Anda di halaman 1dari 23

RE-DESAIN MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN DENGAN

MENGGUNAKAN HOSPITAL FAILURE MODE EFFECT ANALYSIS


(STUDI KASUS DI RUANGANRAWAT INAP RSI ASSYIFA KOTA SUKABUMI)

PROPOSAL TESIS

Diajukan UntukMemenuhi Salah SatuSyarat


Guna Melanjutkan Penelitian Dalam Rangka Penyusunan Tesis
Pada Program Studi Magister Manajemen
Konsentrasi Rumah Sakit

Oleh :
TINA OKTARINA
NPM : 20090318069

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

1
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. LatarBelakang

Keselamatan pasien merupakan isu global yang paling penting saat ini
dimana sekarang banyak dilaporkan tuntutan pasien atas medical error yang
terjadi pada pasien. Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana
rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen risiko,
identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien,
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak
lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan
mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan
suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil
(Kemenkes,2011).

Sasaran keselamatan pasien di Rumah sakit terdiri atas 6 elemen sasaran


,yaitu : Ketepatan Identifikasi Pasien, Peningkatan Komunikasi efetif
,Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai ( Hight Alert) ,Kepastian
tepat-Lokasi,Tepat-Prosedur, Tepat-Pasien operasi,Pengurangan Resiko Infeksi
Terkait pelayanan kesehatan ,Pengurangan resiko pasien jatuh ( PerMenkes RI
No. 1691 ,tahun 2011).

Di dalam keselamatan pasien terdapat istilah insiden keselamatan pasien


yang selanjutnya disebut insiden yaitu setiap kejadian yang tidak disengaja dan
kondisi yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera yang dapat
dicegah pada pasien, terdiri dari Kejadian Tidak Diharapkan (KTD), Kejadian
Nyaris Cedera (KNC), Kejadian Tidak Cedera (KTC) dan Kejadian Potensial
Cedera (KPC) (Kemenkes,2011)

Berbagai negara melaporkan angka kejadian keselamatan di rumah sakit


pada setiap tahunnya dengan detail angka pada setiap rumah sakit. National
Patient Safety Agency 2017 melaporkan dalam rentang waktu Januari—Desember

2
2016 angka kejadian keselamatan pasien yang dilaporkan dari negara Inggris
sebanyak 1.879.822 kejadian. Ministry of Health Malaysia 2013 melaporkan
angka insiden keselamatan pasien dalam rentang waktu Januari—Desember
sebanyak 2.769 kejadian

Berdasarkan data insiden keselamatan pasien yang diterbitkan oleh


KKPRS Tahun 2006-2007, di Indonesia ditemukan sebanyak 145 laporan ,pada
tahun 2008 sebanyak 61 laporan , Tahun 2009 sebanyak 114 laporan, tahun 2010
sebanyak 103 laporan ,dan tahun 2011 sebanyak 34 laporan. Total keseluruhan
laporan dari tahun 2007- Triwulan I tahun 2011 sebanyak 457 laporan insiden
keselamatan pasien yang terjadi dirumah sakit yang ada di Indonesia
(KKPRS,2012). Pelaporan Kejadian Nyaris Cidera (KNC) lebih banyak
dilaporkan ,yakni sebesar 46,7%. Angka tersebut jelas lebih tinggi jika
dibandingkan dengan KTD yang hanya sebesar 46,2% (KKPRS, 2008). Data –
data yang dilaporkan tersebut menunjukkan bahwa jumlah insiden keselamatan
pasien di Indonesia sangatlah tinggi. Data Terbaru negara Indonesia dalam
rentang waktu 2006 – 2011 KPPRS melaporkan terdapat 877 kejadian
keselamatan pasien.

