PROPOSAL TESIS
Oleh :
TINA OKTARINA
NPM : 20090318069
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. LatarBelakang
Keselamatan pasien merupakan isu global yang paling penting saat ini
dimana sekarang banyak dilaporkan tuntutan pasien atas medical error yang
terjadi pada pasien. Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana
rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen risiko,
identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien,
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak
lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan
mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan
suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil
(Kemenkes,2011).
2
2016 angka kejadian keselamatan pasien yang dilaporkan dari negara Inggris
sebanyak 1.879.822 kejadian. Ministry of Health Malaysia 2013 melaporkan
angka insiden keselamatan pasien dalam rentang waktu Januari—Desember
sebanyak 2.769 kejadian
Sakit) pada tahun 2004 di Indonesia. Pada tahun 2007 KKP-RS melaporkan
insiden keselamatan pasien sebanyak 145 insiden yang terdiri dari KTD 46%,
KNC 48% dan lain-lain 6%, dan lokasi kejadian tersebut berdasarkan provinsi
ditemukan DKI Jakarta menempati urutan tertinggi yaitu 37,9% diikuti Jawa
Tengah 15,9%, DI Yogyakarta 13,8%, Jawa Timur 11,7%, Sumatra Selatan 6,9%,
Jawa Barat 2,8%, Bali 1,4%, , Sulawesi Selatan 0,69% dan Aceh 0,68% .
3
Berdasarkan Laporan Peta Nasional Insiden Keselamatan Pasien (Kongres PERSI
dimana World Health Organization (WHO) telah memulainya pada tahun 2004
Gerakan Keselamatan Pasien Rumah Sakit adalah suatu system yang mencegah
kepada pasien, oleh karena itu keselamatan pasien merupakan prioritas utama
seluruh Rumah sakit untuk sangat memperhatikan Mutu dan Keselamatan Pasien.
Demikian pula di RSI Assyifa Kota Sukabumi, di rumah sakit ini terbentuklah
suatu komite khusus yang mengurusi mengenai segala sesuatu yang berhubungan
dengan Mutu dan Keselamatan pasien atau Komite Peningkatan Mutu dan
Keselamatan Pasien (PMKP) pada Tahun 2015. Berdasarkan data yang didapat
dari Komite PMKP RSI Assyifa sejak Komite ini terbentuk sampai November
4
2017 sudah tercatat terjadi Insiden Keselamatan pasien yang berjumlah sekitar 11
TABEL 1.1
INSIDEN KESELAMATAN PASIEN
DI RUMAH SAKIT ISLAM ASSYIFA
TAHUN 2016& 2017
50%
40%
30%
20%
10%
0%
KTC KNC KTD
2016 25% 25% 50%
2017 14.20% 28.50% 57.10%
keselamatan pasien di RSI Assyifa pada tahun 2016 dan Tahun 2017 ,sekitar 65%
kasus terkait penggunaan obat (medication error) dan 35% kasus lainnya seperti
pasien jatuh, berkas rekam medis terbawa pasien,Plafon kamar ambruk dan
infeksi luka operasi. Berdasarkan insiden Keselamatan pasien tersebut maka yang
Tidak Cedera (KTC) sekitar 14% dan Kejadian Nyaris Cedera (KNC) sekitar
29%. Dari semua insiden Keselamatan Pasien yang terjadi di Rumah sakit Islam
5
Assyifa tersebut sekitar 60% terjadi di ruang perawatan ( Sumber : Laporan
t2019 melalui teknik wawancara yang dilakukan pada 20 orang pasien dan
perawat di ruang rawat inap Arafah II, Arafah III, Mina, Marwah dan Raudoh di
RSI Assyifa Kota Sukabumi dengan pengambilan sampel untuk perawat dan
pasien ditentukan dengan proporsi sampling yang terwakili dari tiap-tiap bangsal.
