bagian Keuangan.
3. Bagian dalam pelaksanaan pelayanan dipimpin oleh seorang Kepala Bagian.
4. Kepala Bagian diangkat dan bertanggung jawab kepada Direktur.
SEKSI
1. Seksi adalah unit kerja dibawah Bidang yang bertugas membantu Kepala Bidang dalam
mengelola pelayanan medis dan keperawatan.
2. Unit kerja Seksi dalam struktur organisasi ini yaitu Seksi Keperawatan.
3. Seksi dalam pelaksanaan pelayanan dipimpin oleh seorang Kepala Seksi.
4. Kepala Seksi bertanggung jawab kepada Kepala Bidang.
INSTALASI
1. Instalasi adalah unit kerja dibawah Bidang yang bertugas mengelola pelayanan medis dan
penunjang medis (revenue center).
2. Unit kerja instalasi yang mengelola pelayanan medis dan keperawatan dalam struktur
organisasi ini terdiri dari :
a. Instalasi Gawat Darurat ;
b. Instalasi Rawat Jalan ;
c. Instalasi Rawat Inap ;
d. Instalasi Bedah Sentral.
3. Unit kerja instalasi yang mengelola penunjang medis dalam struktur organisasi ini terdiri
18
dari :
a. Instalasi Radiologi ;
b. Instalasi Laboratorium ;
Pedoman pengorganisasian komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi RSI Assyifa |
c. Instalasi Farmasi ;
e. Instalasi Gizi ;
f. Instalasi Rekam medis.
4. Instalasi dalam pelaksanaan pelayanan dipimpin oleh seorang Kepala Instalasi.
5. Kepala Instalasi bertanggung jawab kepada Kepala Bidang.
SUB BAGIAN
1. Sub Bagian adalah unit kerja dibawah Bagian yang bertugas mengelola pelayanan
penunjang non medis, administrasi umum dan keuangan rumah sakit (cost center).
2. Unit kerja Sub Bagian yang mengelola Pelayanan Penunjang Non Medis dalam struktur
organisasi ini terdiri dari :
a. Sub Bagian Rumah Tangga ;
b. Sub Bagian Tekhnologi Informasi (TI) ;
c. Sub Bagian Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit (PSRS).
3. Unit kerja Sub Bagian yang mengelola administrasi umum dalam struktur organisasi ini
terdiri dari :
a. Sub Bagian Ketatausahaan ;
b. Sub Bagian Pemasaran dan Humas ;
c. Sub Bagian Kepegawaian.
4. Unit kerja Sub Bagian yang mengelola keuangan dalam struktur organisasi ini terdiri dari :
a. Sub Bagian Akuntansi ;
b. Sub Bagian Penerimaan dan Pengeluaran.
5. Sub Bagian dalam pelaksanaan pelayanan dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bagian.
6. Kepala Sub Bagian bertanggung jawab kepada Kepala Bagian.
1. Kelompok Jabatan Fungsional merupakan unit kerja fungsional dibawah Kepala Instalasi
atau Kepala Sub Bagian yang bertugas mengelola pelayanan rumah sakit baik revenue
center maupun cost center.
19
2. Kelompok Jabatan Fungsional yang mengelola pelayanan medis dan keperawatan dalam
struktur organisasi ini terdiri dari :
a. Ruangan Gawat Darurat ;
Pedoman pengorganisasian komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi RSI Assyifa |
b. Ruangan Rawat Jalan ;
c. Ruangan Rawat Inap ICU ;
d. Ruangan Rawat Inap Shafa ;
e. Ruangan Rawat Inap Mina ;
f. Ruangan Rawat Inap Multazam ;
g. Ruangan Rawat Inap Marwah ;
h. Ruangan Rawat Inap Arafah I ;
i. Ruangan Rawat Inap Arafah II ;
j. Ruangan Rawat Inap Arafah III ;
k. Ruangan Rawat Inap Raudhah ;
l. Ruangan Kamar Bedah ;
m. Unit Hemodialisa ;
n. Unit Sentral Sterilisasi.
3. Kelompok Jabatan Fungsional yang mengelola penunjang medis medis dalam struktur
organisasi ini terdiri dari :
a. Unit Pengelolaan Perbekalan Farmasi ;
b. Unit Pelayanan Farmasi Klinis ;
c. Unit Manajemen Mutu ;
d. Unit Pendaftaran ;
e. Unit Pengolahan Data ;
f. Unit Pelayanan BPJS Kesehatan.