Laporan di atas telah menggerakkan sistem kesehatan dunia untuk

merubah paradigma pelayanan kesehatan menuju keselamatan pasien

(patientsafety). Gerakan ini berdampak juga terhadap pelayanan kesehatan di

Indonesia melalui pembentukan KKPRS (Komite Keselamatan Pasien Rumah

Sakit) pada tahun 2004 di Indonesia. Pada tahun 2007 KKP-RS melaporkan

insiden keselamatan pasien sebanyak 145 insiden yang terdiri dari KTD 46%,

KNC 48% dan lain-lain 6%, dan lokasi kejadian tersebut berdasarkan provinsi

ditemukan DKI Jakarta menempati urutan tertinggi yaitu 37,9% diikuti Jawa

Tengah 15,9%, DI Yogyakarta 13,8%, Jawa Timur 11,7%, Sumatra Selatan 6,9%,

Jawa Barat 2,8%, Bali 1,4%, , Sulawesi Selatan 0,69% dan Aceh 0,68% .

3
Berdasarkan Laporan Peta Nasional Insiden Keselamatan Pasien (Kongres PERSI

Sep 2007), kesalahan dalam pemberian obat menduduki peringkat pertama

(24.8%) dari 10 besar insiden yang dilaporkan.

Rumah sakit perlu meningkatkan mutu pelayanan untuk mengembalikan

kepercayaan masyarakat diantaranya melalui Program Keselamatan Pasien

dimana World Health Organization (WHO) telah memulainya pada tahun 2004

.Di Indonesia Gerakan Keselamatan Pasien Rumah Sakit (GKPRS) dicanangkan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia pada Tahun 21 Agustus 2005. Setiap

rumah sakit membentuk tim keselamatan keselamatan pasien rumah sakit.

Gerakan Keselamatan Pasien Rumah Sakit adalah suatu system yang mencegah

terjadinya cidera yang disebabkan kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan

(commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (

omission), (Hakim,Lukman ,2014).

Pengelolaan keselamatan pasien dalam pelayanan di rumah sakit berguna

untuk mengurangi tingkat kecacatan atau kesalahan dalam memberikan pelayanan

kepada pasien, oleh karena itu keselamatan pasien merupakan prioritas utama

untuk dilaksanakan di rumah sakit. Hal tersebut memberikan pengaruh besar di

seluruh Rumah sakit untuk sangat memperhatikan Mutu dan Keselamatan Pasien.

Demikian pula di RSI Assyifa Kota Sukabumi, di rumah sakit ini terbentuklah

suatu komite khusus yang mengurusi mengenai segala sesuatu yang berhubungan

dengan Mutu dan Keselamatan pasien atau Komite Peningkatan Mutu dan

Keselamatan Pasien (PMKP) pada Tahun 2015. Berdasarkan data yang didapat

dari Komite PMKP RSI Assyifa sejak Komite ini terbentuk sampai November

4
2017 sudah tercatat terjadi Insiden Keselamatan pasien yang berjumlah sekitar 11

kasus. Seperti yang bisa dilihat dari tabel dibawah ini :

TABEL 1.1
INSIDEN KESELAMATAN PASIEN
DI RUMAH SAKIT ISLAM ASSYIFA
TAHUN 2016& 2017

GRAFIK IKP 2016 & 2017


60%

50%

40%

30%

20%

10%

0%
KTC KNC KTD
2016 25% 25% 50%
2017 14.20% 28.50% 57.10%

Dari Tabel 1.1 dapat diketahui Jumlah presentase angka insiden

keselamatan pasien di RSI Assyifa pada tahun 2016 dan Tahun 2017 ,sekitar 65%

kasus terkait penggunaan obat (medication error) dan 35% kasus lainnya seperti

pasien jatuh, berkas rekam medis terbawa pasien,Plafon kamar ambruk dan

infeksi luka operasi. Berdasarkan insiden Keselamatan pasien tersebut maka yang

tergolong ke dalam kejadian Tidak Diharapkan (KTD) sekita 57%, Kejadian

Tidak Cedera (KTC) sekitar 14% dan Kejadian Nyaris Cedera (KNC) sekitar

29%. Dari semua insiden Keselamatan Pasien yang terjadi di Rumah sakit Islam

5
Assyifa tersebut sekitar 60% terjadi di ruang perawatan ( Sumber : Laporan

Komite PMKP RSI Assyifa Tahun 2015 - 2017).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 11 Mare