40% tingkat pendidikan Sarjana, dari segi usia 50% rentang usia 25- 30 tahun,
30% rentang usia 31-40 tahun,20 % rentang usia >40 tahun, dari segi kelas rawat
60% ruang perawatan kelas III, 30% ruang perawatan kelas II, 10% ruang
perawatan kelas I.
terwakili oleh 10 orang perawat yang terdiri dari 5 orang kepala ruangan dan 5
orang perawat pelaksana, didapatkan hasil bahwa semua perawat 100 % bisa
dan dapat menyebutkan kapan saja harus melakukan identifikasi terhadap pasien
6
sampling yang terwakili dari tiap-tiap bangsal ,dengan karakteristik pasien
sebagai berikut : dari segi pendidikan, 30% tingkat pendidikan SMA, 40% tingkat
pendidikan SD. Dari segi kelas rawat 60% ruang perawatan kelas III, 30% ruang
perawatan kelas II, 10% ruang perawatan kelas I, dari segi usia, 50% rentang usia
31-59 tahun, 30% usia 17-30tahun, 20% > 60tahun dan dari segi pekerjaan 50%
dipakai dan 70% pasien menjawab petugas melihat gelang identitas sebelum
pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, anti diskriminasi, dan efektif dengan
oleh karena itu rumah sakit wajib menerapkan standar keselamatan pasien.
Sementara itu di ruangan rawat inap Rumah Sakit Islam Assyifa telah terjadi
insiden Keselamatan Pasien yang mencapai 60% dari total insiden dilakukan oleh
mendapat sosialisasi mengenai manfaat gelang ,dan 30% perawat tidak melihat
7
gelang pasien sebelum perawat melakukan tindakan atau mengadakan pelayanan
keselamatan pasien secara optimal. Sehingga kondisi ini menjadi salah satu
diruangan rawat inap Rumah Sakit Islam Assyifa . Faktor ini bisa dijadikan bahan
keselamatan pasien nomor satu yaitu identifikasi pasien sehingga Rumah Sakit
Mode Effect Analysis ( Studi kasus di Ruangan Rawat Inap RSI Islam Assyifa
Kota Sukabumi)”.
2. Bagaimana model hospital failure model effect analysis di rawat inap RSI
Assyifa ?
8
3. Bagaimana Re-desain manajemen Keselamatan Pasien dengan model
1. 3 Tujuan Penelitian
Assyifa
2. Mengetahui gambaran model Hospital Failure MEA di rawat inap RSI Assyifa
kepada:
a. Akademisi
keselamatan pasien.
b. Rumah sakit
9
sebagai panduan dan acuan dalam menerapkan asuhan keperawatan
keselamatan pasien.
c. Peneliti Lain
Dalam PMK RI No. 1691 tahun 2011, keselamatan pasien rumah sakit adalah
suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem
tersebut meliputi: assessmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang
berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan
belajar dari insiden dan tindak lanjutnya, serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya risiko. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah
tejadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan.
Dalam PMK No. 1691 tahun 2011, pelaksanaan sasaran keselamatan
pasien merupakan syarat untuk diterapkan di semua rumah sakit yang
terakreditasi oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS). Penyusunan
sasaran ini mengacu kepada Nine Life – Saving Patient Safety Solutions dari WHO
(2007) yang digunakan juga oleh KKPRS PERSI, dan dari The Joint Comission
International (JCI).
Tujuan dari sasaran keselamatan pasien adalah mendorong perbaikan
spesifik dalam keselamatan pasien. Sasaran menyoroti bagian – bagian yang
bermasalah dalam pelayanan kesehatan dan menjelaskan bukti, serta solusi
dari konsensus berbasis bukti dan keahlian atas permasalahan ini. Enam
sasaran keselamatan pasien Terdiri dari :
10
1) Ketepatan Identifikasi Pasien
2) Peningkatan Komunikasi yang Efektif
3) Peningkatan Keamanan Obat Yang perlu Diwaspadai
4) Kepastian Tepat Lokasi,Prosedur dan Pasien Operasi
5) Pengurangan Risiko Infeksi
6) Pengurangan Resiko Pasien Jatuh
Dalam PMK No. 1691 tahun 2011, insiden keselamatan pasien adalah
setiap kejadian atau situasi yang tidak disengaja dan kondisi yang
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera yang dapat dicegah pada pasien.