4. Kelompok Jabatan Fungsional yang mengelola keuangan dalam struktur organisasi ini
terdiri dari :
a. Unit Administrasi Pasien ;
b. Unit Penerimaan ;
c. Unit Penagihan ;
d. Unit Pengeluaran.
e. Unit Pelaporan dan Verifikasi ;
f. Unit Perpajakan ;
5. Kelompok Jabatan Fungsional yang mengelola administrasi umum dalam struktur 20
1. Koordinator merupakan unit kerja fungsional dibawah Kepala Unit yang bertugas
mengelola pelayanan rumah sakit baik revenue center maupun cost center.
2. Koordinator yang mengelola penunjang medis dalam struktur organisasi ini terdiri dari :
a. Koordinator Depot Obat Rawat Jalan ;
b. Koordinator Depot Obat Rawat Inap.
3. Koordinator yang mengelola penunjang non medis dan administrasi umum dalam
struktur organisasi ini terdiri dari :
a. Koordinator Kesehatan Lingkungan;
b. Koordinator Satuan Pengamanan (Satpam).
4. Koordinator dalam pelaksanaan pelayanan dipimpin oleh seorang Koordinator.
5. Koordinator bertanggung jawab kepada Kepala Unit.
FUNGSIONAL PELAKSANA
1. Komite-komite adalah unsur organisasi rumah sakit yang terdiri dari profesi atau sumber
daya manusia yang memiliki kompetensi/sertifikat tertentu dan dibentuk untuk
memberikan pertimbangan strategis kepada pimpinan rumah sakit dalam rangka
peningkatan dan pengembangan pelayanan rumah sakit sesuai akreditasi serta standar
pelayanan rumah sakit.
2. Komite-komite dalam struktur organisasi ini terdiri dari :
a. Komite Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP) ;
b. Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) ;
c. Komite Rekam Medis ;
d. Komite Farmasi dan Terapi (KFT) ;
e. Komite Etika dan Hukum ;
f. Komite Koordinasi Pendidikan ;
g. Komite Manajemen Risiko dan Keselamatan Pasien.
3. Komite dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya dipimpin oleh seorang Ketua. 22
4. Ketua Komite diangkat dan bertanggung jawab kepada Direktur.
1. Satuan Pemeriksaan Internal adalah unsur organisasi rumah sakit yang melaksanakan
audit kinerja internal unit kerja yang ada di rumah sakit.
2. Satuan Pemeriksaan Internal dalam pelaksanaan tugas dan tanggungjawabnya
dilaksanakan oleh Anggota Satuan Pemeriksaan Internal.
3. Satuan Pemeriksaan Internal diangkat dan bertanggung jawab kepada Direktur.
23
Struktur Organisasi Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) disusun agar dapat
mencapai visi,misi dan tujuan dari penyelenggaraan PPI. PPI dibentuk berdasarkan kaidah
organisasi yang miskin struktur dan kaya fungsi dan dapat menyelenggarakan
tugas,wewenang dan tanggung jawab secara efektif dan efisien. Efektif dimaksud agar
sumber daya yang ada di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya dapat
dimanfaatkan secara optimal.
DIREKTUR
KOMITE PPI
Ketua
Sekretaris
Anggota
TIM PPI
IPCO
IPCN
I. Kedudukan
Ketua Komite PPI merupakan organisasi yang berkedudukan di bawah Direktur dan
bertanggung jawab atas pelaksanaan program PPI.
Mengelola seluruh kegiatan Komite PPI di lingkungan RS ISLAM ASSYFA. Untuk memastikan
kegiatan pencegahan dan pengendalian infeksi dilaksanakan secara optimal, cepat, tepat
dan konsisten sesuai denga SPO sehingga seluruh petugas medis, non medis, pasien dan
pengunjung merasa nyaman dan terhindar dari resiko terinfeksi di rumah sakitakuntabilitas
publik oleh manajemen rumah sakit.
25
IV. Tugas Pokok
Tugas pokok Komite PPI (pencegahan dan pengendalian infeksi RS ISLAM ASSYFA yaitu
V. Fungsi-fungsi adalah :
1. Terlaksananya upaya pencegahan dan pengendalian infeksi rumah sakit ISLAM
ASSYFA dengan menerapkan kewaspadaan isolasi (kewaspadaan standar dan
kewaspadaan berdasarkan tranmisi)
2. Terlaksanaya surveilans infeksi rumah sakit
3. Terlaksananya penanggulangan infeksi dengan investigasi bila KLB.
4. Terlaksannnya tindakan pengawasan pemantauan dan pengendalian prosedur yang
di jalankan masing-masing unit agar tidak menyimpang dari prosedur yang di
jalankan dari masing-masing unit agara tidak menyimpng dadri prosedur yang di
tetapkan.