t2019 melalui teknik wawancara yang dilakukan pada 20 orang pasien dan

perawat di ruang rawat inap Arafah II, Arafah III, Mina, Marwah dan Raudoh di

RSI Assyifa Kota Sukabumi dengan pengambilan sampel untuk perawat dan

pasien ditentukan dengan proporsi sampling yang terwakili dari tiap-tiap bangsal.

Dalam pelaksanaannya dipilih 1 orang kepala ruangan dan 1 orang perawat

pelaksana sehingga menghasilkan jumlah 10 orang dari perawat, dengan

karakteristik sebagai berikut : dari segi pendidikan, 60 % tingkat pendidikan D III,

40% tingkat pendidikan Sarjana, dari segi usia 50% rentang usia 25- 30 tahun,

30% rentang usia 31-40 tahun,20 % rentang usia >40 tahun, dari segi kelas rawat

60% ruang perawatan kelas III, 30% ruang perawatan kelas II, 10% ruang

perawatan kelas I.

Dari hasil telusur pengetahuan perawat tentang identifikasi pasien yang

terwakili oleh 10 orang perawat yang terdiri dari 5 orang kepala ruangan dan 5

orang perawat pelaksana, didapatkan hasil bahwa semua perawat 100 % bisa

untuk melakukan identifikasi pasien, dapat menjelaskan manfaat gelang identitas

dan dapat menyebutkan kapan saja harus melakukan identifikasi terhadap pasien

Pengambilan sampel pasien diambil dengan cara 2 orang pasien dari 5

ruangan sehingga menghasilkan sampel 10 orang pasien rawat inap, sample

diambil dengan cara accidental sampling pasien ditentukan dengan proporsi

6
sampling yang terwakili dari tiap-tiap bangsal ,dengan karakteristik pasien

sebagai berikut : dari segi pendidikan, 30% tingkat pendidikan SMA, 40% tingkat

pendidikan Perguruan Tinggi, 20% tingkat pendidikan SMP, 10% tingkat

pendidikan SD. Dari segi kelas rawat 60% ruang perawatan kelas III, 30% ruang

perawatan kelas II, 10% ruang perawatan kelas I, dari segi usia, 50% rentang usia

31-59 tahun, 30% usia 17-30tahun, 20% > 60tahun dan dari segi pekerjaan 50%

IRT, 40% karyawan atau buruh, 10% mahasiswa.

Dari telusur pasien terhadap tindakan identifikasipasien yang dilakukan

oleh perawat didapatkan hasil 80 % pasien mengetahui manfaat gelang yang

dipakai dan 70% pasien menjawab petugas melihat gelang identitas sebelum

melakukan tindakan selama perawatan. Hal ini menunjukkan bahwa pelaksanaan

identifikasi pasien di RSI Assyifa sudah mulai berjalan dan tersosialisasikan

hanya saja belum semua perawat melaksanakan .

Didalam pelayanan dirumah sakit seperti yang tertuang dalam undang-

undang nomor 44 tahun 2009 bahwa rumah sakit berkewajiban memberikan

pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, anti diskriminasi, dan efektif dengan

mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit,

oleh karena itu rumah sakit wajib menerapkan standar keselamatan pasien.

Sementara itu di ruangan rawat inap Rumah Sakit Islam Assyifa telah terjadi

insiden Keselamatan Pasien yang mencapai 60% dari total insiden dilakukan oleh

perawat, dari hasil studi pendahuluan terhadap pengetahuan pasien mengenai

identifikasi gelang pasien pun didapatkan bahwa sekitar 20 % pasien belum

mendapat sosialisasi mengenai manfaat gelang ,dan 30% perawat tidak melihat

7
gelang pasien sebelum perawat melakukan tindakan atau mengadakan pelayanan

terhadap pasien selama masa perawatan .