Menurut Depkes (2008), insiden keselamatan pasien juga merupakan akibat dari
melaksanakan suatu tindakan (comission) atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil (omission).
11
Langkah-langkah FMEA (Join Comission Resource) :
sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi diantara variabel, untuk menjelaskan
dan meramalkan gejala tersebut (Rakhmat, 2004: 6). Teori berguna menjadi titik
tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan atau menyoroti masalah. Fungsi
12
Bagan 3.1
Kerangka Teori
RE-DESAIN MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN DENGAN
MENGGUNAKAN HOSPITAL FAILURE MODE EFFECT ANALYSIS
(STUDI KASUS DI RUANGAN RAWAT INAP RSI ASSYIFA KOTA SUKABUMI)
INSIDEN
KESELAMATANPASIEN
SASARAN KESELAMATAM
PASIEN
13
1.5.4. Kerangka Konsep Penelitian
Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau
kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara variable satu dengan
Untuk memudahkan dalam penelitian ini peneliti membuat kerangka konsep sebagai
berikut.
14
1.6 Objek dan Metode penelitian
Rumah Sakit Islam Assyifa didirikan oleh Yayasan Assyifa. Pada mulanya yakni
tahun 1967 Assyifa merupakan Balai Pengobatan (BP). Setelah kurang lebih sepuluh
tahun menjadi Balai Pengobatan (BP). Assyifa kemudian berkembang menjadi Rumah
Sakit Bersalin tepatnya pada tahun 1978. Pada tahun 2010 seiring dengan berlakunya
Undang-undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, Rumah Sakit Islam Assyifa
berdasarkan Surat KeputusanMenteri Kesehatan RI Nomor.759/MENKES/SK/VI/2010
tertanggal 24 Juni 2010 ditetapkan sebagai Rumah Sakit Swasta dengan Klasifikasi
Rumah Sakit KELAS C. Sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
mengenai akreditasi rumah sakit, Alhamdulilah pada saat ini Rumah Sakit Islam Assyifa
Sukabumi telah mendapatkan Status Terakreditasi versi JCI dengan Nilai Utama
(BINTANG 4) oleh Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS) Nomor : KARS – SERT /
507 / XII / 2016 tertanggal 22 Desember 2016.
Rumah Sakit Islam Assyifa Sukabumi saat ini menempati lahan dengan Luas
Tanah 9.013 M2 dan luas Bangunan 9.448M2, yang terdiri dari areal perkantoran dan
areal pelayanan. Pada saat ini jumlah tempat tidur di rawat inap sebanyak 157 tempat
tidur
Dengan Visi “Menjadi rumah sakit unggul, profesional, dan terpercaya dalam
Rumah Sakit Islam Assyifa menuangkan suatu perencanaan yang strategis dengan
melakukan pengembangan dalam bentuk kerja sama atau kolaborasi dengan pihak
15
manapun sebagai upaya untuk mewujudkan visi dan misi, serta dalam rangka mendukung
Akhlakul Karimah serta Menjadi rumah sakit pendidikan. Rumah Sakit Islam Assyifa
dalam melaksanakan tugas dan fungsinya selain menyediakan jasa pelayanan kesehatan,
juga melaksanakan fungsi sosial sebagaimana dilihat dari bentuk badan hukumnya
sebagai Yayasan yang bersifat nirlaba. Fungsi sosial rumah sakit merupakan agenda
yayasan dan rumah sakit yang dilaksanakan secara terencana pada setiap tahunnya serta
masyarakat khususnya kaum dhuafa dalam bentuk bakti sosial pemeriksaan kesehatan,
penyuluhan kesehatan, khitanan massal, operasi bibir sumbing, operasi mata katarak,
pemberian bantuan bagi kegiatan sosial dan juga berbagai aktivitas sosial lainnya
Sebagai satu-satunya rumah sakit islam di wilayah Sukabumi, Rumah Sakit Islam
berkesinambungan ;
rumah sakit untuk lebih meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat. Seiring
dengan bermunculannya rumah sakit baru, disamping laju pertambahan penduduk Kota
16
Sukabumi pun semakin meningkat, setiap rumah sakit yang ada memiliki kesempatan
2010 yang dilaksanakan pada Mei 2010 tercatat jumlah penduduk Kota Sukabumi adalah
299.247 orang, yang terdiri atas 152.193 laki-laki dan 147.054 perempuan. Laju
pertumbuhan penduduk (LPP) Kota Sukabumi sepanjang tahun 2000-2010, secara rata-
rata adalah sebesar 1,73 persen per tahun. (Sumber : Kantor Kependudukan dan Catatan
Sipil, 2007)
1. Jenis Penelitian
oleh perawat di Instalasi rawat inap. Berdasarkan tujuan tersebut, maka metode yang
objektif dan dikaji secara kuantitatif yang digunakan untuk meneliti pada populasi atau
ditetapkan.