5. Pengembangan prosedur kerja dan kebijakan yang mencakup semua kegiatan di
bidang pencegahan dan pengendalian infeksi.
6. Berperan serta dalam program pendidikan dan pelatihan dalam bidang pencegahan
dan pengendalian infeksi di rumah sakit
7. Berperan serta dalam pemilihan dan pengusulan pengadaan barang dan alat yang
berhubunga dengan pengendalian infeksi di rumah sakit 26
8. Memberi laporan dan saran secara rutin kepada direktur rumah sakit
9. Memberi konsultasi tentang PPI
Pedoman pengorganisasian komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi RSI Assyifa |
KOMITE PENCEGAHAN DAN Disahkan oleh
PENGENDALIAN INFEKSI
Direktur RSI. Assyifa
10. Bekerja sama dengan K3 RS dalam menyusun kebijakan kesehatan dan keselamatan
kerja K3.
11. Berperan serta dalam menyususn kebijakan klinicalgovermancel dan patien safety.
12. Memberikan masukan yang menyangkut kontruksi bangunan renovasi bangunan
serta pemrosesan alat dan linen sesuai prinsi PPI.
13. Membuat usulan dengan membuat penetapan sementara suatu instalasi atau unit
ruangan yang membahayakan menjadi sumber bahaya KLB
14. Melakukan pengawasan terhadap tindakan-tindakan yang menyimpang dari
prosedur.
Berkoordinasi dengan tim PPRA untuk usulan atau rekomendasi kepada direktur untuk
memakai antibiotik yang rasional di rumah sakit berdasarkan hasil pantauan kuman dan
menyebarluaskan data resistensi antibiotik.
X. Bahan Kerja
1. Peraturan dan perundang-undangan RI yang terkait dengan tugas pokok dan
fungsi.
2. Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku di RSI. Assyifa baik yang
disahkan oleh Yayasan maupun oleh Direktur rumah sakit.
Program kerja, Standar Prosedur Operasional dan Petunjuk Tekhnis yang berlaku
3. di lingkup komite keperawatan.
4. Literatur.
URAIAN TUGAS
I. Kedudukan
Sekretaris Komite Pencegahan dan Pengendalian infeksi secara struktural berkedudukan dibawah
ketua komite pencegahan dan pengendalian infeksi RSI Assyifa .
URAIAN TUGAS
6. Bersama Tim PPI menganjurkan prosedur isolasi dan memberi konsultasi tentang
pencegahan dan pengendalian infeksi yang diperlukan pada kasus yang terjadi di rumah
sakit.
7. Audit Pencegahan dan Pengendalian Infeksi termasuk terhadap limbah, laundry, gizi, dan
lain-lain dengan menggunakan daftar tilik
8. Memonitor kesehatan lingkungan.
9. Memonitor terhadap pengendalian penggunaan antibiotika yang rasional.
10. Mendesain, melaksanakan, memonitor dan mengevaluasi surveilans infeksi yang terjadi di
rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.
11. Membuat laporan surveilans dan melaporkan ke Ketua Tim PPI.
12. Memberikan motivasi dan teguran tentang pelaksanaan kepatuhan PPI.
13. Memberikan saran desain ruangan rumah sakit agar sesuai dengan prinsip PPI.
14. Meningkatkan kesadaran pasien dan pengunjung rumah sakit tentang PPIRS.
15. Memprakarsai penyuluhan bagi petugas kesehatan, pengunjung dan keluarga tentang topik
infeksi yang sedang berkembang di masyarakat, infeksi dengan insiden tinggi.
16. Sebagai koordinator antara Instalasi dalam mendeteksi, mencegah dan mengendalikan
infeksi di rumah sakit
V. Tanggung Jawab
1. Melakukan koordinasi dengan anggota Tim dalam pelaksanaan program PPI
2. Melakukan koordinasi dengan Tim Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien RS,
Departemen Umum dan Instalasi dalam rangka pelaporan hasil mutu dan INOS di RSI
Assyifa 31
3. Hubungan kerja dengan instansi lain di luar rumah sakit terkait, untuk kepentingan disposisi
dan pengiriman surat (ke Dinas Kesehatan, Dinsosnakertrans dan RS lain yang terkait, dll)
URAIAN TUGAS
.