Hal ini menunjukan bahwa dalam memberikan pelayanan asuhan

keperawatan kepada pasien di ruang rawat inap belum mengutaman aspek

keselamatan pasien secara optimal. Sehingga kondisi ini menjadi salah satu

faktor kontributor yang berhubungan dengan Insiden Keselamatan Pasien

diruangan rawat inap Rumah Sakit Islam Assyifa . Faktor ini bisa dijadikan bahan

pihak manajemen untuk melakukan Re-desain sistem terutama poin sasaran

keselamatan pasien nomor satu yaitu identifikasi pasien sehingga Rumah Sakit

dapat melakukan asuhan pelayanan yang lebih aman pada pasien.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas maka

penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul“ Desain

Manajemen Keselamatan Pasien dengan Menggunakan Model Hospital Failure

Mode Effect Analysis ( Studi kasus di Ruangan Rawat Inap RSI Islam Assyifa

Kota Sukabumi)”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas maka dapat di

indentifikasi masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana manajemen Keselamatan Pasien di rawat inap RSI Assyifa ?

2. Bagaimana model hospital failure model effect analysis di rawat inap RSI

Assyifa ?

8
3. Bagaimana Re-desain manajemen Keselamatan Pasien dengan model

HFMEA di rawat inap RSI Assyifa?

1. 3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka dapat dirumuskan tujuan

penelitian sebagai berikut :

1. Mengetahui gambaran manajemen keselamatan passien di rawat inap di RSI

Assyifa

2. Mengetahui gambaran model Hospital Failure MEA di rawat inap RSI Assyifa

3. Membuat Re-desain manajemen Keselamatan Pasien dengan model HFMEA

di rawat inap RSI Assyifa

1.4. Manfaat dan Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat maupun kegunaan

kepada:

a. Akademisi

Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi hasanah dan wawasan ilmu

dan pengetahuan rumah sakit khususnya mata kuliah dibidang manajemen

keselamatan pasien.

b. Rumah sakit

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan saran bagaimana

rumah sakit menerapkan manajemen Keselamatan Pasien di ruangan rawat inap

9
sebagai panduan dan acuan dalam menerapkan asuhan keperawatan

keselamatan pasien.

c. Peneliti Lain

Penelitian ini terdapat beberapa indikator selama melakukan manajemen


keselamatan pasien yang belum sempurna, dikarenakan keterbatasan waktu
penelitian. Sehubungan dengan masih terdapat beberapa indikator dan variable
yang belum dilakukan penelitian, maka untuk penyempurnaan selanjutnya
dapat dilakukan penelitian lanjutan oleh peneliti lain.

1.5 Kerangka Konsep Penelitian

1.5.1. Konsep Keselamatan Pasien di Rumah Sakit

Dalam PMK RI No. 1691 tahun 2011, keselamatan pasien rumah sakit adalah
suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem
tersebut meliputi: assessmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang
berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan
belajar dari insiden dan tindak lanjutnya, serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya risiko. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah
tejadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan.
Dalam PMK No. 1691 tahun 2011, pelaksanaan sasaran keselamatan
pasien merupakan syarat untuk diterapkan di semua rumah sakit yang
terakreditasi oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS). Penyusunan
sasaran ini mengacu kepada Nine Life – Saving Patient Safety Solutions dari WHO
(2007) yang digunakan juga oleh KKPRS PERSI, dan dari The Joint Comission
International (JCI).
Tujuan dari sasaran keselamatan pasien adalah mendorong perbaikan
spesifik dalam keselamatan pasien. Sasaran menyoroti bagian – bagian yang
bermasalah dalam pelayanan kesehatan dan menjelaskan bukti, serta solusi
dari konsensus berbasis bukti dan keahlian atas permasalahan ini. Enam
sasaran keselamatan pasien Terdiri dari :
10
1) Ketepatan Identifikasi Pasien
2) Peningkatan Komunikasi yang Efektif
3) Peningkatan Keamanan Obat Yang perlu Diwaspadai
4) Kepastian Tepat Lokasi,Prosedur dan Pasien Operasi
5) Pengurangan Risiko Infeksi
6) Pengurangan Resiko Pasien Jatuh