17
3. Pengumpulan data & Instrumen penelitian
Teknik – teknik yang digunakan dalam pengumpulan data kuantitatif sebagai berikut:
a. Interview (Wawancara)
diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang
b. Kuesioner
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu
pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari
responden.
c. Observasi
Menurut(Arikunto,2006:229)dalamhttp://www.slideshare.net/NastitiChristianto
berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan. Dari
18
kemudian mengadakan penilaian kepada skala bertingkat. Misalanya
tetapi juga menilai reaksi tersebut apakah sangat kurang, atau tidak sesuai
d. Dokumen
Selain melalui wawancara dan observasi, informasi juga bisa diperoleh lewat
fakta yang tersimpan dalam bentuk surat, catatan harian, arsip foto, hasil rapat,
cenderamata, jurnal kegiatan dan sebagainya. Data berupa dokumen seperti ini
bisa dipakai untuk menggali infromasi yang terjadi di masa silam. Peneliti
sehingga tidak sekadar barang yang tidak bermakna (Faisal, 1990: 77).
Metode terakhir untuk mengumpulkan data ialah lewat Diskusi terpusat (Focus
sekelompok orang lewat diskusi untuk menghindari diri pemaknaan yang salah
peneliti, maka dibentuk kelompok diskusi terdiri atas beberapa orang peneliti.
19
Algoritma HFMEA (Healthcare Failure Mode & Effect Analysis)
Define
the
scope
Assemble
the team
Graphically
Describe
the process
Graphically
Describe
the process
Block
Graphically
Describe
Create Flow
the process
Diagram
20
List Failure Determine Use the Failure
mode Severity & decision mode
Probability tree cause
Action &
outcome
Measure
Control
Accept
Hazard Analysis
Severity Probability
Rating Rating
1.5.4.2 Contoh FMEA Tentang Penanganan Gas Medik Diruangan Instalasi Gawat darurat (IGD)
21
A. Worksheet FMEA
a. Proses yang dipilih adalah proses yang sedang berjalan yaitu proses pengadaan
b. Membentuk tim
Oksigen di simpan
di sebelah tempat
tidur pasien
22
NO SUB PROSES FAILURE MODE EFFECT
1. Pendistribusian dan pemakaian Pendistribusian tabung Dampak pada pasien :
oksigen gas oksigen tidak tidak
memakai rantai Dampak pada pengunjung
pengikat Tertimpa tabung oksigen
Peralatan/ fasilitas
Keramik pecah tembok
1. Pemberian oksigen Dampak pada pasien
terhadap pasien Menimpa pasien dan
terguling menimpa keluarga
pasien Dampak pada keluarga
Tertimpa keluarga
Dampakpada staf perawat
mendapa complain dari
pasien
detectability
occurence
s kesalah sekarang or
severity
an
RPN
potensia
l)
1 prose Tabung Saat Jatuh - -Jangka pendek Terda
s terguling transportasi menimpa Transportasi pat
transp terjungk tidak diikat petugas menggunakan tali tali
ortasi al kekang, rantai terikat
oksige di
n dari -jangka panjang roda
gudan pemsa dalam
g ke bentu
ruang k
peraw rantai
at atau
120
kain
3
pasie
n
7
23