VI. Wewenang
1. . Memberikan masukan yang menyangkut konstruksi bangunan dan pengadaan alat dan
bahan kesehatan, renovasi ruangan, cara pemrosesan alat, penyimpanan alat dan linen
sesuai dengan prinsip PPI
2. Menyusun kebijakan kesehatan dan keselamatan kerja (K3).
3. Turut menyusun kebijakan clinical govermance dan patient safety
URAIAN TUGAS
33
URAIAN TUGAS
XII. Kedudukan
Anggota Komite Pencegahan dan Pengendalian infeksi secara struktural berkedudukan dibawah
ketua komite pencegahan dan pengendalian infeksi RSI Assyifa .
URAIAN TUGAS
.
Pedoman pengorganisasian komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi RSI Assyifa |
KOMITE PENCEGAHAN DAN Disahkan oleh
PENGENDALIAN INFEKSI
Direktur RSI. Assyifa
URAIAN TUGAS
XVII. Wewenang
1. Memberikan masukan yang menyangkut konstruksi bangunan dan pengadaan alat dan
bahan kesehatan, renovasi ruangan, cara pemrosesan alat, penyimpanan alat dan linen
sesuai dengan prinsip PPI
2. Menyusun kebijakan kesehatan dan keselamatan kerja (K3).
3. Turut menyusun kebijakan clinical govermance dan patient safety
URAIAN TUGAS
37
URAIAN TUGAS
XXIII. Kedudukan
IPCLN Komite Pencegahan dan Pengendalian infeksi secara struktural berkedudukan dibawah IPCN
komite pencegahan dan pengendalian infeksi RSI Assyifa .
URAIAN TUGAS
URAIAN TUGAS
40
Kepala seksi
keperawatan
41
hubungan koordinasi
untuk pembinaan etika
tenaga keperawatan,
mutu pelayanan
keperawatan, evaluasi
penyediaan, penggantian
2 Kepala Instalasi Rawat Rawat inap
dan penambahan alat
Inap
keperawatan dan
kebidanan yang diketahui
oleh Kepala Bidang
pelayanan Medis (SPO
terlampir)
Hubungan koordinasi
untuk pembinaan etika
tenaga keperawatan,
mutu pelayanan
keperawatan, evaluasi
penyediaan,
3 Instalasi rawat jalan Rawat jalan penggantian,
penambahan alat
keperawatan dan
kebidanan yang diketahui
oleh kepala Bidang
pelayanan Medis (SPO
terlampir) 42
Hubungan koordinasi
Intalasi gizi, instalasi
melalui Bidang Pelayanan
6 Bidang lain labolatorium, unit farmasi,
Medis.
unit ipsrs, unit laundri dll
43
A. Kualifikasi Ketenagaan.
Jenis ketenagaan menurut Peraturan Pemerintah RI tahun No .32 Tahun 1996
tentang tenaga kesehatan
NO
KUALIFIKASI
JABATAN JUMLAH
PENDIDIKAN
SERTIFIKAT
Formal
1 IPCO Dr. umum PPI dasar 1
2 IPCN Minimal D-3 PPI dasar,IPCN 1
3 IPCLN rawat inap Minimal D-3 PPI dasar 6
4 IPCLN LABOLATORIUM Minimal D-3 PPI dasar 1
5 IPCLN GIZI Minimal D-3 PPI dasar 1
6 IPCLN IPSRS Minimal D-3 PPI dasar 1
7 IPCLN LINEN Minimal D-3 PPI dasar 1
44
Rapat Incidental
- Merupakan rapat yang diselenggarakan sewaktu – waktu apabila ada masalah segera
dibahas atau diselesaikan
- Jam, waktu, materi dan peserta rapat disesuaikan dengan kebutuhan
- Kelengkapan rapat : undangan, daftar hadir, notulen rapat
46
LAPORAN BULANAN
- LAPORAN DEMOGRAFI PASIEN ISOLASI
- LAPORAN KEJADIAN TINDAKAN DI BAGIAN
- LAPORAN PENCAPAIAN PROKER
- LAPORAN SEPSIS
- LAPORAN KEJADIAN POST TINDAKAN MINOR IGD
- LAPORAN KEJADIAN ISK POST KATETER
- LAPORAN INDIKATOR PMKP
- LAPORAN KEJADIAN ILO
- LAPORAN KEJADIAN TERTUSUK JARUM
- LAPORAN OPERASI IMPLANT
- LAPORAN OPERASI NON IMPLANT
- LAPORAN PROGRAM KERJA
- LAPORAN REKAPITULASI KEJADIAN INOS
- LAPORAN JENIS OPERASI
- LAPORAN KEJADIAN DEKUBITUS
- LAPORAN KEJADIAN PHLEBITIS
- LAPORAN RENCANA PROGRAM KERJA
LAPORAN TAHUNAN
- LAPORAN PROGRAM KERJA TAHUNAN 47