Dalam PMK No. 1691 tahun 2011, insiden keselamatan pasien adalah
setiap kejadian atau situasi yang tidak disengaja dan kondisi yang
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera yang dapat dicegah pada pasien.
Menurut Depkes (2008), insiden keselamatan pasien juga merupakan akibat dari
melaksanakan suatu tindakan (comission) atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil (omission).

Adapun jenis – jenis kejadian yang terkait insiden keselamatan pasien


dalam penelitian ini terdiri dari:

1) Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) atau Adverse Event


2) Kejadian Nyaris Cedera (KNC) atau Near Miss
3) Kejadian Tidak Cedera (KTC)

1.5.2. HFMEA ( Hospital Failure Mode and Effect Analysis)

FMEA adalah suatu prosedur terstruktur untuk mengidentifikasi dan


mencegah sebanyak mungkin mode kegagalan. FMEAdigunakan untuk
mengidentifikasi sumber-sumber dan akar penyebab dari suatu masalah. Terdapat dua
penggunaan FMEA yaitu dalam bidang desain (FMEA Desain) dan dalam
proses (FMEA Proses)
Langkah Dasar FMEA ,Aktifitas utama dalam melakukan FMEA di rumah sakit
antara lain :
a. Analisa Failure mode failure mode
b. Analisa masalah (hazard analysis)
c. Menetapkan control yang efektif

11
Langkah-langkah FMEA (Join Comission Resource) :

a. Menetukan proses yang mempunyai risiko tinggi dan membentuk


tum (Select a high risk process and assemble a team)
b. Menyusun diagram proses (Diagram the process)
c. Brainstorming potential failure modes and akibat-akibat yang ditimbulkan
( Brainstorm potential failure modes and determine their effect)
d. Menentukan prioritas failure modes (Prioritize failure modes)
e. Identifikasi akar penyebab masalah dari failure mode (identify root causes
of failure modes)
f. Menetukan rancangan ulang proses
g. Analisa dan pengujian proses baru (Analyze and test the new process)
h. Implementasi dan monitoring rancangan ulang proses (Implement and
monitor the new process)

1.5.3 Kerangka Teori Penelitian

Kerangka teori adalah kemampuan seorang peneliti dalam

mengaplikasikan pola berpikirnya dalam menyusun secara sistematis teori-teori yang

mendukung permasalahan penelitian. Menurut Kerlinger, teori adalah himpunan

konstruk (konsep), defenisi, dan proposisi yang mengemukakan pandangan

sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi diantara variabel, untuk menjelaskan

dan meramalkan gejala tersebut (Rakhmat, 2004: 6). Teori berguna menjadi titik

tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan atau menyoroti masalah. Fungsi

teori sendiri adalah untuk menerangkan, meramalkan, memprediksi, dan menemukan

keterpautan fakta-fakta yang ada secara sistematis (Effendy, 2004: 224)

12
Bagan 3.1
Kerangka Teori
RE-DESAIN MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN DENGAN
MENGGUNAKAN HOSPITAL FAILURE MODE EFFECT ANALYSIS
(STUDI KASUS DI RUANGAN RAWAT INAP RSI ASSYIFA KOTA SUKABUMI)

INSIDEN
KESELAMATANPASIEN

- Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)


- Kejadian Nyaris Cidera (KNC)
- Kejadian Tidak Cidera (KTC)

SASARAN KESELAMATAM
PASIEN

 Ketepatan Identifikasi Pasien


 Peningkatan Komunikasi yang Efektif
 Peningkatan Keamanan Obat Yang perlu
Diwaspadai
 Kepastian Tepat Lokasi,Prosedur dan
Pasien Operasi
 Pengurangan Risiko Infeksi
 Pengurangan Resiko Pasien Jatuh

Re-Design Manajemen Keselamatan


Pasien

HOSPITAL FAILURE MODE AND EFFECT


ANALYSIS

 Langkah dasar FMEA


 Identifikasi Elemen FMea

13
1.5.4. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau

kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara variable satu dengan

yang lainnya (Notoatmojo 2010).

Untuk memudahkan dalam penelitian ini peneliti membuat kerangka konsep sebagai

berikut.

14
1.6 Objek dan Metode penelitian

1.6.1 Objek penelitian

1.6.1. Profil RSI Assyifa Kota Sukabumi

Rumah Sakit Islam Assyifa didirikan oleh Yayasan Assyifa. Pada mulanya yakni
tahun 1967 Assyifa merupakan Balai Pengobatan (BP). Setelah kurang lebih sepuluh
tahun menjadi Balai Pengobatan (BP). Assyifa kemudian berkembang menjadi Rumah
Sakit Bersalin tepatnya pada tahun 1978. Pada tahun 2010 seiring dengan berlakunya
Undang-undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, Rumah Sakit Islam Assyifa
berdasarkan Surat KeputusanMenteri Kesehatan RI Nomor.759/MENKES/SK/VI/2010
tertanggal 24 Juni 2010 ditetapkan sebagai Rumah Sakit Swasta dengan Klasifikasi
Rumah Sakit KELAS C. Sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
mengenai akreditasi rumah sakit, Alhamdulilah pada saat ini Rumah Sakit Islam Assyifa
Sukabumi telah mendapatkan Status Terakreditasi versi JCI dengan Nilai Utama
(BINTANG 4) oleh Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS) Nomor : KARS – SERT /
507 / XII / 2016 tertanggal 22 Desember 2016.
Rumah Sakit Islam Assyifa Sukabumi saat ini menempati lahan dengan Luas
Tanah 9.013 M2 dan luas Bangunan 9.448M2, yang terdiri dari areal perkantoran dan
areal pelayanan. Pada saat ini jumlah tempat tidur di rawat inap sebanyak 157 tempat
tidur

Dengan Visi “Menjadi rumah sakit unggul, profesional, dan terpercaya dalam

pelayanan kesehatan yang islami”.

Rumah Sakit Islam Assyifa menuangkan suatu perencanaan yang strategis dengan

melakukan pengembangan dalam bentuk kerja sama atau kolaborasi dengan pihak

15
manapun sebagai upaya untuk mewujudkan visi dan misi, serta dalam rangka mendukung

program pemerintah di sektor kesehatan.

Dengan Tujuan Memberikan Pelayanan Kesehatan Secara Profesional dengan

Akhlakul Karimah serta Menjadi rumah sakit pendidikan. Rumah Sakit Islam Assyifa

dalam melaksanakan tugas dan fungsinya selain menyediakan jasa pelayanan kesehatan,

juga melaksanakan fungsi sosial sebagaimana dilihat dari bentuk badan hukumnya

sebagai Yayasan yang bersifat nirlaba. Fungsi sosial rumah sakit merupakan agenda

yayasan dan rumah sakit yang dilaksanakan secara terencana pada setiap tahunnya serta

difokuskan terhadap pemberian pelayanan kesehatan secara cuma-cuma kepada

masyarakat khususnya kaum dhuafa dalam bentuk bakti sosial pemeriksaan kesehatan,

penyuluhan kesehatan, khitanan massal, operasi bibir sumbing, operasi mata katarak,

pemberian bantuan bagi kegiatan sosial dan juga berbagai aktivitas sosial lainnya

Sebagai satu-satunya rumah sakit islam di wilayah Sukabumi, Rumah Sakit Islam

Assyifa memiliki Misi sebagai berikut :

1. Mewujudkan profesionalisme dalam pelayanan kesehatan dengan nilai-nilai islam ;

2. Mengembangkan kualitas dan kuantitas sarana/prasarana pelayanan secara

berkesinambungan ;

3. Menyelenggarakan Pendidikan dan Pelatihan yang bermutu ;

4. Meningkatkan keahlian dan kesejahteraan Sumber Daya Manusia (SDM).

Meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan mendorong

rumah sakit untuk lebih meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat. Seiring

dengan bermunculannya rumah sakit baru, disamping laju pertambahan penduduk Kota

16
Sukabumi pun semakin meningkat, setiap rumah sakit yang ada memiliki kesempatan

untuk meraih potensi pengembangan. Berdasarkan hasil pencacahan Sensus Penduduk

2010 yang dilaksanakan pada Mei 2010 tercatat jumlah penduduk Kota Sukabumi adalah

299.247 orang, yang terdiri atas 152.193 laki-laki dan 147.054 perempuan. Laju

pertumbuhan penduduk (LPP) Kota Sukabumi sepanjang tahun 2000-2010, secara rata-

rata adalah sebesar 1,73 persen per tahun. (Sumber : Kantor Kependudukan dan Catatan

Sipil, 2007)

1.6.2 Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Menganalisis manajemen

manajemen pengendalian kualitas jasa layanan di RSI Assyifa dengan menggunakan

HFMEA Analysis untuk meminimumkan angka kejadian insiden keselamatan pasien

oleh perawat di Instalasi rawat inap. Berdasarkan tujuan tersebut, maka metode yang

sesuai dengan penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif

2. Metode Penelitian Kuantitatif

Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang

berlandaskan pada filsafat positivisme yang menekankan pada fenomena-fenomena

objektif dan dikaji secara kuantitatif yang digunakan untuk meneliti pada populasi atau

sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisi data

bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah

ditetapkan.

17
3. Pengumpulan data & Instrumen penelitian

Teknik – teknik yang digunakan dalam pengumpulan data kuantitatif sebagai berikut:

a. Interview (Wawancara)

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin

melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus

diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang

lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/ kecil.

b. Kuesioner

Menurut Iskandar dalam (http://www.slideshare.net/NastitiChristianto/teknik-

analisis-data-kuantitatif-dan-kualitatif) Kuesioner merupakan alat teknik

pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat

pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu

pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari

responden.

c. Observasi

Menurut(Arikunto,2006:229)dalamhttp://www.slideshare.net/NastitiChristianto

/teknik-analisis-data-kuantitatif-dan-kualitatif menggunakan observasi cara

yang paling efektif adalah melengkapinya dengan format atau blangko

pengamatan sebagai instrumen pertimbangan kemudian format yang disusun

berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan. Dari

peneliti berpengalaman diperoleh suatu petunjuk bahwa mencatat data

observasi bukanlah sekedar mencatat, tetapi juga mengadakan pertimbangan

18
kemudian mengadakan penilaian kepada skala bertingkat. Misalanya

memperhatikan reaksi penonton televisi, bukan hanya mencatat rekasi tersebut,

tetapi juga menilai reaksi tersebut apakah sangat kurang, atau tidak sesuai

dengan apa yang dikehendaki.

d. Dokumen

Selain melalui wawancara dan observasi, informasi juga bisa diperoleh lewat

fakta yang tersimpan dalam bentuk surat, catatan harian, arsip foto, hasil rapat,

cenderamata, jurnal kegiatan dan sebagainya. Data berupa dokumen seperti ini

bisa dipakai untuk menggali infromasi yang terjadi di masa silam. Peneliti

perlu memiliki kepekaan teoretik untuk memaknai semua dokumen tersebut

sehingga tidak sekadar barang yang tidak bermakna (Faisal, 1990: 77).

e. Focus Group Discussion

Metode terakhir untuk mengumpulkan data ialah lewat Diskusi terpusat (Focus

Group Discussion), yaitu upaya menemukan makna sebuah isu oleh

sekelompok orang lewat diskusi untuk menghindari diri pemaknaan yang salah

oleh seorang peneliti. Misalnya, sekelompok peneliti mendiskusikan hasil UN

2011 di rendah. Untuk menghindari pemaknaan secara subjektif oleh seorang

peneliti, maka dibentuk kelompok diskusi terdiri atas beberapa orang peneliti.

19
Algoritma HFMEA (Healthcare Failure Mode & Effect Analysis)

Define
the
scope

Assemble
the team

Graphically
Describe
the process

Flow Number Identify


diagram Each the area
process
diagram

Graphically
Describe
the process

Block
Graphically
Describe
Create Flow
the process
Diagram

Conduct hazard analysis

20
List Failure Determine Use the Failure
mode Severity & decision mode
Probability tree cause

Action &
outcome
Measure

Eliminat Describe Identify I dentify a Indicate Top


e an Outcome single Managemen
Action responsible t

Control

Accept

Forms Work Hazard Decision


sheets Scoring tree
Matrix

Hazard Analysis

Severity Probability
Rating Rating

Moderate Minor Frequent Occasio Uncom Remote


event Event nal mon

1.5.4.2 Contoh FMEA Tentang Penanganan Gas Medik Diruangan Instalasi Gawat darurat (IGD)

21
A. Worksheet FMEA

LANGKAH 1 PILIH PROSES YANG BERESIKO TINGGI

a. Proses yang dipilih adalah proses yang sedang berjalan yaitu proses pengadaan

penyimpanan distribusi dan pemakaian gas medis

b. Membentuk tim

1. Leader : Komite PMKP

2. Fasilitator Ka Sie Perawatan

3. Fasilitator :Ka.Bag Penunjang Medis

4. Notulen Ka bag sarana Prasaran

LANGKAH 2 MEMBUAT ALUR PROSES

HIGH LEVEL PROSES

Pengangkatan Transportasi Oksigen


Pengadaa tabung oksigen ke oksigen
n terguling
gudang oksigen dari gudang ke
oksigen ruangan menimpa
portir

Oksigen di simpan
di sebelah tempat
tidur pasien

Oksigen jatuh menimpa


pasien dan keluarga
pasien

LANGKAH 3 BRAINSTORM POTENSIAL MODUS KEGAGALAN DAN


DAMPAKNYA

22
NO SUB PROSES FAILURE MODE EFFECT
1. Pendistribusian dan pemakaian Pendistribusian tabung Dampak pada pasien :
oksigen gas oksigen tidak tidak
memakai rantai Dampak pada pengunjung
pengikat Tertimpa tabung oksigen
Peralatan/ fasilitas
Keramik pecah tembok
1. Pemberian oksigen Dampak pada pasien
terhadap pasien Menimpa pasien dan
terguling menimpa keluarga
pasien Dampak pada keluarga
Tertimpa keluarga
Dampakpada staf perawat
mendapa complain dari
pasien

LANGKAH 4 HITUNG SKALA PRIORITAS KEGAGALAN

No Tahap Failure Penyebab Efek Control TINDAKAN yang Valida


an mode potensial potensial bariel direkomendasikan si
prose (model yang indicat

detectability
occurence

s kesalah sekarang or
severity
an

RPN
potensia
l)
1 prose Tabung Saat Jatuh - -Jangka pendek Terda
s terguling transportasi menimpa Transportasi pat
transp terjungk tidak diikat petugas menggunakan tali tali
ortasi al kekang, rantai terikat
oksige di
n dari -jangka panjang roda
gudan pemsa dalam
g ke bentu
ruang k
peraw rantai
at atau
120

kain
3

2 Prose Tabung Tersenggol Menimpa - Mengganti


s jatuh pasien oksigen tabung
pemb terguling dan dengan oksigen
erian keluarga sentral di setiap
oksige bed pasien
n
kepad
a
280

pasie
n
7

23

Anda mungkin juga menyukai